manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

50
Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen , 2013 BAB I PENDAHULUAN Hormon adalah molekul pensinyal informasi dari satu sel ke sel lainnya, umumnya melalui medium cair seperti cairan ekstraseluler. Hormon digolongkan pada satu atau berbagai kelas hormon dan memberikan sinyal melalui berbagai mekanisme yang umum dan spesifik di sel target. 13 Hormon yang diproduksi pada suatu jaringan mungkin menghasilkan aktivitas pada suatu jaringan target yang jauh dari tempat sekresi. Pada kasus ini hormon melakukan perjalanan melalui aliran darah, seringkali bergabung denga protein plasma untuk mendekati jaringan target. Sebagai tambahan, hormon mungkin bertindak lokal mengikuti sekresi; baik pada sel tetangga (parakrin), pada sel itu sendiri (autokrin), atau tanpa benar- benar dilepas dari sel sekretorinya (intrakrin). 13 Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 1 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 22 Juli – 28 September 2013

Upload: shereen-siswadi

Post on 02-Jan-2016

140 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

Hormon adalah molekul pensinyal informasi dari satu sel ke sel lainnya, umumnya melalui

medium cair seperti cairan ekstraseluler. Hormon digolongkan pada satu atau berbagai kelas

hormon dan memberikan sinyal melalui berbagai mekanisme yang umum dan spesifik di sel

target.13

Hormon yang diproduksi pada suatu jaringan mungkin menghasilkan aktivitas pada suatu

jaringan target yang jauh dari tempat sekresi. Pada kasus ini hormon melakukan perjalanan

melalui aliran darah, seringkali bergabung denga protein plasma untuk mendekati jaringan

target. Sebagai tambahan, hormon mungkin bertindak lokal mengikuti sekresi; baik pada sel

tetangga (parakrin), pada sel itu sendiri (autokrin), atau tanpa benar-benar dilepas dari sel

sekretorinya (intrakrin).13

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 1Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 2: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

BAB II

DIABETES MELLITUS

Diabetes mellitus adalah kelompok penyakit yang terkarakterisasi dengan tingginya

konsentrasi gula darah sebagai hasil dari defek sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

Abnormalitas dari metabolism dari karbohidrate, protein dan lemak juga ditemukan. Orang

dengan diabetes memiliki tubuh yang tidak memproduksi atau berespon terhadap insulin, suatu

hormon yang diproduksi oleh sel β pancreas yang diperlukan untuk penggunaan atau

penyimpanan bahan bakar tubuh. Tanpa efektifitas insulin, hiperglikemia terjadi, yang dapat

mengakibatkan komplikasi serius dan kematian dini; namun orang dengan diabetes dapat

mengambil langkah untuk mengontrol penyakitnya dan menurunkan resiko komplikasi.13

Tahun 2005 total prevalensi diabetes di Amerika Serikat pada semua kelompok umur

teradapat 20,8 juta orang atau 7% dari seluruh populasi, Dari sekuan, 14,6 juta terdiagnosa dan

6,2 juta tak terdiagnosa. Sekitar 10,9 juta laki-laki dan 9,7 juta wanita usia 20 tahun ke atas

telah terdiagnosa diabetes, atau 9,6% persen dari semua orang pada kelompok umur tersebut.

Menunjukan peningkatan dari 4,9% dari populasi dewasa pada tahun 1990 dan 7,3% pada

tahun 2000. Prevalensi diabetes meningkat menurut umur, mempengaruhi 10,3 juta orang usia

60 tahun ke atas atau 21% dari semua orang pada kelompok umur tersebut. Lebih jauh, pada

tahun 2005 1,5 juta orang usia 20 tahun ke atas terdiagnosa sebagai pasien baru diabetes.1

Tingginya peningkatan adalah sebagian besar karena diabetes tipe 2 tidak lagi

merupakan penyakit yang mengenai orang-orang dengan usia yang lebih tua. Antara tahun

1990 sampai 1998 prevalensi diabetes meningkat sekitar 76% antar orang usia 30an. Di antara

anak-anak yang baru terdiagnosa dengan diabtes, prevalensi diabetes tipe 2 juga meningkat

dramatis pada decade terakhir, meningkat dari kurang dari 4% pada tahun 1990 menjadi 45%

pada kelompok umur tertentu pada tahun-tahun belakangan2

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 2Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 3: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Sebagai tambahan, terdapat 41 juta orang yang diperkirakan mengidap pre-diabetes,

yang mencakup toleransi glukosa terganggu (TGT) dan gula darah puasa terganggu (Centers for

Disease Control and Prevention, 2005).3 Orang dengan pre-dabetes berada pada resuko tinggi

untuk berubah menjadi diabetes tipe 2 atau penyakit kardiovaskuler jika strategi perubahan

gaya hidup tidak dilakukan.2

Diabetes mellitus berkontribusi pada peningkatan angka kesakitan dan kematian, yang

dapat dikurangi dengan diagnose dini dan penatalaksanaan. Pada tahun 2002 biaya penangan

diabetes di Amerika Serikat mencapai 132 miliar USD. 2

PATOFISIOLOGI

Menetapkan tipe diabetes pada individu seringkali tergantung pada keadaan yang

terdapat pada saat diagnose, dan banyak individu yang tidak dengan mudah memenuhi suatu

kategori tertentu. Karena itu lebih penting untuk memahami pathogenesis dari hiperglikemia

dan men mengobatinya dengan efektif (ADA, 2006). Jelasnya, bagaimanapun, perlunya

mengintervensi gaya hidup secara hidup, dimulai dari tahap pre-diabetes sampai pada

perjalanan penyakitnya. Pada tahun 1997 dibuatlah suatu rekomendasi untuk menterminasi

istilah insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM) dan noninsulin-dependent diabetes mellitus

(NDDM) dan menetapkan istilah diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang tidak lagi menggunakan angka

romawi.2

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 3Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 4: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.1 Tipe-tipe Diabetes dan Pre-diabetes 13

Pre-diabetes

Sebuah tingkatan pada gangguan homeostasis glukosa yang mencakup TGT dan GPT

disebut pre-diabetes. Orang dengan pre-diabetes memiliki TGT, GPT, atau keduanya. Individu

dengan pre-diabetes berada pada resiko tinggi mengidap diabetes di masa yang akan datang,

dan PJK.13

Diabetes tipe 1

Saat diagnosis, orang dengan diabetes tipe 1 sering mengeluh mengalami rasa haus

yang berlebih, urinasi berlebih, dan penurunan berat badan yang signifikan. Defek primer

terdapat pada destruksi sel β pancreas, yang memimpin pada defisiensi insulin yang absolute

dan berakibat pada hiperglikemia, poliuria, polidpsia, penurunan berat badan, dehidrasi,

gangguan elektrolit, dan ketoasidosis. Tingkatan dari destruksi sel β cukup bervariasi, pada

beberapa orang proses berjalan cepat (terutama pada bayi dan anak-anak) dan lambat pada

orang-orang lainnya (terutama orang dewasa).13

Jumlah penderita diabetes tipe 1 berkisar antara 5-10% dari semua kasus diabetes yang

terdiagnosa. Orang dengan diabetes tipe 1 tergantung pada insulin eksogen untuk mencegah

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 4Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 5: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

ketoasidosis dan kematian. Walaupun dapat mengenai kelompok umur apa saja, sebagian besar

kasus terdiagnosa pada orang di bawah 30 tahun, dengan puncak insidensi antara anak

perempuan usia 10-12 tahun dan anak laki-laki usia 12-14 tahun. Diabetes tipe 1 memiliki 2

bentuk: immune-mediated diabetes mellitus dan idiopathic diabetes mellitus. Immune-mediated

diabetes mellitus adalah hasil dari proses autoimun dari sel β pancreas, satu-satunya sel dalam

tubuh yang menghasilkan hormone insulin yang mengatur gula darah. Idiopathic type 1

diabetes mellitus mengacu pada bentuk penyakit yang tidak diketahui etiologinya. Walaupun

hanya sebagian kecil orang dengan diabetes tipe 1 jatuh pada kategori ini, mereka yang

terkena sebagian besar berasal dari Afrika atau Asia.1

Faktor resiko dari diabetes tipe 1 kemungkinan adalah genetic, autoimun, atau

lingkungan. Sebuah data yang menunjukkan 50% diabetes tipe 1 terjadi pada kembar identik,

menunujukkan bahwa gen spesifik diperlukan tapi tidak cukup untuk membuatnya berkembang

menjadi penyakit. Sebuha pemicu, misalnya lingkungan, dibutuhkan untuk ekspresi dari gen

tersebut. Belum ada hal-hal yang diketahui dapat mencegah diabetes tipe 1.1

Seringkali, setelah diagnose dan koreksi dari hiperglikemia, asidosis metabolik, dan

ketoasidosis, sekresi insulin endogen mengalami perbaikan. Pada honeymoon phase ini,

kebutuhan insulin eksogen menurun dramatis selama maksimal 1 tahun, bagaimanapun,

keperluan atas peningkatan kebutuhan insulin eksogen tak terhindarkan, dan dalam waktu 5-10

tahun setelah onset klinis, kematian sel β pankreas telah sepenuhnya terjadi, dan antibodi

terhadap sel langerhans tidak terdeteksi lagi.2

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 5Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 6: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.2 Algoritma Patofisiologi dan Manajemen Diabetes Tipe 1 13

Diabetes tipe 2

Penderita diabetes tipe 2 berjumlah sekitar 90-95% dari seluruh kasus diabetes yang

terdiagnosa dan merupakan penyakit progresif, yang pada banyak kasus, telah terjadi lama

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 6Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 7: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

sebelum terdiagnosa. Hiperglikemia berkembang bertahap dan kadang tidak cukup parah pada

tahap awal untuk membuat pasien menyadari gejala-gejala klasik diabetes. Walaupun tak

terdiagnosa, individu-individu ini juga mengalami peningkatan resiko atas berkembangnya

komplikasi markovaskuler maupun mikrovaskuler.13

Faktor resiko dari diabetes tipe 2 mencakup faktor genetic dan lingkungan, termasuk

riwayat keluarga yang menderita diabetes, usia tua, obesitas, obesitas intraabdomen,

inaktivitas fisik, riaway diabetes gestasional, pre-diabetes, dan rasa tau etnis tertentu. Lemak

berlebih dan obesitas jangka panjang adalah faktor resiko kuat dari diabetes tipe 2, dan

walaupun hany terjadi penurunan berat badan yang sedikit dapat mempengaruhi tingkat

glukosa mendekati normal pada orang dengan pre-diabtes. Obesitas yang terkombinasi dengan

predisposisi genetik diperlukan pada diabetes tipe 2 untuk terjaid. Kemungkinan lain yang

sebanding dengan predisposisi genetik adalah obesitasi dan resistensi insulin, pada faktor resiko

diabtes tipe 2. Gaya hidup sedenter juga dihubungkan pada peningkatan dari diabetes tipe 2.1

Pada banyak kasus, diabetes tipe 2 merupakan hasil dari kombinasi resistensi insulin

dan kegagalan sel β, tapi mengenai manakah dari faktor-faktor ini yang lebih berkontribusi pada

berkembangnya penyakit masih belum jelas diketahui. Jumlah insulin endogen bisa normal,

turun atau bahkan naik; namun mereka tidak adekuat untuk menangani terjadinya resistensi

insulin; sebagai akibatnya terjadilah hiperglikemia. Resistensi insulin pertama terjadi pada

jaringan target, terutama otot, hepar, dan sel lemak. Pada awalnya terjadi peningkatan

kompensasi dari sekresi insulin, yang mempertahankan konsentrasi normal gula darah; namun,

seiring perjalanan penyakit yang memburuk, produksi insulin menurun bertahap. Hiperglikemia

pertama terlihat sebagai peningkatan dari peningkatan gula darah pos prandial yang

diakibatkan oleh resistensi insulin pada tahap seluler dan diikuti oleh peningkatan konsentrasi

gula darah puasa. Seiring penurunan sekresi insulin, penurunan produksi glukosa hepar,

menyebabkan peningkatan gula darah puasa.

Resistensi insulin juga tampak pada jaringan adipose, mengakibatkan lipolisis dan

peningkatan asam lemak bebas di sirkulasi. Selain itu, kelebihan lemak intraabdomen, yang

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 7Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 8: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

terkarakterisasi dari akumalasi berlebih pada lemak visceral dan lemak pada organ-organ

abdomen, menghasilkan peningkatan dari penumpukan asam lemak bebas pada hepar,

menyebabkan peningkatan resistensi insulin. Peningkatan asam lemak juga mengakibatkan

penurunan lebih jauh dari sensitifitas insulin pada level seluler, gangguan dari sekresi insulin

pancreas, dan menyebabkan produksi glukosa hepatik (liptoksisitas). Defek-defek tersebut

berkontribusi pada perkembangan dan progresifitas diabetes tipe 2 dan juga target primer

untuk terapi farmakologis.2

Orang dengan diabetes tipe 2 mungkin ya dan mungkin juga tidak mengalami gela-

gejala klasik dari diabetes, dan mereka tidak beresiko tinggi terkenan ketoasidosis. Walaupun

orang dengan diabetes tipe 2 tidak memerlukan insulin eksogen untuk bertahan hidup, sekitar

40% atau lebih dari mereka akan sewaktu-waktu memerlukan insulin eksogen untuk control

glukosa yang adekuat. Insulin mungkin juga diperlukan untuk mengontrol periode hiperglikemia

yang terprovokasi, misalnya oleh sakit atau pembedahan.13

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 8Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 9: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.3 Algoritma Patofisiologi dan Manajemen Diabetes Tipe 2 13

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 9Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 10: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.4 Diagnosis Diabetes Mellitus dan Toleransi Glukosa Terganggu 13

Manajemen nutrisi pada pre-diabetes

Pada dekade berikutnya jumlah penderita diabetes, beresiko terkena diabetes, dan

penyakit kardiovaskuler diperkirakan meningkat 25% secara luas yang disebabkan oleh

peningkatan prevalensi obesitas dan inaktivitas. Kecuali diambil tindakan untuk mengubah

perkiraan estimasi angka diabetes, penyakit tersebut juga akan menjadi beban ekonomi yang

besar sebagai hasil dari penurunan produktivitas kerja. Hal ini esensial bahwa individu dengan

resiko diabetes diidentifikasi dan dilakukan intervensi serta penatalaksanaan. Tidak ada

penyakit yang mendapat peranan begitu pentingdari gaya hidup daripada diabetes.3

Target dari Medical Nutrition Therapy (MNT) untuk pre-diabetes menekankan pada

pentingnya perubahan gaya hidup untuk menurunkan resiko diabetes tipe 2 dengan

meningkatkan aktifitas fisik dan mempromosikan pilihan makan yang memfasilitasi penurunan

berat badan yang memadai. Karena pengaruh obesitas pada resistensi insulin, penunuruna

berat badan adalah target penting untuk orang dengan pre-diabetes atau sindrom metabolic.

Program terstruktur yang menekankan perubahan gaya hidup, termasuk pendidikan,

pengurangan lemak (<30% dari total energy) dan intake kalori, aktifitas fisik teratur, dan kontak

yang berpatisipasi aktif untuk memotivasi telah menunjukkan hasil pada penurunan berat

badan jangka panjang sekitar 5-7% dari berat awal. 3

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 10Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 11: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Walaupun telah diidamkan oleh banyak pihak, tidak ada yang dinamakan “miracle diet”

untuk penurunan berat badan. Rendah karbohidrat dan rendah lemak dan diet restriksi kalori,

keduanya menunjukan hasil penurunan berat badan dalam waktu sampai 1 tahun. Diet rendah

karbohidrat memiliki potensi untuk hasil yang lebih disenangi pada angka trigliserida dan HDL.

Namun, ini juga harus dipertimbangkan untuk hasil yang kurang diinginkan pada angka LDL dari

diet rendah karbohidrat. Modifikasi gaya hidup telah dilaporkan dapat menghasilkan

penurunan berat badan sekitar 10%, atau 10-12 kg dalam waktu 3 hingga 6 bulan dan dapat

mempertahankan penurnunan berat-beadan tersebut sebanyak 4,5 kg setelah 2 hingga 4

tahun. Dukungan keluarga, kerabat, atau professional di bidang kesehatan; pengaturan target

penurunan berat badan yang realistis; dan monitoring intake makanan telah menunjukkan

keberhasilan pada modifikasi gaya hidup yang dibutuhkan.4

Aktivitas fisik penting untuk mencegah peningkatan berat badan dan mempertahankan

penurunan berat badan. Untuk kesehatan kardiovaskuler dan mengurangi resiko dari masalah

kesehatan kronis, termasuk diabetes tipe 2, aktivitas fisik moderat selama 30 menit per hari

telah disarankan. Untuk mencegah kenaikan berat badan, diperlukan 60 menit per hari, di mana

60-90 menit diperlukan untuk mencegah kembalinya berat badan semula yang telah turun.

Lebih jauh, penurunan berat badan karena aktivitas fisik juga meningkatakan sensitifitas

insulin.3

Latihan jasmani sebaiknya dilakukan sesuai program CRIPE yaitu Continous, Rhythmical,

Interval, Progressive, dan Endurance training pada penderita gula darah (DM).

1. Continous, latihan yang dilakukan harus terns-menerus (berkelanjutan) selama 50-60

menit tanpa berhenti.

2. Rhythmical, latihan dilakukan secara berirama dan teratur, tidak asal-asalan.

3. Interval, latihan yang dilakukan sebaiknya dilaksanakan secara berselang-seling, kadang

cepat, tetapi kadang juga lambat tetapi tanpa berhenti. Misalnya jalan cepat, kadang

berlari, kemudian jalan cepat lagi.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 11Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 12: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

4. Progressive, Arti dari tahap ini adalah latihan dilakukan secara bertahap dengan beban

latihan ditingkatkan secara perlahan-lahan.

5. Endurance, merupakan latihan ketahanan, untuk meningkatkan kesegaran jantung dan

pembuluh darah penderita.13

Gandum utuh dan diet berserat dihubungkan dengan penurunan resiko diabetes.

Peningkatan asupan makanan yang mengandung gandum utuh telah dihubungkan degan

peningkatan sensitivitas insulin yang tidak tergantung berat badan, dan peningkatan asupan

serat telah dihubungkan dengan sensitivitas insulin dan kemampuan untuk menghasilkan

sekresi insulin yang adekuat untuk mengatasi resistensi insulin.13

Penelitian observasional menyarankan suatu hubungan antara konsumsi alkohol

tingkat moderat (1 sampai 3 minuman sehari, setara dengan 15- 45 gram alkohol) dan

penurunan resiko diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner, dan stroke. Namun data tersebut

tidak mendukung rekomendasi konsumsi alkohol pada pasien dengan resiko diabetes yang

tidak meminum minuman beralkohol.13

Medical Nutrition Therapy (MNT) pada Diabetes

MNT adalah bagian dari kesatuan utuh pada manajemen dan perawatan diabetes.

Untuk menyatukan MNT secara efekttif kedalam manajemen diabetes secara keseluruhan

diperlukan usaha sebuah tim yang terkoordinir, mencakup konsultan gizi yang berkompenten

dan terampil dalam mengimplementasi prinsip-prinsip dan rekomendasi-rekomendasi untuk

diabetes. MNT membutuhkan pendekatan individu dan manajemen edukasi atas pengaturan

nutrisi pribadi prinsip dan rekomendasi-rekomendasi untuk diabetes. MNT membutuhkan

pendekatan individu dan manajemen edukasi dan konseling atas pengaturan nutrisi pribadi

yang efektif. Memantau gula darah, kadar A1C dan lemak, tekanan darah, berat badan, dan

kualitas hidup adalah esensial dalam mengevaluasi keberhasilan dari rekomendasi yang

berkaitan dengan nutrisi. Jika hasil dari MNT yang diinginkan belum berhasil didapat,

perubahan pada keseluruhan manajemen dan perawatan diabetes harus dianjurkan 1

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 12Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 13: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Pedoman nutrisi oleh ADA menggarisbawahi pentingnya perawatan nutrisi yang

individual. Sebelum tahun 1994 anjuran nutrisi mencoba untuk mendefinisikan persentasi

optimal dari asupan makronutrien. Kemudian, dengan menetapkan kebutuhan kalori basal

orang bersangkutan berdasarkan teori kebutuhan kalori dan menggunakan persentasi ideal

untuk karbohidrat, protein, dan lemak, sebuah resep nutrisi dikembangkan (karbohidrat 50%,

20% protein, dan 30% lemak). Permasalahan pada pendekatan ini adalah diet yang ditetapkan

tidak dapat speneuhnya bersifat individual; dan sering terjadi irrelevansi pada gaya hidup

pasien, budaya, dan status sosioekonomi. Lebih jauh, pendekatan ini tidak didukung oleh bukti

ilmiah yang memadai dan seringkali tidak memberikan hasil yang diharapkan. Sejak tahun 1994

ADA merekomendasikan bahwa peresepan nutrisi sebaiknya didasarkan pada profil metabolic,

target terapi, dan disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang diinginkan oleh pasien

bersangkutan dan yang dapat diaplikasikan. Pendekatan ini berlanjut dengan anjuran nutrisi

ADA 2002 dan 2007 untuk orang dengan diabetes.1

Walaupun banyak penelitian telah mencoba untuk mengidentifikasikan persentasi

makronutrien optimal untuk diet pada pasien dengan diabetes, sepertinya kombinasi angka-

angka tersebut tidak ada. Kombinasi terbaik nampaknya bervariasi, tergantung pada keadaan

individu bersangkutan. Jika diperlukan pedoman, maka dietary reference intakes (DRIs)

mungkin membandu untuk menemukan kebutuhan nutrisi harian tubuh sementara pada saat

yang bersamaan meminimalisir resiko penyakit kronik. Rekomendasi dari DRI menganjurkan

bahwa individu dewasa sebaiknya mendapatkan 45-65% total energy dari karbohidrat, 20-35%

dari lemak, dan 10-35% dari protein.3

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 13Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 14: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.5 Pendekatan Nutrisi 3

Target dan Hasil dari Medical Nutrition Therapy untuk Diabetes

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 14Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 15: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.6 Target MNT untuk Diabetes Mellitus 4

Target MNT untuk diabetes menekankan pada peran gaya hidup dalam meningkatkan

control gula darah, profil lipid dan lipoprotein, dan tekanan darah. Meningkatkan kesehatan

melalui pemilihan makanan dan aktivitas fisik merupakan dasar dari seluruh rekomendasi gizi

untuk penatalaksanaan diabetes.2

Di samping terampil dan berpengetahuan dalam melakukan pendekatan dan

mengimplementasikan MNT, seorang konsultan gizi juga harus memperhatikan hasil yang

diharapkan dari terapi gizi. Penelitian mendukung MNT sebagai terapi efektif dalam mencapai

target terapi diabetes. Lebih jauh, efek dari MNT pada A1C dapat diketahui dalam 6 minggu

sampai 3 bulan, di mana pada waktu itu konsultan gizi harus menentukan apakah target terapi

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 15Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 16: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

sudah dapat dicapai dengan perubahan gaya hidup atau apakah perubahan atau penambahan

obat diperlukan.3

Studi analisis pada subjek bebas nondiabetik melaporkan bahawa MNT mereduksi kolesterol

LDL sekitar 15-25 mg/dL. Setelah inisiasi MNT, kemajuan terlihat dalam 3 sampai 6 bulan.

Gambar 1.7 Contoh-contoh Masalah Nutrisi yang Berhubungan dengan Diabetes Mellitus 3

Karbohidrat dan diabetes

Gula, pati, dan serat adalah istilah-istilah yang sering digunakan untuk karbohidrat.

Makanan yang mengandung karbohidrat dari gandum utuh, buah-buahan, sayuran dan susu

rendah kemak adalah sumber yang sangat baik bagi vitamin, mineral, serat, dan energy; karena

itu makanan-makanan tersebut adalah komponen penting untuk diet sehat untuk semua orang,

termasuk penderita diabetes. Walaupun diet rendah karbohidrat tampak sebagai pendekatan

logis untuk menurunkan gula darah postprandial, ADA menyatakan dengan spesifik bahwa diet

rendah karbohidrat tidak direkomendasikan pada manajemen diabetes.3

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 16Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 17: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.8 Kerja Insulin pada Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan Lemak 13

Gambar 1.9 Rekomendasi Kontrol Glikemik untuk Orang Dewasa dengan Diabetes 13

Indeks Glikemik dan Beban Glikemik

Indeks glikemik (GI) mengukur area relatif di bawah kurva glukosa posprandial dari 50

gram karbohdirat yang dapat tercerna dibandingkan dengan 50 gram makanan standar, baik

glukosa atau roti tawar putih. Bila yang digunakan sebagai referensi adalah reoti, nilai GI

dikalikan 0,7 untuk menyesuaikan dengan GI pada glukosa. (GI glukosa = 100; GI pada roti tawar

putih = 70). GI tidak mengukur kecepatan dari kenaikan kadar gula darah. GI yang rendah

biasanya didefinisikan sebagai GI dibawah 55, GI menengah 55-70, dan GI tinggi > 70. Pati

biasanya memiliki GI yang tinggi; gula seperti fruktosa, laktosa, dan sukrosa serta lemak

memiliki GI menengah hingga rendah.13

Perkiraan beban glikemik (GL) dari makanan dihitung dengan cara mengalikan GI dan

jumlah karbohidrat di tiap makanan dan menjumlahkan keseluruhannya.13

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 17Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 18: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Diet rendah GI telah dilaporkan dapat meningkatkan control glikemik dibandingkan

dengan diet tinggi GI pada pasien dengan diabetes. Bagaimanapun, terdapat inkonsistensi

substansi pada hasil penelitian. Sebagian besar orang sepertinya telah mengkonsumsi GI

sedang, dan tidak diketahui apakah penurunan diet GI dapat dicapai dalam jangka panjang.13

Serat

Penelitian jangka pendek terdahulu yang menggunakan serat dalam jumlah besar (>30

gram per hari) pada jumlah subjek yang kecil menghasilkan efek positif pada glikemi; namun,

hasil pada hasil penelitian belakangan menunjukkan hasil yang beragam. Pada subyek dengan

diabetes tipe 1, diet tinggi serat (20 g per hari) tidak menghasilkan efek yang menguntungkan

pada control glikemi. Penelitian lain pada subyek dengan diabetes tipe 1 menunjukan hasil

positif dari 50 gram serat pada konsentrasi glukosa tapi tidak menghasilkan efek

menguntungkan pada perofil lipid. Pada pasien dengan diabetes tipe 2, meningkatkan serat dari

11 menjadi 27 gram/ 1000 Kalori tidak memperbaiki glikemia, insulinemia, atau lipemia, di

mana penelitian lain membandingkan 24 gram dengan 50 gram serat per hari dilaporkan

meningkatkan control glikemi, mengurangi hiperinsulinemia, dan menurunkan lipid plasma.

Karena itu tampak bahwa konsumsi serat dalam jumlah besar diperlukan untuk mendapatkan

efek menguntungkan.13

Bagaimanapun, bukti ilmiah yang ada kurang untuk menganjurkan serat lebih tinggi

pada pasien dengan diabetes dibanding dengan populasi secara keseluruhan.13

Pemanis

Restriksi sukrosa tidak dapat diatur sebagai dasar dari efek glikemiknya, hal tersebut

tetap saran yang baik bagi pasien dengan diabetes yang sebaiknya berhati-hati pada konsumsi

makanan yang mengandung gula dalam jumlah besar. Di samping memiliki total karbohidrat

yang tinggi, biasanya makanan tersebut juga mengandung lemak tinggi. Jika sukrosa

diikutsertakan pada rencana makanan, sebaiknya digantikan dengan sumber karbohdirat yang

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 18Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 19: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

lain, atau diimbangi dengan pemberian insulin atau pengobatan untuk menunurunkan glukosa

yang adekuat. 13

Pemanis rendah kalori telah disetujui oleh Badan Makanan dan Obat-obatan Amerika

Serikat (FDA) termasuk gula alkohol (erytrol, sorbitol/ Tropicana Slim®, mannitol/ Parteck® M,

xylitol/ Xylitol®, isomalt, lactitol) dan tagatose. Mereka mengahasilkan respon glikemik yang

lebih rendah dan memiliki kandungan kalori yang lenih rendah dari sukrosa dan karbohidrat

lain. Gula alkohol mengandung kira-kira 2 kalori per gram.13

Protein

Tingkat degradasi protein dan konversi protein menjadi glukosa pada diabetes tipe 1

bergantung pada pemberian insulin dan control glikemi. Dengan insulinisasi yang kurang

optimal, konversi protein ke glukosa dapat terjadi dengan cepat, dan mempengaruhi control

glikemi. Pada diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol, glukoneogenesis juga dipercepat. Pada

pasien dengan diabetes tipe 2 yang masih dapat memproduksi insulin, protein yang dicerna

hanya merupakan stimulasi potensial untuk sekresi insulin sebagai karbohidrat.3

Pada pasien dengan diabetes dan fungsi ginjal yang normal, ada bukti ilmiah yang

kurang untuk menyarankan bahwa asupan protein normal harus dimodifikasi. Dalam hal ini

asupan protein nampaknya tidak berhubungan dengan terjadinya nefropati diabetikum; dan

efek jangka panjang dari mengkonsumsi protein lebih dari 20% total energy sebagai penyebab

dari nefropati diabetikum belum diteliti dengan adekuat.3

Lemak

Kurangnya informasi spesifik menyebabkan target dari asupan lemak untuk orang

dengan diabetes disamakan dengan orang tanpa diabetes yang memiliki riawayat

kardiovaskular. Telah dianjurkan bahwa jumlah lemak harian adalah 25-35% dari total kalori;

dengan asam lemak jenuh kurang dari 7%. Asupan dari lemak trans harus diminimalkan atau

ditiadakan. Diet tinggi PUFA memiliki efek yang serupa dengan diet tinggi MUFA. Karena itu,

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 19Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 20: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

untuk menurunkan LDL, energi yang didapat dari lemak jenuh sebaiknya digantikan dengan

PUFA atau MUFA. Pada pasien dengan diabetes, mengurangi lemak jenuh dan lemak trans

mengurangi kolesterol total dan LDL tapi juga dapat menurunkan HDL. Namun yang terpenting,

perbandingan antara LDL dengan HDL tidak terpengaruh.13

Terdapat bukti ilmiah dari populasi secara umum bahwa makanan yang mengandung

rantai panjang Omega 3 PUFA adalah menguntungkan, dan 2 sampai 3 penyajian ikan per

minggu sangat dianjurkan. Walaupun sebagian besar penelitian pada pasien dengan diabetes

yang menggunakan suplemen omega 3 menunjukkan hasil penurunan trigliserida, namun

kenaikan LDL juga ditemukan. Suplemen omega 3 paling bermanfaat untuk terapi

hipertrigliseridemia yang parah.3

Gambar 1.10 Rekomendasi untuk Profil Lipid dan Tekanan Darah pada Orang Dewasa dengan

Diabetes 14

Alkohol

Pencegahan yang sama diaplikasikan untuk konsumsi alkohol pada populasi umum dan

orang dengan diabetes. Tidak meminum alkhol harus dianjurkan untuk orang dengan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 20Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 21: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

ketergantungan alkohol, wanita hamil dan orang dengan gangguan hati, pancreatitis, dan

neuropati (Wernicke’s encephalopathy).13

Alkohol berjumlah menengah yang dikonsumsi bersama makanan memiliki efek

minimum dan akut pada kadar glukosa dan insulin. Bagaimanapun minuman beralkohol harus

dipertimbangkan sebagai tambahan pada rencana makan pasien diabetes. Tidak ada makanan

yang perlu dihilangkan, mempertimbangkan kemungkinan dari hipoglikemia yang dipicu alkohol

dan fakta bahwa alkohol tidak membutuhkan insulin untuk dimetabolisasi. Asupan alkohol yang

berlebih (lebih dari 3 minuman per hari) secara konsisten, mengkontribusi terjadinya

hiperglikemia yang meningkat seiring dengan penggunaan alkohol tersebut.13

Mikronutrien

Tidak ada bukti jelas yang menunjukkan bahwa penggunaan suplemen vitamin dan

mineral menghasilkan keuntungan pada pasien dengan diabetes yang tidak didasari defisiensi

mikronutrien bersangkutan. Pengecualian termasuk folat untuk pencegahan defek kelahiran.5

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 21Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 22: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

BAB III

OSTEOPOROSIS

Nutrisi dan Tulang

Tidak hanya dibutuhkan kalsium, fosfat, dan vitamin D esensial yang dibutuhkan untuk

struktur dan fungsi normal dari tulang, namun beberapa mikronutrien juga memiliki peranan

yang esensial dalam pertumbuhan dan pertahanan tulang. Molekul tumbuhan non-nutrien

seperti fitoestrogen, telah dihipotesis dapat meningkatkan masa dan densitas tulang pada fase

postmenopausal pada wanita dan pria usia tua, namun hasil investigasi pada komponen diet

tersebut belum menunjang sang hipotesa.6

Asupan kalsium

Gambar 1.12 Rekomendasi Asupan Zat-zat yang Berkaitan dengan Tulang untuk Usia Dewasa 13

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 22Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 23: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Kalsium dari makanan

Intake kalsium sebagai preventif primer dari osteoporosis telah mendapat banyak

perhatian. Institute of Medicine merekomendasikan kalsium, vitamin D, dan beberapa nutrien-

nutrien lain telah diberikan sebagai Adequate Intakes (AIs), karena hanya kebutuhan bermakna

akan kalsium dan vitamin D pada tahap-tahap kehidupan tertentu yang dapat terhitung. AI

untuk kalsium pada usia praremaja (11 tahun) hingga dewasa muda (hingga 19 tahun) telah

meningkat hingga 1300 mg/hari pada laporan terbaru. AI untuk kalsium adalah sama pada

semua jenis kelamin sepanjang siklus hidup.7

Intake kalsium secara umum tidak memenuhi rekomendasi AI pada setiap kelompok

umur di atas 11 tahun, khususnya wanita. Remaja dan wanita dewasa mengkonsumsi kurang

dari AI yang berlaku. Pria pada umumnya mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang lebih

besar dari wanita, namun mereka juga tidak memenuhi kadar yang direkomendasikan pada usia

di atas 50 tahun. Defisit-defisit ini diartikan, rata-rata, pada kebutuhan kasar tambahan 500

mg/hari untuk remaja wanita dan dewasa.7

Sumber kalsium dari makanan direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan kalsium.

Memenuhi kadar AI kalsium dari makanan harus menjadi target utama, namun bila jumlah

kalsium dari makanan tidak terpenuhi, suplemen kalsium kemudian harus dikonsumsi untuk

mencapai AI yang spesifik menurut kelompok umur.8

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 23Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 24: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 24Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 25: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.13 Kadar Kalsium pada Makanan 13

Suplemen Kalsium

Banyak penelitian telah dilakukan terhadap suplementasi kalsium pada semua

kelompok usia dan khususnya pada wanita yang secara tipikal menunjukkan peningkatan pada

kadar kalsium di spinal dan BMD tubuh secara total. Beberapa penelitian telah melakukan

follow up pada subjek yang mencapai kenaikan BMD pada suplementasi awal, namun tanpa

suplemen kalsium berkelanjutan, nilai BMD rata-rata berubah menjadi kadar BMD kelompok

control. Laporan ini menyarankan bahwa asupan lebih besar perlu untuk dikonsumsi secara

konsisten untuk memelihara kadar BMD yang didapat dari suplemen kalsium saja. 7

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 25Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 26: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.14 Potensi Resiko yang Berkaitan dengan Suplementasi Kalsium Berlebih 13

Bioavailibitas Kalsium

Bioavailabilitas kalsium dari makanan secara umum menyerupai yang terdapat pada

suplemen. Bioavailibilitas kalsium dari suplemen yang mengandung berbagai kombinasi anion

adalah sangat baik.7

Bioavailibilitas kalsium dari makanan biasanya cukup baik, namun beberapa jenis

makanan seperti bayam mungkin rendah dan mempengaruhi stauts nutrisi kalsium. Roti

gandum mungkin merupakan sumber kalsium yang baik bagi mereka yang mengkonsumsi

beberapa porsi roti sehati; makanan berhijau daun seperti brokoli dan sawi hijau juga memiliki

bioavailibilitas yang baik; dan kalsium dari susu kedelai diabsorbsi dengan sangat baik. Namun,

bayam dan beberapa sayuran tinggi oksalat lainnya memiliki bioavailibilitas kalsium yang

rendah. Konsumsi dari makanan olahan susu, khususnya susu tinggi kalsium, keju, dan yogurt

tampaknya adalah cara terbaik bagi individu untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian

mereka. Makanan lain yang juga sangat baik sebagai sumber kalsium adalah almond, tahu

jepang, dan sayuran berwarna hijau gelap. 7

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 26Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 27: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Bioavailibilitas Kalsium dari Suplemen Kalsium

Bioavailibilitas kalsium dari suplemen bergantung dari pemakaian anion, namun

biasanya semua memiliki bioavailibilitas yang baik. Suplemen kalsium sitrat maleat tampak

diabsorbsi sedikit lebih efisien daripada kalsium karbonat dan suplemen kalsium lainnya,

namun perbedaannya hanya beberapa persen saja. Kalsium karbonat dapat memiliki efek

konstipasi yang dapat diminimalisir dengan dosis terbagi dan mengkonsumsi banyak serat dan

cairan. Suplemen kalsium dosis tinggi dapat mengurangi absorbs besi nonheme, zink,

magnesium, dan kation-kation lain.8

Intake Vitamin D

Intake vitamin D yang adekuat adalah penting, namun masih dipertanyakan mengenai

jumlah pasti yang direkomendasi. Kelebihan vitamin D harus dihindari. Kelebihan vitamin D

dapat menginduksi hiperkalsemia dan meningkatkan resiko kalsifikasi jaringan lunak, terutama

ginjal. Bagaimanapun kelebihan vitamin D tidaklah umum; sejauh ini yang lebih banyak adalah

intake vitamin D yang tidak adekuat.8

Paparan cahaya matahari untuk biosintesis vitamin D di kulit mungkin baik tapi

merupakan sumber yang kurang untuk orang usia lanjut yang biasanya mengkonsumsi sedikit

vitamin D dari makanan dan hidup jauh dari garis khatulistiwa. Kulit individu yang lanjut usia

kurang efisien utnuk memproduksi vitamin D karena kulitnya lebih tipis dan mengandung lebih

sedikit sel yang mensintesis vitamin D. Sebagai tambahan, orang lanjut usia biasanya hidup di

dalam ruangan yang mengakibatkan paparan minimal dari sinar matahari. 8

Defisiensi vitamin D dihubungkan degan hipertiroidisme sekunder dan peningkatan

turnover tulang. Karena intake kalsium yang rendah berkontribusi pada peningkatan serum

PTH, proses resorpsi tulang juga meningkat untuk menjaga serum ion kalsium tetap pada

jumlah yang normal.8

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 27Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 28: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Kadar 25-hidroksi vitamin D yang rendah telah ditemukan pada wanita-wanita usia

lanjut yang tinggal pada tempat-tempat penampungan. Beberapa sudi menunjukkan bahwa

suplementasi vitamin D pada subjek lanjut usia, berkontribusi meningkatkan BMD atau

mengurangi resiko fraktur.8

Suplemen kalsium dan vitamin D sering diberikan bersamaan pada orang usia lanjut

untuk mengurangi konsentrasi PTH pada sirkulasi. Kombinasi suplemen harian berupa 1000 mg

kalsium dan 400 unit vitamin D dapat sedikit meningkatkan BMD. Suplementasi vitamin D

mereduksi angkat kejadian jatuh pada wanita usia lanjut. Konsep lama bahwa vitamin D

meningkatkan kekuatan otot rangka dapat menjadi komponen dari menurunnya angka kejadian

jatuh, namun penelitian lebih jauh masih diperlukan. Suplementasi vitamin D 1000 unit/hari

dapat dianggap sangat aman.8

Asupan fosfat

Garam fosfat tersedia hampir di semua bahan makanan, di mana kalsium tidak

semudah itu didapatkan pada makanan. Tindakan simpel seperti makan telah mencakup

kebutuhan konstan dari fosfat (kurang lebih 1000-1200 mg untuk wanita dewasa, dan 1200-

1400 pada pria dewasa). Intake actual fosfat di Amerika Serikat dapat jadi lebih tinggi karena

fosfat-fosfat “terselubung” pada makanan yang terdapat karena proses pengolaha makanan

pabrik. Ion kalsium dan fosat diperlukan dalam rasio 1:1 untuk proses mineralisasi tulang.7

Intake fosfor berlebih dalam bentuk fosfat dapat mengubah rasio kalsium-fosfat,

terutama jika intake kalsium rendah. Fosfat berlebih dibanding kalsium menurunkan

konsentrasi serum ion kalsium, yang kemudian menstimulasi PTH; jika pola asupan ini

berlangsung terus, kerapuhan tulang dapat mengikuti. 13

Intake Protein

Protein secara umum memiliki efek anabolik untuk tulang. Diet tinggi protein selama

lebih dari 2 minggu memiliki efek yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali pada

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 28Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 29: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

metabolism kalsium pada wanita dewasa yang dewasa yang sehat. Di sisi lain, intake rendah

protein yang kronik berkontribusi pada kadar serum albumin yang rendah, yang menurunkan

baik serum IGF-1 maupun kalsium, sebuah keadaan di mana peristiwa fraktur dapat menjadi

menakutkan dan sulit sembuh. 7

Kebutuhan protein orang dewasa normalnya diperkirakan 1 g/kg berat badan untuk menjaga

agar konsentrasi serum PTH pada angka yang sehat jika intake kalsium mendekati angka yang

direkomendasikan. 7

Intake Magnesium

Lebih dari 50% magnesium dalam tubuh ditemukan di jaringan tulang, namun peran

mineral ini pada fungsi tulang masih sedikit sekali dipahami. Persentase terbesar dari ion

magnesium pada keberadaann tulang terdapat pada cairan tulang, namun bagian kecil ion ini

terikat pada kristal-kristal tulang, kemungkinan pada bagian permukaan. Persenti kecil dari ion

magnesium terlokasi pada sel-sel tulang, di mana mereka tersedia sebagai kofaktor enzim.

Defisit magnesium tampaknya memiliki efek minimal pada jaringan tulang, namun ada laporan

yang mengemukakan bahwa asupan adekuat dari magnesium dapat meningkatkan BMD. 13

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 29Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 30: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

BAB IV

GANGGUAN TIROID

Anatomi

Gambar 1.15 Anatomi Kelenjar Tiroid 14

Sintesis dan Sekresi Hormon tiroid

Sintesis T4 dan T3 oleh kelenjar tiroid melibatkan enam langkah utama : ( 1 )

transportasi aktif iodida melintasi membran basal ke dalam sel tiroid ( memerangkap ) , (2 )

oksidasi iodida dan iodinasi residu tyrosyl di tiroglobulin ( organifikasi) ; ( 3 ) menghubungkan

pasangan molekul iodotirosine dalam thyroglobulin untuk membentuk iodothyronines T3 dan

T4 ( kopling ) , (4 ) pinositosis dan kemudian proteolisis dari thyroglobulin dengan pelepasan

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 30Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 31: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

iodothyronines bebas dan iodotirosines ke dalam sirkulasi , (5 ) deiodination dari iodotyrosines

dalam tiroid sel , dengan konservasi dan penggunaan kembali iodida dibebaskan , dan ( 6 )

deiodination intratiroidal 5' - dari T4 ke T3 .10

Secara lengkapnya dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.16 Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid 14

Hiperthyroidisme

Didefinisikan sebagai eksresi kelenjar thyroid berlebihan yang mengakibatkan metabolik

rate meningkat.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 31Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 32: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Nama lainnya : - exophthalmicgoiter.

- thyrotoxicosis.

- Grave’s disease.

- Basedow disease.

Chief Symptoms :

- weight loss → emaciation.

- excessive nervousness.

- porminnence of the eyes.

- generally enlarged thyroid gland.

- increase of appetite.

- weakness.

- cardiac failure.

Metabolisme :

- General metabolisme meningkat.

- Nilai PBI ( protein binding iodine ) semakin meningkat.

- BMR ( basal metabolisme rate ) meningkat > 50 %.

→ total energy metabolism meningkat, jika kalori tak mencukupi.

- Glikogen hati terus menyusut.

- Metabolisme N meningkat, akibatnya N jaringan keluar di

eksresikan melalui ginjal, terjadilah loss of weight → PCM.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 32Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 33: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

- Eksresi Ca dan P meningkat, mengakibatkan osteoporosis

dan/atau bone fracture.

- Gangguan kebutuhan vitamin B komplek, vitamin C dan vitamin A.

Modifikasi diet :

- mengurangi/menghilangkan symptom → operasi

- turunkan BMR

- Kalori : 4000 – 5000/h.

- Protein : 100 – 125 gr/h

- Ca : 2-3 g/h

Suplemen : vitamin D, vitamin A, vitamin C, vitamin B kompleks dan Fosfor

Hipotiroid

Yodium

Defisiensi yodium di negara-negara maju telah dieliminasi dengan iodinisasi garam.

Namun, orang-orang yang tinggal di area-area pegunungan dan delta masih memiliki masalah

intake yodium yang rendah karena kandungan yodium pada tanah sebagian besar telah habis

terpakai oleh proses bercocok tanam. Sedangkan mereka yang hidup di dataran rendah

kemungkinan mengkonsumsi goitrogen dalam jumlah besar yang dapat mereduksi penggunaan

yodium oleh kelenjar tiroid. Normalnya tubuh mengandung 20 atau 30 mg yodium, dengan

lebih dari 75% nya terdapat pada kelenjar tiroid dan sisanya terdistribusi di bagian-bagian

tubuh, misalnya kelenjar mammae, mukosa lambung, dan darah. Diet yodium dibutuhkan

untuk sintesis hormone tiroid.13

Yodium diabsorbsi dengan baik sebagai iodida. Pada sirkulasi darah yodium beredar

dalam bentuk bebas maupun diikat protein, namun lebih banyak dalam bentuk terikat. Ekskresi

terutama lewat urin, namun jumlah kecil ditemukan pada feses sebagai hasil dari sekresi bilier.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 33Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 34: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Yodium tersimpan di kelenjar tiroid, di mana biasanya digunakan untuk sintesis

triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Uptake ion yodium oleh sel-sel tiroid dapat dihambat oleh

goitrogen (substansi yang secara alami terdapat dalam makanan). Hormon tiroid didegradasi di

sel target dan hepar. Selenium penting pada metabolism yodium karena keberadaannya pada

suatu enzim yang bertugas membentuk T3 aktif dari tiroglobulin yang tersimpan di kelenjar

tiroid.11

Dietary Referance Intakes (DRI)

Intake yodium sebesar 150 mcd/hari telah disarankan sebagai angka kebutuhan untuk

remaja dan dewasa. Angka kebutuhan untuk wanita hamil dan menyusui meningkat menjadi

220 mcd dan 290 mcg. Angka kebutuhan rata-rata untuk bayi hingga usia 6 bulan adalah 110

mcg, dan 130 mcg untuk bayi usia 6 hingga 12 bulan. Angka kebutuhan untuk anak adalah 90-

120 mcg yang meningkat sesuai umur dan besar tubuh.10

Sumber Makanan

Yodium terdapat dalam jumlah yang bervariasi pada makanan dan air minum. Makanan

laut adalah sumber terkaya dari yodium. Ikan air laut mengandung 300 hingga 3000 mcg/kg

daging; ikan air tawar mengandung 20-40 mcg/kg. Kandungan yodium pada susu sapi dan telur

ditentukan pada iodide yang dikonsumsi oleh hewan itu; kandungan iodide pada sayuran

bergantung pada kandung iodide pada tanah di mana mereka tumbuh.11

Penggunaan dari garam beryodium juga harus terus dilakukan pada beberapa area

untuk mencegah goiter. Cara terbaik untuk memelihara asupan adekuat yodium adalah dengan

menggunakan garam beryodium (60 mcg yodium/g garam) pada penyajian makanan. 12

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 34Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 35: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Gambar 1.17 Kandungan Yodium pada Makanan 13

Defisiensi

Sekitar 2 miliar orang di seluruh dunia yang hidup di negara miskin dan berkembang

berada dalam resiko defisiensi yodium. Orang-orang tersebut memiliki defisiensi yodium tingkat

menengah, meskipun tidak timbul gejala goiter yang jelas. Pada anak usia sekolah, defisiensi

yodium berhubungan dengan tingkat kognitif yang kurang. Defisiensi yodium adalah penyebab

yang dapat dicegah namun paling umum terjadi dari retardasi mental di seluruh dunia.

Penggunaan garam beryodium atau dosis tunggal minyak beryodium, dan suplemen yodium

mingguan tampak efektif. Penggunaan garam beryodium sebaiknya dimotivasi selama

kehamilan khususnya pada trimester kedua kehamilan. Intake yodium yang sangat rendah

berhubungan dengan kejadian endemic atau goiter simpel, yaitu pembesaran kelenjar tiroid.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 35Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 36: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Defisiensi dapat nyaris total, khususnya pada daerah pegunungan dan region di mana asupan

goitrogen tinggi.13

Goitrogen, yang secara alami terdapat pada makanan dapat juga menyebabkan goiter

dengan memblok uptake yodium dari darah oleh sel-sel tiroid. Makanan-makanan yang

mengandung goitrogen termasuk kubis, lobak, kacang tanah, singkong, ubi, rumput laut, dan

kacang kedelai. Goitrogen diinaktivasi dengan pemanasan dan proses memasak. Defisiensi

yodium yang berat pada masa gestasi dan awal pertumbuhan postnatal menghasilkan

kretinisme pada bayi-bayi, sebuah sindrom yang dikarakterisasi oleh defisiensi mental, diplegia

atau quadriplegia spastic, bisu tuli, disartria, gait, postur yang memendek, dan hipotiroidisme.

Bentuk yang lebih ringan dari sindrom ini bermanifestasi sebagai retardasi intelektual tingkat

moderat atau retardasi pematangan neuromotor.13

Toksisitas

Walaupun yodium memiliki batas keamanan yang luas, batas toleransi (UL) terhadap

zat ini telah ditetapkan. Orang dewasa memiliki UL sebesar 1100 mcg/hari dan anak-anak

memiliki 200-300 mcg/ hari. Pada beberapa kasus, goiter berkembang perlahan sebagai akibat

dari asupan yodium jangka panjang yang jauh lebih tinggi dari kebutuhan fisiologis. Peran dari

yodium berlebih pada penyakit atau gangguan tiroid masih belum jelas.13

BAB VI

KESIMPULAN

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 36Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 37: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

Target dari Medical Nutrition Therapy (MNT) untuk pre-diabetes menekankan pada

pentingnya perubahan gaya hidup untuk menurunkan resiko diabetes tipe 2 dengan

meningkatkan aktifitas fisik dan mempromosikan pilihan makan yang memfasilitasi penurunan

berat badan yang memadai. Aktivitas fisik penting untuk mencegah peningkatan berat badan

dan mempertahankan penurunan berat badan. Untuk kesehatan kardiovaskuler dan

mengurangi resiko dari masalah kesehatan kronis, termasuk diabetes tipe 2, aktivitas fisik

moderat selama 30 menit per hari telah disarankan. Gandum utuh dan diet berserat

dihubungkan dengan penurunan resiko diabetes. Penelitian observasional menyarankan suatu

hubungan antara konsumsi alkohol tingkat moderat (1 sampai 3 minuman sehari, setara dengan

15- 45 gram alkohol) dan penurunan resiko diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner, dan

stroke.13

Intake yodium sebesar 150 mcd/hari telah disarankan sebagai angka kebutuhan untuk

remaja dan dewasa. Angka kebutuhan untuk wanita hamil dan menyusui meningkat menjadi

220 mcd dan 290 mcg. Angka kebutuhan rata-rata untuk bayi hingga usia 6 bulan adalah 110

mcg, dan 130 mcg untuk bayi usia 6 hingga 12 bulan. Angka kebutuhan untuk anak adalah 90-

120 mcg yang meningkat sesuai umur dan besar tubuh.14

Daftar Pustaka

1. American Diabetes Association: Nutrition recommendations and interventions for diabetes (Position

Statement), Diabetes Care 30: S48,2007

2. Dietary Guidelines Advisory Committee: Dietary guidelines for Americans 2005,

www.health.gov/dietaryguidelines, accessed August 2013.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 37Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013

Page 38: manajemen nutrisi pada gangguan endokrin

Manajemen nutrisi pada gangguan endokrin Shereen, 2013

3. Institute of Medicine: Dietary reference intakes: energy, carbohydrate, fiber, fat, fatty acids,

cholesterol, protein, and amino acids, Washington DC, 2002, National Academies Press.

4. Centers for Disease Control and Prevention: National diabetes fact sheet: general information and

national estimates on diabetes in the United States, 2005, Atlanta, Ga, 2005, U.S. Department of

Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention.

5. American Diabetes Association: Nutrition recommendations and interventions for diabetes (Position

Statement), Diabetes Care 30:S49, 2013.

6. Heaney RP: calcium, dairy products, and osteoporosis, F Am Coll Nutr 12:835, 2000.

7. NHANES: National Health and Nutrition Examination Survey, available at

www.cdc.gov.nchs/nhanes.htm, accessed September 2013.

8. Pasco JA et al: Seasonal periodicity of serum vitamin D and parathyroid hormone, bone resorption,

and fractures: the Geelong Osteoporosis Sutdy,J Bone Miner Res 10:752, 2004.

9. Szkudlinski MW, Fremont V, Ronin C, Weintraub BD. Thyroid-stimulating hormone and thyroid-

stimulating hormone receptor structure-function relationships. Physiol Rev. 2002;82:473.

10. Yen PM. Physiological and molecular basis of thyroid hormone action. Physiol Rev. 2001;81:1097.

11. Klein I. Clinical, metabolic, and organ specific indices of thyroid function. Endocrinol Metab Clin

North Am. 2001;30:415.

12. Mussig K et al: Iodine-induced thyrotoxicosis after ingestion of kelp-containing tea, F Gen Intern Med

55:30, 2000.

13. Mahan K, Escott-Stump S. Krause’s Food & Nutrition Therapy. 12th ed. Missouri: Elsevier; 2008.

14. Gardner DG, Shoback D. Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology. 9 th ed. United States: The

McGraw-Hill Companies, Inc; 2011.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Semarang 38Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 22 Juli – 28 September 2013