manajemen kesehatan lingkungan & pemulihan psikologi

12
Manajemen Kesehatan Lingkungan dalam Bencana Mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui media lingkungan akibat terbatasnya sarana kesehatan lingkungan yang ada ditempat pengungsian, melalui pengawasan dan perbaikan kualitas Kesehatan Lingkungan dan kecukupan air bersih. A. Area Prioritas Intervensi Kesehatan Lingkungan Kelangsungan dan rehabilitasi yang segera dari layanan kesehatan lingkungan yang efektif merupakan prioritas utama dalam manajemen kesehatan darurat setelah serangan bencana alam. Pertimbangan pertama harus diberikan ke wilayah yang risiko kesehatannya meningkat. Wilayah semacam ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan pelayanan yang mengalami kerusakan parah. Area prioritas kedua adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi sementara tingkat kerusakannya menengah, atau wilayah dengan kepadatan menengah dan tingkat kerusakan parah. Prioritas ketiga harus diberikan pada daerah yang kepadatan penduduknya rendah dan tingkat kerusakan layanannya rendah. Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi adalah wilayah kota dan pinggiran kota, kamp untuk pengungsi dan penduduk yang pindah, dan penampungan sementara. Rumah sakit dan klinik kesehatan termasuk di antara fasilitas yang membutuhkan prioritas layanan kesehatan lingkungan. B. Layanan Kesehatan Lingkungan Prioritas

Upload: ummu

Post on 18-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

manajemen kesehatan lingkungan

TRANSCRIPT

Manajemen Kesehatan Lingkungan dalamBencanaMengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui media lingkungan akibat terbatasnya sarana kesehatan lingkungan yang ada ditempat pengungsian, melalui pengawasan dan perbaikankualitas Kesehatan Lingkungan dan kecukupan air bersih.A. Area Prioritas Intervensi Kesehatan LingkunganKelangsungan dan rehabilitasi yang segera dari layanan kesehatan lingkungan yang efektif merupakan prioritas utama dalam manajemen kesehatan darurat setelah serangan bencana alam. Pertimbangan pertama harus diberikan ke wilayah yang risiko kesehatannya meningkat. Wilayah semacam ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan pelayanan yang mengalami kerusakan parah. Area prioritas kedua adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi sementara tingkat kerusakannya menengah, atau wilayah dengan kepadatan menengah dan tingkat kerusakan parah. Prioritas ketiga harus diberikan pada daerah yang kepadatan penduduknya rendah dan tingkat kerusakan layanannya rendah.Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi adalah wilayah kota dan pinggiran kota, kamp untuk pengungsi dan penduduk yang pindah, dan penampungan sementara. Rumah sakit dan klinik kesehatan termasuk di antara fasilitas yang membutuhkan prioritas layanan kesehatan lingkungan.B. Layanan Kesehatan Lingkungan PrioritasPertimbangan pertama harus diberikan kepada layanan esensial untuk melindungi dan menjamin kesejahteraan penduduk di daerah yang berisiko tinggi, dengan penekanan pada upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular. Upaya kesehatan lingkungan pascabencana dapat dibagi dalam dua prioritas, yaitu:1. Memastikan bahwa terdapat kecukupan jumlah air minum yang aman; kecukupan fasilitas sanitasi dasar; pembuangan ekskreta, limbah cair, dan limbah padat; dan penampungan yang cukup.2. Melaksanakan upaya perlindungan makanan, membentuk atau melanjutkan upaya pengendalian vektor dan mempromosikan personal hygiene.Berikut tindakan yang direkomendasikan untuk mempercepat pembangunan kembali layanan dan kondisi kesehatan lingkungan:1. Peroleh informasi tentang pergerakan penduduk di dalam atau di dekat daerah serangan dan buat lokasi kamp untuk pengungsi dan orang berpindah, daerah yang sebagian dan/atau seluruhnya dievakuasi, penampungan tenaga bantuan, dan RS serta fasilitas medis lain. Informasi ini akan membantu penentuan lokasi yang membutuhkan perhatian utama.2. Lakukan pengkajian cepat untuk menentukan tingkat kerusakan sistem persediaan air masyarakat dan SPAL serta produksi, tempat penyimpanan, dan jaringan distribusi makanan3. Tentukan kapasitas operasional yang tersisa untuk melaksanakan layanan dasar kesehatan lingkungan ini4. Lakukan inventarisasi sumber daya yang masih tersedia, termasuk persediaan makanan yang tidak rusak, SDM, serta peralatan, materi, dan persediaan siap pakai5. Tentukan kebutuhan penduduk akan air, sanitasi dasar, perumahan dan makanan6. Penuhi kebutuhan fasilitas esensial secepat mungkin setelah kebutuhan konsumsi dasar manusia terpenuhi. RS dan fasilitas kesehatan lain mungkin membutuhkan peningkatan pasokan air jika jumlah korban bencana sangat banyak7. Pastikan bahwa pengungsi dan orang berpindah telah mendapat penampungan yang tepat dan bahwa penampungan sementara itu dan daerah berisiko tinggi lainnya memiliki layanan kesehatan lingkungan dasarC. Program Sanitasi LingkunganTujuan utama program-program sanitasi dalam situasi bencana adalah untuk memberikan martabat bagi penduduk dan mengurangi risiko terkait terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan melalui jalur tinja-mulut (fekal-oral). Sanitasi bukan hanya melulu jamban. Konstruksi saja tidak akan memecahkan semua permasalahan sanitasi. Pastikan bahwa penduduk yang terkena dampak bencana memiliki informasi, pengetahuan dan pemahaman yang diperlukan untuk mencegah penyakit karena sanitasi yg buruk.D. PenampunganAkomodasi jangka pendek tempat populasi yang terpengaruh dapat tinggal sampai bencana berlalu dan kembali ke rumah mereka sesegera mungkin. Oleh karena itu tidak dirancang untuk menyediakan layanan kebutuhan dasar bagi ratusan orang selama periode yang berkepanjangan.E. Persediaan AirSurvei terhadap semua persediaan air masyarakat harus dilaksanakan, dimulai pada sistem distribusi dan berlanjut pada sumber air. Sangat penting untuk menentukan keutuhan fisik komponen sistem, kapasitas yg tersisa, mutu bakteriologi serta kimia dari air yang disediakan.Aspek keamanan umum yang utama dari mutu air adalah kontaminasi bakeri. Prioritas pertama untuk memastikan mutu air dalam situasi darurat adalah dengan metode klorinasi. Rekomendasi yang diberikan dalam aktivitas pemulihan adalah peningkatan kadar residu klorin dan peningkatan tekanan. Tekanan air yang rendah akan memperbesar kemungkinan masuknya polutan dalam pipa air. Pipa, reservoir, dan unit lainnya yang telah diperbaiki memerlukan pembersihan dan desinfeksi. Kadar minimum yang direkomendasikan dalam situasi darurat untuk kadar residu klorin bebas adalah 0,7 mg/l. Kontaminasi kimia dan toksisitas merupakan prioritas kedua dalam mutu air dan kontaminan kimia potensial harus diidentifikasi dan dianalisis.F. Sumber air alternativeBerdasarkan urutan pilihan yang umum, pertimbangan harus diberikan pada sumber air alternatif berikut :1) Air tanah dalam2) Air tanah dangkal/mata air3) Air hujan4) Air permukaanSumber air yang ada dan yang baru memerlukan langkah-langkah perlindungan berikut:1. Batasi akses untuk manusia dan hewan2. Pastikan sumber pencemaran Jaraknya cukup aman dari sumber air3. Tetapkan larangan mandi, mencuci, dll di daerah hulu sebelum lokasi pengambilan sediaan air baik di sungai maupun anak sungai4. Perbaiki konstruksi sumur untuk memastikan keterlindungannya dari kontaminasi5. Estimasi volume maksimum air sumurDalam situasi darurat, air diangkut dengan truk ke daerah atau kamp yang terkena bencana. Semua truk harus menjalani inspeksi untuk memastikan kekuatannya dan harus dibersihkan dan didesinfeksi sebelum digunakan untuk mengangkut air.G. Keamanan MakananHigiene yang buruk merupakan penyebab utama foodborne diseases dalam situasi bencana. Jika program pemberian makanan memang berlangsung di lokasi atau kamp penampungan, sanitasi dapur menjadi prioritas yang paling penting. Peralatan makan harus dicuci dalam air mendidih atau air bersih, higiene personal harus dipantau terutama terhadap mereka yang terlibat dalam penyiapan makanan. Penyimpanan makanan harus dapat mencegah kontaminasi.H. Sanitasi Dasar dan Higiene PersonalBanyak penyakit menular menyebar melalui air minum dan makanan yang terkontaminasi feses. Dengan demikian, harus dilakukan upaya untuk memastikan pembuangan ekskreta yang saniter. Jamban darurat harus disediakan bagi mereka yang dipindahkan, pengungsi, tenaga relawan, dan penduduk sekitar yang fasilitas toiletnya hancur.Hygiene personal cenderung menurun setelah bencana alam, khususnya di daerah yang penduduknya padat dan tempat-tempat yang kekurangan air. Upaya-upaya berikut direkomendasikan:1) Menyediakan fasilitas dasar cuci tangan2) Menyediakan fasilitas MCK3) Memastikan ketersediaan air yang memadai4) Menghindari overcrowding di area tidur5) Menyelenggarakan promosi kesehatanA. JambanPembuatan jamban dalam situasi darurat umumnya menggunakan terpal plastik. Dalam situasi keadaan darurat yang ekstrem, bisa jadi lokasi untuk buang air besar berupa lapangan. Dalam situasi-situasi yang lebih mapan, mestinya bisa dibangun jamban untuk keluarga. Ingat perempuan, anak-anak, penyandang cacat dan orang sakit memiliki kebutuhan yang berbeda dari laki-laki. Mungkin diperlukan jamban dengan desain khusus untuk mereka.B. Pengelolaan Limbah PadatPengelolaan limbah padat kerap menimbulkan satu masalah khusus dalam situasi darurat. Selama periode pascabencana masalah yang sering muncul adalah puing-puing bangunan, pohon, bangkai dan sampah lainnya. Pembersihan awal reruntuhan secara cepat sangat penting untuk upaya rehabilitasi. Pembuangan barang bekas dll yang saniter merupakan cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit bawaan vector. Pengumpulan sampah harus sesegera mungkin dilaksanakan kembali di daerah yang terserang bencana. Hindari pembuangan sampah di tempat terbuka. Cermati pembuangan limbah B3.C. Pengendalian VektorProgram pengendalian untuk penyakit bawaan vektor harus digencarkan selama periode darurat dan rehabilitasi, khususnya di wilayah yang endemic. Prioritas dilakukan untuk daerah endemik leptospirosis, DBD, malaria, tifus, dan pes.Berikut ini adalah langkah-langkah darurat penting untuk pengendalian vektor:1. Pulihkan aktivitas pengumpulan dan pembuangan sampah yang saniter sesegera mungkin2. Selenggarakan promosi kesehatan untuk memusnahkan tempat perkembangbiakan vektor dan tentang upaya untuk mencegah infeksi, termasuk hygiene personal3. Lakukan survei pada kamp dan wilayah berpenduduk padat untuk mengidentifikasi lokasi perkembangbiakan potensial nyamuk, hewan pengerat, dan vektor lainnya.4. Musnahkan tempat perkembangbiakan vektor dengan mengeringkan dan/atau menimbun kolam, empang, dan rawa-rawa, melakukan gerakan 3M, dll.5. Lakukan pengendalian kimia jika perlu6. Simpan makanan dalam tempat tertutup dan terlindung

Manajemen Pemuliah Psikologi dalam BencanaPenanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan di lini lapangan sampai ketingkat rujukan tertinggi, dalam bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, dalam bentuk kegiatan penyuluhan, bimbingan, konseling, yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kewenangan petugas di setiap jenjang pelayanan. Penanggulangan penderita stress paska trauma di lini lapangan dapat dilakukan oleh para relawan yang tergabung dalam lembaga/organisasi masyarakat atau keagamaan maupun petugas pemerintah ditingkat desa dan atau kecamatan, Penanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan dalam 3 (tiga) jenis kegiatan, yaitu:1. Penyuluhan kelompok besar (lebih dari 20 orang)2. Ahli Psikologi3. Kader masyarakat yang telah dilatih.

Analisis Manajemen Kesehatan Lingkungan dan Pemulihan Psikologi Bencana Gempa Padang 2009Pada tanggal 30 September 2009 lalu telah terjadi gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter dengan kedalaman 71 km sebelah barat daya Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Bencana ini menimbulkan banyak korban meninggal, hilang dan luka, serta mengakibatkan beberapa rumah masyarakat dan bangunan infrastruktur menjadi rusak, termasuk fasilitas pendukung sarana kesehatan lingkungan dan kurangnya persediaan air baik secara kualitas maupun kuantitas.Dalam rangka memperbaiki sarana yang rusak tersebut, pemerintah Kota Padang melakukan upaya pemulihan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi.Sebelum itu, saat bencana gempa terjadi, dari BNPB sendiri telah mengirim beberapa bantuan untuk korban. Bantuan yang dikirimkan misalnya bantuan pemulihan air bersih, penyediaan tenda sementara, dapur umum serta fasilitas sanitasi dasar seperti jamban untuk para korban bencana. Bantuan yang dating tidak hanya datang dari dalam negeri tapi juga luar negeri sebagai tim relawan, baik medis maupun non medis.Sedangkan untuk upayadukunganpsikososialdankesehatan jiwa pasca gempa telah dilaksanakan oleh Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Ditjen Bina Pelayanan Medik dari Departemen Kesehatan melalui beberapa kegiatan dalam rangka pemulihan psikologi pasca gempa melalui pelayanan kesehatan jiwa masyarakat. Berikut beberapa dukungan psikososial dan mobilisasi masyarakat yang sudah dilakukan :a) Memfasilitasi semua sektor (Pemerintah dan LSM) yang akan memberikan bantuan psikososial dan keswa.b) Memfasilitasidukunganpsikosocialdandankeswapadakelompokselfhelp.c) Memfasilitasidukunganpsikososialdankeswapadakelompokrentan:anak,usialanjut dan perempuan.Selain memfasilitasi, para stakeholder tersebut juga mengusahakan adanya pelayanan kesehatan jiwa, diantara upaya yang dilakukan adalah :a) MengadvokasiPemdaagarmempertimbangkanPelayananKeseahatanJiwapadapelayanankesehatanumum(puskesmas)danRSU.b) Bagi Kab/Kota yang membutuhkan akan dicarikan dana untuk mengembangkan sistem pelayanan keswa yang terintegrasi, misalnya seperti modelAceh dengan penguatan kapasitas masyarakat kader dan tenaga kesehatan (dokter dan perawat).c) Menyediakanaksespelayananbagimasyarakatyangmengalamimasalahkeswa.d) Menyediakan pelayanan keswa bagi masyarakat yang mengalami disabilitas akibat gempa (yang diamputasi dan paraplegia).Selain itu, pemerintah Kota Padang juga melakukan upaya pemulihan dini mental masyarakat. Sebagai akibat dari bencana, tentu saja banyak masyarakat yang mengalami trauma, stress, bahkan ada yang sampai kondisi kejiwaannya terganggu. Untuk itu dilakukan pemulihan mental masyarakat sebagai upaya untuk mengurangi stress dan trauma pada masyarakat. Proses ini sendiri dinamakan Traumatic Healing yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi masyarakat khususnya individu-individu yang mengalami stress ataupun trauma akibat gempa.

ReferensiOxfam dan IFRC. 2007. Panduan tentang spesifikasi dan penggunaan terpal plastic dalam bantuan kemanusiaan.Pan American Health Organization. 2006. Bencana Alam, Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Terjemahan oleh Munaya Fauziah. Jakarta: EGC.Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Dan Penanganan Pengungsi. Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan Tahun 2001.Viora, Eka. Laporan Persiapan Upaya Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa dan Psikososial, Padang, 7-10 Oktober 2009. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Ditjen Bina Pelayanan Medik, Depkes.