manajemen lahan china

26
DAFTAR ISI Halaman Judul i Daftar Isi ii Daftar Gambar iii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang.............................................1 1.2. Maksud Dan Tujuan Penelitian...............................2 1.3. Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian.......................2 1.4. Sistematika Penulisan......................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1. Pengertian 4 2.2. Model Kebijakan Publik 5 2.3. Hak Penguasaaan Atas Tanah 6 2.3.1 Penguasaaan Fisik Atas Tanah 6 2.3.2 Penguasaaan Yuridis Atas Tanah 6 BAB III METODE PENELITIAN 8 3.1. Metode Penelitian 8 3.2. Metode Kajian 8 3.3. Metode Pengumpulan Data 9 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 10 4.1. Sistem Pemerintahan di RRC 10 4.2. Kebijakan Manajemen Lahan di RRC 11 4.3. Perubahan Kebijakan Kepemilikan Lahan dan Pendapatan Pemerintah Daerah 12

Upload: omic-cakra

Post on 30-Dec-2014

82 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kebijakan lahan di cina

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Lahan China

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Daftar Isi ii

Daftar Gambar iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2. Maksud Dan Tujuan Penelitian..........................................................................................2

1.3. Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian.............................................................................2

1.4. Sistematika Penulisan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Pengertian 4

2.2. Model Kebijakan Publik 5

2.3. Hak Penguasaaan Atas Tanah 6

2.3.1 Penguasaaan Fisik Atas Tanah 6

2.3.2 Penguasaaan Yuridis Atas Tanah 6

BAB III METODE PENELITIAN 8

3.1. Metode Penelitian 8

3.2. Metode Kajian 8

3.3. Metode Pengumpulan Data 9

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 10

4.1. Sistem Pemerintahan di RRC 10

4.2. Kebijakan Manajemen Lahan di RRC 11

4.3. Perubahan Kebijakan Kepemilikan Lahan dan Pendapatan Pemerintah Daerah 12

4.4. Perubahan Kebijakan Kepemilikan Lahan dan Penggusuran Lahan 13

BAB V KESIMPULAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

Page 2: Manajemen Lahan China

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Proses Metode Kajian 9

ii

Page 3: Manajemen Lahan China

TUGAS PENYUSUNAN MAKALAH

MATA KULIAH MANAJEMEN ASET DAN PROPERTI

KEBIJAKAN MANAJEMEN KEPEMILIKAN LAHANStudi Kasus : Republik Rakyat Cina

MUHAMMAD AMIN CAKRAWIJAYA, ST

NIM 21010111400049

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2012

iii

Page 4: Manajemen Lahan China

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cina merupakan salah satu negara yang dianggap berhasil dalam pertumbuhan

ekonomi dan wilayah yang berkembang pesat dalam beberapa dekade ini. Bahkan, dengan

model ekonomi pasar yang dijalankannya, diperkirakan pertumbuhan ekonomi negara Cina

pada tahun 2030 dapat menguasai 40% perekonomian dunia. Model ekonomi pasar

tersebut menjadi salah satu titik balik perubahan sistem yang dilakukan di cina, yang

sebelumnya menggunakan model ekonomi sosialis yang dianggap gagal meskipun sampai

dengan saat ini tetap digunakan dua pendekatan model ekonomi di cina pada beberapa

sektor.

Namun meskipun demikian, manajemen kepemilikan lahan di Cina masih

menggunakan pendekatan sosialis. Hal tersebut dilakukan sejak tahun 1978 dimana

pemerintah mengambil hak atas kepemilikan tanah di kota, serta memberlakukan Sistem

Kontrak Tanggung Jawab terhadap petani di wilayah perdesaan. Sistem kontrak tersebut

membagi kuota tanah terhadap petani oleh pemerintah. Hal tersebut juga tergambar dalam

peraturan perundang-undangannya yang menyebutkan “Tanah Rakyat Republik China

adalah milik negara. Pada tahap ini, maka diatur bahwa setiap lahan diperbolehkan untuk

dimanfaatkan namun tidak untuk dimiliki (sumber: http://erabaru.net; Yu Shan: 10

Desember 2011)

Manajemen kepemilikan tersebut dikatakan sebagai yang pertamakali di dunia dimana

pada suatu masa negara mengambil alih kepemilikan hak atas tanah. Dikatakan demikian

sebab sebelum tahun 1978, selama ribuan tahun baik pada era kaisar, pemerintah nasionalis

setelah feodalisme, maupun selama pemerintahan komunis sebelum tahun 1978, tanah

diakui sebagai milik pribadi. Dan manajemen kepemilikan lahan yang dilakukan

pemerintah cina tersebut ternyata memberikan dampak positif sekaligus negatif terhadap

kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Adapun makalah ini adalah mencoba membedah

lebih lanjut manajemen kepemilikan lahan di cina beserta dampak yang ditimbulkannya

sehingga dapat menjadi pembelajaran terhadap perencanaan manajemen kepemilikan lahan

di Indonesia.

1

Page 5: Manajemen Lahan China

1.2. Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.2.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penyusunan makalah ini adalah melakukan penelaahan secara umum

terhadap manajemen kepemilikan lahan di Negara Republik Rakyat Cina (RRC).

1.2.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi proses dan kebijakan

manajemen kepemilikan lahan di RRC.

1.3. Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian

1.4.1. Batasan Lokasi

Lokasi penelitian meliputi wilayah administratif negara Republik Rakyat Cina.

1.4.2. Batasan Substansi / Ruang Lingkup

Lingkup substansi kajian dalam pembahasan ini adalah :

1. Pembahasan terhadap manajemen kepemilikan lahan di RRC adalah dalam skala

yang general dengan mengesampingkan kasus-kasus khusus, dan

2. Makalah hanya dibuat berdasarkan data-data sekunder yang terdapat pada press

release yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga pemerintah RRC melalui

website resmi/media massa, hasil-hasil penelitian terkait, serta artikel, kajian, dan

hasil wawancara pada sumber-sumber media massa.

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah manajemen kepemilikan lahan dengan studi

kasus di negara Republik Rakyat Cina (RRC) ini terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai

berikut:

A. Bab I Pendahuluan

Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang dan rumusan permasalahan yang

memunculkan pertanyaan penelitian. Selain itu bab ini memuat maksud dan tujuan

penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan.

2

Page 6: Manajemen Lahan China

B. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka memuat dasar-dasar teori dan penelitian yang digunakan

sebagai referensi dasar penelaahan. Daftar pustaka tersebut dibagi dalam beberapa subbab

yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik topik-topik yang sama. Hal tersebut untuk

memudahkan pembaca menemukan dasar teori yang relevan yang digunakan dalam

penelitian.

C. Bab III Metode Pembahasan

Bab III Metode Pembahasan memuat metode yang digunakan, metode pengumpulan

data, serta langkah-langkah yang dilakukan.

D. Bab IV Pembahasan

Bab IV Pembahasan meliputi gambaran umum, sejarah manajemen kepemilikan lahan,

gambaran manajemen kepemilikan lahan saat ini, serta dampak-dampak yang ditimbulkan.

E. Bab V Kesimpulan

Meliputi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan, berdasarkan penelaahan

dan identifikasi dampak yang dibahas dalam makalah ini.

3

Page 7: Manajemen Lahan China

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Menurut Thomas R. Dye dalam Putrajaya (2010), kebijakan atau yang dalam hal ini

adalah kebijakan publik secara prinsip dapat diartikan sebagai “ Whatever government

choose to do or not to do “. Hal tersebut diperkuat oleh Hogwood dan Gunn dalam

Putrajaya (2010) yang menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan

pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Dan sebagai suatu

instrumen yang dibuat oleh pemerintah, kebijakan publik dapat berbentuk aturan-aturan

umum dan atau khusus baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang berisi pilihan-pilihan

tindakan yang merupakan keharusan, larangan dan atau kebolehan yang dilakukan untuk

mengatur seluruh warga masyarakat, pemerintah dan dunia usaha dengan tujuan tertentu.

Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang terdiri dari kegiatan perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian

(controlling). Manajemen sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengelolaan

kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi dengan memanfaatkan

sumberdaya secara efektif dan efisien (Suwatno, 2003).

Sedangkan menurut Siswanto (2005), Manajemen diartikan sebagai ilmu dan seni

untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan. Manajemen sebagai suatu ilmu adalah

akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang

terorganisasi. Selain itu manajemen sebagai suatu ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu

pendekatan (approach) terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor

ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh indera manusia. Dan

dalam ini, manajemen terkait dengan kebijakan terhadap publik.

Adapun terkait dengan hak milik atas tanah / lahan, Saleh (1985) memberikan

pengertian dimana hak milik atas tanah merupakan hak mutlak yang tidak dapat diganggu

gugat yang juga memiliki fungsi sosial. Ini berarti hak atas tanah harus disesuaikan dengan

keadaan dan sifat haknya, sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan negara. Namun dalam

hal ini, tidak berarti bahwa kepentingan seorang pemilik akan terdesak sama sekali

melainkan harus seimbang.

4

Page 8: Manajemen Lahan China

Dan berdasarkan pengertian dan definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa manajemen kepemilikan lahan merupakan kebijakan terkait perencanaan,

organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap aset-aset kepemilikan lahan yang

melekat padanya yaitu terkait dengan hak-hak penguasaan dan pemanfaatan atas lahan

yang dimiliki.

2.2. Model Kebijakan Publik

Kebijakan publik meliputi proses dan produk dari kebijakan itu sendiri. Proses

kebijakan publik terdiri dari tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pelaksanaan kebijakan. Sedangkan produk dari kebijakan berupa pedoman dan peraturan

perundang-undangan dalam berbagai bentuk dan tingkatan. Kebijakan publik atau

pemerintah pada prinsipnya berupa pedoman dan peraturan perundang-undangan yang

telah disahkan.

Dalam pelaksanannya, ada beberapa model pendekatan kebijakan publik:

1. Top-down approach

Model ini dikembangkan oleh Hogwood dan Gunn dimana kebijakan

diterapkan dengan pendekatan kontrol dan komando (The command and control

approach). Dalam pendekatan Top down, implementasi kebijakan yang dilakukan

tersentralisir dan dimulai dari aktor tingkat pusat, dan keputusannya pun diambil

dari tingkat pusat. Pendekatan Top Down bertitik tolak dari perspektif bahwa

keputusan-keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat

kebijakan harus dilaksanakan oleh administratur-administratur atau birokrat-

birokrat pada level bawahnya (Leo Agustino, 2006).

Dalam perkembangannya, kebijakan dengan pendekatan top down juga

dilakukan pada kebijakan-kebijakan publik. Pada beberapa dekade lalu, sebagian

besar kebijakan publik merupakan proses top-down akibat dari sentralisasi

pemerintahan. Namun saat ini pendekatan tersebut mulai ditinggalkan seiring

dengan perubahan politik yang terjadi. Meskipun demikian, proses top down tetap

dibutuhkan terutama pada kebijakan-kebijakan yang bersifat struktural.

2. Bottom-up approach

Berbeda halnya dengan pendekatan top-down, kebijakan yang menggunakan

pendekatan bottom-up mengandalkan aktor-aktor grass-root sebagai inisiator

5

Page 9: Manajemen Lahan China

kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang didesain dengan model bottom-up dapat

terlihat pada program-program PNPM Mandiri Perdesaan. Pada PNPM, program

dan kegiatan yang dibuat berdasarkan masukan dari masyarakat / stakeholder

terkait yang difasilitasi oleh seorang fasilitator sebagai seorang ahli. Fasilitator

tersebut mengarahkan ide dan konsep yang berkembang dalam prioritas-prioritas

dan bahasa program.

2.3. Hak Penguasaan Atas Tanah

2.3.1 Penguasaan Fisik Atas Tanah

Dalam Siswotomo (2010) penguasaan fisik atas tanah terkait dengan konsep yang

terkandung pada pengertian istilah hukum: occupation, possesion, seizin dan bezit. Adapun

pengertian occupation, possesion, seizin dan bezit adalah sebagai berikut:

1. Occupation

Tindakan atau proses dimana benda riil (misalnya tanah) dikuasai dan

dinikmati.

2. Possesion

Mengontrol (melakukan kendali secara fisik terhadap) suatu benda dengan

tujuan memiliki benda tersebut dan berbuat sesuatu atas benda itu kendali fisik

tersebut.

3. Seizin

Penguasaan atas benda riill dibawah klaim freehold estate atau hak untuk

menguasai dan menggunakan tanah milik raja dengan jangka waktu yang tidak

terbatas.

4. Bezit

Bezit diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang menguasai suatu

benda, baik sendiri maupun melalui perantara orang lain, seolah-olah benda itu

miliknya sendiri.

2.3.2 Penguasaan Yuridis Atas Tanah

Penguasaan yuridis atas tanah dilandasi hak yang dilindungi oleh hukum dan

umumnya memberi wewenang untuk menguasai secara fisik tanah yang dihaki. Namun ada

juga model penguasaan yang walaupun memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang

6

Page 10: Manajemen Lahan China

dihaki secara fisik, pada kenyataannya penguasaan fisiknya dilakukan oleh pihak lain

yaitu:

1. ketika tanah disewakan, maka penyewalah yang menguasai tanah secara fisik; dan

2. ketika tanah dikuasai pihak lain tanpa hak (diokupasi).

Dimana dalam kondisi “(2)” tersebut, pemilik tanah berdasarkan penguasaan yuridisnya,

berhak untuk menuntut kembali tanah yang bersangkutan secara fisik kepadanya.

Sedangkan dalam hal “(1)” penguasaan fisik itu akan kembali ketika hubungan sewa-

menyewa sudah berakhir. (Siswotomo, 2011)

7

Page 11: Manajemen Lahan China

BAB III

METODE PENELITIAN

4.1. Metode Penelitian

Moleong (2006) dalam Cakrawijaya (2008) menyebutkan bahwa dalam sebuah

penelitian ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode kualitatif dan metode

kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang didasarkan pada analisa

perhitungan secara statistikal. Sedangkan metode kualitatif adalah metode penelitian yang

analisanya didasarkan pada olah data, ditambah pengamatan, dan wawancara yang

outputnya berupa data diskriptif.

Pembahasan ini menggunakan metode kualitatif sederhana berdasarkan interpretasi

data-data sekunder yang terdapat pada press release yang dikeluarkan oleh

kementerian/lembaga pemerintah RRC melalui website resmi/media massa, hasil-hasil

penelitian terkait, serta artikel, kajian, dan hasil wawancara pada sumber-sumber media

massa dalam rangka mendapatkan analisa yang lebih mendalam mengenai realita yang

terjadi di lapangan. Metode kualitatif dipilih karena lebih mudah dalam melakukan

penyesuaian apabila dihadapkan pada kenyataan ganda, dan dapat menyajikan secara

langsung interpretasi peneliti serta peka lebih peka dan adaptif dengan berbagai pengaruh

yang terjadi terhadap pola, aspek, atau nilai yang dihadapi secara empirik (Moleong, 2006

dalam Cakrawijaya, 2008).

4.2. Metode Kajian

Metode kajian dalam kajian penelaahan terhadap manajemen kepemilikan lahan di

RRC meliputi 4 tahapan yang saling terkait yaitu diawali dengan pengumpulan data,

penelaahan data, analisa dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. Pengumpulan data

dilakukan dengan menghimpun data-data sekunder terkait dan dilakukan penelaahan

berdasarkan karakteristik data yang dimiliki. Setelah dilakukan penelaahan data,

selanjutnya dilakukan analisa dan pembahasan dengan mengacu terhadap data-data yang

telah dikumpulkan. Apabila terdapat kekurangan data pada saat dilakukan analisa, maka

dilakukan pengumpulan data kembali sesuai kebutuhan. Dan berdasarkan analisa serta

pembahasan tersebut, diangkat sebuah kesimpulan. Dan apabila dalam merumuskan

kesimpulan terdapat penelahaan atau data yang kurang maka proses dilaksanakan berulang.

8

Page 12: Manajemen Lahan China

Gambar 3.1 Diagram Proses Metode Kajian

4.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah

penelitian. Dengan metode yang tepat, diharapkan data yang diperoleh dapat mendukung

proses analisa sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Metode pengumpulan

data terkait dengan data yang diperlukan, sumber data, dan sumberdaya yang dimiliki.

Sedangkan penelitian ini sendiri akan menggunakan kedua jenis data tersebut untuk

mendukung penelitian.

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dibagi dalam dua kelompok yaitu data

sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia seperti

misalnya laporan-laporan, profil daerah dalam angka, data program dan kebijakan, dan

data lainnya yang umumnya disajikan dalam kurun waktu tertentu. Cara memperolehnya

pun bermacam-macam, yaitu dapat menggunakan media on-line apabila data yang

dibutuhkan telah ter up-load, atau mengumpulkan data yang ada dalam dokumentasi

instansi / lembaga / organisasi tertentu.

Mengingat terbatasnya kemampuan yang dimiliki, maka data yang digunakan hanya

meliputi data-data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber terkait baik media online

maupun media cetak, serta penelitian-penelitian terkait.

9

Pengumpulan Data

Penelahaan Data

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Page 13: Manajemen Lahan China

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Sistem Pemerintahan di RRC

Republik Rakyat Cina (RRC) atau yang lebih sering disebut dengan ‘cina’

merupakan negara terbesar di daratan asia dengan bentuk pemerintahan demokrasi

komunis. Sedangkan kepala negaranya adalah seorang presiden, dengan kepala

pemerintahan seorang perdana menteri. Presiden tersebut dipilih oleh Konggres Rakyat

Nasional dengan masa jabatan 5 tahun, dan perdana menteri diusulkan oleh presiden

dengan persetujuan Konggres Rakyat Nasional. Dalam bidang politik dan pemerintahan,

Cina menerapkan kontrol yang ketat terhadap warganya.

Keberadaan Konggres Rakyat Nasional sebagai badan Legislatif menegaskan sistem

unikameral yang digunakan oleh sistem pemerintahan di Cina. Anggotanya merupakan

perwakilan dari wilayah, daerah, kota, dan provinsi untuk masa jabatan 5 tahun. Namun

anggota perwakilan tersebut merupakan orang-orang dari partai komunis.

Sedangkan lembaga yudikatifnya terdiri dari 4 komponen yaitu (1) lembaga

Pengadilan, (2) Lembaga Keamanan Administrasi Publik / Kepolisian (3) Lembaga

Kejaksaan, (4) Lembaga Tahanan / Penjara. Pengadilan Tinggi Rakyat merupakan badan

peradilan tertinggi yang berada dibawah naungan Standding Committee dari Konggres

Rakyat Cina. Sehingga dapat dikatakan bahwa Konggres Rakyat Cina mempunyai

kekuasaan yang besar dan penting.

Untuk lembaga eksekutifnya, terdiri dari beberapa menteri yang membantu presiden

dan kepala pemerintahan daerah. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam

mengelola lahan yang ada. Dan dengan sistem pemerintahan yang sosialis, maka dapat

disimpulkan bahwa Cina menjalankan pemerintahan yang diktatur dengan pola top-down

yang sangat kuat, dimana negara juga mengatur/mengontrol penuh perekonomian dan

sumberdaya yang ada.

10

Page 14: Manajemen Lahan China

4.2. Kebijakan Manajemen Lahan di RRC

Republik Rakyat China merupakan negara terbesar ketiga di dunia dengan luas

wilayah sekitar 3,7 juta mil persegi. China juga merupakan sebuah negara yang

berpenduduk paling padat di dunia. Sekitar 85% penduduknya tinggal di wilayah pedesaan

dan 90% daripadanya menempati seperenam wilayah China. Dari seluruh luas wilayah

China, hanya 15% tanahnya yang cocok untuk pertanian. Hal tersebut menimbulkan

permasalahan tersendiri bagi Cina.

Ketika Mao Zedong memproklamirkan negara Republik Rakyat China pada tanggal

1 Oktober 1949, perekonomian China berada pada keadaan yang buruk. Perang China –

Jepang dan perang saudara menimbulkan inflasi mencapai 85.000%. Oleh sebab itu selama

beberapa tahun pertama kaum komunis memusatkan perhatian pada perbaikan pabrik-

pabrik, produksi, dan fasilitas-fasilitas transportasi serta mengendalikan inflasi dan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Setelah komunis berkuasa pada tahun 1949, maka diadakan kebijakan ekonomi

nasional yang didasarkan pada pembaruan agraria. Gurley (John G. Gurley, 1976:30)

mengkategorikan kebijakan ekonomi nasional menjadi: 1. masa landreform tahun 1949-

1952, 2. masa kolektivisasi-komunisasi tahun 1955-1959, 3. pembentukan modal (capital

formation) untuk pertanian tahun 1960-1972, serta 4. perubahan secara gradual dari nilai

tukar (terms of trade) di antara pertanian dan industri bagi kepentingan sektor pertanian

dan kaum tani (Darini, 2010)

Land-reform di bidang agraria tersebut dilakukan menggunakan peraturan 28 juni

1950 tentang hukum penertiban tanah. Dengan membagi penduduk cina dalam golongan

tuan tanah (pemilik banyak tanah tetapi tidak menggarapnya sendiri), petani kaya (pemilik

tanah/ lintah darat), petani menengah (pemilik tanah yang menggarapnya sendiri), dan

petani miskin, pemerintah membagi hak atas pemilikan dan pengelolaan tanah dengan

kuota-kuota yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan oleh partai komunis dalam

rangka menarik dukungan petani yang saat ini mencapai 70% jumlah penduduk. Namun

belakangan, sejak tahun 1978 hak atas pemilikan tanah dihapus dengan sisipan peraturan

pada konstitusinya yaitu semua tanah di RRC aadalah milik negara. Sedangkan petani

dberikan hak pengelolaan atas tanah melalui kontrak kerjasama.

Dengan munculnya peraturan tersebut, maka dapat dipastikan bahwa kepemilikan

atas lahan untuk pribadi telah di hapus di Cina. Meskipun demikian, masih banyak persepsi

dan pemikiran yang berkembang pada masyarakat bahwa masyarakat perdesaan memiliki

11

Page 15: Manajemen Lahan China

hak atas tanahnya, sedangkan orang yang tinggal di kota tidak. Namun hal tersebut

dibantah oleh seorang ahli ekonomi dan ahli hubungan Cina, Cheng Xianong dalam sebuah

wawancara di Radio Sound of Hope yang dirilis di http://erabaru.net.

Namun perubahan status kepemilikan lahan dari lahan privat menjadi milik negara

berdasarkan konstitusi tersebut merujuk pada pemerintah daerah dan bukan pemerintah

pusat. Ini berarti bahwa lahan dalam yuridiksi pemerintah daerah menjadi milik pemerintah

daerah. Akibatnya pemerintah daerah bebas melakukan perencanaan dan pengelolaan

lahan. Sebab terkait dengan perubahan peraturan tersebut, masyarakat tidak diberikan

kompensasi sama sekali.

Maka pada saat ini yang ada hanyalah hak atas pengelolaan atau pemanfaatan lahan

yang telah diberikan. Hak atas pemanfaatan tersebut juga dilakukan menggunakan batas

tempo waktu. Seperti halnya apabila memiliki rumah, maka batas waktu tempo

penggunaannya adalah 70 tahun meskipun terkadang pemerintah tidak menaati waktu

tersebut. Misalnya adalah kegiatan revitalisasi lahan dimana sebagian lahan dihancurkan

untuk dibangun infrastruktur lain melalui peraturan dari kementerian konstruksi yang

menyebutkan bahwa semua rumah di Cina yang dibangun sebelum tahun 1995 berkualitas

buruk dan harus dirobohkan.

4.3. Perubahan Kebijakan Kepemilikan Lahan dan Pendapatan Bagi Pemerintah

Perubahan kebijakan kepemilikan lahan tersebut memiliki dampak secara ekonomi

maupun sosial baik kepada pemerintah maupun masyarakat. Kebijakan perubahan

kepemilikan lahan tersebut digunakan oleh pemerintah untuk dijual kepada pihak real

estate dengan nilai lahan yang tinggi. Dengan margin yang tinggi antara kompensasi yang

dibayar terhadap masyarakat dan nilai penjualan lahan tersebut mengakibatkan tingginya

pendapatan pemerintah daerah. Hal tersebut mengakibatkan Beijing dan Shanghai dalam

beberapa tahun terakhir pendapatan daerahnya didominasi oleh penjualan tanah (50-60%).

Namun tidak hanya itu, penjualan tanah kepada pihak real estate yang menaikkan nilai

lahan juga memberikan keuntungan tidak langsung dalam bentuk naiknya nilai pajak.

Selain itu, ada keuntungan tidak langsung yang diperoleh oleh pemerintah. Yaitu

pengaturan lahan yang efisien untuk kepentingan daerah. Sempitnya lahan yang ada dapat

diatasi dengan pembangunan bangunan tinggi baik berupa rumah susun maupun

pemanfaatan lain yang sebelumnya tersebar. Dan dengan berkumpulnya kegiatan yang

sama dalam satu kawasan, maka juga didapatkan efisiensi pembangunan infrastruktur

12

Page 16: Manajemen Lahan China

dasar pendukungnya. Dan dengan pengembangan model Bank Tanah oleh Pemerintah

Cina tersebut menjamin pendapatan pemerintah dari sisi pajak dan pengembangan wilayah

akibat pengelolaan aset yang dilakukan.

4.4. Perubahan Kebijakan Kepemilikan Lahan Dan Penggusuran Lahan

Dengan berpindahnya status kepemilikan atas lahan kepada pemerintah, maka

pemerintah berusaha memaksimalkan pengelolaannya untuk pengembangan ekonomi dan

wilayah. Akibatnya setiap lahan diupayakan agar mempunyai nilai dan diefisienkan.

Akibatnya, terjadi revitalisasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam

beberapa tahun terakhir terjadi penggusuran ‘illegal’ besar-besaran. Hal tersebut memicu

konflik sosial di masyarakat.

Pada praktek pembangunan Kota Beijing, menurut narasumber terkait dilakukan

pembongkaran terhadap bangunan-bangunan yang dianggap tidak layak, dan penghuni

diminta pindah sementara dilakukan pembongkaran dan pembangunan rumah tinggal

susun yang nantinya diberikan kepada warganya kembali dengan harga sewa dan hak

tinggal 70 tahun. Hak tinggal tersebut tidak dapat diwariskan dan dapat diambil setiap saat

oleh pemerintah. Sehingga apabila terdapat investor / penduduk yang membeli bangunan

yang seharusnya memiliki hak tinggal 70 tahun, tidak ada kompensasi apabila bangunan

tersebut diputuskan untuk dirobohkan meskipun belum 70 tahun dipakai.

13

Page 17: Manajemen Lahan China

BAB V

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Pada saat ini tidak ada kepemilikan lahan pribadi di Cina, adapun berdasarkan

perubahan konstitusi ditetapkan bahwa setiap tanah di Cina adalah milik negara.

2. Tidak ada kompensasi atas perubahan kepemilikan lahan yang dilakukan

3. Kepemilikan lahan yang penuh oleh Pemerintah menyebabkan proses

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang lebih mudah terhadap

penggunaan lahan.

4. Pembangunan oleh pemerintah terjamin dengan penguasaan atas tanah yang

dimiliki dan dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai manfaat sebesar-besarnya

dari lahan yang ada.

5. Berkaca pada sistem pemerintahan yang berbeda dengan di Indonesia, model

pembangungunan yang dilaksanakan di Cina tidak dapat dilakukan di Indonesia

dimana hak milik atas tanah diakui secara hukum.

14

Page 18: Manajemen Lahan China

DAFTAR PUSTAKA

Penelitian dan Makalah :

1. Cakrawijaya, M.A .2008. Tipologi Ruang Publik di Kauman Yogyakarta.

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik.Bandung : CV.Alfabeta

3. Darini, Ririn. 2010. Garis Besar Sejarah China Era Mao. Universitas Negeri

Yogyakarta

4. Siswotomo. 2010. Permasalahan Kepemilikan Hak Atas Tanah.

5. Putrajaya, Geseng. 2010. Peran Positif Modal Sosial Nyambang Sebagai Alat

Untuk Mengatasi Peningkatan Kemiskinan Masyarakat Nelayan Pulau Lancang

Kel. Pulau Pari, Kec. Kep. Seribu Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Universitas

Indonesia.

6. Suwatno. 2003. Azaz-azaz Sumber Daya Manusia. Bandung : UPI Press

7. Bejo, Siswanto. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan

Administratif dan Operasional. Jakarta : Bumi Aksara

8. Al- Hadi, Syed Alwi Saleh. 1985. Adat Resam dan Adat Istiadat Melayu

Artikel online :

1. Yu Shan. 2011. Mengapa Rumah Digusur di China (1). Erabaru.net

2. Ministry of Land and Resources of the People’s Republic of China official Website

: www.mlr.gov.cn

3. Forum Manajemen. Berguru Dari Raksasa Negeri Timur : www.management-

update.org

15