manfaat an persalinan di rumah

Upload: insuh-manjohme

Post on 11-Jul-2015

898 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MANFAAT PERTOLONGAN PERSALINAN DI RUMAH DITINJAU DARI BERBAGAI LITERATUR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Kebidanan Bandung Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Bandung

Disusun oleh : MARLINA NIM. P173 241 08026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG 2011

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka

Bandung, Agustus 2010

Marlina NIM P17324108026

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS Nama Tempat/Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Status Suku bangsa Alamat : Marlina : Bandung/ 4 Mei 1989 : Perempuan : Islam : Belum menikah : Sunda : Jl. Cipamokolan 18 RT 01/08 Kec. Rancasari Bandung 40292

II.

RIWAYAT PENDIDIKAN 1. TK Insani 2. SD Negeri Cisaranten Kidul II 3. SMP Negeri 5 Bandung 4. SMA Negeri 3 Bandung 5. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Jurusan Kebidanan Bandung : tahun 2008-2011 : tahun 1994-1995 : tahun 1995-2001 : tahun 2001-2004 : tahun 2004-2007

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, karunia serta ilmuNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul Manfaat Pertolongan Persalinan di Rumah. Karya tulis ilmiah diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung. Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang senantiasa mendorong, meluangkan waktu dan perhatiannya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Drs. H. Sutikno, M. Kes., selaku direktur Poltekkes Kemenkes Bandung, 2. Dewi Purwaningsih, S. Si.T, M. Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung, 3. Dra. Merry Wijaya, M.Kes, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan nasihat, bimbingan, masukan, serta dukungan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. 4. Seluruh dosen serta staf di Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Kebidanan Bandung, terima kasih atas segala bantuan serta support yang tiada henti kepada penulis. 5. Ibu dan ayah tercinta, yaitu Haryono dan Karinah. Mereka yang berada di barisan terdepan untuk memberikan semangat kepada penulis, terima kasihi

ii

atas dukungan spiritual, emosional, dan finansialnya selama ini yang diberikan secara tulus dan ikhlas pada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa merahmati dan memberikan Ridha-Nya. 6. Tiga saudaraku tersayang, kakakku Haryani, Prihatno dan adikku Siti Maryanti. Terima kasih untuk selalu mendukung penulis dalam setiap perjuangan. 7. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2008, terutama dua sahabatku Yuniarti, Siska Pratiwi, dan Rutmiaty Sihombing, terima kasih atas bantuan, semangat, dorongan dan doanya. 8. Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Tidak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan, Oleh karena itu, saransaran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Semoga Allah SWT. melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Bandung, Agustus 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv ABSTRAK ...................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Peumusan Masalah ............................................................................... 6 C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 6 D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... A. Manfaat Pertolongan Persalinan di Rumah .......................................... B. Persyaratan Persalinan di Rumah ......................................................... BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. A. Manfaat Pertolongan Persalinan di Rumah .......................................... B. Kriteria Klien yang dapat Melakukan Persalinan di Rumah................ C. Persyaratan Lingkungan dalam Pertolongan Persalinan di Rumah ..... D. Persyaratan Bidan yang dapat Menolong Persalinan di Rumah ......... E. Regulasi yang Berlaku di Indonesia mengenai Persalinan di Rumah . 9 9 13 17 17 23 25 29 30

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 34 A. Kesimpulan .......................................................................................... 34 B. Saran..................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36 LAMPIRAN

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi

iv

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG PROGRAM STUDI KEBIDANAN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH, AGUSTUS 2011 MARLINA MANFAAT PERTOLONGAN PERSALINAN DI RUMAH DITINJAU DARI BERBAGAI LITERATUR ABSTRAK v + 4 BAB + 38 Halaman Persalinan di rumah adalah persalinan yang dilakukan di rumah ibu bersalin. Persalinan di rumah, cara persalinan zaman dahulu yang dipilih kembali di zaman dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat ini. Dari hasil penelitian, yang membandingkan penerapan ilmu kebidanan dalam membantu persalinan di rumah dan di rumah sakit, di Provinsi Gelderland menunjukkan bahwa bagi wanita primipara dengan kehamilan tanpa riwayat komplikasi, melahirkan di rumah sama amannya dengan melahirkan di rumah sakit. Bagi wanita multipara dengan kehamilan tanpa riwayat komplikasi, melahirkan di rumah lebih baik daripada di rumah sakit. Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui mengetahui manfaat pertolongan persalinan di rumah. Sumber dari penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari: buku dan jurnal. Persalinan di rumah memiliki manfaat antara lain ibu merasa lebih nyaman, mendapat asuhan yang berkesinambungan (continuity of care), terbebas dari intervensi, mendapat pilihan yang tidak terbatas, meningkatkan bondingattachment, dan lebih aman daripada persalinan di rumah sakit bagi ibu dengan kehamilan tanpa riwayat komplikasi. Kata Kunci : Persalinan di rumah, manfaat Daftar Pustaka : 20

v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Persalinan merupakan serangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu, dimulai dengan his persalinan yang berdampak pada perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan lahirnya plasenta. (Varney, 2006). Proses persalinan dipengaruhi oleh bekerjanya tiga faktor yang berperan yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi his (kekuatan uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma, dan ligamentum action, faktor lain adalah faktor janin (passenger) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila ketiga faktor ini dalam keadaan baik, sehat, dan seimbang, maka proses persalinan akan berlangsung secara normal. Namun apabila salah satu dari ketiga faktor tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his tidak adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan jalan lahir maka persalinan tidak dapat berjalan secara normal. (Cunningham, 2005). Bagi sebagian besar wanita, persalinan merupakan pengalaman yang baik, tanpa komplikasi, dan berharga. Sekitar 85% wanita melahirkan bayi pertama dengan normal, dan meningkat 95% jika persalinan sebelumnya normal. Namun, dari hasil survey ditemukan setiap tahun wanita di negara-

1

2

negara berkembang mengalami komplikasi yang serius selama proses persalinan sebanyak 12-15% dari seluruh ibu hamil. (WHO, 2003). Oleh karena itu, persalinan harus dipersiapkan, terutama tempat untuk persalinan. Sebagian besar wanita di dunia kini kembali memilih melahirkan bayinya di luar lingkungan rumah sakit. Terdapat banyak alasan wanita memilih melahirkan di dalam rumah. Konsepsi, kehamilan, melahirkan, dan menyusui merupakan proses natural yang menakjubkan dan wanita enggan melihat persalinan sebagai peristiwa medis. (Tritten, 2010). Keadaan ini akan lebih mudah diwujudkan apabila jauh dari bangsal rumah sakit. Di rumah sakit, wanita lebih memungkinkan mendapat intervensi dalam persalinan, seperti monitoring janin, amniotomi, dan drip oksitosin yang mempercepat persalinan lambat. (Cohen, 2010). Melahirkan di rumah bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan tersendiri bagi ibu yang akan melahirkan, karena ia akan didampingi oleh keluarga dan mendapatkan dukungan penuh, tetap bisa mengawasi anakanaknya, sehingga dapat mengurangi rasa sakit yang ada. (Spatafora, 2009). Berdasarkan penelitian Kenneth C. Johnson, et al pada tahun 2005 terhadap 5418 orang ibu yang melakukan persalinan di rumah ditolong oleh bidan dibandingkan dengan 4724 orang ibu yang melakukan persalinan di rumah sakit, menyebutkan bahwa persalinan di rumah menjauhkan ibu dan bayi terekspose dari pathogen-pathogen dari rumah sakit. Rata-rata infeksi nifas pada ibu yang bersalin di rumah sakit sekitar 25%, sedangkan di rumah sebesar 4%. Apgar score 5 menit bayi yang lahir di rumah sebanyak 94,5%

3

baik sedangkan 1,3% bayi dengan apgar score 40cm:

makrosomia, kehamilan kembar, polyhidramnion, gawat janin dengan DJJ 180/menit, primigravida pada persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5, presentasi bukan

14

belakang kepala (sungsang, lintang), tali pusat menumbung, presentasi ganda/majemuk, tanda dan gejala syok, tanda dan gejala persalinan dengan fase laten yang memanjang (fase laten>8jam, kontraksi teratur>2x dalam 10 menit. (Protap Puskesmas) Faktor lainnya yang mempengaruhi pengambilan

keputusan dalam menentukan persalinan di rumah diantaranya; pengalaman bidan, jarak dari rumah sakit, kondisi jalan, pengalaman persalinan ibu sebelumnya dan komitmen ibu melakukan persalinan di luar rumah sakit. (Varney, 2004) b. Kriteria bidan Persalinan di rumah hanya diperuntukkan bagi persalinan normal. Bagian dari perencanaan persalinan di rumah salah satunya ialah mempersiapkan apa yang akan dilakukan jika terjadi kegawatdaruratan. Persalinan di rumah yang aman tergantung kepada keterampilan penolong persalinan dan ketersediaan teknologi 24 jam sehari untuk komplikasi dan keadaan gawat darurat. (Varney, 2004) Menurut Syafrudin, bidan sebagai penolong persalinan di rumah harus memenuhi kriteria sebagai berikut. Pertama, seorang penolong persalinan harus memiliki kemampuan dalam bidang psikologi, kemampuan ini diartikan sebagai kesanggupan. Mengingat pentingnya dan risiko yang dihadapi, penolong persalinan harus mempunyai kemampuan yang

15

cukup terampil, cepat berpikir, cepat menganalisis, cepat menginterpretasi tanda dan gejala, cepat menyusun konsep, dan mempunyai pengetahuan serta pengalaman. Kedua, seorang penolong persalinan harus memiliki terampil. Pekerjaan bidan adalah pekerjaan yang bersifat

keterampilan. Oleh karena itu, bidan harus memiliki keterampilan yang cukup banyak dalam segala perawatan, pertolongan, dan persalinan. Ketiga, seorang penolong persalinan harus memiliki kepribadian. Kepribadian disini meliputi kesehatan jasmani dan rohani dalam segala aspek, berpadu organisasi yang dinamis yang akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Aspek-aspek tersebut ialah fisik, maturitas atau kematangan, mental, emosi, dan sikap. Seluruh aspek tersebut harus dimiliki oleh bidan sebagai penolong persalinan yang memiliki kepribadian sehingga mampu menghadapi rintangan yang ada dengan dewasa. (Syafrudin, 2000) c. Lingkungan Kondisi rumah yang familiar bagi ibu bersalin diharapkan dapat menciptakan atmosfir yang kondusif bagi ibu sehingga menimbulkan respon alamiah untuk bersalin. (Cohen, 2010) Untuk mewujudkan rumah yang kondusif untuk

pertolongan persalinan, seorang bidan harus memperhatikan kebersihan lingkungan rumah, ketersediaan air bersih, dan kondisi

16

jalan dan jarak dari rumah sakit untuk menjamin proses rujukan yang adekuat. (Varney, 2003) d. Regulasi yang berlaku di Indonesia Di beberapa negara, persalinan di rumah sudah dilarang, seperti di wilayah Eropa Timur, misalnya Hungaria dan Czech Republik (Stracansky, 2011). Sedangkan di Indonesia, praktik ini masih legal dan dilakukan oleh hampir separuh dari wanita Indonesia (43,2%). (Riskesdas, 2010) dan bidan diperbolehkan melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 369 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan bahwa bidan dapat praktik di berbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik, atau unit kesehatan lainnya. (Menkes, 2007) Bidan yang dimaksud dalam hal tersebut di atas ialah mengikuti pengertian bidan di Indonesia yaitu seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. (Menkes, 2007)

BAB III PEMBAHASAN

A. Manfaat Persalinan di Rumah Persalinan di rumah adalah persalinan yang dilakukan di rumah ibu bersalin, di luar fasilitas kesehatan. Di zaman dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat seperti saat ini, persalinan di rumah kembali menjadi pilihan. Pilihan untuk bersalin di rumah sejalan dengan trend back to nature yang berkembang di bidang kesehatan. Setiap pasangan memiliki alasan masing-masing untuk memilih tempat, pendamping persalinan, atau bagaimana proses persalinan yang akan ditempuh dalam melahirkan anak mereka. Namun pada literatur yang dibaca oleh penulis mengatakan, pasangan yang pernah bersalin di rumah, pada kehamilan berikutnya merencanakan kembali untuk

bersalin di rumah. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya manfaat yang dirasakan oleh ibu dan pasangan. Di beberapa literatur mengatakan bahwa manfaat persalinan di rumah diantaranya ibu merasa lebih nyaman, mendapat asuhan yang berkesinambungan (continuity of care), terbebas dari intervensi, mendapat pilihan yang tidak terbatas, meningkatkan bonding-attachment, dan lebih aman daripada persalinan di rumah sakit bagi ibu dengan risiko rendah.

17

18

Diantara manfaat-manfaat tersebut, salah satuya adalah ibu mendapat asuhan secara berkesinambungan (continuity of care). Bidan sebagai pendamping persalinan selalu berada mendampingi ibu selama proses persalinan di rumah. Pada persalinan yang dilakukan di rumah, ibu didampingi oleh bidan yang sama sejak awal dimulainya persalinan hingga akhir tanpa perlu adanya pergantian pendamping persalinan seperti yang terjadi di rumah sakit pada saat pergantian shift. Dengan demikian, ibu akan mendapat asuhan yang berkesinambungan secara eksklusif dari bidan dalam pemantauan keadaan bayi dan ibu selama proses persalinan dan periode postpartum. Keadaan ini sangat menguntungkan karena bidan dan wanita dapat menjalin hubungan saling percaya sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh Gready, et al. pada tahun 1995 bahwa wanita merasa asuhan yang diberikan bidan komunitasnya sangat luar biasa, lebih mengenal bidannya, dan ingin bidan tersebut membantu persalinannya kembali daripada bidan di rumah sakit yang tidak dikenal. (Henderson, 2005). Asuhan yang berkesinambungan (continuity of care) ini juga sangat penting didapatkan oleh seorang ibu dari tenaga profesional yang sama agar setiap perkembangan kesehatannya terus terpantau dengan baik dan membuat ibu lebih terbuka dan percaya kepada bidan yang sudah dikenalnya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil

19

perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Informasi yang diberikan bidan melalui konseling, informasi, dan edukasi diharapkan dapat memberdayakan ibu, membuat ibu mampu untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya. Sehingga terbentuk hubungan kemitraan antara bidan dan klien karena bidan tidak lagi mendominasi dalam pengambilan keputusan asuhan yang tepat bagi ibu. Dengan demikian, tidak akan terjadi lagi kesulitan dalam merujuk akibat klien terlambat dalam pengambilan keputusan. Selain itu, sebagian besar ibu yang bersalin di rumah mengatakan bahwa ibu merasa lebih nyaman, relaks, dan tenang. Suasana rumah yang sudah dikenal oleh ibu, dengan dikelilingi oleh anggota keluarga yang ibu sayangi membuat ibu merasa nyaman dengan bersalin di rumah. Privasi ibu juga lebih terjaga karena orang-orang yang berada di sekelilingnya bukanlah orang asing memberikan atmosfir tersendiri bagi ibu yang bersalin. Pada dasarnya, persalinan dapat berjalan secara normal, tanpa campur tangan dan intervensi yang tidak perlu. Persalinan merupakan proses tubuh secara natural yang bekerja secara optimal ketika tidak ada intervensi. Bersama bidan mendampingi persalinan di rumah ibu sendiri dengan tingkat intervensi paling rendah. Menurut Sheila Kitzinger dalam salah satu bukunya yag berjudul Homebirth, Apabila timbul masalah dalam proses persalinan, sebagian besar dapat dikoreksi dengan

20

memberikan ibu ekstra cairan atau makanan atau mengganti posisi. (Kitzinger, 1995). Dengan demikian, penggunaan intervensi ternyata tidak meningkatkan outcome persalinanbaik ibu, maupun bayinya. Penggunaan intervensi rutin di rumah sakit sebagian besar berkurang jika ibu bersalin di rumah. Terlebih lagi, terkadang intervensi ini bersifat membahayakan ibu dan bayi, misalnya pitogin yang dapat meningkatkan kejadian fetal distress. Secara statistik, intervensi yang berbahaya ini sebagian besar dapat dieliminasi jika seorang wanita bersalin di rumah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh C. Kenneth Johnson menyebutkan bahwa persalinan di rumah oleh bidan dilaporkan mereduksi hampir separuh dari kebutuhan akan intervensi medis dibandingkan ibu yang bersalin di rumah sakit, misalnya episiotomi (di rumah hanya 2,1% dari 33% bagi ibu di rumah sakit), saesarean section (3,7% dari 19%), vacuum extraction (0,6% dari 5,5%). (Johnson, 2005) Dengan bersalin di rumah, ibu mendapat kebebasan dalam memilih posisi dan waktu pemeriksaan, siapa yang boleh menghadiri persalinannya, metode pengurang rasa sakit non farmakologis seperti Birth ball dan herbal-pain relief tersedia jika ibu menginginkan. Karena berada di rumahnya sendiri, ibu tidak canggung dan merasa memiliki kendali penuh terhadap tubuhnya, kebutuhannya, dan atas intervensi yang didapat selama proses persalinan. Tidak ada satu pun intervensi dilakukan tanpa persetujuan ibu.

21

Ibu, bayi, dan keluarga selalu berada bersama dan tidak dipisahkan. Ayah, keluarga atau orang yang dicintai ibu dapat bebas mendampingi ibu selama proses persalinan, tidak dijauhkan atau diberi status sebagai orang asing seperti yang sering terjadi di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Satu dari penelitian-penelitian terbaru yang dipublikasikan di Canadian Medical Assn. Journal, didapati bahwa risiko kematian sedikit lebih rendah diantara bayi-bayi yang dilahirkan di rumah (0,35 per 1000 untuk mereka yang melahirkan di rumah sakit). Penelitian ini menyimpulkan bahwa melahirkan di rumah dengan bidan mungkin menawarkan lebih banyak manfaat seperti: para wanita yang melahirkan di luar rumah sakit lebih berkemungkinan kecil mengalami komplikasikomplikasi tertentu, seperti vagina yang ruptur, dan bayi-bayi mereka lebih berkemungkinan kecil memerlukan beberapa jenis terapi

pendukung setelah dilahirkan. (Patricia, 2009). Begitu lahir, bayi difasilitasi untuk melakukan inisiasi menyusu dini, selalu ditempatkan di dekat ibu tidak seperti yang sering terjadi di rumah sakit dimana bayi dipisahkan di ruang bayi (perinatologi). Dengan demikian, diharapkan akan terjalin hubungan dan keterikatan batin yang baik antara ibu, bayi, ayah, dan keluarga sedini mungkin. Ibu juga bebas mencurahkan kasih sayangnya pada bayi yang bayi yang baru dilahirkan.

22

Statistik menunjukkan bahwa persalinan di rumah adalah aman atau lebih aman daripada bersalin di rumah sakit bagi ibu dengan risiko rendah dan mendapat asuhan prenatal yang adekuat dan pendamping persalinan yang terampil. (Cohen, 2010). Dalam literatur dikatakan bahwa bersalin di rumah 3 kali lebih aman daripada melahirkan di rumah sakit. Yang dimaksud aman disini adalah aman dari infeksi yang didapat dari rumah sakit. Dalam literatur juga dikatakan bahwa bersalin di rumah menurunkan kerugian infeksi 2 kali lipat daripada bersalin di rumah sakit. Berdasarkan penelitian Kenneth C. Johnson, et al pada tahun 2005 terhadap 5418 orang ibu yang melakukan persalinan di rumah ditolong oleh bidan dibandingkan dengan 4724 orang ibu yang melakukan persalinan di rumah sakit, menyebutkan bahwa persalinan di rumah menjauhkan ibu dan bayi terekspose dari pathogen-pathogen dari rumah sakit. Rata-rata infeksi nifas pada ibu yang bersalin di rumah sakit sekitar 25%, sedangkan di rumah sebesar 4%. Apgar score 5 menit bayi yang lahir di rumah sebanyak 94,5% baik sedangkan 1,3% bayi dengan apgar score