pelatihan - pkh.komisiyudisial.go.id · c. masalah tanggung jawab dan pemulihan lingkungan 189 d....
TRANSCRIPT
PelatihanHukum Pidana Khusus
Bagi Hakim Tinggi(Medan, 11 - 14 september 2012)
Proceeding
Komisi Yudisial Republik IndonesiaBiro Rekrutmen, Advokasi dan Peningkatan Kapasitas Hakim
© 2012
Georgia 11, xxxiv + 286 hlm, 15 x 21 cmCetakan Pertama, Agustus 2013
Alamat Redaksi: Komisi Yudisial Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta PusatPO.BOX 2685 Telp: (021) 390 5876Fax: (021) 390 6215website: www.pkh.komisiyudisial. go.id
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit
Tim Penyusun
Penanggung JawabDanang Wijayanto
PengarahAnggota Komisi Yudisial
KetuaHeru Purnomo
WakilHamka Kapopang
SekretarisLina Maryani
PenyuntingM. Muslih Aris Purnomo
Penyelaras AkhirDodi Widodo
SekretariatAdli ArdiantoEva DewiIndah Dwi PermatasariNur Aini Fatmawati
Layout & Desain SampulFajar Dewo Sukmono
v
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Daftar Isi
Tim Penyusun iv
Daftar Isi v
Kata Pengantar ix
Pendahuluan xi
Sambutan Wakil Ketua Komisi Yudisial xxi
Sambutan Ketua Mahkamah Agung xxiii
Keynote Speech xxxi
SESI I KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM (KEEPH)
Dr. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H.
A. Etika (Kode Etik) 3
B. Konsepsi Penilaian Etika Perilaku 4
C. Tujuan KEPPH 5
D. Fungsi KEPPH 5
E. Etika Profrsi Hakim 5
F. KEPPH 6
G. Derajat Sanksi 9
H. Abbas Said, S.H., M.H. 11
Tanya Jawab 23
SESI II TINDAK PIDANA KORUPSI
Prof. Dr. H. Abdul Latif, S.H., M.H.
A. Pengantar 35
B. Undang-Undang Pengadaan Barang/Jasa 35
C. Posisi Bawahan-Atasan dalam Pelaksanaan DIPA 44
D. Asset Recovery 46
E. Pembuktian Terbalik 51
F. Soal Diskusi Kelompok 59
Tanya Jawab 63
viDAFTAR ISI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
SESI III KEJAHATAN KORPORASI
Dr. Gunawan Widjaja, S.H., M.H.
A. Pengertian 83
B. Pertanggungjawaban 83
C. Wujud Penegakan Hukum 84
D. Direksi 89
Tanya Jawab 91
SESI IV TINDAK PIDANA NAKOTIKA
KBP. Sundari, S.Sos., M.H.
Penyalahgunaan Narkotika
A. Prevalensi Penyalahguna Narkoba Tahun 2011 99
B. Korban Narkoba 99
C. Jenis-Jenis Narkoba 99
D. Prevalensi Penyalahguna Narkoba Tahun 2004, 2009 dan 2011 102
E. Bisnis Ilegal Narkoba 102
Tindak Pidana Narkotika dan Pencucian Uang
A. Latar Belakang 105
B. Dasar Hukum 106
C. Transnational Organize Crime 106
D. Extra Ordinary Crime 107
E. Modus Operandi Masuknya Narkoba Dari Luar Negeri 107
F. Pengungkapan Jaringan Tp Narkotika Dan Tp Pencucian Uang 111
G. Kebijakan Dan Strategi Dalam P4gn (Inpres No.12 Th 2011) 113
Tanya Jawab 115
SESI V TINDAK PIDANA PERBANKAN
Prof. Dr. Sutan Remy Syahdeini, S.H., M.H.
Tindak-Tindak Perbankan Indonesia
A. Pengertian Tindak Pidana Perbankan 129
B. Pasal Sapu Jagad 129
C. Penghimpunan Dana Simpanan Tanpa Ijin BI 135
D. Pengawasan Bank 140
E. Tindak Pidana Pelangaran Pasal 30 & 34 UUP 141
viiDAFTAR ISI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
F. Tindak Pidana Rahasia Bank 142
G. Rahasia Bank 143
Tanya Jawab 153
SESI VI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Dr. Yunus Husein, S.H., M.H.
Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Pembuktian Terbalik
A. Kendala Pemberantasan Tindak Pidana 161
B. Fokus Pembahasan 162
C. Kasusa.n.BahasyimAssifie 171
D. Kasus a.n. Yudi Hermawan 176
Tanya Jawab 177
SESI VII TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
Prof. Dr. M. Daud Silalahi, S.H.
Tindak Pidana Lingkunagn Dalam Sistem Hukum Lingkungan
Indonesia
A. Pendahuluan 185
B. Tindak Pidana Lingkungan Dalam Sistem Hukum Lingkungan 187
C. Masalah Tanggung Jawab Dan Pemulihan Lingkungan 189
D. Peran Hukum Alam Dan Ilmu Dalam Pembentukan Ketentuan Hukum
Lingkungan 191
E. Peran Hakim Dalam Pembentukan Ketentuan Hukum Lingkungan Baru
192
F. Penegakan Hukum Lingkungan Dan Proses Pelaksanaannya 193
G. Beberapa Komentar Dan Pokok Bahasan Dalam Diskusi Kasus 196
Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia
A. Pendahuluan 201
B. Beberapa Masalah dalam Kasus-kasus Lingkungan 204
C. Masalah Beban Pembuktian (Burden Of Proof) 222
D. Asas Tanggung Jawab (Liability Principle) 230
E. Beberapa Kesimpulan 262
viiiDAFTAR ISI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Bedah Kasus: PT Newmont MR (No.284/Pid.B/2005/PN.Mdo)
A. Fakta 265
B. Isu Lingkungan 266
Tanya Jawab 269
Penutup 279
Lampiran
Foto Kegiatan 281
Susunan Acara 283
Daftar Peserta 284
ix
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Kata Pengantar
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum (rechtsstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan
belaka (matchtsstaat), demikian dikatakan Pasal 1 ayat
(3) UUD 1945. Sebagai konsekwensinya maka terdapat 3 (tiga)
prinsip dasar yang wajib dijunjung oleh setiap warga negara
Indonesia yaitu, 1. supremasi hukum (supremacy of law), 2.
kesetaraan dihadapan hukum (equality before The law), dan
3. penegakkan hukum (berlakunya asas legalitas dalam segala
bentuknya dalam kenyataan praktek due process of law).
Hakim sebagai salah satu instrumen dalam penegakan
hukum harus mampu memberikan keadilan bagi para pihak
yang berperkara. Oleh karena itu dalam setiap putusannya selalu
dicantumkan frase irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa” Kalimat singkat namun penuh
arti yang senantiasa melandasi dan mendasari hakim dalam
menerima, memeriksa dan mengadili perkara.
Untuk turut serta menciptakan keadilan yang berdimensi
sosial maka Komisi Yudisial dengan segenap daya dan upaya
selalu berusaha untuk meningkatkan kapasitas hakim. Salah
satu upayanya adalah melalui Pelatihan Tematik “Hukum Pidana
Khusus” Bagi Hakim Tinggi yang diselenggarakan di Hotel Grand
Aston, Medan pada tanggal 11 s.d. 14 September 2012.
Buku Proceeding pelatihan tematik ini dimaksudkan
untuk lebih menyebarluaskan materi yang telah dipaparkan oleh
xKATA PENGANTAR
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
narasumber kepada hakim yang tidak mengikuti pelatihan ini.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas dukungan semua pihak hingga penyusunan buku
prosiding ini dapat terselesaikan. Mudah-mudahan buku ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Akhirulkalam, diharapkan kritik, komentar dan saran
pembaca, demi tersempurnakannya buku ini.
Jakarta, September 2012
xi
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kita semua tentu masih ingat dengan ungkapan
dalam Bahasa Belanda yang berbunyi “Het recht hinkt
acther de feiten aan” yang dapat diartikan bahwa hukum itu
ketinggalan dari peristiwanya. Hukum yang dimaksud dalam
ungkapan tersebut adalah hukum tertulis yang tertuang
dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Hukum
tertulis tidak bisa dengan cepat mengikuti perkembangan
hukum yang berlaku di masyarakat karena untuk melakukan
perubahan peraturan perundang-undangan harus melalui
prosedur tertentu yang tidak dapat dilakukan setiap
saat. Untuk mengakomodir perkembangan hukum yang
berlaku di masyarakat, seringkali pembuat undang-undang
mencantumkan ketentuan tertentu peraturan perundang-
undangan tetap dapat diberlakukan dan permasalahan
hukum yang berkembang di masyarakat juga dapat
diaselesaikan.
Dalam konteks hukum pidana, pembuat undang-
undang memberikan peluang bagi perkembangan hukum
pidanabarudiluarhukumpidanayangtelahdikodifikasikan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Aturan Penutup Pasal 103 KUHP menyatakan, “Ketentuan-
ketentuan dalam Bab I sampai dengan Bab VIII buku
ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh
xiiPENDAHULUAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan
pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain”.
Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi
kemungkinan munculnya bentuk-bentuk kejahatan baru
yangbelumterpikirkanpadasaatmengkodifikasikanhukum
pidana. Kemungkinan untuk mengakomodir perkembangan
hukum tidak saja diatur dalam hukum pidana materiil,
melainkan juga dalam ranah hukum formil sebagaimana
dalam Pasal 284 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP) yang menyatakan, “Dalam waktu
dua tahun setelah undang-undang ini diundangkan, maka
terhadap semua perkara diberlakukan ketentuan undang-
undang ini, dengan pengecualian untuk sementara
mengenai ketentuan khusus acara pidana sebagaimana
tersebut pada undang-undang tertentu, sampai ada
perubahan dan atau dinyatakan tidak berlaku”. Ketentuan
tersebut diharapkan dapat mengantisipasi perkembangan
masyarakat, dimana banyak kejahatan konvensional
dilakukan dengan modus operandi yang canggih sehingga
diperlukan proses beracara dengan menggunakan teknik
atau prosedur khusus untuk mengungkap suatu kejahatan.
Seiring dengan perkembangan masyarakat, bentuk-
bentuk kejahatan dan atau perbuatan pidana juga
mengalami perkembangan. Kejahatan dan atau perbuatan
pidana berkembang sebagai dampak dari masalah sosial
yang dipengaruhi oleh interaksi struktur politik, ekonomi,
sosial, dan ideologi masyarakat. Bentuk-bentuk kejahatan
baru dan atau perbuatan-perbuatan baru yang kemudian
dikrimalkan dapat dikualifikasikan sebagai hukum pidana
khusus. Hukum pidana khusus ini memuat norma, sanksi,
xiiiPENDAHULUAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
asas hukum, dan prosedur penanganan secara khusus yang
berbeda dengan hukum pidana konvensional yang telah
dikodifikasikan dalam hukum pidana dan hukum acara
pidana. Hukum pidana khusus yang berkembang dewasa
ini, diantaranya adalah tindak pidana korupsi, tindak pidana
narkotika, kejahatan korporasi, tindak pidana lingkungan,
tindak pidana perbankan, tindak pidana pencucian uang
dan lain-lain. Hukum pidana khusus diatas mengalami
perkembangan sangat pesat sehingga telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan secara khusus baik hukum
materiilnya maupun hukum formilnya.
Hakim yang mempunyai tugas pokok memeriksa dan
memutus perkara melalui proses persidangan di pengadilan,
tidak mungkin menutup mata dengan perkembangan hukum
termasuk didalamnya hukum pidana khusus. Hakim harus
senantiasa mengikuti perkembangan hukum pidana khusus
sehingga putusan yang dihasilkan dapat mencerminkan
nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.
Hakim dituntut untuk mengembangkan kemampuan
pengetahuan hukum termasuk hukum pidana khusus baik
mulai dari norma hukum yang berlaku di masyarakat, asas-
asas hukum, kaidah-kaidah hukum, peraturan perundang-
undangan, sampai dengan penerapan hukum yang
dimanifestasikan dalam bentuk putusan pengadilan. Komisi
Hukum Nasional (KHN) memberikan kriteria kemampuan
pengetahuan hukum yang harus dimiliki hakim meliputi
penguasaan atas ilmu hukum, kemampuan berpikir yuridik,
kemahiran yuridik (penerapan hukum), serta kesadaran
dan komitmen profesional. Dalam rangka mengembangkan
kemampuan hakim terhadap perkembangan hukum
xivPENDAHULUAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pidana khusus, Komisi Yudisial memandang perlu untuk
menyelenggarakan Pelatihan Tematik “Hukum Pidana
Khusus” bagi Hakim Tinggi.
B. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan tematik “hukum pidana
khusus” bagi Hakim Tinggi ini, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan Hakim Tinggi terhadap
perkembangan hukum pidana khusus.
2. Menyediakan wadah sharing pengalaman bagi Hakim
Tinggi mengenai proses penanganan perkara tindak
pidana khusus.
3. Menyamakan persepsi terkait proses penanganan
perkara tindak pidana khusus.
C. Target
Target penyelenggaraan tematik “hukum pidana
khusus” bagi Hakim Tinggi ini, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya pengetahuan Hakim Tinggi terhadap
perkembangan hukum pidana khusus.
2. Tersedianya wadah sharing pengalaman bagi Hakim
Tinggi mengenai proses penanganan perkara tindak
pidana khusus.
3. Adanya kesamaan persepsi bagi Hakim Tinggi dalam
menangani perkara tindak pidana khusus.
xvPENDAHULUAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
D. Metode Pelatihan, Nara Sumber, dan Fasilitator
1. Metode
Pemelihan metode pelatihan sangat berperan
penting untuk mencapai tujuan pelatihan. Pemilihan
metode pelatihan perlu memperhatikan calon peserta
pelatihan yakni Hakim Tinggi yang pada umumnya
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Hakim mempunyai pengetahuan dan pengalaman
tertentu yang masing-masing berbeda satu sama
lain.
b. Hakim lebih suka diajak sharing daripada digurui.
c. Pada umumnya lebih menyukai hal-hal yang
bersifat praktis.
d. Membutuhkan suasana akrab dengan menjalin
hubungan yang erat.
e. Lebih menyukai cara belajar yang melibatkan
mereka.
Berdasarkan karakteristik diatas, metode
pelatihan yang sesuai adalah metode pendidikan bagi
orang dewasa (andragogy system) atau sering disebut
dengan pelatihan partisipatif. Metode tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
a. Ceramah yang disertai alat peraga.
b. Diskusi kelompok.
c. Pengalaman terstruktur, dll.
2. Narasumber
Narasumber dalam pelatihan partisipatif
berperan dalam memberikan pengantar mengenai
materi tertentu dalam hal ini mengenai hukum
pidana khusus dan memberikan sharing pengetahuan
xviPENDAHULUAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
terhadap topik-topik yang menjadi pertanyaan
peserta pelatihan. Secara teknis setiap Narasumber
akan diberikan waktu 30 menit untuk menyampaikan
materi yang telah disiapkan dan merangsang
diskusi peserta. Selanjutnya peserta mendiskusikan
materi yang telah disampaikan baik dalam bentuk
diskusi kelompok ataupun dalam bentuk tanya
jawab dengan Narasumber. Dalam hal terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dalam
diskusi kelompok, diharapkan Narasumber dapat
memberikan sharing pengetahuannya.
3. Fasilitator
Fasilitator dalam pelatihan partisipatif
berfungsi menstimulus dinamika forum pelatihan
dan mengendalikan pelatihan agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Fasilitator perlu
mengendalikan penggunaan waktu secara optimal
dengan mengkombinasikan antara fleksibilitas dan
efektifitas penggunaan waktu dengan berpegangan
pada prinsip menghargai peserta, membangun proses
yang partisipatori dan hasil yang terukur. Beberapa
prinsip yang perlu dipertimbangkan adalah:
a. Pertimbangkan semua pilihan kata, istilah,
contoh, dan tindakan. Hindari kemungkinan
salah interpretasi atau multi interpretasi. Kesan
pertama sering menentukan hubungan lanjutan.
Hindari hal-hal yang membuat peserta merasa
tidak nyaman.
b. Gaya fasilitator-unsur penting mengatur atmosfer
pelatihan. Hal-hal yang harus dilakukan oleh
xviiPENDAHULUAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
seorang fasilitator adalah:
1) Tetapkan peran Anda dalam pikiran Anda
sendiri.
2) Tetapkan harapan-harapan dan kebutuhan-
kebutuhan peserta dan juga harapan Anda
sebagai fasilitator.
3) Ciptakan atmosfer yang mendukung dimana
orang-orang merasa bebas untuk beropini
dan mengambil resiko.
4) Peka terhadap proses komunikasi, termasuk
bahasa tubuh peserta dan Anda sendiri.
5) Dengarkan dengan empati; jangan
memotong.
6) Hargai ide yang mungkin tidak Anda setujui.
7) Gunakan pujian, pengakuan, dan lain-lain,
untuk memperkuat kepercayaan diri.
8) Hadapi peserta yang “sulit” dengan cara
yang terhormat.
9) Selalu semangat, energi anda tampaknya
akan menggosok peserta.
10) Gunakan icebreaker dan/atau pembuka
yang nyaman untuk Anda dan Anda rasa
peserta juga akan merasa nyaman.
11) Dapatkan umpan balik selama kegiatan dan
pada akhir tiap bagian.
12) Buatlah diri Anda terbuka untuk pertanyaan-
pertanyaan. Gunakanlah metode discovery
learning, buatlah agar peserta menemukan
sendiri jawaban-jawaban atas persoalan
yang muncul.
xviiiPENDAHULUAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
c. Peran fasilitator dalam diskusi kelompok bukan
hanya merangkum informasi yang disajikan, tetapi
untuk mensintesakannya. Fasilitator memainkan
perankuncidalammengidentifikasiunsur-unsur
umum yang digarisbawahi oleh peserta, dan
menyampaikan kepada peserta untuk berpikir
lebih jauh apa arti kerja kelompoknya dalam
hubungannya dengan kerja mereka sehari-hari.
E. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Materi yang akan menjadi pokok pembahasan dan sub
pokok pembahasan dalam pelatihan tematik “hukum pidana
khusus” bagi Hakim Tinggi ini, adalah sebagai berikut:
1. Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, dengan Sub
Pokok Bahasan meliputi:
a. Sejarah lahirnya KEPPH;
b. Muatan materi KEPPH;
c. Bentuk-bentuk pelanggaran hakim terhadap
KEPPH; dan
d. Proses penanganan laporan masyarakat kepada
Komisi Yudisial terhadap hakim yang diduga
melakukan pelanggaran KEPPH.
2. Tindak Pidana Korupsi, dengan Sub Pokok Bahasan
meliputi:
a. Undang-undang tentang Pengadaan Barang dan
Jasa;
b. Posisi bawahan-atasan dalam pelaksanaan DIPA;
c. Asset recovery; dan
d. Pembuktian terbalik.
xixPENDAHULUAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
3. Tindak Pidana Narkotika, dengan Sub Pokok Bahasan
meliputi:
a. Pengertian, bentuk-bentuk, dan modus operandi
tindak pidana narkotika;
b. Proses penganan perkara tindak pidana narkotika;
dan
c. Problematika proses penanganan tindak pidana
narkotika.
4. Kejahatan Korporasi, dengan Sub Pokok Bahasan
meliputi:
a. Bentuk dan modus kejahatan korporasi;
b. Pertanggungjawaban pidana oleh korporasi; dan
c. Penegakan hukum terhadap kejahatan korporasi.
5. Tindak Pidana Lingkungan, dengan Sub Pokok
Bahasan meliputi:
a. Masalah strict liability;
b. Ketentuan Hukum Lingkungan Hidup; dan
c. proses penegakan tindak pidana lingkungan
hidup.
6. Tindak Pidana Perbankan, dengan Sub Pokok Bahasan
meliputi:
a. Pengertian dan ruang lingkup tindak pidana
perbankan;
b. Jenis-jenis tindak pidana perbankan dan
perkembangannya; dan
c. Proses penegakan tindak pidana perbankan.
7. Tindak Pidana Pencucian Uang. dengan Sub Pokok
Bahasan meliputi:
a. Perkembangan tindak pidana pencucian uang;
b. Pola dan modus tindak pidana pencucian uang;
xxPENDAHULUAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dan
c. Proses penegakan hukum tindak pidana pencucian
uang.
xxi
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
SambutanWakil Ketua KY
Bapak dan Ibu yang kami hormati
selamat datang, khususnya
kepada Bapak dan Ibu sekalian
yang mungkin sampai besok siang akan
menerima berbagai masukan dan juga
berdiskusi dalam forum yang baik ini. Atas
nama Pimpinan dan Komisi Yudisial (KY)
kami hendak berterimakasih kepada Pak
Djoko Sarwoko sebagai wakil dari Mahkamah Agung (MA) yang
telah hadir dan memberikan arahan atau tausiah. Pak Djoko
Sarwoko memang senior, lebih senior dari kawan Saya yang
hadir juga hari ini, yaitu Pak Abbas Said. Jadi wajar kalau Beliau
dalam sambutannya menyisipkan beberapa hal yang aktual.
Kami juga mengharapkan dalam memberikan materi nanti,
Bapak menyampaikan hal-hal yang terjadi dilapangan karena
terkadang yang terjadi dilapangan itu berbeda dengan teori-
teori yang kita terima pada pelajaran hukum. Ketidaksamaan
antara teori dengan praktek ini menyebabkan banyak terjadi
komplikasi-komplikasi yang tidak sederajat sehingga teori dan
masukan dari narasumber nanti akan menjadi menarik. Selain
itu, kami juga mengucapkan terima kasih juga pada KPT Medan
yang telah membantu terlaksananya pelatihan ini.
xxiiSAMBUTAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Saya senang dapat bertemu Bapak dan Ibu hakim tinggi
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengikuti
pelatihan ini. Saya berharap mudah-mudahan Kita semua ikhlas
berada disini. Mungkin banyak juga diantara Kita yang bertanya,
kenapa hakim dilatih terus? Saya kira ilmu itu tidak akan ada
habisnya. Perkembangan hukum itu sangat dinamis dan cepat.
Saya sering membaca bahwa hukum kalah cepat dengan peristiwa
hukum itu sendiri. Apalagi sekarang banyak pengacara yang
doktor atau bahkan profesor, oleh karena itu kalau hakimnya
tidak banyak membaca dan mengikuti pelatihan, saya takut
nanti hakimnya “keteteran”.
Bapak dan Ibu yang kami hormati, selain materi-materi
yang sifatnya danakosha, Komisi Yudisial juga menjadikan
penting materi tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH). Saya yakin Bapak dan Ibu telah membaca dan bahkan
menghafal point- point dalam KEPPH, namun saya pikir tidak
ada salahnya untuk saling mengingatkan. Selain itu juga karena
ada program-program baru, dimana KY dan MA bersama mencari
cara untuk mengimplementasikan KEPPH. Jadi alhamdulilah,
bapak dan ibu dapat lihat hubungan KY dengan MA sangat baik
sekali, kita saling berkoordinasi. Kita, KY dan MA memiliki tugas
dan misi yang sama, yaitu menjaga kehormatan dan keluhuran
martabat hakim.
Sekali lagi Saya sampaikan terimakasih pada semua
pihak yang telah berpartisipasi hingga pelatihan ini terlaksana
dan mudah-mudahan akan bermanfaat bagi kita semua demi
penegakan hukum dan peradilan.
xxiii
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
SambutanKetua Mahkamah Agung
Pelatihan yang dilaksanakan oleh
Komisi Yudisial (KY) ini tentunya
mempunyai tujuan yang baik dan
strategis, selain sebagai upaya penyediaan
wadah berbagai pengalaman dan curah
pendapat, juga untuk meningkatkan
pengetahuan para hakim terhadap
perkembangan hukum khususnya terkait
dengan tindak pidana khusus.
Salah satu tujuan dibentuknya Komisi Yudisial adalah
untuk menunjang tugas Mahkamah Agung (MA). Oleh karena itu
sebagai Pimpinan MA tentunya menghendaki atau mengarahkan
agar kerjasama Komisi Yudisial dengan Mahkamah Agung
semakin inten demi meningkatkan kadar profesionalisme hakim.
Perkembangan jenis-jenis tindak pidana khusus hingga
saat ini semakin meluas, ada yang bersifat sangat serius atau
serious crime. Bahkan telah menambah industri strategis dengan
mencoba merusak infrastruktur dan sistim perekonomian
Diwakili oleh Ketua Muda Pidana Khusus Mahkamah Agung
Djoko Sarwoko, S.H., M.H.
xxivSAMBUTAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Negara, sehingga dapat menimbulkan ancaman nyata terhadap
keamanan nasional yang terjadi dibanyak negara, termasuk di
Indonesia. Sifat atau karakteristik tindak pidana ini dilakukan
oleh perorangan ataupun korporasi ataupun organize straight,
tindak pidana yang terorganisir yang pada umumnya merupakan
kejahatan trust national atau trust nasional trust.
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan para
peserta sebagai hakim tinggi atau hakim tingkat banding akan
mempunyai persepsi yang sama dan wawasan yang lebih luas
terhadap keberagaman bentuk tindak pidana khusus dan dapat
menjadi lebih profesional dalam menangani perkara serta tidak
lagi mempunyai persepsi yang berbeda.
Saya berharap para peserta dapat mengikuti rangkaian
kegiatan pelatihan ini dengan serius dan sepenuh hati dan saling
bersinergi, sehingga apa yang menjadi tujuan pelatihan ini
dapat memberi hasil yang maksimal sehingga penyelenggaraan
pelatihan oleh KY ini, tidak menjadi sia-sia dan tidak mempunyai
arti sama sekali.
Kepada para peserta Saya ucapkan selamat mengikuti
pelatihan hingga paripurnanya seluruh rangkaian kegiatan
dan sekembalinya ke meja tugas masing-masing dapat
mengaktualisasikan apa yang diperoleh selama pelatihan bagi
kemajuan lembaga peradilan ditempat bertugas sekarang.
Sebelum saya mengakhiri pembacaan sambutan Ketua
Mahkamah Agung, saya juga ingin menyampaikan beberapa hal
untuk para hakim, khususnya yang akan menjadi hakim tinggi
tindak pidana korupsi.
Pertama tindak pidana khusus ternyata yang bersinergi
dengan tipikor antara lain adalah tujuan uang. Seringkali
juga tindak pidana perbankan ada juga perpajakan sekalipun
xxvSAMBUTAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
ada ketentuan pasal 14 UU no 31 tahun 1999. Ini sepertinya
menggariskan atau membatasi untuk tindak pidana-pidana
khusus yang tidak disebutkan, bahwa perkara itu masuk bidang
korupsi tidak boleh disidangkan atau tidak boleh didakwakan
perkaranya. Dari Undang-Undang no 31 tahun1999 ketika pasal
14 ini saya tanyakan kepada penggagasnya, seorang guru besar
dari Universitas Padjajaran yaitu Prof. Romli, saya tanyakan
kenapa pasal 14 ini dulu diadakan tujuannya untuk apa? Karena
ini justru mereduksi ketentuan-ketentuan dalam Undang-
undang korupsi yang sudah diakuisisi. Pasal 1 sampai dengan
pasal 13 misalnya, ini tujuannya adalah untuk membatasi supaya
tidak semua perkara ini terlalu dikorupsikan. Jadi kalau tujuan
ini yang hendak dicapai maka sebagai hakim kita harus punya
penafsiran, penafsirannya adalah sekalipun didalam undang-
undang itu tidak secara tegas dapat dikorupsikan. Akan tetapi
kalau ada jaksa mengajukan perkara itu sebagai perkara korupsi,
hendaknya juga dibahas dulu. dengan kata lain sejauh pada
akhirnya dari proses hukum pembuktian memang terbukti
unsur-unsur korupsinya benar atau tidak. Oleh karena itu
saya sudah menunjuk dua orang hakim agung untuk membuat
usulan kepada DPR, agar supaya pasal ini dicabut karena ini
menjadi ketidakpastian. Sementara tindak pidana korupsi sudah
merambah kemana-mana, artinya adanya ketentuan-ketentuan
yang membatasi gerak langkah untuk pemberantasan korupsi ini.
Agar supaya proses penegakkan hukum khususnya untuk tindak
pidana korupsi dan tindak pidana yang bersinergi dengannya, ini
benar-benar dapat dilaksanakan secara efektif dan bekerjanya
pengadilan tindak pidana korupsi juga bisa efektif.
Kedua menyangkut hukum, Bapak dan Ibu sekalian ini
masih dipercaya sebagai hakim karena jabatan hakim adalah
xxviSAMBUTAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
jabatan kepercayaan. Dan pengadilan tipikor adalah suatu
pengadilan andalan. Saya katakan diberbagai kesempatan bahwa
pengadilan tipikor karena terbentuknya adalah bersamaan
dengan UU KPK no 30 tahun 2002. Kalau KPK adalah suatu anak
kandung reformasi maka pengadilan tipikor juga merupakan
anak kandung atau cucu kandung dari era reformasi, artinya
apa? Artinya bahwa jangan sampai pengadilan tipikor ini yang
baru kita bentuk 2 (dua) tahun lalu sudah langsung memudar.
Regulasi ulang sebagai Ketua Muda Pidana Khusus, saya sangat
berkepentingan untuk menyampaikan hal ini kepada para
hakim seluruh Indonesia. Mudah-mudahan ada wartawan
disini supaya ditulis dikoran, mudah-mudahan ada kalau
tidak ada ya kita sampaikan saja pada kesempatan lain. Sekali
lagi jabatan hakim adalah jabatan kepercayaan jabatan yang
sangat mulia, itu harus kita laksanakan kita implementasikan
dengan melakukan kebajikan-kebajikan yang bermanfaat bagi
para hakim dan bangsa. Tanpa itu artinya kita tidak ada nilai,
ini sangat penting karena banyak sekali suatu penyadaran
negara atau pejabat publik . Sebagai hakim dan lain-lainnya itu
sering kali kalau ke Jakarta jabatannya selalu dinodai dengan
kepentingan-kepentingan tertentu termasuk kepentingan
pribadi. Padahal pengabdian yang murni adalah pengabdian yang
law enforcement tidak ada suatu interferensi baik kepentingan
diri sendiri maupun kepentingan orang lain. Ini yang perlu saya
sampaikan dan harapan itu saya kira bukan harapan dari saya
saja, tapi adalah merupakan harapan dari seluruh anak bangsa
di Negeri ini yang harus kita capai. Dan tadi malam saya sudah
menyampaikan kepada para hakim semuanya, supaya pidana
untuk tindak korupsi itu kalau memang terbukti ya jangan hanya
satu tahun setengah apalagi yang percobaan jangan lagi karena
xxviiSAMBUTAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
law enforcement untuk penegakan hukum.
Kalau kita lihat dari segi politik hukum untuk
pemberantasan korupsi, kita menggunakan pendekatan final
artinya law enforcement ini harus dilaksanakan sesuai dengan
tujuan. Sistem Peradilan pidana kita masih menganut paham
retributif, artinya bahwa pemidanaan itu harus menimbulkan
efek jera. Tanpa itu maka pidana yang dijatuhkan kalau terlalu
ringan itu tidak ada efek jeranya tidak bisa mencapai tujuan.
Undang-undang sudah mengatur batas minimum sampai
maksimum, tapi kenapa selama ini para hakim hanya menganut
minimalis tidak ada yang maksimalis? Nah para hakim tentu
ingat bahwa untuk menghukum orang melebihi maksimal itu
tidak boleh, dilarang. Sebaliknya juga jangan sampai ada hakim
yang menjatuhkan pidana dibawah minimal, kalau kita konsisten
harus yang seperti ini. Nah kalau kita lihat misalnya dalam perkara
korupsi pendekatan selain retributif, juga ada pendekatan sedikit
mungkin juga dapat dikatakan sebagai pendekatan restoratif.
Tapi pemulihan dari kerugian negara ini bisa ditarik kembali,
dirampas assetnya, dan itu biasanya dalam hukum pidana
perampasan yang terkait dengan pidana itu dikatakan sebagai
perampasan in personal. Selain juga ada perampasan intern,
perampasan in personal itu diperlukan adanya suatu keterlibatan
didalam perkara pidana. Keterbuktian didalam perkara pidana
dan sehingga aspek pemidanaan dalam perkara korupsi itu juga
ada unsur lex spesialis, kita kenal adanya pidana tambahan
berupa pembayaran uang pengganti tidak ada didalam sistem
pemidanaan berurut pasal 10 KUHP. Nah Lex spesialis ini pun
belum dilaksanakan oleh para hakim, misalnya kemarin malam
ada pertanyaan apa boleh hakim menjatuhkan pidana tambahan
berupa pembayaran uang pengganti? Kalau penuntut umum
xxviiiSAMBUTAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tidak menuntut dengan mengatakan bahwa dakwaan adalah
dasar atau arah untuk pemeriksaan. Nah kalau kita cari dari pada
sistim pemidanaan perkara korupsi yang diatur dalam pasal 17
sampai 20 UU no 31 tahun 1999, maka disini yang dimaksud
dengan sentencing policy atau kebijakan pemidanaan itu adalah
kewenangan igrasi dari hakim. Oleh karena itu kalau misalnya di
dalam tuntutan jaksa itu tidak mencantumkan tuntutan untuk
pembayaran hukum ganti, tapi kalau memang dalam proses
pekerjaan terbukti terdakwa memperoleh setiap rupiah dari
hasil korupsi itu, maka hakim wajib mempertimbangkan untuk
menarik kembali kerugian negara itu melalui pidana tambahan
berupa pembayaran uang pengganti. Nah uang pengganti ini
juga sifatnya kalau tidak dilaksanakan dia akan diganti dengan
penjara, padahal setidaknya penggantinya adalah kurungan tapi
uang pengganti diganti dengan penjara. Ini adalah lex spesialis
supaya dapat menjerakan kepada para pelaku tindak pidana
khusus karena kalau tindak pidana penjara saja, juga sekarang
tidak efektif misalnya hari ini masuk nanti malam finally barang
kali bisa keluar.
Bukan itu faktanya apalagi nanti kalau sudah ada sakit
sedikit, misalnya sakit kulit minta keluar atau minta dirawat di
rumah sakit misalnya. Hal seperti itu jadi modus operandi, modus
operandi seperti itu juga harus di dipahami dan dicermati oleh
para hakim. Sekarang ada modus operandi baru para koruptor,
ketika dia sudah masuk kepenjara misalnya kemudian penasehat
hukumnya masih bergerak kesana kemari kemudian seolah-olah
didesanya ada pihak ketiga yang menyatakan keberatan terhadap
perampasan harta kekayaan dengan mengajukan hanya dengan
cara overcompensation saja.
Jadi pengadilan Jakarta Pusat sudah ada beberapa
xxixSAMBUTAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
permohonan, Saya katakan acaranya tidak seperti itu. Kalau dia
menuntut haknya tidak cukup dengan berkas permohonan saja
harus ada gugatan, karena dalam undang-undang korupsi tidak
diatur sama sekali yang ada disana adalah keberatan dari pihak
ketiga itu dalam tenggang waktu paling lambat 2 bulan. Nah hal
seperti ini artinya nanti menjadi ringan, hasil-hasil korupsi yang
sudah ditarik, sudah dirampas bahkan ada yang sudah dijual
ternyata diproses oleh hakim perdata nanti bisa dinyatakan
ini milik dia. Ini saya kira harus dicermati oleh para hakim
perdata karena belum tentu hakim pidana yang memeriksa
korupsinya juga memeriksa perkara. Tapi untuk Jakarta Pusat
saya minta supaya ketuanya menunjuk dengan perdata, juga
pidananya perkara korupsi bisa ditangani oleh hakim. Sehingga
dengan demikian dia cara berpikirnya itu runtun masih ada
kesinambungan, tentunya dengan tujuan agar supaya pemidanan
ini bisa benar-benar efektif mencapai tujuan yaitu pendekatan
redeputy pada jajarannya. Dan kemudian bisa menarik kembali
hasil-hasil tindak pidana korupsi itu. Kemudian satu hal lagi
juga modus operandi dari para koruptor sekarang ini misalnya
dia mengundang saksi ahli, saksi ahli itu misalnya dibidang
administrasi negara, dibidang keuangan, ahli keuangan negara,
kemudian diundang didalam pemeriksaan perkara korupsi.
Sedangkan pengertian keuangan negara menurut
undang-undang korupsi itu tidak sama dengan pengertian
keuangan negara menurut Undang-undang keuangan negara
nomor 17 tahun 2003. Ini para hakim juga harus betul-betul
cermat sehingga tidak tersesat oleh keterangan saksi ahli, dan
keterangan saksi ahli itu didesain. Memang haknya mereka tapi
yang penting para hakim itu jangan sampai digiring, sehingga
dia mengikuti keterangan ahli yang menyesatkan. Sebab kalau
xxxSAMBUTAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tersesat kesana itu pasti akan menguntungkan terdakwa, berarti
hakimnya juga kalau sampai mau mutus kendala yang mencuat
kontroversi nanti akan dipanggil oleh KY dipanggil oleh MA.
Jadi para koruptor dalam tanda kutip itu banyak sekali upaya-
upaya untuk senantiasa lepas dari pertanggung jawabannya
ini harus dipahami oleh para hakim. Yang hendak saya garis
bawahi adalah bagaimana seorang hakim menjatuhkan putusan
itu? tidak hanya sekedar menjatuhkan putusan ala kadarnya
tetapi juga harus kita lihat dampaknya itu ada kemanfaatannya
atau tidak. Selain adil juga kita harus memikirkan ada utility-
nya ada kemanfaatannya, putusan yang adil itu mungkin ideal
tetapi hanya untuk pihak-pihak yang langsung terkait. Ini yang
perlu Saya harus beritahukan kepada Bapak dan Ibu sekalian
dan saya akhiri dengan menutup Bilahitaufik Walhidayah,
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
xxxi
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Keynote Speech
Sebagaimana yang telah dituliskan di
dalam Term Of Referrence kegiatan
ini mengenai idiom tertinggalnya
hukum dibandingkan peristiwa konkretnya,
dengan mengutip salah satu ungkapan
dalam bahasa belanda yakni “Het recht hinkt
acther de feiten aan” yang berarti bahwa
hukum itu ketinggalan dari peristiwanya1.
Hukum yang dimaksud dalam ungkapan tersebut adalah hukum
tertulis yang tertuang dalam bentuk peraturan perundang-
undangan. Hukum tertulis tidak bisa dengan cepat mengikuti
perkembangan hukum yang berlaku di masyarakat karena untuk
melakukan perubahan peraturan perundang-undangan harus
melalui prosedur tertentu yang tidak dapat dilakukan setiap saat.
Untuk mengakomodir perkembangan hukum yang berlaku di
masyarakat, seringkali pembuat undang-undang mencantumkan
ketentuan tertentu peraturan perundang-undangan tetap dapat
diberlakukan dan permasalahan hukum yang berkembang di
1 Dani Krisnawati dkk, Bunga Rampai Hukum Pidana Khusus, Pena Pundi Aksara: JakartaSelatan,Februari2006,hlm.1.
Ketua Bidang Sumber Daya Manusia, Penelitian dan Pengembangan KY
Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum.
xxxiiKEYNOTE SPEECH
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
masyarakat juga dapat diselesaikan.
Pada ranah hukum manapun seringkali perbuatan
konkret atau peristiwa seringkali melampaui apa yang diatur di
dalam perundang-undangan. Tidak terkecuali hukum pidana,
sebelumnya hanya dikenal berbagai macam tindak pidana
yang diatur melalui KUHP baik tentang Pelanggaran maupun
Kejahatan, namun pada perkembangannya terdapat beberapa
tindak pidana yang memiliki ciri khas berbeda dan tentunya
memerlukan cara penanganan tersendiri jika dibandingkan
dengan tipikal tindak pidana dalam KUHP, hingga akhirnya
dikenal apa yang disebut dengan Hukum pidana khusus.
Hukum pidana khusus ini memuat norma, sanksi, asas
hukum, dan prosedur penanganan secara khusus yang berbeda
denganhukumpidanakonvensionalyangtelahdikodifikasikan
dalam hukum pidana dan hukum acara pidana. Hukum pidana
khusus yang berkembang dewasa ini, diantaranya adalah tindak
pidana korupsi, tindak pidana narkotika, kejahatan korporasi,
tindak pidana lingkungan, tindak pidana perbankan, tindak
pidana pencucian uang dan lain-lain. Hukum pidana khusus
diatas mengalami perkembangan sangat pesat sehingga telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan secara khusus
baik hukum materiilnya maupun hukum formilnya.
Hakim yang mempunyai tugas pokok memeriksa dan
memutus perkara melalui proses persidangan di pengadilan,
tidak mungkin menutup mata dengan perkembangan hukum
termasuk didalamnya hukum pidana khusus. Hakim harus
senantiasa mengikuti perkembangan hukum pidana khusus
sehingga putusan yang dihasilkan dapat mencerminkan nilai-
nilai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Hakim
dituntut untuk mengembangkan kemampuan pengetahuan
xxxiiiKEYNOTE SPEECH
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
hukum termasuk hukum pidana khusus baik mulai dari norma
hukum yang berlaku di masyarakat, asas-asas hukum, kaidah-
kaidah hukum, peraturan perundang-undangan, sampai dengan
penerapan hukum yang dimanifestasikan dalam bentuk putusan.
Ditambah lagi bagi rekan-rekan hakim tingkat banding, yang
fungsinya tentu saja sebagai korektor atau filter bagi putusan
setelah sebuah perkara diuji pada tingkat pertama, ini artinya
hakim tingkat banding haruslah para hakim yang jauh lebih
paham dibandingkan dengan hakim tingkat pertama setidaknya
dalam hal penguasaan hukum.
Kebutuhan untuk menambah pengetahuan hakim dalam
kapita selekta hukum pidana khusus ini juga didorong dari
fakta bahwa berdasarkan hasil penelitian putusan hakim tahun
2012 yang dilakukan Komisi Yudisial RI bersama jejaring dari
kalangan universitas, pemenuhan aspek hukum materiil dalam
sebuah putusan hanya mencapai 32% sementara selebihnya
tidak. Dimana di dalam aspek hukum materiil tersebut yang
menjadi dasar utama dipertimbangkan adalah mengenai
pemahaman seorang hakim mengenai substansi hukum yang
sedang ia sidangkan seperti Konsistensi dasar hukum putusan
hakim dengan requisitor, Ketepatan dasar hukum dengan
perkara, Penerapan yurisprudensi tertentu sebagai dasar hukum
selain Undang-Undang, Penerapan doktrin hukum standar
sebagai dasar hukum, Disparitas sanksi pidana putusan hakim
dengan requisitor, dan lain-lain.
Sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Undang-
undang No. 18 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-
undang No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, yaitu
Komisi Yudisial memiliki kewenangan untuk mengupayakan
peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim. Kedua prasa
xxxivKEYNOTE SPEECH
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kapasitas dan kesejahteraan, merupakan variable yang saling
berkait kalau dianalisa dari sisi hubungan kinerja dengan
kebutuhan dalam kehidupan. Karenanya kegiatan lokakarya ini
merupakan upaya untuk mewujudkan amanat yang disebutkan
oleh undang-undang tersebut.
Perlu juga disampaikan, bahwa setiap peningkatan
kapasitas hakim selain didasarkan pada amanat undang-undang
dan kebutuhan riil, juga didasarkan pada riset yang dilakukan
oleh Komisi Yudisial, sebagaimana diuraikan diatas.
Melihat kebutuhan tersebut, untuk menciptakan kembali
putusan-putusan yang dihasilkan dari para hakim yang tidak
hanya yakin tetapi juga paham terhadap sebuah perkara,
kapita selekta hukum pidana khusus ini menjadi penting untuk
dielaborasi dan diikuti perkembangannya, salah satu medianya
adalah melalui pelatihan tematik ini.
1
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kode etik dan pedoman perilaku hakim (kEPPH)
Dr. Suparman marzuki, s.h., m.h.
&
H. ABAS SAID, S.H., M.H.
SESI I
3
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH)
Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim
A. Etika (Kode Etik)
• Kata etika berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang
berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.
• Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyangkut
apa yang baik dan apa yang buruk, berupa hak dan
kewajiban moral atau akhlak manusia.
• Etika merupakan suatu nilai mengenai benar atau
salah, baik atau buruk yang dianut satu golongan atau
masyarakat.
• Etika kemudian dirumuskan dalam bentuk aturan
(code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada
Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.H.dan
H. Abbas Said, S.H., M.H.
Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.H.
4KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
saat dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat
untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) dinilai
menyimpang dari kode etik.
• Dengan demikian etika merupakan refleksi dari
“self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
• Kode etik profesi diperlukan untuk menjaga martabat
serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi
masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun
penyalahgunaan keahlian.
• Implementasi KEPPH dapat menimbulkan kepercayaan
atau ketidakpercayaan masyarakat kepada putusan
pengadilan dan profesi hakim itu sendiri.
B. Konsepsi Penilaian Etika Perilaku
• Konsepsi dalam menilai perilaku seseorang, yang harus
diperiksa adalah perbuatannya, bukan maksud, tujuan
atau niatnya, apalagi jasa-jasanya di masa lampau.
Penilaian perilaku menyoroti perbuatan, kelakuan,
sepak terjang seseorang yang tampak di mata orang lain.
Fokus terpusat pada aspek lahiriah.
• Sesuatu yang “pantas”, kelakuan yang “patut” atau
persepsi tentang “martabat” atau “kehormatan” berada
dalam persepsi dan ranah orang luar, publik, masyarakat,
bukan dalam konsepsi pelaku dan teman-temannya.
Semua itu merupakan pengertiaan hasil pemantauan
orang dengan panca inderanya terhadap orang lain.
• Batasan kepatuhan sepenuhnya tunduk pada tolak
5KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
ukur yang ada di masyarakat pada suatu saat tertentu.
Sebaliknya, “maksud” dan “tujuan”, “niat dan itikad”
merupakan soal kejiwaan orang per orang.
C. Tujuan KEPPH
Tujuan KEPPH adalah:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota
profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan diatas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
D. Fungsi KEPPH
Fungsi KEPPH adalah:
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan, atau
sebagai standar perilaku baik dalam menjalankan
profesi
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan
E. Etika Profesi Hakim
1. Kode Etik Profesi Hakim ialah aturan tertulis yang
harus dipedomani oleh setiap hakim Indonesia dalam
6KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
melaksanakan tugas profesi scbagai Hakim.
2. Pedoman Tingkah laku (Code of Conduct) hakim
ialah penjabaran dari kode etik profesi hakim yang
menjadi pedoman bagi hakim Indonesia, baik dalam
menjalankan tugas profesinya untuk mewujudkan
keadilan dan kebenaran maupun dalam pergaulan
sebagai anggota masyarakat yang harus dapat
memberikan contoh dan tauladan dalam kepatuhan
dan ketaatan kepada hukum.
3. Hakim adalah profesi terhormat yang sering dijuluki
wakil Tuhan karena diberi kewenangan menegakkan
hukum dan keadilan.
F. KEPPH
1. Prinsip-prinsip KEPPH adalah:
a. Berperilaku Adil;
b. Berperilaku Jujur;
c. Berperilaku Arif dan Bijaksana;
d. Bersikap Mandiri;
e. Berintegritas Tinggi;
f. Bertanggungjawab;
g. Menjunjung Tinggi Harga Diri;
h. Berdisiplin Tinggi;
i. Berperilaku Rendah Hati; dan
j. Bersikap Profesional.
2. Berlakunya KEPPH
• KEPPH berlaku terhadap perilaku hakim dalam
dinas dan di luar dinas.
• Perilaku dalam kedinasan adalah semua perilaku
yang dilarang oleh KEPPH yang dilakukan dalam
7KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
persidangan dan/atau diluar persidangan yang
terkait dengan perkara.
• Perilaku di luar sidang adalah semua perilaku
pribadi hakim yang menyimpang/tidak patut
menurut KEPPH.
3. Pelanggaran
Pelanggaran yang dilakukan hakim dalam persidangan,
antara lain:
a. Meminta uang, memeras pihak.
b. Mengulur persidangan.
c. Membuatkan gugatan atau berkas-berkas
pengadilan lainnya bagi salah satu pihak.
d. Membicarakan perkara dengan salah satu pihak.
e. Komunikasi terarah via telepon dengan salah satu
pihak.
f. Tidak menghindar ketika bertemu dengan satu
Pihak berperkara.
g. Dugaan selingkuh, menikah siri, menelantarkan
keluarganya, atau menikah lagi (poligami) tanpa
izin.
h. Narkoba, sex bebas, judi, atau berbuat tercela.
i. Mengeluarkan kata-kata kasar terhadap terdakwa,
penasehat hukum, salah satu pihak atau saksi,
j. Bersidang di ruang kerja hakim.
k. Hakim tidak menanyakan kepada terdakwa,
apakah terdakwa mengerti isi dan maksud surat
dakwaan.
l. Hakim menerima pihak di rumah atau di ruang
kerja tanpa pihak lawan.
m. Tertidur di ruang sidang.
8KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
n. SMS/BBM saat sidang berlangsung.
o. Keluar masuk ruang sidang.
p. Hakim sengaja tidak mempertimbangkan alat
bukti yang kuat.
q. Hakim sengaja menerapkan hukum yang salah.
r. Hakim tidak menawarkan Terdakwa didampingi
penasehat hukum, padahal ancaman pidananya
diatas lima tahun.
s. Melanggar hukum acara (parsial, tidak fair,
manipulasi fakta).
t. Hakim terlambat menghadiri sidang.
u. Tidak menyatakan sidang terbuka untuk umum.
v. Tidak mempersilahkan saksi-saksi yang masih di
ruang sidang untuk keluar.
w. Persidangan majelis hakim kurang dari 3 (tiga)
orang.
x. Majelis hakim membacakan putusan tanpa
mengucapkan irah-irah.
y. Pergantian anggota majelis saat sidang sedang
berlangsung.
z. Hakim mengintimidasi terdakwa dengan
menyatakan: “kamu itu dipersalahkan, kamu
terima saja ya?”.
4. Penegakan KEPPH
• KEPPH ditegakkan oleh:
• Hakim itu sendiri;
• Mahkamah Agung; dan
• Komisi Yudisial.
• Hakim yang melakukan pelanggaran KE & PPH
akan mendapatkan sanksi, yang berat ringannya
9KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
sanksi tergantung dari pelanggaran yang dilakukan.
G. DERAJAT SANKSI
Sanksi terhadap hakim yang melanggar KEEPH adalah:
1. Sanksi ringan terdiri atas:
• Teguran lisan;
• Teguran tertulis; dan
• Pernyataan tidak puas secara tertulis.
2. Sanksi sedang terdiri atas:
• Penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1
(satu) tahun;
• Penurunan gaji sebesar 1 (satu) kali kenaikan gaji
berkala paling lama 1 (satu) tahun;
• Penundaan kenaikan pangkat paling lama 1 (satu)
tahun;
• Hakim nonpalu paling lama 6 bulan;
• Mutasi ke pengadilan lain dengan kelas lebih
rendah; dan
• Pembatalan atau penangguhan promosi.
3. Sanksi berat terdiri atas:
• Pembebasan dari jabatan;
• Hakim nonpalu lebih dari 6 (enam) bulan sampai
dengan 2 (dua) tahun;
• Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat
lebih rendah untuk paling lama 3 (tiga) tahun;
• Pemberhentian tetap dengan hak pensiun; dan
• Pemberhentian tidak dengan hormat.
11
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
Asalamualaikum warohmatulohi wabarokatuh. Pak
Suparman yang saya hormati, terima kasih moderator.
Rekan-rekan para hakim tinggi yang saya muliakan
tiada kata yang patut terucap pada siang hari ini selain daripada
ungkapan puji syukur kehardirat Allah SWT, yang mana berkat
curahan kasih sayangnya kepada kita sekalian sampai pada detik
ini kita masih diberi kesehatan masih diberi waktu untuk duduk
kita sharing pada siang hari ini. Bapak Ibu yang saya muliakan
baik Ketua Mahkamah Agung, Wakil Ketua KY, Pak Djaja dan
Pak Parman saya kira sudah menyampaikan beberapa hal yang
sangat penting dalam acara kita pada pagi hari ini. Nah tentu
saya mohon maaf nanti kalau ada banyak yang terulang, jadi
makin diulang tentu makin lancar jadinya.
Bapak, Ibu serta Saudara-Saudara yang saya muliakan,
saya tidak akan mengulang hanya sedikit saya mendengar tadi
karena pak Parman baru dari Manado menghadiri konferensi
para advokat bahwa ada kemajuan. Tapi ibu, bapak, hati-hati
jugalah karena kenapa? Banyak melaporkan hakim itu pakai
cara. Ini saya sampaikan kepada rekan-rekan para hakim
supaya hati-hati jangan sampai tadi sebagai bukti lantas nanti
istilahnya main golf nanti dilaporkan juga jadinya. Mungkin
sudah diberikan contoh satu, ada rekan kita maaf ini kalau
saya katakan karena kebiasaan sebagai hakim. Ada rekan kita
yang enak saja menerima pengacara dia berceritalah dia tidak
tahu bahwa didepan kantongnya ini ada rekaman yang dimiliki
H. Abbas Said, S.H., M.H.
12KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pengacara dia tidak tahu dia berceritalah tentang ini tentang
itu dan sebagainya lah. Kemudian pengacara ini melaporkan
apa yang ada didalam rekaman yang dimiliki oleh si pengacara
tersebut.
Setelah itu kami turut periksa apa yang direkaman ini
beda dengan saksi pemeriksaan. Kesimpulannya saya tanyakan
sama yang bersangkutan, baiklah biar kita tidak memperpanjang
lebih baik mau engga kita perlihatkan rekamannya ini? Jadi dia
sambil ngomong A rekamannya B jadi disitu semuanya jelas.
Antara lain contoh saya tidak akan sebut darimana bagaimana
perkaranya anda tidak menang, habis saya ini ketua majelis
tapi Pak KPN ini ngambil perkaranya lantas waktu musyawarah
saya engga dilibatkan hanya yang perlu dilibatkan coba begitu
disampaikannya. Ketika diperiksa apa katanya tidak, saya kan
ketua majelisnya masa ketua PN mau mengambil perkaranya. Ini
kan musyawarah, hasil bulat. Jadi tidak ada dissenting opinion
(DO) siapa yang membuat ini nya kesatu.
Nah coba padahal direkaman sudah jelas semuanya, sudah
terima CD-nya ada mobil yang dipinjam sebagai jaminan sudah
sekian lama belum dikebalikan jadinya. Apa boleh buat didalam
bahasa agama disebutkan “inasamtun asamtunbi anfusikum
waiasatum falha” jika anda berbuat kebaikan, kebaikan yang
anda buat tidak akan kemana-mana dia akan mencari anda
kebaikan itu tapi kalau anda mendholimi orang, membohongi
orang, dongengi orang dan sebagainya tunggu jangan lari. Jadi
jangan pernah mengharap menanam pisang dapat durian, itu
tidak mungkin jadinya. Perbuatan dari yang bersangkutan saya
kira mungkin bapak ibu sudah tahu, sudah di MKH saja jadinya
kasihan andaikata kita sudah punya jam terbang ya kira-kira
sudah sampai di ufuk barat harus diberhentikan walaupun ada
13KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
istilahnya dengan hormat diatas permintaan sendiri kasihan
jadinya.
Kita sudah memupuk karier dari bawah dia juga yang
menyidangkan gugatan cerai umpamanya, maunya saya kalau
sudah ada niat mau nampung perempuan tersebut nantinya,
pada putusan tolonglah tarik ini ada kerendahan sedikit
bilang sama pak ketua “pak ketua jangan saya lah pak tapi ya
kenikmatan sedikit saya tinggal hasilnya” nanti kira-kira gitu ya.
Bilang perkara putus karena cerai, ketika belum perkara putus
belum cerai. Nah ini mohon maaf jangan sampai diikutilah kalau
kita biasanya pulang kantor jam 16.00 atau 16.30 Mahkamah
Agung jam 16.30 resmi jam kantor. Tapi justru rekan kita
yang dinanti-natikan, diimpi-impikan ini datang pada akhir-
akhir pulang kantor. Apa yang terjadi dikamar ditempat hakim
tersebut? silaki-laki mengaku sekitar hanya luar-luarnya saja, si
perempuan ngaku yang sampai itu-itu juga jadi. Masa dikantor
sampai demikian jadinya apa engga ada tempat yang terhormat
yang lebih bagus lagi kalau emang mau kira-kira.
Ini jangan coba diikuti yang demikian, ada lagi rekan kita
lagi begitu juga cerai jadinya kan. Setelah selesai dia ditangani
ini-ini ketika dia mau itu, dia coba bikin aturan baru kita nikah
dulu. Dinikahi lalu untuk kerja demikian, apakah seorang hakim
pantas yang demikian punya ilmu kok mengajarkan yang tidak-
tidak jadinya. Untuk kita nikah dulu setelah sidang habislah
dia jadinya kan, nah ini untuk menghalal kan supaya terhindar
jadinya ini perilaku jelas perilaku menyimpang jadinya. Jadi
bapak, ibu, saudara-saudara yang saya muliakan, tentu bapak
bertanya. Ini Si Abas kok ceritanya sekarang seperti tidak pernah
bikin macam-macam. Nah itu, begitu kira-kira saya sampaikan
pada pimpinan Mahkamah Agung. Ketika kita sakit, ketika kita
14KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
satu kolam renang saya tidak bisa melihat diantara kita siapa
yang bagus gaya renangnya apa gaya kupu-kupu, gaya punggung,
gaya dada, gaya bebas, karena kenapa? ya sama-sama sibuk
sama-sama banyak perkara.
Kalau saya waktu itu 8 majelis, saya kira paling banyak
Majelis di Mahkamah Agung ketika saya. Saya paling banyak
jadinya, saya majelisnya pak Parman dengan pak Andrioto
pernah menyelesaikan perkara 270 satu bulan perkara putus,
karena memang ke Pak Parman engga bisa macam-macam.
Coba bapak ibu saudara sekalian yang saya muliakan tapi tentu
kita berharap agar supaya jangan cepatnya yang sangat perlu,
tapi juga artinya. Saya coba berikan contoh ada putusan ya saya
berikan contoh, karena tadi kan yang ini Pak Parman umumya.
Saya akan berikan contoh temuan-temuan dari laporan yang
disampaikan oleh para yustisial para pencari keadilan. KY tidak
hanya memeriksa laporan dari pada yustisial pencari keadilan,
yang dikoran juga, yang di televisi juga, dan sebagainya.
Itu semua diolah semuanya mungkin saya ingatkan sedikit
bahwa sekian ribu laporan tersebut yang mungkin paling banyak
8% yang ditindak lanjuti oleh KY. 8% itu diantaranya minta
konfirmasidaripadapelaporuntukmelengkapilaporannyadan
kemudian kepada terlapor kalau memang ada kira-kira hal yang
patut diperiksa.
Jadinya dari sekian itu mungkin bapak ibu lihat sampai
bulan Juli kemarin itu, ada yang sampai ke MKH ada 2 kemudian
ada 8 mungkin yang tertunda ada 2 yang tertulis. Satu yang
diberhentikan dengan hormat dengan keputusan sendiri satu
yang dinonvalidkan setahun mungkin ya. Jadi bapak-bapak ibu-
ibu saudara sekalian yang saya muliakan, ada putusan yang saya
kasih garis besarnya. Karena waktu sangat singkat ada putusan
15KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pertimbangannya onslah, nah kira-kira begini pertimbangannya
menimbang bahwa dari fakta persidangan baik dari keterangan
saksi maupun dari alat bukti lainnya maka dakwaan itu telah
terbukti dengan jelas dan meyakinkan. Namun perbuatan
tersebut bukan perbuatan pidana. Oleh karena itu melepaskan
terdakwa dari tuntutan hukuman ontslag itu kira-kira.
Kemudian mengadili misalnya menyatakan terdakwa
tidak terbukti bersalah. Sebelum penentuan tender tentang
proyek PAM ini terlebih dahulu sudah masuk diruangannya
sesi terdakwa tersebut. Oleh karena itu mengadili mengabulkan
kasasi jaksa mengadili sendiri yang membatalkan putusan Judec
Factie. mengadili sendiri yaitu menyatakan terdakwa terbukti
melakukan tindak pidana korupsi menjatuhkan pidana dengan
pidana penjara selama 4 tahun dan seterusnya. Bapak coba
bayangkan saksi but indira tersebut tidak pernah diperiksa baik
oleh polisi, oleh jaksa, ataupun dipersidangan dipengadilan tidak
pernah diperiksa. Darimana Judex Juris mengakui pertimbangan
demikian? saya sampaikan kepada pimpinan Mahkamah Agung
ketika itumasihPakArifinkemudiandibacasetelahdibacako
bodo amat ini begini ya, lantas beliau panggil juga Pak Djoko
kemudianbeliaudatangjugajadinyakan.NahPakArifinbilang
ini-ini “ah pak Abbas ini masa mau cari salah-salahnya aja”
setelah dibaca apa kata beliau yang terlontar dari bibirnya jujur
saja tanpa didasari ilmu begini Pak Abas katanya.
Kesimpulan mereka mengatakan sama saya walaupun
survei kan tidak kewajiban saya survei saya bilang kan tidak
pernah diperiksa. Saya coba lihat muncullah dengan hati
memeriksa, kebetulan satu majelis dengan saya lain kali kalau
baca cermat teliti saya bilang. Ada perkara lagi gugatan hal yang
konfensi dalam pertimbangannya menimbang, bahwa adapun
16KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
rekonversi dan sebagainya tolak rekonversi dan sebagainya. Saya
tanya sama yang bersangkutan darimana saudara dapat gugatan
rekonversi? ada Pak, dimana? ini Pak digugatannya coba tolong
bacakan lantas mereka bertiga kenapa tidak ada. Tidak ada
ada itu darimana? apa alasannya? alasannya apa ini pak ketua
majelisnya ini meninggal pak jadi ada perkaranya kurang lebih
20 diserahkan kepada majelis kami Pak. Oh jadi mau beralasan
bahwasanya bapak-bapak ini karena banyak perkara sehingga
demikian.
Supaya jangan panjang cerita saya ingatkan sama globio,
menurut orang bijak orang yang baik itu bukan orang yang tidak
pernah berbuat kesalahan. Orang yang baik menurut orang
bijak adalah orang yang pernah berbuat kesalahan, menyadari
kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulangi. Maaf senior
tolong lain kali jangan copy paste saya bilang. Maka bapak-bapak
ibu-ibu jangan terlalu percaya pada panitera pengganti, bapak
periksa kembali baru taking karena tanggung jawab putusan
ada pada majelis bukan pada penitera pengganti bukan kepada
tekering. Bapak dan Ibu Saudara sekalian banyak sebenarnya
saya sudah kumpulin permasalahan-permasalahan yang didalam
putusan-putusan ini.
Tentu kita berharap apa yang tadi disampaikan oleh pak
Parman bahwasanya sudah mulai banyak kebaikan, alhamdulilah
itu lagi tahapan bagaimana agar ke Mahkamah Agung punya
rencana 25 tahun yang akan datang tercipta lazim dan agung
mudah-mudahan. Jadi bapak ibu saudara-saudara sekalian
jangan sampai ada lagi rekan-rekan yang berlindung lagi.
Kenapa begini? takut dipanggil KY, jadinya kaya KY itu
bisa membatalkan putusan engga! jadi jangan beralasan kalau
memang andaikata orang tersebut tidak terbukti kenapa harus
17KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dihukum begitu pun sebaliknya kalau memang terbukti kenapa
harus dibebaskan.
Saya kira mengenai strafrecht tadi Pak Djoko sudah
singgung jadi memang ini bukan masalah baru. Masalah
strafrecht tergantung dari rasa keadilan para hakim tersebut.
Jadi Hakim yang di Irian dengan hakim di Jakarta serta hakim di
Aceh, kalau andaikata ada orang pakai koteka didaeran Merauke
sana jalan-jalan ditengah umum saya kira engga bisa dipidana.
Tapi andaikata mungkin di Jakarta dia jalan-jalan tanpa pakaian
hanya pakai koteka saja bisa dijadikan perkara. Disinilah letaknya
hakim bisa menggunakan hal-hal yang meringankan mungkin,
jadi perkara tapi mungkin hukumanya tidak bisa disamakan. Jadi
memang bukan masalah baru masalah disparitas pemidanaan ini
saya kira, karena sistim kita beda dengan sistem negara-negara
lain itu agak beda.
Bapak dan Ibu Saudara-Saudara yang saya muliakan,
tentu harapan kita kepada semuanya, ini saya hanya akan
menyentuh batin kita. Sebenarnya masalah kode etik ini jujur,
adil, semuanya integritas tinggi, rendah hati, profesional yang
10 point tadi saya kira bagi para hakim bukan masalah baru.
Di KY juga bapak ibu pakai ada cakra yang melambangkan
demikian itu sudah hafal mestinya. Bapak wakil gereja juga para
pendeta juga mengajarkan supaya kita berbaik, bapak di masjid
juga mengajarkan tetapi sampai sekarang masih ada diantara
kita masih kurang imannya kita masih kurang percaya. Tapi
alhamdulillah kita yang hadir sekarang ini bersyukur untuk
sampai detik sekarang ini, alhamdulilah belum dibukakan aib
kita oleh Tuhan. Mungkin daripada kita banyak yang berbuat
lebih jelek dari pada yang tertangkap tapi kebetulan tuhan masih
selamatkan kita untuk memberi kesempatan instropeksi diri kita
18KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
masing-masing.
Coba Bapak Ibu renungkanlah ada rekan kita di Bandung
diadili, hakim PAI juga tertangkap di Semarang, juga tadi
disinggung oleh pak Parman juga ketangkap. Kalau Tuhan mau
kenapa sih semua-semua kita yang berbuat hampir mirip-mirip
begitu, kenapa tidak ketangkap semuanya. Kesempatan kita
dalan agama disebutkan cobalah instropeksi diri kita masing-
masing mumpung Tuhan masih sayang sama kita. Cobalah kita
mulai berangsur-angsur untuk memperbaiki diri lah, saya tahu
tadi Pak Parman sudah singgung sebenarnya masalah-masalah
penilaian pada panitera itu teknik kuno. Jadi memang banyak
yang salah gunakan biasanya para panitera, para calo, dan banyak
yang salah gunakan ini. Ini untuk pak hakim untuk inilah maaf
jaksa juga demikian macam mana itu pak ketua mau berangkat,
dikasihlah dia tapi tidak sampai ke ketua majelisnya itu banyak
lah pengalaman-pengalaman yang demikian.
Tapi sudahlah marilah kita coba menata diri kita bagaimana
indahnya andaikata, kita dimana-mana dihormati. Jadi ketika
saya baru SK nya 69 tapi 68 masih golongan dua, kalau saya
berdiri didepan terminal untuk naik angkot masih orang hormat.
Karena kebetulan pakai pangkat sedikit pangkat pengayoman
masih dihormati jadinya. Maunya saya kembalilah seperti model
lama tapi sekarang coba kita lihat, ada putusan hakim macam-
macam ceritanya. Oleh karena itu coba kita berangsur-angsur
menata diri kita sekalian, dan apa yang akan nanti kita diskusikan
bapak-bapak bisa tularkan kepada rekan-rekan para hakim. Ya
kalau bapak-bapak hatiwas hakim tinggi pengawas ke daerah,
sampaikanlah jangan nanti nunggu 1 Januari baru memperbaiki.
Sekarang kita berangsur-angsur karena saya takutkan begini ya!
mungkin sebagian diantara kita yang masih kurang yakin.
19KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Saya bawa ke agama lah coba bayangkan maaf yang
non muslim yang Kristen. Coba lihat! bayangkan ketika Jibril
datang kepada Maryam apa kata Jibril kepada Maryam “wahai
Maryam engkau akan mendapatkan putra”. Apa kata Maryam
“bagaimana caranya saya dapat putra?” sedangkan saya
sentuh laki-laki pun tidak pernah.
Coba bayangkan ada orang kawin sudah sekian tahun
tapi tanpa dikaruniai anak, ada orang tidak kawin tapi kenapa
bisa punya anak perempuan. Coba lihat siapa yang kira-kira
mengatur, itu berarti ada kekuasaan yang mengatur. Jadi pada
struktur tadi bagaimana didalam islam menghormati Maryam
yang melahirkan Nabi Isa AS.
Saya ambil contoh lagi Nabi Ibrahim, kalau kita menguji
tentang kita saya tentu menyentuh agama banyaknya. Coba
ketika Nabi Ibrahim mencari Tuhannya. dilihatnya bapaknya
membuat patung kemudian hampir disamakan dengan Ka’bah.
Jadi Ibrahim berpikir masa ini mau disembah ini kan Bapak
saya yang bikin. Kesimpulan ini diturunkan setelah diturunkan
diketahui oleh bapak Nabi Ibrahim, Ibrahim menurunkan
diusirlah Ibrahim untuk meninggalkan tempat tersebut. Ketika
Ibrahim melihat malam hari ada bintang, oh itu Tuhan saya
kecewa ditengah malam. Kemudian melihat bulan terang dia
kecewa juga karena subuh hari sudah hilang bulannya. Dan di
siang hari dia melihat terang benderang matahari tapi di sore
hari matahari ditelan bumi.
Cobalah bayangkan Nabi Ibrahim masih agak ragu juga
bertanyalah Nabi Ibrahim sama Tuhan jadinya. Apa kata Nabi
Ibrahim sama Tuhan dalam surat Al-Baqoroh “Wahai Tuhan
bagaimana Engkau akan menghidupkan orang yang sudah
mati Tuhan? jangankan yang seribu tahun lalu, nenek saya
20KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
aja baru 50 tahun lalu sudah tidak ada tulang belulangnya
sudah bersatu dengan tanah Tuhan”. Lantas Tuhan dengan arif
mengatakan “wahai Ibrahim apa kamu belum percaya” saya
percaya Tuhan tapi agaknya kurang mantap. Nah itulah gangguan
iblis setan kalau begitu baiklah Ibrahim ambil empat ekor burung
kemudian burung tersebut kamu cincang halus-halus perekor
kepalanya kecil begini cincang halus-halus kemudian empat
ekor engkau jadikan satu aduk dan letakanlah dibukit sana satu
onggok, dua onggok, tiga onggok, empat onggok. Wahai Ibrahim
panggilah emapat ekor burung yang telah engkau cincang halus-
halus dan engkau jadikan satu dan engkau letakan di empat
tempat. Wa’damu analloha bidunhakim dengan kekuasaan
Tuhan empat ekor burung tersebut terbang sebagaimana
sediakala lantas bersujud Nabi Ibrahim Engkaulah Tuhan yang
saya sembah.
Jadi apakah tidak mungkin rekan-rekan kita yang kena
musibah ini bisa suatu waktu Tuhan limpahkan kepada kita.
Bisa saja kalau kita terus-menerus tidak mau sadar, tidak mau
insaf, tidak mau sedikitpun instropeksi diri kita sekalian. Bagi
yang pernah ke bukit Tursina, coba bayangkan ketika Nabi
Musa berada dibukit tursina ketika itu congkak juga Nabi Musa.
Jadi apa kata Nabi Musa “wahai Tuhan nampakan wajahmu”
lantas Tuhan mengatakan “hei Musa niscaya kau tidak bisa
menampak wajahku”. Kemudian singkat cerita dan Allah SWT
mengatakan arahkan wajahmu dibukit Tursina. Sepintas kilat
ada gaya kilat bukit Tursina dalam tafsir As-mibah terangkat dan
meledak. Jadi Nabi Musa barulah jatuh tersungkur Nabi Musa
mengatakan “Engkaulah Tuhan ku”.
Semua kejadian ini saya kaitkan dalam bahasa agama
karena kenapa? Saya kira semua orang beragama Islam sudah
21KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dari kecil mengaji. Sudah mendengar dari gurunya, dari kotbah.
Kode etik juga sudah dicakrakan baik di KY maupun yang lain
sudah ada semuanya tinggal kita mau mencoba menatanya.
Saya sangat sedih jika ada seorang hakim yang kena sanksi,
saya paling sedih karena kebetulan saya kurang lebih 42 tahun
jadi hakim 5kali jadi capres, sekali wakil, kedua kali jadi KPT.
Jadi kalau ada rekan hakim yang kena sanksi aduh saya kasihan
sekali.
Oleh karena itu marilah kita coba instropeksi mudah-
mudahan Tuhan selalu bersama kita.Jujur menilai diri kita, jika
kita pernah berbuat salah kenapa kita tidak mengakui bahwa
saya salah, tuntunlah saya kejalan yang Engkau ridhoi.
Karena bapak-bapak sudah memiliki, sudah mengantungi
tanda cakra, sudah dipakai semuanya, tapi masih ada rekan kita
yang ketangkap coba bayangkan ketangkap akhirnya. Hanya
kebetulan kita ini termasuk orang yang disayangi Tuhan, belum
dibuka aib kita. Kalau Tuhan mau saya kira gampang bagi Tuhan
untuk membuka semua ini.
Saya kira itu pengantar saya mengenai kode etik, tolonglah
disampaikan kepada rekan-rekan. Jangan bosan menyampaikan
kepada rekan-rekan ditingkat peradilan negeri, jika gaji kita
sampai hari ini hanya cukup untuk 25 hari atau satu bulan kita
terimalah. Jadi apa yang anda peroleh, syukurilah. Mudah-
mudahan apa yang diperjuangkan Mahkamah Agung bersama
KY, seperti apa yang disampaikan pak Djaja, mudah-mudahan
bulan Januari naik seperti impian kita. Jadi walaupun nanti gaji
kita kata pak Djaja tadi 57 juta katanya untuk KPT, 30 sampai
sekian untuk hakim tinggi. Tapi namanya manusia tidak pernah
puas jadinya.
Oleh karena itu ketika Adam dilahirkan oleh Tuhan maka
22KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tuhan mengatakan “wahai malaikat, iblis dan jin bersujudlah
engkau kepada Adam”. Malaikat mengatakan dia tunduk dan
langsung bersujud, tapi iblis dan setan mengatakan saya lebih
mulia dari pada Adam saya dari api Adam dari tanah. Keluarlah apa
yang diminta setan dan iblis “wahai Tuhan jangan engkau usik”
jadi sampai dunia ini kiamat setan dan iblis akan menggodanya.
Tergantung keyakinan kita untuk menghadapinya. Jadi saya kira
kalau andaikata Tuhan menjadikan kita semua baik tak susah
bagi Tuhan, demikian pula kalau menjadikan kita jahat tidak
susah bagi Tuhan.
Mudah-mudahan bapak bisa ngambil hikmah dari pada
cerita saya ini karena kalau saya ajarkan tentang jujur adil bapak
lebih hafal dari saya, saya kira. Tapi yang penting bagaimana
amalannya, itu mohon maaf jika kiranya bapak ibu sekalian saya
hanya sentuh jiwa kita semuanya, saya sendiri di KY sudah satu
tahun sembilan bulan juga dilaporkan perkara saya dengan pak
Parman, pak Arbioto itu juga dilaporkan. Tapi alhamdulilah jadi
jangan merasa takut untuk dilaporkan karena KY juga bukan
tutup mata memeriksa, dia periksa dia lihat betul tidak laporan
ini. Karena orang salah pasti melaporkannya tidak puas. Jadi
saya kira demikian pengembangan diskusi kita wabilahitofiq
walhidayah Wasalamualaikum warohmatulohi wabarokatuh.
23
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
PERTANYAAN
Ahmad Subaedi
Ada suatu kejadian pak yang sebenarnya menurut saya
juga erat kaitannya dengan Komisi Yudisial. Yakni dengan
adanya hakim ad hoc ditindak pidana korupsi disini sudah jelas
bahwasanya ditindak pidana korupsi itu tatacara persidangannya
Hakim karier selalu menjadi ketua majelis. Namun demikian
hakim ad hoc banyak seperti ini pak, berujung kepada hal-hal
yang tidak semestinya terjadi. Misalnya saja saya menemui
putusan dipengadilan negeri tipikor itu agak aneh sebenarnya.
Tindak pidana korupsi disini terdakwa sudah ditahan tapi majelis
memutuskan bahwa terdakwa dipidana percobaan. Jadi timbul
juga disitu kata-kata bahwa didata tersebut dipotong selama
terdakwa ditahan. Kalau maunya keputusan seperti ini, mestinya
kalau dihubungkan dengan profesi hakim tidak profesional lah
hakim yang demikian.
Jelas otomatis adalah dari hakim karier setelah kami
panggil hakim ketua majelisnya, kadang-kadang tidak hadir
tanpa alasan. Majelis tahu hal ini tapi tidak bisa berkutik ini
semua kemauan daripada para anggota hakim ad hoc. Sehingga
kalau divoting 2 banding 1. Walaupun ad hoc tapi hal yang seperti
ini memang diketahui sedang dalam TO Pak. Apakah masih
perlu bahwa jumlah hakim menempati hakim ad hoc daripada
hakim karier dalam memutus suatu perkara. Sedangkan kalau
kita amati para hakim ad hoc maaf pak banyak yang kurang
mengerti tatacara persidangan bahkan mungkin ad hoc juga
kurang menjiwai. Sehingga banyak hal-hal yang terjadi dalam
Tanya Jawab
24KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
persidangan menyimpang daripada ketentuan-ketentuan yang
seharusnya. Namun putusan itu pasti nanti ujung-ujungnya
putusannya merupakan tanggung jawab daripada majelis.
Sehingga ketua majelisnya menjadi beban yang berat. Saya kira
itu saja barangkali terimakasih
JAWABAN
Suparman Marzuki
Terimakasih ibu bapak sekalian atas responnya yang sangat
baik. Komisi Yudisial sangat menghargai keputusan Mahkamah
Agung terhadap kode etik tentang perilaku. Hanya saja kalau
kita cermati bapak-bapak, sebenarnya kode etik dengan perilaku
kita itu sangat terkait satu sama lain sangat terkait. Jadi apa yang
dikatakan profesional itu ada juga pada poin-poin yang lain satu.
Sulit sekali memang menentukan batas yang sangat tegas antara
pelanggar hukum acara pelanggaran etika karena sebenarnya
kalau kita kaji poin-poin yang dilarang didalam kode etik tentang
perilaku itu adalah disarikan dari KUHP sebagian dari KUHP
jadi hukumnya sah.
Karena itu kita menganggap bahwa apa yang sudah
diputuskan oleh Mahkamah Agung selain memang harus kita
menghormati sebagai putusan, yang kedua yang lebih penting
lagi kita sudah hampir menandatangani kesepakatan tentang
juplak dari kode etik tentang perilaku. Juklak itu nanti akan
mengakhiri perbedaan pendapat kita mengenai bagaimana posisi
putusan yang telah dinilai atau dianalisis oleh KY terkait laporan
kesepakatan kita dalam ikatan sah pada Mahkamah Agung.
Dan Mahkamah Agung telah setuju, karena pada kenyataannya
Mahkamah Agung telah lama juga melakukan langkah-langkah
25KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pencegahan, penanggulangan sanksi terhadap pelanggaran-
pelanggaran profesionalitas hakim.
Jadi ini sudah berjalan sebetulnya jadi kita sekarang
melegalisasinya dalam bentuk kesepahaman yang kalau tidak
ada halangan tanggal 27 akan ditanda tangani ada 5 atau 4
kesepahaman. 4 kesepahaman antara Mahkamah Agung salah
satunya adalah juplak, kode etik, hubungan perilaku mudah-
mudahan setelah ini tidak ada lagi kontroversi tentang posisi
putusan yang dilaporkan ke Komisi Yudisial karena sudah ada
kesepahaman kita dengan Mahkamah Agung.
Kemudianyangkeduakitabarumulaimelakukanprofiling
hakim baik karier maupun ad hoc. Ad hoc sedang dalam proses
berjalan sekarang, karier sudah kita lakukan profiling. Ini untuk
apa untuk bukan hanya kepentingan kita menyampaikan kepada
Mahkamah Agung didalam rangka promosi atau mutasi kepada
hakim-hakim yang bersangkutan, juga untuk kepentingan KY
sendiri ketika nanti seleksi hakim agung. Jadi kita tidak lagi
buta tentang calon yang bersangkutan. Kita sudah punya track
record-nya nya sejak pertama menjadi hakim siapa keluarganya,
anaknya, kerja dimana dan seterusnya itu sekarang sudah kita
lakukan dan sedang berjalan.
Jadi sudah dapat data kurang lebih 800-an hakim kalau
tidak salah. Jadi masih jauh sekali perjalanannya tapi kita sudah
mulai lakukan profiling. Karena ini juga positif dalam rangka
membantu Mahkamah Agung meningkatkan fungsi kinerja
pengadilan diberbagai tempat. Agar nanti objektifitas proses
promosinya juga bisa berjalan dengan lebih baik.
Hakim ad hoc ini juga sedang kita lakukan, saya sendiri
sudah datang keempat pengadilan dan fokusnya adalah
pengadilan tipikor. sudah menemukanlah sudah punya
26KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
gambaran dari 8 atau 6 atau 4 hakim ad hoc disetiap pengadilan
kemampuan acaranya, kinerjanya, integritasnya.
Kalau saya ada beberapa anggota Komisi Yudisial buat
statement di media masa yang arahnya agar Mahkamah Agung
melakukan evaluasi yang mendasar yang menyeluruh. Bagian
ini didasarkan pada yang sebenarnya akan kita sampaikan pada
Mahkamah Agung. Terutama 80% hakim ad hoc ini berlatar
belakang pengacara pilihan Mahkamah Agung. Itu tidak sama
mencari orang yang relatif yang pengalaman beracara dari
sudut itu tidak clear. Tetapi aspek-aspek non teknis yang
berkaitan dengan background ini tampaknya kurang dicermati
kurang menjadi perhatian. Ini karena waktu yang tersedia yang
diberi Mahkamah Agung terbatas, uang yang disediakan untuk
rekruitmen juga sedikit sementara waktu yang disediakan 2
tahun harus terbentuk ibukota propinsi dan Kabupaten kota.
Kabupaten kota sekarang sekitar 450 yang mendaftar ke
institusi, sementara kita menemukan sebagian itu cari kerja.
Sehingga aspek-aspek non teknis penguasaan hukum acara
itu kurang terperhatikan. nah ini yang sebagian besar masuk
sehingga aneh-aneh meresponnya.
Yang terakhir tadi ada hakim ad hoc disuatu pengadilan
dia pokoknya dissenting apa saja dissenting. Dissenting
membebaskan dissenting aneh-aneh, setelah saya baca
dissenting-nya tidak masuk akal saya bilang. Hari ini masuk
Kompas koran kata Pak Djoko sudah dipindah ke Papua, saya
kira kalau dia sehat mundur pastinya ditawarkan di Papua
dengan gaji 13 juta. Saya membayangkan lebih baik angkat
koper pulang kampung dari pada menjadi beban Negara. Tetapi
perlu dipikirkan apakah dibuka di setiap Propinsi dan Ibukota
Kabupaten itu sudah tepat.
27KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Saya sudah bilang hari ini di Kompas, Pak Djoko sudah
melangsir kemungkinan regenerisasi semua pilihan itu ada resiko.
Regenerisasi resiko biaya iya. karena harus menghadirkan saksi
dan sebagainya dari ibukota Kabupaten ke Propinsi atau dari
Desa ke Propinsi itu butuh biaya. Tapi ini mesti ditakar dengan
kebutuhan kita menjaga integritas pengadilan kalau ini ingin
menjadi penting dan utama. Berarti biaya-biaya seperti itu saya
kira sudah ada gagasan dari Mahkamah Agung terorganisasi.
yang kedua tidak akan menerima calon-calon ad hoc yang punya
background tertentu. Ini sebetulnya adalah langkah maju dari
Mahkamah Agung yang Komisi Yudisial relatif setuju dengan
pantangan.
Nah mengenai bapak dari PT Medan tadi betul ada pengadu-
an pak, dan saya memahami rasio hakim kita “jomplang” bahasa
jawanya. Ada ditempat tertentu itu sidangnya sedikit karena itu
Komisi Yudisial menyampaikan bahwa remunerasi untuk hakim
itu tidak tepat. Karena itu tunjangan kinerja sementara setiap
PNG itu beban tugasnya berbeda-beda, ada PNG yang benar-
benar sebulan seminggu itu belum tentu ada siding. Tapi ada
yang bernapas aja tidak sempat ditunggu disana ditunggu disitu
sidang, sampai efeknya keterlambatan-keterlambatan karena
anggota ini masih ketua di Majelis yang lain dan seterusnya dan
sebagainya.
Jadi efeknya memang kemana-mana, jawabannya tentu
rasio ini harus didorong agar lebih rasional di PNG yang
sidangnya sedikit perkaranya sedikit tentu harus terorganisasi.
Mestinya tadi saya kira Pak Cicut sudah dengarlah
bukan berita baru ini berita lama. Dan bapak-bapak sendiri
pernah KPNG dan mungkin sekarang masih KPT tentu sudah
menyampaikan wawasannya. Ad hoc ini saya sudah singgung
28KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
mudah-mudahan segera ada jawaban tentang ini. Karena kalau
tidak ada langkah lagi buat kita oleh Mahkamah Agung, saya
khawatir terulang peristiwa-peristiwa ini dibeberapa tempat.
Karena gejala-gejalanya tanda-tandanya ada, saya tidak berharap
terjadi ada seperti ini yang baru tetapi tanda-tandanya ada. nah
kalau ini terjadi lagi tamatlah citra pengadilan kita, dan satu hal
bapak ibu untuk yang di Semarang itu terus terang saja kariernya
juga cukup aktif saya tahu persis. Ini meskipun cuma satu orang
itu tetapi kan efeknya buruk sekali.
Oleh karena itu sekali lagi tugas kita bersama bapak ibu
terutama bapak-bapak yang di PT, karena juga ada hakim ad
hoc di PT kita belum sempat sentuh disitu. Nanti suatu saat kita
akan ke pengadilan tinggi untuk mem-profiling juga bagaimana
add hoc ditingkat pengadilan tinggi. Itu jangan-jangan kurang
lebih juga sama dengan yang dipengadilan negeri. Kalau ada
data-data, tidak usah sungkan-sungkan bapak bisa sampaikan
dan kami jamin itu kerahasiaan. Bapak bisa telpon saya atau
siapapun kalau pengin ketemu kami yang dating, tidak perlu
repot-repot bapak harus ke Jakarta. Saya dengan PN Semarang
berkat komunikasi bilang saya yang ke Semarang.
Saya memperoleh data yang cukup akurat yang berujung
pada kejadian 17 Agustus itu sebenarnya sesuatu yang tidak saya
inginkan. Nah itu saja respon saya bapak-bapak sekalian forum
ini tidak bermaksud untuk menuntaskan semua masalah kita.
Tapi dengan begini kita banyak sharing kita bertukar pikiran,
segala masalah akan ada titik terangnya untuk kita perbaiki
sama-sama.
29KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Abbas Said
Saya kira temuan yang ditemukan dan didengar jangan
dilanjutkan, kalau memang sidangnya satu orang jangan sampai
dibuat di berita acara berbeda itu manipulasi namanya. Tolonglah
jangan sampai dibantu orang ngomong A ditulis B argumennya
orang satu ditulis majelis. Demikian itu sedangkan yang dari
Pontianak kalau memang demikian tadi aturannya, tolonglah
ketua majelisnya konsekuen, dissenting opinion (DO),h jangan
sampai nanti juga ikut-ikutan fatal jadinya. Dulu ketika saya
masih aktif di Mahkamah Agung, saya pernah mengusulkan
agar supaya rekan-rekan para hakim karier pejabat umum
dibidangnya jangan nampakan paling jeleknya dulu.
Sehingga ketika saya usul begini, karena orang menganggap
seakan-akan yang nonkarier lebih hebat dari karier. Oke kita uji
satu majelis satu majelis dia bertiga kita uji, Pak Basyir bilangnya
jangan begitu Pak Abbas musti harus ada yang nonkarier juga
makanya dicampur jadinya. Maunya saya agar masyarakat bisa
menilai siapa sebenarnya yang kompeten masalah-masalah
hokum. Tapi pada waktu itu pak Basyir bilangnya dicampur aja.
Mohon maaf begitu juga tentang hakim ad hoc ini sebenarnya
model lama untuk saya. Kalau dulu ada Mahmilub, ya Mahmilub
diambil hakim sipil hakim umum ini untuk dulu sebagai hakim
dikasih pangkat mereka Mayor. Sesuai dengan pangkat setelah
selesai perkara tersebut dia pulang lagi, jangan seperti sekarang
permanen lima tahun. Dan menurut saya waktu saya rapat saya
sampaikan bahwasanya ini pribadi ya bukan KY. Bahwa ada rekan
kita pendapatnya sekarang kalau 5 tahun dia masuk dihakim
karier kalau pidana dengan asas hidup dia pun hafal itu pasalnya
dia hafal pasal berapa karena lama bekerja. Jadi saya minta
30KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kepada para tipikor bolehlah ambil hakim ad hoc khusus tapi
pajak perbankan. Karena memang banyak hakim negara yang
tidak menguasai masalah hukum, tapi setelah selesai perkara
kembalikan dia kembalikan kepada institusi yang bersangkutan
dan gajinya tetap digaji kepada institusi tersebut.
Kenapa tidak ditingkatkan hakim karier ini pengetahuannya
terutama integritas dan moralitasnya yang terpenting. Karena
pak Parman mengatakan kalau ilmu bisa ditambah, tapi semua
gaji-gaji dari mereka yang sekian milyar itu dibebankan aja
kepada hakim karier yang sudah di upgrade tadi pada awalnya.
Nah ketika saya mengajar di Tipikor tetap saya pada prinsip
demikian, tentu kita mengharapkan bapak-ibu semuanya ini
tunjukanlah kalau kita punya kualitas lebih baik. Tunjukan pada
mereka, jangan juga kita larut diajak sedikit kedip mata diam aja
berarti setuju. Jadi cobalah tunjukan, memang siapa sih yang
tidak suka uang, maaf saja sedangkan yang namanya disimpang
empat itu maaf ya yang ditempat macet pasti minta sedekah.
Masa kita juga seperti itu, jadi pakai malu lah sedikit.
Jadi bapak, ibu, saudara sekalian saya sangat terusik
dengan masalah mutasi-mutasi ini. Ketika saya masih di KPN
sudah kita pertimbangkan mutasi-mutasi tersebut. Tapi tentu
secara umum ada kelemahan-kelemahan, yang lebih dikenal
cepat diingat daripada yang tidak dikenal. Ketika itu KPN-nya
seperti Pak Muliana dan Pak Basyir, kemudian wakil ketua ada
beberapa orang, kemudian hakim agungnya saya dengan Pak
Imam Hariadi berdua jadi hakim waktu itu. Saya kira ketika itu
karena kita dari panitera pengganti kemudian jadi hakim, jadi
kita tahu semua kawan-kawan, sehingga kita tahu dekat yang
baik, sekarang saya tidak tahu.
Ini tadi saya bilang ke Pak Cicut tolong diperhatikan
31KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
mereka yang suami istri hakim ataupun pegawai, tolong jangan
dijauhkan tempatnya kalau perlu satu darat. Sehingga mungkin
bisa satu minggu ketemu jangan satu nanti di selatan satu di NTT
karena kenapa mungkin istrinya pegawai pemda. Sehingga dia
tidak pindah, kapan dia pindah berarti keluar. Sudah kita bijak
saja pindahkan suaminya ke Flores. mungkin kira-kira begitu.
Saya tetap berkomunikasi dengan para tim PN ini, supaya
mudah-mudahan hal-hal yang melemahkan tadi masalah ongkos.
Masalah ongkos bayangkan satu di selatan istrinya di NTT ada
satu lagi satu di selatan istrinya di tenggara itukan dia harus naik
pesawat habis dia punya uang. Jadi ini harus dipertimbangkan
minimal satu minggu bisa ketemu. Seperti misalnya satu Jawa
Barat satu di Depok, satu di Subang, tapi jangan satu di Subang,
satu di Kalimantan sendirian.
Masalah mutasi akan sampaikan nanti secara pribadi.
Apalagi pada Undang-Undang No 18 disebutkan mutasi dan
promosi hakim. Demikian terimakasih Asalamualaikum
Warohmatilohi wabarokatuh.
33
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak Pidana KorupsiProf. dr. h. abdul latief, s.h., m.h.
SESI II
35
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
A. Pengantar
Tema sentral (legal issue) di atas dirumuskan upaya
untuk dapat memenuhi harapan Panitia Penyelenggara
Kegiatan Pelatihan Tematik “HUKUM PIDANA KHUSUS”
bagi Hakim Tinggi yang diselenggarakan di Medan pada
tanggal 12 September 2012 . Salah satu tematik “Hukum
Pidana Khusus” yang menjadi pokok bahasan dalam
pelatihan ini adalah tindak pidana korupsi. Permasalahan
materi muatan tindak pidana korupsi memang begitu luas
dan problematik hukumnya yang sangat kompleks, oleh
karena itu Penulis akan membatasi diri pada sub pokok
pembahasan sesuai ketentuan panitia dalam kerangka acuan
kegiatan pelatihan yaitu berkaitan dengan undang-undang
tentang pengadaan barang dan jasa, posisi bawahan-atasan
dalam pelaksanaan DIPA, asset recovery, dan pembuktian
terbalik. Sub pokok bahasan tersebut akan diuraikan secara
runtut dan sistimatik dalam makalah ini sebagai bahan
pengantar dalam diskusi pelatihan tersebut.
B. Undang-Undang Pengadaan Barang/ Jasa
Perundang-undangan Pengadaan Barang/Jasa diatur
dengantujuanantaralainuntukmeningkatkanefisiensidan
efektifitaspenggunaankeuangannegarayangdibelanjakan
melalui proses pengadaan barang/jasa pemerintah, karena
Tindak Pidana Korupsi Prof. Dr. H. Abdul Latif, S.H., M.H.
36TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
itu diperlukan upaya untukmenerapkan prinsip efisiensi
dan efektifitas, transparansi dan keterbukaan, adil/tidak
diskriminatif dan akuntabel serta prinsip persaingan atau
kompetisi yang sehat dalam proses pengadaan barang/jasa
pemerintah yang dibiayai APBN/APBD, sehingga diperoleh
barang/jasa yang terjangkau dan berkualitas serta dapat
dipertanggung-jawabkan baik dari segi fisik, keuangan,
maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan
pelayanan masyarakat (Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 5 Perpres
No.54 / 2010).
Hubungan pengadaan barang dan jasa sangat terkait
dengan pengelolaan keuangan negara yang diatur dalam
UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Dalam undang-undang ini ditegaskan bahwa Presiden
(Kepala Pemerintahan) memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara, sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintah. Pengelolaan keuangan negara ini dikuasakan
kepada Menteri atau pemimpin lembaga yang menggunakan
anggaran negara, serta kepala pemerintahan daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, peraturan-
perundang-undangan pengadaan barang dan jasa mengalami
perkembangan norma hukum yang berlaku yaitu Keputusan
Presiden RI No.80 Tahun 2003 sebagaimana diubah dengan
Keputusan Presiden RI No.95 Tahun 2007 – terakhir
dengan Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan pedoman atau kebijaksanaan
pengaturan mengenai tata cara Pengadaan Barang/Jasa
yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan
tata kelola yang baik, sehingga dapat menjadi pengaturan
37TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
yang efektif bagi para pihak yang terkait dengan pengadaan
barang/jasa pemerintah (konsideran menimbang huruf b
Perpres No.54/2010).
Dalam kenyataan, tidak sedikit kebocoran keuangan
negara yang terjadi dalam praktik sebagai akibat dari
perbuatan pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh
Pengguna Anggaran dengan cara menyimpang dan terbukti
melakukan perbuatan korupsi dari kegiatan anggaran yang
telah ditetapkan dalam UU tentang APBN & Perda tentang
APBD, sehingga dapat diancam dengan pidana penjara dan
denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk itu, tujuan diberikannya pedoman atau
kebijaksanaan pengaturan mengenai tata cara pengadaan
barang/jasa pemerintah dalam Peraturan Presiden tersebut
diharapkan,antaralainyaitumeningkatkanefisiensibelanja
negara, dan percepatan pelaksanaan APBN/APBD. Untuk
mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah kebijaksanaan
yang akan ditempuh Pemerintah dalam pengadaan barang/
jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden tentang
Pengadaan Barang/Jasa, antara lain: (a) Rencana Pengadaan
Barang/Jasa, (b) Penyusunan Rencana Pengadaan Barang/
Jasa, (c) Melakukan Pemaketan Barang/Jasa Kegiatan dan
Anggaran, (d) Pengumuman Rencana Pengadaan Barang/
Jasa, (e) Metode pelelangan (Pasal 22, Pasal 24 Perpres
No.54/2010).
Langkah-langkah pelaksanaan pengadaan barang/
jasa tersebut dilakukan oleh masing-masing Kementerian/
Lembaga/Satuan Kerja Pemerintah Daerah, dan Institusi.
Langkah-langkah ini perlu mendapat perhatian bagi setiap
pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang
38TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya, baik
langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan
negaradapatdikualifikasisebagaitindakpidanakorupsidan
diwajibkan mengganti kerugian tersebut sesuai ketentuan
hukum yang berlaku.
1. Rencana Pengadaan Barang/Jasa
Secara normatif setiap Pengguna Anggaran
(PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) wajib
menyusun rencana umum pengadaan barang/jasa
sesuai dengan kebutuhan pada kementerian, lembaga,
Satuan Perangkat Daerah, Institusi masing-masing
yang meluputi, kegiatan dan anggaran pengadaan
barang/jasa yang akan dibiayai sendiri oleh masing-
masing Kementerian, Lembaga, Institusi, dan atau
yang akan dibiayai berdasarkan kerja sama antar
Kementerian, lembaga, Satuan Perangkat Daerah,
Institusi secara pembiayaan bersama (co-financing)
sepanjang diperlukan.
Rencana umum pengadaan barang/jasa meliputi
kegiatan yaitu (a) mengidentifikasi kebutuhan
barang/jasa yang diperlukan, (b) menyusun dan
menetapkan rencana penganggaran untuk pengadaan
barang/jasa, (c) menetapkan kebijaksanaan umum
tentang pemaketan pekerjaan, cara pengadaan
barang/jasa dan pengorganisasian pengadaaan
brang/jasa, dan menyusun kerangka acuan kerja yang
meliputi uraian kegiatan yang akan dilaksanakan,
waktupelaksanaanyangdiperlukan,spesifikasiteknis
barang/jasa yang akan diadakan, dan besarnya total
perkiraan biaya pekerjaan. Dalam praktiknya rencana
39TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pengadaan barang/jasa ini acapkali dilakukan secara
menyimpang dengan cara membuat kegiatan fiktif,
mengurangispesifikasijenisdankualitasbarang/jasa,
dan keterlambatan waktu pelaksanaan yang tidak
sesuai kontrak.
2. Penyusunan Rencana Pengadaan Barang/Jasa
Penyusunan rencana umum pengadaan barang/
jasa pada kementerian, lembaga, Satuan Perangkat
Daerah, Institusi untuk Tahun Anggaran berikutnya atau
Tahun Anggaran yang akan datang, harus diselesaikan
pada Tahun Anggaran yang berjalan, menyediakan
biaya untuk pelaksanaan pemilihan penyedia barang/
jasa yang dibiayai dari APBN/APBD meliputi biaya
honorarium personil, biaya pengumuman pengadaan
barang/jasa, biaya penggandaan dokumen pengadaan
barang/jasa, menyediakan biaya untuk pelaksanaan
pemilihan penyedia barang/jasa yang pengadaannya
akan dilakukan pada tahun anggaran berikutnya,
mengusulkan besaran standar biaya umumn terkait
honorarium bagi personil organisasi pengadaan
sebagai pertimbangan oleh Menteri Keuangan dan
oleh Kepala Daerah.
3. Melakukan Pemaketan Kegiatan dan Anggran
Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna
Anggaran harus melakukan pemaketan barang/jasa
dalam rencana pengadaan barang/jasa kegiatan
dan anggaran. Pemaketan dilakukan dengan dengan
menetapkan sebanyak-banyaknya paket usaha tanpa
mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat,
kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis. Dalam
40TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
melakukan paket kegiatan barang/jasa, Pengguna
Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran dilarang:
(a) menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan
yang tersebar dibeberapa lokasi/daerah yang menurut
sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya
dilakukan dibeberapa lokasi/daerah masing-masing,
sebaliknya yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya
bisa dipisahkan dan atau besaran nilainya seharusnya
dilakukan, (b) memecah pengadaan barang/jasa
menjadi beberapa paket dengan maksud menghindari
pelelangan, dan atau menentukan kriteria, persyaratan
atau prosedur pengadaan yang diskriminatif dan atau
dengan pertimbangan yang tidak obyektif.
4. Pengumuman Rencana Pengadaan Barang/Jasa
Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna
Anggaran mengumumkan rencana pengadaan barang/
jasa di masing=masing kementerian, lembaga,
Satuan Prangkat Daerah secara terbuka kepada
masyarakat luas setelah rencana kerja dan anggaran
disetujui oleh DPR/DPRD. Pengumuman tersebut
paling kurang berisi, nama dan alamat pengguna
anggaran, paket pekerjaan yang akan dilaksanakan,
lokasi pekerjaan, dan perkiraan besaran biaya yang
kontraknya akan dilaksanakan pada Tahun Anggran
berikutnya. Pengumuman tersebut dilakukan dalam
website pengguna anggaran masing-masing secara
resmi untuk masyarakat luas dalam upaya memenuhi
prinsip keterbukaan dan akuntabilitas (Pasal 23 ayat
(3) dan (4) Perpres 54/2010).
5. Metode Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa
41TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Hal yang mendasar dalam ketentuan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah yang diatur dalam Pasal
35 Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010, antara
lain diperkenalkannya metode pelelangan/seleksi
sederhana, pengadaan langsung, dan konteks/
sayembara dalam pemilihan penyediaan barang/
jasa, selain metode pelelangan/seleksi umum dan
penunjukan langsung atau pengadaan langsung
dan juga mengatur pengaturan kontrak payung dan
kontrak pembiayaan bersama (cofinancing) antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Penunjukan langsung, terhadap 1 (satu)
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya
dapat dilakukan dalam hal keadaan tertentu dan
atau pengadaan barang khusus/pekerjaan konstruksi
khusus/jasa lainnya yang bersifat khusus. Kriteria
keadaan tertentu yang memungkinkan dilakukan
penunjukan langsung terhadap Penyedia Barang/
Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya meliputi
antara lain penanganan darurat yang tidak bisa
direncanakan sebelumnya dan waktu penyelesaian
pekerjaannya harus segera atau tidak dapat ditunda
untuk pertahanan negara, keamanan dan ketertiban
masyarakat, keselamatan perlindungan masyarakat
yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda
atau harus dilakukan segera termasuk: akibat bencana
alam dan/atau bencana non alam dan/atau bencana
sosial, termasuk dalam rangka pencegahan bencana
dan atau akibat kerusakan sarana/prasarana yang
dapat menhentikan kegiatan pelayanan publik (vide,
42TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pasal 38 ayat (4) dan ayat (5) Perpres RI No.54 Tahun
2010) .
Penunjukan langsung dilakukan dengan
mengundang 1 (satu) Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa lainnya yang dinilai mampu
melaksanakan pekerjaan dan atau memenuhi
kualifikasi. Dalam penunjukan langsung ini dapat
dilakukan dengan negosiasi baik teknis maupun
harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan
harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan, kecuali dalam pelelangan
umum tidak ada negosiasi teknis dan harga. Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi yang tidak memenuhi
kualifikasi yang telah ditetapkan adalah merupakan
pelanggaran administrasi yang berakibat mengancam
ketidakabsahan penunjukan langsung tersebut.
Langkah-langkah pengadaann barang/jasa dan
kriteria penunjukan langsung, pelanggaran kontrak
terhadap isi perjanjian dan waktu pelaksanaan, denda,
laporan fisik yang tidak sesuai dengan kenyataan
dilapangan , batas akhir kontrak pekerjaan belum
selesai, seringkali disimpangi oleh Pejabat Pengguna
Anggaran, Penyedia Barang/Jasas Konstruksi dan
Konsultan Pengawas dalam pelaksanaannya, sehingga
problematika hukum yang dihadapi dalam penerapan
hukum tindak pidana korupsi khususnya pengadaan
barang/jasa menimbulkan permasalahan yang perlu
didiskusikan dan dicari solusinya, antara lain:
a. Apabila dalam praktiknya terjadi penyimpangan
terhadap rencana pengadaan barang/jasa yang
43TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
diajukan oleh J/PU ditemukan adanya suatu
perbuatan berupa rencana kegiatan fiktif,
spesifikasijenisbarangyangtidakadaatautidak
sesuai dengan kontrak dan anggaran yang telah
ditetapkan. Apakah dapat dikualifikasi sebagai
perbuatan melawan hukum dan merupakan
tindak pidana korupsi?
b. Penerapan hukum atas perbuatan melawan hukum
formil terhadap perbuatan wanprestasi atas
perjanjian kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPK) pada pengadaan barang/jasa pemborongan
dapat dikualifikasi sebagai pelanggaran hukum,
apakah perbuatan wanprestasi karena tidak sesuai
dengan kontrak bukanlah perbuatan melawan
hukum publik, melainkan perbuatan wanprstasi
yang tunduk pada hukum perdata sehingga tidak
dapatdikualifikasisebagaiperbuatankorupsi.
c. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan tidak dapat
diselesaikan 100% sampai dengan akhir tahun
anggaran biasanya diajukan pencairan dana
100% untuk menghindari anggaran proyek
dikembalikan ke Kas Negara dan apabila
anggaran itu dikembalikan, maka pekerjaan tidak
dapat diselesaikan, tujuan pembangunan untuk
kepentingan masyarakat tidak tercapai, negara
mengalami kerugian. Problem hukumnya adalah
bagaimana solusinya terhadap kasus pengadaan
barang/jasa kontruksi yang belum selesai
dikerjakan 100% sedangkan batas akhir tahun
anggaran berjalan telah berakhir?
44TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Sebagai ilustrasi, Pejabat dan Kuasa
pengguna Anggaran (KPA) menandatangani
dokumen-dokumen yang menjadi dasar
pencairan dana dan pembayaran dana 100%
atas permintaan rekanan berdasarkan Laporan
Berita Acara Pekerjaan selesai 100% yang dibuat
oleh kontraktor pelaksana, konsultan pengawas,
padahal kenyataannya tidak sesuai dengan
kenyataan fisik. Perbuatan menandatangani
dokumen-dokumen yang menjadi dasar pencairan
dana 100% yang tidak sesuai kenyataan fisik
dilpangan berdasarkan RAB, adalah perbuatan
yang bertentangan dengan Pasal 18 (3) UU RI No.
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
dan oleh karena itu haruslah dipersalahkan dan
bertanggungjawab dari akibat perbuatannya.
C. Posisi Bawahan-Atasan dalam Pelaksanaan DIPA
Dalam hal perhubungan hukum dinas publik, posisi
bawahan-atasan mempunyai kedudukan yang sama dan
tunduk pada hukum yang mengatur fungsi dan tugas, serta
kewenangan dan tanggung jawab masing-masing dalam
pelaksanaan DIPA. Oleh karena itu terhadap Pejabat Publik
atau Pegawai Negeri yang menyelenggarakan tugas-tugas
pemerintahan dalam pelaksanaan DIPA untuk kepentingan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat harus mampu
bertanggungjawab secara berjenjang atas penyimpangan
penggunaan anggaran baik tanggungjawab administrasi
maupun tanggungjawab pidana atas adanya kerugian
negara akibat penyimpangan dari pelaksanaan DIPA.
45TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Dalam konteks hukum administrasi perlu diperhatikan
sumber kewenangan yang meliputi kewenangan atributif,
kewenangan delegasian, dan kewenagan mandat masing-
masing berbeda kulitas perbuatan dan tanggungjawabnya.
Dalam praktik acap kali terjadi bawahan dipersalahkan
dan dimintai pertanggung jawaban atas penyimpangan
yang terjadi dalam pelaksanaan DIPA, sehingga dalam hal
terjadi demikian bawahan acapkali mendalilkan bawahan
hanya menjalankan perintah atasan. Dalam Pasal 51 (1) dan
(2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) telah
mengatur ketentuan bahwa “Barangsiapa melakukan
perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang
diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana”.
dan Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan
hapusnya hapusnya pidana, kecuali jika yang diperintah,
dengan itikad baik mengira bahwa perintah diberikan
dengan wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam
lingkungan pekerjaannya.
Perintah dari Menteri dan Gubernur, Walikota/
Bupati kepada Kepala Dinas Satuan Kerja Prangkat
Daerah mengenai hal yang terletak diluar lingkungan
pekerjaannya sebagai pelaksana DIPA, bukanlah perintah
yang dimaksud dalam Pasal 51 KUHP tersebut. Dalam
perkara korupsi sering menjadi alasan bagi terdakwa bahwa
dirinya hanya melaksanakan perintah atasan, berkenaan
dengan alasan ini bagaimana dalam konteks penerapan
hukum khususnya pasal 51 KUHP dalam perkara korupsi?
Dalam pandangan saya, perintah yang dimaksud dalam
Pasal 51 KUHP haruslah suatu perintah yang sah, yaitu
merupakan perintah untuk melaksanakan suatu peraturan
46TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
hukum perundang-undangan dan bukan perintah yang
melanggar atau bertentangan dengan hukum atau peraturan
perundang-undangan, oleh karena itu perbuatan terdakwa
tidak menghapuskan tanggungjawab pidana dari perbuatan
terdakwa.
D. Asset Recovery
Mengacu pada Konvensi PBB Anti Korupsi 2003 dan
telah diratifikasi pada tanggal 18 April 2006 melalui UU
RI No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan Konvensi PBB
Anti Korupsi 2003, di Indonesia telah berlaku beberapa
peraturan perundang-undangan pidana yang berhubungan
dengan “perampasan aset” hasil tindak pidana. Peraturan
perundang-undangan tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Undang-undang RI No. 31 Tahun 1999 yang telah
diubah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
2. Undang-undang RI No. 15 Tahun 2002 yang telah
diubah dengan UU RI No.25 Tahun 2003 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang dan telah dicabut
dengan berlakunya UU RI No.8 Tahun 2010;
Kedua undang-undang tersebut diatas belum
mengatur secara khusus mengenai lingkup pengertian
istilah Asset Recovery sebagaimana yang tercantum dalam
Bab V tentang Asset Recovery dalam Konvensi PBB Anti
Korupsi Tahun 2003.
Pengembalian aset tindak pidana korupsi adalah
salah satu tujuan konvensi tersebut, sedangkan prosedur
serta persyaratan untuk mencapai tujuan tersebut adalah
47TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
persoalan lain yang tidak hanya tergantung dari sitem
hukum yang berlaku di setiap negara, melainkan juga
sangat tergantung dari dipenuhinya beberapa prinsip umum
(syarat-syarat) hukum tentang bantuan hukum timbal balik
dalam masalah pidana, dan bentuk kerja sama internasional
lainnyaolehsetiapnegaraperatifikasi.
Pengaturan ketentuan mengenai penyitaan dan
perampasan aset tindak pidana dalam kedua undang-
undang tersebut terbatas pada dua model perampasan yaitu:
1. Penyitaan terhadap harta kekayaan yang digunakan
untuk melakukan tindak pidana;
2. Penyitaan obyek yang berhubungan dengan tindak
pidana, dan
3. Penyitaan terhadap hasil tindak pidana (belum
diatur secara rinci dan memadai, (termasuk proses
pembuktian terbalik dalam perampasan aset tindak
pidana).
Ketiga model penyitaan tersebut menurut peraturan
perundang-undangan Indonesia ditujukan untuk
kepentingan negara semata-mata dan untuk kepentingan
korban tindak pidana, kedua tujuan ini Indonesia telah
menggunakan. Penyitaan dan perampasan aset tindak
pidana untuk tujuan kepentingan korban ditujukan untuk
dapat memberikan kompensasi kepada korban tindak
pidana (Romli Atmasasmita, 2010: 9).
Seteleh berlakunya UU RI No.7 Tahun 2006 tersebut
Indonesia telah mencantumkan dalam lingkup tindak
pidana korupsi (UU RI No.20 Tahun 2001) yaitu: Perbuatan
memperkaya diri sendiri secara ilegal, Suap terhadap
pejabat publik, dan suap dikalangan sektor Swasta, dan
48TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
penyalahgunaan wewenang (abuse of function), selain
dikenakan pidana pokok juga dapat dikenakan pidana
(tambahan) yaitu perampasan aset sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a UU RI No.31 Tahun 1999,
baik yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi.
Dalam UU RI No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, telah
dicantumkan ketentuan pembuktian terbalik yaitu: Pasal
77, bahwa Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang
pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa harta
kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana;
Pasal 78, bahwa hakim memerintahkan Terdakwa agar
membuktikan bahwa Harta Kekayaan yang terkait dengan
perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak pidana
(korupsi) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf a Undang-undang Pencucian Uang, dengan cara
mengajukan alat bukti yang cukup. Dalam hal diperoleh
bukti yang cukup bahwa masih ada harta kekayaan yang
belum disita, hakim memerintahkan JPU untuk melakukan
penyitaan harta kekayaan tersebut.
Persoalannya, penuntut umum sering menghadapi
hambatan bagaimana cara efektif dan efisien untuk
melaksanakan pembuktian terbalik terhadap asset tindak
pidana (korupsi) dengan melalui tuntutan secara pidana.
Hal ini disebabkan pembuktian melalui jalur kepidanaan
harus terlebih dahulu dibuktikan dengan bukti permulaan
yang cukup mengenai kesalahan tersangka/terdakwa, baru
kemudian dilakukan perampasan asset.
Perampasan aset dalam praktik sering dihadapkan
49TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kesulitan yaitu, tersangka/terdakwa melarikan diri atau
tidak diketahui keberadaannya atau telah meninggal dunia,
kesulitan lain adalah dalam melacak atau menelusuri
perpindahan asset (penguasaan) kepada orang lain
terutama jika dilakukan secara tunai atau ditransfer dalam
hitungan detik dengan teknologi yang canggi. Untuk
mengatasi kesulitan tersebut perlu diupayakan secara
efektif menggunakan pembuktian terbalik dengan tujuan
perampasan aset dengan cara keperdataan tanpa melakukan
penuntutan pidana tehadap tersangka/terdakwa pemilik
asset. Perampasan asset melalui jalur keperdataan adalah,
untuk membuktikan keabsahan kepemilikan seseorang atas
asset yang berasal dari suatu tindak pidana (korupsi), bukan
ditujukan untuk menetapkan kesalahan seseorang.
Praktik penerapan perampasan asset tanpa melalui
penuntutan pidana telah diterima dan dicantumkan dalam
Konvensi PBB Anti Korupsi 2003 termasuk Indonesia yang
telahmeratifikasimelaluiUURINo.7Tahun2006. Oleh
karena itu, selain daripada pertimbangan tidak dilakukan
penuntutan terhadap tersangka dalam perampasan asset
secara keperdataan, juga karena keberadaan asset tidak
selalu pada pelaku tindak pidana, melainkan sering telah
berada dalam penguasaan orang lain atau seseorang yang
tidak mengetahui asal-usul asset tersebut.
Filosofi perampasan asset harus didasarkan pada
pemikiran bahwa tidak ada hak sedikit pun seseorang atas
aset hasil tindak pidana (korupsi). Atas dasar pemikiran
tersebut, maka wewenang perampasan asset tetap melekat
jika kepemilikan aset tersebut merupakan tindak pidana,
atau kepemilikan aset tersebut terkait dengan suatu tindak
50TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pidana. Inti dari kebijakan hukum perampasan asset yang
diperoleh dari tindak pidana korupsi di Indonesia, masih
semata-mata bertujuan mengembalikan dan memulihkan
keuangan negara yang diderita oleh negara an sich, dan
belum bertujuan untuk memutus mata rantai kegiatan atau
aktivitas kejahatan dengan menghentikan sumber kekuatan
kehidupan para pelaku kejahatan yaitu pendanaan.
Sehubungan dengan keberadaan dua model
perampasan asset tersebut, timbul pertanyaan, yaitu sarana
hukum manakah yang harus diutamakan, perampasan asset
melalui kepidanaan atau melalui keperdataan? Pertanyaan
tersebut berkaitan hierarki penerapan dan seharusnya
diutamakan jalur sarana perampasan asset berdasarkan
penuntutan pidana. Jika sarana hukum tersebut tidak cukup
memadai, maka digunakan sarana perampasan melalui
keperdataan.
Sebagai perbandingan, hierarki penegakan hukum
sepan-jang berkaitan dengan perampasan asset tindak
pidana di Inggris, dilaksanakan secara berjenjang yaitu
perampasan asset melalui kepidanaan merupakan premium
remedium, sedangkan sarana perampasan asset melalui
keperdataan merupakan ultimum remedium. Model
perampasan asset ini juga dikenal di Indonesia dewasa ini.
Model perampasan asset menurut Konvensi PBB Anti
Korupsi 2003 tersebut dikenal sebagai perampasan asset
dengan cara keperdataan yang memisahkan secara tegas
antara aspek “pemilik asset” di satu sisi, dan aspek “asset
tindak pidana” di sisi lain. Hal ini berbeda dengan pengertian
asset tindak pidana berdasarkan model perampasan asset
melalui cara kepidanaan. Pengertian istilah “asset tindak
51TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pidana” tersebut membawa konsekuensi hukum dimana
“asset tindak pidana” dipandang “terlepas” pemiliknya
(pelaku tindak pidana) yang telah menguasai (bukan
memiliki) asset dimaksud.
Pemisahan keterkaitan antara “asset” dan “pemilik
asset” dalam konteks perampasan asset tindak pidana
(korupsi) mengandung arti secara yuridis bahwa
“asset” diperlukan sebagai subyek hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan secara pidana atau setara dengan
pelaku tindak pidana, sehingga terhadap asset tersebut
dapat dilakukan perampasan.
Oleh karena itu, suatu catatan penting dari kajian
hukum atas perampasan asset ini adalah bahwa harta
kekayaan hasil dari tindak pidana (korupsi) diakui sebagai
subyek hukum pidana yang dapat dipertanggungjawabkan
secara pidana, bukan semata-mata sebagai obyek
perampasan dan penyitaan dari suatu tindak pidana (Romli
Atmasasmita, 2010:8–9). Perampsan asset yang berasal
dari tindak pidana (korupsi) melalui jalur keperdataan tidak
serta merta melanggar asas “praduga tak bersalah” sekalipun
tidak perlu dibuktikan kesalahan tersangka/terdakwa.
Sedangkan, perampasan asset tindak pidana melalui jalur
kepidanaan harus terlebih dahulu dibuktikan kesalahan
orang yang menguasai asset tersebut sampai memperoleh
putusan yang memiliki kekuatan hukum tetap, jika tidak
demikian maka perampasan asset tindak pidana (korupsi)
E. Pembuktian Terbalik
Undang-undang Tindak Pidana Korupsi menetapkan
“pembuktian terbalik yang bersifat terbatas atau
52TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
berimbang”, terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan
bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi dan wajib
memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya dan
harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap
orang atau korporasi yang diduga mempunyai hubungan
dengan perkara yang bersangkutan, dan penuntut umum
tetap berkewajiban membuktikan dakwaannya.
Dalam penjelasan umum UU RI No.20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa
Pembuktian terbalik ini diberlakukan pada tindak pidana
barutentanggratifikasidanterhadaptuntutanperampasan
harta terdakwa yang diduga berasal dari salah satu tindak
pidana korupsi yang diatur dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4,
Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16. UU RI No.31 Tahun
1999 juncto Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 UU RI No.20
Tahun 2001.
Teori keseimbangan kemungkinan pembuktian
(balanced probability of principles) yaitu pembuktian yang
mengedepankan keseimbangan yang proporsional antara
perlindungan hak individu di satu sisi dan perampasan
hak individu di sisi yang lain atas harta kekayaan yang
diduga kuat dari hasil korupsi. Dengan teori ini, maka
setiap individu dibebankan kewajiban untuk memberikan
pembuktian atas harta kekayaan miliknya yang diduga kuat
dari hasil korupsi. Namun, kewajiban pembuktian ada atau
tidaknya dugaan tindak pidana korupsi adalah ditangan
Jaksa Penuntut Umum (Muh. Muslih, 2007: 29).
Penerapan asas atau sistem pembalikan Beban
Pembuktian di Indonesia ini merupakan salah satu pola
53TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pemberantasan tindak pidana korupsi, yaitu melakukan
suatu akseptasi terhadap sistem Pembalikan Beban
Pembuktian, yaitu suatu sistem pembuktian yang berkenaan
dengan hukum (acara) pidana, yang sangat khusus sifatnya
dengan sistem pembuktian yang umum (universal) selama
ini dikenal melalui pembuktian negatif (Indriyanto Seno Aji,
2007- 17)
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 hanya
menempatkan pembuktian sebagai suatu “pergeseran”
saja bukan “pembalikan” beban pembuktian, sehingga
pembuktian terbalik terbalik adalah sistem pembalikan
beban pembuktian yang “terbatas” atau “berimbang”.
Terbatas, karena memang pembalikan beban pembuktian
tidak dapat dilakukan secara total dan absolut terhadap
semua delik yang ada pada UU tersebut diatas. Sedangkan,
“berimbang” karena beban pembuktian terhadap dugaan
adanya tindak pidana korupsi tetap dilakukan oleh Jaksa
Penuntut Umum. Karenanya banyak pendapat bahwa
implementasi asas Pembalikan Beban Pembuktian pada
undang-undang tindak pidana korupsi saat ini hanyalah
gerakan “simbolis” yang tidak memiliki daya represi
terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.
Pembebanan pembuktian berimbang seperti diatas
dikenal dengan sistem pembuktian terbalik. Disebut
pembuktian terbalik karena pada sistem pembuktian biasa,
yang berkewajiban membuktikan kebenaran dari dakwaan
yang disusun penuntut umum adalah penuntut umum
itu sendiri. Meskipun terdakwa mempunyai hak untuk
membuktikan bahwa dirinya tidak melakukan tindak pidana
korupsi.
54TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Ketentuan pembuktian terbalik tersebut, khususnya
ditujukan terhadap harta kekayaan tersangka/terdakwa
korupsi bertujuan menggugat hak kepemilikan seseorang atas
harta kekayaannya yang selayaknya tidak dimiliki seseorang
dibandingkan dengan pengahasilan yang diterimanya secara
sah. Teori pembuktian terbalik ini menempatkan seseorang
dalam posisi sebelum yang bersangkutan memperoleh harta
kekayaannya yang diduga kuat hasil korupsi. Sejatihnya
dengan teori pembuktian ini bertujuan untuk memudahkan
proses pembuktian asal usul harta kekayaan (asset) yang
dihasilkan dari korupsi, sehingga apabila yang bersangkutan
tidak dapat membuktikan keabsahan kepemilikannya, aset
atau kekayaan yang dimilikinya dikembalikan menjadi aset
negara (asset recovery).
Sebagai perbandingan, teori ini telah dipraktikkan
dibeberapa negara seperti Pengadilan Tinggi Hongkong, dan
Ingris. Proses pembuktian terbalik ini di Hongkong dapat
digunakan dalam kasus korupsi melalui prosedur hukum
acara pidana. Di Inggris telah diatur dalam ketentuan
Proceed of Crime Act Tahun 2003 (POCA 2002) dengan
menetapkan strategi baru yang disebut Asset Recovery
Strategy. Strategi baru dalam pemulihan aset hasil korupsi
ini dianggap sebagai langkah proaktif dan radikal dengan
menerapkan sistem pembuktian terbalik. Berbeda dengan
Hongkong, pemberlakuan pembuktian terbalik di Inggris
dilakukan melalui proses keperdataan (civil recovery).
Metode pembuktian terbalik merupakan alternatif
hukum pembuktian yang kini dipandang sebagai “sarana
hukum” yang ampuh untuk mengejar asset hasil kejahatan
dan mengembalikannya kepada negara. Namun, penggunaan
55TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
model ini harus memiliki dua fungsi yaitu: Pertama, model
ini bertujuan untuk memudahkan proses pembuktian asal-
usul harta kekayaan (asset) dari suatu kejahatan, akan tetapi
disisi lain, tidak dapat dipergunakan sehingga bertentangan
dengan hak asasi seseorang tersangka/terdakwa. Kedua,
model ini tidak memiliki tujuan yang bersifat represif
melalui proses kepidanaan melainkan harus bertujuan yang
bersifat rehabilitatif dan semata-mata untuk memulihkan
aset hasil dari kejahatan tertentu (recovery) dengan melalui
jalur keperdataan (Romli Atmasasmita, 2007: 9-10).
Konsekuensi penggunaan model pembuktian terbalik
dengan kedua fungsi tersebut di atas dan telah dikenal dalam
UU pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu: Pertama,
harus menetapkan dua strategi baru dalam pencegahan dan
pemberantasan kejahatan yang terorganisir dan sistimatik,
yakni strategi pembuktian melalui jalur kepidanaan yaitu
melalui proses pembekuan, perampasan dan penyitaan.
Kedua, strategi melalui jalur keperdataan dengan proses
pembuktian terbali, dan jika berhasil dibuktikan kebenaran
mengenai harta kekayaan tidak berasal dari hasil kejahatan
(non-criminal based conviction) maka setelah penyitaan,
tidak dapat dilakukan proses penuntutan pidana (M. Akil
Mochtar, 2009:69).
Pilihan atas strategi tersebut diatas telah berdampak
terhadap perubahan mendasar dalam hukum pembuktian
yang telah diatur di dalam KUHAP dan peraturan perundang-
undangan pidana khusus yang berlaku di Indonesia, namun
dalam praktik penerapannya masih belum optimal oleh
karena belum adanya ketentuan khusus yang mengatur
hukum acara pembuktian mengenai beban pembuktian
56TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
terbalik.
Untuk membedakan antara pengalihan dari Penuntut
kepada Terdakwa apa yang digambarkan oleh Glanville
Williams sebagai “beban evidensial” atau beban untuk
menyampaikan bukti dalam mendukung kasusnya pada satu
sisi, dan “beban persuasif” atau beban untuk meyakinkan
hakim terhadap kesalahan atau tidak bersalahnya disisi
lainnya. Suatu beban persuasif mensyaratkan terdakwa
untuk membuktikan, berdasarkan sebuah keseimbangan
probabilitas sebuah fakta yang esensial untuk menentukan
salah atau tidaknya terdakwa (M.Akil Mochtar; 2009:154).
Sebuah beban “evidensial” hanya mengharuskan
bahwa terdakwa harus mengemukakan bukti yang cukup
untuk memunculkan sebuah isu sebelum ditentukan
sebagai salah satu fakta dalam kasus. Penuntut tidak perlu
menyajikan bukti tentang itu, sehingga Terdakwa perlu
melakukan hal ini, jika ia mau memasukkan isu tersebut.
Tetapi jika isu itu dimasukkan, beban pembuktian tetap
ada pada Penuntut. Terdakwa hanya perlu mengemukakan
keraguan yang rasional terhadap kesalahannya (M.Akil
Mochtar, 2009:155).
Dalam hal upaya penerapan beban pembuktian
terbalik secara proporsionalitas untuk menyeimbangkan
kepentingan individu dan masyarakat yang menjadi jantung
dari pembenaran pengecualian terhadap aturan umum, maka
dalam mempertimbangkan dimana “keseimbangan” itu
berada, ada manfaatnya untuk memperhatikan pertanyaan-
pertanyaan sebagai soal dalam diskusi berikut ini:
1. Apakah yang harus dibuktikan oleh Penuntut Umum
agar beban pembuktian beralih kepada Terdakwa?
57TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
2. Apakah beban pembuktian yang ada pada Terdakwa.
Adakah hal itu terkait dengan sesuatu yang agaknya
menyulitkan Terdakwa untuk membuktikannya, atau
adakah itu terkait dengan sesuatu yang tampaknya
ada dalam batasan sepengetahuannya.
Menentukan tuntutan apa yang harus dibuktikan,
menjadi tanggungjawab Penuntut Umum adalah sesuatu
yang mudah karena semua yang harus dibangun adalah
“kecurigaan yang masuk akal/beralasan”, yaitu bahwa benda
harta milik Terdakwa dimaksud ada dalam penguasaan
Terdakwa untuk suatu tujuan yang terkait dengan korupsi.
Kecurigaan dalam arti yang biasa adalah suatu
kondisi perkiraan atau sangkaan dimana tidak terdapat
bukti, mencurigai tetapi tidak dapat membuktikan bahwa
Terdakwa memiliki sesuatu kecurigaan yang masuk akal
bahwa terdakwa telah melakukan suatu tindak pidana,
karena itu harus berhati-hati menjelaskan perbedaan antara
“kecurigaan” yang masuk akal dan bukti utama di sidang
Pengadilan.
Apa yang disyaratkan adalah bukti utama terdiri
atas alat bukti yang diijinkan, bukan sekedar kecurigaan.
Penuntut umum harus menyajikan alat bukti yang cukup
untuk membuktikan atas dasar keyakinan yang tidak
diragukan lagi yaitu: (a) Terdakwa memiliki harta benda
dalam penguasaannya, dan (b) benda dalam penguasaannya
itu dalam kondisi yang memunculkan kecurigaan yang masuk
akal bahwa benda harta miliknya dalam penguasaannya itu
untuk sebuah tujuan yang terkait dengan tindak pidana
korupsi (M. Akil Mochtar, 2009:164).
Bertitik tolak dari pandangan teori dan norma hukum
58TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
yang ada dalam kaitan dengan penegakan atau penerapan
hukum terhadap korupsi diperlukan perubahan paradigma,
yaitu apabila semula kita menganggap korupsi hanya sebagai
kejahatan biasa (ordinary crimes), maka sekarang ini kita
harus menganggapnya sebagai kejahatan luar biasa (extra
ordinary crimes) dan sekaligus merupakan pelanggaran
atas hak ekonomi dan hak sosial rakyat Indonesia. Dalam
konteks kelemahan-kelemahan substansial, maka untuk
menerapkan hukum tindak pidana korupsi sudah diatasi
dengan beberapa ketentuan yang baru dan diharapkan
bisa lebih progresif yaitu ketentuan pemberlakuan sistem
beban pembuktikan terbalik terhadap seorang Terdakwa
khususnya dalam kasus gratifikasi (Pasal 12B). Sistem ini
memberi hak kepada seorang Terdakwa dimuka persidangan
untuk membuktikan bahwa pemberian uang terhadap diri
Terdakwa,bukansuatugratifikasi(Pasal38A).
Problematik Hukum, yang perlu didiskusikan
berkenaan dengan beban pembuktian terbalik khusunya
kasusgratifikasi(Pasal12BUUNo.20Tahun2001)adalah:
1. Seharusnya pembuktiannya tidak perlu harus
membuktikan pemberian atau gratifikasi yang
diterimanya berhubungan dengan jabatan dan
berlwanan dengan kewajiban atau tugasnya, tetapi
cukup membuktikan apakah Terdakwa menerima
gratifikasi atau tidak, apabiladapatdibuktikan telah
menerima maka Terdakwa telah terbukti korupsi.
2. Sistem pembalikan beban pembuktian terhadap Pasal
12B tidak berjalan dengan baik, oleh karena Pasal 12C
mengaturbahwagratifikasihilangsifattindakpidana
korupsinya, jika si penerima garatifikasi tersebut
59TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
melaporkan kepada KPK dalam waktu 30 hari.
Sebagai catatan, apakah diperlukan hukum acara
khususuntukkasusgratifikasisehinggatidaklagiterdapat
keraguan atau kesulitan bagi hakim untuk menerapkan
sistem pembalikan beban pembuktian dalam kasus-kasus
korupsi, mengingat di dalam UU RI No.20 Tahun 2001,
hanyamenyatakanbahwapembuktiangratifikasididepan
persidangan sedangkan hal-hal lain yang terkait tidak
diatur, sehingga dalam praktiknya menjadi hambatan bagi
hakim dalam menerapkan beban pembuktian terbalik
dan dengan sendirinya tujuan perampasan aset hasil dari
kejahatankorupsibaikkasusgratifikasimaupunsuaptidak
dapat diwujudkan di Indonesia.
F. Soal Diskusi Kelompok
1. Apabila dalam praktiknya terjadi penyimpangan
terhadap rencana pengadaan barang/jasa yang
diajukan sebagai kasus korupsi oleh J/PU, ditemukan
adanya suatu perbuatan berupa rencana kegiatan
fiktif, spesifikasi jenis barang, pengurangan volume
pekerjaan yang tidak ada atau tidak sesuai dengan
kontrak dan anggaran yang telah ditetapkan. Apakah
dapatdikualifikasisebagaiperbuatanmelawanhukum
dan merupakan tindak pidana korupsi?
2. Penerapan hukum atas perbuatan melawan hukum
formil terhadap perbuatan wanprestasi atas perjanjian
kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPK) pada
pengadaan barang/jasa pemborongan, apakah dapat
dikualifikasi sebagai pelanggaran hukum, apakah
perbuatan wanprestasi karena tidak sesuai dengan
60TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kontrak merupakan perbuatan melawan hukum
publik, atau perbuatan wanprstasi yang tunduk pada
hukum perdata sehingga tidak dapat dikualifikasi
sebagai perbuatan korupsi.
3. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan tidak dapat
diselesaikan 100% sampai dengan akhir tahun anggaran
biasanya diajukan pencairan dana 100% untuk
menghindari anggaran proyek tidak dikembalikan ke
Kas Negara, dan apabila anggaran itu dikembalikan,
maka pekerjaan tidak dapat diselesaikan, tujuan
pembangunan untuk kepentingan masyarakat tidak
tercapai, negara mengalami kerugian. Problem
hukumnya adalah bagaimana solusinya terhadap
kasus pengadaan barang/jasa kontruksi yang belum
selesai dikerjakan 100% sedangkan batas akhir tahun
anggaran berjalan telah berakhir?
4. Pejabat dan kuasa pengguna Anggaran (KPA)
menandatangani dokumen-dokumen yang menjadi
dasar pencairan dana dan pembayaran dana 100%
atas permintaan rekanan berdasarkan Laporan
Berita Acara Pekerjaan selesai 100% yang dibuat oleh
kontraktor pelaksana, konsultan pengawas, padahal
kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan fisik,
apakah KPA yang mengetahui menandatangani
dokumen-dokumen yang menjadi dasar pencairan
dana100%yangtidaksesuaikenyataanfisikdilapangan
dan hanya menerima laporan dari pengawas konsultan
dapat dimintai pertanggungjawaban pidana?
5. Perintah dari Menteri dan Gubernur, Walikota/
Bupati kepada Kepala Dinas Satuan Kerja Prangkat
61TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Daerah mengenai hal yang terletak diluar lingkungan
pekerjaannya sebagai pelaksana DIPA, apakah
merupakan perintah yang dimaksud dalam Pasal
51 KUHP tersebut. Dalam perkara korupsi sering
menjadi alasan bagi terdakwa bahwa dirinya hanya
melaksanakan perintah atasan, berkenaan dengan
alasan ini bagaimana dalam konteks penerapan
hukum, khususnya pasal 51 KUHP dalam perkara
korupsi?
6. Sehubungan dengan keberadaan dua model
perampasan asset, apakah suatu kasus tindak pidana
korupsi yang telah dibuktikan pidana pokoknya dapat
dirampas asset harta benda dari hasil kejahatan
pelaku korupsi sedangkan Jaksa Penuntut Umum
tidak mendakwakan dan putusan Pengadilan Negeri
tidak memerintahkan dirampas untuk negara? Dalam
hal demikian, apakah perampasan asset melalui
keperdataan dapat dilakukan?
7. Dalam hal beban pembuktian terbalik terhadap kasus
suap, apabila terdakwa tidak berhasil membuktikan
dengan alat bukti yang diperbolehkan menurut
undang-undang, apakah hakim segera menyatakan
terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman tambahan
peranpasan asset. Sebaliknya, jika terdakwa dengan
alat bukti yang diperbolehkan menurut undang-
undang dapat membuktikan bahwa kekayaan yang
diperoleh bukan dari hasil korupsi, apakah hakim
segera membebaskan terdakwa. Sedangkan kewajiban
beban pembuktian terbalik oleh Jaksa Penuntut
Umum berhasil membuktikan pidana pokoknya,
62TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
bagaimana sikap hakim terhadap perampasan aset
milik terdakwa yang diduga dari hasil suap.
63
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Elang Prakoso
Pertanyaan:
Tadi Prof mengatakan bahwa sebetulnya dalam undang-
undang korupsi dikatakan bahwa potensi dari kerugian negara itu
sudah biasa. Namun dalam praktek baru potensi saja oleh jaksa
sudah dijadikan perkara. Jika tidak salah tangkap menurut saya,
pertama, paradigma jaksa itu kalau tidak ada kerugian negara
perkara itu tidak akan diajukan. Kedua tentang pengembalian
asset atau pengembalian kerugian negara berdasarkan pasal
18. Pernah saya temui dalam perkara korupsi, hasil korupsi
itu disamping terdakwa juga menikmati, sebagian besar juga
dinikmati oleh pihak lain. Tetapi oleh jaksa pihak ini tidak
dijadikan terdakwa. Jika mengacu pada pasal 18 pasal 1B, maka
terdakwa itu hanya bisa dibebani uang pengganti sebesar yang dia
terima. Tapi kalau diterapkan, jelas pengembalian asset negara
tidak akan terpenuhi, karena sebagaian besar ini dinikmati oleh
orang lain dan itu tidak didakwakan.
Bagaimana Prof pemecahannya? Apakah kemudian kalau
kita mengacu ke pasal 18 ayat 1B, jelas tidak mungkin terdakwa
kita bebani seluruh kerugian. Tetapi kalau dibiarkan berarti
pengembalian kerugian negara tidak akan bisa terpenuhi.
Padahal kalau kita mengacu pada undang-undang tindak pidana
korupsi dan konfesi internasional sebetulnya korupsi ini pada
prinsipnya adalah bagaimana mengembalikan kerugian Negara.
Jawaban:
Sangat menarik sekali dan kritis. Potensi negara yang saya
maksud disini adalah yang sudah terproses potensi, karena kalau
Tanya Jawab
64TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dilihat memang kita sependapat, bahwa ketika jaksa penuntut
umum dalam proses penyidikan tidak menemukan adanya
suatu kerugian negara, kemungkinan besar perkara itu tidak
dilanjutkan. Tetapi dalam praktek terkadang kita menemukan
seolah-olah alasan, apakah itu membebaskan atau melepaskan
hanya bersandar kepada pembuktian, bahwa tidak ada kerugian
negara, bagaimana ini perbuatan yang melawan hukum.
Meskipun tidak dinikmati oleh terdakwa tetapi kemungkinan
kalau itu mampu dibuktikan dinikmati oleh orang lain,
ataukah ada kepentingan menguntungkan, tidak hanya potensi
menguntungkan memperkaya dalam konteks sekarang, tetapi
kedepan mungkin dirinya bukan memperkaya diri sendiri tetapi
orang lain.
Potensi ini kalau dilihat dalam konsep hukumnya
terkendala ketika menjalankan peran dan porsi kita, kita
selalu harus berdasar kepada fakta hukumnya. Kita memiliki
bahwa tidak boleh terikat pada konteks normatif. Sekarang ini
jamannya menutup proses penegakkan yang sifatnya ekspresif,
tinggal dilihat apakah itu dalam konteks struktur tanggung
jawab kita. Saya pandang bahwa kadang dijadikan suatu
argumen atau legal reasoning dalam konteks menyatukan suatu
alasan, bahwa memang dalam faktor persidangan sebetulnya
tidak ada kerugian Negara. Untuk menentukan kerugian negara
pun juga dalam proses penyidikan acap kali juga menjadi suatu
alasan. Kadang jaksanya yang meminta apakah itu perkaranya
dipaksakan meskipun kerugian negara dibawah nilai 100 juta
atau kurang dari itu.
Malah cuma 5 juta, panitia penyelenggara proklamasi
17 Agustus sampai ditingkat kasasi. Ini kalau kita lihat dalam
konnteks tentu saya memang sependapat dengan bapak
65TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
walaupun tidak dinikmati. Untuk mengukur konteks prinsip kita
mengembalikan uang negara karena di versi kita diatas masih
ada perbedaan juga. Tetapi kemudian kalau kita berada pada
saat katakanlah kalau secara normatif, kalau kita perhatikan
urusan itu bukan menikmati tetapi memperkaya memperoleh
itu pak coba diperhatikan. Tetapi ada juga apakah kita adil
kita tidak memperoleh apa-apa kita tidak menikmati, apakah
harus kita kenakan uang pengganti? kalau pun terdakwanya
tidak menikmati tidak memperoleh tetapi orang lain. Apakah
itu memang terbukti ataukah tidak terbukti tentu memaparkan
suatu penilaian bagi kita untuk melihat sejauh mana fakta-fakta
itu betul-betul membuktikan bahwa meskipun terdakwa tidak
menikmati tidak memperoleh, tetapi akibat dari perbuatan yang
dilakukan apakah itu dilakukan secara melawan hukum ataukah
dia menggunakan kewenangannya untuk memperkaya atau
menguntungkan orang lain maka ini kita harus pandang.
Untuk menentukan besaran uang pengganti atau tidak, itu
kadang bukan persoalan hitung-hitungan, bukan, kita kadang
kala dengan pengalaman selama ini kita tetap harus punya dasar
sesuai dengan kapasitas dan kualitas perannya. Syukur-syukur
kalau kita bisa buktikan dia menerima, kalau tidak mungkin kita
lihat perannya yang berakibat kepada uang Negara. Itu ada pada
yang dinikmati atau untuk memperkaya orang lain.
Harjono
Pertanyaan 1:
Memperhatikan dari pertanyaan Pak Elang tadi, kalau
yang dinikmati terdakwa hanya 100 juta padahal kerugian
negara mencapai 500 juta yang 400 juta kan dinikmati orang
66TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
lain. Apakah keadilan atau kepastian hukum yang kita terapkan
sekarang ini? karena kalau kepastian hukum otomatis yang
dirugikan 500 juta. Berarti terdakwa tadi harus mengganti
500juta, sedangkan yang dinikmati terdakwa hanya menikmati
100 juta misalnya. Saya mohon juga dari narasumber apakah
keadilan hukum atau kepastian hukum yang akan kita gunakan?
Moderator:
Atau mungkin sebelum saya serahkan ke narasumber
dari bapak sendiri karena ini forum dua diskusi mungkin ada
pemikiran ya mungkin pemikiran yang selama ini pemahaman
bapak tentang hidup kira-kira bagaimana?
Pertanyaan 2:
Kalau saya pribadi pak memang dalam perkara seperti itu
sangat sulit, dan sangat berat tapi kalau saya pribadi yang saya
kejar adalah keadilan.
Jawaban:
Makanya pandangan saya selama ini dalam konteks
sebagai seorang dibidang hukum, beberapa teori ketika kita
dihadapkan antara kepatian hukum dan keadilan, atau keadilan
dia berhadapkan dengan kepatian hukum, kepatian hukum dia
berhadapkan pada kemanfaatan. Kita berada pada choice yang
mana dalam konsepsi ketika kita diberadakan secara nyata, ini
harus main keadilan. Meskipun kita bisa sadari dalam konteks
kepastian hukum yang secara normatif, justru membatasi
bagaimana kita mengharapkan rasa keadilan. Saya kira kita
sependapat pak! saya pada pilihan keadilan bukan kepastian
hukum, karena kita yakin keputusan dalam konsep normatif
yang dirumuskan oleh undang-undang ini tidak ada jaminan
dari yang dibuat oleh penguasa. Ini kitalah yang menentukan
67TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
alurnya, saya kira demikian.
Gatot Suharnoto
Pertanyaan:
Betul bahwa hukum adalah merupakan hal mencapai
keadilan. Kalau melihat suatu tindak pidana korupsi dimana ada
kerugian negara yang seperti kita diskusikan sekarang ini, bahwa
kerugian negara 500 juta kemudian pelaku mungkin menikmati
100 juta, karena yang 400 juta dia peroleh kemudian dinikmati
oleh pihak ketiga. Mengacu pada suatu rasa keadilan ada dua sisi
keadilan bagi si pelaku, keadilan bagi masyarakat, keadilan bagi
Negara. Iya kan kalau negara sudah dirugikan atau masyarakat
sudah dirugikan 500 juta, kemudian pelaku walaupun hanya
menikmati 100 juta adil bagi pelaku 100 juta anda ganti. Tapi
yang 400 juta yang kamu limpahkan kepada anak istri kamu
bagaimana?
Untung Wijarto
Pertanyaan:
Saya berpendapat bahwa rasanya dengan kecirian tindak
pidana korupsi adalah merupakan extraordinary trainers
kita berangkat dari sana. Kalau hanya kita mengikuti normatif
berdasarkan ketentuan pasal 18, sedangkan kenyataannya seperti
yang disampaikan Pak Elang tadi. Gregetnya kok tidak ada
greget untuk pemberantasan korupsi dalam konteks seperti yang
Prof katakana. Efek jeranya dimana? bisa saja terjadi pelaku itu
menyembunyikan apa yang telah dilakukan. Tetapi secara yuridis
yang dapat dibuktikan hanya sekedar itu, tapi saya mengangkat
suatu tulisan jika perlu ada depresiasi hukuman kepada pelaku
68TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tipikor ini contoh tidak hanya khusus. Kita mengacu kepada
kitab Undang-undang hukum pidana ataupun Undang-undang
tipikor, hakim bisa menemukan bentuk lain dari hukuman.
Katakan misalnya seorang bupati atau kepala dinas mengkorup
APBD, hukum saja katakan misalnya 5 tahun yang 2,5 tahun
dijalani dengan cara dia membersihkan kantornya sendiri yang
bisa dilihat.
Karena apa yang disenangi oleh para budayawan juga
terbukti diarena pengadilan tindak pidana korupsi ini, sudah
kayaknya mereka menggarong uang negara tidak punya malu.
Itu selebritis-selebritis yang sekarang menjadi politikus itu sudah
tidak punya rasa malu sepertinya, malah berpakaian sedikit
trendi sekalipun ada tulisannya tahanan tipikor. Ini kan perasaan
malu sudah tidak ada. Jadi kalau seperti yang dikatakan Pak
Elang tadi hanya bertumpu kepada Undang-undangnya pasal
18 efek jeranya engga terasa. Bilamana perlu harta kekayaan
dimiskinkan, juga rasa malunya ditonjolkan didepan publik,
kira-kira begitu ya kalau saya lihat.
Jawaban:
Dari pak Gatot dan pak Untung memang sangat terkait
kalau kita lihat suatu pilihan seperti Pak Gatot keadilan terdakwa
dan keadilan Negara. Dalam konteks ini kita kaitkan dengan
perampasan asset segala macam, kalau kita berkomitmen
padahal ini keadilan negara adalah kesejateraan untuk semua
orang ketimbang mengedepankan keadilan untuk pribadi
terdakwa. Saya memilih keadilan untuk negara karena untuk
kemasyarakatan semua orang. Oleh karena itu saya tidak terikat
masalah pamla yang seperti Pak Untung kemukakan. Saya kira
kita sependapat pak. saya kira susah, bagaimana kita nantinya
merumuskannya. Nantinya melihat dalam konteks ide kita
69TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
sekarang, atau melalui konsep ini panitera yang kita hormati
dari KY mengharapkan betul-betul kita membangun komitmen
bagaimana menegakan mengembalikan asset recovery ini tanpa
kita harus mengabaikan kepentingan terdakwa.
Kita dalam posisi konteks pembuktian terbalik tetap diberi
hak terdakwa untuk membuktikan dalam hal kaitan dengan
hak kekayaan yang diperoleh sepanjang hitungan kita buktikan
kesalahannya tanpa harus kita melihat darimana hartanya dan
itu sudah dilakukan dilain kesempatan. Yakin Insya Allah bapak
kembalikan uang negara sesuai dengan jumlah asset tentu harus
dari kerugian negara yang ditetapkan oleh yang berwenang.
Jumlah asset sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dengan
Undang-undang itu saja kalau menurut saya.
Margono
Pertanyaan:
Saya tertarik pada diskusi kelompok ini. jadi biasa didalam
sehari-hari dalam pekerjaan pemborongan itu ya pak. pekerjaan
itu belum 100% selesai namun kemudian diantara konsultan
dan sebagainya mengatakan bahwa itu sudah 100%, sehingga
anggaran bisa dicairkan, karena biasanya pelaksanaan pekerjaan
itu sudah mepet-mepet biasanya kan gitu. Ini anggarannya
tidak diambil pak tapi dititipkan di bank, kemudian kepada
pemborong supaya melaksanakan pekerjaannya sampai selesai.
Kemudian anggaran sesuai dengan pengajuan proyek dicairkan
lewat bank dengan acc dari pemilik pekerjaan maupun konsultan
dan pemborong. Apakah ini sudah termasuk perbuatan korupsi?
Jawaban:
Saya tidak langsung pada kesimpulan dengan berbagai
70TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
persyaratan yang harus dipenuhi. Dari pertama ada kewajiban
kuasa pengguna anggaran termasuk pejabat pembuat komitmen
atau kuasa anggaran, konsultan pengawas, dan lain sebagainya
itu melalui medium kesepakatan yang harus dibuat dalam
berita acara dengan dasar pertimbangan batas akhir kontrak
sudah terancam tahun anggaran sementara pekerjaan masih
jauh dari persentasi untuk memenuhi sesuai dengan kontrak.
Dalam ketentuan normatifnya sudah diatur secara tegas apa
kewajiban bagi kuasa pengguna anggaran untuk melakukan
prosespencairandana100%.Tetapisecarafisikbangunanbelum
mencapai 100% bahkan baru mencapai 25%. Apakah itu suatu
tindak pidana korupsi?
Tentu kita harus menguraikan suatu pembuktian fakta,
kalau prosedurnya sudah dilakukan sesuai dengan aturan yang
ada lalu kemudian pekerjaan kembali diambil dan dana yang
dititipi itu tidak termasuk perbuatan yang melawan hukum
dalam arti dibenarkan oleh hukum. Kemudian penggunaanya
dilakukan kembali untuk kegiatan proyek atau pengadaan barang
jasa itu dan tidak ada yang dinikmati oleh pelaku, pekerjaan
sudah selesai, dan lain sebagainya. Apakah itu kemudian kita bisa
berkesimpulan putusan kita terbukti melakukan suatu pencairan
dana yang tidak sesuai dengan kontrak? dan diluar dari pada
adanyalaporanfiktif,kalausudahadalaporanfiktifsepertiyang
bapak katakan tadi itu tidak bisa kita tolerir bagi saya nah itu.
Jadi perbuatan menitipkan pencairan dana sebetulnya tidak
sesuai dokumen itu harus diminta pertanggungjawaban sesuai
ketentuan pasal 18 ayat 3, “barang siapa yang menandatangani
dokumen-dokumen resmi yang menjadi dasar pencairan
dana dia harus pertanggungjawabkan”. Persoalannya
apakah tanggung jawab itu sampai kepada tanggung jawab
71TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pidana? Tentu harus kita lihat pekerjaannya sudah selesai atau
belum. Saya kira ahli hukum pidana bisa melihat kesini untuk
menentukan korupsi atau tidak sepanjang ada kerugian Negara.
Prosedur dilanggar, ada yang diterima, atau diterima oleh orang
lain, karena ini modus jadi kita harus hati-hati dalam konteks
pengadaan barang jasa.
Banyak sekali modus seperti yang saya gambarkan
tadi mulai dari perancangan program kegiatan sampai pada
pelaksanaan pengguna anggaran. Potensi kebocoran uang negara
sangat besar dan dominan kasus yang naik keatas itu besar
jumlahnya. Sekarang tinggal untuk menilai tentu dalam hal ini
cocok tetapi ketika kita sudah sejauh itu kita tidak apa segala
macam berani bertanggung jawab konsisten pada pendapat
silahkan jalan. Misalnya seperti itu.
Gatot Suharnoto
Pertanyaan:
Dalam pengadaan barang dan jasa kalau tidak salah tanggal
15 Desember harus tutup buku. Ketika tutup buku itu kalau
anggaran belum digunakan harus dikembalikan ke kas negara.
Banyak yang diakali meskipun sudah tanggal 15 kemudian
dibuatlah administrasi seolah-olah proyek itu sudah selesai
kemudian dana dicairkan 100% terus kemudian pekerjaan
itu dianggap disitu bukan pelaksanaan pekerjaan dalam arti
membangun lagi tapi itu biasanya masuk ke pemeliharaan. Kasus
ini oleh jaksa akhirnya dijadikan korupsi, kalau tadi dikatakan
seperti itu berpendapat seperti itu. Menurut Prof ini kan hanya
merupakan pelanggaran administrasi bukan pelanggaran pidana.
Jika konteksnya itu pelanggaran administrasi past onslag,
72TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
karena disitu persyaratannya harus bisa dibuktikan meskipun ada
kesalahan administrasi harus bisa dibuktikan. Apakah memang
disitu ada pelanggaran pidananya Misalkan ternyata laporannya
fiktif atau uang yang tadi sisa ternyata tidak seluruhnya
dipergunakan untuk melaksanakan atau menyelesaikan proyek
tersebut. Tapi sebetulnya menurut saya, ini pengalaman saya,
mengadili pengadaan barang jasa memang modus operandinya
seperti itu. Jadi mereka ini misalkan 90 hari itu biasanya nanti
dikerjakan Bulan Desember. Saya kira ini kejar-kejaran dan
memang ini tujuannya, agar anggaran bisa dicairkan seperti itu.
Jadi saya kira kita sependapat Pak, kenapa? Kalau kita lihat
dalam konteks prosedur administrasi. Sepanjang kita mampu
buktikanbahwadidalamnyaadaperbuatanfiktifyangdilakukan
tidak sesuai dengan aturan, dalam konteks prosedur pengguna
anggaran yang seharusnya dimasukan ke kas negara malah tidak
dimasukan kas negara, melainkan dititipkan pada bank tertentu
dengan alasan untuk memudahkan pencairan. Apalagi kalau
diancam bahwa kembali ke kas Negara. maka itu kemudian agak
sulit proses administrasinya. Harus dianggarkan kembali dan
menunggu berapa bulan kemudian. Sementara batas kontrak
harus selesai. Siapa yang harus bertanggung jawab? Menurut
Bapak kira-kira dalam konteks kasus ini yang melakukan
adalah pejabat penyelenggara Negara, kuasa pengguna. Apakah
harus dia berstatus sebagai terdakwa? Untuk saya, ya harus
pertanggung- jawabkan, Dia harus dihukum tegas.
Subaedi
Pertanyaan:
Jika memang betul nyata memang untuk pencairan
73TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tersebut telah diakali dan dibayar 100% telah dicairkan dan
dititipkan, kalau tujuannya itu hanya untuk agar proyek ini
bisa terselesaikan dan uang itu digunakan untuk proyek dan
dimasukan 100% dan tidak ada penyimpangan mengenai
dana dan negara tidak dirugikan. Saya tidak sependapat, kalau
korupsi itu dikatakan adanya kerugian Negara. Kalau negara
saja sekarang dalam proyeknya setelah diuntungkan dengan
selesai 100%, dan itu juga tidak ada hal-hal yang menyimpang.
Itu hanya kesalahan prosedur administrasi pencairan keuangan
agar bisa digunakan untuk pelaksanaan proyek. Tidak ada
kerugian negara. Tapi kalau memang ternyata penyelesaiannya
tidak dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya dan uang
tidak dicairkan dan diselewengkan untuk kepentingan pribadi
atau golongan tertentu, sudah pasti itu korupsi, karena ada
penyimpangan yang menimbulkan kerugian negara.
Jawaban:
Baik pak saya kira kita sependapat, yang digambarkan Pak
Baedi itu ada kerugian negara karena kita mampu membuktikan
sikap melawan hukumnya karena tidak sesuai dengan prosedur
hukum yang ada. Katakanlah tadi normanya tidak digunakan
untuk pemeliharaan, sementara terbukti masih ada satu
jenis pekerjaan yang tidak dilakukan, pencairan sudah 100%
terjadi, lalu dicairkan 100%, normanya harus ke kas negara
tetapi malah dititipkan, itu tetap ada kerugian negara. Ada
aturannya mengenai batas akhir anggaran paling tidak ada surat
pernyataan untuk siap melaksanakan pekerjaan baik konsultan
maupun pekerja dan kuasa pengguna anggaran itu dia komitmen
membuat pernyataan. Lalu kemudian uang yang dicairkan
100% disampaikan kepada Bank sesuai prosedur Perundang-
undagangan yang mensyaratkan, untuk itu kemudian begitu
74TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dicairkan kembali dilaksanakan kegiatan dengan pertimbangan
proyek selesai negara tidak dirugikan tujuan pembangunan
kepentingan demi masyarakat terpenuhi.
Maka kadang kala ini kita terbukti suatu kesalahan tetapi
tidak termasuk tindak pidana korupsi, sehingga sikap kita ini
terbukti tetapi tidak merupakan tindak pidana korupsi sehingga
harus lepas. Tidak seperti itu pak. ada alasan-alasan pemaaf atau
pembenar jadi legisme bisa dihapuskan dengan konteks manfaat.
Prinsip dalam konteks teori hukum dimungkinkan bahwa
sesuatu yang berarti perbuatan itu tidak sesuai undang-undang
adalah merupakan suatu perbuatan yang melawan hukum.
Melainkan harus kita buktikan terlebih dahulu dari suatu
perbuatan itu yang berakibat menimbulkan kerugian Negara.
Meskipun kita sepaham mungkin. dari saya bahwa kerugian
negara bukanlah merupakan suatu unsur delik. Tetapi suatu
akibat ini juga kadang kala ada alasan membebaskan dari
dakwaan, dalam hal ini pasal 2 atau pasal 3. Jadi saya kira ini
sebenarnya berpulanglah kepada kita masing-masing yang diberi
fungsi dan tugas seperti ini.
Subaedi
Pertanyaan:
Kenapa hal ini saya paparkan seperti tadi, karena
banyak proyek memang yang terjadi mepet waktunya dan itu
dilaksanakan sebagaimana diakali seperti tadi dengan prosedur
pencairan. Namun demikian pada saat tutup buku merupakan
penyelesaian selanjutnya, sementara dikerjain datanglah
penyidikan dari pihak kejaksaan. Dan kejaksaan itu sebenarnya
tahu hal itu, namun demikian menjadikan kesempurnaan atau
75TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
bagaimana kalau memang engga bisa hal itu tetap diangkat
kepada perkara korupsi. Nah itu permasalahannya kenapa saya
sampaikan seperti itu! karena memang seperti itu kenyataannya.
Seperti itu pak rata-rata proyek di Indonesia dan ini pernah
terjadi juga, saya proyek di Pamekasaan yang dipikir juga dan
memang diumek-umek sama Kejaksaan saya bilang kedutaan
saya engga usah itu saja tapi pelaksanaan sukses 100% . Akhirnya
jaksa itu mundur.
Nurhada Beti Aritomang
Pertanyaan:
Saya pikir supaya dia tidak terkena korupsi apabila
proyeknya sudah mepet. Biro pengalaman biasanya mereka
harus membuat agenda baru setelah dia membuat agenda baru
kesepakatan itu, sehingga bisa mengambil waktu mungkin karena
dia krosmeyer sebagai akibat kalau Desember banyak hujan dan
apa jadi itu terkendala. Jadi makanya dia harus membuat agenda
baru karena biasanya di pengadaan-pengadaan jasa bisa 2 kali
agenda baru. Sehingga dia membuat agenda baru kemudian
disepakat seperti komitmen mereka dan kalau sudah oke selesai
baru dia tidak menjadi korupsi. Tapi kalau saya pikir dia tidak
melakukan agenda itu dia tetap dikenakan sebagai korupsi.
Begitu pendapat saya, terimakasih.
Elang Prakoso
Pertanyaan:
Untuk penanganan masalah mengadili tindak pidana
korupsi pada asasnya adalah menyelamatkan asset Negara. Dan
76TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kedua bahwa rumusan dalam undang-undang korupsi pasal 2 itu
pada asasnya kalau kita lihat adalah delik formal ada kata prasa
atau prasangka apa. Yang ketiga masuk pada materi diskusi kita
terakhir, kalau melihat bahwa dengan cara-cara yang seperti
dilakukan menurut Pontianak bahwa ini pada umumnya faktanya
seperti itu maka kita melepaskan. Itu kita sangat bahaya karena
apa? karena pada saat telah selesainya ditandatangani proyek ini
sudah 100% padahal belum 100% sudah perbuatan melanggar
hukum. Terbukti yang kedua bahwa dengan pengalihan dana
kemudian dititipkan pada bank itu sudah merupakan perbuatan
melawan hukum dan itu sudah memperkaya orang lain mungkin
pokoknya korporasi. Walaupun nanti kemudian akan dikerjakan
lewat waktu, nah sekarang kalau misalnya tidak abeden kalau
sampai lewat Desember! mau dicicil, syaratnya harus ijin
Menteri Keuangan tanpa ijin salah lagi! barang kali tidak bisa
kita namakan korupsi. Terima kasih
Amiliat
Pertanyaan:
Jika memperhatikan unsur pasal 2 dan 3 itu sangat erat,
antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian Negara.
Jadi unsur berkaitan dengan kerugian negara ini juga harus kita
pertimbangkan, memang apa yang kita diskusikan tadi itu ada
semacam perbuatan yang fiktif. Dalam arti proyek itu selesai
namun tidak tepat waktu, sehingga dari pihak pemborong
melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya tidak dibenarkan
oleh hukum. Namun pada akhirnya dengan adanya tindakan
yang berlawanan dengan hukum tadi, kemudian pada akhirnya
selesai dan tidak menimbulkan karugian Negara. Apakah dalam
77TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
hal ini kita bisa mengatakan bahwa ini suatu perbuatan korupsi?
kalau saya sependapat, tidak bisa pak. karena jelas-jelas tidak
merugikan keuangan negara ataupun perhitungan negara tidak
terpenuhi unsur kerugian Negara. Terimakasih pak.
Wisnu Wardoyo
Pertanyaan:
Ini karena masih agak tajam walaupun kita tidak
mencari kesamaan, satu mengatakan tidak bisa dimaafkan satu
mengatakan itu sama sekali tidak merugikan Negara. Ini ada
fraksi baru dari PT Palembang, kalau saya sependapat apa yang
dikemukakan oleh pak Subaedi dari Pontianak maupun pak
Amiliat dari PT TKI. Jadi dalam hal ini sifatnya adalah kasuistis.
Dalam hal mengerjakan proyek-proyek pemerintah kadang-
kadang terbentur oleh waktu yang mepet, sehingga dibuatlah
cara seperti itu. Kalau menurut saya sependapat dengan Beliau
sepanjang itu tidak merugikan keuangan negara dan sepanjang itu
selesai sesuai dengan spek isi kontrak, kualitas, dan kuantitasnya
kalau tidak merugikan keuangan negara persoalan dari segi
pelanggaran hukum administrasi yang dilakukan oleh pejabat
tata usaha Negara, oleh Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran,
maupun Pejabat Pembuat Komitmen, itu silahkan diselesaikan.
Menurut hukum administrasi kalau ada berita acara yang
dibuat fiktif, silahkan dipidanakan, tapi pidananya kan bukan
pidana korupsi, pidananya pemalsuan. Tapi kalau korupsinya,
saya kira, hilangnya sifat melawan hukum karena kepentingan
umum dilayani, kadang-kadang proyek itu memang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat. Tetapi kalau itu kemudian ditempuh
karena tidak selesai, kemudian anggaran harus dikembalikan ke
78TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kas negara, proses selanjutnya melalui permohonan lagi untuk
dapat diteruskan, akan membuat proyek tersebut terkendala
kemanfaatannya oleh masyarakat, sehingga ini sifatnya kasuistis
dilihat proyeknya juga. Disamping itu hilangnya sifat melawan
hukum juga harus dilihat, kalau itu kepentingan masyarakat
tetap dilayani, negara tidak dirugikan, dan tidak ada yang
diuntungkan dalam arti melawan hukum saya kira oke-oke saja.
Jawaban:
Saya kira apa yang disampaikan oleh Pak Wisnu
merupakan jawaban dari dua pendapat yang berbeda. Sehingga
kita harus melihat memang secara kasuistis bisa engga hal yang
kita lihat dalam konteks seperti yang digambarkan tadi kalau itu
dilakukan ternyata sesuai prosedur yang ada tidak dilaksanakan?
lalu kemudian untuk mencairkan 100% bukan kembali dengan
menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentu ini harus kita buktikan
bahwa itu sudah merupakan suatu perbuatan melawan hukum,
sehingga uang negara kita lihat dari akibat perbuatan itu
sudah pasti ada kerugian keuangan Negara dalam konteks ini
tentu terbukti. Kemudian yang terakhir kalau kita lihat dalam
konteks alasan pembenar tadi, kalau itu memang kemudian
karena akibat sistem, mungkin karena batas akhir mepet terjadi
suatu perbuatan yang mungkin bukan karena perbuatannya
terdakwa atau tersangka tetapi karena perbuatan alam dan lain
sebagainya. Misal hujan dan lain sebagainya bukan merupakan
perbuatan itu lalu kemudian kita lihat bahwa ini tidak mungkin
merupakan suatu perbuatan yang bisa kita kategorikan sebagai
suatu perbuatan yang tidak dilakukan dengan melawan hukum.
Oleh karena itu kalau itu kemudian dilakukan dengan
mengacu dari bapak yang dari Pontianak tentu pertimbangannya
pada akhirnya juga pekerjaannya selesai walaupun tadi kita
79TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
lihat batas akhir kontrak terancam, itu akibat bukan perbuatan
terdakwa melainkan perbuatan alam yang sulit untuk dihindari
kresmeyor ya tentu menjadi suatu pertimbangan kita. Dalam
konteks itu alasan bahwa terbukti tetapi bukan merupakan
perbuatan pidana, oleh karena itu adanya alasan pembenar
seperti yang dikemukakan oleh pak Wisnu negara tidak
dirugikan, pekerjaan diselesaikan, terdakwa tidak memperoleh
untung dan dinikmati oleh masyarakat. Jadi memang harus kita
lihat secara kasuistik pak! tidak oke kita menggeneralisir karena
tergantung dalam konteks faktor-faktor hukum yang terjadi.
Saya kira itu sama, saya kira tidak ada perbedaan ada dua hal ini
kita praktekan dan itu sudah dikenal.
Elang Prakoso
Pertanyaan:
Jadi korupsi itu menurut saya tidak hanya pasal 2 dan
pasal 3, jadi disini kalau pasal 9 itu jelas disebutkan bahwa
dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar yang khusus
untuk pemeriksaan administrasi kan juga korupsi. Jadi kita
kalau dalam perkara korupsi itu jangan terpancang dalam pasal 2
dan 3, masih banyak pasal-pasal lain khususnya pasal 9. Ini saya
bacakan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun
dan paling lama 5 tahun dan denda pidana paling sedikit 50 juta
rupiah dan paling banyak 250 juta rupiah pegawai negeri atau
orang selain pegawai negeri yang diberi tugas untuk menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
waktu dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar yang
khusus untuk pemeriksaan administrasi dengan proyek belum
selesai kemudian dia nyatakan sudah selesai. Seperti tadi yang
80TINDAK PIDANA KORUPSI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dari teman mengatakan bahwa itu adalah pemalsuan, pemalsuan
kalau dalam kasus ini tetap korupsi berdasarkan pasal 9.
Jawaban:
Jadi saya kira sebagai kata penutup mungkin dalam
konteks apa yang kita diskusikan ini kita harus kembali kepada
melihat bagaimana upaya kita untuk meningkatkan wawasan
dan kemampuan kita terutama dalam hal menunjang peran
kita sebagai hakim. Sehingga kita dituntut untuk mengikuti
perkembangan baik dalam konteks sejauh mana dalam kompeten
daripada hokum. Kita mengikuti perkembangan kejujuran
disatu sisi dan disisi lain modus operandi korupsi juga semakin
meningkat. Oleh karena itu dengan pelatihan yang dilakukan oleh
KY bagi kita ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kapasitas kita masing-masing. Persoalan kasus yang kita hadapi
dan diskusikan kadang dalam konteks seperti ini terjadi tetapi
ketika kita melakukan peran kita melakukan musyawarah itu bisa
juga ditemukan adanya perbedaan. Itu menjadi bisa disatukan
dengan kata lain kita tidak boleh bertahan pada konteks apa
yang kita anggap sesuatu kebenaran, bukanlah kebenaran yang
tegak merupakan kebenaran dari atas. Saya kira itu saja sebagai
informasi penutup dan sekaligus sebagai motivasi kreatifitas
kita didalam upaya kita menjalankan peran sebagai hakim.
Demikian lebih kurangnya mohon maaf terimakasih semuanya.
Wbilahitaufiq walhidayah Asalamualaikum Warohmatullohi
Wabarokatuh.
81
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Kejahatan KorporasiDr. Gunawan Widjaja, S.H., M.H., M.M.
SESI III
83
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
A. Pengertian
• Kejahatan yang dilakukan oleh Korporasi
• Yang bertanggung jawab adalah Korporasi
• Korporasi = badan hukum => Perseroan Terbatas =>
UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
1. Tindak Pidana Korprasi
• Lingkungan hidup
• Anti-Trust – Persaingan Usaha
• Perlindungan Konsumen
• Pasar Uang dan Pasar Modal
2. Korporasi
• Bukan manusia => artificial person
• Tidak bisa berpikir dan tidak mempunyai moral
seperti manusia
• Azas Ultra Vires => bukan tindakan koporasi
• HukumAcara=>tidakadawujudfisik
B. Pertanggungjawaban
• Publik = gangguan terhadap ketertiban umum
• Melakukan yang dilarang atau Tidak melakukan yang
diwajibkan
• Dengan atau tanpa kehendak
1. Jenis Pertanggungjawaban
• Perdata (civil liability)
Kejahatan Korporasi Dr. Gunawan Widjaja, S.H., M.H., M.M.
84KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
• Administratif
• Pidana (criminal liability)
2. Doktrin Pertanggungjawaban
• Respondeat Superior (Master-Servant Rule)
• Actus reus = guilty act
• Mens rea = guilty mind
• Lingkup tindakan
• Untuk kepentingan korporasi
• Agency Theory => Alter-ego Theory
C. Wujud Penegakan Hukum
• Denda (Fines)
• Pengampuan (Probation)
• Pencegahan/ Pelarangan (Debarment)
• Pencabutan Izin (Lost of License)
• Pengecualian => yang bersifat pribadi => tidak dapat
dipenjarakan (no imprisonment)
1. Pasal 10 KUHP
• pidana pokok:
• pidana mati;
• pidana penjara;
• pidana kurungan;
• pidana denda;
• pidana tutupan.
• pidana tambahan
• pencabutan hak-hak tertentu;
• perampasan barang-barang tertentu;
• pengumuman putusan hakim.
85KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
2. Pasal 116 (1) UU No.32/2009
Apabila tindak pidana lingkungan hidup
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha,
tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada:
• badan usaha; dan/atau
• orang yang memberi perintah untuk melakukan
tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak
sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana
tersebut
3. Pasal 118 UU No.32/2009
Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi pidana
dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh
pengurus yang berwenang mewakili di dalam dan di
luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan selaku pelaku fungsional.
4. Pasal 119 UU No. 32/2009
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini, terhadap badan usaha dapat
dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib
berupa:
• perampasan keuntungan yang diperoleh dari
tindak pidana;
• penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha
dan/atau kegiatan;
• perbaikan akibat tindak pidana;
• pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa
hak; dan/atau
• penempatan perusahaan di bawah pengampuan
paling lama 3 (tiga) tahun.
86KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
5. Pasal 47 UU No.5/1999
Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa
tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang
melanggar ketentuan Undang-undang ini.
Tindakan administratif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat berupa:
• Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 13,
Pasal 15, dan Pasal 16; dan atau
• Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14; dan atau
• Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
integrasi vertikal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14; dan atau
• Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek
monopoli dan atau menyebabkan persaingan
usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat;
dan atau
• Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan
penyalahgunaan posisi dominan; dan atau
• Penetapan pembatalan atas penggabungan atau
peleburan badan usaha dan pengambilalihan
saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28;
dan atau
• Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau
• Pengenaan denda serendah-rendahnya
Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan
setinggi-tingginya Rp.25.000.000.000,00 (dua
87KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
puluh lima miliar rupiah)
6. Pasal 49 UU No.5/1999
Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, terhadap pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan
pidana tambahan berupa:
• pencabutan izin usaha; atau
• larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti
melakukan pelanggaran terhadap undang-
undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau
komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan
selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau
• penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang
menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak
lain.
7. Pasal 61 UU No.8/1999
Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap
pelaku usaha dan/atau pengurusnya.
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan
atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi.
8. Pasal 62 UU No.8/1999
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal
10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a,
88KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
huruf b, huruf c,huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00
(dua milyar rupiah).
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12,
Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat
(1) huruf d dan huruf f dipidana penjara paling lama
2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan
luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian
diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
9. Pasal 63 UU No.8/1999
Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman tambahan,
berupa:
• perampasan barang tertentu;
• pengumuman keputusan hakim;
• pembayaran ganti rugi;
• perintah penghentian kegiatan tertentu yang
menyebabkan timbulnya kerugian konsumen;
• kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau
• pencabutan izin usaha.
10. Pasal 201 UU No.32/2009
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal
196, Pasal 197, Pasal 198, Pasal 199, dan Pasal 200
dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan
denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
89KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal
191, Pasal 192, Pasal 196 , Pasal 197, Pasal 198, Pasal
199, dan Pasal 200.
Selain pidana denda sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa:
• pencabutan izin usaha; dan/atau
• pencabutan status badan hukum.
D. Direksi
• Merupakan orang kepercayaan yang mengurus harta
Perseroan Terbatas -> Trustee
• Pemegang kuasa untuk mewakili Perseroan Terbatas
dalam menjalankan kegiatan usahanya -> Agent
• Adanya Fiduciary Relation antara Direksi terhadap
Perseroan Terbatas -> Fiduciary Duty
• Duty of loyalty and good faith
• Duty of diligence and care
1. Tanggung jawab Direksi
Setiap anggota Direksi bertanggung jawab
penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila
yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya. (Pasal 97 ayat (3) UUPT)
Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota
Direksi atau lebih, tanggung jawab tersebut berlaku
secara tanggung renteng. (Pasal 97 ayat (4) UUPT)
Atas nama Perseroan, pemegang saham yang
mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian
90KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat
menggugat anggota Direksi yang karena kesalahan
atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada
Perseroan ke pengadilan negeri.
2. Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Setiap anggota Dewan Komisaris ikut
bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau
lalai menjalankan tugasnya. (Pasal 114 ayat (3) UUPT)
Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua)
anggota Dewan Komisaris atau lebih, tanggung jawab
tersebut diatas berlaku secara tanggung renteng bagi
setiap anggota Dewan Komisaris. (Pasal 114 ayat (4)
UUPT)
Atas nama Perseroan, pemegang saham yang
mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat
menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena
kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian
pada Perseroan ke pengadilan negeri. (Pasal 114 ayat
(6) UUPT).
91
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tanya Jawab
Elang (PT Medan)
Pertanyaan:
Untuk UU Lingkungan Hidup yang terbaru,dilihat dari
sistematika adadalam salah satu pasal yang masuk lazim
pengganti kerugian, tetapi disebutkan dalam salah satu
pasal terhadap perbuatan badan hukum yang menimbulkan
kerugian diterapkan azas civil liabelity yang lazim ranah
pidana, apakah dalam hukum keperdataan dalam memberikan
pertanggungjawaban kerugian dimasukkan disitu. Apakah itu
keliru UU 32 tahun 2009. Mungkinkah didalam pelaku tindak
pidana dari badan hukum dalam penarapan delik-delik terlupa?
Jawaban:
Konsep itu konsepnya perdatabukan dari pidana. Kita
punya 3 azas pertanggungjawab perdata civil liabelity. Contoh
pada saat sesorang membeli aqua dan menimbulkan sesuatu
(penyakit) yang ada hanya hubungan kontraktual,hubungan
kontraktual pada dasarnya tidak memberikan penyelesaian
bagi si korban kemudian dikembangkanlah azas civil liabelity
kepada produsennya, hubungan hukum yang ada bukanlah
bicara hubungan kontraktual. karena tanggung jawab ada di
produsen atas apa yang produksi sisi pembuktiannya pada
pembuktian terbalik, karena tanggung jawab demi hukum ada
ditangan produsen, dan produsen bisa membuktikan bisa salah
distributor, kecuali distibutor bisa membuktikan lagi kemudian
berkembang lebih lanjut ke lingkungan hidup. Siapa yang
harus diminta pertanggung jawab? anda para pabrik-pabrik
jangan membuang limbah sembarangan, kalau disekitar penuh
limbah, demi hukum harus bertanggung jawab. Pabrik harus
92KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
membuktikan pengolahan limbah yang baik mungkin dari pabrik
dari sebelah, maka langsung pabrik yang ditunjuk kena azascivil
liability. Kita tidak bisa membuktikan bersumber dari mana tapi
langsung ditunjuk siapa yang bertanggung jawab. Kalau perdata
hanya berhubungan dengan 1 manusia kalau bicara kriminal
berhungan dengan anggota masyarakat.
Guntur (PT Tanjung Karang)
Pertanyaan:
Terkait Tanggung jawab Direksi, apabila dalam persyaratan
Direksi lebih dari 2 atau lebih, tanggung jawab berlaku secara
tanggung renteng. Bagaimana melaksanakan putusan tanggung
renteng, karena sangat tidak saat mudah?
Jawaban:
Tanggung renteng semua dapat dituntut kesemuanya
bertanggungjawab 100%. Apakah nanti pembagian diantara
mereka bukan urusan pengadilan, tanggung renteng hubungan
eksternal diluar. Apakah diantara mereka muncul 50-50 atau
30-70 itu urusan mereka, saling memegang satu dengan lainnya.
Bagaimana mereka mengatur urusan mereka sendiri.
Gatot (PT Medan)
Pertanyaan:
Banyak perusahaan asing di Indonesia baik itu induk
atau cabang. Apabila terjadi kejahatan berupa satu cabang atau
agen contoh Manulife, sukoy dll, siapa sesungguhnya yang
bertanggung jawab atas kejahatan perusahaan itu?
Jawaban:
UU penanaman modal asing hanya mengenal penanaman
modal terbatas/Perseroan terbatas. Selain PT dikenal cabang,
93KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
cabang juga turut pada ketentuan penanaman modal jadi tidak
semua. Prinsipnya perwakilan tidak boleh melakukan kegiatan
usaha apapun di Indonesia, yang boleh hanya cabang, agen juga
sama apapun yang di kerjakan oleh agen yang bertanggung jawab
perusahaan. PT dalam rangka penanaman modal asing dan
satu lagi cabang.kalau itu hanya 1 cabang asetnya tidak banyak,
kalau itu mau disita putusan pengadilan kita hanya bisa dipakai
sebatas alat bukti diperadilan di negara lain. Kita kebentur pada
masalah pengakuan pengadilan di negara lain.
Abdurrahman
Pertanyaan:
Saya inggin menanyakan masalah pertanggungjawaban
terhadap korporasi. Dalam acuan ada 3 macam
pertanggungjawaban perdata, pidana dan administrasi.
Didalam pemenuhan pertanggungjawaban secara perdata
apakah juga menghapuskan pertanggung jawaban terhadap
pertanggungjawaban pidana dan administrasi atau termasuk
ketiga-tiganya?
Jawaban:
Tiga-tiganya memiliki ranah yang berbeda. Ada sanksi
ada berupa perdata,pidana dan admistrasi jadimasing-masing
jalan sendiri. Terhadap satu bisa dikenakan tiga-tiganya kalau
memenuhi syarat dan memenuhi unsur.
Anonym
Pertanyaan:
Umpama ada satu perusahaan dalam rapat pemegang
saham, menyatakan kalau divide-nya tidak dibagi. Apakah ini
merupakan kejahatan korporasi atau apakah perdata mutlak?
94KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Jawaban:
Apakah rapat tersebut secara formal memenuhi
persyaratan tidak pemanggilan 14 hari sebelum tanggal rapat
dll memenuhi syarat berarti rapat itu sah untuk dilaksanakan.
Kedua, saat rapat dilaksanakan memenuhi syarat kuorum atau
tidak kalau iya berarti berhak untuk mengambil keputusan,
kemudian keputusan memenuhi syarat kuorum berarti sah. Itu
semua berkaitan masalah ke perdataan.
Kecuali nanti bisa dibuktikan kalau ternyata laporan
tahunan yang diserahkan untuk pengesahan karena dividen
hanya bisa di putus setelah laporan tahunan/ laporan
keuangan ditemukan ada unsur pidana, maka yang membuat
laporan tersebut bisa di kenakan sanksi pidana, tetapi bukan
pidana korporasi karena yang melakukan itu direksi dibawah
pengawasan dewan komisaris. Kecuali bisa membuktikan untuk
hal ini telah memberikan catatan untuk laporan tahunan/
keuangan tersebut. Berarti semua Direksi bertanggungjawab
kecuali bisa membuktikan kalau tidak setuju dll, tetapi harus
tertera dalam laporan tersebut. Laporan tahunan/laporan
keuangan disiapkan oleh Direksi dibawah pengawasan Dewan
Komisaris dan wajib ditanda-tangani oleh semua Direksi
dan termasuk Dewan Komisaris yang setuju dengan laporan
tersebut. Nanti akan disetujui/sahkan dalam RUPS. Jadi Direksi
dan Dewan Komisaris mereka membuat dan di sah kan di RUPS
(keperdataan). Jika di dalam laporan tersebut ada sesuatu yang
disembunyikan (tindak pidana) misalnya, Perseroan tidak
bertanggungjawab, karena tidak disampaikan dalam rapat
tahunan tersebut. Maka yang apapun yang terjadi itu tanggung
jawab yang membuat laporan tahunan tersebut ,kalau lebih
dari satu tanggung renteng (Direksi dan Dewan Komisaris yang
95KEJAHATAN KORPORASI
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
mentanda-tangani). Itu bisa menjadi tindak pidana korporasi
kalau dalam menyetujui misal masalah pembuangan limbah
melanggar, berarti terkena Undang-Undang Lingkungan Hidup.
Anonym (PT Bandung)
Pertanyaan:
Kenapa kejahatan korporasi tidak banyak mencuat, apakah
karena tidak ada laporan dari masyarakat atau karena apa?
Jawaban:
Karena sistem kita, kalau tidak bisa memilah yang mana
kejahatan korporasi atau individusi. Yang mereka tahu individu
paling gampang manusianya yang dituntut korporasi terabaikan.
Nardiman (PT Medan)
Pertanyaan:
Bagaimana menentukan tanggung jawaban antara Direksi
dan Komisaris?
Jawaban:
Direksi dan dewan komisaris harus dipegang bersama-sama
bertanggung jawaban. Kedua, mereka harus bisa membuktikan
berarti mereka keluar dari tanggung jawab tersebut, berarti
Direksi yang bertanggung-jawab, diantara sesama Direksi
bisa membuktikan kalau tidak setuju sisanya yang tidak dapat
membuktikan dia lah yang bertanggung jawab. Kalau sampai
seperti itu, itu bukan korporasi. Kecuali semua dewan komisaris
dan semua Direksi tidak bisa membuktikan ada kemungkinan
itu pidana korporasi.
97
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak pidana narkotika
KBP. SUndari, S.Sos., M.H.
SESI IV
99
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak Pidana Narkotika KBP. Sundari, S.Sos., M.H.
Penyalahgunaan Narkotika
A. Prevalensi Penyalahguna Narkoba Tahun 2011
Data hasil penelitian yang dilakukan oleh BNN
bekerjasama dengan peneliti dari Puslitkes Universitas
Indonesia tahun 2011 didapat estimasi angka penyalahguna
narkoba di Indonesia mencapai prevalensi 2,2% dari
penduduk berusia 10 sampai dengan 59 tahun atau setara
dengan 3,8 juta jiwa.
B. Korban Narkoba
1. Pengguna (Kerusakan otak permanen, kualitas sdm
menurun, waktu dan kesempatan hilang, dll)
2. Keluarga (tenaga, waktu, biaya, pikiran, perasaan, dll)
3. Masyarakat (nyawa, materi, dll) - contoh kasus di
Tugu Tani.
C. Jenis-Jenis Narkoba
GOLONGAN 1
1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-
bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali
bijinya.
2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri
100TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L
3. Opium masak terdiri dari:
• Candu : Hasil yang diperoleh dari opim mentah.
• Jicing : Sisa-sisa dari candu setelah dihisap.
• Jicingko : Hasil yang diperoleh dari pengolahan
jicing
• Tanaman koka
• Daun koka
• Kokain mentah
• Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina
• Tanaman ganja
• Tetrahydrocannabinol
• Asetorfina
• Acetil-alfa-metil-fentanil
• Alfa-metilfentanil
• Heroin
• MDMA
• Opium obat
• dll
GOLONGAN 2
• Alfasetilmetadol
• Alfameprodina
• Alfametadol
• Alfaprodina
• Alfentanil
• Allilprodina
• Anileridina
• Asetilmetadol
• Benzetidin
• Benzilmorfina
101TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
• Betameprodina
• Betametadol
• Dekstromoramida
• Diampromida
• Difenoksilat
• Difenoksin
• Dipipanona
• dll
GOLONGAN 3
• Asetildihidrokodeina
• Dekstropropoksi fena
• Dihidrokodeina
• Etilmorfina
• Kodeina
• Nikodikodina
• Nikokodina
• Norkodeina
• Polkodina
• Propiram
• Buprenorfina
• Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain
bukan Narkotika
• Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain
bukan Narkotika
102TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
D. Prevalensi Penyalahguna Narkoba Tahun 2004,
2009 Dan 2011
Ketentuan dalam UU Narkotik tentang rehab medis dan
sosial bagi pecandu, korban penyalahgunaan dan penyalahguna
narkotika.
E. Bisnis Ilegal Narkoba
• Berlaku hukum ekonomi: supply melimpah, demand
menurun, maka harga akan jatuh.
• Sebaliknya, supply kurang, demand meningkat, maka
103TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
harga akan tinggi.
• Untuk itu, dalam menekan peredaran narkoba
diperlukan upaya menekan supply sekaligus menekan
demand.
• Apabila harga tidak bagus, maka orang tidak akan
tertarik berbisnis narkoba, karena resikonya berat.
Strategi BNN Dalam Menangani Masalah Narkoba:
• Supply reduction: melakukan operasi pengungkapan
jaringan dan menindaknya. membuat jaringan miskin
(pemberantasan).
• Demand reduction: sebanyak mungkin merehabilitasi
penyalahguna/korban narkoba untuk dipulihkan
(rehabilitasi). jumlah penyalahguna narkoba sekitar 3,8
juta orang (2,2 % jumlah penduduk indonesia).
• Membuat imun yang belum terkena (pencegahan).
97,8% yang belum terkena narkoba diupayakan untuk
tidak terpengaruh narkoba, baik sebagai pemakai
maupun sebagai pengedar.
105
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak Pidana Narkotika
Dan
Pencucian Uang
A. Latar Belakang
Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
cenderung semakin meningkat baik secara kuantitatif dan
kualitatif dengan korban yang meluas terutama dikalangan
anak-anak, remaja dan generasimuda pada umumnya
(diperkirakan 5,1 juta th 2015) yang dapat merusak sendi-
sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Tindak pidana narkotika tidak lagi dilakukan secara
perseorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang
secara bersama-sama, bahkan merupakan satu sindikat yang
terorganisasi dengan jaringan yang luas yang bekerja secara
rapi dan sangat rahasia baik di tingkat nasional maupun
maupun internasional, menggunakan modus operandi
yang tinggi, teknologi canggih, sangat sulit membuktikan
perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pelaku.
Penjatuhan hukuman yang berat ternyata tidak
membuat jera bagi para pelaku terbukti bahwa peredaran
gelap narkotika tetap meningkat dan dikendalikan pelaku
walaupun berada dalam lembaga pemasyarakatan atau pun
rumah tahan karena masih memiliki banyak uang.
Harta kekayaan adalah titik terlemah dari rantai
kejahatan sehingga penghancuran jaringan keuangan
merupakan upaya memiskinkan para pelaku agar peredaran
gelap narkotika dapat ditekan adanya paradigma baru dalam
melawan kejahatan yaitu follow the money, penelusuran
106TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dalam rangka mengetahui harta kekayaan untuk disita &
dirampas untuk negara.
B. Dasar Hukum
• Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang KUHP
• Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana
• Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika
• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang
• Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tanggal 20 November
2009 tentang Syarat Dan Tata Cara Pengangkatan Dan
Pemberhentian Penyidik Badan Narkotika Nasional
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
454).
• Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor: 091/KMA/
Vii/2010 Tanggal 2 Juli 2010 tentang Pendapat Hukum
(Fatwa) Atas Pelaksanaan Kewenangan Penyidik Bnn,
Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009.
• Inpres No. 12 Tahun 2011 tentang Kebijakan Dan
Strategi Dalam P4gn
C. Transnational Organize Crime
• Lintas negara: negara asal narkoba, negara transit,
negara tujuan pemasaran
• Pelaku/jaringan melibatkan multi kewarganegaraan
• Penanganannya perlu kerjasama internasional
107TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
• Jaringan tertutup/rahasia, terputus.
• Komunikasi rahasia dg sandi, menggunakan hp, email,
fb, twitter, dll
• Melibatkan oknum-oknum aparat
D. Extra Ordinary Crime
• Korbannya luas dan masif, setiap hari sekitar 50 orang
meninggal dunia
• Kerugiannya sangat besar.kerugian per tahun sekitar
rp. 50 trilyun (uang hasil penjualan narkoba, biaya
rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, menurunnya
kualitas SDM dengan kerusakan otak secara permanen,
dll)
• merusak kesehatan dan masa depan generasi muda.
• pelakunya melibatkan jaringan yang luas, lintas negara,
memiliki dana yang sangat besar.
• memerlukan penanganan secara khusus dan undang-
undang khusus.
• ancaman serius terhadap keamanan (narcoterrorism).
E. Modus Operandi Masuknya Narkoba Dari Luar
Negeri
• Ditelan ke dalam perut berupa kapsul
• Kaki palsu
• Kainan anak-anak
• Daster/handuk basah (shabu cair)
• Kaleng kue
• Patung
• Keramik
• Jenazah bayi
108TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
• Dinding koper
• Dalam batu nisan
• Dalam buku tebal
• Hak sepatu
• Body wrapping
• Papan selancar
• Plafon mobil
• Kaset
• Kemaluan
• Kemasan shampo/ obat cair
• Kemasan minuman/susu/teh
• Al-qur’an
1. Modus operandi rekrutmen kurir
a. Direkrut secara langsung dan si calon kurir secara
sadar mau menjadi kurir dengan segala resikonya
(alasan ekonomi).
b. Direkrut dengan berbagai cara atau pendekatan
yang berupa tipu muslihat, diperdaya, dijebak,
seperti:
• dipacari dan diajak nikah di luar negeri, tapi
kemudian seolah-olah ditunda pernikahannya
dan ketika pulang ke indonesia, dititipi koper
berisi narkotika.
• diajak jalan-jalan gratis ke luar negeri, tetapi
ketika pulang dititipi koper berisi narkotika.
sedangkan pihak yang mengajak, pulangnya
tidak bersamaan.
• diajak kerja sama membangun bisnis di
luar negeri. setelah hubungan terjalin baik,
kemudian ketika mau pulang dititipi koper
109TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
isinya narkotika.
• dititipi paket berupa dus kotak oleh teman
sendiri, ternyata isinya narkotika.
• dipinjam alamat rumahnya untuk menerima
paket dari luar negeri, ternyata paketnya
berisi narkoba.
c. Sebagian kurir direkrut berasal dari para tkw/
tki yang sedang bekerja di luar negeri dan akan
pulang ke Indonesia. atau TKW/TKI yang akan
pergi dari negara tempat dia bekerja ke negara
lainnya.
2. Modus operandi membangun jaringan
• Pengedar skala kecil direkrut tanpa modal. apabila
merangkap sebagai pemakai, jual 10 gratis 1.
• Pengedar yang tdk memakai perlu modal (cari
untung).
• Jaringan pengedar narkoba terpisah dengan
jaringan keuangannya.
• Di tempat2 hiburan malam.
• Di suatu komunitas tertentu.
• Melibatkan multi kewarganegaraan/etnis.
• Di rutan dan lapas.
• Melibatkan oknum untuk memperlancar
operasinya.
3. Modus operandi tindak pidana pencucian uang terkait
tindak pidana narkotika
a. Buka rekening dengan identitas palsu.
b. Mentransfer uang menggunakan mobil banking
dan e-banking.
c. Mentransfer/menerima transfer menggunakan
110TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
rekening orang lain yang dipinjam dengan
berbagai alasan.
d. Menukar uang dari rupiah ditukar dengan mata
uang asing baik di money changer legal maupun
illegal yg dipercaya untuk mengelola rekening
tersangka.
e. Mendirikan cabang money changer & jasa
pengiriman uang di indonesia yg pusatnya berada
di kuala lumpur dan singapura.
f. Mengirim mata uang asing hasil kejahatan
narkotika keluar.
g. Menerima uang hasil narkotika baik tunai
maupun melalui transfer kemudian ditempatkan
ke rekening (deposito/tabungan) atau diserahkan
secara tunai kepada keluarga terdekat (pacar,
suami, isteri, anak, orang tua, adik, kakak).
h. Menerima uang hasil narkotika baik tunai maupun
melalui transfer dan digunakan untuk membeli
harta berupa:
• barang bergerak (kend bermotor, laptop, hp,
perhiasan/logam mulia)
• barang tidak bergerak (tanah, rumah, ruko,
apartemen)
• surat berharga
• saham perusahaan
• membayar premi asuransi
i. Menyembunyikan dan menyamarkan asal usul
harta milik tersangka narkotika dengan cara
menempatkan uang milik tersangka narkotika di
safe deposit box salah satu bank menggunakan
111TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
namanya sendiri.
F. Pengungkapan Jaringan Tp Narkotika Dan Tp
Pencucian Uang
• Penyelidikan
• Penyidikan
1. Tahap Penyelidikan
Penyelidikan atas kebenaran laporan serta
dugaan ttg adanya penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika dan prekursor narkotika dan pencucian
uang, berupa laporan informasi yang berasal dari:
• Masyarakat
• Penyidik yang sedang melaksanakan proses
penyidikan tp asal (redicate crime)
• Laporan hasil analisis ppatk
a. Berdasarkan laporan informasi yang diperoleh
akan di tindak lanjuti dg kegiatan penyelidikan
dengan membuat perencanaan penyelidikan yang
memuat beberapa hal:
1) Penyelidik
2) Sasaran penyelidikan
• orang;
• benda/barang
• tempat/lokasi;
• peristiwa/kejadian.
3) Teknis penyelidikan
4) Proses penyelidikan
• perencanaan
• persiapan
• pelaksanaan
112TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
• analisa dan evaluasi
• pelaporan
b. Dalam hal pelaksanaan penyelidikan dilaksanakan
dengan 2(dua ) tahap:
1) Techno intelligence, menggunakan alat
teknologi informasi dengan metode sbb:
2) Human intelligence, terdiri dari
kegiatan:
Hasil penyelidikan dituangkan dalam
laporan hasil penyelidikan yang kemudian
dipelajari, dianalisis/diolah sehingga merupakan
keterangan-keterangan yang berguna untuk
kepentingan pembuatan laporan kasus narkotika
sebagai dasar pelaksanaan penyidikan.
2. Tahap Penyidikan
Berdasarkan laporan hasil penyelidikan,
PELACAKAN,PENYADAPAN,PEREKAMAN
ALAT KOMUNIKASI,REKENING
OBSERVASI,WAWANCARA,SURVEILANCE,UNDERCOVER,
PENGGUNAAN INFORMAN
SASARAN PENYELIDIKAN
113TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
maka dilakukan gelar untuk menentukan bahwa
penyelidikan dapat ditindak lanjuti ke tahap
penyidikan dengan melakukan:
a. Upaya paksa atau penindakan dan pemeriksaan
baik thd saksi, ahli , barang bukti dan tersangka,
dalam rangka:
• pengumpulan alat bukti
• penyelamatan aset hasil tindak pidana,
berupa: pemblokiran dan penyitaan aset
terhadap barang yg bergerak/tidak bergerak
b. penyelesaian berkas perkara
c. penyerahan berkas perkara
d. penyerahan tersangka dan barang bukti
G. Kebijakan Dan Strategi Dalam P4gn (Inpres No.12
Th 2011)
1. Arah kebijakan P4GN
• Demand reduction; menjadikan 97,2%
penduduk Indonesia imun terhadap p4gn dengan
menumbuhkan sikap menolak narkoba dan
menciptakan lingkungan bebas narkoba.
• Menjadikan 2,8 % penduduk indonesia ( penyalah
guna narkoba ) secara bertahap dapat palayanan
rehab medis dan rehab sosial serta mencegah
kambuh dengan program after care.
• supply reduction: menumpas jaringan
sindikat narkoba dalam maupun luar negeri
dan menghancurkan kekuatan ekonomi jaringan
sindikat dengan sita asset yg berasal dari tindak
pidana narkoba melalui penegakkan hukum yang
114TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tegas dan keras.
2. Strategi dibidang pemberantasan
• Pengawasan terhadap impor, produksi, distribusi
penggunaan, ekspor, re-ekspor bahan kimia
prekursor.
• Ungkap pabrik gelap narkoba lab/rumahan.
• Ungkap tppu terkait tindak pidana narkoba.
• Lidik, sidik, tuntut, peradilan jar narkoba dalam
dan luar negeri.
• Tindak tegas aparat penegak & pemerintah yang
terlibat.
• Kerja sama aparat penegak hukum dilapangan.
• Kerja sama aparat gakkum tingkat internasional
u/ ungkap jar internasional.
115
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tanya Jawab
Karel Tuppu (PT Medan)
Pertanyaan:
Terima kasih kepada penceramah yang telah memaparkan
jaringan narkotika baik yang nasional maupun yang internasional,
tapi ada satu hal yang menurut kami sampai dimanapun aparat
(dalam hal ini BNN) akan memberantas jaringan narkotika,
kalau masih tetap ada keterlibatan aparat contohnya petugas
lapas maka akan sulit diberantas. Pengendalian yang kita lihat
tadi kebanyakan dari lapas, kalau alat komunikasi masih bebas
digunakan maka sampai kapanpun tidak akan dapat diberantas.
Seandainya nanti mungkin ada semacam sharing seperti yang
dikatakan kawan kami Pak Lexsy, bandingkan dengan lapas
di luar negeri, para petugas di sana bahkan kepala lapas tidak
diperkenankan membawa handphone atau alat komunikasi
dilingkungan lapas. Sudah bukan merupakan rahasia lagi bahwa
petugas lapas juga menyewakan alat komunikasi kepada anak
binaan di lapas. Saya katakan bahwa sampai kapanpun kalau
masih tetap begini maka tidak akan bisa diberantas. Terima
kasih.
Jawaban:
Terima kasih Bapak, mendengar masukan dari Bapak
tadi, ini akan kami laporkan kepada pimpinan bahwa memang
kami yakini kalau tidak ada handphone pasti tidak akan
terjadi, karena sekarang napi yang mengendalikan kasus sejuta
ekstasi yang masuk lewat Tanjung Priok dengan kontainer
yang didalamnya seolah-olah dokumennya itu adalah masalah
ikan, aksesoris akuarium, makanan ikan dan sebagainya, tapi
ternyata di dalamnya sebenarnya ada dua belas dus ekstasi yang
116TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
jumlahnya sekitar 1,4 juta ekstasi. Nah itu dikendalikan oleh napi
yang ada di lapas, saat ini masih kami pinjam, memang dalam
aturan dirjen lapas bahwa BNN itu hanya boleh meminjam
sehari, dari manapun lapasnya, setelah sehari, BNN harus setiap
hari mengembalikan kepada lapas terdekat, tapi itu tidak bisa
kami lakukan, kenyataannya ketika mereka balik ke Lapas,
mereka akan mendapat handphone lagi, mereka jualan lagi,
bahkan sekarang ini ada tahanan yang sedang mogok makan,
sebelumnya dia berupaya bermacam alasan untuk minta pindah
ke rutan yaitu ke tempat asalnya di Lapas Cipinang. Alasannya
mereka tertekan dan depresi di BNN karena tidak bisa komukasi
dan lain-lain, alasannya macam-macam tapi tetap tidak kami
pindahkan. Bahkan sampai mogok makan, dia bilang sakit tapi
tidak mau dibawa ke rumah sakit pada waktu kondisinya sudah
menurun, tapi perintah dari Pak Deputi Pemberantasan Bapak
Benny Mamoto itu bukan salah kita kalau dia mogok tidak mau
makan dan tidak mau dibawa ke rumah sakit, jadi kita siap
ambulance untuk membawanya ke rumah sakit untuk diinfus,
sampai seperti itu. Mereka sangat depresi ketika masuk di BNN.
Kalau dia hanya dikasih ijin satu hari, jaringan kita tidak bisa
mengungkapnya, jadi ini benar-benar luar biasa, masukan dari
Pak Karel tadi akan segera kami laporkan ke pimpinan, jadi setiap
rutan tidak boleh ada masuk handphone termasuk petugasnya.
Elang Prakoso (PT Medan)
Pertanyaan:
Pada waktu saya di Jakarta Utara banyak menangani
kasus narkotika, tapi waktu itu BNN belum bertugas sebagai
penyidik karena saya bertugas tahun 2000 s.d. 2005. Yang
saya lihat fenomenanya waktu itu kalau yang tertangkap adalah
117TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
bandarnya bersama dengan anak buahnya misal 3 orang maka
rata-rata diberkas bandarnya hilang, kemudian ketika saya
tanya penyidiknya itu DPO, sementara Terdakwa mengatakan
bahwa bandar dan anak buah ditangkap secara bersama-sama.
Ini lah yang mungkin menjadi kendala sehingga ketika kita
lihat tadi yang Ibu paparkan betapa sudah bagusnya rencana
pemberantasan narkotika tetapi bukannya berkurang malah
bertambah. Kemudian tentang sistem pembuktian terbalik yang
tadi Ibu wacanakan, kami sebagai pelaksana bukannya tidak
mendukung tapi bagaimana hukum acaranya? karena memang
belum diatur tentang pembuktian terbalik, contohnya di Jakarta
Selatan ada kasus pencucian uang dengan pembuktian terbalik
dikabulkan tetapi ada satu kasus dengan pembuktian terbalik
ditolak, padahal di satu PN yang sama. Hal ini menandakan
bahwa sebetulnya karena belum ada hukum acaranya maka
tergantung hakimnya mau menerapkan atau tidak. Kemudian
tadi tentang boski, sistem pemidanaan di Indonesia itu kalau yang
saya pelajari pidana penjara maksimal hanya 20 tahun, tapi tadi
Ibu katakan bahwa Boski pernah dihukum 20 tahun kemudian
kasus berikutnya dihukum 10 tahun, yang saya tanyakan apakah
sistem pemidanaan di Indonesia sudah berubah sehingga
seperti di Amerika, kalau satu Terdakwa itu dihukum 20 tahun
kemudian ditambah 30 tahun menjadi 50 tahun apakah sudah
seperti itu? karena yang saya pelajari sampai hari ini memang
menurut saya belum berubah. Contohnya kasus Gayus, saya
bertemu dengan hakim yang memutus dan bertanya berapa
sekarang hukumannya Gayus? 28 tahun. Lalu pemidanaannya
bagaimana? Dia menjawab ya sudah yang penting diputus dulu
28 tahun, nanti pelaksanaannya biar dihitung di rutan, nah
apakah seperti itu? Tapi ini sebetulnya bukan porsinya Ibu,
118TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
saya hanya ingin sharing dengan teman-teman sesama hakim,
saya pernah membaca putusan ketika hukumannya sudah
maksimal 20 tahun, maka meskipun dalam putusan dinyatakan
bersalah tapi pemidanaannya nihil, tapi sekarang tren nya selalu
ditambah-tambah. Ini hanya sharing dengan teman-teman,
mungkin nanti teman-teman bisa menambah wawasan saya
apakah sistem pemidanaan di Indonesia sudah berubah atau
bagaimana? Terima kasih.
Jawaban:
Bapak tadi menyampaikan tentang sistem penghukuman,
bahwa hukuman yang paling tinggi itu maksimal 20 tahun, tidak
boleh lagi ada pemidanaan yang lain-lain, ini bukan kapasitas
saya untuk menjawab, tapi ini untuk masukan saja, tetapi kalau
dari sisi kami sebagai penyidik kami akan tetap melakukan proses
penyidikan, dalam arti akan mengarah kepada aset-aset mereka,
kalau tidak diproses, asset mereka seperti apa? asset-asset
mereka tidak akan ditelusuri dan disita, kalau dari sisi penyidik.
Jadi kami tetap proses tapi utamanya adalah untuk ke arah
aset-asetnya, nanti untuk pemidanaannya akan kami serahkan
kepada ahli hukumnya. Kemudian selain aset, kami harapkan
dengan adanya napi-napi yang mengulangi perbuatannya lagi,
apalagi mengendalikan, harapannya dengan adanya kasus yang
baru, dia tidak akan diberikan remisi atau grasi, karena mereka
masih bisa mempunyai kesempatan untuk diberikan remisi
kemarin-kemarin, tetapi kemarin pada saat 17 Agustus yang
lalu tahun 2012, sempat dengan adanya grasi korbik, sehingga
remisi untuk beberapa tindak pidana seperti korupsi, narkotika,
teroris dan makar sangat selektif untuk diberikan, bahkan
kemarin tidak ada napi khususnya yang jaringan internasional
dan nasional digagalkan untuk permohonan remisi. Harapannya
119TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
setelah mereka melakukan yang kedua dan berikutnya akan
mempercepat kemungkinan eksekusi matinya atau menghambat
mereka untuk melakukan permohonan remisi dan grasi.
Bandar banyak yang jadi DPO, ini mudah-mudahan
kedepan akan lebih baik, kita akan mentarget bandarnya, kita akan
menangkap kurirnya yang belakang, ketika kurirnya ditangkap,
pemasok akan bisa merekrut 1000 kurir dengan uangnya, dia
tidak masalah kehilangan kurir yang hanya 1 kg, banyak kurirnya
kok, tapi justru dengan memutus jaringan dengan target adalah
bandarnya sehingga benar-benar pelacakannya analisanya oleh
BNN itu dari IT, bukan konvensional dari bawah ke atas. Akan
sulit bertanya kepada kurir siapa yang menyuruhnya, karena
kurir tidak akan kenal dengan orang yang menyuruhnya, karena
perintah itu lewat telepon, jadi antara kurir dan pengendali itu
terputus, sehingga salah satu teknik pemutus jaringan dengan
handphone selalu diikuti berbulan-bulan, mengecek kemana
saja dia berhubungan, ketika ini ditangkap kita sudah dapat
data pengendalinya. Harapannya semua itu dari IT sudah bisa
menjadi alat bukti, dari rekeningnya yang kita buka juga sudah
bisa menjadi alat bukti, demikian juga dengan hasil laporan
penyelidikan di lapangan, jadi setelah IT di kantor dianalisa,
kemudian digelarkan di pimpinan kemudian dilakukan penelitian
pengecekan dilapangan untuk pencocokan lagi dilapangan
ketika cocok digelar lagi baru untuk menentukan kapan jam dan
menitnya akan di dilakukan penangkapan, karena kalau tidak
begitu, semenit saja dia bisa hangus, contohnya ketika ada kurir
yang ditangkap, kalau tidak hati-hati tidak bisa terlihat atasnya
(bosnya), karena mereka tahu dimonitor oleh bosnya, bosnya itu
seolah-olah punya strategi, ketika dalam beberapa menit tidak
bisa dikontak, berarti kurirnya ditangkap, jadi benar-benar
120TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dibutuhkan kecepatan untuk menentukan kapan ditangkapnya
sehingga semuanya bisa kena. Itu harapan kami dengan adanya
bandar yang sebenarnya ada tapi dinyatakan DPO, ini merupakan
target dari pada strategi BNN sesuai INPRES No. 12 tahun
2011, ini adalah target, salah satunya adalah aparat penegak
hukum, tindak tegas aparat penegak hukum dan pemerintah
yang terlibat, mudah-mudahan kalau misalkan nanti Bapak Ibu
sedang melakukan pemeriksaan kasus narkotika yang kira-kira
ada yang aneh-aneh, mohon kiranya diberikan laporan kepada
BNN, kalaupun mungkin tidak bisa tertulis mungkin bisa by
phone, pasti akan direspon, apalagi kalau langsung kepada
kami, nanti kami akan lapor kepada deputi langsung untuk
menindak lanjutinya, jadi paling tidak dengan adanya Bapak
ibu yang sedang melakukan pemeriksaan, maka data-datanya
sudah ada dan kami akan menyerap dan mempelajari kasus
yang sedang diperiksa itu, dan kami bisa melakukan penyidikan
terhadap aparat penegak hukum yang diduga terlibat. Itu yang
kami harapkan, dengan saling memberikan informasi, dengan
semangat bersama untuk perang melawan narkotika ini akan
terbentuk semakin kuat ke depan.
Lexsy Mamoto (PT Medan)
Pertanyaan:
Dalam hal pengendalian jaringan narkotik, saya pikir
pihak BNN tahu persis karena ketika kami berkunjung ke
penjara di Pennsylvania bersama BNN dan Kejaksaan Agung, di
sana semua pihak dilarang membawa alat komunikasi ke dalam
penjara termasuk kepala lembaganya, hal tersebut bertujuan
untuk memutus mata rantai pengendalian jaringan narkotika
international. Saya pikir apa yang telah kami temukan bersama
121TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
BNN waktu itu perlu di follow up, ternyata sampai sekarang
kalau memang kita ada keinginan kuat untuk melakukan
pemberantasan kan tidak susah untuk mengeluarkan peraturan
melarang siapapun termasuk kepala lembaganya membawa
alat komunikasi ke dalam penjara sehingga tidak perlu susah-
susah Wakil Kemenkumham melakukan sidak kepada para napi
yang mengendalikan transaksi narkoba melalui handphone di
dalam rutan. Barangkali sedikit untuk menegaskan agar kiranya
hal itu perlu ditindaklanjuti sehingga salah satu bentuk dari
pengendalian narkoba di lembaga permasyarakatan itu dapat
terkendali. Demikian, terimakasih.
Jawaban:
Terimakasih Bapak, kami akan sampaikan masukan Bapak
kepada pimpinan untuk segera direalisasikan, apalagi antara
BNN dan Kemenkumham khususnya sudah ada MoU, waktu
lalu memang ada kendala waktu di Lapas Pekanbaru, tapi nanti
akan saya sampaikan bahwa ada masukan dari hakim tinggi yang
berada di Medan dan hakim tinggi lainnya mungkin akan lebih
kuat sebagai masukan ke KBNN, terima kasih.
Elnawisah (PT Banten)
Pertanyaan:
Pertanyaan saya juga berupa sharing dengan teman-teman,
bahwa di dalam perkara narkotika itu kan selalu tertangkap
tangan barang bukti, kadang berupa shabu kadang berupa
ganja, itu di dalam pasal 101 Undang-Undang Narkotika No. 35
tahun 2009 disebutkan bahwa alat atau barang yang digunakan
dalam tindak pidana narkotika itu dapat dijual dan hasilnya
dirampas untuk negara dan hasilnya dapat digunakan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan untuk pengobatan dan untuk
122TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
rehabilitasi medis sosial orang yang terkena narkotika. Di dalam
KUHAP Pasal 45 dinyatakan bahwa barang bukti yang dilarang
peredarannya harus dirampas untuk negara, nah ini selalu
terdapat dua perbedaan pendapat, barang bukti narkotik apakah
di rampas untuk negara atau dirampas untuk di musnahkan?
Bagaimana menurut BNN, mungkin dari segi ini BNN lebih
mengetahui kemanfaatannya, apakah sebaiknya dirampas untuk
negara atau di rampas untuk dimusnahkan? Terimakasih.
Jawaban:
Berkaitan dengan barang bukti yang tertangkap tangan,
khususnya narkotik, dan alat-alatnya hasilnya dirampas untuk
negara, pendapat saya ada dua hal, pertama narkotikanya itu
sendiri dirampas untuk negara dalam artian ini adalah untuk
dimusnahkan, tetapi pemusnahan untuk narkotiknya. Kita tahu
bahwa sebelum Undang Undang No. 35 tahun 2009 proses
dari pemusnahan ini adalah setelah inkracht, padahal proses
pemeriksaan perkara itu sendiri sangat membutuhkan waktu
yang cukup lama, sehingga ketika ada suatu masalah distorsi di
perjalanan pemeriksaan upaya hukum ada yang hilang, ada yang
ditukar,olehUndang-Undanginidiakomodirfilosofinyaadalah
supaya dimusnahkan lebih awal, artinya dengan Undang-Undang
No. 35 Tahun 2009 ini ketika di tangkap dan disita narkotikanya,
penyidik wajib meminta atau melaporkan kepada kejaksaan
negeri setempat dimana narkotik itu disita untuk meminta
penetapan ketetapan status penyitaan barang bukti narkotika.
Jadi penyidik sudah menimbang di depan pelaku dan penasihat
hukumnya, misalkan contoh 1 kg sabu disita dari Tersangka,
dengan disaksikan oleh penasihat hukum dan Tersangka akan
ditimbang dan disisihkan, disisihkan sebagian untuk pengadilan,
disisihkan sebagian kecil untuk teknologi penelitian, kemudian
123TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
untuk Diklat, sisanya yang sebagian besar adalah dimusnahkan,
dengan catatan pada waktu pemusnahan berdasarkan ketetapan
status dan penetapan penyitaan serta disaksikan dan dibuatkan
berita acara oleh pengadilan, kejaksaan itu sendiri, Jaksa Penuntut
Umum, kemudian juga pihak Badan POM, kesehatan, kemudian
tokoh masyarakat. Harapannya tidak ada celah bagi penyidik
untuk bermain atau siapapun untuk melakukan penyalahgunaan
atau mencuri atau apa terhadap barang bukti, jadi dikawal.
Kami juga sebagai direktur pengawasan barang bukti ketika ada
penangkapan di BNN khususnya, baru di BNN diterapkan, akan
kita kawal dari awal, jadi semua mengawasi penyidik, penasihat
hukumnya juga dihadirkan untuk menyaksikan, karena kalau
pada waktu penimbangan dan penyisihan serta pemusnahan
tidak dihadirkan Tersangka dan penasihat hukumnya, mereka
bisa saja mengelak di pengadilan, itu bukan barang bukti saya
atau apapun, jadi benar-benar dilakukan pengawasan yang ketat
terhadap barag bukti narkotika yang dimusnahkan, menghindari
adanya dijual lagi dan untuk kepentingan pribadi, sedangkan
untuk hasil kejahatannya itu dirampas untuk negara dalam
artian adalah untuk yang penegakan hukum tadi Bu, penegakan
hukum, rehab dan reward untuk masyarakat yang berkontribusi
sebagai pelapor, karena selama ini masyarakat masih takut untuk
melaporkan narkotika, takut diteror dan sebagainya.
Anonym
Pertanyaan:
Saya mau menanyakan tentang tugas dari BNN, apakah
tugas BNN ini di dalam penanganan kasus-kasus narkoba lebih
berat kepada penanganan represif atau preventif? tapi kalau
melihat penjelasan Ibu tadi, BNN lebih berat pada represifnya,
124TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
padahal sebenarnya untuk menekan kasus penyalahgunaan
narkoba. Saran saya sebaiknya BNN itu lebih banyak ke preventif,
sebab sekarang kelihatannya kasus-kasus narkoba itu makin
hari makin meningkat, makanya saya ragu target Ibu tahun 2015
itu Indonesia bebas narkoba bisa tercapai. Saya kira demikian,
terimakasih.
Jawaban:
Tugas BNN ini ada beberapa deputi, jadi BNN itu
merupakan rumah jabatan sipil, yang ada didalamnya adalah
beberapa instansi pemerintah seperti Depsos, Depkes,
Kemenetrian Luar Negeri dan Dalam Negeri, Bea cukai, Imigrasi
dan ada juga POLRI. Sebenarnya ada Deputi Pencegahan, di sana
ada Deputi Rehab, Deputi Pemberantasan, Deputi Kerjasama
antar instansi di dalam negeri dan luar negeri dan hukum.
Sebenarnya sudah ada Bapak, jadi pencegahanpun deputinya
adalah dari Depkominfo. Harapannya beliau akan melakukan
penyuluhan secara masif dalam segala cara. Mungkin kalau
dirasakan masih kurang mungkin mudah-mudahan kedepan
akan lebih banyak lagi yang bisa membantu merekrut untuk
menjadi penceramah ataupun penyuluh karena dari semua pihak
termasuk Bapak Ibu sebagai Hakim mungkin bisa menjadi salah
satu penyuluh baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian kalau kita BNN terlihat lebih represif, memang
sekarang kita melakukan gencar karena Pak Benny Mamoto
yang sekarang menjabat sebagai Deputi sering mengatakan
“kalau kita tidak bergerak sekarang bagaimana 5 tahun ke
depan negeri ini, bagaimana anak cucu kita, saya hanya jihad
untuk kerja seperti itu”. Jadi kalau terlihat lebih aktif di represif
memang itulah gerakan daripada pemberantasan sekarang, tapi
untuk rehab sedang juga digiatkan untuk bagaimana dibuat
125TINDAK PIDANA NARKOTIKA
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
atau dibangun tempat-tempat rehab yang bernuansa kehutanan
dan kelautan, dan juga kita membuat MoU kepada pihak-pihak
kementerian kehutanan, perikanan untuk melakukan rehab
kepada anak-anak bangsa yang terjebak sebagai penyalah guna,
itu harapan kami, sehingga baik dari sisi pencegahan maupun
pemberantasan berjalan bersama-sama untuk menekan. Seperti
yang saya sampaikan bahwa untuk menekan sampai nol untuk
bebas sama sekali itu tidak mungkin, dan itu memang slogan,
karena sangat tidak mungkin, tapi harus dibuat slogan untuk
memotivasi, jadi bertahap sebagai pemacu semangat, karena
kalau tidak maka akan banjir baik pengguna maupun pengedar
narkoba. Namun kami untuk deputi yang lain juga harus lebih
giat lagi jihadnya. Terimakasih
127
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak Pidana perbankan
Prof. dr. sutan remy syahdeini, s.h.
SESI V
129
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak-Tindak Pidana Perbankan Indonesia
A. Pengertian Tindak Pidana Perbankan
• Arti luas: TPP adalah perilaku (conduct), baik berupa
melakukan sesuatu (commission) atau tidak melakukan
sesuatu (omission), yang menggunakan produk
perbankan (banking product) sebagai sarana perilaku
pelakunya atau produk perbankan (banking product)
sebagai sasaran perilaku pelakunya dan telah ditetapkan
sebagai tindak pidana oleh undang-undang.
• Arti sempit: TPP adalah perilaku (conduct), baik
berupa melakukan sesuatu (commission) atau tidak
melakukan sesuatu (omission), yang ditetapkan
sebagai tindak pidana oleh Undang-Undang Perbankan
Indonesia (UU No. 7/1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10/1998).
B. Pasal Sapu Jagad
• Merupakan asas hukum dalam Undang-Undang
Perbankan Indonesia bahwa setiap perilaku (conduct)
yang bertentangan dengan setiap peraturan perundang-
Tindak Pidana Perbankan
Prof. Dr. Sutan Remy Syahdeini, S.H.
130TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
undangan yang berlaku (khusus) bagi bank adalah
tindak pidana.
• Peraturan perundang-undangan yang khusus bagi
perbankan Indonesia adalah Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dan
berbagai Peraturan Bank Indonesia PBI.
• Pasal 49 ayat (2) huruf b
a. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau
pegawai bank yang dengansengaja:
b. Tidak melaksanakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk memastikan ketaatan bank
terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini
dan ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya yang berlaku bagi bank, diancam
dengan pidana penjara sekurang-kurangnya
3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan)
tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan
paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah).
• Pasal 49 ayat (2) huruf b adalah “Pasal Sapu Jagad”.
• Pasal tersebut disebut Pasal Sapu Jagad karena
menentukan bahwa anggota Dewan Komisaris,
Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak
melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan
untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan
dalam Undang-Undang ini dan ketentuan perundang-
undangan lainnya yang berlaku bagi bank diancam
dengan pidana.
131TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
• Artinya, Pasal tersebut menentukan sebagai suatu
tindak pidana terhadap pelanggaran yang bukan saja
terhadap Undang-Undang Perbankan tetapi juga
terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang
berlaku bagi bank.
• Dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b tersebut, peraturan
perundang-undangan lainnya yang dimaksud tidak
ditentukan secara spesifik.
• Selain itu, dapat merupakan tindak pidana terhadap
peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku
bagi bank bukan saja yang sudah ada tetapi juga
yang masih akan ada (belum ada) ketika Undang-
Undang Perbankan berlaku.
1. PasalSapuJagadBagiPihakTerafiliasi
Sejalan dengan semangat Pasal 49 ayat (2) huruf b, Pasal 50
menentukan:
Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan
langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-
undang ini dan peraturan perundang-undangan lainnya
yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8
(delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
2. Pasal Sapu Jagad Bagi Pemegang Saham
Sejalan dengan semangat Pasal 49 ayat (2) huruf b, Pasal
50A menentukan:
Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh
Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank untuk
132TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
melakukan atau tidak melakukan tindakan yang
mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah-
langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan
bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini
dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah).
3. Pasal-Pasal Penting Yang Dapat Diancam Pasal Sapu
Jagad
Pasal 8
• Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib
mempunyai keyakinan berdasarkan analisis
yang mendalam atau itikad baik dan kemampuan
serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi
utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud
sesuai dengan yang diperjanjikan.
• Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum
memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian
yang seksama terhadap watak, kemampuan,
modal,agunan,dan prospekusaha dari nasabah
debitor.
• The Five Cs’ of Credit
• Character
• Capital: Can he pay?
133TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
• Capacity: How much can he pay?
• Conditions (business, legal, politics, dll)
• Collateral
• Sumber pelunasan kredit:
• First way out, dan/atau
• Second way out
Penjelasan Pasal 8
Bank dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah harus pula memperhatikan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi
perusahaan yang berskala besar dan/atau risiko tinggi
agar proyek yang dibiayai tetap menjaga kelestarian
lingkungan.
Pasal 10 Bank Umum dilarang:
• melakukan penyertaan modal kecuali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dan huruf c;
• melakukan usaha perasuransian;
• melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7
Pasal 14Bank Perkreditan Rakyat dilarang:
a. menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam
lalu lintas pembayaran;
b. melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
c. melakukan penyertaan modal;
d. melakukan usaha perasuransian;
e. melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
134TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Pasal 11
(1) Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas
maksimum pemberian kredit atau pembiayaan
berdasarkanPrinsipSyariah, pemberian jaminan,
penempatan investasi surat berharga atau hal lain yang
serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam
atau sekelompok peminjam yang terkait termasuk kepada
perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama
dengan bank yang bersangkutan.
(2) Batas maksimum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh
perseratus) dari modal bank yang sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(3) Bank Indonesia menetapkan ketentuan
mengenai batas maksimum pemberikan kredit,
atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,
pemberian jaminan, penempatan investasi surat
berharga, atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan
oleh bank kepada:
a. pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh
perseratus) atau lebih dari modal disetor bank;
b. anggota DewanKomisaris;
c. anggota Direksi;
d. keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c;
e. pejabatbank lainnya; dan
f. perusahaan-perusahaan yang di dalamnya
terdapat kepentingan dari pihak-pihak sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan
135TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
huruf e.
Pasal 11 ayat (4), (4A), (5)
(4) Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) tidak boleh melebihi 10% (sepuluh perseratus)
dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
(4A) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, bank dilarang
melampaui batas maksimum pemberian kredit
atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
sebagaimana diatur dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan
ayat (4).
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (3) wajib dilaporkan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
C. Penghimpunan Dana Simpanan Tanpa Ijin BI
• Pasal 16 ayat (1)
Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai
Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari
Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur
dengan Undang-undang tersendiri.
• Bagi perbankan Indonesia, berlaku asas bahwa
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan tidak boleh dilakukan oleh pihak yang
bukan bank. Dengan kata lain, hanya bank yang dapat
136TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan.
Asas ini ditentukan dalam Pasal 16 ayat (1) UUP.
• Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 ayat (1)
tersebut di atas diancam dengan pidana penjara serta
denda oleh Pasal 46 UUP yang berbunyi:
1) Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha
dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp.10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).
2) Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang
berbentuk perseroan terbatas, perserikatan,
yayasan atau koperasi, maka penuntutan
terhadap badan-badan dimaksud dilakukan
baik terhadap mereka yang memberi perintah
melakukan perbuatan itu atau yang bertindak
sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau
terhadap kedua-duanya.
• Apakah yang dimaksudkan dengan simpanan menurut
ketentuan Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 46 UUP tersebut?
• Menurut Pasal 1 angka 5 UUP, yang dimaksudkan
dengan simpanan adalah: dana yang dipercayakan
oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya
137TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
yang dipersamakan dengan itu.
• Berdasarkan pengertian atau definisi tersebut, maka
sepanjang bentuknya bukan giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu, maka dana itu, yang
sekalipun dihimpun dari masyarakat, bukan merupakan
“simpanan”.
• Pasal 1 angka 5 UUP membatasi pengertian simpanan
hanya kepada dana masyarakat yang dihimpun dalam
bentukgiro,deposito,sertifikatdeposito,tabungan,dan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
• Ciri khusus dari giro, deposito, sertifikat deposito,
tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu adalah dana yang dipinjam oleh bank (utang
bank) dari nasabah penyimpannya (kreditor bank) dan
menjadi sumber kredit yang diberikan oleh bank kepada
debitor bank.
• Dengan demikian, terdapat perbedaan antara dana
masyarakat yang berbentuk simpanan dan dana
masyarakat yang tidak berbentuk simpanan.
• Apabila dana yang dihimpun dari masyarakat oleh
siapa pun tetapi tidak perlu dikembalikan
kepada pemilik asal dari dana tersebut dan tujuan
penggunaannya bukan untuk disalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit, maka dana
tersebut bukan dana masyarakat yang berbentuk
simpanan.
• Sebagai contoh adalah dana masyarakat yang dihimpun
oleh suatu pihak dengan menerbitkan obligasi yang
ditawarkan/dijual kepada masyarakat melalui pasar
138TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
modal atau melalui penawaran langsung dan apabila
dana masyarakat yang terhimpun dengan cara seperti itu
bukan dimaksudkan untuk disalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit tetapi digunakan untuk
pengembangan usaha sendiri, maka kegiatan tersebut
bukan merupakan kegiatan menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk simpanan.
• Tetapi apabila dana masyarakat yang berhasil dihimpun
melalui penerbitan obligasi tersebut digunakan oleh
penerbit obligasi untuk disalurkan dalam bentuk kredit
atau pinjaman kepada pihak lain, maka dana yang
berhasil dihimpun dari masyarakat melalui penerbitan
obligasi itu merupakan dana yang berbentuk simpanan.
• Karena itu, kegiatan tersebut harus memperoleh izin
dari BI sesuai dengan ketentuan Pasal 16 UUP.
• Banyak contoh dalam kehidupan masyarakat dimana
suatu pihak menghimpun dana dari masyarakat tetapi
penghimpunan dana tersebut tidak dapat dikatagorisasi
sebagai penghimpunan dana dalam bentuk simpanan
karena bukan untuk tujuan pemberian kredit.
• Contohnya adalah penghimpunan dana dari masyarakat
berupa sumbangan tetapi bukan dimaksudkan untuk
disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada pihak
lain tetapi, misalnya, untuk keperluan membantu
kelompok masyarakat tertentu yang tertimpa musibah
(bencana alam seperti tsunami, gunung meletus, dan
lain-lain) atau untuk membantu biaya pengobatan
seorang anak yang cacat sebagaimana yang sering
dilakukan oleh media cetak dan atau elektronik.
• Contoh lain adalah penerbitan surat utang jangka pendek
139TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
(surat utang berjangka maksimum satu tahun) yang
dikenal dengan istilah commercial paper atau CP yang
dijual di pasar uang oleh penerbitnya untuk keperluan
modal kerja atau mengatasi kesulitan cash flow dari
penerbit CP.
• Kegiatan penghimpunan dana yang seperti itu bukan
merupakan kegiatan penghimpunan dana yang
berbentuk simpanan karena bukan untuk disalurkan
kembali dalam bentuk kredit tetapi dipakai untuk
keperluan sendiri.
• Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan penghimpunan dana
masyarakat tetapi tidak untuk disalurkan kembali dalam
bentuk kredit seperti contoh-contoh yang dikemukakan
di atas, tidak dapat diancam berdasarkan Pasal 46 ayat
(1) Undang-Undang Perbankan sebagai tindak pidana
atas pelanggaran ketentuan Pasal 16 ayat (1) UUP.
• Ada ciri lain yang perlu dicermati berkaitan dengan
ketentuan Pasal 16 Undang-Undang itu, yaitu berkaitan
dengan pengertian “masyarakat”.
• Dalam pengertian “masyarakat” terkandung bahwa
pengerahan dana harus bersifat terbuka, yaitu
berlaku bagi siapa pun yang ingin meminjamkan
dananya kepada pihak yang menghimpun dana tersebut
sepanjang orang/perusahaan yang bersangkutan
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak
penghimpun dana.
• Tetapi apabila pengerahan dana tersebut bersifat
terbatas hanya menghimpun dari beberapa orang/
kelompok tertentu saja, menurut saya penghimpunan
dana tersebut bukan merupakan penghimpunan dana
140TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dari masyarakat.
• Sifat keterbukaan dan ketidakterbatasan itulah
yang menentukan apakah upaya penghimpunan
dana itu merupakan kegiatan penghimpunan dana
dari masyarakat atau hanya merupakan kegiatan
penghimpunan dana dari beberapa gelintir orang.
• Kesimpulan dari penjelasan tersebut di atas adalah
bahwa tujuan dari kriminalisasi dari perbuatan
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 46 jo.
Pasal 16 UUP adalah untuk mencegah agar tidak semua
orang atau badan hukum dapat melakukan kegiatan
usaha sebagai lembaga intermediasi tanpa memperoleh
ijin sebagai bank (memperoleh ijin dari Pimpinan Bank
Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha
sebagai bank).
• Menjadi tujuan Undang-Undang Perbankan, bahwa
hanya bank yang dapat melakukan kegiatan sebagai
lembaga intermediasi.
D. Pengawasan Bank
1. Kewajiban Bank Membantu BI Menjalankan Fungsi
Pengawasan Bank
Pasal 30
1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia,
segala keterangan, dan penjelasan mengenai usahanya
menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2) Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib
memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku
dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib
141TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan,
dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank
yang bersangkutan.
3) Keterangan tentang bank yang diperoleh berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) tidakdiumumkan dan bersifatrahasia.
2. Kewajiban Pelaporan Neraca Dan Perhitungan Laba/Rugi
Bank
Pasal 34
1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia
neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan serta
penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2) Neraca serta perhitungan laba/rugi tahunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik.
3) Tahun buku bank adalah tahun takwim.
E. Tindak Pidana Pelangaran Pasal 30 & 34 UUP
Pasal 48
1) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank
yang dengansengaja tidak memberikan keterangan
yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat
(1) dan ayat (2), diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama
10 (sepuluh) tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar
142TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
rupiah).
2) Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai
bank yang dengan lalai memberikan keterangan
yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat
(1) dan ayat (2), diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama
2 (dua) tahun dan atau denda sekurang-kurangnya
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
F. Tindak Pidana Rahasia Bank
1. BANK SEBAGAI LEMBAGA KEPERCAYAAN
• Dibandingkan dengan lembaga atau perusahaan lain,
bank merupakan lembaga atau perusahaan yang unik,
yaitu memiliki sifat yang sangat khusus.
• Bank melakukan kegiatan usahanya dengan
menggunakan dana/uang yang berasal dari masyarakat
yang ditempatkan atau dipinjamkan kepada bank dalam
bentuk simpanan.
• Bank hanya mungkin menghimpun dana simpanan dari
masyarakat apabila masyarakat memiliki kepercayaan
kepada banknya bahwa dana yang disimpan akan dapat
dikembalikan oleh bank apabila ditagih dan apabila bank
merahasiakan baik simpanan maupun identitas nasabah
penyimpan dana.
2. Bank Merupakan Bagian Dari Sistem Moneter
• Sebagai bagian dari sistem moneter, bank sangat highly
regulated.
• Apabila suatu bank mengalami rush, maka rush tersebut
143TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
akan menular terhadap bank-bank lain; Keadaan itu
disebut efek domino atau berdampak sistemik.
• Terjadinya efek domino akan meruntuhkan sistem
moneter.
G. Rahasia Bank
• Pasal 40
1) Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai
Nasabah Penyimpan dan simpanannya, kecuali
dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41,
Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal
44 A.
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berlaku pula bagi PihakTerafiliasi.
1. Tindak Pidana Pelanggaran Rahasia Bank
Pasal 47 ayat (2)
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank atau
Pihak Terafiliasi lainnya dengan sengaja memberikan
keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
2. Pengecualian Rahasia Bank
• Untuk kepentingan perpajakan, (Pasal 41)
• Untuk kepentingan penyelesaian piutang bank BUMN
(Pasal 41A)
• Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana
(Pasal 42)
• Untuk kepentingan perkara perdata antara bank dan
144TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
nasabah (Pasal 43)
• Untuk kepentingan tukar-menukar informasi antar bank
(Pasal 44)
• Untuk kepentingan nasabah sendiri (Pasal 44A ayat (1))
• Untuk kepentingan ahli waris nasabah (Pasal 44A ayat
(2))
• Untuk kepentingan Bank Indonesia (Pasal 30 dan Pasal
31)
• Untuk kepentingan akuntan publik (Pasal 31A)
• Untuk kepentingan PPATK, (Pasal 15 jo. Pasal 13
Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003)
• Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindak
pidana pencucian uang (Pasal 33 Undang-Undang No. 15
Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 25 Tahun 2003)
• Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindak
pidana korupsi oleh KPK (Pasal 12 Undang-Undang No.
30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi)
3. Pengungkapan Rahasia Bank Kepada Petugas Perpajakan
Pasal 41
1) Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank
Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan
berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank
agar memberikan keterangan dan memperlihatkan
bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan
keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat
pajak.
2) Perintah tertulis sebagaimana yang dimaksud dalam
145TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
ayat (1) harus menyebutkan nama pejabat pajak
dan nama nasabah wajib pajak yang dikehendaki
keterangannya.
4. Pengungkapan Rahasia Bank Kepada BUPLN/PUPN
Pasal 41 A
1) Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah
diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara / Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan
Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara / Panitia
Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan
dari bank mengenai simpanan Nasabah Debitur.
2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan
secara tertulis atas permintaan tertulis dari
Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara/KetuaPanitiaUrusanPiutangNegara.
3) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) harus menyebutkan nama dan jabatan pejabat
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara / Panitia
Urusan Piutang Negara, nama Nasabah Debitur yang
bersangkutan dan alasan diperlukannya keterangan.
5. Pengungkapan Rahasia Bank Kepada Penegak Hukum
Pasal 42
1) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana,
Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin
kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh
keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka
atau terdakwa pada bank.
2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan
secara tertulis atas permintaan tertulis dari Kepala
146TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa agung, atau
Ketua Mahkamah Agung.
3) Permintaan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(2) harus menyebutkan nama dan jabatan polisi,
jaksa atau hakim, nama tersangka /terdakwa, alasan
diperlukannya keterangan dan hubungan perkara
pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang
diperlukan.
6. Kewajiban Pengungkapan Rahasia Bank Oleh Bank
Pasal 42 A
Bank wajib memberikan keterangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A dan Pasal 42.
7. Tindak Pidana Rahasia Bank Bagi Penegak Hukum, Petugas
Pajak & Pejabat BUPLN/PUPN
Pasal 47 ayat (1)
Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau izin
dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41, Pasal 41 A, dan Pasal 42, dengan sengaja
memaksa bank atau Pihak Terafiliasi untuk memberikan
keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 200.000.000.000,00
(dua ratus miliar rupiah).
8. Kewajiban Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan
Perkara Perdata Antara Bank Dan Nasabah
Pasal 43
Dalam perkara perdata antar bank dengan nasabahnya,
147TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Direksi bank yang bersangkutan dapat menginformasikan
kepada pengadilan tentang keadaan keuangan nasabah
yang bersangkutan dan memberikan keterangan lain yang
relevan dengan perkara tersebut.
9. Kewajiban Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan
Tukar Menukar Informasi Antar Bank
Pasal 44
1) Dalam tukar menukar informasi antar bank, Direksi
bank dapat memberitahukan keadaan keuangan
nasabahnya kepada bank lain.
2) Ketentuan mengenai tukar menukar informasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut oleh Bank Indonesia.
10. Pengungkapan Rahasia Bank Atas Permintaan Atau Kepada
Kuasa Nasabah
Pasal 44 A ayat (1)
Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah
Penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib
memberikan keterangan mengenai simpanan Nasabah
Penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada pihak
yang ditunjuk oleh Nasabah Penyimpan tersebut.
11. Pengungkapan Rahasia Bank Kepada Ahli Waris Nasabah
Pasal 44 A ayat (2)
Dalam hal Nasabah Penyimpan telah meninggal dunia,
ahli waris yang sah dari Nasabah Penyimpan yang
bersangkutan berhak memperoleh keterangan mengenai
simpanan Nasabah Penyimpan tersebut.
12. Tindak Pidana Kewajiban Pengungkapan Rahasia Bank
Pasal 47 A
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank
148TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
yang dengan sengaja tidakmemberikan keterangan
yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 A dan Pasal 44 A, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
13. Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan BI
• Pasal 30
1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia,
segala keterangan, dan penjelasan mengenai
usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
2) Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib
memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-
buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta
wajib memberikan bantuan yang diperlukan
dalam rangka memperoleh kebenaran dari
segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang
dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
3) Keterangan tentang bank yang diperoleh
berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak diumumkan dan
bersifat rahasia.
• Pasal 31
Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap
Bank, baik secara berkala maupun setiap waktu
apabila diperlukan.
14. Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan Akuntan
Publik Yang Ditugasi BI
149TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Pasal 31 A
Bank Indonesia dapat menugaskan Akuntan Publik untuk
dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan
terhadap bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31.
15. Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan
Pemeriksaan Dalam Rangka TPPU
Pasal 72 UU No. 8/2010
1) Untuk kepentingan pemeriksaan dalam perkara tindak
pidana Pencucian Uang, penyidik, penuntut umum,
atau hakim berwenang meminta Pihak Pelapor untuk
memberikan keterangan secara tertulis mengenai
Harta Kekayaan dari:
a. orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada
penyidik;
b. tersangka; atau
c. terdakwa.
2) Dalam meminta keterangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bagi penyidik, penuntut umum,
atau hakim tidak berlaku ketentuan peraturan
perundangundangan yang mengatur rahasia bank
dan kerahasiaan Transaksi Keuangan lain.
3) Permintaan keterangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus diajukan dengan menyebutkan secara
jelas mengenai:
a. nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atau
hakim;
b. identitas orang yang terindikasi dari hasil analisis
atau pemeriksaan PPATK, tersangka, atau
terdakwa;
c. uraian singkat tindak pidana yang disangkakan
150TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
atau didakwakan; dan
d. tempat Harta Kekayaan berada.
4) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harus disertai dengan:
a. laporan polisi dan surat perintah penyidikan;
b. surat penunjukan sebagai penuntut umum; atau
c. surat penetapan majelis hakim.
16. Pengungkapan Rahasia Bank Untuk Kepentingan
Pemeriksaan Dalam Perkara TIPIKOR Oleh KPK
UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Pasal 12 ayat (1) Dalam
melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf
c, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang : meminta
keterangan kepada bank atau lembaga keuangan
lainnya tentangkeadaankeuangantersangkaatau
terdakwayangsedangdiperiksa;
17. Tindak Pidana Pencatatan Dan Laporan Keuangan Bank
Pasal 49 ayat (1)
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank
yang dengan sengaja:
a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu
dalam pembukuan atau dalam proses laporan, maupun
dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening suatu bank;
b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau
menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam
pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam
dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening suatu bank;
151TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan,
menghapus, atau menghilangkan adanya suatu
pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan,
maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan
usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank,
atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan,
menghilangkan, menyembunyikan atau merusak
catatan pembukuan tersebut,
diancam dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling
banyak Rp. 200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah).
18. TindakPidanaGratifikasiPejabatBank
Tindak Pidana Tentang Penerimaan Imbalan
Oleh Pejabat Bank
• Pasal 49 ayat (2) huruf a
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank
yang dengan sengaja:
a. meminta atau menerima, mengizinkan atau
menyetujui untuk menerima suatu imbalan,
komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau
barang berharga, untuk keuntungan pribadinya
atau untuk keuntungan keluarganya, dalam
rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan
bagi orang lain dalam memperoleh uang muka,
bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau
dalam rangka pembelian atau pendiskontoan oleh
bank atas surat-surat wesel, surat promes, cek,
152TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya,
ataupun dalam rangka memberikan persetujuan
bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan
dana yang melebihi batas kreditnya pada bank;
b. diancam dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8
(delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan
paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah).
19. Sifat Tindak Pidana Perbankan
Tindak pidana perbankan adalah kejahatan dan pelanggaran
Pasal 51
1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46, Pasal 47, Pasal 47 A, Pasal 48 ayat (1), Pasal 49,
Pasal 50, dan Pasal 50 A adalah kejahatan.
2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
ayat (2) adalah pelanggaran.
153
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tanya Jawab
Faturahman (Hakim PT Semarang):
Pertanyaan:
1. Tindak pidana perbankan ada 3 macam yaitu tindak pidana
perbankan yang berkaitan dengan afiliasi, tindak pidana
perbankan yang berkaitan dengan perijinan, dan tindak
pidana perbankan yang berkaitan dengan rahasia bank.
Apakah yang dimaksud dengan kegiatan usaha ini ada
kaitannya dengan perijinan yaitu pengumpulan dana dari
masyarakat atau ada pengertian tersendiri?
2. Dalam kasus Bank Century, adanya pengalihan dana dari
usaha bank itu sendiri kepada perusahaan anta boga. Apakah
penyelesaian kasus ini menggunakan UU Perbankan atau
menggunakan perundang-undanganyang ada hubungannya
itu yang ada hubungannya dengan UU Perbankan?
3. Bagaimana gugatan perdata yang dapat dilakukan oleh
masyarakat?
Jawaban:
1. Jika suatu perusahaan telah mendapatkan izin usaha
sebagai bank, maka dia hanya boleh melakukan kegiatan
usaha sebagaimana dirinci menurut Pasal 6 dan Pasal 7 UU
Perbankan, di luar itu berarti tidak boleh. Jika dilakukan
di luar Pasal 6 dan 7 itu, maka berarti bank itu tidak
melakukan langkah-langkah yang memang melanggar atau
tidak mentaati peraturan perundang-undangan tersebut.
Terhadap Bank tersebut maka akan dikenai pasal sapu jagat.
2. Kalau dalam kasus tersebut dimana orang memindahkan
status uang tetapi bukan memindahkan status kepemilikan
yang mana kepemilikan tersebut tetap milik nasabah.
154TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Ini merupakan suatu kejadian yang unik. Di dalam UU
Perbankan itu saya tidak melihat ada ketentuan khusus
tetapi menurut saya itu bisa saja bahwa bank yang
melakukan perbuatan tersebut tanpa ijin nasabah, jika saya
menjadi jaksanya maka saya akan memberikan dakwaan
terkena Pasal 2 UU Perbankan karena melanggar prinsip
kehati-hatian.
3. Masayarakat dapat melakukan gugatan perdata perbuatan
melawan hukum.
Imam Prakoso (Hakim PT Medan):
Pertanyaan:
Kasus perdata anta boga ini sebenarnya sudah diadili
di PN Yogyakarta dimana nasabah anta boga itu menang dan
dalam putusannya Bank Century harus membayar. Mengenai
masalah pidananya saya pernah membaca putusan PN Jakarta
Pusat hingga ke MA yang mana Direktur Century maupun
Robert Tantular itu sudah diputus perkara pidananya di MA.
Namun sekarang ada perkara Robert Tantular yang perkaranya
sedang diperiksa di PN Jakarta Pusat yang mana dakwaannya
subsidaritas. Jadi kelihatannya dalam kasus Bank Century pasal-
pasalnya dicicil oleh Penuntut Umum. Bagaimana menurut
pandangan Bapak?
Jawaban:
Kalau tadi dikemukakan bahwa nasabah yang semula
nasabah Bank Century menjadi nasabah anta boga lalu
putusannya dimenangkan maka saya bisa mengatakan hal
tersebut benar karena pada waktu itu dipindahkan itu kan
dilakukan oleh otoritas Bank Century atas nama perusahaan
maka itu saya kira ada dasar hukumnya.
155TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Margono (Hakim PT Medan):
Pertanyaan:
Saya pernah ingat sewaktu Ibu Sri Mulyani dan Pak
Budiono memberikan keterangan di DPR, beliau mengatakan
bahwa kalau Bank Century itu tidak di Bail Out maka akan terjadi
rush dan jika terjadi rush maka akan berdampak efek domino ke
bank-bank yang lain. Apakah dengan tidak di Bail Outnya Bank
Century maka dampaknya seperti itu Pak?
Jawaban:
Menurut saya itu adalah pendapat yang sangat subyektif.
Kalau umpamanya terjadi rush di Bank besar akan berdampak
besar. Namun yang terjadi dalam kasus itu adalah di Bank Century
yang notabanenya adalah bank kecil maka tidak akan berdampak
makro/besar. Menurut saya, Bank Century seharusnya sudah
ditutup karena bank tersebut sudah tidak sehat.
Dahlia Brahmana (Hakim PT Pekanbaru)
Pertanyaan:
Dalam hal ini BI sebagai pengawas Bank Century
sesuai dengan Pasal 16 atai (1) UU Perbankan. Mengapa Bank
Century tersebut tidak ditutup oleh BI? Apakah tidak ada
unsur kesengajaan dimana dana yang dikucurkan ke Bank Anta
Boga disimpan sementara dan digunakan tidak sebagaimana
mestinya?
Jawaban:
Tidak ditutupnya Bank Century karena Bank Century adalah
hanya sebagai tool atau alat. Tidak mungkin yang dijadikan tool
atau alat itu adalah Bank Besar seperti Bank Mandiri atau Bank
Danamon. Tool atau alat cukuplah bank kecil sehingga dalam
kasus tersebut BI tidak bisa menutup Bank Century.
156TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Respatu Wisnu Wardoyo (Hakim PT Palembang)
Pertanyaan 1:
Ada satu permohonan kredit dimana permohonan kredit
ini harus disetujui dalam Rapat Direksi. Di dalam Rapat Direksi
akhirnya keluar rekomendasi kepada bawahan (divisi kredit).
Dalam struktur Direksi itu ada Direktur yang tidak berkaitan
dengan pemberian kredit tetapi karena ketentuannya kredit
itu harus diputus dalam rapat direksi maka direktur ini ikut
menandatangani atau memberikan paraf, misalnya direktur
yang berkaitan dengan logistik. Kemudian kredit tersebut
cair dan ada fakta-fakta bahwa pemohon kredit ini pernah
mengajak beberapa direksi untuk main Golf dan lain sebagainya.
Kemudian dalam perjalanannya kredit tersebut macet karena
keputusan hasil rapat direksi tidak dilaksanakan sepenuhnya
oleh bawahan (divisi kredit). Pada akhirnya kasus tersebut
dibawa ke pengadilan, pertanyaan apakah direksi yang telah
memberikan rekomendasi tetapi kemudian rekomendasi tersebut
tidak dilanjuti sepenuhnya oleh bawahannya bisa dikenakan
melakukan tindak pidana perbankan apalagi bila direksi tersebut
tidak berkaitan langsung dengan pemberian kredit?
Jawaban 1:
Di peraturan intern di Bank setiap tanggung jawabnya
adalah dilaksanakan berjenjang mulai dari pimpinan cabang
sampai dengan direksi, Dalam kredit itu ditujukkan kepada suatu
komite kredit, masing-masing anggota mempunyai hak yang
ada pada jabatannya secara pribadi. Kalau hal tersebut harus
diputuskan oleh seluruh anggota direksi maka seluruh anggota
direksi yang berkaitan dengan kredit atau tidak berkaitan dengan
kredit harus ikut termasuk direktur SDM, direktur logistik,
dan direktur valuta asing. Namun mereka itu boleh bilang
157TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tidak setuju (memberikan disenting opinion). Kalau dia tidak
memberikan disenting opinion berarti dia terikat pada putusan
direksi tersebut. Putusan direksi bisa dilakukan lewat rapat atau
bisa dilakukan lewat disposisi. Kalau sudah diputuskan setuju di
dalam rapat direksi dan ternyata di dalam perjalanannya terdapat
kredit macet maka tergantung pelaksanaannya. Menurut saya
harus dipisah-pisahkan antara putusan direksi dan pelaksanaan.
Tidak bisa jika pelaksanaan salah lalu kemudian direksinya
masuk penjara semua.
Pertanyaan 2:
Tadi Bapak sampaikan bahwa kasus Ali Markus sedang
dalam tahap penyidikan. Namun setelah dikaji lebih lanjut
ternyata dana yang telah disetor kepada pihak perusahaan Ali
Markus adalah dana yang berasal dari distributor sehingga tidak
bisa dikatakan tindak pidana penghimpunan seperti yang tertuang
di dalam Pasal 16 UU Perbankan. Dalam kenyataan ini yang ingin
saya tanyakan bahwa apakah tidak menimbulkan pertanyaan
apakah tindakan tersebut merupakan usaha terselubung suatu
contoh misalnya para distributor ini menghimpun dana dari
masyarakat oleh karena sebelum barangnya disetor diberikan
bunga yang lebih tinggi dengan Deposito. Sehingga dalam
kenyataan ini apakah tidak memungkinkan disalahgunakan?
Jawaban 2:
Mungkin saja Pak akan disalahgunakan dimana distributor
mengumpulkan uang-uang dari kawan-kawanya.
Pertanyaan 3:
Di dalam isu terakhir dalam catatan PPATK terjadi
transaksi mencurigakan setiap bulannya adalah 2050 transaksi.
Dalam masalah ini yang saya mau tanyakan, terungkapnya
masalah kesadaran bank sendiri yang melaporkan transaksi
158TINDAK PIDANA PERBANKAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
mencurigakan tersebut. Jika transaksi mencurigakan tersebut
tidak dilaporkan oleh Bank ke PPATK. Bagaimana fungsi BI
sebagai pengawas itu Pak?
Jawaban 3:
Yang Bapak tanyakan itu silahkan Bapak tanyakan ke
Pak Yunus. Kebetulan Pak Yunus adalah ahli dibidang laporan-
laporan kepada PPATK.
159
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak Pidana pencucian uang
dr. yunus husein, s.h., m.h.
SESI VI
161
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak Pidana Pencucian Uang
Dr. Yunus Husein, S.H., M.H.
Tindak Pidana Pencucian Uang
Dan
Pembuktian Terbalik
A. Kendala Pemberantasan Tindak Pidana
• Kompleksitas kejahatan memerlukan pengetahuan yang
spesifiknamunkomprehensif.
• Kejahatan “kerah putih” umumnya tidak dilakukan
sendiri; Orang lain digunakan sebagai pelaksana-bisa
lebih dari 1 (satu) orang yang tidak saling mengenal satu
sama lain—untuk memutus jejak penelusuran kepada
aktor intelektual.
• Kejahatan yang kompleks sering kali baru terungkap
setelah dalam tenggang waktu yang lama-
menyulitkan pengumpulan bukti-bukti karena
kemungkinan sudah hilang atau sudah dimusnahkan.
• Pelaku telah menggunakan atau mengalihkan hasil
yang diperoleh dari kejahatan dalam bentuk lain atau
dengan nama orang lain sehingga sulit terjangkau oleh
hukum.
162TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
B. Fokus Pembahasan
Memahami konsep “Pembuktian Terbalik” dalam UU
TPPU untuk MERAMPAS dan MENGEMBALIKAN
HASIL TINDAK PIDANA
1. Alasan Kriminal Mencuci Uang
Uang HasilKejahatan
Uang HasilKejahatan Tindakan
Kejahatan
TindakanKejahatan
Kriminal/Penjahat
TindakanKejahatan
Uang HasilKejahatan
163TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
2. Dari FollowTheSuspectKe FollowTheMoney
PEMILIK/YG MENGUASAI/PELAKU TRANSAKSI
KEJAHATAN ASAL+
PELAKU KEJAHATAN+
AKTOR INTELEKTUAL
POLA PENCUCIAN UANG
164TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
3. Pendekatan Anti Pencucian Uang
4. Kriminalisasi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
PASAL 3 UU NO. 8 TAHUN 2010
Setiap orang yang menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul harta kekayaan dipidana karena
tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
AML
mengejar
hasil
kejahatan
(follow the
money)
Follow
the money
dapat meng-
hubungkan
kejahatan
dengan
pelaku
intelektual
follow the
money
alat untuk
recovery
AML dapat
menembus
kerahasiaan
bank
AML dapat
menjerat
pihak-pihak
yang terlibat
dapat
menyembu-
nyikan hasil
kejahatan
AML dapat
menekan
nafsu orang
untuk
melakukan
kejahatan
terutama
economic
crime
165TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
TPPU Pasal 3
PASAL 4 UU NO. 8 TAHUN 2010
Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak,
atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana
karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Mens ReaDiketahui,
Patut Didugadari hasil tindak pidanaObyek:
Orang perseorangankorporasi
Obyek:Harta Kekayaan
Mens ReaMenyembunyikan asal-usul
Menyamarkan asal-usul
Actus Reus:- membawa ke luar negeri- mengubah bentuk- menukarkan dengan mata uang atau surat berharga- menghibahkan- perbuatan lain
Actus Reus:- menempatkan- mentransfer- mengalihkan- membelanjakan- membayarkan- menitipkan
166TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
TPPU Pasal 4
PASAL 5 UU NO. 8 TAHUN 2010
Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan,
pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan,
penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Mens ReaDiketahui,
Patut Didugadari hasil tindak pidanaObyek:
Orang perseorangankorporasi
Obyek:Harta Kekayaan
Perbuatan (Actus Reus):- Menyembunyikan
- Menyamarkan
- pengalihan hak-hak- kepemilikan yang sebenarnya
- asal-usul;- sumber;- lokasi;- peruntukan.
167TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
TPPU Pasal 5
5. Tindak Pidana Asal (Pasal 2 UU NO. 8 Tahun 2010)
• korupsi;
• penyuapan;
• narkotika;
• psikotropika;
• penyelundupan tenaga kerja;
• penyelundupan imigran;
• di bidang perbankan;
• di bidang pasar modal;
• di bidang perasuransian;
• kepabeanan;
• cukai;
• perdagangan orang;
• perdagangan senjata gelap;
• terorisme;
• penculikan;
• pencurian;
• penggelapan;
Mens ReaDiketahui,
Patut Didugadari hasil tindak pidanaObyek:
Orang perseorangankorporasi
Obyek:Harta Kekayaan
Actus Reus (Perbuatan)Menggunakan
Menerima atau menguasai
- sumbangan,- penitipan,- penukaran
- penempatan,- pentransferan,- pembayaran,- hibah
168TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
• penipuan;
• pemalsuan uang;
• perjudian;
• prostitusi;
• dibidang perpajakan;
• dibidang kehutanan;
• dibidang lingkungan hidup;
• dibidang kelautan dan perikanan; atau
• tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana
penjara 4 (empat) tahun atau lebih;
• yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan
tindak pidana menurut hukum Indonesia.
6. Hukum Acara Penanganan TPPU
Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
sidang pengadilan serta pelaksanaan putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap terhadap tindak pidana
pencucian uang dilakukan sesuai dengan UU TPPU (UU
No. 8 Tahun 2010) kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang dimaksud. (Pasal 68 UU TPPU).
7. Sistem Pembuktian Menurut KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah
yang bersalah melakukannya. (Pasal 183 KUHAP).
“Pembuktian Terbalik” Dalam UU TPPU
• Pasal 77 UU TPPU
Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang
169TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pengadilan, terdakwa wajib membuktikan bahwa harta
kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana.
• Pasal 78 UU TPPU
1. Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, hakim
memerintahkan terdakwa agar membuktikan
bahwa harta kekayaan yang terkait dengan
perkara bukan berasal atau terkait dengan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1)
2. Terdakwa membuktikan bahwa harta kekayaan
yang terkait dengan perkara bukan berasal dari
atau terkait dengan tindak pidana dengan cara
mengajukan alat bukti yang cukup
• adanya pembebanan pembuktian pada terdakwa
mengenai harta benda/kekayaannya
• namun pada dasarnya beban pembuktian tetap berada
pada penuntut umum-jpu tidak dapat mengajukan
dakwaan tanpa disertai dengan pengajuan bukti-bukti
• pembuktian terbalik hanya digunakan pada pemeriksaan
di muka persidangan.
• hanya unsur “harta benda/kekayaan” yang wajib
dibuktikan.
Pembuktian Terbalik” Dalam UU TIPIKOR
• Berdasarkan Penjelasan UU No. 20/2001 Tentang
Tindak Pidana Tipikor:
• Pembuktian yang dibebankan kepada terdakwa.
• Pasal 37 A UU Tipikor
1. Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang
seluruh harta bendanya dan harta benda istri atau
170TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
suami, anak, dan harta benda setiap orang atau
korporasi yang diduga mempunyai hubungan
dengan perkara yang didakwakan.
2. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan
tentang kekayaan yang tidak seimbang dengan
penghasilannya atau sumber penambahan
kekayaannya, maka keterangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) digunakan untuk
memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa
terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.
• Pasal 38 B UU Tipikor
1. Setiap orang yang didakwa melakukan salah satu
tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 13, Pasal
14, Pasal 15, dan Pasal 16 Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan Pasal 5 sampai dengan Pasal
12 Undang-undang ini, wajib membuktikan
sebaliknya terhadap harta benda miliknya yang
belum didakwakan, tetapi juga diduga berasal
dari tindak pidana korupsi.
2. Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan
bahwa harta benda sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diperoleh bukan karena tindak pidana
korupsi, harta benda tersebut dianggap diperoleh
juga dari tindak pidana korupsi dan hakim
berwenang memutuskan seluruh atau sebagian
harta benda tersebut dirampas untuk negara.
171TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
C. Kasus a.n. Bahasyim Assifie
1. Indikasi Sumber Dana
• Rekening No. 259.000301480.901 a/n BA
sumber dana awal pada rekening dari:
• 5 kali setoran melalui kliring dari BCA dengan
total Rp 5.745.281.868,-
• pemindahbukuan sebesar Rp 800 juta
• 2 kali setoran tunai dengan total Rp 210 juta
• Rekening No. 259.000303628.905 a/n BA
sumber dana awal pada rekening dari:
• 15x setoran tunai dengan total
• Rp 12.538.400.000,-
• Dilihat dari pola transaksinya, terlihat
bahwa transaksi yang dilakukan oleh Sdr. BA
berupa penempatan sejumlah dana pada satu
rekening
• Dalam periode tertentu rekening tsb
menerima beberapa kali setoran tunai
Bahasyim AssifieBCA
Tunai Tgl 15.07.98 Rp 160 jutaTgl 01.07.99 Rp 50 juta
Bahasyim AssifieBNI
259.000301480.901Kliring
Tgl 26.03.98 Rp 100 jutaTgl 27.05.98 Rp 4 M
Tgl 29.05.98 Rp 160 jutaTgl 02.06.98 Rp 525 jutaTgl 13.01.99 Rp 960 juta
PemindahbukuanTgl 10.09.98 Rp 800 juta
Bahasyim AssifieBNI
259.000301480.905 Transfer
Tgl 26.03.98 Rp 7,27 M
Tunai Periode November 99 sd. Desember 02 Rp 4,86 M
PemindahbukuanTgl 05.12.00 Rp 1.2 M
Tgl 10.12.01 Rp 118 jutaTgl 20.08.02 Rp 180 juta
Bahasyim AssifieBNI
259.000303628.905 Transfer
Tgl 19.12.2001 Rp 12,6 M
Tunai Periode April 02 sd.
Februari 03 Rp 12,53 M
Tarik tunaiTgl 23.04.02 Rp 1,3 M
Tgl 24.04.02 Rp 500 jutaTgl 12.12.02 Rp 300 juta
Outgoing transferTgl 23.04.02 Rp 2 M
Budi Utomo Drs,MPABNI
259-000304365-905
Transfer
Tgl 27.02.03 Rp 22,27 M
Penempatan pada BNI Investment
Tgl 06.02.03 Rp 1,01M
Pencairan BNI Investment Tgl 06.03.03 Rp 1,01 M
Tunai Periode Maret 03 sd.
Oktober 03 Rp 3,18 M
Setoran dana Tgl 12.11.03 Rp 2,49 MTgl 02.12.03 Rp 1,49 M
Afie (Bahasyim Assifie )BNI
259-000304933-905 Transfer
Tgl 13.11.03 Rp 27,4 MTgl 13.11.03 Rp 600 jutaTgl 05.12.03 Rp 2,5 MTgl 05.01.04 Rp 1,4 M
Tunai Periode November 03 sd. September 04 Rp 6,57 M
Sri PurwantiBNI
19963416 Transfer
Tgl 12.10.04 Rp 5 MTgl 22.10.04 Rp 33,56 MTgl 26.10.04 Rp 500 jutaTgl 29.10.04 Rp 2,4 M
172TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dan di waktu bersamaan dana-dana ini
dikembangkan dalam berbagai kegiatan
investasi, kemudian pada waktu tertentu
rekening tersebut ditutup.
• Akumulasi dana pada rekening tsb kemudian
dipindahbukukan ke rekening yang baru di
buka.
• Asset per Mei 2008 dgn total à Rp.
76,3 M:
• Asuransi Unit Link an. Sri Purwanti
• Dalam USDà 1,01 jt $ (Rp 10 M)
• Dalam Rupiah à
• Rp 25 M
• Rp 20,5 M
• SBI an. Sri Purwanti
• Rp 1,8 M
• Asuransi Unit Link an. Winda Arum
Hapsari: Dalam Rupiahà 19 M 2. Aliran Rekening Bahasyim Hampir Rp 1 Triliun
Liputan6.com, Jakarta: Sidang perdana
Bahasyim Assifie, terdakwa kasus mafia pajak dan
pencucian uang, digelar di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan, Kamis (30/9). Dalam dakwaan jaksa, mantan
Kepala Kantor Pemeriksaan Jakarta VII Direktorat
Jenderal Pajak ini dianggap meraup ribuan miliar
uang dari wajib pajak hasil temuan Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) atas
rekening mencurigakan.
Namun, terdakwa yang duduk di kursi pesakitan
dengan tenangnya mendengar dakwaan jaksa penuntut
173TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
umum yang dipimpin Fachrizal. Dalam dakwaan jaksa,
terdakwa memiliki transaksi aliran dana ke rekening
Sri Purwanti yang tak lain adalah istrinya, sebesar Rp
885 miliar lebih.
“Berdasarkan rekening koran dalam waktu
tahun 2004-2010, terdapat mutasi berupa penyetoran
atau pemindahbukuan atau transfer yang merupakan
uang masuk sebanyak 304 kali dengan jumlah sekitar
Rp 885.147.034.806”, ungkap Fachrizal.
Jaksa menambahkan, di antara transaksi uang
masuk itu terdapat mutasi uang setoran tunai dari
terdakwa ke saksi Yanti Purnamasari senilai Rp 4
miliar lebih. Bahkan, aliran dana lainnya yang sangat
mengagetkan pengunjung sidang adalah saat jaksa
mengatakan adanya simpanan dolar atas nama Sri
Purwanti sebesar US$.271.354,06“.
Jaksa juga menyampaikan sejak 2005-2010
terdapat mutasi penyetoran atau transfer sebanyak 57
kali dalam bentuk mata uang dolar Amerika Serikat
senilai US$.45.154.226,2. Ini berasal dari terdakwa
melalui saksi Yanti Purnamasari atas permintaan
terdakwa.
Lebih jauh jaksa menyebutkan, dalam rekening
atas nama Winda Arum Hapsari (putri terdakwa)
terdapat mutasi berupa penyetoran sebanyak 80
kali dengan nilai sebesar Rp.284.709.039.328. Pada
kurun waktu 2008-2010, dalam rekening Sri Purwanti
terdapat mutasi transfer uang sebanyak 24 kali, senilai
Rp.366.552.740.215. Ini dengan menggunakan
uang yang berasal dari terdakwa.
174TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Terdakwa juga memasukkan dana ke rekening
atas nama Winda Arum Hapsari senilai 60 juta dan
127 juta rupiah lebih. Rekening tersebut dipecah atas
nama berbeda yang masuk ke Bank Negara Indonesia
atau BNI dalam program tabungan Taplus bisnis
perorangan. Diantara mutasi penyetoran rekening itu
atas permintaan terdakwa dilaksanakan oleh Yanti
Purnamasari.
Di hadapan majelis hakim yang diketuai Didik
Setyo Handoyo, jaksa menuntut terdakwa mantan
pegawai pajak itu dengan ancaman pasal berlapis.
Yakni, Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dan
UU Tindak Pidana Pencucian Uang.(ANS)
3. Bahasyim Divonis 10 Tahun Penjara Plus Penyitaan
Harta Rp 64 Miliar
Ari Saputra - detikNews
Jakarta - Bahasyim dihukum lima tahun lebih
ringan dari tuntutan jaksa dalam kasus korupsi
Rp 1 miliar dan pencucian uang Rp 64 miliar, yang
disangkakannya. Hakim memutus mantan pejabat pajak
itu dengan 10 tahun penjara dan denda sejumlah uang.
“10 Tahun penjara, denda 250 juta subsider 3
bulan kurungan. Uang Rp 64 miliar dirampas
untuk negara,” ujar majelis hakim dalam
pembacaan putusannya di PN Jakarta Selatan,
Jl Ampera Raya, Jakarta, Rabu (2/2/2011).
Bahasyim didakwa dengan pasal 12 UU 20/2001
tetang tindak pidana korupsi. Dia terbukti bersalah
pasal 1 huruf a tindak pidana pencucian uang.
Mantan pejabat pajak Bahasyim Assifiie dituntut 15
175TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tahun penjara. Dia dianggap terbukti menyalahgunakan
wewenang selama menjabat sejak 2004-2010 yang
merugikan keuangan negara sebanyak Rp 64 miliar.
Modus operandi Bahasyim dinilai cukup rapih
yakni dengan menampung sebagian uang korupsi
di perusahaan keluarga Bahasyim, PT Tri Darma
Perkasa. Selain itu, sebagian besar uang hasil korupsi
ditampung di 7 rekening istri dan kedua anaknya.
Perputaran uang di ketujuh rekening itu mengundang
kecurigaan jaksa karena mencapai Rp 932 miliar.
Jumlah ini yang dijerat dengan pasal pencucian uang.
4. Pertimbangan Hakim dalam Putusan
Antara lain menyatakan:
• Seandainya tindak pidana asal tidak terbukti
sekalipun, tindak pidana pencucian uang tetap
diperiksa dan dibuktikan di persidangan
• Terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa harta
kekayaan yang disita bukan hasil korupsi
5. Putusan Tingkat Kasasi
Menyatakan Terdakwa terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“korupsi” dengan pidana selama 6 tahun dan denda
Rp500 juta, subsider 3 bulan kurungan.
Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “pencucian uang”
dgn pidana penjara 6 tahun dan denda Rp500 juta,
subsider 3 bln kurungan.
176TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
D. Kasus a.n. Yudi Hermawan
PembuktianTerbalik:Kasusgratifikasipetugaspajak
Beban pembuktian asal usul harta kekayaan yang
didugaberasaldarigratifikasidialihkankepadaterdakwa.
Pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan:
Terdakwa gagal membuktikan secara meyakinkan bahwa
dana yang ada dalam rekening yang dikuasainya berasal
dari utang sebagaimana yang dinyatakan
177
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tanya Jawab
Guntur (PT Tanjung Karang)
Pertanyaan:
Salah pintu masuk dalam penegakkan hukum tindak
pidana pencucian uang adalah Pasal 23 dan 27 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2010 TentangPencegahan Dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uangyaitu laporan yang diberikan oleh
penyedia jasa keuangan serta penyedia barang dan jasa. Sejauh
mana pasal 27 diharapkan efektif bagi penyedia barang dan jasa.
Jawaban:
Mengenai siapa yang harus melapor ada dalam Pasal 17,
mereka diawasi oleh masing-masing regulator.Bank diawasai
oleh Bank Indonesia,Pasar Modal diawasi oleh Bapepam
sedangkan untuk kepatuhan masih diserahkan kepada PPATK.
Untuk bank kewajiban melapor, sudah sejak tahun 2002,
sedangkan untukpenyedia barang dan jasa mulai diberlakukan
pada Maret 2013, karena masih baru sehingga masih banyak
yang belum menyampaikan laporan. Untuk kepatuhan mereka
terkait dengan pasal 27 maka dilakukan audit kepatuhan dan ada
sanksi-sanksi yang diatur dalam pasal 30. Untuk bank sudah ada
beberapa bank yang kenai denda sehingga bank lebih patuh.
Untung (PT Medan)
Pertanyaan:
Mengkritisi substansi Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang perbedaan hukuman pidana pengganti denda
dalam pasal 12 ayat 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
disebutkan kurungan pengganti denda 1 tahun 4 bulan,
sedangkan dalam Undang-Undang tentang Narkotika Tahun
178TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
2009 tegas disebutkan penjara pengganti denda 2 tahun,
selain itu dalam Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tidak
dibebutkan mana pelanggaran dan mana kejahatan, padahal ini
penting terkait dengan daluarsa suatu perkara pidana.Saya juga
memberikan sedikit masukan bahwa adanya perlakuan yang
istimewa terhadap terpidana money loundring, ada sesuatu yang
salah dengan sistem peradilan pidana kita.Tidak nyambungdari
institusi yang satu dengan institusi yang lain.
Jawaban:
Pasal 8, apabila tidak dapat membayar denda maka dapat
diganti kurungan, sedangkan di UU Narkotika denda diganti
dengan penjara, beda istilah antara kurungan dan penjara
ini disebabkan karena tidak adanya politik pemidanaan yang
pasti atau seragam.Ini disebabkan karena berbeda orang yang
duduk di lembaga legislatif berbeda pula istilahnya.Padahal
pengertiannya tidak dapat dipersamakan (penjara lebih berat
daripada kurungan). Jadi benar apa yang Bapak sampaikan tadi.
Ahmad Subaidi (PT Pontianak)
Pertanyaan:
Bagaimana kinerja PPATK terkait dengan kasus bank
Century, karena menurut saya Kasus bank century sangat erat
dengan money loundring, karena dalam kasus tersebut banyak
sekali uang negara yang hilang. Sampai sekarang pun belum
terungkap serta belum dilaporkan ke pengadilan?
Jawaban:
PPATK sudah bekerja dengan optimal, dengan melakukan
audit terhadap bank century selama kurang lebih 2 bulan.PPATK
juga telah melakukan audit khusus dan hasilnya disajikan
untuk umum. Terkait dengan kasus Bank Century dapat saya
179TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
sampaikan bahwa, apabila Bapak menyimpan uang,maka uang
Bapak yang dijamin oleh pemerintah adalah sampai dengan 2
Miliyar.Apabila Bank tersebut jatuh, maka pemerintah yang akan
menjamin dan membayar. Uang nasabah bank Century senilai
6,7T, yang menerima adalah nasabah tersebut, Uang tersebut
masih dalam bentuk saham, LPS di Bank Century.
Kalau ditanya sudah ada kerugian negara belum?jawabannya
belum karena saham masih ada(belum dijual), bank masih ada,
asset banksudah trilyunan. PPATK mempunyai semua data
nasabah Century mulai dari yang dibawah 2 miliyar maupun
diatas 2 Miliyar, kemarin waktu DPR menanyakan kita tampikan
dan kita beri soft copy-nya. Kita sudah bekerja dan terbuka
untuk umum kalau Bapak minta data tersebut bisa kita kasih.
Bank Century sebenarnya bukan bank besar, bank besar di
Indonesia ada 14 Bank, kalau bank ini bangkrut pasti ditolong
oleh pemerintah karena berdampak sistemik terhadap keuangan
negara. Bank Century bangkrutnya pada saat krisis pada tahun
2008 sehingga dampaknya sistemik terhadap keuangan negara,
sehingga dapat mempengaruhi nasabah yang lain oleh karena
itulah ditolong oleh pemerintah. Dalam kasus Bank Century ada
nuansa politik yang bermain disitu sehingga tidak akan pernah
selesai.
Bortiana Pardede (PT Bangka Belitung)
Pertanyaan:
Bagaimana penuntut umum mendakwakan dan perbuatan
apa yang didakwakan terkait dengan mengenai pasal 69, 75 dan
77Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentangPencegahan
Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang tersebut
sehingga pidana pencucian uang dan tindak pidana asal bisa
180TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dipisahkan atau digabungkan
Mengenai transaksi tunai yang mencurigakan di atas
500juta, bagaimana dengan transaksi di atas 500juta yang tidak
tersentuhsecarafisik,misalkankeduapihakkebankkemudian
salah satu pihak menarik sejumlah uang di atas 500juta dan di
tabungkan kembali ke bank pihak satunya, apakah termasuk
transaksi mencurigakan tidak dan BI mengetahui tidak?
Jawaban:
Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010
tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uangdisebutkan bahwa tindak pidana ada 3 yaitu
korupsi, pencucian uang dan tindak pidana asal,sehingga bisa
digabungkan tetapi untuk pasal 4 dan 5 belum tentu pelakunya
jadi tidak bisa digabungkan, harus dilihat dulu delik mana yang
dia lakukan. Ada pedoman dari Jampidum, kalau seseorang
melakukan lebih dari satu tindak pidana maka harus digabungkan
untuk menghindari pelanggaran prinsip-prinsip pidana seperti
nebis in idem. Pembuktian diperiksa di pengadilan tidak
dipenyidikan, yang harus dibuktikan adalah unsur-unsur tindak
pidana yang didakwakan ini adalah kewajiban Jaksa Penuntut
Umum. Mengenai pasal 75 memang harus digabungkan artinya
agar tidak melanggar prinsip-prinsip pidana seperti nebis in
idem, akan tetapi dapat dipisah juga contoh kasus Nasarudin
dipisahkan antar kasus pidana korupsi dan pencucian uangnya.
Pengertian transaksi tunai adalah uang disetor dan ditarik
tunai. Transaksi tunai untuk mendukung analisis transaksi
mencurigakan. Yang ibu katakan tadi itu adalah pemidahbukukan,
akan menjadi transaksi mencurigakan apabila dilakukan secara
terus menerus dan tidak wajar.
181TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Yulius Sitanggang (PT Medan)
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat Bapak terkait dengan polemik
pernyataan wakil Menteri Hukum dan HAM bahwa “para advokad
yang membela koruptor adalah koruptor”, ada pendapat dari
beberapa ahli bahwa hal tersebut termasuk money loundring,
karena advokad dibayar oleh koruptor dari hasil korupsi?
Jawaban:
Apabila honornya wajar sesuai ketentuan itu tidak
masalahdan sah-sah saja, itu profesional fee, tidak wajar misalkan
meminta honor besar untuk menyuap untuk memenangkan
kliennya, ini merupakan perbuatan pidana.
Faturahman (PT Semarang)
Pertanyaan:
Apakah ada korelasi antara nilai di transaksi dengan
rekening yang dituju artinya jika nominalnya bisa dikatakan
mencurigakan?
Jawaban:
Ukuran mencurikan bukan dari nominal tetapi sesuai
dengan kriteria kentuan yang terdapat pasal 1 angka 5.
Nardiman (PT Medan)
Pertanyaan:
Saya ingin menanyakan keraguan saya mengenai
penjelasan Bapak tentang kasus bank Century, tidak ada tindak
pidana pencucian uang karena semua data lengkap dan semua
uang diterima oleh nasabah, juga belum ada kerugian negara,
padahal dimedia elektronik kasus century seolah-olah kasus
besar, jadi yang sebenarnya bagaimana Pak?
182TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Jawaban:
Terkait dengan kasus Bank Ccentury Negara belum
mengalami kerugian karena asset Bank Century belum dijual,
kerugian negara tergantung dari hasil penjualan asset Century,
dan kerugian tersebut harus dibuktikan, ada BPK dan BPKP yang
akan menjelaskan berapa kerugian negara dan kenapa negara
mengalami kerugian.
Pasti Sinaga (PT Bandung)
Pertanyaan:
Dari data rekening-rekening gendut nasabah bank, yang
sudah ditindak lanjuti atau di follow up berapa?
Antara Follow the money dan follow the saspect mana yang
paling mudah untuk pengembalian aset negara?
Jawaban:
Sudah banyak rekening-rekening gendut nasabah bank
yang kita tindak lanjuti, kita meminta bantuan Kepolisian dan
KPK untuk melakukan supervisi terhadap rekening-rekening
gendut nasabah bank.
Kalau mau optimal dipakai dua-duanya, kalau cuma satu
yang dipakai tidak akan optimal
183
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak Pidana lingkungan
Prof. dr. daud silalahi, s.h., m.h.
SESI VII
185
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tindak Pidana Lingkungan Dalam Sistem Hukum
Lingkungan Indonesia
A. Pendahuluan
Sistem hukum lingkungan mencakup rejim hukum
administrasi negara, hukum perdata, hukum pidana dan
hukum internasional melalui perjanjian internasional yang
telahdiratifikasipemerintahdarinegarayangbersangkutan.
Secara ekologis berdasarkan prinsip-prinsip hukum
pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat holistik, dalam
praktek tidak dengan mudah memisahkan aspek hukum
yang satu dengan aspek hukum lainnya berdasarkan lokasi
kejadian yang tunduk pada hukum alam berdasarkan konsep
ekoregion yang tidak bertindih secara bersamaan.
Oleh karena itu, ukuran secara wajar (reasonable)
mengenai lingkup terjadinya dampak lingkungan baik
positif maupun negatif sangat tergantung pada peran ilmu
sebagai model analisis ilmiah seperti penerapan AMDAL
dalam sistem perizinan, penetapan kriteria ilmiah tentang
baku kerusakan lingkungan dan baku mutu lingkungan,
analisis risiko lingkungan (ecological risk assessment atau
ERA).
Tindak Pidana Lingkungan
Prof. Dr. Daud Silalahi, S.H., M.H.
186TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Dampak lingkungan dapat berupa penurunan kualitas
lingkungan (mutu lingkungan pada saat terjadinya peristiwa)
yang menjadi dasar pembentukan baku mutu lingkungan,
sehingga dampaknya secara hukum disebut pencemaran
lingkungan dan perusakan fungsi lingkunga atau perusakan
lingkungan diukur dari dapat kembali (reversible) atau tidak
dapat kembali (irreversible) fungsi lingkungan hidupnya
sesuai dengan peruntukannya.
Pada tahap ini dampaknya secara hukum disebut
‘perusakan lingkungan’ atau ‘eco-crime’. Dari sudut pandang
keahlian, perusakan fungsi lingkungan yang masih dapat
dipulihkan (reversible) seperti: hutan bakau (mangrove)
dan terumbu karang (coralreefs) yang tercemar sehingga
fungsinya dalam budidaya perikanan terganggu, bilamana
masih dapat dipulihkan masih dikategorikan sebagai
pencemaran dan dapat dikenakan hukum perdata.
Besarnya pengaruh ilmu dan teknologi disertai dengan
makin majunya model analisis risiko lingkungan membawa
pengaruh pada peran hakim sebagai pembentuk hukum
baru, termasuk pengertian tindak pidana lingkungan dilihat
dari makin pentingnya peran ahli untuk memberikan
argumentasi kausa yang cermat secara ilmiah untuk
mengukur dampak atau perusakan lingkungan dibidang
hukum pidana lingkungan.
Berdasarkan laporan berbagai lembaga penelitian dan
kajian para ahli serta pengalaman para pengusaha di bidang
angkutan dan industri meningkatnya risiko lingkungan
sebagai ongkos produksi merupakan pengaruh yang sangat
signifikan pula dari perubahan iklim terhadap kegiatan
usaha dalam pembentukan hukum pidana baru. Atas dasar
187TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
ini, kesadaran akan pentingnya difahami implikasi dari
perubahan iklim terhadap risiko lingkungan, termasuk
pidana lingkungan perlu mendapat perhatian.
B. Tindak Pidana Lingkungan Dalam Sistem Hukum
Lingkungan
Uraian tentang tindak pidana lingkungan dilihat
dari berbagai sudut pandang ilmu hukum. Pertama: dari
sudut prinsip hukum, khususnya hukum lingkungan
terkait dengan penerapan asas subsidiaritas. Prinsip
ini menegaskan bahwa hukum pidana dalam sengketa
lingkungan wajib memberikan jurisdiksi primer (primary
jurisdiction) pada hukum administrasi negara dengan
alasan (legal reasoning) bahwa terjadi tidaknya perusakan
lingkungan sangat tergantung pada alat ukur teknis dan
ilmiah (syarat-syarat) pemberian izin kegiatan oleh instansi
yang berwenang yang memiliki keahlian menilai secara
teknis dan ilmiah kelayakan lingkungan SPLH’ yang pada
kegiatan yang berdampak penting didasarkan pada Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL;
Kedua: apakah dampak lingkungan bersifat dapat
dipulihkan (reversible) atau tidak dapat dipulihkan
(irreversible) seperti contoh di atas tentang pencemaran
hutan bakau dari tumpahan minyak dari kapal. Bilamana
fungsi lingkungan ekosistem mangrove seperti tempat
pembiakan ikan tidak dapat lagi berfungsi sebagai lazimnya,
maka dapat dikategorikan telah terjadi perusakan (fungsi)
lingkungan dan oleh karenannya dapat diartikan sebagai
tindak pidana lingkungan (eco-crime);
Ketiga: karena tindak pidana umumnya dilakukan
188TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
oleh perusahaan besar, termasuk perusahaan multinasional,
tindak pidana lingkungan dapat mengancam keberlanjutan
peran pelaku bisnis dalam pembangunan/pertumbuhan
ekonomi. Oleh karena itu, di berbagai negara, terutama
negara yang mulai tumbuh menjadi negara maju, sanksi
pidana yang maksimum 5 tahun dapat diselesaikan dengan
mekanisme negosiasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi.
Atas alasan di atas makin maju suatu negara, dan makin
tinggi kesadaran lingkungan masyarakat dan aparat penegak
hukum cenderung mengurangi peran tindak pidana dalam
sistem penegakan hukum lingkungan.
Keempat: keterlibatan ilmu lingkungan dan teknis
lingkungan pada proses pembuktian, pengetahuan
hakim diharapkan tidak terbatas pada ilmu hukum, juga
memperhatikan pengertian ilmu-ilmu lain seperti: ekonomi,
kimia, geologi terhadap longsor akibat pembalakan liar
(illegal logging). Rusaknya hutan bakau (mangrove) yang
menyebabkan rusaknya fungsi mangrove sebagai tempat
budidaya ikan, dan risiko lingkungan karena perubahan
iklim, seperti rusaknya produksi pertanian dan sebagainya.
Kelima: proyek-proyek pembangunan yang tidak sesuai
dengan studi kelayakan serta mutu konstruksi bangunan
(engineering design) yang menimbulkan risiko lingkungan
pada pihak ketiga telah membawa perkembangan baru
dibidang pidana lingkungan dilihat dari tingkat bahayanya
pada manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan uraian di
atas telah dapat diperlihatkan dengan jelas, bahwa dengan
meningkatnya peran ilmu dan teknologi dalam pembentukan
hukum baru, maka peran undang-undang sebagai sumber
hukum utama akan menghadapi tantangan terhadap
189TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kebutuhan hukum baru, sehingga pembentukan hukum
baru melalui putusan pengadilan (case law), termasuk
hukum pidana lingkungan didasarkan makin penting. Agar
hal ini dapat dilakukan secara sistematis dan menyeluruh,
peran hakim dibidang tindak pidana lingkungan juga harus
didukung oleh proses penyidikan yang baik dan profesional
dalam sistem penegakan hukum lingkungan terpadu (one
roof of integrated crimal law enforcement system) yang
dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang
penyidikan, yaitu POLRI dan Kejaksaan Agung, dan
Kementerian Lingkungan yang bertanggung jawab terhadap
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dibidang sengketa
lingkungan (lihat, “Pedoman Teknis Yudisial Penanganan
Perkara Tindak Pidana Lingkungan Hidup”, oleh
Kejaksaan Agung RI dan Kementerian Lingkungan Hidup
tentangmodelspesifiksistemsegi-tigaTerpaduPenegakan
Hukum Pidana Lingkungan Hidup (Triangle integrated
environmental Criminal Justice System), Tahun 2003).
C. Masalah Tanggung Jawab Dan Pemulihan
Lingkungan
Secara hukum bentuk tanggung jawab lingkungan
dapat digolongkan kedalam tanggung jawab perdata (civil
liability) dan tanggung jawab publik (state responsibility).
Meskipun dalam prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah
hukum internasional lebih menekankan tanggung jawab
negara (state responsibility), namun dalam pelaksanaan
hukum, tanggung jawab publik (negara) tidak mudah
dirumuskan secara operasional, sehingga dalam praktek
prinsip tanggung jawab negara yang walaupun doktrinnya
190TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
secara hukum kuat, tanggung jawab negara ini cenderung
ditransformasikan menjadi tangggung jawab korporasi
melalui instrumen ekonomi yang mudah dirumuskan secara
hukum keperdataan.
Dilihat dari bentuk tanggung jawab perdata (civil law
liability) atas tiga tipe, yaitu:
1. Tanggung jawab berdasarkan kesalahan (liability
based ), seperti pasal 1365 KUH Perdata/BW;
2. Tangggung jawab mutlak (strict liability) seperti yang
dianut pada pasal 88 UU no. 32 Tahun 2009 dan
tanggung jawab penuh (absolute liability), seperti
pada pencemaran laut dalam hal “accident occurred
as a result of the actual fault or privity of the owner”
(Komar Kantaatmadja, 1981).
Dilihat dari perusakan fungsi lingkungan secara
hukum publik, dalam arti besarnya ganti rugi diterjemahkan
ke dalam biaya pemulihan lingkungan, yang meliputi: biaya
penelitian, tenaga ahli, penggunaan bahan-bahan kimia,
seperti: dispersant, penyewaan alat-alat penanggulangan
pencemaran (boom), dan analisis laboratorium terhadap
sampel hukum sebagai alat bukti ilmiah (Showa Maru Case,
1975).
Masalah lingkungan dan sumberdaya alam secara
internasional lebih menekankan tanggung jawab negara
(public law), sebagaimana diatur dalam UUD 1945 yang
telah diamandemen. Sebagaimana dijelaskan di atas dengan
terdapatnya kesulitan dalam praktek, tanggung jawab publik
atau tanggung jawab negara ini umumnya diterjemahkan
kedalam rumusan yang bersifat operasional. Oleh karena itu,
terdapat kecenderungan dalam sistem hukum lingkungan
191TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tanggung jawab ini didelegasikan menjadi tanggung jawab
korporasi, termasuk pidana korporasi (corporate crime)
Hal ini telah diatur dengan tegas pada psl 114-120 UU No.
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
D. Peran Hukum Alam Dan Ilmu Dalam Pembentukan
Ketentuan Hukum Lingkungan
Sebagaimana dikemukakan oleh para pakar hukum
lingkungan di berbagai negara, sumber hukum lingkungan
terutama berasal dari hukum alam (the rule of nature),
seperti: hukum termodinamika terhadap pencemaran dari
penggunaan energi, hukum gravitasi terhadap terjadinya
longsor, banjir, dan sebagainya) dan ilmu yang menjadi
alat ukur dampaknya, seperti: penerapan AMDAL sebagai
analisis ongkos dan manfaat suatu rencana kegiatan.
Sebagai konsekwensi peran ilmu dalam kajian dampak
secara hukum maka proses pembuktian terhadap peristiwa
pencemaran dan atau perusakan lingkungan sangat sulit
dibuktikantanpaklarifikasiatauverifikasiilmiah(scientific
verification, Minamata case, Jepang, 1971) dari para ahli
yang bersangkutan.
Hal ini merupakan alasan dikeluarkannya keputusan
bersama tentang prosedur pelaksanaan penyidikan kasus
lingkungan berdasarkan prinsip keterpaduan tiga lembaga
proses penyidikan tindak pidana lingkungan oleh Kepolisian
RI, kejaksaan Agung, dan Kementerian Lingkungan pada
tahun 2004, yaitu meliputi unsur kepolisian sebagai
penyidik, unsur keahlian/ahli untuk melakukan verifikasi
ilmiah alat bukti ilmiah (sampel hukum) dan instansi
192TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
teknis melakukan veifikasi persyaratan teknis dalam
sistem perizinan lingkungan, seperti: peran AMDAL dalam
sistem perizinan. Banyak kasus lingkungan terjadi dengan
mempersoalkan AMDAL sebagai dasar izin kegiatan, yang
dalam proses pembuktiannya melibatkan berbagai ahli
terkait dengan berbagai ilmu lain, seperti: hidrologi, geologi,
ekologi dan teknologi lingkungan.
E. Peran Hakim Dalam Pembentukan Ketentuan
Hukum Lingkungan Baru
Implikasi dari pengaruh analisis ilmiah dari sistem
perizinan,seperti:studiAMDAL,danverifikasiilmiahdari
saksi ahli di pengadilan terkait dengan perkembangan ilmu
dan teknologi. Pada kegiatan pembangunan dan bisnis
yang menggunakan teknologi tinggi, pengertian hukum
dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya
telah dirasakan ketinggalan jauh dari pengertian ilmu
pengetahuan baru yang menyertainya.
Akibatnya, terdapat jurang yang makin besar di antara
pengertian hukum tertulis (UU, PP dan Perda) dengan
pengertian yang berkembang dalam praktek tentang arti dan
bentuk hak kebendaan (property rights) terkait dengan
disain, standar dan unsur-unsur lainnya dari konstruksi,
bangunan, kemasan barang dagang yang dipersoalkan dari
peristiwa perbuatan melawan hukum yang terjadi pada kasus
lingkungan, seperti pencemaran oleh limbah B3 sebagai
hasil proses produksi termasuk angkutan, pengumpulan
dan penyimpanan yang mengandung bahan-bahan kimia
yang bersifat toksis dan risiko tinggi serta penggunaan alat-
alat baru yang berkembang dipasar.
193TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Oleh karena itu, sesuai dengan klausula dalam undang-
undang tentang kekuasaan kehakiman yang memberikan
wewenang pada hakim melakukan pembentukan hukum
baru (case law) berdasarkan perkembangan ilmu dan
teknologi, maka peran hakim dalam pembentukan hukum
baru yang paling aseptabel dan sesuai dengan tuntutan pasar
dalam perspektif ekonomi, teknologi dan ilmu pengetahuan
sangat penting.
Model kajian ilmiah terhadap hubungan kausal antara
tindak pidana lingkungan karena pencemaran dan akibatnya
yang menyebabkan bahaya pada pihak lain (korban) hanya
dapatdifahamisecarailmiahyangmembutuhkanverifikasi
ilmiah oleh ahli dihadapan hakim.
Hal ini untuk memperkuat ‘legal reasoning’ bagi
pertimbangan hakim dengan argumentasi yang meyakinkan.
Hal ini membawa kita pada pernyataan Holmes, bahwa “The
life of the law has not been logic; it has been experience”.
Oleh karena itu, “a legal system should make some
adjustment to the orders of reason and reality”. Meskiupun
demikian suatu putusan hakim dikatakan haruslah logis,
dapat diterima akal sehat. (logical decision, O.W. Holmes,
“The common law”, 1963).
F. Penegakan Hukum Lingkungan Dan Proses
Pelaksanaannya
Berdasarkan kepustakaan hukum lingkungan
modern, sistem penegakan hukum lingkungan meliputi: a)
rejim hukum administrasi negara pada tahap pemantauan
penaatan hukum (compliance monitoring) dan b) rejim
hukum penegakan hukum lingkungan dari segi hukum
194TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
perdata danpidana lingkungan melalui proses peradilan
(rex judicat, court proceeding) pada ‘law enforecement
procedure’. Sistem hukum lingkungan menyebutnya
sebagai yurisdiksi primer (primary jurisdiction)
mendahului jurisdiksi peradilan (rex judicata). Doktrin
inilah yang mengharuskan diterapkannya asas subsidiaritas
pada penegakan hukum lingkungan yang dianut dalam
UULH Amerika Serikat, tahun 1970 (EPA-USA, 1970).
Artinya, dalam penyelesaian sengketa lingkungan, terdapat
keharusan untuk memberikan peran utama dan pertama
pada fungsi hukum administrasi negara kepada instansi
yang memberikan izin kegiatan bertalian dengan syarat-
syarat teknis-ilmiah (a.l. a)berdasarkan AMDAL, BML,
AMRIL/ERA dan Proper, dsb) yang ditetapkan oleh instansi
tersebut, sebelum tahap penyidikan dan proses pembuktian
dalam sistem peradilan dilakukan. b)Pada tahap proses
pembuktian dalam sistem peradilan juga mengharuskan
adanya tahap verifikasi ilmiah terhadap alat-alat bukti
teknis dan ilmiah, meliputi tingkat akurasi pengambilan,
pengemasan dan penyimpanan sampel hukum (legal
sample) yang diambil dari peristiwa pencemaran. Agar
‘legal sample’ ini dianggap sahih (valid) sebagai alat bukti
pada proses ‘penelitian dan penyidikan’. Juga dilakukan
analisis ilmiah melalui pengujian laboratorium hukum
(legal laboratory) oleh ahli yang berkompeten, sesuai
dengan Panduan Teknis (Protocol, EPA-USA) berdasarkan
,a.l. Peraturan/Keputusan Menteri Lingkungan Hidup atau
Peraturan/Keputusan Gubernur atau Bupati/Walikota.
Dengan asas subsidiaritas sebagaimana telah diadopsi
melalui UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
195TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Lingkungan Hidup, kegiatan penegakan hukum pidana
terhadap tindak pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai
bila telah dilaksanakan tindakan hukum sebagai berikut:
1. Aparat yang berwenang menjatuhkan sanksi
administratif sudah menindak pelaku dengan
menjatuhkan suatu sanksi administratif, tetapi tidak
mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau,
2. Antara perusahaanyang melakukan pelanggaran
dengan pihak masyarakat yang menjadi korban akibat
terjadi pelanggaran, sudah diupayakan penyelesaian
sengketa melalui mekanisme alternatif diluar
pengadilan dalam bentuk musyawarah/perdamaian/
negosiasi/mediasi, namun upaya yang dilakukan
jalan buntu, dan atau litigasi melalui pengadilan,
namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru kegiatan
dapat dimulai/instrumen penegakan hukum pidana
lingkungan hidup dapat digunakan.
Kedua syarat asas subsidiariatas dalam bentuk upaya
tersebut diatas dapat dikesampingkan, apabila dipenuhi
syarat/kondisi tersebut di bawah ini:
1. Tingkat kesalahan pelaku relatif berat;
2. Akibat perbuatannya relatif besar;
3. Perbuatan pelanggaran menimbulkan keresahan
masyarakat
Untuk mencegah tindakan sepihak terhadap syarat/
kondisi yang mengecualikan asas subsidiaritas (unfairness),
diperlukan kesepakatan diantara pihak penyidik/Penuntut
Umum, pernyataan pejabat instansi teknis/sektoral tentang
tindakan sanksi administratif dan pimpinan pemerintah
daerah. Demikian pula halnya dengan kualifikasi saksi
196TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
ahli dalam proses pembuktian agar memenuhi fungsinya
sebagai yang berkompeten melakukan verifiksi ilmiah
terhadap sampel hukum dan analisis laboratorium hukum
berdasarkkan prinsip-prinsip dan metode ilmiah yang sahih
(valid).Dengan uraian di atas, prinsip ultimum remedium
pada tindak pidana lingkungan dianut secara tegas.
G. Beberapa Komentar Dan Pokok Bahasan Dalam
Diskusi Kasus
Pengertian tindak pidana lingkungan berdasarkan
peraturan perundang-undangan maupun putusan hakim di
pengadilan (case law), dilakukan melalui proses pembuktian
dengan verifikasi ilmiah, peran dan kualifikasi saksi akhli
(expert witness) di pengadilan dalam memberikan paparan
sampel hukum dan hasil pengujian oleh laboratorim hukum
untuk mendukung dalil hukum; membangun logika dalam
putusan di pengadilan (model simulasi, model deskripsi ke
preskripsi dalam perkembangnya): daya artikulasi saksi ahli
menerjemahkan hasil analisis untuk membantu argumentasi
hukum kepada majelis hakim di pengadilan (dalam proses
pembuktianberdasarkan verifikasi ilmiah agar menjamin
validitas alat bukti secara ilmiah).
Bedah kasus sengketa lingkungan lingkungan atas
Putusan PN Manado tentang PT Newmont MNR pada Tahun
2006 tentang tindak pidana lingkungan meliputi:
1. Keterkaitan antara pidana lingkungan dengan hukum
administrasi negara terhadap pelaksanaan asas
subsidiaritas di pengadilan;
2. Penerapan delik korporasi atau pidana korporasi
(corporate crime);
197TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
3. Masalah perizinan terkait dengan surat Menteri
Lingkungan Hidup/Kepala Bapedal no. B-1456/
BAPEDAL/o7/2000 tanggal 11 Juli 2000 ditujukan
kepada PT NMR perihal Pembuangan Limbah
Tailing ke Teluk Buyat dalam bentuk surat izin
deklartif, dimana tidak ada sanksi bilamana surat
tersebut tidak dilaksanakan dengan bunyi, antara
lain, “diperkenankan PT NMR membuang....”.
Artinya diperkenankan membuang limbah meskipun
sebenarnya dilarang membuang ke laut tanpa izin.
Pertanyaannya, apakah ‘surat izin deklaratif’ tanpa
disertai sanksi dapat dikenakan pidana lingkungan?
Surat izin deklaratif dengan tujuan a.l. melakukan
‘ecological risk assessment’ (ERA) yang pada saat kasus
diajukan mengadilan belum mempunyai landasan
hukum. ERA diatur sebagai instrumen ‘analisis
Risiko Lingkungan Hidup’ pada pasal 47 UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang memuat: 1) pengkajian risiko;
2) pengelolaan risiko; dan/atau komunikasi risiko.
Selain itu, pada saat kasus ini diajukan ke Pengadilan
Negeri di Manado, dokumen laporan PROPER PT
NMR dinyatakan memperoleh kualifikasi sertifikat
hijau.
4. Keterkaitan di antara UU LH no. 4 Tahun 1982, UU
No. 23 Tahun 1999, dan UU No. 32 Tahun 2009
tentang PPLH beserta ketentuan pelaksanaannya dan
peran ketentuan peralihannya.
5. Pendapat para pakar: a.l. 1) prosedur pidana sebagai
prosedur pamungkas (ultimum remedium); 2) sanksi
198TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pidana sebagai sanksi alternatif (tidak perlu terlebih
dahulu menjatuhkan sanksi-sanksi lain); 3)sanksi
pidana sebagai sanksi kumulatif (dengan sanksi-sanksi
lain); 4) sanksi pidana sebagai sanksi alternatif yang
berdiri sendiri, artnya penggunaan prosedur sanksi
pidana tidak dihubungkan dengan dengan sanksi
cabang hukum yang lain. Tetapi ditambahkan bahwa
prosedur pidana ditempuh apabila memenuhi syarat
baik alternatif maupun kumulatif terkait dengan
tingkat kesalahan pelaku relatif berat dan/atau akibat
perbuatan pelaku relatif besar dan/atau perbuatan
pelaku menimbulkan keresahan masyarakat.
6. Prof. Muladi, dengan meningkatnya kualitas kejahatan
lingkungann hidup tindak pidana lingkungan bersifat
independen sesuai dengan pasal 41-42 dan tindak
pidana dependent pada ketentuan administratif
berdasarkan pasal 43-44 UU No. 23 Tahun 1997
7. Prof. Dr. Indriyanto Senoadji, SH, Prof. Dr. Kusnadi
Hardjasoemantri dan Prof. Dr. M. Daud Silalahi
lebih berpegang pada asas subsidiaritas dalam sistem
hukum lingkungann hidup sebagaimana dianut dalam
UU No. 23 Tahun 1997 tentang PPLH
8. Pendapat Majelis hakim PN Menado Tahun 2006:
tidak terbukti secara sah bersalah melakukan tindakm
pidana lingkungan.
9. Pokok bahasan tentang dipenuhinya syarat/kondisi
tentang:
a. tingkat kesalahan pelaku relatif berat;
b. akibat perbuatannya relatif berat; dan
c. perbuatan pelanggaran menimbulkanm
199TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
keresahan masyarakat.
10. Sistem hukum lingkungan AS (EPA_USA) juga
menggunakaan pengertian lain, seperti: risiko atau
bahaya tinggi, nilai ekonominya sangat besar dan
menyangkut kepentingan masyarakat yang sangat luas,
sebagai dasar penyimpangan dari asas subsidiaritas.
201
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA
A. Pendahuluan
Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia dalam
tulisan ini mencakup penaatan dan penindakan (compliance
and enforcement) yang mencakup bidang Hukum
Administrasi Negara, bidang Hukum Perdata, dan bidang
Hukum Pidana.1
Pengertian peningkatan kesadaran masyarakat
mencakup kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi
dan pendidikan baik formil maupun non-formil tentang
hukum dan lingkungan.
Pendekatan yang saya lakukan untuk memaparkan
sistem penegakan hukum lingkungan demikian adalah
pendekatan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu
baik non hukum maupun hukum dalam sistem hukum
lingkungan Indonesia berdasarkan UULH-82 yang diubah
dan disempurnakan dengan UULH NO 23 Tahun 1997,
selanjutnya disebut UULH saja.
Sejak repelita II 1974-1979, pembangunan Indonesia
menganut konsep pembangunan berwawasan lingkungan
(eco-development) yang antara lain menyebutkan:
“Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-
sumber alam Indonesia harus digunakan secara rasional.
Penggalian sumber kekayaan alam tersebut harus
diusahakan agar tidak merusak tata lingkungan hidup
manusia, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang
1 Progran Penegakan Hukum Lingkungan Nasional mencakup: Pengembangan sistempenegakanhukum;penentuankasus-kasusprioritasyangperludiselesaikansecarahukum;peningkatan kemampuan aparat penegakan hukum; peninjauan kembali undang-undanggangguan
202TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan
generasi yang akan datang.”
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan (eco-
development) ini kemudian diadopsi sebagai rumusan
hukum lingkungan Indonesia melalui pasal 1 Ayat (3)
UULH-97, yang bebunyi sebagai berikut:
“Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang
memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke
dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan,
kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan”.
Disamping pengaruhnya pada konsep pembangunan
dengan masuknya pertimbangan lingkungan dalam setiap
keputusan rencana pembangunan, juga membawa pengaruh
pada konsep pendidikan tinggi yang menyebabkan
ilmu lingkungan dan hukum lingkungan masuk dalam
berbagai kurikulum pendidikan tinggi di Indonesia.
Dengan terbentuknya Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH), sekarang
Kantor Menteri Negara KLH, pada tahun 1978, di beberapa
perguruan tinggi dibentuk Pusat Studi Lingkungan
(PSL) sebagai mitra kerja kantor MENEG PPLH/KLH.
Keterlibatan para pakar perguruan tinggi melalui PSL-
PSL, seperti disebut di atas merupakan peristiwa penting
dalam pengembangan konsep pengaturan hukum dan
penegakan hukum di Indonesia saat ini. Sebab pengalaman
di negara maju memperlihatkan bahwa pengembangan
hukum lingkungan termasuk penegakan hukumnya, tidak
mungkin berjalan baik dan efektif tanpa keterlibatan
203TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
para ahli di berbagai bidang. Hal ini jelas diperlihatkan
dalam proses pembentukannya sejak naskah akademis,
hingga pembahasan rancangan pasal-pasalnya di DPR,
dan kemudian diuji melalui keterangan saksi ahli di depan
hakim sebagai dasar pertimbangan hakim dalam proses
pembuktian kausa fakta (factual causae).
Dengan berlakunya UU Lingkungan Hidup No. 4
Tahun 1982 UULH-82, yang diubah dan disempurnakan
dengan UULH NO 23 Tahun 1997, perhatian dan kesadaran
lingkungan berdasarkan hukum yang berlaku meningkat. Hal
ini diperlihatkan oleh pemberitaan yang luas di media massa
tentang masalah lingkungan di Indonesia. hampir setiap
hari terdapat berita tentang masalah atau kasus lingkungan.
Bahkan beberapa kasus telah diajukan ke pengadilan dan
disidangkan. Apabila diperhatikan pemberitaan media
massa tentang masalah yang dipersoalkan, argumentasi
yang dikemukakan berbagai pihak atas pokok gugatan dan
sanggahan, alat bukti dan keterangan saksi, serta hasil
penelitian yang dijadikan bahan bukti atau pertimbangan
hakim, terdapat keanekaragaman pendapat yang tidak
berdasarkan pemahaman yang baik atas UULH dan
ketentuan perundang-undangan yang terkait.
Keadaan ini dapat menyebabkan UULH dengan
ketentuan hukum yang menyertainya menjadi tidak efektif
dan ditafsirkan lain dari apa yang dikehendaki oleh pembuat
UU sendiri.
Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut,
antara lain meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui pendidikan dan latihan (singkat) bagi para penegak
hukum dan aparatur pemerintah yang akan melaksanakan
204TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
UULH ini, serta anggota masyarakat yang tugas pokoknya
di bidang hukum. Pendidikan dan pelatihan singkat telah
dilakukan, antara lain oleh Diklat MA, Diklat Kejagung, dan
para penyidik kepolisian sebagai bagian dari peningkatan
penegakan hukum lingkungan.
Sebagai bidang hukum yang baru yang asas dan
sistemnya sangat dipengaruhi oleh ilmu lingkungan dan
teknis lingkungan, penyebarluasan dan pengembangannya
harus dilakukan secara sistematis pula disertai dengan
pengetahuan dasar akan prinsip-prinsip ekologi dan tehnik
lingkungan.
B. Beberapa Masalah dalam Kasus-Kasus Lingkungan
1. Masalah Lingkungan secara umum
Masalah lingkungan yang dipersoalkan dalam
perundang-undangan kita menyangkut masalah yang
luas. Dalam tulisan ini, masalah tersebut menyangkut
pencemaran dan perusakan lingkungan yang akan
menjadi fokus pembahasan kita.
Meskipun kedua masalah di atas lazimnya
saling terkait, pendekatan dan pembahasan atas
masing-masing masalah dalam proses pembuktiannya
mengandung perbedaan tertentu.
Hal ini dapat diterangkan dengan
memperlihatkan perbedaan rumusan hukum kedua
pengertian tersebut, Pasal 1 butir 12 berbunyi:
“Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/
atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
205TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak tidak dapat berfungsi sesuai
peruntukkannya.”
Pasal 1 butir 14:
“Perusakan lingkungan adalah tindakan yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya
yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang
berkelanjutan.”
Apabila rumusan hukum tersebut diatas
diperhatikan penerapannya dalam kasus-kasus
lingkungan di Indonesia, terdapat kesulitan dalam
penerapannya untuk melakukan proses membuktikan.
Hal ini antara lain diperlihatkan dalam kasus
lingkungan antara WALHI yang menggugat BKPM
dan beberapa departemen terhadap kerusakan akibat
penebangan sebagian dari hutan di Sibatuloteng
di Sumatera Utara untuk tanaman hutan industri.
Kemudiankesulitaninimakinsignifikandalamkasus-
kasus perindustrian tahun 1990-an, pertambangan
dan MIGAS yang terjadi sejak tahun 2000
Penebangan hutan tersebut sifatnya sementara
sebagai tindakan antara untuk kemudian ditanami lagi
dengan tanaman hutan, seperti halnya penebangan
hutan untuk kemudian ditanami perkebunan.
Sejauh mana penebangan sebagian hutan
tersebut mempunyai akibat terhadap berfungsi
atau tidaknya hutan, jelas tidak mudah untuk
membuktikannya dan memerlukan penelitian yang
206TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
lama.
Apabila kemudian dalam selang waktu 1 bulan
sudah mulai ditanami lagi dengan tanaman hutan
industri. Dari sebagian kecil contoh diatas tersebut,
maka untuk menentukan bentuk dan jenis kerugian
perusakan dan pencemaran lingkungan hidup adalah
tindakan yang tidak mudah.
Masalah hukum yang dijadikan pokok
perdebatan pada umunya menyangkut masalah isu
standi, masalah pembuktian yang terkait dengan
verifikasiilmiahuntukmenjelaskanhubungankausal,
asas ganti rugi, cakupan dan luas (magnitude) isu
lingkungan untuk menetapkan jumlah gantirugi,
kriteria pemulihan lingkungan, tindak pidana
lingkungan, kesaksian ahli, peranan lab dan metoda
analisis zat pencemar untuk menetapkan ada tidaknya
pencemaran dalam arti hukum dan pertimbangan yang
didasarkan pada perkembangan ilmu dan teknologi.
Masalah ini tidak saja menjadi pokok perdebatan
yang menarik di kalangan ahli hukum (diluar maupun
dalam negeri), tetapi juga telah mempengaruhi secara
mendasar konsep hukum yang berlaku, khususnya
pada konsep dan teori penafsiran dalam praktek
hukum di Indonesia akhir-akhir ini yang memberikan
pandangan penafsiran yang tidak seragam atas
ketentuan-ketentuan hukum yang bersifat ekologis.
2. Masalah Hukum Lingkungan
Masalah hak menggugat (ius standi)
Perkembangan baru yang penting dikemukakan
dalam kaitannya dengan pembentukan hukum
207TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
lingkungan nasional adalah peranan hakim untuk
melakukan pembaharuan hukum melalui penafsiran
hukum, pengembangan doktrin sebagai sumber
hukumbaru,peransertamasyarakatsebagairefleksi
kesadaran hukum masyarakat terutama untuk
mengatasi kelambanan pembentukan hukum baru
melalui perundang-undangan. Pembentukan hukum
lingkungan baru yang demikian akan diuraikan
berdasarkan beberapa putusan hakim (baik nasional
maupun hukum asing) yang mempengaruhi
perkembangan hukum lingkungan nasional salah satu
perkembangan tentang konsep Penegakan Hukum
Lingkungan ialah hak menggugat masyarakat (ius
standi/standing to sue) atau gugatan perwakilan
kelompok (class-action) dalam perkara lingkungan.
Masalah ius standi atau lazim disebut sebagai
standing to sue di negara-negara yang menganut sistem
common law merupakan salah satu pokok perdebatan
yang mempengaruhi tata peradilan (court system) di
bidang hukum lingkungan, seperti di Amerika Serikat
pada tahun 1970-an. Persoalan ius standi lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dalam kasus lingkungan
terjadi pula di Negara kita pada tahun 1980-an, saat
undang-undang kita menghadapi ujian dalam praktek
dalam berbagai kasus lingkungan.
Perbedaan penafsiran yang disebabkan oleh
perkembangan ilmu dan teknologi, terutama konsep
lingkungan atau ekologi membawa pengaruh yang
sangat mendasar pada teori penafsiran yang lazim
dalam praktek, termasuk di Indonesia. Hal ini akan
208TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
diuraikan lebih lanjut di bawah ini.
Menurut sistem hukum lingkungan Amerika Serikat
Kasus LSM Sierra Club v. Morton (USA, 1972)
merupakan salah satu contoh kasus penting yang
banyak dibahas karena mempersoalkan keterlibatan
LSM. Persoalan yangmenjadi fokus adalah apakah
suatu organisasi yang kegiatannya bertujuan
melindungi lingkungan dapat memiliki ius standi atau
tidak. Secara garis besar kasus ini dapat diterangkan
sebagai berikut:
Walt Disney Enterprises, Inc, yang memenangkan
tawaran (bid) dalam suatu proyek, diberikan izin
3 tahun mengadakan survey dan eksplorasi untuk
menyusun Master Plan rencana pembangunannya.
Rancangan final Walt Disney disetujui pada tahun
1969, dan diperkirakan akan menelan biaya sekitar
35 juta dolar Amerika untuk pembangunan daerah
motel, restoran, kolam renang, tempat parkir serta
bangunan-bangunan lainnya sehingga kompleks
ini dapat menampung 14.000 tamu setiap hari.
Konstruksi bangunan akan memerlukan tanah seluas
80 ha di lembah ini, dengan hak pakai (use permit)
selama 30 tahun dari Dinas Kehutanan.
Semua kegiatan di atas dipantau dengan cermat
oleh Sierra Club. Sejak rencana ini dibuat pada tahun
1965, Sierra Club tidak melihat adanya proses public
hearing. Surat menyurat mereka dengan Dinas
Kehutanan dan Deparetemen Dalam Negeri tentang
keberatan atas rencana ini secara keseluruhan dan hal-
hal tertetu dari proyek ternyata tidak membawa hasil.
209TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Atas dasar ini, pada tahun 1969, Sierra Club, dengan
kegiatan (a special interest) di bidang konservasi
dan pertaanan (national parks), game refuges, dan
hutan lindung negara telah mengajukan keberatan
atas pembangunan Taman Rekreasi Disneyland oleh
Walt Disney Enterprises, Inc. antara lain mengatakan
bahwa pembangunan ini:
“would destroy or otherwise adversely affect the
scenery, natural, and historic objects and wild life of
the park and would impair the enjoyment of the park
for future generation.”
Hal ini dikategorikan banyak pengamat hukum
dan lingkungan sebagai an organizational interest in
the problem of environmental protection. Kemudian,
Sierra Club mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Negeri (District Court) di wilayah Utara California.
Materi gugatan antara lain menyatakan keberatan atas
berbagai aspek dari usul pembangunan yang dianggap
bertentangan dengan undang-undang Federal dan
peraturan yang bertalian dengan the preservation
of national parks, forest, and game refuges, juga
menuntut diambilnya suatu keputusan sela yang
menolak pejabat federal memberikan persetujuan atas
usulan dan dikeluarkannya izin proyek Mineral King.
Sierra Club menggugat atas alasan bahwa organisasi
ini sebagai badan hukum mempunyai:
“a special interest in the conservation and the sound
maintenance of the national parks, game refuges,
and forest of the country”
Dalam sidang pertama di Pengadilan Negeri,
210TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
permohonan Penggugat terhadap putusan sela
dikabulkan kemudian Tergugat mengajukan banding
pada Pengadilan Banding. Sebaliknya Pengadilan
Banding dalam putusannya justru menolak ius
standi dari Penggugat, Sierra Club, yang antara lain
menyatakan bahwa:
“no allegation in the complaint that members of
the Sierra Club would be affected by the actions
of [the respondent] other than the fact that he
actions are personally displeasing or distateful
to them.”
Selanjutnya mengatakan:
“We do not believe such club concern without
showing of more direct interest can constitute
standing in the legal sense sufficient to challenge
the exercise of responsibilities on behalf of all
the citizens by two cabinet level officials of the
government acting under conressional and
constitutional authority.”
Dengan pernyataan di atas, Pengadilan Banding
berpendapat bahwa:
“The Sierra Club had not made an adequate showing
of irreparable injury and likelihood of success on the
merits to justify issuence of a preliminary injuction.”
Dengan demikian putusan sela dibatalkan.
Dengan uraian di atas, persoalan pokok yang
ingin dijawab adalah tentang apakah Sierra Club
mempunyai hak menuntut di pengadilan atau tidak?
Gugatan Sierra Club didasarkan pada $10 of the
Administrative Procedure Act (APA), 5 USCA $702
211TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
yang menyatakan bahwa:
“A person suffering legal wrong because
of agency action, or adversely affected of
aggrieved by agency action within the meaning
of a relevant statute, is entitled to judicial
review thereof.”
Terhadap ketentuan ini, beberapa putusan
hakim terdahulu telah memberikan interpretasi yang
tidak seragam dalam rumusan legal interest dan legal
wrong. Dalam kasus Association of Data Processing
Service Organization, Inc. v. Camp (USA) diambil
keputusan yang menetapkan bahwa setiap orang
mempunyai standing untuk menggugat Pemerintah
(agency) di pengadilan berdasarkan $10 APA di atas,
apabila tindakannya menyebabkan “injury in fact”
terhadap kepentigan yang berada dalam lingkup zone
of interest si penggugat yang dilindungi oleh undang-
undang. Kasus-kasus diatas, seperti halnya kasus
Data Processing atau Barlow telah menampilkan
serangkaian pertanyaan tentang apa yang harus
dijadikan dasar tuntutan seseorang terhadap sesuatu
yang tidak bersifat ekonomis yang dimiliki oleh
banyak orang (noneconomic nature to interest that
are widely shared).
Kecenderungan dari penyelesaian kasus-kasus
yang berdasarkan APA dan statute telah memberikan
wewenang untuk menggugat aparat federal dan
telah mengakui teori bahwa pokok gugatan tidak
lagi terbatas pada kerugian ekonomis (economic
injury). Sehingga dalam kasus Data Processing (USA)
212TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
misalnya gugatannya dapat meliputi: aspek aesthetic,
conservational, and recreational as well as economic
value.
Bahkan dalam beberapa putusan pengadilan
telah dapat diperlihatkan kesediaan untuk menerima
teori bahwa organisasi dapat memiliki standing apabila
ia memperlihatkan an organizational interest in the
problem of environmental or consumer protection.
Saya katakan dapat, karena dengan adanya insterest in
a problem saja belum merupakan adversely affected
atau aggrieved menurut APA, USA.
Terhadap kasus diatas terdapat berbagai
komentar yang penting. Dalam komentarnya secara
terpisah, Hakim Brennan dan Hakim Blackmun
masing-masing sampai pada kesimpulan – meskipun
dengan argumentasi dan teori yang berbeda – dapat
disimpulkan bahwa LSM Lingkungan seperti Sierra
Club mempunyai Ius Standi.
Di dalam mengomentari kasus ini secara
pribadi (dissenting), Hakim Blackmun telah
memberikan pernyataan yang sangat menarik – dan
sangat diperhatikan oleh hakim kemudian – yang
mengatakan antara lain:
“Bilamana kita menghargai lingkungan hidup,
terhadap mana ada ancaman, bahaya, dan
pemburukannya yang akan mengakibatkan
kerusakan ekologis”, maka patut dipertanyakan,
“Must our law be so rigid and our procedural
concepts so inflexoble that the render ourselves
helpless when the existing methods and the
213TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
traditional concepts do not quite fit and do not
prove to be entirely adequate for new issues.”
Menurut sistem hukum lingkungan Indonesia
Teori tentang ius standi dari suatu LSM
Lingkungan di Indonesia dalam masalah lingkungan
juga mendapat perhatian yang besar dan cenderung
meningkat pada akhir-akhir ini. Perkembangan ini
dicatat sebagai suatu hal yang menarik dan patut
diperhatikan bagi penegak hukum lingkungan
di Indonesia di masa yang akan datang. Untuk
kepentingan analisis masalah konkrit kasus lingkungan
di Indonesia, di bawah ini disajikan beberapa bagian
dari argumentasi hukum dalam keputusan hakim
tentang Kasus WALHI v. Pemerintah (BKPM/
KLH/Pem. Dan PTIU, 1990), dan kasus-kasus lain
yang relevan bagi pengujian ketentuan-ketentuan
hukum UULH-82, yang diubah dan disempurnakan
dengan UULH NO 23 Tahun 1997 dalam kasus-kasus
lingkungan di Indonesia.
Kasus WALHI v. PTIU (Porsea, Sumatera
Utara). Suatu perkembangan yang menarik dalam
praktek hukum lingkungan Indonesia adalah
pengaruh putusan hakim tentang masalah ius standi
LSM (dalam hal ini WALHI) yang mengingatkan kita
pada persoalan yang sama dalam kasus Sierra Club v.
Morton (proyek Disney Land, Los Angeles, California,
USA, 1971).
Meskipun produk sengketa tentang rusaknya
lingkungan tidak dapat dibuktikan atau lemahnya
argumentasi penggugat pada waktu itu, disertai
214TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dengan kurangnya atau kurang memadainya upaya
atau data ilmiah yang ditampilkan untuk meyakinkan
tim hakim dan instansi terkait termasuk LSM, namun
pengakuan atas ius standi LSM merupakan langkah
maju bagi pengadilan Indonesia dilihat dari sudut
teori interpretasi hukum lingkungan di Indonesia.
Sangat disayangkan, perkembangan baru ini
kurang mendapat perhatian dari hakim-hakim yang
menangani perkara lingkungan yang terjadi kemudian.
Hal ini dapat dilihat dari penolakan Pengadilan Negeri
Medan atas gugatan masyarakat melalui kuasa hukum
mereka, Lembaga Bantuan Hukum melawan PTIU,
1989, dengan alasan antara lain dalil delatoir exeptie
atau penggugat belum waktunya mengajukan perkara
ini disebabkan belum ada peraturan perundang-
undangan untuk melaksanakannya, dan belum
terbentuk tim peneliti dan yang akan menetapkan
jenis dan besarnya ganti rugi akibat pencemaran.
Menurut pendapat saya, penolakan ini tidak
beralasan disebabkan Pasal 23 UULH-82 memberikan
jalan penyelesaian melalui ketentuan perundang-
undangan yang sudah ada sebelum UULH-82
disahkan. Disamping itu, bentuk tim sebagaimana
diatur dalam Pasal 20 UULH-82 sudah berkembang
dalam praktek, dan prosedur ini bukanlah hal baru
dalam praktek pengadilan di Indonesia, dan dapat
dilakukan dalam praktek tanpa menunggu peraturan
perundang-undangannya. Praktek semacam ini telah
dijadikan sebagaimana pertimbangan hukum pada
kasus WALHI v. PTIU pada tahun 1989 sehubungan
215TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dengan masalah ius standi LSM.
Diterimanya ius standi LSM menurut UULH
di Indonesia dalam praktek dapat diuraikan sebagai
berikut:
Persyaratan formal dalam suatu gugatan perkara
perdata adalah keharusan adanya kepentingan hukum
(rechtsbelangen) bagi seseorang untuk mengajukan
gugatan, sebagaimana yang telah digariskan dalam
doktrin ilmu hukum, hanya tuntutan hak yang
mempunyai kepentingan hukum yang cukup dapat
diterima oleh pengadilan.
Pokok pemikiran yang demikian itu
menimbulkan ungkapan hukum yang tidak asing lagi
dalam hukum acara perdata, yaitu “Tiada gugatan
dalam kepentingan hukum”.
Dalam pertimbangan Majelis, menurut hemat
Majelis yang harus dikaji lebih lanjut khususnya
dalam perkara ini, ialah kepentingan peggugat
dalam pengajukan gugatan ini. Atas kualitas apakah
penggugat bertindak dan untuk mempertahankan hak
apa ia mengajukan gugatan ini?
Bertitik tolak dari isi surat gugatan Penggugat,
maka jelaslah bahwa penggugat menggugat para
tergugat I s/d V atas dasar dalil-dalilnya bahwa para
tergugat pada pokoknya telah tidak mengindahkan
ketentuan-ketentuan dalam UULH-82, yang telah
(diubah dan disempurnakan dengan UULH NO 23
Tahun 1997, didalam mengeluarkan surat-surat
keputusan atau memberikan persetujuan bagi
pembangunan pabrik milik tergugat VI dan pihak
216TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tergugat VI telah melaksanakan keputusan-keputusan
dari tergugat I s/d V tersebut, keputusan-keputusan
mana bertentangan dengan UULH-82, yang telah
diubah dan disempurnakan dengan UULH NO 23
Tahun 1997 dihubungkan dengan Pasal 38 dan Pasal
39 PP No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (PP-AMDAL);
Oleh karenanya pokok persengketaan
dalam perkara ini adalah mengenai penerbitan
keputusan-keputusan Penguasa (Pemerintah)
dan pelaksanaannya, yang menyangkut masalah
lingkungan hidup, dengan berdasarkan pada UULH-
82, yang telah diubah dan disempurnakan dengan
UULH NO 23 Tahun 1997 dan PP-AMDAL tersebut;
Dalam penjelasan umum UULH-82, yang
telah diubah dan disempurnakan dengan UULH NO
23 Tahun 1997, disebutkan pada pokoknya bahwa
terpeliharanya lingkungan hidup Indonesia sebagai
suatu ekosistem yang baik dan sehat, merupakan
tanggung jawab yang menuntut peran serta setiap
anggota masyarakat untuk meningkatkan daya dukung
lingkungan;
Secara tegas dalam Pasal 5 UULH-82, yang
dibaharui dan disempunakan dengan UULH NO 23
Tahun 1997, disebutkan bahwa:
ayat (1) Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat;
ayat (2) Setiap orang mempunyai hak atas informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup.
217TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Bahwa selanjutnya pasal 6 menentukan bahwa:
ayat (1) Setiap orang mempunyai berkewajiban
memelihara pelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mencegah dan menanggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup
ayat (2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/
atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi
yang benar anakurat mengenai pengelolaan
linkungan hidup.
Dalam penjelasan Pasal 5 ayat (2) disebutkan
bahwa hak informasi sebagai konsekuensi logis dari
hukum, berperan serta dalam pengelolaan lingkungan
hidup yang belandaskan pada asas keterbukaan.
Hal ini bertalian dengan keterbukaan terhadap
akses masyarakat pada dokumen AMDAL, sistem
pengelolaan lingkungan, sistem pelaporan dalam
kerangka sistem pemantauan ketaatan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan sebagai pertangung
jawaban kepada publik. Sedangkan penjelasan dari
ayat (2) menyatakan bahwa kewajiban setiap orang
sebagaimana tersebut dalam ayat ini tidak terlepas
dari kedudukan sebagai anggota masyarakat yang
mencerminkan harkat manusia sebagai individu dan
mahluk sosial. Dengan mekanisme ini diharapkan
masyarakat dapat memberikan umpan balik terhadap
informasi lingkungan dan pelaksanaan analisisi
dampak linkungan sebagai dokumen hukum. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan adanya
kedudukan yang penting dari manusia sebagai
seseorang yang mandiri dan sekaligus juga sebagai
218TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
mahluk sosial yang tidak terlepas dari lingkungan
dan mempunyai kewajiban-kewajiban sesama
manusia lainnya di dalam ikatan kemasyarakatan
(asas kemitraan). Oleh karenanya, sebagaimana yang
ditulis oleh sarjana Heinhard Steiger cs, bahwa hak-
hak subjektif (subjective rights) untuk perlindungan
seseorang, memberikan kepada yang mempunyai suatu
tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya
akan suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat itu
dihormati, suatu tuntutan yang dapat didukung oleh
prosedur hukum dengan perlindungan hukum oleh
Pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya. Tidaklah
disangkal bahwa penegakan peraturan perundang-
undangan adalah perlu sekali bagi perlindungan
hukum lingkungan hidup seseorang.
Penggugat sebagai kelompok orang yang
tergabung dalam Yayasan LSM Indonesia harus
dilihat dalam konteks tersebut di atas, yang memang
berdasarkan anggaran dasarnya mempunyai maksud
dan tujuan:
Mendorong peran serta Lembaga Swadaya
Masyarakat dalam usaha pengembangan
lingkungan hidup, serta menyalurkan
aspirasinya dalam lingkungan nasional.
Meningkatkan kesadaran masyarakat
sebagai pembina lingkungan dan terkendalinya
pemanfaatan sumber daya secara bijaksana
(vide bukti P.1 Anggaran Dasar LSM Indonesia
Pasal 5).
Menarik untuk dibahas dari sisi keputusan ini
219TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
adalah bahwa memang benar, peran serta dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana yang
dimaksud oleh pasal b ayat (1) tersebut, menurut ayat
(2) masih akan diatur dengan peraturan perundang-
undangan, namun hal itu tidaklah berarti bahwa
penggugat tidak mempunyai kepentingan sehingga
tidak ada dasarnya untuk mengajukan suatu gugatan.
Sebab yang akan diatur dengan suatu peraturan
perundang-undangan adalah mengenai bentuk peran
sertanya dan tata caranya, tetapi hal tersebut harus
dibedakan dengan kriterium “kepentingan” untuk
menggugat, yang harus dikaitkan dengan hak-hak
subjektif seseorang atau sekelompok orang atau badan
hukum, sehubungan dengan hak dan kewajibannya
dalam pengelolaan lingkungan hidup;
Bahwa bentuk peran serta dalam kenyataannya
sekarang sudah tampak dalam berbagai bentuk, antara
lain juga dalam bentuk pusat studi lingkungan hidup di
universitas-universitas, ataupun juga seperti Yayasan
LSM Indonesia (Penggugat) dan sebagainya, sebagai
salah satu bentuk lembaga swadaya masyarakat yang
dimaksud oleh Pasal 19 UULH-82, yang telah diubah
dan disempurnakan dengan pasal 37 dan 38 UULH
NO 23 Tahun 1997 tentang gugatan perwakilan (class-
action) dan peran organisasi lingkungan sebagai
perwakilan lingkungan.
Ditinjau dari segi Ilmu Perbandingan Hukum
(comparative law study), apalagi dilihat pada
beberapa ketentuan yang berlaku di berbagai negara
dalam masalah lingkungan hidup maka oleh karena
220TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pengelolaan lingkungan hidup itu berkaitan dengan
hak dan kewajiban setiap orang, dimungkinkan
atau dibuka kemungkinan bagi setiap orang untuk
mengajukan gugatan (ius standi) karena sehat dan
bersihnya lingkungan hidup adalah merupakan
kepentingan umum dan juga kepentingan setiap
orang.
Menimbang, bahwa oleh karena masalah
pengelolaan lingkungan hidup juga banyak
berkaitan dengan Hukum Tata Usaha Negara
(Administratiefrecht), terutama dalam kasus perkara
ini yang pokok sengketanya adalah mengenai
penerbitan surat-surat Keputusan Tata Usaha
Negara atau Keputusan Pemerintah (Administratief
beschikking), maka dalam hal-hal tertentu dikenal
adanya prosedur actio popularis dimana undang-
undang memberikan kemungkinan bagi setiap orang
untuk mengajukan gugatan, karena kepentingan yang
hendak dilindungi itu menyangkut setiap orang.
Atas dasar hal tersebut undang-undang
memberikan kriteria yang sangat luas tentang siapa
yang berhak mengajukan suatu gugatan sehingga
masalah tentang dapat diterima atau tidaknya gugatan
ditinjau dari kualitas penggugat tidak dipersoalkan
lagi.
Bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan
yang terurai di atas, Majelis berpendapat bahwa dalam
kasus ini WALHI (LSM Indonesia) dapat bertindak
sebagai penggugat untuk melindungi kepentingan
setiap orang dalam pengelolaan lingkungan hidup
221TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
yang ketentuan pokoknya tertuang dalam Pasal 5
UULH-82 (sekarang pasal 5 sd 7 UULH-97);
Sebagaimana terurai dalam kedua kasus di atas,
salah satu masalah pokok yang diperdebatkan dalam
kasus lingkungan ialah tentang ada atau tidaknya
hak menuntut/menggugat (ius standi) dari Sierra
Club (LSM) sebagai badan hukum yang memiliki
kepeduliannya terhadap lingkungan yang terancam
oleh suatu proyek atau kegiatan pembangunan
dan sekaligus merupakan perwujudan peran serta
masyarakat sebagian diatur masyarakat tersebut.
Di sini terjadi perkembangan istilah dan
penafsiran interest, public interest, zone of
interest, organizational interest in the problem of
environmental, special interest, dan sebagainya
sebagai dasar pertimbangan ada atau tidaknya
ius standi untuk menggugat pemerintah sebagaui
manager sumber daya dan lingkungan.2
Selain itu, tindakan ini harus menimbulkan
injury in fact, baik bersifat ekonomi (economic loss or
economic injury, maupun kepentingan yang bersifat
non-economic, seperti perubahan estetika dan ekologi
alam, yang dimiliki oleh orang banyak. Injury in fact
dalam arti tradisional (economic loss atau direct
damages) sudah ditinggalkan. Sebab aesthetic and
environmental well-being, like economic well-being,
are important ingredients of the quality of life in our
society, and the fact that particular environmental
2 LihatPeradilanTataUsahaNegara
222TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
interest are shared by the many rather than the few
does not make them less deserving of legal protection
through the judicial process.
Tetapi alat penguji injury in fact memerlukan
penafsiran lebih luas daripada yang lazim
dipergunakan, agar dapat berfungsi secara layak
bagi kepentingan umum dalam masalah estetika,
konservasi, dan aspek-aspek wisata yang dapat terancam.
C. Masalah Beban Pembuktian (BurdenofProof)
Salah satu masalah yang diperdebatkan dalam kasus-
kasus lingkungan ialah mengenai beban pembuktian dan
masalahnya lazim disebut sebagai problems of proof tentang
ada tidaknya unsur kesalahan (fault), kelalaian (negligence),
ketidakhati-hatian (careless), apakah ada kesengajaan
(intentionality), apakah ada perbuatan melawan hukum
(onrechtmatigedaad; tort), kerusakan (damages), injury,
apakah ada hubungan kausal (causality; the burden of
proving a cause and effect relationship), dan sebagainya.
Meskipun nuisance theory telah digunakan untuk
membuktikan terjadinya personal injury atau property
damages pada pencemaran udara, namun kesukaran
penggugat untuk menerangkan berbagai aspek dari masalah
ini ke dalam bahasa hukum yang dapat dipahami oleh hakim
tetap menjadi suatu hambatan (WALHI v. BKPM/KLH/
Pem.). Sumber pencemaran mana yang paling berbahaya
bagi si penggugat dari berbagai sumber di suatu kawasan
industri mungkin tidak dapat dibuktikannya. Oleh karena
itu beban pembuktian yang dipikul oleh si korban untuk
mengatakan bahwa pelaku telah lalai, atau dilakukan dengan
223TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
sengaja atau melalaikan suatu upaya yang tidak memadai
(unreasonable) merupakan sebagian dari persoalan yang
ada. Karena seorang komentator mengatakan bahwa suatu
kesulitan mendasar dari proses peradilan untuk menangani
pencemaran adalah:
“The inherent inability of courts to deal
efficiently with issues of a scientifically complex
nature. The chemical, biological, physiological, and
other scientific evidence required to prove the causal
connection between the alleged polluter’s discharge
and the plaintiff’s harm is often highly technicaland
next to impossible for even the most conscientious and
alert judge or layman to assimilate and evaluate.”
Pernyataan ini membuktikan perlunya sumber daya
manusia yang berkualitas, berpendidikan akademis atau
latihan khusus tentang hukum dan lingkungan. Karena itu,
masalah pembuktian dalam kasus pencemaran/perusakan
lingkungan akan tetap menjadi perhatian dan pokok
pembahasan yang menarik kalangan akademis.
Sementara itu, ilmu dan teknologi akan terus
berkembang, hal baru akan muncul dan diperdebatkan.
Dapatkah hukum berpacu dengan disiplin ilmu lain seperti
teknologi, ekonomi, dan sebagainya? Dalam kajian ini,
pertimbangan hukum yang menarik untuk dijadikan alasan
dari sudut pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi
pada pembentukan kaidah hukum baru adalah pendapat
hakim yang memutuskan perkara Trail Smelter, antara USA
v. Canada (1941), yang antara lain mengatakan:
“Great progress in the control of fumes has been made
by science in the last few years and this progress
224TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
should be taken into account.”
Atas dasar pertimbangan perkembangan ilmu dan
teknologi itu:
“constitute an adequate basis for its conclusions,
namely, that , under the principles of international
law, as well as of the law of the United States, no State
has the right to use or permit the use of its territory
in such a manner as to cause injury by fumes in or to
the territory of another or the properties or persons
therein, when the case is of serious consequence and
the injury is established by dlear and convincing
evidence.”
Dengan alasan pertimbangan teknologi diatas, suatu
kegiatan yang diduga masih akan menimbulkan bahaya,
gangguan atau kerugian, kecuali suatu upaya dapat dilakukan
untukmencegahnyaataumodifikasidapatdilakukanuntuk
mengatasinya. Suatu Tim yang melakukan pemantauan
agar keputusan itu dipatuhi dapat dibentuk. Fasilitas yang
diperlukan untuk menjamin terselenggaranya kewajiban itu
dapat diadakan.
Dalam sistem yang berlaku sekarang, sebagaimana
diatur antara lain dalam BW, penggugat (plaintiff)
(umumnya masyarakat berpenghasilan rendah) masih
tetap memikul beban pembuktian, suatu tugas yang paling
berat dari keseluruhan proses pembuktian dalam kasus
pencemaran. Kaum miskin kurang mempunyai kemampuan
melindungi lingkungan ke arah yang lebih baik karena masih
terpusat pada soal makan, sandang, dan papan).
Masalah pembuktian adanya hubungan kausal
Salah satu masalah penting dalam kasus lingkungan
225TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
seperti dalam hal terjadinya pidana lingkungan ialah untuk
membuktikan ada (atau) tidaknya hubungan kausal (cause
and effect relationship) dengan bantuan ilmu medis.
Penyakit itai-itai dalam kasus Komatsu v. Mitsui
Kinzoku Kogyo .K.K., Jepang, 1972, disebabkan oleh
kandungan cadmium, timah hitam, senyawa zinc dalam
konsentrasi yang tinggi pada tanaman padi di sekitar
korban. Limbah ini berasal dari Kamioka Mining Facility
Mitsui Metal Mining K.K. melalui air minum atau produksi
pangan di kawasan ini masyarakat sekitarnya menderita
penyakit itai-itai. Dalam kasus ini epidemicological proof
of causality telah dianggap memadai untuk melaksanakan
tuntutan penggugat.
Menurut hakim dalam keadaan demikian tidak
diperlukan unsur kelalaian atau kesalahan si pelaku, dan
karenanya bagi si pelaku atau pemilik industri dianggap
strictly liable berdasarkan UU Pertambangan (Mining
Law). Kasus ini juga memberikan bukti yang jelas pada kita
bahwa asas tanggung jawab mutlak yang dianut oleh Pasal 21
UULH-82, yang diubah dan disempurnakan dalam pasal 35
UULH NO 23 Tahun 1997, yang dirumskan sebagai berikut:
“Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang usaha dan kegiatannya menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan
beracun,bertanggung jawab secara mutlak atas
kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban
membayar ganti rugi secara langsung dan seketika
pada saat terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan”. (ayat 1)
226TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
dapat dibe-baskan dari kewajiban membayar ganti rugi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika yang bersangkutan
dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup disebabkan salah satu di bawah ini:
Adanya bencana alam atau peperangan;
Adanya keadaan tepaksa di luar kemampuan manusia
atau Adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan
terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup”. (Ayat 2)
Dalam hal terjadi kerugian yang disebabkan oleh
pihak ketiga sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf
c, pihak ketiga bertanggung jawab membayar ganti rugi.
Ayat (3)”
Penjelasan umum pasal 35 Ayat (1) menyatakan bahwa
pengertian bertanggung jawab secara mutlak atau strict
liability, yaitu unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh
pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti kerugian.
Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis dalam gugatan
tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya.
Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap
pencemar atau perusak lingkungan hidup menurut Pasal
ini dapat ditetapkan sampai batas tertentu. Batas tertentu
yang dimaksud adalah jika menurut penetapan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, ditentukan keharusan
asuransi bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan
atau telah tersedia dana lingkungan hidup.
Dari rumusan pasal 35 dengan penjelasan umumnya
memberikan pengertian tanggung jawab mutlak (strict
liability) yang terbatas pada sistem hukum lingkungan
227TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Indonesia, baik luasnya (magnitude) maupun pengertiannya.
Pertama pasal 35 membatasi kegiatan atau usaha yang
wajib AMDAL dan/atau yang menggunakan B3 yang jatuh
dibawah asas tanggung jawab mutlak.
Masalah kesaksian ahli (expert witness)
Menarik untuk dibahas dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya manusia adalah kesaksian ahli/
ilmuwan sebagai alat bukti ilmiah untuk menerangkan
adanya hubungan kausal antara sumber penyebab dan
akibatnya.
Menurut sistem hukum lingkungan Jepang
Sebagaimana diketahui bahwa dalam kasus Ono v.
Showa Denko K.K. timbulnya penyakit disebabkan oleh
limbah industri kimia yang mengandung senyawa methyl
mercury yang telah merusak sistim syarat pusat manusia,
melalui ikan yang dimakan dari hasil tangkapan di Sungai
Agano.
Dalil tergugat yang mengatakan bahwa:
“No causal relation between the metyhl mercury
released and the injury sustained by the plaintiffs
and that the defendant had not acted with any willful
negligance.”
telah ditolak oleh hakim. Sebab dalam kasus ini tidak
diperlukan point by ponit scientific verification in order to
establish causality.
Hal itu dapat menimbulkan hambatan bagi pemulihan
hak-hak perorangan (civil relief). Yang diperlukan di sini
adalah mengenai dapat atau tidaknya…
“… characteristic symptoms of the disease dan route
228TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
by which pathogenic substances were transmitted to
the victims could be explained by an accumulation of
circumstantial evidence, supported by accumulation
of circumstantial evidence, supported by the relevant
fields of science, which traced the source of pollution
to the ‘doorstep of the enterprise’, then proof of legal
causality would be considered to have been made
unless the injuring business should prove that in
discharging causal substances, its plant could not
in discharging causal substances, its plant could not
have been the source of pollution.”
Selanjutnya dikatakan bahwa
“In cases where there is the possibility of danger,
even with equipment of the highest technological
quality; partial or even total suspension of operation
is required.”
Sebab menurut putusan ini, pada prinsipnya suatu
industri hanya diperkenankan berproduksi apabila kegiatan
ini in harmony with the integrity of the environment of the
area’s resident. Dikatakan bahwa:
“There is no reason to protect business interest to the
point of sacrificing human health and life, which can
be rightfully said to be the most fundamental rights of
the residents.”
Dari argumentasi ilmiah diatas, telah dapat
diperlihatkan pentingnya ilmu dalam masalah pembuktian,
terutama dalam masalah pencemaran/perusakan
lingkungan.
Untuk memberikan gambaran perkembangan
pengertian hubungan kausal dalam arti kerusakan ekologis
229TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
atau pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan
berbahaya dan beracun (B3), di Indonesia, putusan Hakim
Tanjung Pinang atas perkara pencemaran lingkungan/
kerusakan ekologis karena B3, 1989, merupakan kasus
lingkungan yang pertama di Indonesia yang menjadikan
pencemaran/kerusakan lingkungan (kerusakan ekologis)
sebagai argumentasi yuridis bagi putusan hakim, dan diakui
sebagai tindakan pidana lingkungan. Dalam kasus ini tidak
saja kesaksian ahli digunakan secara luas dan mendasar,
tetapi juga keterlibatan laboratorium untuk membuktikan
terjadinya kerusakan/pencemaran lingkungan.
Hal ini mengingatkan kita para peristiwa kandasnya
kapal tangki Showa Maru, di Selat Malaka/ Selat Singapura
pada tahun 1975 yang mendorong perhatian dan kepedulian
masyarakat pada masalah lingkungan di Indonesia pada
saat itu. Sumbangan dari kasus ini pada referensi hukum
internasional adalah kemajuan dan kesediaan para ahli
hukum dan lingkungan untuk menerima kerusakan ekologis
sebagai bagian dari tuntutan ganti rugi.
Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa kebutuhan
akan pengetahuan yang lebih dari sekedar hukum, seperti
ilmu kimia, biologi, fisika, dan ekonomi serta sosial dan
sebagainya bagi jaksa, hakim, dan para penegak hukum
lainnya untuk menyelesaikan kasus pencemaran lingkungan
tidak dapat disangkal lagi. Dengan demikian suatu
kegiatan pemantauan akan dapat memberikan kualitas dan
kuantitas limbah atau emisi, efek atau dampaknya, serta
kecenderungannya (forseeable) di masa yang akan datang.
230TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
D. Asas Tanggung Jawab (LiabilityPrinciple)
Dari sudut hukum perdata sistem dan asas tanggung
jawab dalam kasus lingkungan (terutama pencemaran
atau perusakan lingkungan yang disebabkan oleh bahan
berbahaya atau beresiko tinggi) merupakan perkembangan
baru yang patut diperhatikan. Hal ini dianggap penting
karena hingga sekarang asa tanggung jawab (asas ganti rugi)
yang dianut masih didasarkan pada KUH Perdata (BW)
suatu asas ganti rugi yang dibentuk jauh sebelum teknologi
berkembang seperti sekarang.
Karena letak geografis industri dan arah angin yang
membawa zat pencemar, menurut teori biologi, hubungan
sebab akibat ini dapat diterangkan berdasarkan penelitian
epidemologis.
Satu hal menarik dari putusan pengadilan di Jepang
mengenai hal ini ialah dalil yang memungkinkan tanggung
jawab bersama antar beberapa pelaku (the joint liability of
the defendants) berdasarkan anggapan bahwa:
“even where activities of any one aprty alone may not
have produced the effect in question, the effects was
produced in combination with activities of the other
parties, and thus it woul be sufficient to establish that
had it not been for the activities of one party. … it
would be sufficient, according to the decision, to prove
the existence of other activities and the predictability
of the effect of these activities when combined with
such single activity. … joint, not separate liability
would stand even when the amount of smoke and soot
emitted was small, even if there was no obligation
to take precautions in locating plants so as not to
231TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
endanger the lives and health of residents in the area,
and even if there was no effective methods to remove
all sulfur, one could not claim that it was impossible
to avoid pollution.”
Dalil tergugat bahwa:
“The industry was for good of community; it was
socially approproate; sulfure dioxide emissions were
neglible in amount; the companies had observed
authorized emission levels; the victims were
hypersensitive; and so forth”
Kasus ini merupakan kasus pertama di Jepang yang
mengakui joint liability of industrial firms for atmospheric
pollution. Sehingga putusan ini membawa pengaruh besar
bagi pembangunan masyarakat serta kebijakan mengenai
lokasi industri.
Meningkatnya kegiatan industri yang mempunyai
dampak penting pada lingkungan telah ikut mendorong
pembentukan konsep tata ruang dalam masalah peruntukkan
tanah (tata guna tanah) pada masa pembangunan. Dalam
pada itu, konsep tata ruang telah diakui sebagai salah satu
alat pengendalian dan perencanaan pembangunan. Atas
dasar hal diatas, maka:
“Land use planning is the process of conscieously
exercising rational control over the development of
the physical environment, and of certain aspect of the
social environmenbt, in the light of a common scheme
of values, goals, and assumption.”
Perlunya ditingkatkan kemampuan sumber daya
manusia untuk melaksanakan hukum lingkungan dalam arti
di atas sudah jelas. Hal ini dibuktikan pula oleh argumentasi
232TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
hakim dalam putusan di bawah ini. Dalam kasus ini ilmu
dan teknologi harus dapat membantu meramalkan aspek
futuris dari pengaturan hukum lingkungan.3
Dalam kasus Watanabe v. Chisso K.K. mengenai kasus
the Kumamoto Minamata Disease, 1973, pada tahun 1953
telah diperdebatkan timbulnya gejala peracunan syaraf
otak manusia (central nerves system of a toxic type) di
kawasan Teluk Minamata dan sekitarnya. Kucing yang
mati di kawasan ini ternyata akibat makan ikan mati yang
terdampar di tepi pantai. Penyakit Minamata penduduk
yang tinggal di kawasan ini ternyata juga disebabkan makan
ikan yang berasal dari kawasan tersebut. setelah penelitian
dilakukan terhadap limbah industri Chisso Company’s
Minamata Plant, terbukti air limbah mengandung mangan,
selenium, thalium, kimia, kemudian berakumulasi pada
tubuh ikan dan lalu dimakan oleh manusia yang tinggal di
daerah ini. Dari hasil penelitian Kumamoto University dan
keterangan aparatur pemerintah setempat, dapat dipastikan
bahwa senyawa methyl mercury yang digunakan oleh
Pabrik Acetaldehyde merupakan penyebab pathogenic
penyakit Minamata dan hal ini telah dibuktikan dengan
memperlihatkan hubungan kausal antara limbah buangan
dan penyakit yang terjadi.
Pengadilan menyatakan bahwa:
“To ensure safety, the waste water should have
been tested to see if it was toxic, and the defendant’s
negligence lay in its failure to foresee injury to human
beings.”
3 LihatkonsepAMDAL
233TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Selanjutnya dikatakan bahwa:
“The residents of the area were ignorant as to what
products were being produced in the factory and in
what manner, and since they were not informed of
these matters, the factory had the duty to ensuring
the safety of life and health of the residents.”
Oleh karena itu, konsep kawasan industri yang
berlaku sekarang dikaitkan pula dengan ketentuan AMDAL
yang mengharuskan penyajian informasi lingkungan (PIL)
diajukan sebelum rencana kegiatan (eg. Izin lokasi) disetujui.
Sebagaimana diketahui dokumen AMDAL suatu rencana
kegiatan wajib diumumkan oleh pemrakarsa kegiatan dan
dinyatakan terbuka untuk umum.4
Peranan ilmu dan saksi ahli dalam proses pembuktian
Salah satu unsur pendukung penting dalam
penyelesaian kasus-kasus lingkungan di atas, ialah peranan
saksi ahli dari disiplin ilmu tertentu sesuai dengan sifat
kasusnya. Agar peranannya efektif diperlukan persyaratan
tertentu. Praktek dalam kasus lingkungan di negara maju
menunjukkan bahwa untuk menetapkan saksi ahli dalam
kasus lingkungan setidak-tidaknya ada 4 hal yang harus
diperhatikan:
tingkat pendidikannya;
spesialisasinya;
pengalamannya; dan
pengakuan dari asosiasi keahlian yang sejenis.
Kesaksian ahli dan persyaratan yang dituntut
daripadanya makin mempengaruhi kasus-kasus
4 LihatPasal31PPNo.29Tahun1986tentangAMDAL
234TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pencemaran/perusakan lingkungan dalam masalah
pembuktian.5
Telah diuraikan di atas, karena masalah pencemaran/
perusakan lingkungan mengandung pengertian teknis dan
ilmiah yang sangat mendasar, maka kesulitan utama yang
dihadapi para hakim, jaksa, polisi, dan pengacara dalam
proses pengadilan ialah untuk merumuskan pengertian dan
teknis dan ilmiah itu ke dalam rumusan-rumusan hukum
yang mudah dipahami. Tidak semua ahli dapat menerangkan
bahasa ilmiah ini ke dalam “bahasa hukum praktis”, sehingga
diperlukan keahlian khusus untuk mengalih bahasakan
istilah-istilah teknis/ilmiah tersebut ke dalam “bahasa
hukum” menurut sistem hukum yang berlaku di pengadilan.
Dengan uraian diatas, jelaslah bahwa tingkat
pendidikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kesadaran/
perhatian terhadap hukum dan lingkungan.
Menurut sistem hukum lingkungan Amerika Serikat
Dalam perkara Martin v. Reynolds metals Comp, 1952,
dikemukakan argumentasi bahwa:
“It is stipulated by the parties that in the course of
defendant’s legitimate use of property, that gases,
fumes, and particulates emanate into the atmosphere
from said plant, consisting primarily of hydrogen
fluoride, cryolite, calcium fluoride, iron fluoride,
and silicon tetrafluoride, which are in the form
of gases, liquids, and solids, and are immediately
diffused into the air, and that portions thereof have
settled at various times upon the lands occupied
5 VidekasusPulauBintan,Riau
235TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
by the plaintiffs. Furthermore, it is agreed by all
the experts who appeared here that the majority of
these compounds are toxic or poisonous, but debate
between the experts and the question the jury is going
to have to determine, is at what point or quantity do
these compounds become poisonous or are likely to
become poisonous and harmful to humans. It is a
matter of quantity of degree as they point out.”
Dalam kesaksian ahli kasus Martin di atas, diterangkan
bahwa:
One of the expert witness, the British doctor who had
some prior experience with similar etching of glass
located near industrial plants abroad, testified that
the glass from the Martin window which he was
shown during the testimony was an indication of
excessive quantities of fluoride contamination in the
atmosphere.
Kesaksian ahli medis ini telah banyak membantu
menerangkan sebab dari kelumpuhan, cacat yang terjadi
akibat gas fluoride dari pabrik. Sehingga dikatakan pula
bahwa:
“Their qualification to testify was not only adequate
but their experience with the subject upon which they
testified was outstanding.” (Krier, 1971)
Dalam kasus penyakit Minamata di Jepang (1973),
Guru Besar Tomohei Taniguchi mengomentari bahwa
“untuk memperoleh keadilan pada saat ini, dengan tidak
adanya bantuan bahasa ilmiah (kesaksian ahli) tidak lagi
memuaskan”.
Peranan laboratorium dalam kasus lingkungan
236TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Masalah lain yang makin penting dalam kasus-
kasus lingkungan adalah peranan laboratorium sebagai
laboratorium rujukan untuk menetapkan terjadi
tidaknya pencemaran dalam arti hukum. Beberapa kasus
pencemaran di Indonesia6 telah memperlihatkan pentingnya
laboratorium rujukan ini, agar terdapat persepsi dan
penafsiran yang sama tentang terjadi tidaknya pencemaran.
Belum dipahaminya peranan laboratorium dan implikasinya
pada proses pembuktian terjadinya pencemaran lingkungan
menyebabkan kasus ini dijadikan contoh keterlambatan
sistem hukum mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
Menurut sistem hukum lingkungan Amerika Serikat
Sebenarnya peranan laboratorium ini pernah
digunakan dalam kasus New York v. new Jersey pada tahun
1921, jauh sebelum masalah lingkungan dikenal seperti
sekarang. Diantara pernyataan Hakim Clark dalam kasus
tersebut bahwa:
“Only one point upon which all the experts called for
the opposing parties agree, viz.; that in the present
state of learning upon the subject the amount of
dissolved oxygen (DO) in water is the best index or
measure of the degree to which it is polluted by organic
substances, it seemingly being accepted by them all tat
upon the oxygen content of water depends its capacity
for digesting sewage – that is, for converting organic
matters into inorganic and harmless substances by
direct oxygen and substaining bacteria which assist
in such conversation.”
6 LihatkasusSidoarjo,JawaTimur
237TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Dengan memperhatikan putusan hakim tentang
kasus-kasus lingkungan yang terjadi di negara-negara
penganut common law system, sebagai salah satu sarana
pembentukan hukum baru seperti di Amerika Serikat dan
Inggris sebagaimana diuraikan di atas, meskipun proses ini
terjadi jauh sebelum ilmu dan teknologi berkembang seperti
sekarang, telah membuktikan peranannya yang efektif. Dari
sudut ilmu hukum perbandingan, apa yang terjadi di negara
ini membuktikan pada kita bahwa peranan putusan hakim
dalam proses pembentukan hukum modern, meskipun telah
dibantu dengan ilmu-ilmu lainnya, termasuk laboratorium
masih kurang diberikan peranan. Akibatnya, hukum tertulis
sebagai sumber hukum utama dan sarana pembangunan/
pembaharuan telah melampaui kemampuannya yang
wajar dalam sistem pembentukan hukum nasional. Tingkat
perkembangan ini menempatkan para ahli hukum dan para
penegak hukum sebagai penjaga gawang saja.
Menurut sistem hukum lingkungan Indonesia
Peranan laboratorium dalam kasus lingkungan barulah
mendapat tempat yang tegas melalui PP No. 20 Tahun 1990
tentang Pengendalian Pencemaran Air.
Dengan dikeluarkannya PP tersebut, wewenang untuk
menetapkan laboratorium rujukan baik di tingkat pusat
maupun di daerah tidak dipersoalkan lagi. Hal ini telah
diatur dalam Pasal 34 yang menyatakan:
Menteri menunjuk laboratorium tingkat pusat dalam
rangka pengendalian pencemaran air;
Kepala Daerah Tingkat I menunjuk laboratorium di
daerah untuk melakukan analisis kualitas air dan kualitas
limbah cair dalam rangka pengawasan dan pemantauan
238TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pencemaran air.
Jelaslah bahwa ketentuan diatas mengharuskan
tingkat pendidikan yang mampu melakukan analisis
laboratoris yang diawasi oleh seorang pendidik akademis.
Menurut Gordon Thompson, ahli dari Kanada yang
membantu Kantor Meneg KLH untuk mengembangkan
peranan laboratorium dalam sistem peradilan di Indonesia
menyatakan bahwa:
“Alat bukti yang paling vital adalah surat dari
laboratorium yang memeriksa sampel limbah.
Sebelum sampai ke laboratorium, sampel harus
terlebih dahulu melalui proses pengambilan sampel
yang cermat.”7
Sampel dalam arti ini disebut sebagai sampel hukum
(legal sample, UULH-AS, 1969).
1. Masalah analisis data dan interpretasi hukum
lingkungan
Telah saya jelaskan diatas, teori mengenai
interpretasi akan tetap memainkan peranan penting
untuk menyesuaikan kaidah hukum lama dengan
perkembangan hukum baru, terutama pengaruh dari
prinsip-prinsip ekologi.
Masalah interpretasi perlu dan telah dilakukan
dengan memperhatikan perkembangan hukum
lingkungan di negara-negara lain berdasarkan putusan
hakim.
Ilmu dan teknologi tidak lagi dipandang sebagai
hal yang netral dalam perkembangan hukum dewasa
7 LokakaryaPenegakanHukumLingkungan,BatuMalang,1990
239TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
ini. Pendapat para pakar terkenal (doktrin) telah ikut
pula mempengaruhi pembentukan hukum baru.
Pengaruh dari kerumitan teknologi pada hukum
lingkungan pada saat ini dikemukakan pula oleh
seorang pakar hukum perminyakan lepas pantai
(offshore drilling technology law) yang antara lain
mengatakan:
“The increasing complexity of the technology
involved together with the more hostile
settings from which the oil will be produced,
inevitably lead to greater risk and hazards. The
minimization of these risk is very expensive.
Just as the technology has become more
sophisticated, so too have the legal relations
become more important and more intricate.”
Diatas telah dikemukakan bahwa masalah
tanggung jawab pencemar/perusak lingkungan
dan masalah ganti kerugian merupakan salah satu
perkembangan baru dalam hukum lingkungan.
Masalah pembuktian dan teori dasar yang
mendukungnya akan mempengaruhi sifat, bentuk
dan besarnya tanggung jawab dan ganti kerugian yang
dibebankan kepada si pencemar/perusak lingkungan.
Setelah memberikan uraian tentang peranan
hakim dalam pembentukan hukum lingkungan,
terutama di negara yang menganut sistem hukum
Anglo Saxon (common law system), harus dicatat
bahwa hukum lingkungan Indonesia terutama
didasarkan pada ketentuan perundang-undangan
meskipun tidak dapat disangkal bahwa keputusan
240TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pengadilan serta komentar para hakim yang
berpengaruh, tetap merupakan sumber hukum
penting. Hal ini terlihat jelas dalam UULH-82, yang
diubah dan disempurnakan dengan UULH NO 23
Tahun 1997.
Berdasarkan Pasal 20 UULH-82, yang diubah
dan disempurnakan dengan pasal 34 UULH NO 23
Tahun 1997, diatur mengenai tanggung jawab atas
akibat pencemaran/perusakan lingkungan:
Lingkungan hidup memikul tanggung jawab
dengan kewajiban membayar ganti kerugian kepada
penderita yang telah dilanggar haknya atas lingkungan
yang baik dan sehat.
Tata cara pengaduan oleh penderita, tata
cara penelitian oleh tim ahli tentang bentuk, jenis,
dan besarnya kerugian, serta tata cara penuntutan
ganti kerugian diatur dengan peraturan perundang-
undangan.
Barang siapa merusak dan atau mencemarkan
lingkungan hidup memikul tanggung jawab membayar
biaya pemulihan lingkungan hidup kepada negara.
Tata cara penetapan dan pembayaran biaya
pemulihan lingkungan hidup diatur dengan peraturan
perundang-undangan.
Konsep hukum tanggung jawab disini
merupakan konsekuensi dari kewajiban setiap orang
untuk melestarikan kemampuan lingkungan hidup
untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan
241TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
(sustainable development).8
Konsep hukum tanggung jawab membayar
ganti kerugian dan biaya pemulihan di atas masih
tergantung pada pertanyaan berapa permissible levels
of injury yang diperkenankan. Menurut penjelasan
UULH-82, yang diubah dan disempurnakan dengan
UULH NO 23 Tahun 1997, bentuk dan jenis kerugian
akan menentukan besarnya kerugian. Bentuk, jenis,
dan besarnya kerugian ini ditetapkan berdasarkan
hasil penelitian dari suatu tim yang dibentuk khusus
untuk ini. Penelitian bersifat interdisipliner dari ilmu
medis, ekologi, sosial budaya, dan lain-lainnya. Tim
ini terdiri dari pihak/kuasa penderita, pihak/kuasa
pencemar dan unsur pemerintah.
Apabila tidak diperoleh kesepakatan dalam
batas waktu tertentu, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui pengadilan negeri.9
Konsep hukum tanggung jawab diatas, apabila
ditelusuri lebih jauh menurut perundang-undangan,
termasuk UULH-82, yang diubah dan disempurnakan
dengan UULH NO 23 Tahun 1997, memberikan beban
tanggung jawab yang makin besar kepada Pemerintah
sebagai manager kekayaan alam dan pengelola
lingkungan hidup. Sebab pencemaran lingkungan
oleh proses alam dimasukkan dalam kewajiban negara
(UULH-82),yang diubah dan disempurnakan dengan
UULH NO 23 Tahun 1997. Karena itu, pada waktu
8 PenjelasanPasal20UULH-82.
9 PenjelasanUULH-82.
242TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Rancangan Deklarasi Stocholm dirumuskan, konsep
tanggung jawab baik oleh individu (perdata) maupun
oleh negara (publik) dengan jelas nampak dalam
rumusan berikut:
“Everyone has a responsibility to protect the
environment.”
Kemudian prinsip ini diambil alih dalam Pasal 5
ayat (2) UULH-82, yang diubah dan disempurnakan
dengan pasal 7 UULH NO 23 Tahun 1997:
“Setiap orang berkewajiban memelihara
lingkungan hidup dan mencegah
serta menanggulangi kerusakan dan
pencemarannya.”
Di samping tanggung jawab yang bersifat
perdata, negara mempunyai tanggung jawab publik
(state responsibility) sebagai pengelola kepentingan
umum (public interest).
“State shall carefully husband their natural
resources and shall hold in trust for present and
future generations the air,water,land, plants,
and animals on which all life depends;”
dan selanjutnya:
“Each state has the responsibilty to compensate
for damage to the environment caused by
activities carried on within its territory”.
Prinsip ini kemudian menjadi Principle 21 dari
Deklarasi Stockholm dan menjadi Pasal 4 huruf e
UULH-82, diubah dan disempurnakan dengan UULH
NO 23 Tahun 1997.
Hal lain yang penting dikemukakan dalam
243TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
masalah tanggung jawab adalah perubahan dari asas
tanggung jawab dari liability based on fault ke asas
tanggung jawab mutlak atau lazim disebut sebagai
strict liability principle10.
“Dalam beberapa kegiatan yang menyangkut
jenis sumber daya tertentu tanggung jawab
timbul secara mutlak pada perusak dan atau
pencemar pada saat terjadinya perusakan
dan atau pencemaran lingkungan hidup
yang pengaturannya diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan.”
Tanggung jawab secara mutlak dalam pasal ini
merupakan asas tanggung jawab yang berbeda dari
apa yang dianut oleh ketentuan perundang-undangan
seperti Pasal 1365 KUH Perdata yang menyatakan:
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut.”
Asas ini disebut sebagai liability based on
fault. Sebaliknya dengan tanggung jawab mutlak
sebagaimana diatur dalam Pasal 21 UULH-82, yang
diubah dan disempurnakan dengan pasal 35 UULH
NO 23 Tahun 1997 dengan rumusan sebagai berikut:
“Tanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang usaha dan kegiatannya menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan
10 Pasal21UULH-82
244TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
hidup, yang menggunakan bahan berbahaya
dan beracun, dan/atau menghasilkan limbah
bahan bebahaya dan beracun, bertanggung
jawab secara mutlak (strict liability catatan
dari penulis) atas kerugian yang ditimbulkan,
dengan kewajiban membayar ganti rugi secara
langsung dan seketika pada saat terjadinya
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup”.
Dengan rumusan ini si pencemar segera
memikul tanggung jawab membayar kerugian tanpa
mempersoalkan ada tidaknya unsur kesalahan
(lihat, penjelasan pasal 35 UULH-97). Sebagaimana
diuraikan diatas, dalam masalah pencemaran (air,
udara, dsb) sulit memperoleh data yang akurat dan
memadai, sehingga sulit pula menganalisanya apalagi
membuktikannya.
Hal lain yang penting diketahui ialah lingkup
(magnitude) dan sifat kerusakan (damages) yang
dipertanggung jawabkan kepada si pencemar.
Kerugian yang disebabkan oleh pencemaran dan
atau perusakan lingkungan dapat meliputi kerusakan
langsung (direct damages), kerusakan ekologis
(ecological damages), biaya pencegahan, dan
penanggulangan pencemarannya termasuk pemulihan
lingkungan. Apabila dianut pengertian pencemaran/
kerusakan dalam arti luas seperti diatas, makin luas
masalah yang harus diperdebatkan, makin sulit pula
menghitung kerugian yang tepat. Kesulitan ini juga
disebabkan oleh tidak adanya keseragaman dari para
245TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
ahli tentang model analisis ilmiah akibat biologis
(scientific analysis) dari beberapa jenis pencemaran
seperti minyak di laut, limbah yang bersifat toksis dan
aspekgeo-bio-fisiklainnya.
Pengaruh konsep lingkungan (ecology)
terhadap konsep hukum sejak tahun 1960-an sangat
dominan dan bersifat global. Pengaruh ini kemudian
mencapai klimaksnya pada konferensi Stockholm-72.
sebagaiman diketahui, Deklarasi Stockholm-72 yang
memuat prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan yang
bersifat ekologis telah menjadi model bagi konsep
perundang-undangan lingkungan nasional di berbagai
negara.
Karena itu, Maurice Strong yang menjadi Sekjen
Konferensi PBB tentang Linkungan Hidup di Stockholm
mengatakan bahwa Dekalrasi Stockholm-72 menjadi:
“a new important – indeed and dispensible
– beginning of an attempt to articulate a
code of international conduct for the age of
environment.”
Banyak perundang-undangan lingkungan
nasional, termasuk Indonesia telah menjadikan
Deklarasi sebagai acuan pembinaan hukum lingkungan
nasional, yang bersifat ekologis.
Banyak pakar lingkungan (environmentalists)
mempromo-sikan konsep ecocentric ethic karena
keterbatasan konsep homocentric ethics menjawab
tantangan pembangunan. Dengan meletakkan
peranan sentral pada fungsi ekosistem dalam sistem
pendukung kehidupan, maka pengaruhnya pada
246TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
perlindungan ada tidaknya pengauh langsung pada
manusia. Dalam pengertian ini, hak lingkungan
(environmental right) dapat mempengaruhi hukum,
termasuk hukum pidana (sekarang dikenal pidana
lingkungan atau eco-crime).
Apabila masalah lingkungan ini dikaitkan dengan
konsep pembangunan yang sedang dilaksanakan di
seluruh dunia, maka hukum cenderung makin bersifat
futuris mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
Menanggapi hal ini Cry California, yang dipublisir
tahun 1976 antara lain mengatakan:
“Government must seek always to deal with the
future consequences of actions – and not only
plan, but plan comprehensively, recognizing
that the divisions between agencies do not
reflect any equally distinct demarcations in
the world they deal with. Transportation
planning is land-use planning, water planning
is agriculture planning, waste-management
planning is energy planning. The boundary
lines are crossed in so many ways that, sooner
or later, we have to admit that they simply
don’t work very well. They may have some
administrative convenience, but when we come
to grappling with the question of what we want
to do with our present and our future, we have
to think in broader terms.”
Terbentuknya konsep hukum mengenai AMDAL
berdasarkan PP No. 29 Tahun 1986, diperbaharui
dan dikembangkan berturut-turut dengan PP
247TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
No. 51 Tahun 1993 dan PP No. 27 Tahun 1999
dan di Indonesia merupakan perkembangan yang
revolusioner dilihat dari sistem hukum administasi
Indonesia. Pengaruhnya pada hukum lingkungan
nasional, meskipun dipersoalkan kasus per kasus,
secara menyeluruh baru dapat diketahui pada masa
yang akan datang.
Pengaruh dari ilmu lingkungan/ekologi pada
konsep hukum baru telah dikemukakan pula oleh
Ketua Commision on Environmental Policy, Law, and
Administration dari IUCN, antara lain mengatakan:
“International policies relating to the
nature environment were not initially based
upon environmental concept perse. Most
international, and all global, policies relating
to the protection of nature, of nature resources,
and of the environment have been developed
in the twentieth century. The earlier attempts
at international cooperation on behalf of
environmental issues were shaped more by
legal rather than ecological consideration.
In the earlier treaties, arbitrations, and
adjudifications involving environment related
disputes, established principles of international
law were extended to environmental related
issues rather than legal concepts being modified
or enlarged by environmental concepts.”
Dengan uraian diatas telah diperlihatkan
pergeseran dari pendekatan hukum yang lebih
mengedepankan pertimbangan lingkungan sebelum
248TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
pertimbangan hukum diberikan (eco-ethics).
Sistem penaatan dan penegakan hukum
lingkungan Indonesia: Asas subsidiaritas dan peran
saksi ahli dalam pembentukan hukum baru.
a. Sistem penaatan dan penegakan hukum lingkungan
(compliance and enforcement legal system)
Sistem penaatan dan penegakan hukum
lingkungan menurut UULH-97 diatur dalam
sistem hukum lingkungan secara sistematis,
menyeluruh, meliputi rejim hukum administrasi
negara yang diatur dalam pasal 25 sd 29 tentang,
rejim hukum perdata diatur dalam pasal 30 sd 39
dan rejim hukum pidana lingkungan termasuk
penyidikan tindak pidana lingkungan dalam pasal
40 sd 48 tindak pidana lingkungan. Sistem hukum
lingkungan dalam sistematika diatas, terkait
dengan asas subsidiaritas yang akan dijelaskan
dibawah ini.
Untuk memaham sistem penaatan dan
penegakan hukum lingkungan Indonesia dalam
arti diatas, perlu dipahami doktrin ilmu hukum
lingkungan yang menjadi dasar pembentukan
kaidah hukum ini secara konseptual, yang secara
ekologis mempunyai persamaan diseluruh dunia.
Dalam buku Eva H. Hanks, A.D. Tarlock dan
John L. Hanks, yang berjudul “Environmental
law and policy, Cases and Materials, 1974
hal. 812-813 tentang primary jurisdiction,
Doktrin primary juisdiction mengharuskan
kasus lingkungan yang sarat dengan masalah
249TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kriteria dan baku mutu lingkungan (a.l. pasal
14 UULH-97 tentang kewajiban menjamin
pelestarian fungsi lingkungan berdasarkan baku
mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup) memperhatikan peran utama “lead
agency” atau expertise agency yang mengatur
tentang baku mutu dan kriteria baku kerusakan
lingkungan sebagai regulator. Proses AMDAL
sebagai instrumen penting dalam analisis dapak
lingkungan merupakan kajian keahlian dengan
model analisis ilmiah (scientific analysis)
(Konsultan AMDAL dan Komisi AMDAL) di bawah
pengawasan dan penetapan instansi teknis yang
bertanggung jawab dan instansi yang berwenang
dalam proses pengambilan keputusan tentang
kegiatan yang dianggap layak lingkungan dan
dapat diterima secara sosial (socially acceptable)
Sistem penaatan dan penegakan hukum
lingkungan dalam UULH-97 secara sistematis
dirancang dengan mengutamakan pendekatan
hukum administratif (sanksi administrasi) dalam
pasal 25 sd 27didukung dengan pendekatan quasi
administratif berdasarkan pasal 28 dan 29, yang
dikenal sebagai audit lingkungan Disebut quasi
administratif, sebab tindakan pemerintah untuk
mewajibkan audit lingkungan baru dilakukan
bilamana pada tingkat keadaan tertentu, perilaku
penanggung jawab kegiatan menunjukkan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang diatur
dalam UULH, dan yang bersangkutan tidak
250TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
berupaya melakukan audit lingkungan secara
sukarela, sesuai dengan pasal 28 (management
audit). Dalam keadaan tersebut, Menteri
berwenang memerintahkan penaggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan audit
lingkungan, sesuai dengan pasal 29 (compliance
audit). Secara konseptual, rancangan ini harus
dilihat dari doktrin primary jurisdiction, yang
dalam sistem hukum lingkungan Indonesia
dikembangkan dengan apa yang disebut sebagai
asas subsidiaritas. Deskripsi dari teori ini
menyatakan bahwa dalam kasus ini hukum
lingkungan memberikan administrative agency
terlebih dahulu menetapkan status kausa fakta
(factual causae) atau status hukum (legal
determination) in the first instance (E.H.Hanks
at al, 1974)
Atas dasar pikiran diatas, maka
dikeluarkanlah pedoman penyidikan tindak
pidana lingkungan yang ditetapkan oleh Jaksa
Agung Muda bidang pidana umum No.:B-60/E/
Ejp/01/2002 pada tahu 2002 yang memberikan
interpretasi proses penyidikan sesuai dengan
pasal 40 UULH-97, bahwa penyidikan tindak
pidana lingkungan baru dapat dimulai bila telah
dilaksanakan tindakan hukum tersebut dibawah
ini:
Aparat yang berwenang menjatuhkan sanksi
administratif sudah menindak pelanggar dengan
menjatuhkan suatu sanksi adminisratif tersebut
251TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
tidak mampu menghentikan pelanggaran yang
terjadi atau;
Antara perusahaan yang melakukan
pelanggaran dengan pihak masyarakat yang
menjadi korban akbat tejadi pelanggaran, sudah
diupayakan penyelesaian sengketa melalui
mekanisme alternatif diluar pengadilan dalam
bentuk musyawarah/ perdamaian/ negosiasi/
mediasi namun upaya yang dilakukan menemui
jalan buntu, dan atau litigasi melalui pengadilan,
namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru
kegiatan dapat dimulai/instrumen penagakan
hukum pidana lingkungan hidup dapat digunakan.
Kedua syarat asas subsidiaritas dalam bentuk
upaya tersebut diatas dapat dikesampingkan,
apabila dipenuhi tiga syarat/ kondisi tersebut di
bawah ini:
1) tingkat kesalahan relatif berat;
2) akibat perbuatannya relatif besar;
3) perbuatan pelanggaran menimbulkan
keresahan masyarakat.
Penjelasan dari tiga syarat/kondisi diatas
menyatakan bahwa pengecualian ini seyogianya
tidak ditentukan secara sepihak oleh penyidik
atau Penuntut Umum, namun harus diupayakan
adanya statement tertulis dari pejabat instansi
teknis sektoral dan pimpinan pemerintah
daerah yang berwenang melalui suatu hubungan
konsultasi dan koordinasi. Disini ditegaskan
perlunya koordinas/konsultasi antara penegak
252TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
hukum dengan aparat teknis sekoral dan aarat
pemerintah daerah yang berkompeten. Dari
uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang
pentingnya memahami peran doktrin pimary
jurisdiction UULH Amerika Serikat sebagaimana
saya uraikan diatas terhadap asas subsidiaritas
UULH-97 di Indoneia.
2. Asas tanggung jawab mutlak
(strict liability)
Penyelesaian sengketa lingkungan dalam
hukum perdata sebagaimana diatur dalam pasal 30
sd 39 UULH-97 juga merupakan bagian dari asas
subsidiasritas. Pasal 30 diawali dengan ketentuan yang
mengutamakan pendekatan sukarela untuk memilih
forum diluar pengadilan atau melalui pengadilan.
Pasal 31 sd 33 dimulai dengan forum diluar pengadilan
(ADR), setelah itu, diatur mekanisme pengadilan
bertalian dengan masalah ganti rugi dengan prinsip
pencemar membayar (ps. 34) dan tanggung jawab
mutlak (strict lability) dalam pasal 35. Asas tangung
jawab mulak dalam pasal 35 tersebut meliputi
kegiatan yang wajib AMDAL dan kegiatan yang
menggunakan B3 saja. Asas tanggung jawab mutlak
(strict liability) menurut UULH Amerika Serikat
lebih luas dari pasal 35 UULH-97. Dengan pengertian
secara gramatikal (dianut oleh sistem hukum Eropa
kontinental, termasuk Indonesia) pasal 35 UULH-97,
maka kegiatan Kuasa Pertambangan pada tahap KP
Eksplorasi dalam sistem hukum pertambangan dan
MIGAS tidak dapat dikenakan asas tanggung jawab
253TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
mutlak, karena kegiatan ini termasuk non-AMDAL
atau SOP dengan kewajiban melakukan UKL & UPL
saja. Oleh karena ketentuan tentang asas tanggung
jawab mutlak diatur dalam rejim hukum perdata,
maka asas ini juga tidak dapat diberlakukan tehadap
rejim hukum lain, termasuk rejim hukum pidana.
Hukum acara sengketa linkungan dalam sistem
hukum lingkungan Indonesia
(ps. 39 UULH-97)
Masalah lain yang dapat timbul dalam praktek,
bertalian dengan hukum acara yang berlaku pada
sengketa perdata lingkungan. Sesuai dengan pasal 39,
tatacara pengajuan gugatan dalam masalah lingkungan
hidup oleh orang, masyarakat, dan/ atau organisasi
lngkungan hidup mengacu pada hukum acara perdata
yang berlaku. Dengan ketentuan ini, pasal 163 HIR
tentang prosedur pembuktian dalam sengketa perdata
wajib membuktikan adanya kesalahan pencemar
untuk memperoleh gantirugi. Dalam pada itu, pasal 35
UULH-97 berdasarkan asas tanggung jawab mutlak,
yang menetapkan bahwa prosedur pembuktian
tentang perbuatan melanggar hukum tidak perlu
membuktikan adanya kesalahan pencemar. Oleh
karena itu, dengan adanya pasal 39 ini terbuka peluang
perdebatan tentang hukum acara yang berlaku pada
sengketa perdata masalah lingkungan menurut sistem
hukum lingkungan Indonesia.
Tindak pidana korporasi dalam sistem hukum
lingkungan Indonesia, sebagaimana diatur dalam
pasal 45 sd 47 terkait dengan konsep perusakan
254TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
lingkungan, sebagaimana diatur dalam pasal 14 tentang
kewajiban menjamin pelestarian fungsi pelestarian
lingkungan berdasarkan baku mutu dan kritaria baku
kerusakan linkungan hidup. Apakah tindak pidana
korporasi telah terjadi, selain didasarkan pada pasal
14 tentang pelestarian fungi lingkungan hidup, juga
memperhatikan ketentuan dalam pasal 38 tentang
gugatan oganisasi lingkungan terhadap isu pelestarian
fungsi lingkungan hidup. Gugatan organisasi
lngkungan tidak dapat berupa tuntutan membayar
ganti rugi, melainkan hanya terbatas gugatan terhadap
tindakkan hukum tertentu bertalian dengan tujuan
pelestarian fungsi lingkungan hidup, menyatakan
seseorang telah melakukan perbuatan melanggar
hukum karena mencemarkan atau merusak linkungan
hidup dan/atau memerintahkan seseorang yang
melakukan usaha atau kegiatan untuk membuat atau
memperbaiki unit pengolahan limbah dengan biaya
yang nyata-nyata dapat dibuktikan telah dikeluarkan
oleh organisasi lingkungan hidup. Organisasi
lingkungan secara selektif diakui memiliki ius standi
untuk mengajukan gugatan atasnama lingkungan.
Apabila ketentuan dalam pasal 14 jo pasal 38
dan memperhatikan peran ahli memberikan analisis
ilmiah, dengan antara lain melalui proses AMDAL,
maka pencemaran dan/atau perusakan linkungan
barudianggapterjadibilamanaverifikasiilmiahtelah
dilakukan berdasarkan:
Adanya pelanggaran terhadap baku mutu,
sebagaimana diatur dalam pasal 1 butir 12 dan/atau
255TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kriteria baku kerusakan lingkungan, sebagaimana
diatur dalam pasal 1 butir 14 dengan mempehatikan
pasal 14 UULH-97. Dengan demikian kawasan
kegiatan terlebih dahulu ditetapkan peruntukannya
berdasarkan hukum tataruang (Perda tentang RTRW);
Analisis ilmiah (verifikasi ilmiah, kasus
Minamata, Jepang, 1973) yang menjadi dasar proses
pembuktian kausa fakta (hubungan kausal) antara
pelaku dengan sumber terjadinya pencemar, sehingga
prinsip pencemar membayar (pasal 35) dapat
dikenakan.
tindak pidana lingkungan dan/atau pidana
korporasi baru dapat dikenakan, bilamana analisis
ilmiah telah membuktikan adanya hubungan kausal
diantara pencemar (kegiatan/usaha) dengan akibat
atau korban, dan akibat dari pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan, termasuk kategori tidak dapat
dipulihkan kembali (irreversible) sebagaimana diatur
dalam pasal 5 PP-AMDAL/99 yang memberikan
kriteria mengenai dampak besaran penting tehadap
lingkungan hidup yang tidak dapat dipulihkan
kembali.
Berdasarkan ketiga butir diatas, pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup berdasarkan
ketentuan pasal 41 dan/atau pasal 42 dijadikan dasar
pembuktian tindak pidana lingkungan dalam UULH-
97. Apabila telah dibuktikan telah terjadi tindak
pidana lingkungan dengan proses pembuktian ilmiah
diatas, barulah gugatan tindak pidana korporasi
dapat dilakukan. Dengan uraian diatas, telah
256TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
dapat dijelaskan bahwa tindak pidana lingkungan,
termasuk pidana korporasi sangat berbeda dengan
sistem hukum konvensional (pidana umum) yang
bersifat antroposentris. Hal ini telah diuraikan dalam
Pedoman Teknis Yustisial penanganan perkara tindak
pidana lingkungan hidup, Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Umum No.:B-60/E/Ejp/01/2002.
3. Peran saksi ahli dalam pembentukan model analisis
ilmiah.
Peran saksi ahli dalam pengembangan model
deskripsi kausa fakta (factual causae) dan model
analisis ilmiah terhadap data (sampel dan lab) sebagai
sarana untuk menyesuaikan interpretasi hukum sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Praktek
pengadilan Indonesia terhadap saksi ahli dalam kasus
lingkungan hidup masih jauh dari memuaskan. Hal ini
terutama disebabkan:
kriteria tentang saksi ahli, khususnya lingkungan
hidup tidak mudah dilakukan, karena terbatasnya ahli-
ahli yang dapat memberikan pemahaman keterkaitan
hukum dengan ilmu-ilmu lingkungan dan/atau ilmu-
ilmu terkait lainnya, sehingga hakim dapat diyakinkan
dengan keterangan saksi ahli tersebut;
dalam praktek, saksi ahli umumnya memenuhi
syarat-syarat minimal, yaitu pendidikan khusus
dibidang ilmu terkait (ekologi, geologi, hidrologi,
konservasi air, kimia, dsb.), mempunyai pengalaman
yang cukup sehingga keterangannya dapat
menggambarkan keadaan nyata dilapangan secara
terukur, membantu hakim memahami kausa fakta
257TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
yang menimbulkan akibat, dan seberapa mungkin
pakar dibidangnya dengan tulisannya yang dapat
pengakuan umum dibidang tersebut.
saksi ahli tidak boleh menilai fakta, seperti
seseorang yang menyaksikan kejadian atau fakta,
tetapi keterangannya dalam perspektif ilmu terkait
yang diuraikan secara ilmu pengetahuan;
Para pihak atau pengacaranya dan hakim harus
menguji keahlian yang bersangkutan, terutama dari
perspektif pengalaman profesionalnya. Sebab, seorang
ahli tehnik industri, mungkin tidak pernah bekerja di
bidang industri, karena sejak lulus telah bekerja di
bank sebagai evaluator proyek.
pengalamannya harus konsisten, dan sebagai
ahli pada dasarnya tidak berpihak, sebab informasi
seorang ahli terbatas pada kajian ilmiah (scientific
verificaion).
Pelajaran yang diperoleh dalam kasus-kasus
lingkungan dalam pengembangan hukum lingkungan
Indonesia.
Kasus PT IIU, Porsea, Sumatra Utara
Pengalaman dari kasus ini pada sistem hukum
lingkungan Indonesia, bahwa pengertian pencemaran
atau perusakan lingkngan tidak mudah dilakukan
tanpa bantuan para saksi ahli yang berkompeten, dan
memadainya kajian aspek sosial-budaya dalam studi
AMDAL. Pada kasus ini kajian kelayakan AMDAL
dipersoalkan untuk pertamakalinya;
Putusan pengadilan tentang ius standi Lembaga
Swadaya Masyarakat atau LSM pada saat itu, dalam
258TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
UULH-97 disebut sebagai organisasi lingkungan
telah membawa pengaruh penting dalam sistem
hukum lingkungan Indonesia dalam praktek. Banyak
kasus-kasus lingkungan Indonesia diangkat ke forum
pengadilan berkat peran organisasi lingkungan
Indonesia. Pelajaran yang diperoleh dari peran
LSM atau organisasi lingkungan dalam kasus-kasus
lingkungan, selain membantu menerjemahkan
informasi lingkungan dan kepentingan kelompk
masyarakat ke dalam pengertian hukum melalui
model model konsultasi publik secara praktis, juga
memperkuat posisi organsasi lngkungan ini sebagai
perwakilan lingkungan untuk menjamin pelestaran
fungsi lingkungan, sebagaimana diatur dalam pasal 14
UULH-97.
Pelaksanaan Audit lingkungan PTIIU telah
diadopsi dan dijadikan pengalaman menyusun
rumusan hukum model Audit lingkungan dalam
rangka Penaatan (compliance audit) sebagaimana
diatur dalam pasal 29 UULH-97;
Dengan pengalaman dari kasus lingkungan
PTIIU, dibuktikan bahwa kajian kelayakan lingkungan
harus terintegrasi dengan kajian aseptibilitas sosial,
sebagai faktor yang sangat signifikan dalam kajian
AMDAL. Perkembangan ini juga mempengaruhi
perumusan hukum berdasarkan prinsip pembangunan
berkelanjutan yang meliputi pembangunan ekonomi,
sosial dan lingkungan.
Kasus lingkungan Laut Teluk Buyat, Sulawesi
Utara.
259TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Kasus lingkungan Laut Teluk Buyat, Menado,
memberikan pengalaman tentang pentingnya peran
laboratorium hukum (legal laboratory) dan saksi ahli
didalam melakukan analisis kausa fakta (legal sample
analysis) sebagai alat bukti bagi hakim di pengadilan
dalam pembentukan hukum sebagai dasar keputusan.
Hal ini dapat diuraikan lebih lanjut sebagai beikut:
analisis ilmiah atau lazim disebut sebagai
verifikas ilmiah,menurut versi hakimJepangdalam
kasus Minamata, 1973, telah mermberikan pelajaran
yang sangat berharga bagi para ahli hukum lingkungan
laut di Indonesia. Prinsip dan metoda pengambilan
sampel dan analisis ilmiah tehadap hasil laboratorium
hukum merupakan kunci keberhasilan proses
pembuktian. Analisis ekologi laut dalam perspektif
ilmu kelautan, seperti model analisis hubungan kausal
diantara sumber pencemar, zat pencemar, media
lingkungan laut dan akibat (atau korban), akurasi
analisis laboratorium hukum terhadap sampel hukum
sebagai salah satu mata rantai hubungan kausal proses
pembuktiansangatsignifikan.
Transformasi deskripsi teknis lingkungan laut,
terkait dengan syarat-syarat buangan limbah ke laut,
dengan daya dukung lingkungan laut, dan cermatnya
evaluasi terhadap laporan RKL & RPL secara berkala
oleh instansi yang bertanggung jawab, merupakan
sebagian dari peluang keberhasilan pembuktian
kausa fakta di pengadilan. Peran ahli hukum terkait
menerjemahkan data dan infromasi ilmu kelautan,
sampel hukum dan hasil analisis laboratorium hukum,
260TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
sangat membantu hakim memahami dan memberikan
keyakinan untuk menimpulkan terjadinya perbuatan
melanggar hukum pencemar.
Pelatihan hakim sesuai dengan UULH Indonesia
dan dokumen kasus-kasus lingkungan, termasuk
lingkungan laut sangat diperlukan. Bahkan pelatihan
penyegaran (refreshing course) sesuai dengan
perkembangan ilmu lingkungan dan teknis lingkungan
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan hakim
untuk menyelesaikan kasus-kasus lingkungan di
Indonesia.
Kasus lingkungan pengeboran minyak (WKP) di
Indonesia.
Kasus lingkungan dalam kegiatan MIGAS
terjadi sejak eksplorasi s.d. pengangkutan. Pada setiap
tahapan, sesuai dengan UU MIGAS no. 22 tahun 2001,
berlaku sistem penaatan dan penegakan hukum yang
bebeda pula.
tahap eksplorasi kegiatan berdasarkan KP
eksplorasi tidak diwajibkan melakukan AMAL. Sistem
pengelolaan lingkungan didasakan pada UKL & UPL
atau Standard of Procedure (SOP) dalam sistem
hukum pertambangan, temasuk MIGAS di Indonesia.
Oleh karena itu, tanggung jawab gantirugi hanya
didasarkan tanggung jawab berdasarkan kesalahan
(liability based on fault) sesuai dengan pasal 1365
KUH Perdata Indonesia.
Per definisi, eksplorasi termasuk kategori
penelitian yang ditujukan untuk mengetahui besanya
kandungan minyak, aspek-aspek geologis, planologi,
261TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
serta aspk-aspek teknis sesuai dengan SOP atau
panduan teknis perminyakan. Karena kegiatan
ini termasuk penelitian, sebagai sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dan informasi yang
diperlukan untuk perencanaan kegiatan, termasuk
kemungkinan kegiatan usaha, maka kegiatan ini
tidak lazim dikenakan ketentuan pidana lingkungan.
Kegiatan ini lebih bersifat akademis (LIPI dan
Lembaga penelitian Perguruan Tinggi) dan kegiatan
profesional untuk mengembangkan sistem informasi
dan kajian geografis untuk merencanakan rencana
strategis tindakan aksi yang sangat bemanfaat bagi
kalangan profesional. Apabila hal ini diancam dengan
pidana orang (kecuali pidana denda), maka program
penelitian dan pengembangan sebagai sarana
akademis meningkatkan kapasitas akademis para ahli
terancam dan perkembangan ilmu dan pengetahuan
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Pengalaman dari kasus-kasus lingkungan
perminyakan, membeikan pengalaman yang menarik
tentang pentingnya difahami peran ahli dan analisis
ilmiah kasus-kasus lingkungannya.
Kasus Santa Barbara di Negara Bagian California, USA
Pengalaman kasus semburan minyak yang terjadi
di Santa Barbara, California, USA, 1969 memberikan
pelajaran yang berharga bahwa kegagalan pemasangan
casing selalu bisa terjadi dengan berbagai faktor terkait
(distributing factors), baik aspek geologis, seismik,
dan aspek teknis pemasangan casing. Oleh karena hal
sangat erat terkait dengan analisis ilmiah, pengujian
262TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
terhadap aspk-aspek atau formasi geologis, pengaruh
seismik, gempa, dan tekanan dari gas yang ada, dan
keahlian serta pengalaman dalam pemasangan casing
perlu diberikan prioritas. Tindakan ini dilakukan
untuk, tanpa mengurangi tanggung jawab publik
pada orang atau kelompok orang yang terkena akibat
semburan, dan upaya untuk melakukan pencegahan
atau penanggulangan pencemaran dan atau
perusakan lingkungan. Terhadap kasus ini dikenakan
sanksi pdana denda, bukan pidana orang atau pidana
korporasi, sebab peristiwa ini lebih terkait dengan
kompetensi keahlian, dan tim pengeboran sebagai
kelompok
E. Beberapa Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
penegakan hukum lingkungan Indonesia, dilihat dari
peningkatan kualitas sumber daya manusia menghadapi
berbagai tantangan.
Pertama, pengakuan ius standi lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM-UULH-82) atau organisasi lingkungan
(UULH-97) yang tujuan dan bidang kegiatannya khusus
mengenai perlindungan lingkungan dan memperlihatkan
kepeduliannya pada lingkungan merupakan mitra kerja
pemerintah yang dapat berlangsung langgeng, karena
didasarkan pada idealisme sebagai pembina lingkungan dan
mempunyai landasan hukum yang kuat baik perundang-
undangan maupun putusan hakim harus disertai
dengan pembinaan kualitas sumber daya manusianya.
Perkembangan organisasi lingkungan atau LSM yang makin
263TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
bersifat lintas batas nergara membawa perkembangan baru
dalam persoalan ius standi.
Kedua, masalah pembuktian akan tetap menjadi pokok
bahasan yang menarik, karena mempersoalkan berbagai
kepentingan dan telah merupakan salah satu masalah pokok
dan mendasar dalam pelaksanaan hukum lingkungan yang
baru. Masalah ini terkait dengan sifat teknis yang rumit,
ragam disiplin ilmu yang terlibat terkait dengan pembuktian
hubungan kausal secara ilmiah (scientific verification)
dan syarat-syarat sahnya suatu alat bukti (mis. Sampel
hukum) dan kesaksian ahli serta peranan laboratorium
(laboratorium hukum).
Ketiga, asas tanggung jawab mutlak (strict
liability), meskipun telah diterima sebagai asas ganti rugi
yang luas di berbabagi negara dan telah diterima dalam
perundang-undangan Indonesia, karena pemahaman yang
kurang terhadap sejarah dan tujuan diberlakukannya asas
ini pada pencemaran/perusakan lingkungan, apabila tidak
diberlakukan secara tegas, penegakan hukumnya akan
lebih banyak menguntungkan pihak yang ekonominya kuat.
Rumusan hukum tanggung jawab mutlak sebagaimana diatur
dalam pasal 35 ULH-97 masih menganut kriteria terbatas,
yaitu hanya kegiatan yang wajib AMDAL, menggunakan B3
dan/atau limbahnya B3.
Keempat, masalah interpretasi kaidah hukum
lingkungan masih tetap menjadi perdebatan di antara para
pakar dan penegak hukum. Atas dasar hasil penafsirannya
harus tetap memperhatikan ilmu lingkungan sebagai dasar
penilaian dan penyeragaman persepsinya. Selain itu perlu
dipahami bahwa konsep hukum yang bersifat ekologis,
264TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
bukan lagi sistem atau konsep hukum yang lazim dianut
oleh penegak hukum sebelum tahun 1970-an, karena konsep
hukumnya yang bersifat ekologis mmenganut budaya
atau etika lingkungan secara mendasar, termasuk proses
pembuktiannya.
Kelima, sesuai dengan pola pembangunan/
pembinaan hukum nasional (lihat REPELITA II, 1974),
pembentukan hukum lingkungan di samping melalui
ketentuan perundang-undangan berdasarkan UULH-82,
yang diubah dan disempurnakan dengan UULH NO 23
Tahun 1997, perlu dikembangkan pembentukan hukum
lingkungan berdasarkan putusan hakim dengan melibatkan
saksi ahli dan laboratorium hukum (rujukan).
Keenam, untuk melaksanakan kaidah hukum
lingkungan secara baik dan efektif perlu pendidikan atau
latihan (training di bidang lingkungan & tehnik lingkungan)
dan meningkatkan penyuluhan serta penyebarluasan
pengetahuan, informasi dibidang hukum dan lingkungan
secara berkala.
Ketujuh, keterbatasan saksi ahli dalam proses
pembentukkan dan penegakan hukum lingkungan dapat
diatasi, antara lain, melibatkan para pakar/ahli perguruan
tinggi dan asosiasi disiplin ilmu sejenis, seperti asosiasi
ahli toksikologi Indonesia, termasuk melalui lembaga
internasioal.
265
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
BEDAH KASUS : PT Newmont MR (no.284/
Pid.B/2005/PN.Mdo)
A. Fakta
Tempat Buangan Tailing ke Laut
Proses pembuangan tailing ke laut dengan tehnik
pertambangan
Standar kedalaman buangan tailing kedasar laut terkait
dengan thermoclin
Kandungan Hg dan Ars sebagai produk ikutan secara alami
dalam limbah
Moonsoon type climate
Penerapan AMDAL dalam proses ijin
Laporan RKL/RPL sebagai alat evaluasi terhadap ketaatan
pada peraturan
Pemeriksaan sampling buangan tailing oleh laboratorium
hukum (legal laboratory)
Sertifikasi PROPER hijau berdasarkan laporan RKL/RPL
setiap tahun
Penggunaan ERA sebagai ijin penetapan thermoclin
buangan ke laut
Masalah Pengelolaan B3
Kandungan Hg, Ar sebagai indikator kualitas buangan
limbah yang berbahaya
Perlu pengujian karakteristik sebelum ditetapkan sebagai
B3 dalam arti hukum
Terdapatnya PETI yang menggunakan Hg dalam proses
pemurnian emas oleh masy
Peranan Laboratorium dlm Proses Pembuktian PMH
266TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Lembaga WHO, Minimata Jepang, Australia yang bersifat
internasional membuktikan idak terjadi pencemaran
Lembaga PT (UNSRAT) membuktikan tidak melampaui
ambang batas yang diperkenankan.
VerifikasikajianbersamaTimAhliyanganggotanyaberasal,
a.l. UGM, UI, IPB, ITB, dan UNPAD menunjukkan tidak
meyakinkan adanya pencemaran.
Laboratorium MABES POLRI menyatakan terjadi
pencemaran
B. Isu Lingkungan
Pencemaran laut dari buangan tailing ke laut pasti terjadi
sampai tingkat tertentu.
Apakah dimungkinkan Sertifikasi RKL & RPL peringkat
hijau melampaui ambang batas?
Indikasi, dugaan dan sangkaan terjadinya pencemaran oleh
masyarakat dikawasan Pantai ikan mati dan kejanggalan
lain yang dipersoalkan masyarakat.
Isu lingkungan dan masalah kesehatan masyarakat
Tuntutan JPU
Tindak pidana pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup sebagai dalil tuntutan Jaksa (UULH sbg dasar)
Alat-alat bukti (sampling, hasil laboratorium/POLRI, dan
bukti-bukti lain)
Terdakwa I PT NMR dinyatakan sah dan meyakinkan
Pres.Dir sbg terdakwa II dituntut dengan 3 (tiga) tahun
pidana penjara
Putusan PN Menado Tahun 2006
Dengan pertimbangan: pemeriksaan terhadap terdakwa,
keterangan para saksi, hasil laporan laboratorium dan saksi
267TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
ahli, alat-alat bukti yang diajukan keduabelah pihak
Dengan mengingat UU No. 23 tahun 1997 dan pasal 191 ayat
(1) KUHAP serta peraturan lainnya yang bersangkutan
Putusan Hakim:
1. Terdakwa I PTNMR dan Terdakwa II RBN tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana lingkungan dst;
2. Menyatakan membebaskan Terdakwa I PT NMR dan
Terdakwa II RBN dari seluruh dakwaan dan tuntutan
JPU; dan
3. Memulihkan Hak Terdakwa I PT NMR dan Terdakwa
II RBN dalam kemampuan, kedudukan dan harkat
serta martabatnya;
4. Membebankan biaya perkara kepada Negara.
(Menado, 17/11/2006).
269
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Tanya Jawab
Anonym
Pertanyaan:
Pengerusakan dan pencemaran itu berbeda. Pencemaran
dampaknya adalah ke perdata dan pengrusakan itu dampaknya
kriminal. Kadang kala sulit apabila satu perkara diajukan secara
perdata. Padahal, ada dua konteks yang berbeda dalam kasus
tersebut. Apalagi scientific prosedurnya harus melalui satu
ilmu. Dalam praktik, prosedurnya sesuatu pencemaran ataupun
pengerusakan itu harus berdasarkan penelitian laboratorium.
Namun kesulitannya kadang-kadang masuk perusahaan itu
sangat sulit. Pengadilan kadang-kadang ingin turun ke lapangan
untuk meneliti suatu kasus dan mencari tahu bagaimana
sebenarnya pencemaran/pengerusakan itu terjadi. Namun
untuk mengambil sampel saja, penyidik maupun pengadilan
sangat sulit.
Jadi itulah kesulitannya, kadang-kadang hakim karena
tidak mau kerja ekstra, sehingga karena tidak ada hasil
laboratorium, akhirnya Niet Ontvankelijk Verklaard (NO). Jadi
pada umumnya kesulitannya memang pada penerapan scientific
prosedurnya dilapangan. Bagaimana sebenarnya untuk memilah
pencemaran dan pengerusakan dihubungkan dengan penelitian
laboratorium.
Jawaban:
Pencemaran dan pengerusakan ada dua hal disini dari sudut
data kalau pencemaran lebih mudah. kalau kita bicara data tadi
dikatakan ada dua proses yaitu pertama, pengambilan sampling
(legal sampling yang diambil dengan prosedur yang sesuai). Jadi
kalau prosedur mengambilnya dengan tidak benar, itu gagal
270TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
karena tidak sahih cara mengambilnya. Kedua adalah proses
analisis oleh laboratorium, Ini juga namanya legal laboratory,
kenapa harus dikatakan legal laboratory, karena harus ada
keputusan menteri. Tidak boleh sembarangan laboratorium.
Pada waktu kasus newmont tidak boleh, karena saat polisi
ditanya oleh hakim, apa ada aturan untuk lingkungan hidup?
Kalau manusia yang mati masuknya undang-undang pidana
sedangkan ini kan lingkungan yang mati. Kalau pencemaran,
samplingnya lebih mudah. tapi kalau pengerusakan, jangan
dominan scientific verifikatifnya karena ada model tersendiri
namanya ERA. Pada undang-undang yang baru namanya
analisis resiko lingkungan. Pada undang-undang ini terdapat
faktor-faktor yang berbeda dengan Amdal.
Pada amdal faktornya scientific (pasti), namun pada ERA
banyak ketidakpastian. Tidak tahu mau diarahkan kemana.
Probility teori yang dipakai, teori kemungkinan, asumsi-asumsi.
Ini semua bisa meleset.
Anonym
Pertanyaan:
Saya masih bingung dalam hal pidana dan perdata. Namun
demikian yang didahulukan selalu negosiasi, yang diutamakan
mengenai pemulihan daripada dampak yang ditimbulkan dari
pengerusakan.
Masih bingung ranah pidana dan mana yang ranah perdata.
Demikian pula dalam hal pemulihan, disini ada tanggung jawab
berdasarkan kesalahan, namun demikian ada tanggung jawab
mutlak. Disini tidak diperlukan bukti adanya satu kesalahan.
Bisakah seseorang itu dituntut bertanggung jawab terhadap
perbuatan tanpa kesalahan? Dari segi hukum sepertinya masih
271TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
abu-abu. Begitu telah melaksanakan proses pidana, bagaimana
pemulihannya? Apakah masih dimungkinkan untuk menuntut
perusahaan secara perdata untuk melakukan pemulihan
lingkungan hidup? Sedangkan yang bersangkut telah dipidana.
Saya kira itu yang masih sangat membingungkan, ada tanggung
jawab mutlak tapi diwajibkan juga untuk mengadakan tanggung
jawab pemulihan. Lalu prosedurnya bagaimana? Apakah melalui
suatu perkara atau negosiasi saja.
Jawaban:
Ada kasus Amerika di India yang diasuransikan. Padahal
asuransi sebenarnya masuk ranah perdata, bisa negosiasi.
Namun sejak awal ini tidak bisa, ini merusak lingkungan. Jadi
pengertiannya seolah-olah irreversible. Oleh karena masuk
pengadilan dan diterima. Dipengadilan proses perdebatan
memakan waktu lama. Pada pidana terdapat prinsip yang
mengatakan, kalau ragu, tidak yakin ada alat bukit, jangan dong.
Walaupun bukti mengatakan sudah bisa dipidana, namun bila
saudara ragu dan terikat pada prinsip pidana, lebih cenderung
membebaskan. Namun karena membebaskan menjadi masalah,
maka diserahkan lagi ke negosiasi. Dapat dibayangkan, sudah
dari bawah keatas lagi. Tidak mudah kasus seperti ini, kuncinya
bila reversible, perdata langsung, tapi kalau irreversible, masih
abu-abu. Kalau saudara merasa ilmu pengetahuan belum tergali
sepenuhnya dan belum yakin, maka jangan dulu diputus.
Datangkan lagi saksi ahli. Kasus–kasus lingkungan hidup
memerlukan pengalaman dan ahli, keduanya dapat digunakan,
karena memang kasus seperti ini tidak mudah. Pada prinsipnya
ahli di Indonesia kurang mampu sehingga kasus seperti PT N
yang mendatangkan ahli dari Amerika dan Australia.
272TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Nardiman (PT Medan)
Pertanyaan:
Kita secara nyata telah banyak melihat ada perusahaan
yang jelas-jelas sudah menimbulkan kerusakan dan pencemaran
namun secara perdata maupun pidana itu tidak ada gugatan
dari warga setempat ke pengadilan, yang ada hanya demo-
demo, bahkan telah menimbulkan korban jiwa, baik dari
pihak keamanan maupun masyarakat. Dalam permasalahan
ini pemerintah ngotot mempertahankan izin agar perusahaan
tersebut tetap ada di daerahnya. Apakah disini juga tidak
termasuk hukum politik pemerintah atau bagaimana?
Jawaban:
Kalau hukum lingkungan sudah jelas-jelas telah terjadi
pengerusakan dan pencemaran, dalam bahasa umum itu tidak
benar, mungkin hanya secara kasat mata. Harus bedakan dulu
bahasa pencemaran dan pengerusakan. Pengerusakan dalam
bahasa hukum sudah jelas. Walaupun sudah longsor namun
apabila masih bisa diperbaiki dan masih bisa berfungsi kembali
ini berarti perdata, terkecuali jika longsornya tidak bisa diperbaiki
lagi. Kalau secara substansial tidak dimuat dalam gugatan, agak
susah juga.
Oleh karena bisa juga diartikan kenapa pemerintah
tetap memberikan izin, karena teknis masih bisa dipulihkan.
Tergantung pada data kesulitan yang saudara hadapi.
Masalahnya data yang diajukan atau diperoleh tidak selalu
akurat. Isinya selalu oke-oke saja, baik-baik saja dan perusahaan
itu melaporkan baik-baik saja. Oleh karena itu harus dicek dulu
atau perbaiki dulu amdal dan administrasinya, agar tidak terjadi
lagi kerusakan sebab ketika masuk keperadilan harus hati-hati,
karena persoalan lingkungan itu harganya terlalu mahal.
273TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Widyino (PT Banten)
Pertanyaan:
Saya ingin mengilustrasikan saja sesuatu peristiwa yang
agak kompleks karena di pengadilan menjadi muara suatu
kasus. Seperti yang dijelaskan bahwa hal-hal yang menyangkut
lingkungan adalah pertama alam itu sendiri, kedua kegiatan
manusia, ketiga akibatnya akan berdampak pada alam itu
meliputi alam beserta isinya. Ilustrasi konkritnya adalah bahwa,
jika dalam suatu aliran sungai yang sekian panjang dihulunya
terdapat beberapa perusahaan atau pabrik. sehingga pabrik yang
sekian banyak itu sangat pasti akan menimbulkan pencemaran
maupun kerusakan. Boleh diilustrasikan bahwa pada jarak
tempuh tertentu akibat masih terjadi pencemaran, tetapi pada
jarak tempuh atau kemudian dihilirnya sudah berdampak
pada kerusakan, tentu level-level itu akan berpengaruh pada
penyelesaian kasusnya, tentu secara tehnis akan mengalami
kesulitan jika kemudian tidak dipastikan. Perusahaan mana yang
akibat pencemaran dan perusahaan mana yang mengakibatkan
kerusakan pada hilirnya. Ada kesulitan untuk memilah-milah
kesalahan pada pihak mana yang berakibat pencemaran dan
akhirnya berakibat kerusakan, karena resiko yuridisnya juga
berbeda antara akibat pencemaran dan pengrusakan lingkungan.
Penyelesaian kasusnya secara konkrit di pengadilan tentu akan
sulit. Jadi sejauh mana bisa kemudian hakim memutuskan
bahwa perusahaan ini yang melakukan pencemaran mana
pengerusakan dan mana pencemaran. bagaiamana langkah-
langkah yang ditempuh pihak pengadilan apabila menemukan
kasus-kasus seperti ini.
Jawaban:
Ini saya kira suatu kasus yang menarik. Persoalan
274TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
sungai itu karena prinsip one river one manajement, kalau
kita mau mengatakan pengelolaan lingkungan hidup tidak ada
pengotakan-pengotakan seperti itu, karena one manajement.
Namun bagaimana mengaturnya jika terjadi pada daerah
industri, pertanian dan perikanan. Artinya dengan bahasa
lingkungan dikatakan peruntukkan airnya berbeda. Berbeda
peruntukkan kualitas airnya, baku mutu airnya berbeda, jadi
bisa perdata.
Kalau kabupaten A misalkan daerah industri, mungkin
baku mutunya lebih rendah, itu tidak melanggar hukum, tapi
kalau pada lahan pertanian dan perikanan baku mutu airnya
harus ditingkatkan. Kebetuhan industri di hulu.
Sungai seharusnya dimenejemen, dimonitoring. Ketika
sungai itu masuk daerah industri harus dimonitor, dibuat baku
dam untuk pengecekannya. Harus ada titik buang, kalau sampai
dilahan pertanian dan perikanan jangan dicemari. Oleh karena
itu one river, one manajement. Sebenarnya sudah ada peraturan
Menteri PU, ada sistemnya, ada biaya buangan limbah yang untuk
dipakai pengolahan. Sistem hukumnya sudah baik, pengolaannya
sudah baik, hanya saja pengawasan dan pemantauannya tidak
jalan.
Anonym
Pertanyaan:
Menurut saya tidak ada keseriusan saja. Mohon kami
diberikan informasi tentang corporate yang melakukan tindak
pidana illegal loging, illegal mining.
Jawaban:
Isu lingkungan itu adalah isu yang paling mahal harganya.
Jika mahal pasti uangnya besar. Kenapa mengurusi hal yang lain
275TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
kalau ada sumber yang lebih besar begitu. Lingkungan terlalu
mahal, begitu orang melihat langsung tertarik.
Mengenai pasal 108 dengan pasal 48 itu berbeda. Pasal 48
lingkungannya instrument. Jadi pendekatannya pluntry roles,
tetapi keduanya bisa dihubungkan. Artinya antara pidana dan
perdata selalu bertumpuk begitu. Pasalnya boleh berbeda-beda
tetapi akan bertemu pada satu titik tertentu. Lalu bagaimana
kita memilah-milah asas subsideritasnya. Oleh karena itu dalam
pidana banyak sekali unsur-unsur administrasi negara. Memang
saat undang-undang dibuat akan selalu ada kelemahan-
kelemahan. Masalah intrepertasi kan bisa didorong-dorong,
digiring tergantung ahlinya.
Aswedi (PT Pontianak)
Pertanyaan:
Jika dilihat dari pada pasal 329 sebenarnya apa yang
diprioritaskan untuk lingkungan hidup? Apakah pencegahan
terhadap lingkungan atau bagaimana. Kerusakan lingkungan
saat ini telah dilakukan oleh corporate dan ini jarang sampai
ke tingkat peradilan. Apakah karena ini hanya semata-mata
mengedepankan masalah proses administrasi? Kalau hanya
sampai negoisasi administrasi yang diagung-agungkan,
maka tujuan dari undang-undang No. 32 tahun 2009 untuk
pencemaran lingkungan tidak akan pernah tercapai.
Dampak lingkungan yang begitu berat banyak di Indonesia
ini betul-betul ekosistem banyak yang rusak dan tidak teratasi
itu bisa di cegah.
Namun saya melihat undang-undang 32 tahun 2009
ini belum bisa belum efektif mencegah adanya tindakan
pengerusakan lingkungan yang begitu hebat di Indonesia.
276TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Apakah ini kan delik aduan? Kalau bukan seharusnya
pemerintah dalam hal ini kepolisian harus segera bertindak.
Apakah harus menunggu laporan masyarakat atau tindakan dari
pada Menteri Lingkungan Hidup. Begitu juga terhadap gugatan,
gugatan itu siapa sebenarnya yang harus mengajukan. Apakah
harus masyarakat? Atau Negara yang diwakili oleh menteri
lingkungan hidup yang harus menggugat suatu perusahaan
tertentu atau corporate?
Jawaban:
Kalau diperhatikan secara cermat Undang-undang 32
mempunyai dua mata pisau, dua pedang katakanlah begitu,
karena undang-undang lingkungan hidup di Indonesia secara
konseptual adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan, Ini
berarti proses pembangunan mempertimbangkan lingkungan.
Jadi tujuan pokoknya sebenarnya adalah pembangunan,
membantu pembangunan. Oleh karena itu disini dikembangkan
instrumen ekonomi, agar bahasanya bahasa ekonomi. Masalah
kemiskinan dan lingkungan tidak bisa dipisah. Ketergantungan
manusia pada sumber daya itu tinggi. Apapun alasannya, oleh
karena itu pada negara miskin, kemiskinan dan lingkungan
hidup itu selalu dicoba diseimbangkan.
Pelestarian hutan tidak bisa ditawar-tawar, oleh karenanya
konsep dasarnya, dibuat kawasan hutan lindung dan kawasan
budidaya. Kalaupun ada peruntukan membuat kegiatan, akan
dilihat dulu apa kegiatannya. Misalnya eksplorasi minyak,
akan tentukan mana fungsi-fungsi lestari, jalur hijau, bantaran
sungai, garis sempadan dan sebagainya. Akan tetapi menentukan
berapa persen dari luas lahan eksplorasi yang diberikan untuk
kawasan indistri dan berapa persen untuk ekonomi scientific-
nya. Menggunakan ilmiah saja tidak cukup untuk menentukan
277TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
berapa oksigen yang diperlukan untuk sekian banyak penduduk
pada satu daerah tertentu. Oleh karena itu maka dikatakan dunia
harus menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Disatu sisi harus ada efesiensi penggunaan sumberdaya
alam ekonomi yang harus tumbuh berkelanjutan sehingga
sumberdaya alam ekonomi ini juga dapat dinikmati sampai di
generasi-generasi yang akan datang. Jadi harus terus mencari.
Tapi namanya manusia, menganggap rusak-rusak sedikit tidak
apa-apa, tawar-menawar, kompromi-kompromi. Jadi walaupun
sudah ditentukan prinsip, pada kenyataan dilapangan menjadi
lain. Dan oleh karena itu dinamika pembangunan. Perubahan
paradigma manusia dapat dilihat dari tiga dimensi dinamika
pembangunan, artinya beragam budaya, kesadaran manusia
atau cara berpikir manusia, mindset manusia dan Penataan
ruangan atau kawasan tidak selalu konsisten.
Contohnya, dalam salah satu pasal undang-undang,
penataan ulang tata ruang dapat ditinjau secara berkala sesuai
dengan teknologi. Ada istilah in causa yang dapat memiliki 2
arti, pertama sesuatu dapat ditinjau apabila teknologinya belum
tersedia. Dalam undang-undang Kehutanan pasal 8 ayat (4)
dilarang melakukan penambangan terbuka di hutan lindung.
Kenapa dilarang? Karena membahayakan, misalnya dapat
terjadi tanah longsor. Tapi ternyata dengan adanya teknologi
manusia dapat saja memberikan argumentasi/alasan bahwa
tidak membahayakan.
Sitanggang (PT Medan)
Pertanyaan:
Di Sumatera Utara ada satu kasus tentang pembuangan
limbah pertambangan emas dari PT M. Perusahaan ini telah
278TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
memilki ijin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Bapedal
untuk membuang membuang limbah, namun tidak disebutkan
kemana di buangnya. Akan tetapi dalam surat izin tersebut tidak
disebutkan sanksi pidana atau sanksi lain. Hal ini juga berlaku
pada perusahaan N di Sulawesi Utara dan dinyatakan tidak
bersalah oleh pengadilan disana. Untuk PT M dengan didukung
oleh pemerintah dan keamanan, seolah-olah memaksakan diri
untuk membuang limbah melalui sungai untuk dialihkan ke
teluk. Mohon penjelasan kalimat “diijinkan membuang limbah”.
Jawaban:
Kalau sebenarnya undang-undang pertambangan itu
sudah menganut hukum perlindungan, terutama adanya amdal
untuk menentukan limbah dibuang dimana. Tidak mungkin
tidak ada. Ada dua kategori buangan limbah yaitu: darat atau
laut yang berbeda sifat airnya dan karakter lingkungannya.
Untuk membuat limbah ke sungai itu merupakan pilihan
yang terakhir. Pembuangan limbah di sungai memiliki sistim
pengendalian tersendiri. Sebenarnya sistem sudah baik, tinggal
pengawasannya apakah sudah baik.
279
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Penutup
Sasaran akhir penerbitan Buku Proceeding Pelatihan
Tematik “Hukum Pidana Khusus” Bagi Hakim Tinggi ini
adalah hakim yang tidak mengikuti pelatihan tersebut
secara langsung, dengan harapan dapat memperluas wawasan
dan pengetahuan.
“Tiada gading yang tak retak” demikian diungkapkan oleh
pepatah, begitu pula usaha penyusunan buku proceeding ini,
yang pastinya banyak kekurangan dan tidak lepas dari kesalahan.
Namun demikian hal tersebut tidak akan dijadikan hambatan
bagi penyusun untuk terus berupaya menuju kearah yang lebih
baik.
Akhir kata semoga penerbitan Buku Proceeding Pelatihan
Tematik “Hukum Pidana Khusus” Bagi Hakim Tinggi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
283
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Susunan Acara
Waktu Materi Nara Sumber Keterangan Selasa, 11 September 2012 14.00 – 22.00 Chek In Peserta 18.00 – 21.00 Makan Malam Rabu, 12 September 2012 08.00 – 10.00 Sambutan:
1. Ketua MA (Diwakili) 2. Wakil Ketua KY (Pembukaan)
Djoko Sarwoko, S.H., M.H. H. Imam Anshori, S.H., M.Hum.
10.00 – 10.15 Coffe Breaks 10.15 – 11.45 Keynote Speech dan Pengantar
Pelatihan Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.H.
11.45 – 12.30 Pengrahan Pretest Dirjen Badilum MA 12.30 – 13.15 Ishoma 13.15 – 15.15 Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim (KEPPH) 1. Dr. Suparman Marzuki, S.H.,
M.Si. 2. H. Abas Said, S.H., M.H.
Fasilitator Fasilitator
15.15 – 15.30 Coffe Breaks 15.30 – 18.00 Tindak Pidana Korupsi Prof. Dr. H. Abdul Latif, S.H.,
M.H. Fasilitator
19.00 – 21.30 Kejahatan Korporasi Dr. Gunawan Widjaja, S.H., M.H., M.M.
Fasilitator
Kamis, 13 September 2012 08.30 – 11.30 Tindak Pidana Narkotika KBP. Sundari, S.Sos., M.H. Fasilitator 11.30 – 13.00 Ishoma 13.00 – 15.30 Tindak Pidana Perbankan Prof. Dr. Sutan Remy Syahdeini,
S.H. Fasilitator
15.30 – 16.00 Coffe Breaks 16.00 – 18.30 Tindak Pidana Pencucian Uang Dr. Yunus Husen, S.H., M.H. Fasilitator Jumat, 14 September 2012 08.00 – 10.30 Tindak Pidana Lingkungan Prof. Dr. M. Daud Silalahi, S.H. Fasilitator 10.30 – 12.30 Evaluasi dan Penutupan 1. KPT Medan
2. Sekretaris Jenderal KY Fasilitator
13.00 Check Out
284
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
Daftar PesertaNO NAMA PESERTA INSTANSI
PESERTA INTI
1 Margono, S.H. Pengadilan Tinggi Medan
2 Dr. Manaha Malontige Pardamean
Sitompul, S.H., M.Hum.
Pengadilan Tinggi Medan
3 Sudi Wardono, S.H., M.Hum. Pengadilan Tinggi Medan
4 Untung Widarto, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Medan
5 Johny Santosa, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Banda Aceh
6 Amsar Yoenaga, S.H. Pengadilan Tinggi Banda Aceh
7 Mustari, S.H., M.Hum. Pengadilan Tinggi Bandung
8 PastiSerefinaSinaga,S.H.,M.H. Pengadilan Tinggi Bandung
9 Ismail, S.H. Pengadilan Tinggi Bangka Belitung
10 Dortianna Pardede, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Bangka Belitung
11 H. Widodo, S.H., M.B.A., M.H. Pengadilan Tinggi Banten
12 Elnawisah, S.H. Pengadilan Tinggi Banten
13 Suswanto, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Bengkulu
14 Marsup, S.H. Pengadilan Tinggi Bengkulu
15 I Gede Sumitra, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Jakarta
16 Amiryat, S.H. Pengadilan Tinggi Jakarta
17 Sudiyanto, S.H. Pengadilan Tinggi Padang
18 Effendi, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Padang
19 DAniel Rimpan, S.H. Pengadilan Tinggi Palembang
20 Respatun Wisnu Wardoyo, S.H. Pengadilan Tinggi Palembang
21 Wagiah Astuti, S.H. Pengadilan Tinggi Pekanbaru
22 Dahlia Brahmana, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Pekanbaru
23 Subeki, S.H. Pengadilan Tinggi Pontianak
24 Achmad Subaidi, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Pontianak
25 Nurhaidi Betty Aritonang, S.H. Pengadilan Tinggi Tanjung Karang
26 Guntur Purwanto Joko Lelono, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Tanjung Karang
27 Tjaroko Imam Widoadi, S.H. Pengadilan Tinggi Yogyakarta
285LAMPIRAN
PELATIHAN HUKUM PIDANA KHUSUS BAGI HAKIM TINGGI - MEDAN
NO NAMA PESERTA INSTANSI
28 Purnomo Rijadi, S.H. Pengadilan Tinggi Yogyakarta
29 Hardjono C, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Semarang
30 FAthurahman, S.H. Pengadilan Tinggi Semarang
PESERTA TAMBAHAN
31 Dr. H. Nadiman, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Medan
32 Ohan Burhanudin P, S.H., M.H. Pengadilan Tinggi Medan
33 Karel Tuppu, S.H. Pengadilan Tinggi Medan
34 H. Lexsy Mamoto, S.H. Pengadilan Tinggi Medan
35 Elang Prakoso W, S.H. Pengadilan Tinggi Medan