manajemen usaha perkebunan

12
MANAJEMEN USAHA PERKEBUNAN AGLAONEMA 1. Manajemen Budidaya a. Planning (Perencanaan) Perencanaan budidaya aglaonema harus memperhatikan syarat tumbuh dari tanaman agloanema tersebut. Dalam hal perencanaan budidaya adalah hal yang paling utama untuk diperhatikan karena akan berkaitan erat dengan keberhasilan dari usaha perkebunan aglaonema sendiri. Alasannya adalah budidaya merupakan hal utama yang akan menentukan hal-hal lain terkait dengan usaha ini. Syarat tumbuh dari tanaman aglaonema sebagai hal pertama yang harus disesuaikan dengan manajemen budidaya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Cahaya Aglaonema membutuhkan sinar matahari yang cukup untuk proses fotosintesis. Sebetulnya tanaman ini dapat hidup di dataran sedang. Namun, beberapa jenis lebih menyenangi lokasi teduh dengan pencahayaan terbatas, kira-kira 10% - 30% sehingga dibutuhkan paranet sekitar

Upload: precillya-grace

Post on 10-Nov-2015

87 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

manajemen perkebunan pada usaha budidaya aglaonema, meliputi pilar dasar manajemen dalam berbagai aspek

TRANSCRIPT

MANAJEMEN USAHA PERKEBUNANAGLAONEMA

1. Manajemen Budidaya

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan budidaya aglaonema harus memperhatikan syarat tumbuh dari tanaman agloanema tersebut. Dalam hal perencanaan budidaya adalah hal yang paling utama untuk diperhatikan karena akan berkaitan erat dengan keberhasilan dari usaha perkebunan aglaonema sendiri. Alasannya adalah budidaya merupakan hal utama yang akan menentukan hal-hal lain terkait dengan usaha ini.

Syarat tumbuh dari tanaman aglaonema sebagai hal pertama yang harus disesuaikan dengan manajemen budidaya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

CahayaAglaonema membutuhkan sinar matahari yang cukup untuk proses fotosintesis. Sebetulnya tanaman ini dapat hidup di dataran sedang. Namun, beberapa jenis lebih menyenangi lokasi teduh dengan pencahayaan terbatas, kira-kira 10% - 30% sehingga dibutuhkan paranet sekitar 70% - 90%. Bila diletakkan di dataran rendah membutuhkan paranet 90% sehingga sinar matahari yang masuk 10%. Sementara bila diletakkan di dataran sedang umumnya memerlukan paranet 70%. Aglaonema sangat tahan dengan pencahayaan minimal (150 cahaya lilin) makanya tanaman hias ini cocok dipakai sebagai indoor plant yang cukup lama (1-2 minggu) oleh karena itulah, tanaman ini populer sebagai indoor plant (Budiana, 2006).Cahaya matahari yang terlalu terik dapat membakar helai daun Aglaonema. Akan tetapi, bila kekurangan cahaya, tanaman akan terhambat pertumbuhannya. Tanda-tanda kelebihan cahaya matahari adalah daun Aglaonema menjadi pucat, putih, dan bahkan ada titik-titik gosong atau terbakar, serta daun terlihat cenderung tegak (sudut antara daun dan batang kurang dari 45). Tegaknya daun itu sebetulnya merupakan mekanisme pertahanan diri Aglaonema agar cahaya yang menimpa daun tidak terlalu banyak (Ari W. Purwanto, 2006). TemperaturAglaonema termasuk jenis tanaman yang membutuhkan tingkat kelembaban yang tinggi. Temperatur siang yang diperlukan adalah 240C - 290C, sedangkan temperatur malam yang diperlukan adalah 180C - 210C. Tetapi Aglaonema, seperti halnya tanaman hias ruangan pada umumnya, sangat mudah menyesuaikan diri pada temperatur yang ada, asalkan temperatur tersebut tidak berubah-ubah. Cuaca dingin yaitu yang bertemperatur sekitar 120C - 150C juga dapat membantu tanaman yang baru dipindahkan atau dipotkan untuk menyesuaikan diri (Putri, 1990).Tanaman Aglaonema bisa bertahan sampai suhu 32C. Aglaonema pada suhu diatas 32C, tanaman akan terbakar dan akhirnya mati. Hal itu dikarenakan beberapa bagian tanaman mengalami kekurangan suplai makanan atau nutrisi akibat penguapan cairan pada jaringan cukup besar. Oleh karena itu, bila temperatur terlalu tinggi, sebaiknya segera dilakukan penyemprotan uap air di sekitar lingkungan tanaman agar temperatur dapat kembali normal (Ari W. Purwanto, 2006). Kelembaban

Pada dasarnya tanaman Aglaonema hidup dibawah naungan pepohonan. Aglaonema tumbuh dengan baik pada kelembaban yang relatif tinggi. Tanaman hias Aglaonema menyukai udara dengan kelembaban sekitar 50% yang merupakan perpaduan suhu ideal sekitar 250C pada siang hari dan 160C sampai 200C pada malam hari (Subono dan Andoko, 2005).Hal berikutnya yang perlu disiapkan terkait dengan rencana usaha perkebunan aglaonema terkait dengan budidaya adalah mengenai varietas apa yang akan dibudidayakan. Perencanaan varietas apa yang akan dibudidayakan dapat mempertimbangkan nilai jual dari aglaonema itu sendiri, lingkungan tumbuh maupun keadaan dari lahan yang digunakan untuk usaha perkebunan.

b. Organizing (Organisir)

Organisir dalam manajemen budidaya adalah hal yang terkait dengan pembagian waktu, area dan pekerja yang terlibat dalam aktualisasi dari perencanaan budidaya. Hal-hal yang ada dalam aspek organisir adalah pembagian waktu untuk pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman dan siapa saja perkerja yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut.

c. Actuating (Pengarahan atau Aktualisasi)

Aktualisasi dari perencanaan budidaya adalah bagaimana teknik budidaya yang dilakukan dalam budidaya aglaonema tersebut. Teknik budidaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Persiapan Lahan Ada dua macam tempat penanaman Aglaonema yaitu di tanah dan di dalam pot. Apabila Aglaonema akan ditanam pada tanah, tahap-tahap yang harus dilakukan utuk pengolahan lahan adalah sebagai berikut:

Lakukan pengolahan tanah dilokasi yang telah dipilih.

Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul agar tanah menjadi gembur, dengan kedalaman 20 cm.

Tambahkan humus dan pasir halus secukupnya agar subur dan bersifat porous, dengan perbandingan 1:1. Humus dan pasir diaduk merata sampai homogen. Pemberian pupuk kandang diawal penanaman dengan dosis 20-30 ton/ha. Dilakukan penanaman benih atau bibit yang telah disiapkan dengan jarak tanam 50 cm-100 cm

(Subono dan Andoko, 2005). Media Tanam

Media tanam adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman atau bahan tanaman, tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang. Disamping itu media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di dalam media tanam. Media tanam yang paling umum digunakan adalah tanah (Ari W. Purwanto, 2006).Aglaonema di habitat aslinya tumbuh dilapisan tanah paling atas yang umumnya berupa tumpukan sisa-sisa daun dan ranting tanaman yang telah terdekomposisi menjadi kompos. Aglaonema di alam umumnya tumbuh di bawah rindangnya pepohonan besar dan tinggi dengan daun yang rimbun. Hal ini menyebabkan lingkungan tumbuh asli Aglaonema merupakan daerah yang subur, lembab dan terlindung dari sinar matahari langsung. Oleh karena itu untuk menghasilkan Aglaonema yang prima, maka diperlukan media tanam yang subur, mempunyai derajat keasaman sekitar 6-7 dan bersifat porous tetapi tetap bisa menjaga kelembaban dalam jumlah cukup (Sukanto, 2001).

Media tanam Aglaonema pada prinsipnya tidak harus menggunakan media khusus. Namun yang pasti media tersebut harus dapat menjaga kelembaban atau tidak terlalu basah dan mempunyai drainase yang baik. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai media tanam antara lain potongan pakis, sekam bakar, pasir, dan cocopeat (Leman, 2006).d. Controlling (Pengawasan)

Setiap kegiatan yang berkaitan dengan budidaya harus terus diawasi agar berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan di awal. Oleh sebab itu, pada aspek organizing ditentukan siapa saja yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan budidaya. Orang-orang tersebut sekaligus menjadi pengawas kegiatan budidaya.2. Manajemen Organisasi dan Sumberdaya Manusia

Struktur organisasi pada tingkat unit kerja manajer kebun pada perkebunan aglaonema dalam suatu studi literature adalah sebagai berikut:

Bentuk dari mananajemen organisasi yang dilakukan sehari-hari pada kegiatan usaha perkebunan aglaonema adalah sebagai berikut:

Pada pagi hari, setiap akan melakukan kegiatan usaha di perkebunan aglaonema seluruh pekerja yang terdiri atas pimpinan perkebunan, manajer operasional, mandor (manajer kebun), manajer bengkel, dan pekerja melakukan pertemuan dalam rangka membagi pekerjaan serta absensi.

Pimpinan dalam kegiatan di kebun bertugas untuk mengawasi dan memantau bagian kebun dan bengkel. Manajer kebun bertanggung jawab atas kegiatan budidaya di kebun, sedangkan manajer bengkel bertanggung jawab atas kegiatan yang berkaitan dengan pembuatan media tanam (pot). Manajer kebun dan bengkael bertugas untuk mengawasi serta membuat laporan harian pada manajer operasional mengenai kegiatan setiap harinya dan rencana kegiatan pada hari berikutnya. Pekerja kebun bertugas dan bertanggung jawab dalam hal perawatan tanaman (pemangkasan, pemupukan, pencegahan dan pembasmian hama serta penyakit tanaman secara berkala), panen dan pasca panen (pemetikan, pemecahan buah, fermentasi, sortasi dan penyimpanan). Sedangkan pekerja bengkel membuat penyangga pot (pengelas besi) dan pemotong besi dan pengecat.Jika ditinjau dari kegiatan manajemen organisasi sehari-hari yang pada perkebunan aglaonema di atas, maka kegiatan tersebut jika dikorelasikan dengan empat aspek dalam manajemen yang meliputi planning, organizing, actuating, dan controlling manajemen organisasi akan terbagi menjadi beberapa poin seperti berikut ini:a. Planning (Perencanaan)

Jumlah tenaga kerja yang direncanakan berjumlah 15 orang tenaga kerja. Pembagian kerja dilakukan langsung oleh pimpinan usaha perkebunan. Dari 15 orang tenaga kerja tersebut satu orang ditunjuk sebagai Manager Operasional yang kemudian membawahi satu orang manajer kebun dan manajer bengkel. Tenaga kerja bagian kebun berjumlah 8 orang, dengan pembagian kerja 6 orang dibagian kebun utama dan 2 orang pada kebun pembibitan. Sedangkan untuk tenaga kerja pada bagian bengkel berjumlah 4 orang, dengan pembagian kerja 2 orang merupakan pembuat penyangga pot (pengelas besi) dan 2 orang merupakan pemotong besi dan pengecat. Pimpinan perkebunan, jajaran manajer dan pekerja melakukan pertemuan untuk merencanakan kegiatan di kebun pada pagi hari.

Manajer kebun dan bengkel bertugas membuatan rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk esok hari setiap selesai melakukan pekerjaan di kebun.

b. Organizing (Organisir)

Seluruh pekerja yang terdiri atas pimpinan perkebunan, jajaran manajer dan pekerja melakukan pertemuan dalam rangka membagi pekerjaan sekaligus areal kerja setiap pagi hari.c. Actuating (Pengarahan atau Aktualisasi)

Manajer kebun dan bengkel bertanggung jawab untuk mengarahkan pekerja sesuai dengan tanggung jawab kerjanya masing-masing.

Pekerja kebun bertugas dan bertanggung jawab dalam hal perawatan tanaman, panen dan pasca panen. Sedangkan pekerja bengkel membuat penyangga pot (pengelas besi) dan pemotong besi dan pengecat.d. Controlling (Pengawasan) Pimpinan dan manajer bertugas untuk mengawasi pekerja baik teknis (budidaya) maupun non teknis (bengkel) yang ada di kebun.

Manajer kebun dalam kegiatan kebun mengawasi kinerja dari pekerja teknis.

Manajer bengkel bertanggung jawab atas aktivitas bengkel.

Manajer operasional bersama dengan pimpinan kebun bertanggung jawab pada pengawasan pemasaran dan penjualan aglaonema, aktivitas admnistrasi umum dan keuangan.

3. Manajemen Tataletak (Layout) Kebun

Berikut ini adalah tata letak dari usaha perkebunan aglaonema yang terdiri atas beberapa bagian:

a. Planning (Perencanaan)

Hal yang pertama kali dilakukan adalah pembuatan perencanaan perijinan usaha perkebunan.

Perencanaan mengenai tata letak kebun juga harus dilakukan untuk memudahkan proses manajemen produksi dan operasi usaha.

Perencanaan usaha juga harus memperhatikan sumber air untuk memudahkan proses irigasi tanaman.

b. Organizing (Organisir)

c. Actuating (Pengarahan atau Aktualisasi)

d. Controlling (Pengawasan)