mankas bbler print

35
I. IDENTITAS: Nama: By Ny nurul cholisah Nama Ayah : Tn.Didik Purwan Umur: 9 hari Umur: 23 th Jenis kelamin: Perempuan Pendidikan: SMA Alamat: Bulu RT 16 Galeh, Tanjen, Sragen Pekerjaan: Tani Masuk RS: 22 Oktober 2011 Nama Ibu: Ny nurul cholisah No. CM : Umur: 20 th Tgl.Diperiksa : 30 Oktober 2011 Pendidikan: SMA Pekerjaan: IRT II. ANAMNESIS Dilakukan aloanamnesis terhadap ibu yang merawat pasien pada tanggal 4 April 2012 di ruang perinatologi RSUD Sragen 1. Keluhan Utama : Berat badan lahir ekstra rendah 1

Upload: bayurizky-prabowo

Post on 07-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mankas

TRANSCRIPT

Page 1: Mankas Bbler Print

I. IDENTITAS:

Nama: By Ny nurul cholisah Nama Ayah : Tn.Didik Purwan

Umur: 9 hari Umur: 23 th

Jenis kelamin: Perempuan Pendidikan: SMA

Alamat: Bulu RT 16 Galeh, Tanjen, Sragen Pekerjaan: Tani

Masuk RS: 22 Oktober 2011 Nama Ibu: Ny nurul cholisah

No. CM : Umur: 20 th

Tgl.Diperiksa : 30 Oktober 2011 Pendidikan: SMA

Pekerjaan: IRT

II. ANAMNESIS

Dilakukan aloanamnesis terhadap ibu yang merawat pasien pada tanggal 4

April 2012 di ruang perinatologi RSUD Sragen

1. Keluhan Utama : Berat badan lahir ekstra rendah

2. RPS : Neonatus Perempuan lahir dengan kondisi lahir

kurang bulan, berat badan lahir 900 gram. Usia kehamilan ibu pada saat

melahirkan memasuki minggu ke 28. Neonatus lahir tidak segera

menangis kuat terdapat penyulit berupa asfiksia sedang. Lima jam setelah

proses kelahiran kondisi anak semakin menurun terdapat bebarapa kali

apnea periodik pada pasien dan refleks pernafasan kembali normal jika

dirangsang. Dua hari setelah proses kelahiran selain dijumapai adanya

apnea periodic pada pasien, pasien juga mengalami hipotermi yang terus

bertahan sekitar dua hari. Lima hari setelah proses kelahiran dijumpai

peningkatan kekuningan pada badan pasien yang dikaji menurut rumus

khamer yakni mendekati khamer III dan IV dan juga hasil ini dipertegas

dengan temuan hasil laboratorium berupa peningkatan dari kadar

1

Page 2: Mankas Bbler Print

billirubin. Hari keenam setelah proses kelahiran juga ditemukan temua

klinis berupa tanda-tanda hipoalbumin dan scleroderma pada pasien.

3. RPK : tidak ada riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes,

epilepsi, jantung dan asma dalam keluarga.

4. Silsilah/Ikhtisar Keturunan

5. Riwayat Pribadi

Riwayat Kehamilan :

Pasien merupakan anak pertama dari ibu dan ayah dan juga merupakan

kehamilan yang pertama, usia kehamilan 28 minggu. Selama hamil ibu

pasien kontrol teratur ( setiap bulan sekali ) di bidan sejak awal

kehamilan. Tidak pernah mengalami sakit ( tekanan darah tinggi, DM,

demam ). Nutrisi selama hamil ibu pasien minimal makan 2 kali

sehari, dengan menu nasi, dan sayur. Selama hamil aktivitas sehari-

hari pasien adalah membersihkan rumah, memasak dan mencuci.

2

Page 3: Mankas Bbler Print

Selama hamil ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, alkohol dan

merokok.

Riwayat Persalinan

Lahir di Rumah Sakit, neonates laki-laki, spontan presentasi kepala,

tidak segera menangis kuat, berat badan lahir 1350 gram, PB 40 cm,

Lingkar kepala 27 cm dan Lingkar lengan 25 cm, anus (+), cacat (-),

air ketuban jernih, tali pusar segar, GDS 82 mg/dl.

Data Ibu :

BB : 54 kg (sebelum lahir)

TB : 162 cm

HPM : 6 april 2011

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Kejang : (-)

BB : 68 kg (setelah hamil)

Hb : 12,9 d/dl

HPL : 13 januari 2012

Bengkak : (-)

Demam selama hamil : pernah, karena batuk dan pilek sembuh dua

hari setelah minum obat yang dibeli dari warung.

Riwayat pasca lahir :

Segera menangis, bayi tidak ikterik, tidak langsung disusui dengan

susu formula khusus bayi karena. Lima jam setelah proses kelahiran

kondisi anak semakin menurun terdapat bebarapa kali apnea periodik

pada pasien dan refleks pernafasan kembali normal jika dirangsang.

6. Riwayat Minum

3

Page 4: Mankas Bbler Print

Pasien tidak minum per os pada hari pertama setelah kelahiran, pasien

diberikan cairan tambahan berupa cairan infus.

7. Pertumbuhan

Proses pertumbuhan dan perkembangan pasien tidak cukup bagus

8. Imunisasi (-)

9. Sosial ekonomi dan lingkungan

Sosial ekonomi :

Lingkungan dan hygiene- sanitasi

Keadaan rumah lembab. Dinding rumah berupa anyaman bambu

tidak terdapat plafon, atap genteng, lantai semen, ventilasi dan

pencahayaan kurang. Sumber air bersih dari sumur. Pembuangan

sampah di kebun dan di bakar jika sudah menumpuk. Memelihara

ternak disamping rumah. Kakeknya perokok aktif.

10. Anamnesis Sistem :

Tidak dilakukan

III. PEMERIKSAAN JASMANI

( Dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2011, saat bayi berumur 9 hari)

A. Pemeriksaan Umum

1. Kesan Umum : Letargi

2. Tanda vital :

Frekuensi napas : 158 kali/menit

Frekuensi nadi : 60 kali/menit

Suhu : 36,4 0C

3. Status Gizi

4

Page 5: Mankas Bbler Print

Berat badan lahir : 1350 gram

Panjang badan lahir : 40 cm

Lingkar kepala : 27 cm

Lingkar lengan atas : 15 cm

Lingkar dada : 25 cm

4. Kulit : tampak kuning, tidak ada bintik merah, tidah ada

sianosis

5. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran limfonodi

6. Otot, Tulang dan Sendi : terdapat kecurigaan scleroderma pada

ekstremitas bawah

B. Pemeriksaan Khusus

1. Leher : tidak ada pembesaran limfonodi

2. Dada

a. Jantung :

Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat, sikatrik (-)

Palpasi : pulsasi ictus kordis teraba lemah

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : suara jantung I dan II normal, regular, bising (-)

b. Paru

Paru Depan :

Inspeksi : retraksi dinding dada (+), pergerakan naps kanan dan

kiri simertirs

Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan

Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi : vesikuler normal

Paru Belakang : tidak dilakukan pemeriksaan

c. Perut

5

Page 6: Mankas Bbler Print

Inspeksi : dinding perut kendor, dinding perut lebih rendah

daripada dinding dada

Auskultasi : peristaltic normal

Palpasi : kulit dinding perut kendor

Perkusi : tidak dilakukan

d. Anogenital

Anus dan Genital : normal, tidak ada bentuk kelainan, tidak ada

luka,secret yang keluar

e. Anggota gerak

Refleks primitif :

- Refleks Moro : lemah

- Refleks tonik leher : lemah

- Reflek memegang : cukup kuat

- Reflek menghisap : kuat

- Refleks menelan : kuat

- Refleks plantar : lemah

f. Kepala

Bentuk : Mesosephale

Rambut : hitam, lurus

Ubun-ubun: tidak cekung

Mata : tidak cowong

Hidung : tidak ada sekret yang keluar

Telinga : kulit daun telinga lemas, discharge (-)

Mulut : mukosa basah

IV. DATA LABORATORIUM

6

Page 7: Mankas Bbler Print

I. Tanggal 22 Oktober 2011

Hb 18 g/dl

Hct 46,9%

AT 145 k/uL

AL 18,2 k/uL

AE 4,35 M/uL

Neu 11,9 %

Lym 78,3 %

Mono 4,2%

Eos 0,714%

Baso 4,85%

2. Tanggal 25 Oktober 2011

Biliribun total 17,5 %

Bilirubin direk 2,2 %

Bilirubin indirek 15,36%

3. Tanggal 26 Oktober 2011

Hb 17 g/dl

Hct 44,2%

AT 134 k/uL

AL 7,93 k/uL

AE 4,36 M/uL

Neu 34,2 %

Lym 51,6 %

Mono 8,2%

Eos 0,156%

Baso 5,82%

7

Page 8: Mankas Bbler Print

4. Tanggal 28 Oktober 2011

Albumin 3,33

Globulin 2,57

Protein total 5,9

V. DAFTAR PERMASALAHAN

A. Masalah Aktif :

- BBLSR

- Periodik Apnea

- Hiperbilirubinemia

- Hipotermi

- Hipoglikemi

B. Masalah Pasif :

Riwayat kelahiran kurang bulan, Asfiksia ringan

BERAT BADAN LAHIR RENDAH

8

Page 9: Mankas Bbler Print

I. Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh

kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-

negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90%

kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali

lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram[1]. BBLR

termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap

kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara

satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah

multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional

berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar

dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju

Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%[1][2].

II. Definisi

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya

pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, sedangkan bayi berat badan lahir sangat

rendah mempunyai berat badan lahir kurang dari 1500 gram. Dahulu neonatus dengan

berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut

premature[1]. Pada tahun 1961 oleh World Health Organization (WHO) semua bayi

yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut low birth weight

infant, sedangkan yang kurang dari 1500 gram disebut very low birth weight infant[3].

III. Etiologi

9

Page 10: Mankas Bbler Print

Di bawah ini terdapat beberapa etiologi dari bayi dengan berat badan lahir

sangat rendah[2][5][6]:

1. Faktor Ibu

a. Penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya perdarahan

anterpartum, trauma fisik dan psikologik, diabetes melitus, toksemia gravidarum dan

nefritis akut.

b. Usia ibu

Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia kurang dari 20 tahun,

dan multi gravida yang jarak kelahiranya terlalu dekat. Kejadian terendaj iada pada

usia antara 26-35 tahun.

c. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian

tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh

keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian

prematuritas pada bayi yang lahir dengan dari perkawinan yang tidak sah, ternyata

lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

2. Faktor Janin

Hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom

3. Faktor Lingkungan

Tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi dan zat-zat beracun.

IV. Klasifikasi

BBLR dapat digolongkan sebagai berikut[1][7]:

a. Prematuritas murni

Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan

10

Page 11: Mankas Bbler Print

penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi

yang kurang.

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini

disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya

keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya

sendiri.

V. Fisiologi

Selama hari-hari pertama setelah lahir, bayi-bayi risiko Pasien dengan

masalah akut seperti distres pernapasan, duktus arteriosus persisten, dan

hiperbilirubinemia memerlukan dukungan nutrisi yang maksimal. Oleh karena itu

asupan nutrisi perlu mencukupi untuk mengganti kerusakan dan regenerasi jaringan.

Selanjutnya karena fungsi saluran cerna dan ginjal yang belum matang serta

kebutuhan adaptasi metabolik untuk menghadapi kehidupan ekstra uterin akan

menyebabkan terbatasnya penyediaan nutrien untuk pemeliharaan jaringan dan

pertumbuhan. Selama trimester ketiga kehamilan penyediaan nutrisi dipersiapkan

untuk menghadapi usia kehamilan sampai 40 minggu. Lemak dan glikogen disimpan

sebagai persiapan energi siap pakai untuk menghadapi kekurangan kalori. Cadangan

besi disiapkan untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi sampai bayi berumur 4-6

bulan. Demikian pula kalsium dan fosfor di deposit dalam tulang. Bayi yang lahir

kurang bulan mempunyai cadangan nutrisi yang minimal dan kebutuhan nutrien per

kg lebih tinggi dibandingkan bayi cukup bulan. Bayi berat kurang dari 1,5 kg

mempunyai komposisi tubuh kira-kira 83-89% air, 9-10% protein, dan 0,1-5% lemak.

Selama beberapa hari setelah lahir bayi akan kehilangan berat badan teutama terjadi

karena sedikitnya asupan kalori dan kehilangan cairan ekstra selular. Kebutuhan

energi juga bertambah karena adanya pemecahan protein endogen di otot-otot skeletal

11

Page 12: Mankas Bbler Print

dan sedikitnya cadangan lemak. Oleh karena itu asupan protein dan kalori eksogen

yang tidak adekuat dapat mengancam jiwa bayi kurang bulan yang sakit. Penelitian

menunjukkan bahwa asupan nutrien pada awal kehidupan mempunyai dampak pada

perkembangan bayi umur 18 bulan[5][2] .

Kemampuan bayi untuk mengkoordinasi menghisap dan menelan baru terlihat

pada usia kehamilan 34 minggu. Kemampuan ini tampaknya lebih berhubungan

dengan umur pasca konsepsi daripada parameter berat badan. Latihan yang diberikan

pada bayi kurang bulan tampaknya tidak dapat menstimulasi kemampuan ini menjadi

lebih matang pada usia konsepsi yang lebih awal. Motilitas sistem gastrointestinal

tergantung dari kematangan sistem syaraf. Pada usia kehamilan 24 minggu esofagus

meunjukkan pola peristalik yang tidak terkoordinasi, saat usia kehamilan cukup bulan

peristalitik esofagus menjadi cukup matang untuk mendorong makanan ke arah

gaster. Sfinkter esofagus bagian bawah bayi kurang bulan masih lemah dan

kemampuan untuk mencegah refluks gastroesofagus sangat kurang. Gaster sendiri

baru mencapai tingkat kematangan pada trimester ketiga. Koordinasi gerakan

peristalitik dari antrum ke pilorus belum baik sehingga sering terjadi antiperistalik

yang dapat menimbulkan refluks gastroesofagus. Selain itu waktu pengosongan

lambung bayi kurang bulan juga lebih panjang dan volume gaster lebih kecil. Adanya

pola koordinasi yang masih kurang baik karena belum matangnya usus menyebabkan

bayi kurang bulan sering mengalami intoleransi makanan yang mempunyai

kemampuan untuk mencerna nutrien dalam bentuk kompleks. Untunglah bayi

manusia memperoleh ASI yang merupakan nutrisi yang mudah diserap dan dapat

memenuhi kebutuhan nutrien sampai umur 6 bulan. Hanya saja untuk bayi berat lahir

kurang dari 1500 gram dibutuhkan ASI yang difortifikasi [2][6][7].

12

Page 13: Mankas Bbler Print

VI. Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara

lain[1][4] :

1. Hipotermia

2. Hipoglikemia

3. Gangguan cairan dan elektrolit

4. Hiperbilirubinemia

5. Sindroma gawat nafas

6. Paten duktus arteriosus

7. Infeksi

8. Perdarahan intraventrikuler

9. Apnea of Prematurity

10. Anemia

Berbagai Penyulit Pada Bayi BBLR

a) Hipotermi

Ketidakstabilan suhu menyebabkan terjadinya gangguan termoregulasi pada

bayi premature[8]:

1. Peningkatan kehilangan panas karena berkurangnya lemak subkutan, rasio

daerah permukaan terhadap berat badan yang tinggi.

2. Berkurangnya produksi panas karena kurangnya lapisan lemak coklat dan

ketidakmampuan untuk menggigil

Sejarah Kangguru Mother Care

Metode yang pertama kali dikembangkan DrE dgar Rey di Bogota,

Kolombia, tahun 1978. Kemudian dilanjutkan Dr Hector Martinez dan Dr Luis

Navarette. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kelangkaan fasilitas dan sumber daya

rumah sakit untuk merawat bayi BBLR. Sejak akhir tahun 1980-an metode kanguru

13

Page 14: Mankas Bbler Print

dikembangkan oleh Colombian Departement of Social Security dan World

Laboratory sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) berbasis di Swiss[8].

Di Indonesia, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (Depkes dan

Kesos) telah mengembangkan kebijakan Pelayanan Kesehatan NeonatalE sensial.

Metode kanguru digunakan sebagai salah satu cara pencegahan hipotermia dalam

Perawatan Neonatal Dasar. Saat ini juga telah tersedia video dan peraga lembar balik

metode kanguru untuk keperluan sosialisasi kepada tenaga kesehatan, terutama bidan

di desa serta masyarakat. Di masyarakat tradisional Indonesia, kematian neonatal

tidak dianggap suatu masalah. Bila bayi meninggal sebelum berusia 40 hari, orangtua

atau keluarga menerima hal ini dan segera melupakan. Diperkirakan, kejadian BBLR

di Indonesia sebesar 14%. Angka kematian bayi (AKB) Indonesia memang makin

menurun, tetapi masih cukup tinggi, yaitu 52 per 1. 000 kelahiran hidup (data Survei

Demografi tahun 1997). Angka itu jauh lebih tinggi dibanding AKB sesama negara

ASE AN (Singapura 4 per 1. 000 kelahiran hidup, Malaysia 12 per 1. 000, dan

Thailand 32 per 1. 000). Sebuah studi penerapan metode kanguru di rumah sakit yang

tidak memiliki inkubator dan peralatan lain untuk perawatan BBLR di lakukan di

Manama Mission Hospital, Zimbabwe. Hasilnya menunjukkan, terjadi peningkatan

survival bayi berat lahir kurang dari 1.500 gram dari 10 persen menjadi 50 persen dan

bayi berat lahir 1. 500-1. 999 gram meningkat dari 70 persen menjadi 90 persen[8][9].

Metode KMC

1. Kangaroo pos i tion yaitu bayi dalam keadaan telanjang, hanya

mengenakan popok, topi hangat dan kaus kaki diletakkan diantara payudara ibu.

Dalam posisi demikian tubuh ibu dan bayi diikat dengan kain selimut atau kain

berbahan elastis untuk menahan badan bayi agar tidak jatuh. Prinsipnya adalah

semakin luas kulit bayi yang bersentuhan dengan kulit ibu semakin baik(skin to skin

c ontact). Selama bayi berada dalam dekapan ibu, pemantauan suhu ketiak bayi perlu

dilakukan setiap 6 jam selama 3 hari pertama metode kangguru dimulai. Selanjutnya

pengukuran dilakukan 2 kali sehari. Selain suhu, ibu perlu memantau pernapasan

14

Page 15: Mankas Bbler Print

bayi. Pernapasan normal bayi prematur berkisar 40-60 kali per menit dan kadang

dapat disertai periode apnu (tidak bernapas).

2 . Kangaroo Nutrition, dengan metode kangguru banyak ibu berhasil menyusui

bayinya. Bayi-bayi prematur dengan usia gestasi lebih muda dapat memulai

prosesbreast feeding. Selain itu, metode ini dapat meningkatkan volume ASI.

3 . Kangaroo Support, metode kangguru ini memerlukan dukungan semua pihak,

baik ibu, seluruh keluarga, tenaga medis, maupun komunitas.

4. Kangaroo Discharge, bayi-bayi berat lahir rendah ini dapat lebih cepat pulang

ke rumah dengan metode kangguru ini, karena metode kangguru ini tidak hanya bisa

dilaksanakan di rumah sakit, tetapi juga dapat diterapkan di rumah[3][9].

Keuntungan KMC:

1. Stabilisasi suhu tubuh

15

Page 16: Mankas Bbler Print

2. Stabilisasi laju denyut jantung dan pernapasan

3. Pengaruh terhadap berat badan dan pertumbuhan

4. Pengaruh terhadap tingkah laku

5. Memfasilitasi pemberian ASI

6. Pengaruh terhadap kejadian infeksi

7. Mendorong kelekatan dan ikatan emosional dengan orang tua

8. Memperpendek masa rawat inap di rumah sakit

Selain itu, ibu merasa lebih percaya diri, tingkat stress menurun, merasa bersemangat

berpartisi dalam merawat bayinya, memberi ASI, serta mengurangi rasa penolakan

dan kekecewaan ibu. Demikian juga bagi ayah, ayah dapat turut berperan dalam

perawatan bayinya serta meningkatkan ikatan batin antara ayah dan bayinya.

Sedangkan bagi bayinya sendiri, metode kangguru ini dapat membuat bayi lebih

hangat dan stabil, pertumbuhan lebih cepat, angka terjadinya infeksi dan apneu

menurun. Bagi healthc are provider, metode kangguru ini akan menurunkan jumlah

kebutuhan akan tenaga medis dan peralatan, bayi dapat lebih cepat keluar dari rumah

sakit, serta lebih murah[8].

b) Hipoglikemi

Hipoglikemi  adalah  keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang

dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L).

Mekanisme terjadinya hipoglikemi meliputi[4][6] :

- Hipoglikemi sering terjadi pada  BBLR, karena cadangan glukosa rendah.

- Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon

insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka

transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient

hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.

- Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat

menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola

16

Page 17: Mankas Bbler Print

dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan

sampai kematian. 

- Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes

melitus.

- Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama

proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.

- Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena

meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya  pada asfiksia, hipotermi,

hipertermi, gangguan pernapasan.

Penangan kasus hipoglikemi pada neonatus [4][6][7] meliputi :

a. Monitor

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor

dalam 3 hari pertama :

- Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam

- Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam

2 kali pemeriksaan

- Kadar glukosa ≤  45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia

- Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan

hipoglikemia selesai

b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :

- Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit

- Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).

- Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam

- Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti

diatas

- Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :

Infus D10 diteruskan

Periksa kadar glukosa tiap 3 jam

ASI diberikan bila bayi dapat minum

17

Page 18: Mankas Bbler Print

Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan

Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal (lihat ad d)

ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan

Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba

b. Kadar  glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :

- ASI teruskan

- Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas

- Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :

- Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi

- Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum

- Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal

- c. Kadar glukosa normal

- IV teruskan

- Periksa kadar glukosa tiap 12 jam

- Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas

- Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali

pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.

c. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)

- konsultasi endokrin

- terapi : kortikosteroid  hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2

mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.

- bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon,

diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)

c.) Hiperbilirubinemia

Ikterus (‘jaundice’) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah,

sehingga kulit (terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada

orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 μmol/L),

18

Page 19: Mankas Bbler Print

sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL

( >86μmol/L).

Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada

hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin.

Hiperbilirubinemia fisiologis yang memerlukan terapi sinar, tetap tergolong non

patologis sehingga disebut ‘Excessive Physiological Jaundice. Digolongkan sebagai

hiperbilirubinemia patologis (‘Non Physiological Jaundice’) apabila kadar serum

bilirubin terhadap usia neonatus > 95 0/00 menurut Normogram Bhutani.

Metabolisme Bilirubin

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium terdapat beberapa faktor

risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat.

1. Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama (usia bayi < 24 jam)

2. Inkompatibilitas golongan darah (dengan ‘Coombs test’ positip)

19

Page 20: Mankas Bbler Print

3. Usia kehamilan < 38 minggu

4. Penyakit-penyakit hemolitik (G6PD, ‘end tidal’ CO)

5. Ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya

6. Hematoma sefal, ‘bruising’

7. ASI eksklusif (bila berat badan turun > 12 % BB lahir)

Tujuan utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatorum adalah untuk

mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat

menbimbulkan kern-ikterus/ensefalopati bilirubin, serta mengobati penyebab

langsung ikterus tadi. Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan

mengusahakan agar konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini dapat

dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian

obat-obatan (luminal).

Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma

atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi

sinar atau transfusi tukar, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan

kenaikan kadar bilirubin. Dikemukakan pula bahwa obat-obatan (IVIG : Intra Venous

Immuno Globulin dan Metalloporphyrins) dipakai dengan maksud menghambat

hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin.

Terapi Sinar

Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958.

Banyak teori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru

mengemukakan bahwa terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin.

Energi sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi senyawa

berbentuk 4Z, 15E-bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk isomer ini

mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hepar ke dalam saluran

empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan bertambahnya

pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga peristaltik usus meningkat dan

bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus halus. 9,12,13

20

Page 21: Mankas Bbler Print

Di RSU Dr. Soetomo Surabaya terapi sinar dilakukan pada semua penderita

dengan kadar bilirubin indirek >12 mg/dL dan pada bayi-bayi dengan proses

hemolisis yang ditandai dengan adanya ikterus pada hari pertama kelahiran. Pada

penderita yang direncanakan transfusi tukar, terapi sinar dilakukan pula sebelum dan

sesudah transfusi dikerjakan.

Peralatan yang digunakan dalam terapi sinar terdiri dari beberapa buah lampu

neon yang diletakkan secara pararel dan dipasang dalam kotak yang berfentilasi. Agar

bayi mendapatkan energi cahaya yang optimal (380-470 nm) lampu diletakkan pada

jarak tertentu dan bagian bawah kotak lampu dipasang pleksiglass biru yang

berfungsi untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak bermanfaat untuk penyinaran.

Gantilah lampu setiap 2000 jam atau setelah penggunaan 3 bulan walau lampu masih

menyala. Gunakan kain pada boks bayi atau inkubator dan pasang tirai mengelilingi

area sekeliling alat tersebut berada untuk memantulkan kembali sinar sebanyak

mungkin ke arah bayi.

Pada saat penyinaran diusahakan agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas-

luasnya, yaitu dengan membuka pakaian bayi. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah

setiap 6-8 jam agar bagian tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh. Kedua mata

ditutup namun gonad tidak perlu ditutup lagi, selama penyinaran kadar bilirubin dan

hemoglobin bayi di pantau secara berkala dan terapi dihentikan apabila kadar

bilirubin <10 mg/dL (<171 μmol/L). Lamanya penyinaran biasanya tidak melebihi

100 jam. Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila

ditemukan efek samping terapi sinar. Beberapa efek samping yang perlu diperhatikan

antara lain : enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, letargi

dan iritabilitas. Efek samping ini biasanya bersifat sementara dan kadang-kadang

penyinaran dapat diteruskan sementara keadaan yang menyertainya diperbaiki.

21

Page 22: Mankas Bbler Print

d) Apnea of Prematurity

Apnea pada bayi kurang bulan bisa terjadi karena sentral, obstruktifatau

campuran. Pada gangguan napas sentral usaha napasnya lemah, napas dangkal atau

lambat dan tidak teratur. Sedangkan gangguan napas karena obstruktif perifer

kelainannya terletak disaluran pernafasan, dimana terjadi gangguan pertukaran O2

dan CO2 dalam alveoli bayi berusaha bernapas kuat sehingga terjadi retraksi dinding

dada. Sianosis dapat terjadi pada kedua macam gangguan tersebut. Kondisi bayi

kurang bulan (BKB) yang memudahkan terjadinya apnea adalah imaturitas pusat

napas, kelemahan otot bantu pernafasan dan kondisi jalan napas yang masih imatur.

Perangsang pernafasan adalah peningkatan CO2 dan penurunan O2. Respon pusat

napas terhadap kedua hal ini masih rendah pada BKB, dan meningkat sesuai dengan

peningkatan umur kehamilan. Pada keadaan hiperkarbia dan hipoksia, BKB tidak

berespon dengan meningkatkan frekuensi napas dan volume tidal. Respon

kemoreseptor ini juga masih tetap rendah pada beberapa hari pertama setelah lahir.

Pada histology batang otak pada BKB didapatkan penurunan jumlah hubungan sinap,

dendrite dan mielinisasi yang jelek dan waktu konduksi lebih lama. Inhibitor

neurotrasmiter, neuromodulator (dopamine, adenosine, endorphins, gama amino

butitir acid dan prostaglandin) berpengaruh terhadap pathogenesis gangguan napas

pada kemoreseptor sentral maupun perifer.

Struktur anatomi pada BKB membuat lebih berisiko terjadi apnea.

Pertumbuhan tulang dan kartilago yang belum sempurna, komplians otot interkostal

dan diafragma masih lemah. Padahal hal-hal ini penting untuk proses inspirasi.

22

Page 23: Mankas Bbler Print

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aminullah A (1997). Penanganan Komprehensif untuk memenuhi kebutuhan bayi

kurang bulan. Dalam: Suradi R, Monintja HE, Amalia P, Kusumowardhani D,

penyunting. Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Naskah lengkap PKB - IKA

FK-UI XXXVHI Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.

[2] Hendarto A (2002). Nutrisi enteral pada bayi dengan risiko tinggi. Dalam:

Trihono PP, Purnamawati S, Syarif DR, Hegar B, Gunardi H, Oswari H, Kadim

M. Hot Topic in Pediatrics II. FKUI, Jakarta. hal 182-90

[3] Sisk PM, Lovelady CA, Dillard RG,. Gruber KJ, (2006) Lactation Counseling for

Mothers of Very Low Birth Weight Infants: Effect on Maternal Anxiety and

Infant Intake of Human Milk. PEDIATRICS Vol. 117 No. 1 January, pp. e67-e75

[4] Darsono H (2008) Nutrisi enteral bayi prematur. Maj Kedokt Indon; 54(8): 338-

43

[5] Corwin, E.J ( 2001 ), Buku saku patofisiologi, editor, Endah P, Jakarta ; EGC

[6] Manuaba, I.B,G 91998 ), Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga

berencana, Jakarta ; EGC.

[7] Suriadi, dkk ( 2001 ), Asuhan keperawatan pada anak, Ed. I, Jakarta; EGC

[8] Sowden Betz Cicilia, , Keperawatan Pediatric, Jakarta, EGC, 2002

[9] Wiryo H (2004) Nutrisi enteral bayi prematur. Maj Kedokt Indon; 54(8): 338-43

23