manajemen penetasan ayam broiler di pt. …... · 4.2.7 sanitasi dan perawatan di hatchery ......

Download MANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI PT. …... · 4.2.7 Sanitasi dan Perawatan di Hatchery ... induk ayam, jumlah telur yang ditetaskan relatif sedikit dan selama masa pemeliharaan

If you can't read please download the document

Upload: nguyenliem

Post on 05-Feb-2018

441 views

Category:

Documents


86 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    MANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI

    PT. SUPER UNGGAS JAYA, PASURUAN

    TUGAS AKHIR

    Oleh :

    RADITYA IMAM PAMBUDI

    H3409021

    PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2012

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    MANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI

    PT. SUPER UNGGAS JAYA PASURUAN

    TUGAS AKHIR

    Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Sebutan Ahli Madya Peternakan

    Program Diploma III Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    Program Studi Agribisnis Peternakan

    Oleh :

    RADITYA IMAM PAMBUDI

    H3409021

    PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2012

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    MANAJEMEN PENETASAN AYAM BROILER DI

    PT. SUPER UNGGAS JAYA PASURUAN

    TUGAS AKHIR

    Disusun oleh :

    RADITYA IMAM PAMBUDI

    H3409021

    Telah dipertahankan di depan dewan penguji

    Pada tanggal : 24 Juli 2012

    Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Susunan tim penguji

    Penguji I Penguji II

    Shanti Emawati, S.Pt, MP. Winny Swastike, S.Pt, MP. NIP.19800903 200501 2 001 NIP. 19800807 200604 2 042

    Surakarta, Juli 2012

    Universitas Sebelas Maret

    Fakultas Pertanian

    Dekan

    Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 195602251986011001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan Tugas Akhir ini,

    dengan judul Manajemen penetasan ayam broiler di PT. Super Unggas Jaya,

    Pasuruan, Tugas Akhir ini merupakan laporan dari hasil magang di PT. Super

    Unggas Jaya Pasuruan, yang disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar

    Ahli Madya Diploma III Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Peternakan

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Dalam Tugas Akhir ini tidak lepas akan adanya bantuan dari berbagai

    pihak. Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada yang terhormat :

    1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2. Ir. Wartoyo, SP, M.S selaku Koordinator Program D III Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Ir. Wara Pratitis, S.S SPt. MP selaku Ketua Minat Program Studi D III

    Agribisnis Minat Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    4. Shanti Emawati, SPt, MP. selaku Dosen Pembimbing Magang.

    5. Winny Swastike, SPt, MP. selaku Penguji.

    6. Pimpinan dan karyawan PT. Super Unggas Jaya yang telah membantu dalam

    pelaksanaan magang.

    7. Orang tua serta semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dukungan.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

    Tugas Akhir ini, tetapi penulis selalu berharap semoga laporan Tugas Akhir ini

    bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

    Surakarta, Juni 2012

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ..

    HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

    KATA PENGANTAR ......................................................................................

    DAFTAR ISI .................................................................................................

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... ..

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ..

    DAFTAR LAMPIRAN..

    I. PENDAHULUAN......................................................................................

    1.1 Latar Belakang ....................................................................................

    1.2 Tujuan Kegiatan ..................................................................................

    1.3 Manfaat Kegiatan................................................................................

    II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

    2.1 Penetasan telur ....................................................................................

    2.2 Grading (Seleksi Telur) ....................................................................

    2.3 Fumigasi Telur Tetas . ........................................................................

    2.4 Penyimpanan Telur .............................................................................

    2.5 Proses Penetasan .................................................................................

    2.5.1 Pre Warming.

    2.5.2 Setter.

    2.5.3 Transfer Telur Tetas dan Candling .

    2.5.4 Hatcher

    2.5.5 Pull Chick

    2.6 Sanitasi pada Hatchery. ......................................................................

    III. METODE PELAKSANAAN ....................................................................

    3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................

    3.2 Aspek yang dikaji ...............................................................................

    3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................

    3.4 Sumber Data ........................................................................................

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    ix

    1

    1

    2

    2

    3

    3

    5

    7

    7

    8

    8

    8

    10

    10

    11

    13

    14

    14

    14

    14

    15

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

    4.1 Keadaan Umum Perusahaan ..............................................................

    4.1.1 Sejarah Perusahaan....

    4.1.2 Lokasi Perusahaan.

    4.1.3 Ketenagakerjaan

    4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan.

    4.1.5 Peranan Perusahaan..

    4.1.6 Peluang dan Kendala perkembangan Perusahaan... ..

    4.2 Manajemen Penetasan Ayam Broiler. ...............................................

    4.2.1 Manajemen grading (seleksi) telur tetas...

    4.2.2 Manajemen penyimpanan telur dan pre warming......

    4.2.3 Manajemen penetasan telur dimesin setter......

    4.2.4 Manajemen peneropongan atau candling HE.

    4.2.5 Manajemen penetasan telur dimesin hatcher......

    4.2.6 Manajemen pull chick...

    4.2.7 Sanitasi dan Perawatan di Hatchery..

    V. PENUTUP ..................................................................................................

    5.1 Kesimpulan .........................................................................................

    5.2 Saran ....................................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    16

    16

    16

    16

    17

    20

    20

    21

    22

    23

    25

    26

    28

    29

    30

    32

    35

    35

    35

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Perbedaan setting temperature pada beberapa jenis mesin..

    2. Perbedaan setting temperature antara ayam broiler dan layer...

    3. Standar suhu ruangan-ruangan hatchery.............................................

    4. Penyebab telur grade out. ....................................................................

    5. Suhu didalam ruang penyimpanan .....................................................

    6. Hubungan lama penyimpanan HE dengan lama pre warming...........

    7. Setting HE ke Setter...........................................................................

    8. Jadwal Petugas setting per setter .......................................................

    9

    10

    22

    24

    25

    25

    26

    26

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Struktur organisasi PT. Super Unggas Jaya unit Sukorejo

    19

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Lay Out Perusahaan..

    2. Foto-foto kegiatan magang...

    38

    39

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penetasan telur yang umum dilakukan oleh peternak adalah ada dua

    cara yaitu: penetasan telur secara alami dan penetasan telur secara buatan.

    Penetasan telur secara alami yaitu penetasan telur dengan menggunakan

    induknya untuk mengerami telurnya seperti ayam, entok dan bangsa-bangsa

    burung. Itik atau bebek tidak bisa mengeraminya sendiri, biasanya

    menggunakan unggas lain untuk membantu menetaskan telurnya.

    Penetasan telur secara buatan yaitu menetaskan telur dengan

    menggunakan alat yang berupa mesin tetas telur atau alat penetasan telur.

    Penetasan telur ini menggunakan mesin tetas, dimana fungsinya

    menggantikan induk asli dari unggas tersebut. Sistem kerja mesin tetas sama

    seperti sistem kerja induk, suhu dan kelembaban bisa diatur oleh orang yang

    menetaskan. Kelebihan dari mesin tetas ini adalah mampu menampung telur

    yang akan ditetaskan dalam jumlah yang banyak, dari 100 butir sampai ribuan

    butir lebih. Perusahaan pembibitan ternak unggas (breeding farm), yang

    sekala usahanya cukup besar seperti PT. Super Unggas Jaya menggunakan

    mesin tetas yang modern (komersial) dan kapasitasnya cukup banyak.

    Penetasan telur merupakan suatu usaha untuk menghasilkan unggas

    baru dalam meneruskan usaha peternakan tersebut dengan cara mengunakan

    mesin tetas selama waktu tertentu , sesuai dengan jenis telur yang ditetaskan.

    Menetaskan telur adalah usaha untuk menghasilkan anak/keturunan pada

    ternak unggas. Penetasan juga merupakan suatu proses biologis yang

    kompleks untuk menghasilkan generasi baru dalam usaha untuk

    mempertahankan kelangsungan hidup ternak unggas yang berkesinambungan.

    1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    1.2 Tujuan Kegiatan

    Tujuan dari kegiatan magang ini adalah :

    1. Memahami dan meningkatkan kemampuan manajerial dalam usaha

    penetasan ayam broiler.

    2. Mengetahui dan memahami secara langsung tentang manajemen

    pengelolaan dibidang penetasan ayam broiler.

    3. Mengetahui segala aspek yang terkait dengan kegiatan magang dalam

    penetasan ayam broiler.

    4. Mengetahui teknologi yang digunakan dalam manajemen penetasan

    ayam broiler.

    1.3 Manfaat Kegiatan

    Manfaat dari pelaksanaan magang di PT. Super Unggas Jaya ini adalah :

    1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu teori dalam perkuliahan

    kedalam dunia kerja.

    2. Mengetahui faktor-faktor eksternal di lapangan yang mempengaruhi

    pengaplikasian teori ilmu.

    3. Mahasiswa mampu berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam

    lingkungan perusahaan.

    4. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan dan kendala dalam

    pengelolaan dan pengembangan usaha penetasan ayam broiler.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penetasan Telur

    Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas

    untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi

    dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh

    tiga bagian utama yaitu kulit telur, bagian cairan bening, dan bagian cairan

    yang berwarna kuning (Rasyaf, 1990).

    Bangsa unggas secara alamiah yang salah satunya adalah ayam, akan

    mengerami telur-telurnya bila sudah dirasa cukup baginya sebagai bagian dari

    memperbanyak keturunannya (species nya). Mesin tetas tentunya memang

    diciptakan untuk mengambil alih tugas mengerami dari induk ayam (atau

    bangsa unggas lainnya) dalam mengerami telur-telur yang dibuahi dari hasil

    persilangan atau perkawinan dengan pejantan. Penetasan telur ini merupakan

    suatu upaya untuk menyelesaikan permasalahan kebutuhan unggas

    dimasyarakat baik kebutuhan untuk dikonsumsi maupun kebutuhan untuk

    dibudidayakan. Penetasan telur ini menggunakan mesin tetas, dimana

    fungsinya menggantikan induk asli dari unggas tersebut. Sistem kerja mesin

    tetas sama seperti sistem kerja induk, suhu dan kelembaban bisa diatur oleh

    orang yang menetaskan, namun kelebihan dari mesin tetas ini adalah mampu

    menampung telur yang akan ditetaskan dalam jumlah yang banyak, tetapi

    menetaskan telur menggunakan mesin tetas masih belum terlalu banyak

    diterapkan dimasyarakat, karena mereka belum memahami teknis penggunaan

    dari mesin tetas tersebut (Rasyaf, 1995).

    Menetaskan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan

    bantuan mesin penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi

    tingkah laku (behaviour) induk ayam atau unggas lainnya selama masa

    mengeram, oleh karena itu jika banyak orang yang menyebut alat ini dengan

    istilah mesin penetas telur dan ada sebagian orang yang menggunakan istilah

    setter (ruang pengeraman) dan hatcher (ruang penetasan). Masalah penetasan

    3

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    telur dalam beternak unggas, khususnya ayam ras, sangat penting. Sebab,

    tujuan beternak ayam adalah untuk memproduksi daging maupun telur ayam.

    Populasi yang dimiliki semakin banyak, semakin banyak pula keuntungan

    peternak, untuk memperbanyak populasi ayam dibutuhkan cara penetasan

    telur yang tepat (Yuwanta, 1983).

    Pada hakekatnya ada dua cara penetasan telur, yaitu secara alami

    (dengan induknya sendiri) dan secara buatan (dengan alat penetas pengganti

    induk).

    1. Menetaskan telur secara alami.

    Proses penetasan telur secara alami perlu mempersiapkan tempat

    penetasan telur yang biasa disebut sarang atau sangkar yang terbuat dari

    rumput atau jerami yang bersih dan lembut, biasanya seekor induk ayam

    dapat mengerami telurnya sebanyak 10 15 butir, tergantung pada besar

    kecilnya induk ayam itu.

    2. Menetaskan telur secara buatan

    Menetaskan telur dengan alat dilakukan bila anda ingin

    memperoleh anak-anak ayam dalam jumlah banyak, bila dilakukan oleh

    induk ayam, jumlah telur yang ditetaskan relatif sedikit dan selama masa

    pemeliharaan anak ayam, kegiatan produksi telur terhenti. Mesin tetas

    akan membantu ternak dalam memperluas usahanya, pekerjaan yang

    bertujuan untuk mendapatkan anak ayam ini merupakan suatu pekerjaan

    tersendiri dan memerlukan penguasaan teknologi yang mengarah pada

    spesialisasi.

    Adapun macam-macam dari mesin tetas adalah sebagai berikut :

    1. Alat tetas dengan teknologi sekam dan sumber panas matahari.

    2. Mesin tetas listrik dengan lampu bohlam sebagai alat pemanasnya.

    3. Mesin tetas dengan menggunakan lampu minyak.

    4. Mesin tetas dengan kawat nekelin.

    5. Mesin tetas dengan kombinasi beberapa hal diatas.

    6. Mesin tetas otomatis (Rasyaf, 1995).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    Kelemahan mesin tetas konvensional ini antara lain : (1) pemutaran

    dengan tangan masih kurang halus dan menimbulkan getaran yang dapat

    mengakibatkan kematian embrio ayam; (2) tidak dapat melakukan pemutaran

    yang merata pada semua telur ; (3) frekuensi pemutaran telur sangat terbatas,

    yaitu hanya tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore); (4) suhu dan kelembaban

    kurang merata; serta (5) panas dalam mesin kurang stabil, untuk itu perlu

    penerapan teknologi tepat guna yang mudah dikerjakan, murah, meningkatkan

    produksi DOC dan sekaligus dapat meningkatkan efisiensi usaha (Kamsi,

    1986).

    Mesin penetas telur bisa difungsikan sebagai setter (pengeraman) saja

    atau hatcher (penetasan) atau bisa kedua-duanya dalam waktu yang

    bersamaan. Periode setter berlangsung mulai hari pertama telur masuk ke

    dalam mesin penetas telur sampai 3 hari menjelang telur menetas, sedang

    periode hatcher berlangsung hanya 3 hari yaitu setelah periode setter berlalu

    atau tiga hari sebelum menetas (Yuwanta, 1983).

    2.2 Grading (Seleksi Telur)

    Tahap awal dari proses penetasan dimulai dari penyeleksian telur

    (grading). Grading adalah proses seleksi telur menjadi dua bagian yaitu, telur

    yang layak ditetaskan disebut Heaching Egg (HE) dan telur yang tidak layak

    ditetaskan (Grade Out).

    Klasifikasi telur yang tidak ditetaskan atau afkir :

    1. Telur kotor (dirty).

    2. Telur cacat (benjol, bulat, lonjong).

    3. Telur besar (jumbo).

    4. Telur kerabang tipis, warna tidak seragam.

    5. Kerabang bintik bintik kasar.

    6. Telur retak dan hancur (damage) (Rasyaf, 1995).

    Menurut Sudaryani dan Santoso (2003), tujuan seleksi telur tetas adalah

    untuk mendapatkan anak ayam yang sesuai dengan yang diharapkan. Kriteria

    telur yang baik untuk ditetaskan (Hatching Egg) adalah telur utuh dan bersih,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    bobot telur 55-70 gram, bentuk telur normal dengan indeks 74%, ketebalan

    kerabang 0,33 mm diharapkan dengan kualitas tersebut dapat menghasilkan

    kualitas DOC yang baik yaitu berat minimal 37 gram (Standar Nasional

    Indonesia) dan sehat.

    Sudaryani dan Santosa, (2003) mengatakan untuk mendapatkan telur-

    telur yang bagus untuk ditetaskan harus yakin bahwa telur - telur tersebut

    berasal dari induk - induk ayam yang baik. Memilih atau menyeleksi telur

    tetas sesuai dengan kriteria telur tetas yang baik yaitu telur yang kulitnya

    terlalu kotor perlu dibersihkan, akan tetapi perlu ke hati-hatian dalam

    membersihkan kulit telur jangan sampai lapisan kulit ikut hilang dan pisahkan

    telur retak, kerabang tebal/tipis. Telur yang tidak masuk ke dalam kriteria telur

    tetas dimasukkan ke dalam gudang telur untuk dijual sebagai telur konsumsi.

    Telur yang lolos seleksi ditempatkan di egg tray.

    Grading adalah proses pemisahan telur yang layak tetas dan telur yang

    tidak layak tetas. Ciri ciri telur yang layak ditetaskan:

    Berat telur normal yaitu 50 60 gram.

    Bentuk telur normal yaitu berbentuk oval dengan perbandingan 2:3

    Warna kulit telur berwarna coklat gelap

    Kerabang telur tidak tipis, berukuran 0,3mm

    Kulit telur tidak kasar dan tidak berbintik bintik

    Grading bertujuan untuk menyeleksi telur tetas yang sesuai standar

    untuk ditetaskan, terdapat dua gramade yang digunakan yaitu grade A 56-60

    gram dan gramade B 53-55 gram. Proses grading dilakukan oleh tiga operator

    hatchery dengan pencucian tangan dengan disinfektan sebelum melakukan

    grading telur. Alat-alat yang digunakan dalam proses gramading antara lain

    timbangan digital, spons, dan cutter untuk pembersihan telur yang kotor.

    Telur yang lolos grading disebut hatching egg (HE), sedangkan telur yang

    tidak masuk grade disebut Grade Out dengan ketentuan telur terlalu kecil atau

    besar (jumbo), kerabangnya kotor lebih dari 50 persen, bentuk tidak normal,

    kerabang tipis, kerabang terlalu putih, dan pecah atau rusak, telur grade out

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    akan dipisahkan dan dikirim ke gudang telur sebagai telur komersil (Yuwanta,

    1983).

    2.3 Fumigasi Telur Tetas

    Fumigasi telur dilakukan dengan takaran 200 gram PK 400 cc formalin.

    Ukuran ruangan fumigasi 5 x 5 m. Fumigasi adalah proses sterilisasi telur

    dengan tujuan menghilangkan atau mengurangi kontaminan bibit bakteri yang

    menempel pada permukaan telur agar telur benar-benar terbebas dari bakteri

    maupun jamur (Sudaryani dan Santosa, 2003).

    Telur tetas yang telah lolos seleksi kemudian dimasukkan ke dalam

    ruang fumigasi, fumigasi dilakukan untuk membunuh kuman penyakit, untuk

    menunjang agar fumigasi yang akan kita lakukan dapat berjalan efektif maka

    kita harus memperhatikan beberapa hal :

    1. Temperatur ruangan fumigasi 27-29C.

    2. Kelembaban 70-75%.

    3. Dosis fumigasi (KMnO4 / PK) dan Formalin 1:2) untuk 1 m.

    - PK = 6,5 gr

    - Formalin = 12 cc

    4. Volume ruangan dan jumlah telur.

    5. Waktu fumigasi 15-20 menit (Sudaryani dan Santosa, 2003).

    2.4 Penyimpanan Telur

    Telur yang telah difumigasi disimpan di cooling room. Cooling room

    merupakan ruangan khusus untuk menyimpan telur tetas sebelum dimasukkan

    ke setter. Suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan diatur sehingga embrio

    tidak berkembang. Lama penyimpanan telur tetas berkisar 3-4 hari pada suhu

    20 oC dan kelembaban 70%-80%. Penyimpanan telur tetas yang terlalu lama

    dapat mempengaruhi daya tetas telur. Tujuan telur dimasukkan ke ruang

    pendingin (cooling room) adalah menunggu sampai jumlah telur yang ingin

    ditetaskan tercapai dan juga agar suhu telur semuanya merata dan menekan

    pertumbuhan embrio di dalam telur sebelum masuk ke mesin setter sebelum

    melakukan setting, suhu telur harus disesuaikan dengan suhu ruangan untuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    menghindarkan telur dari pengaruh suhu ruangan pendingin dengan kata lain

    disebut Pre Warming (Sudaryani dan Santosa, 2003).

    2.5 Proses Penetasan

    2.5.1 Pre Warming

    Setelah jumlah telur yang akan ditetaskan terpenuhi,

    maka telur tetas dikeluarkan dari cooling room menuju setter. Akibat

    jauhnya perbedaan suhu antara cooling room dengan setter, maka

    perlu adanya penyesuaian suhu agar embrio yang ada di dalam telur

    tidak mengalami cekaman. Proses penyesuaian suhu tersebut disebut

    pre warming. Lamanya proses pre warming didasarkan pada

    ketebalan kerabang telur.

    Temperatur pre warming:

    James way = 27-28C

    Chick Master = 27-30C

    Kuntungan pre warming yaitu telur tetas (HE) cepat menetas

    dalam udara hangat, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk

    mengembalikan suhu setter dan mampu meningkatkan hatchability

    (Sudaryani dan Santosa, 2003).

    2.5.2 Setter

    Setting adalah proses masuknya telur ke dalam

    mesin setter setelah melalui proses pre warming. Telur dari pre

    warming dimasukkan ke dalam ruang setter (ruang inkubator). Telur

    disetting berdasarkan kandang, kualitas telur, dan umur induk ayam.

    Suhu ruang setter 37,5 oC dan kelembaban 55%. Pemutaran telur tetas

    di dalam setter dilakukan selama 18 hari dengan frekuensi pemutaran

    satu jam sekali. Sudut pemutaran telur 90 o dan kemiringan 45o, bila

    telur tidak diputar, maka kuning telur akan melekat pada satu sisi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    kerabang telur dan berakibat pada kematian embrio (Sudaryani dan

    Santosa, 2003). Setting temperature pada beberapa jenis dapat dilihat

    pada Tabel 1.

    Tabel 1. Perbedaan setting temperature pada beberapa jenis mesin.

    Jenis mesin Sett temperatur Sett humidity

    Keterangan

    James Way 37,1-37,4C 29,4-30,0C Sett point Chick Master

    37,4-37,5C 28,3-29,4C Temperature dan humidity harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan

    Sumber: Rasyaf, 1990.

    Telur berada dalam mesin setter selama 425 jam (18

    hari) dengan sistem pembalikan (turning) satu kali perjam dengan

    suhu 45C dengan sistem otomatis yang bertujuan menghomogenkan

    ekspos panas terhadap telur tetas, agar embrio dapat memanfaatkan

    protein yang tersedia dan mencegah menempelnya embrio pada sel

    membran.

    Bagian-bagian mesin setter :

    Temperatur (sesuai sett point)

    Humidity (susuai sett point)

    Damper (inlet dan outlet)

    Oksigen (O) Karbondioksida (CO) Egg temperature

    Spray

    Nozzle

    Heater

    Blower

    Cooling

    Adanya proses turning (Rasyaf, 1990).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    2.5.3 Transfer Telur Tetas dan Candling

    Transfer adalah proses pemindahan telur tetas dari setter ke hatcher

    saat umur embrio 18 hari. Candling dilakukan sebelum masuk ke mesin

    hatcher, berfungsi untuk memisahkan telur yang fertil, infertil dan

    explode. Telur explode disebabkan telur terkontaminasi bakteri, kotor,

    pencucian telur kurang baik dan mesin tetas kotor. Transfer telur tetas dan

    candling dilakukan dengan cepat, maksimal 30 menit karena embrio dapat

    mati akibat perubahan suhu telur yang drastis. Telur yang sudah

    diteropong dipindahkan ke kereta buggy hatcher yang berbentuk keranjang

    (Suyatno, 1999).

    Transfer adalah proses pemindahan telur yang sudah berusia 432

    jam dalam mesin setter ke mesin hatcher. Setting temperature antara ayam

    broiler dengan ayam layer berbeda, perbedaan temperatur dapat dilihat

    pada Tabel 2.

    Tabel 2. Perbedaan setting temperature antara ayam broiler dan layer.

    Jenis HE Temperatur Kelembaban Broiler 36,9C 30,0C Layer 37,1C 30,0C

    Sumber : Sudaryani dan Santosa, 2003.

    Sebelum telur masuk ke dalam mesin hatcher dilakukan pemisahan

    antara telur yang memiliki embrio (telur yang dibuahi) dengan telur yang

    tidak memiliki embrio (telur yang tidak dibuahi), proses tersebut

    dinamakan candling (Sudaryani dan Santosa, 2003).

    2.5.4 Hatcher

    Telur yang lolos pada saat candling kemudian dimasukkan ke dalam

    mesin hatcher selama tiga hari, selama berada di hatcher tidak dilakukan

    pemutaran telur karena pada periode ini akan terjadi pipping (anak ayam

    berusaha memecah kerabang dengan paruhnya). Telur berada dalam mesin

    hatcher selama 72 jam (3 hari), saat telur tetas masuk dalam mesin hatcher

    diberikan evaporative formalin dengan dosis 0,1 cc perbutir pada hari ke-

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    19 s.d 20, setting temperature mesin hatcher disesuaikan oleh masing-

    masing jenis mesin dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Bagian-

    bagian mesin hatcher sama dengan bagian-bagian pada mesin setter

    (Riyanto, 2001).

    Pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan berdasarkan keadaan

    telur. Suhu dalam hatcher sekitar 37-38 oC. Kelembaban hatcher sebelum

    pipping sekitar 55% dan saat pipping kelembaban dinaikkan menjadi 70%-

    75%. Kelembaban yang tinggi dapat membantu proses pipping. Saat telur

    menetas (setelah pipping) kelembaban diturunkan kembali menjadi 52%-

    55% dan suhu dalam keadaan lebih rendah dari 37oC untuk membantu

    proses pengeringan bulu DOC (Unandar, 1996).

    2.5.5 Pull Chick (Penurunan DOC)

    Pull chick adalah kegiatan menurunkan DOC dari mesin hatcher,

    termasuk sexing DOC (pemisahan DOC jantan dan betina), seleksi sambil

    memasukkan DOC ke dalam bok. Sexing dilakukan berdasarkan warna

    bulu. DOC jantan memiliki warna bulu kuning dan garis punggung

    berjumlah ganjil, sedangkan DOC betina memiliki warna bulu coklat

    dengan garis punggung kuning berjumlah genap. DOC jantan langsung

    dimasukkan ke bok sebanyak 102 ekor tanpa perlakuan apapun. DOC

    betina diseleksi lagi dengan kriteria bobot badan, warna bulu, kondisi fisik

    (mata, kaki, perut) dan kesehatan. DOC betina langsung dipotong

    paruhnya sepanjang 1/3 bagian dari panjang paruh, menggunakan alat

    debeaker. DOC yang telah diseleksi kemudian dimasukkan ke dalam bok

    dan dihitung jumlahnya, setiap bok diisi 100 ekor betina ditambah 2 ekor

    untuk resiko transportasi, setelah itu DOC betina divaksin Mareks dan

    NDIB. Vaksin Mareks dilakukan sub cutan (suntik di bawah kulit leher),

    sedangkan vaksin NDIB melalui mata. Dosis pemberian vaksin ini 0,2 cc

    per ekor, setelah divaksin DOC disemprot dengan vitamin kemudian

    dikemas dan diberi label yang berisi keterangan nama perusahaan

    pembibit, penyeleksi (grader), jumlah DOC dalam boks, bobot DOC saat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    menetas dan jenis vaksin yang diberikan serta tanggal DOC menetas

    (Sudaryani dan Santosa, 2003).

    Telur mengalami masa inkubasi dalam mesin setter selama 432 jam

    (18 hari) dan dalam hatcher selama 72 jam (3 hari). Proses selanjutnnya

    adalah pull chick yang merupakan proses pengambilan atau

    dikeluarkannya anak ayam yang sudah menetas.

    Waktu Pull Chick :

    Masa inkubasi normal untuk telur broiler 504 jam.

    Kontrol secara berkala kondisi DOC khususnya pada 4-6 jam

    menjelang waktu panen normal.

    Anak ayam yang baru menetas memerlukan waktu istirahat 2-4 jam.

    Proses selanjutnya yaitu penentuan grade, yang terdiri dari grade A

    (DOC yang berkualitas) dan grade B (DOC yang diafkir) (Unandar, 1996).

    Pemasaran DOC dapat melalui 2 cara, yaitu :

    1. Didistribusikan dengan cara internal, DOC diperlukan oleh mitra

    usaha itu sendiri.

    2. Didistribusikan dengan cara eksternal, di jual ke luar wilayah untuk

    dijual dipeternakan-peternakan yang berskala kecil hingga besar.

    Pendistribusian DOC setiap pelanggan harus mengambil DOC dari

    satu kelompok, jadi DOC yang diterima pelanggan relatif seragam,

    meliputi:

    Strain atau jenis

    Mesin

    Fisik

    Usia induk

    Pull chick

    Pendistribusian yang baik, packing atau pengemasan DOC

    dilengkapi data-data yang sesuai dengan yang tertera di boks DOC. Data

    tersebut meliputi strain, jumlah, tanggal menetas. Boks DOC harus sesuai

    standar kebutuhan seperti ventilasi, kepadatan dan keselamatannya, selain

    itu alat transportasi pengiriman DOC dilengkapi dengan peralatan ventilasi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    untuk menjaga kenyamanan anak ayam selama dalam pengiriman DOC

    segera setelah packing selesai (Rasyaf, 1995).

    2.6 Sanitasi pada Hatchery

    Program sanitasi yang perlu dilakukan pada perusahaan hatchery adalah

    membersihkan kendaraan dan peralatan yang dipakai pada saat membawa

    telur tetas dengan desinfektan agar dalam kondisi bebas dari organisme

    patogen pembawa penyakit. Desinfektan yang digunakan adalah jenis TH-4

    atau biodes dengan dosis 1 cc/liter air. Telur tetas setelah terkumpul, sebelum

    dibawa ke hatchery terlebih dahulu difumigasi dengan menggunakan

    formalin 40 % sebanyak 240 cc dengan 96 g forcen/PK untuk ukuran ruangan

    8 m, hal ini dimaksudkan agar telur yang baru diperoleh dari kandang bebas

    penyakit atau bakteri sebelum masuk ruang penyimpanan telur (cooling

    room) (Paimin, 2003).

    Peralatan dan bagian ruangan disemprot dengan air bertekanan tinggi

    setelah selesae kegiatan pull chick, setelah itu dilakukan desinfeksi ruangan

    hatchery menggunakan desinfektan long live dengan dosis 5 cc/liter air. Hal

    ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada di

    lingkungan dan sekitar bagian ruangan hatchery (Unandar, 1996).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB III

    METODE PELAKSANAAN

    3.1 Tempat dan Waktu Magang.

    Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT. Super Unggas Jaya, Jln

    Raya km 57, Dusun Bulu Agung, Desa Sengon Agung, Kecamatan Purwosari,

    Kabupaten Pasuruan. Pelaksanaan magang di PT. Super Unggas Jaya

    dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 15 Maret 2012, pada hari dan jam

    kerja karyawan selama satu bulan.

    3.2 Aspek yang dikaji

    1. Pengamatan secara umum mengenai keadaan umum dari perusahaan

    diantaranya sejarah perusahaan, kondisi perusahaan dan struktur organisasi

    di PT. Super Unggas Jaya.

    2. Pengamatan secara khusus mengkaji tentang tata cara manajemen di PT.

    Super Unggas Jaya

    3.3 Teknik pengumpulan data

    Data yang diperlukan harus akurat sehingga tercapai keyakinan akan

    suatu kebenaran untuk memperoleh data-data yang relevan. Tehnik

    pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

    1. Pengamatan (observasi)

    Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati langsung hal-

    hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan magang.

    2. Magang Kerja

    Pengumpulan data dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan yang

    berlangsung di perusahaan melalui bekerja dan berdiskusi dengan seluruh

    karyawan perusahaan.

    3. Wawancara (Interview)

    Proses untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab secara

    langsung dengan responden. Responden yang di wawancarai adalah

    manajer operasional, staf maupun anak kandang di perusahaan.

    14

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    4. Pencatatan (Recording)

    Proses pengumpulan data dengan cara mencatat setiap hal yang berkaitan

    dengan pelaksanaan magang di perusahaan.

    5. Dokumentasi

    Pengumpulan data dengan cara mendokumentasikan berbagai kegiatan

    yang dilakukan.

    6. Studi Pustaka

    Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia, yang

    berhubungan dengan kegiatan magang. Data yang dimaksud dapat berupa

    buku, jurnal, arsip dan lain sebagainya yang relevan dan informatif.

    3.4 Sumber data

    Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan

    ada dua jenis data yaitu:

    1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara

    langsung dari responden seperti manajer perusahaan, staf, karyawan, dan

    masyarakat sekitar perusahaan.

    2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

    sumber. Dalam kegiatan magang perusahaan ini yang menjadi data

    sekunder adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh

    selama berada di perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan

    kegiatan magang perusahaan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Kondisi Umum Perusahaan

    4.1.1 Sejarah Perusahaan

    PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery berdiri pada

    tahun 2008 dengan dipimpin oleh bapak Aries Wibowo. Bangunan

    sistem kontrak dengan pemilik bangunan adalah bapak Sie Iwan

    Gunawan dari Malang.

    PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery mempunyai

    peralatan hatcher yang terdiri dari inkubator yang terbagi atas setter

    dan hatcher. Perusahaan ini dari awal berdiri sampai sekarang

    mempunyai 14 mesin setter dan 14 mesin hatcher dengan tipe mesin

    chick master. Disetiap satu mesin setter berkapasitas mencapai 93.312.

    telur. Peralatan pendukung lainya seperti troli, eggs tray, backy untuk

    hatcher, alat untuk candling, boks karton DOC, chiller, power sprayer

    dan peralatan kantor.

    4.1.2 Lokasi Perusahaan

    Kantor PT Super Unggas Jaya terletak di Jln. Raya km 57,

    Dusun Bulu Agung, Desa Sengon Agung, Kecamatan Purwosari,

    Kabupaten Pasuruan, Propinsi Jawa Timur, berada dipinggir jalan

    utama, sehingga sangat mudah untuk diakses.

    PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery, Pasuruan berdiri

    di atas lahan seluas 1 ha. Wilayah perusahaan ini termasuk ke dalam

    Desa Pucangsari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan,

    bertempat tidak jauh dari kantor utama perusahaan, tepatnya masuk

    kurang lebih 1 km dari jalan utama dan jauh dari pemukiman, sehingga

    memenuhi kriteria untuk berdirinya perusahaan ternak.

    Perusahaan ini mempunyai fasilitas yang memadai dan

    memenuhi persyaratan sebagai perusahaan peternakan. Fasilitas yang

    16

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    tersedia antara lain bangunan gedung, mess karyawan, mess tamu,

    ruang administrasi, pos satpam, biosecurity area, tempat parkir dan

    mushola. Perusahaan ini setiap kali panen mampu menghasilkan DOC

    rata-rata 800 box yang berisi sekitar 8000 DOC. Hasil sampingan dari

    perusahaan ini adalah berupa telur grade out yang dibeli oleh

    perusahaan roti yang telah menjalin kerjasama dengan perusahaan.

    PT Super Unggas Jaya unit Sukorejo hatchery Pasuruan berada

    di dataran tinggi diatas permukaan laut. Kabupaten Pasuruan

    mempunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19

    310 C. Curah hujan rata-rata dibawah 3000 mm per tahun dengan hari

    hujan di bawah 150 hari per tahun.

    4.1.3 Ketenagakerjaan

    Bapak Aries Wibowo sebagai manajer perusahaan ini

    mengangkat satu orang supervisor yang berwenang untuk memimpin

    dan mengatur semua kegiatan produksi. Supervisor dibantu oleh 2

    admin, 1 formen mekanik dan 1 orang GA (General Affair) dan HR

    (Human Resources). Formen mekanik berwenang untuk mengatur dan

    memimpin maintenance dan mekanik, setiap bagian produksi dipimpin

    oleh seorang leader yang bertanggung jawab untuk kegiatan produksi

    di daerah kewenangannya., setiap bagian yang dipimpin leader

    terdapat beberapa operator yang bertugas sesuai degan bidang masing-

    masing.

    Tugas dan pemegang jabatan dalam struktur organisasi tersebut

    adalah:

    a. Manager Hatchery merupakan pemilik perusahaan yang

    mempunyai modal sekaligus mengurusi masalah keuangan

    perusahaan.

    b. Admin bertugas membantu supervisor dalam mengurus

    administrasi perusahaan, mengontrol kedatangan telur, pemasaran

    DOC serta melaporkan semua kegiatan kepada supervisor.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    c. Supervisor bertugas mengatur, mengawasi kegiatan produksi,

    mengkoordinir para karyawan serta melaporkan seluruh kegiatan

    kepada pemilik perusahaan.

    Leader Terminal bertugas untuk mengurusi pekerjaan dibagian

    terminal.

    Leader Transfer bertugas untuk mengurusi pekerjaan dibagian

    transfer.

    Leader Pull chick bertugas untuk mengurusi pekerjaan

    dibagian pull chick.

    Setter bertugas untuk mengurusi pekerjaan dibagian setter.

    Washing bertugas dibagian membersihkan dan mencuci.

    Borongan bertugas jika terdapat pekerjaan tambahan.

    d. Formen mekanik bertugas mengawasi dan membantu kegiatan

    mekanik.

    Maintenance bertugas untuk perbaikan meliputi perawatan dan

    reparasi.

    Mekanik bertugas mengecek dan mengontrol mesin

    e. GA (General Affair) dan HR (Human Resources) bertugas

    mengurusi masalah kekaryawanan dan masalah umum (Perizinan

    atau surat menyurat)

    Security menjaga keamanan perusahaan dan menjaga situasi

    agar selalu kondusif.

    Waker bertugas dimalam hari untuk menjaga dari gangguan

    luar.

    f. Operator bertugas memberi sesuai dengan bidangnya masing -

    masing seperti grading telur, transfer, pull chick, setter dan

    whashing.

    4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

    Struktur organisasi adalah hubungan timbal balik antara orang yang

    mempunyai tugas, jabatan, wewenang dan tanggung jawab dalam suatu

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    perusahaan. Jabatan tertinggi PT Super Unggas Jaya unit Sukorejo

    hatchery dipegang oleh pemilik perusahaan selaku direktur perusahaan.

    Direktur membawahi manajer operasional yang bertanggung jawab

    terhadap kelancaran seluruh kegiatan operasional peternakan. Struktur

    organisasi di PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery dapat dilihat

    pada Gambar 1.

    Gambar 1. Struktur organisasi PT. Super Unggas Jaya unit Sukorejo.

    Berikut nama pemegang setiap jabatan :

    1) Manager Hatchery adalah Aries Wibowo.

    2) Supervisor adalah Zaenal Arifin.

    3) Admin adalah Martanti Dwi dan Masrur Daki.

    4) Formen Mekanik adalah Eka Didik Naika.

    5) GA dan HR adalah Andri Adi Wijaya

    6) Terminal adalah Edi Handoko, Ratno Hidayat, Slamet, Sudibyo, Ali

    Mahrus, Eko Nurohman dan Alex Sugandi.

    7) Transfer adalah Irianto, Imron, Eko Purwanto, Anggi, Imron Rosadi,

    Roni, Purwanto dan Ahmad.

    Manager Hatchery

    Supervisor

    GA & HR Formen mekanik

    Admin

    Cleaning area Maintenence

    dan mekanik

    Leader Transfer

    Leader Teminal

    Leader Pull chick

    Setter Washing

    OB Security

    Waker

    Borongan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    8) Pull chick adalah Nur Cholis, Zainul Arifin, Dian Wirasandi, Kartono,

    Andik Siswoyo, Djulianto, Vian Andis, Sutrisno, Dimas, Cahyo dan

    Rio Setiawan.

    9) Setter adalah Septian Agus.

    10) Washing adalah Zakariya dan Nurdianto

    11) Borongan adalah Roni Wijaya

    12) Maintenance adalah Nur Hasan

    13) Mekanik adalah Prayogi, Fathur Roji, Biltazar dan Bayu Sutrisno.

    14) Office Boy adalah Edi Susanto

    15) Security adalah Amanu, Toni, Wiyono, Wawan, Didik, Agung, Sonhaji,

    Indra dan Solikin.

    16) Cleaning area adalah Shodik.

    17) Waker adalah Sholeh.

    4.1.5 Peranan Perusahaan

    PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery memiliki peranan

    baik bagi masyarakat sekitar lokasi maupun bagi dunia pendidikan di

    Indonesia. Peranan bagi masyarakat sekitar antara lain menyediakan

    lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, karena semua tenaga kerja yang

    direkrut merupakan penduduk sekitar perusahaan, selain itu juga

    membantu pembangunan jalan desa yang secara tidak langsung sebagai

    jalan akses ke peternakan. Bagi dunia pendidikan di Indonesia PT Super

    Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery salah satu lokasi peternakan yang

    sering digunakan sebagai tempat pelatihan kegiatan praktik lapang bagi

    mahasiswa.

    PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery visi dan misi yang

    selain berorientasi pada perkembangan perusahaan juga pada

    kesejahteraan masyarakat. Visi dari PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo

    hatchery adalah gaya hidup global perusahaan yang menciptakan

    kesehatan, kegembiraan dan kenyamanan. Salah satu misinya adalah kita

    buat berdasarkan filosofi only one, nilai tertinggi untuk pelanggan dengan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    produk dan layanan dan memberikan kontribusi kepada masyarakat

    manusia.

    4.1.6 Peluang dan Kendala Perkembangan Perusahaan

    PT Super Unggas Jaya Unit Sukorejo hatchery masih memiliki

    peluang yang sangat besar untuk mengembangkan perusahaanya, karena

    permintaan DOC semakin meningkat sehingga pemasaran masih terbuka

    lebar, selain itu keuntungan perusahaan yang dari tahun ke tahun

    mengalami peningkatan dan ketersediaan SDM yang handal bisa dijadikan

    modal untuk mengembangkan perusahaan, namun dalam mengembangkan

    usaha peternakan tersebut juga tidak lepas dari hambatan-hambatan,

    diantaranya dengan seiring waktu lokasi peternakan semakin dekat dengan

    pemukiman penduduk, sehingga untuk perluasan kandang harus mencari

    lokasi yang lain. PT Super Unggas Jaya merupakan perusahaan baru dalam

    dunia perunggasan oleh karena itu perlu usaha besar dalam persaingan

    dengan kompetitor lainnya yang lebih dahulu.

    4.2 Manajemen Penetasan Ayam Broiler.

    PT Super Unggas Jaya adalah salah satu perusahaan peternakan yang

    bergerak dalam bidang pembibitan atau breeding farm dan penetasan atau

    hatchery. Perusahaan ini hasil utamanya adalah DOC final stock ayam

    pedaging strain ross yang akan dikomersialkan untuk memenuhi kebutuhan

    bibit bagi masyarakat yang ingin beternak ayam pedaging. Pemeliharaan

    ayam bibit merupakan pemeliharaan ayam induk (parent stock) yang sangat

    mempengaruhi keberhasilan dalam penetasan dan hasil DOC. Usaha

    pembibitan adalah usaha peternakan yang menghasilkan ternak untuk

    dipelihara lagi dan bukan untuk dikonsumsi. Pembibitan (breeding) dalam

    usaha peternakan ayam pedaging komersial sangat penting dan sangat perlu

    mendapat perhatian yang khusus, hal ini dilakukan untuk menjaga dan

    mendapatkan kualitas DOC final stock yang bagus serta menghindari

    terjadinya inbreeding dalam suatu peternakan. Jika pemeliharaan ayam parent

    stock kurang baik berdampak buruk pada keturunan yang dihasilkan. Contoh

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    apabila induk terserang penyakit menular maka penyakit tersebut bisa

    ditularkan secara vertikal pada keturunannya.

    Pengelolaan penetasan di PT. Super Unggas Jaya dilakukan di unit

    hatchery. Kegiatan yang dilakukan pada unit hatchery antara lain penanganan

    telur sebelum ditetaskan, proses penetasan, pull chick (penurunan DOC).

    Manajemen penetasan ayam broiler terdiri dari beberapa fase antara

    lain manajemen grading (seleksi) telur tetas menjelaskan tentang proses

    grading (seleksi) telur tetas dan proses fumigasi telur yang terdapat pada

    ruang terminal, manajemen penyimpanan telur dan pre warming, manajemen

    penetasan telur dimesin setter (mesin pengeraman), manajemen

    peneropongan atau candling HE, manajemen penetasan telur dimesin hatcher

    (mesin penetas), manajemen pull chick (pengepakan/pengemasan DOC),

    sanitasi dan perawatan di hatchery.

    Penanganan telur pada divisi hatchery dimulai dari grading (seleksi)

    telur tetas, fumigasi telur, penyimpanan cooling room (ruang pendingin), pre

    warming (penetralan suhu), setting pemasukan telur dalam setter (mesin

    pengeraman), candling (peneropongan), pemasukan telur ke dalam hatcher

    (mesin penetas), pull chick (pengeluaran DOC dari hatcher),

    pengepakan/pengemasan DOC, dan sanitasi ruangan tempat setter dan

    hatcher dengan menggunakan disinfektan yang disemprotkan, sedangkan

    standar suhu antar ruangan berbeda-beda, standar suhu yang ditetapkan PT.

    Super Unggas Jaya dapat dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Standar suhu ruangan-ruangan hatchery.

    Ruang Temperatur Kelembapan C (%)

    Grading & holding 18-20 60-65 Setter 24-27 55-62 Hatcher 24-27 55-62 Pull chick 22-24 65-70 Pengepakan DOC 22-24 65-70

    Sumber : Data Primer, 2012.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    4.2.1 Manajemen grading (seleksi) telur tetas.

    Seleksi telur atau sering disebut dengan istilah grading adalah

    pemisahan antara telur yang layak tetas dan tidak layak tetas.

    Keseragaman kualitas telur tetas juga mempengaruhi kinerja mesin.

    Telur dengan berat dan ukuran sama akan memudahkan setting dan

    control yang berimbas pada produksi, panas dari mesin tetas akan

    merata dan stabil. Ruang penerimaan HE harus bersih dan tersanitasi

    sebelum telur tetas (Haching Egg/HE) datang, setelah telur datang dari

    farm langsung diterima oleh karyawan hatchery kemudian HE

    dikelompokkan berdasarkan kandang dan asalnya, setelah

    pengelompokan selesai kemudian dilakukan pemeriksaan fisik antara

    jumlah yang tertera disurat jalan dengan aktual yang diterima oleh

    hatchery antara lain, jumlah telur dengan egg tray, asal kandang dan

    usia induk.

    Seleksi telur atau grading HE dilakukan setelah pengelompokan

    menurut kandang dan pengecekan data dari farm selesai. Cuci tangan

    dilakukan sebelum grading menggunakan desifektan yang sudah

    disediakan di baki (ember sanitasi tangan), hal ini bertujuan agar telur

    tidak terkontaminasi bakteri yang terdapat pada tangan, pelaksanaan

    grading dilakukan dengan memisahkan HE grade out dengan HE yang

    baik.

    Grading HE yaitu memilih HE yang seragam besar dan

    beratnya, pisahkan letak telur grade out dengan telur yang baik.

    Klasifikasi HE grade out antara lain HE retak, kotor, jumbo, kecil,

    benjol, lonjong memanjang, kerabang tipis, kerabang bintik-bintik

    kasar, kerabang putih, jumlah HE rata-rata tiap grading sekitar 230

    ribu telur tetas dan rata-rata grade out sekitar 2,5%. kemudian HE

    yang terpilih ditempatkan egg tray setting yang selanjutnya

    dimasukkan pada troly setting. HE yang layak untuk ditetaskan adalah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    HE yang mempunyai berat 48-50 gr. Jumlah HE rata-rata tiap grading

    sekitar 230 ribu telur tetas dan rata-rata grade out sekitar 2,5%.

    Penyebab telur grade out dapat dilihat pada Tabel 4.

    Tabel 4. Penyebab telur grade out.

    Keadaan HE Jumlah Telur (%)

    Penyebab

    Retak 0,8 %

    Kurang hati-hati dalam perjalanan dan saat grading

    Kotor 0,2 %

    Tempat bertelur dipeternakan kurang memadai.

    Jumbo dan lonjong

    0,5 %

    Gizi dalam pakan, Umur ayam, Penyakit.

    Kecil 0,2 %

    Gizi dalam pakan, Umur ayam, Penyakit.

    Kerabang tipis

    0,6 %

    Gizi dalam pakan, Umur ayam, Penyakit.

    Kerabang kasar

    0,3 %

    Gizi dalam pakan, Umur ayam, Penyakit.

    Sumber : Data primer, 2012.

    HE grade out kemudian dilakukan seleksi ulang atau dinamakan

    HE grade out layak setting, hal ini dilakukan untuk mencapai target

    produksi. HE grade out layak setting kriterianya lonjong tidak ekstrim,

    kotor tidak lebih dari 30%, cangkang putih tebal dan posisi HE di tray

    terbalik. Telur yang selesai diseleksi kemudian ditempatkan pada egg

    tray setting yang selanjutnya dimasukkan pada troly setting,

    diusahakan dalam troly setting berasal dari satu kandang dan satu

    umur, jika tidak memungkinkan diusahakan tidak lebih dari 5 minggu

    dan pemberian kode pada telur yang berisi kandang, tanggal setting,

    tanggal transfer, tanggal menetas dan lain lain.

    HE yang baik dan grade out layak setting difumigasi dengan

    cara burning formalin dengan double dosis selama 15 sampai 25

    menit, sedangkan HE grade out yang tidak layak setting dijual. Fungsi

    fumigasi untuk meminimalkan adanya bakteri yang dapat

    menyebabkan HE gagal menetas atau exflod.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    4.2.2 Manajemen penyimpanan telur dan pre warming.

    HE yang telah difumigasi dimasukkan kedalam cooling room

    atau tempat penyimpanan telur dan diletakkan pada egg tray dengan

    lama penyimpanan 7 hari yang bertujuan memenuhi kapasitas mesin

    setter. Pendingin setter menggunakan Air Conditioner (AC) untuk

    menjaga kelembaban ruangan dan untuk menghambat perkembangan

    embrio. Suhu ruang penyimpanan atau cooling room dapat dilihat pada

    Tabel 5.

    Tabel 5. Suhu didalam ruang penyimpanan.

    Waktu Penyimpanan

    Temperatur Kelembapan

    1 s/d 3 hari 18,3-21,1C 75% 4 s/d 7 hari 15,0-17,0C 75%-80%

    >7 hari 12,8-13,9C 80%

    Sumber : Data Primer, 2012.

    HE dari cooling room kemudian dilakukan pre warming, lama

    pre warming tergantung lama penyimpanan di cooling room. Pre

    warning yaitu dengan mengeluarkan telur tetas dari cooling room dan

    menempatkan pada ruang dengan temperatur normal 24C-27C.

    Waktu pre warming ditentukan dengan waktu lama di cooling room,

    lama pre warming dapat dilihat pada Tabel 6.

    Tabel 6. Hubungan lama penyimpanan HE dengan lama pre warming.

    Waktu Penyimpanan Waktu Pre warming 0-3 hari 3-6 jam 4-7 hari 6-12 jam

    Sumber : Data Primer, 2012.

    Kuntungan pre warming yaitu telur tetas (HE) cepat menetas

    dalam udara hangat, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk

    mengembalikan suhu setter dan mampu meningkatkan hatchability.

    Pre warming berfungsi untuk menstabilkan kondisi telur setelah keluar

    dari cooling room sehingga jarak antara suhu cooling room yang

    bersuhu 37C tidak

    begitu jauh sehingga telur tidak mengalami shock embrio.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    Pre warming PT. Super Unggas Jaya ditempatkan pada lorong

    jalan depan ruang cooling room, suhu diatur dengan bantuan kipas

    besar atau blower yang diarahkan pada telur dengan tujuan agar telur

    tidak mengembun dan setelah beberapa jam dilakukan pengecekan

    telur untuk memastikan saat setting kondisi HE tidak berembun.

    4.2.3 Manajemen penetasan telur dimesin setter.

    Setting adalah proses memasukkan telur kedalam mesin setter.

    Setting dalam satu mesin tetas harus mempunyai keseragaman umur

    induk dan strain yang sama, jadwal setting telur tetas ke setter dapat

    dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 7. Setting HE ke setter.

    Jam setting Jenis HE Usia induk Jumlah mesin 08.00 Grade Out 55 s/d 65 Minggu 0,5 s/d 1 09.00 HE Setting 28 s/d 54 Minggu 1 s/d 4 11.00 HE Setting 28 s/d 54 Minggu 1 s/d 3 08.00 HE Setting 25 s/d 27 Minggu 0,5 s/d 1

    Sumber : Data primer, 2012.

    Mesin tetas setiap setting sudah memiliki jadwal yang bertugas

    setting telur tetas ke setter, jadwal petugas setting per setter (Perset)

    dapat dilihat pada Tabel 8.

    Tabel 8. Jadwal Petugas setting Per setter.

    Perset setter Nama petugas perset Setter 1 dan 8 Slamet Sugiantoro Setter 2 dan 9 Alex Sugandi

    Setter 3 dan 10 Ali Mahrus Setter 4 dan 11 Ratno Hidayat Setter 5 dan 12 Sudibyo Setter 6 dan 13 Team Terminal/ Non

    Terminal Setter 7 dan 14 Team Terminal/ Non

    Terminal Perset Eko Nurohman

    ADM Leader Edi Handoko

    Sumber : Data primer, 2012.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    HE dimasukkan keruang setter setelah dilakukan pre warming

    sesuai dengan kode setting, setting merupakan pemasukan telur ke

    dalam mesin setter setelah selesai dilakukan pre warming, setting tidak

    boleh keliru dalam menempatkannya karena setting yang tepat dapat

    memudahkan petugas yang mengambil telur saat mau candling. HE

    grade out layak setting ditempatkan pada ruang setter nomer 1 dan 8.

    Mesin setter merupakan tempat inkubasi atau pengeraman telur

    selama 18 19 hari, dalam kebersihan mesin setter harus selalu dijaga

    baik dalam mesin maupun luar mesin untuk menghindari dari

    kontaminasi dengan melakukan program sanitasi rutin 2x sehari, set

    point temperatur dan humidity disesuaikan dengan jenis mesin dan

    disesuaikan suhu lingkungan sekitar, menurut prosedur mesin chick

    master temperatur harus di set 37,4 C 37,5 C dan humidity di set

    pada suhu 28,3 C 29,4 C.

    Prosedur pengoperasian mesin, checklist dan perawatan mesin

    diatur pada item tersendiri, jika mesin dalam setter kepanasan maka

    dengan otomatis spray akan menyemprot dan jika panas kurang maka

    heating atau pemanas nyala dan jika mesin setter terjadi masalah

    biasanya alarm akan berbunyi sampai tombol alarm ditekan. Mesin

    setter proses turning atau pembalikan dilakukan otomatis setiap 60

    menit sekali dengan kemiringan 45, turning berguna untuk meratakan

    suhu HE. Spray dicek tiap hari dengan cara menambah humidity set

    pada suhu menjadi kisaran 32C sehingga secara otomatis spray

    menyemprotkan air, spray yang tidak menyemprot atau menyemprot

    tidak lancar maka terdapat kotoran yang menyumbat spray, cara

    menanganinya dengan cara membersihkan tutup spray yang tersumbat.

    Alat-alat yang digunakan dalam mesin setter antara lain demper

    (alat keluar dan masuknya udara) berfungsi menstabilkan suhu

    ruangan, apabila suhu ruangan mulai tinggi maka demper akan

    membuka dan akan tertutup kembali setelah suhu ruangan mulai

    normal. Hitter atau heating (alat pemanas) dan blower (kipas angin)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    berfungsi sebagai pencipta sirkulasi udara. Sistem aliran udara dalam

    ruangan setter menggunakan sistem lorong dan sebelum transfer

    dilakukan kondisi mesin hatcher sudah diranning minimal selama 6

    jam.

    4.2.4 Manajemen peneropongan atau candling HE.

    Telur tetas dipindahkan dari mesin setter ke mesin hatcher pada

    hari ke 19 atau setelah 432 jam dalam mesin setter yang disebut

    sebagai kegiatan transfer, adapun hal-hal yang harus diperhatikan

    dalam kegiatan transfer dan candling yaitu

    1) Sebelum pelaksanaan transfer siapkan meja transfer dan dipastikan

    lampu candling menyala dengan baik.

    2) Basket hatcher dalam kondisi sudah bersih dan dalam keadaan

    kering.

    3) Ruangan transfer harus dalam kondisi gelap dan sudah disanitasi

    serta sirkulasi udara dibatasi.

    4) Pindahkan trolly ke ruang setter secara bertahap utuk menghindari

    penurunan temperatur yang drastis dan hindari meletakkan trolly

    ditengah koridor mesin untuk menghindari panas dan terganggunya

    sirkulasi udara.

    5) Lakukan candling dengan meletakkan telur tetas di atas meja

    transfer di sinari lampu 25 watt berjumlah 2 atau 3 lampu di bawah

    meja.

    6) Klasifikasi telur yang di ambil pada waktu candling adalah :

    Telur infertil : telur yang tidak ada tunas embrio yang

    berkembang, jika di sinari kelihatan terang atau ada embrio

    tetapi mati awal, jika di sinari kelihatan remang-remang.

    Telur explode : telur yang terkotaminasi bakteri atau jamur

    biasanya telur kelihatan mengeluarkan buih atau busa.

    7) Telur tetas yang fertile dipindahkan ke basket hatcher yang

    sebelumnya sudah disiapkan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    8) Telur explode dibuang ke drum yang sudah disiapkan dan diberi air

    yang sudah dicampur didesinfektan.

    9) Untuk telur infertile ditempatkan di egg tray dan akan

    dikumpulkan dan di jual kepada penadah sebagai pakan bebek,

    pakan lele atau pembuat roti.

    10) Telur tetas yang sudah di transfer harus tercatat jumlah telur

    infertile, explode dan fertile per kandang/ farm.

    11) Setelah transfer selesai ruang transfer dibersihkan dengan air dan

    di sanitasi dengan desinfektan.

    4.2.5 Manajemen penetasan telur dimesin hatcher.

    Telur tetas dimasukkan kedalam mesin hatcher selama kurang

    lebih tiga hari setelah proses transfer selesai. Mesin hatcher sudah

    dihidupkan minimal 6 jam sebelum telur tetas masuk, diberikan

    evaporative formalin dengan dosis 0.1 cc per butir pada hari ke 19 20

    dengan tujuan agar warna bulu DOC kelihatan berwarna kuning.

    Humidity diturunkan menjadi 28.0C pada waktu 6 jam sebelum pull

    chick. Alat-alat dalam mesin hatcher sama seperti yang ada didalam

    mesin setter akan tetapi terdapat alat tambahan berupa selang untuk

    mengeluarkan uap air. Pengaturan kelembaban sangat penting didalam

    proses penetasan karena berhubungan dengan pencegahan dehidrasi

    DOC yang akan mengakibatkan DOC berukuran kecil dan kelembaban

    yang terlalu tinggi berakibat DOC kembung.

    Setting temperature mesin hatcher disesuaikan oleh masing

    masing jenis mesin dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Mesin

    yang berada di PT Super Unggas Jaya Sukorejo menggunakan jenis

    mesin chick master dengan temperatur 36,7C 36,9C dan humidity

    29,4C 32,2C. Settpoint temperatur dan humidity harus disesuaikan

    dengan kondisi lingkungan atau actuality. Proses penetasan di dalam

    hatcher dilakukan dalam waktu 2 hari atau dari hari ke 19 sampai 21,

    apabila tanda pengukur kelembaban setter naik maka telur telah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    menetas dan apabila telah berangsur turun maka DOC telah kering

    kemudian dilakukan pull chick, setelah selesai pull chick mesin

    hatcher dibersihkan dengan air dan dilakukan sinitasi menggunakan

    desinfektan serta dilakukan fumigasi dengan single dosis.

    4.2.6 Manajemen pull chick.

    Proses pull chick dapat dilakukan apabila DOC sudah siap untuk

    dikeluarkan dengan ciri-ciri :

    Bulu leher ayam masih basah sekitar 5%.

    Pusar tertutup dengan sempurna tidak bengkak.

    Shank kaki berwarna kuning mengkilap dan tidak kering.

    Remas kulit telur/cangkang akan terasa kering renyah sebagai

    indikasinya.

    Total waktu tetas normal 500 +/- 6 jam dari setting sesuai jenis

    mesin, musim dan umur induk. Keluarkan semua basket dari mesin

    hatcher dan dipindahkan pada ruang pull chick kemudian pindahkan

    DOC ke chick box yang sudah disiapkan sesuai dengan kode kandang

    masing masing saat pemindahan sekalian dilakukan seleksi DOC,

    cangkang dimasukkan ke drum, telur dis ditempatkan di egg stray dan

    secepat mungkin dikeluarkan agar tidak terjadi kontaminasi pada

    DOC, telur dis biasanya dipakai buat pakan bebek atau pakan lele.

    Basket yang kosong langsung dibawa diruang pencucian untuk segera

    dibersihkan, untuk telur yang tidak menetas harus dihitung dan dicatat

    masing-masing kandang, saat proses pull chick berlangsung exhaust

    fan atau blower penyedot udara ruang pull chick harus dalam keadaan

    hidup karena akan membantu membuang udara yang kotor penuh

    dengan bulu DOC, setelah selesai proses pull chick ruangan harus

    segera dibersihkan dengan air kemudian dilakukan sanitasi.

    Seleksi DOC di PT Super Unggas Jaya dibagi menjadi tiga

    macam grade, yaitu premium (umur induk 36 55 minggu), standart

    (kondisi normal), BM (bibit muda umur induk kurang dari 30 minggu).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    Proses pull chick dilakukan seleksi dan grading DOC yang berkualitas

    baik atau tipe A, tipe B, nepal atau polos dan DOC afkir, ciri-ciri

    DOC yang berkualitas baik atau tipe A meliputi lincah (aktif) dan

    seragam, bersuara nyaring, bulu dan kaki tidak kusut dan berwarna

    kuning cerah, pusar tertutup sempurna, mata jernih bersinar, shank

    kaki berwarna kuning cerah dan memiliki berat 36-39 gram. Tipe B

    ciri-ciri seperti tipe A tetapi bulu bagian dubur berwarna kuning tua

    dan agak kotor. Nepal atau polos ciri cirinya dubur DOC tidak

    sempurna atau terdapat benjolan atau kotornya sangat banyak dan

    bobot badannya lebih rendah sekitar 34-35 gram. DOC afkir memiliki

    ciri ciri lemah, kaki kering, bulu kusut, cacat, kembung dan black

    naple (jaringan embrional yang tersisa dan basah).

    DOC yang diafkir masukan kedalam bak yang sudah disiapkan,

    setelah seleksi selesai dimasukan kedalam sak atau kantong plastik dan

    di buang bersama kerabang telur dan telur tidak menetas (dis) ke TPA.

    Proses seleksi berdasarkan kelompok kandang, umur, strain dan

    dilakukan pemisahan sesuai grade yang sudah di tentukan, DOC hasil

    seleksi langsung di masukan kedalam Chick box dengan jumlah 100

    ekor ditambah 2 ekor sebagai jaminan kematian delivery. Seleksi DOC

    dilakukan dengan cara berpasangan 2 orang agar bisa saling kontrol

    kualitas hasil grading.

    Pengiriman luar pulau /jauh harus diberi treatment dengan di

    beri kecambah / air gula untuk mengantisipasi dehidrasi, DOC

    dipisahkan menurut jenis kelamin jantan dan betina untuk konsumen

    yang meminta dilakukan pemisahan antara DOC jantan dan betina

    dengan ciri-ciri DOC jantan bulu pada ujung sayap sejajar sedangkan

    yang betina bulu bagian atas lebih pendek dari bagian yang bawah,

    untuk DOC premium diberi segel mengunakan sticker berlogo

    premium, untuk DOC yang diseleksi jantan dan betina ditempatkan

    pada chick box dan diberi segel menggunakan sticker berlogo jantan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    dan betina, untuk tutup chick box diberi kode yaitu tanggal pull chick,

    kode selector dan asal farm/flock.

    Kualitas hasil seleksi, kebersihan chick box dari cangkang telur,

    semua data tersebut di catat hasilnya dengan detail dan benar dan

    dilaporkan kepada hatchery head, setelah selesai proses seleksi dan

    penghitungan jumlah DOC yang didapat secepatnya dilaporkan ke

    bagian sales, periksa delivery order dan denah customer dari sales

    kemudian dibuat surat jalan sesuai dengan delivery order nya,

    pemberian nomer surat jalan dibuat secara berurutan berdasarkan surat

    jalan sebelumnya dan kode nama hatchery yang bersangkutan, periksa

    dan sanitasi mobil transportasi sebelum DOC dimasukan kedalam

    mobil dan didistribusikan kepada customer.

    Hal hal yang perlu diperiksa adalah exhaust fan dan control

    exhaust fan dipastikan berfungsi dengan baik, atap dan jendela serta

    dinding mobil tidak bocor, box mobil dalam keadaan bersih dan sudah

    disemprot dengan desinfektan, kondisi mesin baik dan tidak

    menimbulkan bunyi yang mencurigakan, jumlah box DOC pada surat

    jalan sesuai dengan jumlah actual pada mobil yang membawanya.

    Kegiatan-kegiatan yang meliputi kedatangan telur dari farm,

    pengelompokan telur, proses fumigasi telur, transfer dan candling, pull

    chick dan seleksi DOC kegiatan tersebut tidak dilakukan secara

    berurutan.

    4.2.7 Sanitasi dan Perawatan di Hatchery.

    Sanitasi di hatchery dilakukan cukup ketat, hal ini berkaitan

    untuk menjaga sterilisasi lingkungan hatchery. Sanitasi masuk

    perusahaan baik operator maupun motor atau mobil harus melalui

    penyemprotan disinfektan yang berada disamping kantor pos satpam,

    setelah itu semua orang yang masuk memakai baju yang sudah

    disiapkan, baju ini hanya khusus untuk diluar bangunan. Masuk

    ruangan harus melalui sanitasi lagi dan harus ganti baju khusus

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    didalam ruangan tapi sebelum memakai baju, diwajibkan mandi, setiap

    operator maupun orang yang masuk ruangan disediakan pakaian

    khusus yang dipakai selama jam kerja. Masuk ruangan grading,

    fumigasi, cooling room, setter, transfer, hatcher dan pull chick wajib

    membersihkan tangan dan kaki kedalam baki yang berisi desinfektan.

    Sanitasi ruangan dan alat dilakukan penyemprotan dengan larutan

    disinfektan. Penyemprotan dilakukan dengan tekanan tinggi, misalnya

    rak mesin setter, rak mesin hatcher dan ruangan. Penyemprotan

    dengan disinfektan dilakukan sesudah penyemprotan menggunakan

    detergen dengan tujuan menghilangkan sisa-sisa pelemakan dan

    memaksimalkan kerja disinfektan.

    Perawatan dan pemeriksaan mesin dilakukan oleh technical

    hatchery, macam kegiatan yang dilakukan antara lain:

    1. Kegiatan harian

    Temperatur dan kelembapan tiap jam catat secara tertulis pada

    buku check list.

    Sirkulasi udara, sistem pemanas, pendingin apa berfungsi

    dengan baik.

    Pembalikan telur tiap jam sudahkan berfungsi.

    Spray bersih tidak tersumbat, sehingga jalan keluar air tidak

    terhambat.

    Pre warming dan setting pada jam yang telah ditetapkan.

    Melapor jika keadaan DOC sudah siap dilakukan pull chick.

    Melapor atasan jika terjadi masalah yang tidak dapat diatasi

    sendiri.

    Menyiapkan dan memeriksa mesin yang hendak dipakai untuk

    pelaksanaan fumigasi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    2. Kegiatan 6 bulanan

    Service dan cuci total mesin setter secara bergantian kemudian

    dilakukan sanitasi.

    Perbaikan lantai dan alat-alat pendukung yang rusak.

    3. Kegiatan tambahan.

    Kegiatan ini dilakukan untuk membantu personil produksi

    seperti mencuci chick basket dan trolley, melaksanakan

    fumigasi mesin hatcher, sanitasi mesin setter setiap habis

    transfer.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    1. Seleksi telur yang dilakukan PT Super Unggas Jaya sudah baik hal itu bisa

    terlihat dari jumlah telur grade out yang hanya sekitar 2,5 % sehingga

    target produksi yang ditetapkan PT. Super Unggas Jaya dapat tercapai.

    2. Sterilisasi telur sangat baik karena sebelum melakukan grading diwajibkan

    untuk mencuci tangan dan juga telur dilakukan fumigasi sesuai aturan,

    sehingga mengurangi bakteri yang dapat membuat telur gagal menetas..

    3. Mesin Hatcher diberikan evaporative formalin dengan dosis 0.1 cc per

    butir pada hari ke 19 20 dengan tujuan agar warna bulu DOC kelihatan

    berwarna kuning, sehingga DOC yang dihasilkan lebih bagus.

    5.2 Saran

    1. Sebaiknya saat sanitasi masuk ruangan lebih diperketat lagi, agar semua

    petugas benar-benar melakukan sanitasi cuci kaki dan tangan saat ingin

    masuk keruangan.

    2. Saat melakukan seleksi telur harus benar-benar diteliti karena seleksi telur

    sangat berpengaruh pada hasil DOC yang menetas dan seleksi DOC juga

    harus teliti karena jika hasil seleksi bagus, konsumen juga senang

    membelinya.

    35