management menghitung bor.docx
TRANSCRIPT
MENGHITUNG BOR, ALOS, TOI, DAN BTO
0.00 / 5 5
1 / 5
2 / 5
3 / 5
4 / 5
5 / 5
0 votes, 0.00 avg. rating (0% score)
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan,
mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus
harian rawat inap :
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days
in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode)
2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged
during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara
6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jlh pasien keluar (hidup + mati))
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah
diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jlh pasien keluar (hidup + mati))
4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of
stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
5. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
6. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
MENGHITUNG TENAGA PERAWAT
A. Cara rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanya
mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah
sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang
mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal
terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya
digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang
ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A & B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 ¾
D 1/15 1/2 1/6 2/3
Khusus Disesuiakan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun
meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai
dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
B. Cara Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat
dibutuhkan waktu sebagai berikut:
1. untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
2. untuk kasus mendesak : 71,28 menit
3. untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut:
No Jenis pelayanan Rata – rata jam perawatan / hari
1 Non bedah 3,4
2 Bedah 3,4
3 Campuran bedah dan non bedah 3,5
4 Pos partum 3,0
5 Bayi baru lahir 2,5
Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need.
C. Cara Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit perawatan
adalagh sebagai berikut:
Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:
a) Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan
secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu:
self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan
keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
b) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan,
memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan
kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245)
= 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/
hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)
c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak
lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan
kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.
v Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-
ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:
o Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah tempat tertentu x 365
Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
1. Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari
sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan
hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari
dan cuti tahunan = 12 hari.
2. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka
40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
3. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk
antisiapasi kekurangan/ cadangan)
D. Metoda Formulasi Nina
Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
Contoh pengitungannya:
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah rata-rata
klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4 jam perhari.
Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang
tersebut adalah sbb:
Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4 jam/ hari
Tahap II
Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari.
B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
Tahap III
Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun.
C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam
Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun.
D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah nilai
tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
Tahap V
Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.
E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan
dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)
E. Metoda hasil Lokakarya Keperawatan
Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat digunakan untuk
perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas, tetapi ada
penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian ( sedangkan angka 7 pada rumus
tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).
REFERENSI
Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Katiga Bina: Jakarta.
Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki: Yogyakarta
Perhitungan Tenaga Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam sistem kesehatan suatu
negara untuk meningkatkan kesehatan hidup masyarakat. Ketenagaan membutuhkan masa
persiapan yang terpanjang dibandingkan dengan sumber daya yang lain dan tergantung yang
menyalurkan mobilisasi atau usaha-usaha untuk pemerataan pelayanan.
Dalam merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
telah menyusun modul dasar susunan personalia (DSP) yang memuat tentang metode perhitungan
tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja. Dalam metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung
beban kerjanya berdasarkan tugas dan fungsinya.
Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu indicator keberhasilan rumah
sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumberdaya manusia yang cukup dengan kualitas yang
tinggi professional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya pelayanan
dirumah sakit, bahkan Huber (cit. Nurdjanah, 1999)melaporkan bahwa 70% tenaga kesehatan
dirumah sakit adalah perawat.Sedang Gillies (1994) memperkirakan bahwa sekitar 75% tenaga
keperawatan dirumah sakit adalah perawat, dan 60-70% dari total anggaran digunakan untuk
menggaji perawat.Kualitas asuhan keperawatan dapat dapat mencapai hasil ayng optimal apabila
beban kerja dan sumber daya perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Berdasarkan
penelitian WHO (1997),beberapa Negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia ditemikan fakta
bahwa perawat yang bekerja dirumah sakit menjalani peningkatan beban kerja dan masih mengalami
kekurangan perawat. Hal ini disebabkan karena peran perawat belum didefinisikan dengan baik, dan
perawt yang lain masih banyak yang tidak mementingkan absensi. Dengan tanpa dipungkiri lagi
bahwa perawat merupakan kelompok terbesar di era rumah sakit sehingga baik buruknya pelayanan
rumahsakit adlh merupakan citra dari kelompok perawat sebagai jasa pemberian pelayanan
keperawatan.
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat ditunjang oleh pemberian
asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu
kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga
keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan
serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager
keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
rumah sakit. (Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep).
B. RUMUSAN MASALAH
Dari fakta di atas menunjukan bahwa ketenagakerjaan merupakan indicator penting untuk
keberhasialn suatu rumah sakit melakukan pelayanan pada msyarakat. Dari factor tersebut maka
diambil rumusan masalah “Perhitungan Ketenagakerjaan Yang Efektif Dan Efisien.”
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah agar mengetahui perhitungan ketenagakerjaan yang efektif dan efisien
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tentang perhitungan tenaga perawatan yang ada di rumah sakit.
b) Mengetahui hakekat dan prinsip – prinsip dalam ketenagkerjaan
c) Mengetahui metode perhitungan dalam kepereawatan
d) Dengan adanya pre planning ini diharapkan agar menambah pengetahuan tentang pembagian tenaga perawat di sebuah unit di rumah sakit secara efektif dan efisien.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. HAKEKAT KETENAGAKERJAAN
Hakekat ketenagakerjaan pada intinya adalah pengeturan, mobilisasi potensi, proses motivasi, dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui karyanya. Hal ini berguna untuk tercapainya tujuan individu, organisasi, ataupun komunitas dimana ia berkarya.
Keputusan yang diambil tentang ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh falsaah yang dianut oleh pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga kerja. Misalnya, pandangan tentang motivasi kerja dan konsep tentang tenaga keperawatan. Dari pandangan tersebut akan terbentuk pola ketenagakerjaan yang disesuaikan dengan gambaran pimpinan.
B. PRINSIP – PRINSIP DALAM KETENAGAKERJAAN
1. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi sehingga setiap orang memilik tugas tertentu. Untuk ini kepala bidang keperawatan perlu mengetahui tentang :
1. pendidikan dan pengalaman setiap staf
2. peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
3. mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan dalam organisasi
4. mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
5. mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan pembagian kerja
1. jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan kemampuannya
2. tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
3. tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
4. variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
5. mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
6. penggolongan tugas berdsasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan waktu
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta bantuan atau bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima tugas
2. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana merupakan inti manajemen. Selain itu dengan pendelegasian , seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan puas bila diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan.. Disamping itu mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan dan evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan pengaruh dan power baik intern maupun ekstern, dapat mencapai pelayanan dan sasaran keperawatan melalui usaha orang lain
Walaupun pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak pimpinan yang gagal mengerjakan pendelegasian ini. Beberapa alasan yang menghambat dalam melakukan pendelegasian :
o meyakini pendapat yang salah “Jika kamu ingin hal itu dilaksanakan dengan tepat, kerjakanlah sendiri”.
o kurang percaya diri
o takut dianggap malas
o takut persaingan
o takut kehilangan kendali
o merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan pendelegasian, mempunyai definisi kerja yang tidak jelas
o takut tidak disukai oleh staf, dianggap melemparkan tugas
o menolak untuk mengambil resiko tergantung pada orang lain
o kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah, sehubungan dengan tugas yang didelegasika
o kurang contoh dari pimpinan lain dalam hal mendelegasikan
o kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa staf kurang memiliki ketrampilan atau pengetahuan untuk melakukan tugas tersebut.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa tugas dan seberapa besar wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada staf.
Hal ini tergantung pada :
a. Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih besar kepada staf.
b. Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu berat.
c. Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan jangan mendelegasikan tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau mengevaluasi dan mendisiplin bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar mendelegasikan tugas yang utuh dari pada mendelegasikan sebagian aspek dari suatu kegiatan.
Beberapa petunjuk untuk melakukan pendelegasian yang efektif :
jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh karena itu jangan mendelegasikan tugas yang anda sendiri tidak mau melakukannya.
jangan takut salah
jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki ketrampilan atau pengetahuan untuk sukses
kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka dapat melakukan tugas yang didelegasikan
perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan masalahnya
hindari kritik bila terjadi kesalahan
berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung gugat dan dukungan yang tersedia
berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana dengan baik
Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang efektif :
1. tetapkan tugas yang akan didelegasikan
2. pilihlah orang yang akan diberi delegasi
3. berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
4. uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil tersebut
5. jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
6. minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf tersebut atas tugas yang didelegasikan.
7. tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
8. berikan dukungan
9. evaluasi hasilnya
3. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain maupun dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
- menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagian dan perasaan lebih penting dari yang lain
- menumbuhkan rasa saling membantu
- menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
Cara koordinasi:
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan, pembakuan formulir yang berlaku.
4. Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga dapat digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
1. analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan kategori kegiatan yang ada
2. memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3. menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya serta tujuan yang akan dicapai
4. mendelegasikan
Hambatan yang sering terjadi pada pengaturan waktu
1. terperangkap dalam pekerjaan
2. menunda karena takut salah
3. tamu yang tidak terjadwal
4. telpon
5. rapat yang tidak produktif
6. peraturan “open door”
7. tidak dapat mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak perlu
C. Perhitungan Tenaga Perawat.
Didalam penerapan kebutuhan ketenagakerjaan harus diperhatikan adanya faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g. Pemberian cuti
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan hal-hal, sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan, kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out keperawatan, fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik atau diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan pembinaan dan pengembangan.
2. Rumusan perhitungan tenaga perawat
a. Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah perawat adalah sebagai berikut :
Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat.
b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971 menyebutkan bahwa :
Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.
c. Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga.
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai berikut :
a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
makanan dan minum dilakukan sendiri
ambulasi dengan pengawasan
observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
minimal dengan status psikologi stabil
perawatan luka sederhana.
b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
ambulasi dibantu
pengobatan dengan injeksi
klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
semua kebutuhan klien dibantu
perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
makan dan minum melalui selang lambung
pengobatan intravena “perdrip”
dilakukan suction
gelisah / disorientasi
perawatan luka kompleks
D. Metode – metode Cara Perhitungan Ketenagakerjaan
Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga perawat ada beberapa metode, antara lain yaitu
Metode Douglas
Metode Sistem Akuitas
Metode Gillies
Metode Swanburg
Penjelasan dari metode-metode cara perhitungan ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :
1) Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masingmasing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Jumlah
Pasien
Klasifikasi KLien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst
Contoh kasus
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 x 3 = 0,51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 Orang
2) Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift �¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. kelas I = 3 orang x 2 jam/hari = 6 jam
2. kelas II = 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam
3. kelas III = 4 orang x 4.5 jam/hari = 18 jam
4. kelas IV = 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam
Jumlah jam : 60 jam
- pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
8 jam
- Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )
8 jam
jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
3) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatanadalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jmlh jam kerja
Masing2 tiap perawat
Perawat
jumlah keperawatan yang dibutuhkan /tahun
= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
= jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1. waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
· menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
· menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata- rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
8. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
9. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang denganketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam = 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
Jadi,,
1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7 2044
2. Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang /hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8 orang
4) Metode Swansburg
Contoh:
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
1) total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat/hari
2) Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang (jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7 jam/shift)
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan untuk
pembagian proporsi dinas dalam satu hari �¨ pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang
Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
DAFTAR PUSTAKA
DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I
Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,. Mosby -
year book, Inc.
Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition. Philadelphia :
WB Saunders.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses (3rd ed)
Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and Management Functions in
Nursing (3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and leadership for
nurses. Canada : Jones and Barlett Publisher
Mukty----- Nurse---- BlogSemoga bisa membantu dan bermanfaat, ku tulis yang bisa aku tulis walapun hanya sedikit.
Sabtu, 20 Oktober 2012
PERENCANAANTENAGA KEPERAWATANEfektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang olehsistem pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi individu yangmemadai. Perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalammemenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Perencanaan ketenagaan yang baikmempertimbangkan klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metodepemberian asuhan keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan sertaperhitungan jumlah tenaga keperawatan. Dalam menganalisis dan merencanakankebutuhan tenaga keperawatan, manajer keperawatan dapat mengacu ke pelbagaipendekatan atau formula penghitungan kebutuhan tenaga perawat menurut beberapaahli.Perawat merupakan proporsi tenaga yang paling besar di rumah sakit,diperkirakan sekitar 75 % dari jumlah seluruh tenaga kesehatan. Dengan dominanyajumlah perawat ini maka diperlukan formula khusus untuk menentukan kebutuhanya.Formula dikembangkan untuk memberikan kemudahan kepada manajer keperawatandalam melakukan penghitungan tenaga perawat dan bisa digunakan untuk perbandinganapakah tenaga perawat yang ada saat ini sudah cukup, kurang atau berlebih.Terdapat beberapa formula perhitungan tenaga keperawatan di pelayanan antaralain adalah formula Gillies (1982), formula PPNI, formula Douglas (1992), formulaIlyas (1999), metode Rasio, dan formula Loveridge dan Cummings (1996)
1. Metode Gillies (1982)Salah satu formula penghitungan tenaga keperawatan yang dikembangkan Gillies(1982) adalah sebagai berikut :( 365 C ) x jam kerja / hariA x B x 365Tenaga Perawat−=Keterangan :A = jam perawatan/24 jam (nursing time), yaitu waktu perawatan yang dibutuhkan pasien.B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)C = jumlah hari libur6• Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien selama 24 jam• Komponen B, adalah hasil perkalian BOR dengan jumlah tempat tidur. Contoh jika BOR 76 %dan jumlah tempat tidur 100 maka sensus harian adalah 76.• Komponen C, jumlah hari libur resmi yang ditentukan oleh pemerintah dan jumlah hari liburkarena cuti tahunan personel. Jumlah hari libur diIndonesia kira-kira 76 hari yang terdiri dari52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12 hari libur nasional. Disamping itu perlu juga diperhitungkanhari libur lain yaitu secara alamiah menjadi hak biologis wanita yaitu cuti hamil kurang lebihselama 3 bulan.• Jam kerja perhari 6 jam perhariContoh kasus :Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 120 jam seperti pada tabel,BOR rata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumahsakit tersebut :Tabel 1.1 rata-rata perawatn selama 24 jamNO Jenis /katagoriRata-ratapasien/hariRata-rata jamperawatanpasien/hariJumlah jamperawatan/hari1 Pasien bedah 10 4 402 Pasien anak 5 6 303 Pasien penyakit dalam 10 5 50
Jumlah 25 120Jawab :( 365 76 ) x 6120 x (70/100 x 100) x 365Tenaga Perawat−=Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan menurut formula gillis adalah :72. Metode Lokakarya PPNIPenentuan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya PPNI denganmengubah satuan hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja efektif dihitungdalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam perminggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku diIndonesia:125%41 mg x 40 jam( A x 52 mg ) x 7 Hr ( TT x BOR )Tenaga Perawat = xKeterangan :TP = Tenaga perawatA = Jumlah jam perawatan / 24 jam41 Mg = 365 - 52 (Hr Ming.) - 12 hr libur - 12 hr cuti = 289 / 7• Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien selama 24 jam• BOR, adalah prosentase rata-rata jumlah tempat tidur yang digunakan selama periode tertentu(satu semester/satu tahun)• Hari kerja efektif selama 41 minggu yang dihitung sebagai berikut := (365 –(52 hr minggu+12 hari libur nasional+ 12 cuti tahunan)= 289 hari : 7 hari/mg= 41 minggu• Komponen 125 %, yaitu tingkat produktivitas diasumsikan hanya 75 % sehingga dikali 125 %.Contoh kasus :Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 40 jam seperti pada tabel, BORrata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumah sakittersebut :Tabel 1.2 rata-rata perawatn selama 24 jamNO Jenis /katagoriRata-ratapasien/hariRata-rata jamperawatanpasien/hariJumlah jam
perawatan/hari1 Pasien bedah 10 4 408Jawab :125%41 mg x 40 jam( A x 52 mg ) x 7 Hr ( TT x BOR )Tenaga Perawat = x =125%41 mg x 40 jam( 40 x 52 mg ) x 7 Hr ( 100 x 0,7 )Tenaga Perawat = x =Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan menurut formula PPNI adalah = 7763. Metode IlyasMetode ini dikembangakan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995. Rumus dasardari formula ini adalah sebagai berikut :(255 x jam kerja / hari)A x B x 365Tenaga Perawat =Keterangan:A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)365 = jumlah hari kerja selama setahun255 = hari kerja efektif perawat/tahun= {365 - (12 hari libur nasional - 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4}= 255 hariIndeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadual kerja perawat dirumah sakityang dihitung dari setiap empat hari kerja efektif, dimana perawat mendapat libur satu harisetelah jadual jaga malam. Uraiannya sebagai berikut hari pertama perawat masuk pagi, hari keduasiang, hari ketiga malam dan hari keempat perawat mendapat libur satu hariContoh kasus :Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 6 jam, BOR rata-rata 70 %,jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan perawat di rumah sakit tersebut :Jawab :(255 x jam kerja / hari)A x B x 365Tenaga Perawat =(255 x 6 )6 x (100 x 0,7) x 365Tenaga Perawat == 100 orang9
4. Douglas (1992)Douglas (1992), mengklasifikasi derajat ketergantungan klien menjadi tiga kategori,yaitu :a. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam dengan kriteria :1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri2) Makan dan minum dilakukan sendiri3) Ambulasi dengan pengawasan4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)5) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabilb. Perawatan parsial, memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam dengan kriteria :1) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali4) Klien dengan kateter urine, intake dan out put dicatat5) Klien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedurc. Perawatan total, memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam dengan kriteria :1) Semua keperluan pasien dibantu2) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam3) Makan melalui NGT, terapi intra vena4) Dilakukan pengisapan lendir5) Gelisah/disorientasiBerdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan padapagi, sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel2.1 berikut :10Tabel 2.1 Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam satu ruang rawatJumlahKlienKlasifikasi klienMinimal Partial TotalPagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,202 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,403 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60DstSumber : Douglas (1984) dalam Sitorus (2006)Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasiendengan perawat intermediet dan 5 pasien dengan perawatan total), maka jumlahperawat yang dibutuhkan:a. Dinas pagi :3 x 0,17 = 0,5114 x 0.27 = 3,785 x 0,36 = 1,90Jumlah 6,90 6 orangb. Dinas siang3 x 0,14 = 0,42
14 x 0.15 = 2.105 x 0,30 = 1,50Jumlah 4,02 4 orangc. Dinas malam3 x 0,10 = 0,3014 x 0.07 = 0,985 x 0,20 = 1,00Jumlah 2,26 2 orang11Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total jumlah kebutuhan perawatuntuk dinas pagi, sore dan malam sebanyak 12 orang. Penetapan jumlah perawatdilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantunganselama 1 (satu bulan) dan jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari.Penetapan satu bulan diharapkan sudah dapat mencerminkan perubahan jumlah danvariasi pasien di ruang rawat tersebut. Kepala ruangan mengalokasikan setiappasien baru pada tim tertentu dengan mempertimbangkan beban kerja tim tersebut.Beban kerja dapat terkait dengan jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien.5. Metode rasioMetode rasio adalah metode yang didasarkan pada SK Menkes Nomor:262/Menkes/Per/VI/79), sebagaimana pada tabel 2.3Tabel 2.3 Rasio Tempat Tidur dan Personel Rumah SakitTipe RS TM/TT TPP/TT TNP/TT TnonP/TTA dan B 1 /(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1C 1/9 1/1 1/5 ¾D 1/15 1/2 1/6 2/3E DisesuaikanTM : Tenaga medis,TPP : tenaga paramedis perawatan,TNP : Tenaga non paramedis,TnonP : Tenaga non paramedis perawatan,TT : Tempat tidurSumber : Sitorus (2006)126. Loveridge dan Cummings (1996)Loveridge dan Cummings (1996), mengklasifikasi klien berdasarkan pada tingkatkeseriusan kondisi klien yang dirawat di rumah sakit yaitu :a. Sistem klasifikasi pasien (patient classification system)Tabel 2.2 Sistem akuitas dengan evaluasi prototipe GenerikNo Kategori Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 41 Pengkajian 1. Tanda vitalsetiap shift2. Pasienmandiri1. Tanda vital setiap 6jam2. Tidak ada selang
1. Tanda vital setiap 4jam observasi2. Tanda neurologi setiap2 4 jam3. Terdapat 1 2 selang1. Tanda vital setiap 2 jam2. Terdapat lebih dari 3selang2 Mobilisasi AmbulasisendiriAmbulasi atau dudukdi kursi dengandibantu oleh satuorangAmbulasi atau duduk dikursi dengan dibantuoleh 2 orangAmbulasi atau duduk dikursi dengan dibantu oleh3 orang3 Kebersihandiri daneliminasiMandiri 1. Menggunakanpsipot dengandibantu oleh satuorang2. Mandi dibantu3. Kateter urine1. Menggunakan pispot,dibantu oleh 2 orang2. Dimandikan di tempattidur3. Ganti sprei oleh 2orang1. Inkontinensia2. Diandikan di tempat tidur3. Mengganti sprei beberapakali tiap shift4 Diet MakansendiriMengatur posisi unukmakan dengandibantu oleh satuorang1. Mengatur posisi untuk
makan dibantu oleh 2orang2. Makan dibantuMenggunakan NGT5 ObatobatanObat 1 -2macam tiapshift1. Obat 3 – 5 macamtiap shift2. Obat intra vena 1macam1. Obat 6 – 7 macam tiapshift2. Obat IV dua macamtiap shift3. Transfusi darah 1 unit1. Obat 8 macam tiap shift2. Mendapat heparin tiapinfus3. Obat IV 3 macam tiapshift6 Pendidikankesehatandan emosi1. Waspada(alert)2. Pendidikankesehatansederhana1. Cemas ringan2. Penguatanpendidikankesehatan3. Interaksi dengankeluarga beberapakali1. Disorientasi2. Hambatan dalambahasa3. Interaksi dengankeluarga sering4. Pendidikan kesehatanuntuk pulang1. Memerlukan perhatianterus menerus
2. Hambatan dalam bahasa3. Pendidikan kesehatantentang prosedurkompleks4. Interaksi dengan keluargayang intensif7 Lain-lain Tidak ada Pelaksanaan prosedursederhana1. Mengosongkankantung kolostomi2. Pelaksanaan proseduroleh 2 orang1. Irigasi kolostomi2. Suction tiap 2 jamSumber : Sitorus (2006)b. Sistem akuitas (acuity system)1) Evaluasi prototipe, pasien dikelompokkan ke dalam kelas yang ditetapkanberdasarkan indikator kritis, data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.2.Setiap kelas memerlukan waktu pemberian asuhan keperawatan yang berbedayaitu : a) Kelas I 2 jam/24 jam, b) Kelas II 3 jam/24 jam, c) Kelas III 4,5jam/24 jam dan d) Kelas IV 6 jam/24 jam. Dalam satu hari, perawat terbagi13menjadi tiga shift dimana setiap shiftnya memerlukan 35 % untuk shift pagi,35 % untuk shift sore dan 30 % untuk shift malam.2) Evaluasi faktor : pasien dikelompokkan berdasarkan jumlah nilai yangdidapat berdasarkan indikator kritis atau unit nilai relatif (RVUs) denganpembagian :a) Kelas I : 0 -10 point,b) Kelas II 11 – 25 point,c) Kelas III 26 – 40 ponit,d) Kelas IV lebih dari 41 point147. Berdasarkan pengelompokan unit kerja dirumah sakitKebutuhan tenaga kerja keperawatan perlu memperhatikan unit kerja yang adadirumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakitsebagai berikut :a. Rawat inap dewasab. Rawat inap anak / perinatalc. Rawat inap intensifd. Ruang gawat darurate. Kamar bersalinf. Kamar operasig. Rawat jalanBeberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam perhitungan adalahsebagai berikut :a. Rawat inap
1) Berdasarkan klasifikasi pasienCara perhitungannya didasarkan pada :- Tingkat ketergantungan pasien- Rata-rata pasien perhari- Jam perawatan yang diperlukan /hari/pasien- Jam kerja efektif setiap perawat/7 jam /hariRumus =jam perawatantenaga kep.R. Rawat Inap =+ Loss day + Tugas non kep.Jam kerja efektif per shif15Tabel 1.1 Contoh perhitungan dalam ruangNO Jenis /katagoriRata-ratapasien/hariRata-ratajamperawatanpasien/hariJumlah jamperawatan/hari1 Pasien bedah 10 4 402 Pasien anak 5 6 303 Pasien penyakit dalam 15 5 75Jumlah 30 145Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :Jumlah jam perawatan=145=Jam kerja efektif pershif 7 21Untuk perhitungan jumlah tenaga perlu ditambah (faktor koreksi) yaitu harilibur/cuti/hari besar (loss day) :Jml mg dlm 1 tahun + cuti+hari besarXJumlah perawat yang adaJumlah hari kerja efektif setahun =52 + 12 + 14X21=286 6Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatanseperti membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat
makan pasien, dan lainnya diperkirakan 25 % dari jam pelayanankeperawatan.Jumlah tenaga keperawatan + Loss dayX25=10021 + 6X25=100 7Jadi tenaga yang diperlukan adalah :Tenaga yang ada + faktor koreksi + tugas non keperawatan =21 + 6 + 7 = 34 orang perawat16b. Kamar OperasiDikamar operasi menggunakan dasar perhitungan sebagai berikut :1) Jumlah jenis operasi2) Jumlah kamar operasi3) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja.4) Tugas perawat dikamar operasi (instrumentator, perawat sirkulasi = 2 orang/tim)5) Ketergantungan pasien- Operasi besar : 5 jam/ 1 operasi- Operasi sedang : 2 jam / 1 operasi- Operasi kecil : 1 jam / 1 operasi( jam perawatan /hari X operasi) X perawat dalam tim=Jam kerja efektif / hariContoh kasus :Dalam suatu rumah sakit terdapat 25 operasi /hari, dengan perincian :- Operasi besar 6 orang- Operasi sedang 10 orang- Operasi kecil 9 orangBerapa kebutuhan tenaga perawat di ruang ini :Jawab :(6 x 5) +(10 x 2) + (9x1) X 2= 187 jamJadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan dikamar operasi adalah 18orang17c. Diruang Gawat daruratDasar perhitungan di unit gawat darurat adalah :1) Rata-rata jumlah pasien / hari
2) Jumlah jam perawatan / hari3) Jam efektif perawat / hari4) Ketergantungan pasien,Gawat darurat, Mendesak , dan tidak mendesak :Rumus :D X 365TP:255 X Jam kerja/hariKeterangan:TP = Tenaga perawatD = Jam keperawatan365 = jumlah hari kerja selama setahun255 = hari kerja efektif perawat/tahun= {365 - (12 hari libur nasional - 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4}= 255 hariIndeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadual kerja perawatdirumah sakit yang dihitung dari setiap empat hari kerja efektif, dimana perawatmendapat libur satu hari setelah jadual jaga malam. Uraiannya sebagai berikut haripertama perawat masuk pagi, hari kedua siang, hari ketiga malam dan hari keempatperawat mendapat libur satu hariJam kerja/hari = 6 jam/hari
Diposkan oleh WAHYU ASUHAN KEPERAWATAN di 01.49 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini
Reaksi:
cara perhitungan tenaga perawatcara perhitungan tenaga perawatLangkah-langkah untuk perhitungan tenaga keperawatan1. Tentukan terlebih dahulu rata-rata jumlah pasien berdasarkan tingkat ketergantungannyaa. Asuhan Keperawatan Langsung (Gillies)* Self care = ¼ x 4 = 1 jam* Partial care = ¾ x 4 = 3 jam* Total care = (1-1,5) x 4 = 4-6 jam* Intensive = 2 x 4 = 8 jamb. Asuhan tidak langsung (dokumentasi, dll) = Wolfe&Young = 60 menit/klien/hari c. Pendidikan Kesehatan : 15 menit/hari/klien = 0,25 jam
2. Tentukan rata-rata jumlah pasien perhari = BOR x Tempat TidurHal ini bisa secara langsung pula dilihat dari jumlah pasien berdasarkan hal yang no 1, jadi tidak perlu repot-repot menghitung kembali rata-rata jumlah pasien
Menghitung BOR, AvLOS, TOI, dan BTOAkhirnya, ilmu yang saya pelajari ketika masih kuliah dengan Pak Sis Wuryanto (padahal durung lulus) dipake juga ketika bikin Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di RSUD Sekarwangi, SUkabumi.Yaitu salah satu ilmu dasar rekam medis : menghitung BOR, AvLOS, TOI, dan BTO!Angka-angka ini merupakan dasar dalam pembuatan Grafik Barber Johnson. Untuk pembuatan grafik Barber Johnson pernah saya bahas pada waktu jaman dahulu, tapi artikelnya sudah ilang. Kapan-kapan klo sempet akan saya bahas lagi berikut script untuk membuatnya, OC DAB!Sebelumnya saya segarkan ingatan Anda (bagi lulusan Rekmed yg udah lupa) atau saya kasih tau (bagi yang belum tahu) tentang ke empat variabel tersebut :BOR : Bed Occupacion Rate (Angka rata-rata tempat tidur terisi dalam satu tahun)Tempat tidur yang dimaksud adalah tempat tidur di ruang rawat inap.Angka BOR ideal berkisar antara 75% - 85%P = O X 100/AAvLOS : Average Length of Stay (Angka rata-rata lamanya seorang pasien dirawat)Angka AvLos ideal : 3 - 12 hariL = O X 365/DTOI : Turn Over Interval (Angka rata-rata sebuah tempat tidur tidak terisi)TOI ideal : 1 - 3 hariT = (A-O) X 365/DBTO : Bed Turn Over (Tingkat penggunaan sebuah tempat tidur dalam satu tahun)BTO ideal : lebih dari 30 kaliB = D/AKeterangan :O = rata-rata tempat tidur terisi dalam 1 tahunD = Jumlah pasien yang keluar dalam 1 tahunA = Jumlah tempat tidurMasih bingung?sama, saya pun bertanya-tanya, bagaimana memperoleh nilai O, D, dan A.Secara umum, variabel-variabel tersebut dapat Anda peroleh jika perawat Rumah Sakit Anda melaksanakan Sensus Rawat Inap dengan baik dan benar, kemudian bagian Rekam Medis merekapnya.Cara mendapatkan nilai O :Lakukan sensus harian dulu kemudian akan mendapatkan angka lama dirawat per hari.lama dirawat = pasien awal+pasien masuk+pasien pindahan-pasien dipindahkan-pasien keluar hidup-pasien keluar matijumlahkan lama dirawat tersebut selama satu tahun.O = total lama dirawat/365Cara mendapatkan nilai D :D = pasien dipindahkan+pasien keluar hidup+pasien keluar matiCara mendapatkan nilai A :Masuk ke ruang-ruang rawat inap, hitung sendiri jumlah tempat tidur yang ada! Klo males, silakan tilpun perawat masing-masing bangsal…Jika masih ada yg salah, mohon dikoreksi, tp jika masih bingung, itu adalah kehendak Yang Maha Kuasa, jadi…, disyukuri saja.
NB : Angka 365 merupakan jumlah hari dalam tahun tersebut 3. Hitunglah dengan menggunakan formula (misal formula PPNI)
125% pada formula ini diasumsikan karena asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat di Indonesia masih berpola pada tindakan yang banyak ke arah tindakan non keperawatan sehingga perlu ditambahkan jumlahnya, selain itu diasumsikan bahwa kinerja keperawatan oleh perawat Indonesia masih 75%.
Contoh :Hasil analisis selama 6 bulan Pada ruangan dengan kategori medikal bedah didapatkan rata-rata pasien yang dirawat : Self care 5 orang, partial care 10 orang dan total care 5 orang
Jawaban:Dari data di atas kita sudah tahu untuk rata-rata pasien (TT x BOR) = 20 orang, dan langkah selanjutnya kita harus menghitung terlebih dahulu jam asuhan yang harus diberikan :Self Care = (5 x 1 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25 jam) = 11,25 jamPartial Care = (10 x 3 jam) + (10 x 1 jam) + (10 x 0,25 jam) = 42,5 jamTotal Care = (5 x 6 jam) + (5 x 1 jam) + (5 x 0,25) = 36,25 jam
Total Jam asuhan = 11,25 + 42,5 + 36,25 = 90 jam/20 pasienRata-rata jam asuhan = 4,5 jam
Maka Jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga keperawatan adalahTP=((4,5 x52x7x20)/(1640 jam) ) x 125% = 24,9 orang perawat
Dibulatkan menjadi 25 orang perawat pelaksana
Catatan : Jumlah Perawat bukan hal yang utama dalam pemberian pelayanan tetapi terdapat aspek lain yang sangat berperan yaitu KOMITMEN PERAWAT dalam melaksanakan Asuhan.
Diposkan oleh WAHYU ASUHAN KEPERAWATAN di 01.49 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini
Reaksi:
Rabu, 19 September 2012Surat Berkelakuan Baik Kepolisian (SKCK)Membuat Surat Berkelakuan Baik Kepolisian (SKCK)
1. Kekantor Kelurahan setempat:
a. Membawa KTP yang bersangkutan (Pembuat SKCK) b. Membawa Kartu Keluarga (KK) c. Mengisi Blangko Di Kantor Kelurahan. d. Pas Foto berwarna terbaru 3x4 = 1 lbr
2. Setelah mendapat Surat Pengantar dari kelurahan selanjutnya ke kantor Kecamatan Setempat : a. Membawa Foto berwarna terbaru 3x4 sebanyak 1 lbr b. Biasanya ada uang adminitrasi (Pengalaman penulis Rp 15.000 ,- )
3. Selanjutnya Surat Pengantar di bawa ke kantor POLSEK setempat: a. Membawa foto copy KTP dan Kartu Keluarga (KK) masing-masing sebanyak 2 lembar b. Pas Foto berwarna 3x4 sebanyak 1 lbr c. Pas Foto berwarna 4x6 sebanyak 4 lbr d. SKCK Lama di lampirkan jika ada. e. Membayar Uang Adminitrasi Rp. 15.000 ,-
4. Kemudian surat pengantar dari Kantor POLSEK setempat di bawa ke Kantor POLRES setempat : a. Surat Pengantar di ajukan ke bagian PERIJINAN Polres setempat. b. Mengisi Blangko yang tersedia c. Jika belum mempunyai RUMUS Sidik Jari seharusnya membuat rumus sidik jari ke bagian PEMBUAT rumus sidik jari di Polres Setempat. d. Pas foto berwarna 4x6 sebanyak 5 lembar e. Membayar Adminitrasi Rp 15.000 ,- f. Jika memerlukan Ligalisir, Foto copy SKCK yang sudah di tandatangani sebanyak 6 lembar
demikian langkah - langkah mengurus Surat Kelakuan Baik (SKCK) dari kepolisian setempat, semoga bermanfaat dan bisa membantu,
NB : Langkah-langkah diatas mungkin bisa berbeda di setiap daerah,,,
Diposkan oleh WAHYU ASUHAN KEPERAWATAN di 00.27 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini Label: SKCK, Surat, Surat Berkelakuan Baik Kepolisian, Surat Keterangan, Surat Keterangan (SKCK)
Reaksi:
Selasa, 18 September 2012
Perihal: Permohonan Registrasi dan Surat Izin TENAGA KESEHATAN PERPANJANGAN
Perihal: Permohonan Registrasi dan Surat Izin TENAGA KESEHATAN PERPANJANGAN
Persyaratan memperpanjang SIP :1. Foto kopi ijazah dan Transkrip nilai yang dilegalisir2. Surat keterangan sehat dari Dokter Pemerintah.
3. Pas photo hitam putih terbaru 3x4=2 lembar, 4x6=2 lembar4. Melampirkan registrasi dan Surat Ijin Tenaga Kesehatan lama yang asli5. Pemohon perpanjangan 1 Minggu Sebelum Masa Berlaku Habis6. Mengisi blangko yang tersedia di kantor P2T atau mintalah di sekretariat PPNI daerah domisili anda
Catatan:1. Pemohon harus menulis dengan jelas dan lengkap disertai materai Rp. 6.000,002. Pemohon harus datang sendiri (Suami/Istri dapat diwakilkan salah satu nya asalkan dapat melampirkan Fotokopi Buku nikah atau Surat Kuasa Bermaterai 6000.00)3. Tulis dengan huruf balok4. Semua berkas-berkas di masukkan kedalam Map berwarna HIJAU
5. Map berwarna merah untuk Legalisir STR6. Untuk Pindah Kerja (misal punya STR di Jawa Tengah sedangkan anda Bekerja di Jawa Timur), dapat di perpanjang asalakan melampirkan SK Pegawai (PNS) atau SK Kerja (Swasta) dimana anda bekerja mengetahui atasan / pimpinan.
Nb:Info: Rekan-rekan saya, bulan lalu sudah ke Surabaya untuk memperpanjang SIP, bahkan ada 1 teman yang SIP nya sudah mati 1 tahun, semua kesana TANPA TES dan TANPA BIAYA, cuma yang pengen legalisir STR TERBARU dipersilakan fotokopi dulu trus proses legalisir sekalian.
-->
DAFTAR ALAMAT PENTING
No INSTANSI ALAMAT KETERANGAN
1 Kantor P2T (Pelayanan Perizinan Terpadu) Propinsi Jatim
Jl.Pahlawan 116
Surabaya, Jawa Timur 60172
031 3577691-
031 3577692
2 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Jl. Ahmad Yani 118 Surabaya 60231
(031) 8280715 - 8280910 Fax. (031) 8290423
3 Sekretariat PPNI Jawa Timur
Ruko Gateway B-25 Waru Sidoarjo Jatim
0318546954
Fax 0318546955
4 Kantor DPP PPNI (Pusat) Jl. Jaya Mandala Raya No 15, Patra KuninganJakarta. 12870
Phone : +62218315069Fax : [email protected]
Diposkan oleh WAHYU ASUHAN KEPERAWATAN di 22.25 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini Label: Izin, Perihal: Permohonan, PERPANJANGAN.,Registrasi, Surat, TENAGA KESEHATAN
Reaksi:
Sabtu, 11 Februari 2012demam berdarah dengue
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE
A. PENGERTIANDHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever (DHF).
Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES (AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY).
B. Tanda dan gejala.1. Meningkatnya suhu tubuh
2. Nyeri pada otot seluruh tubuh
3. Suara serak
4. Batuk
5. Epistaksis
6. Disuria
7. Nafsu makan menurun
8. Muntah
9. Ptekie
10. Ekimosis
11. Perdarahan gusi
12. Muntah darah
13. Hematuria masif
14. Melena
C. Klasifikasi Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever (DHF)Klasifiksi DHF menurut WHO
1. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif)
2. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmhg, kulit
dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
4. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur
D. Pohon masalah.
E. Pemeriksaan Diagnostik1. Darah Lengkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih), Thrombocitopeni (angka thrombosit 100. 000/ mm3 atau kurang)
2. Serologi = Uji HI (hemaaglutinaion Inhibition Test)
3. Rontgen Thorax = Effusi Pleura
F. Penatalaksanaan Demam Berdaraha. Medik
1. DHF tanpa Renjatan
1. Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
2. Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1 th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
4. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2. DHF dengan Renjatan
1. Pasang infus RL
2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
3. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
b. Keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
1. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
2. Observasi intike - output
3. Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
4. Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
5. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2. Resiko Perdarahan
1. Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
2. Catat banyak, warna dari perdarahan
3. Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan Tractus Gastro Intestinal
3. Peningkatan suhu tubuh
1. Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
2. Beri minum banyak
3. Berikan kompres
G. Asuhan Keperawatan1. Pengkajian
1. Kaji riwayat Keperawatan
2. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
5. Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak
3. Implementasi
1. Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
1. Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
2. Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produksi urine menurun
3. Mengobservasi dan mencatat intake dan output
4. Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
5. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah, BJ urin , serum tubuh
6. Mempertahankan intake dan output yang adekuat
7. Memonitor dan mencatat berat badan
8. Memonitor pemberian cairan melalui intra vena setiap jam
9. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat (insesible water loss / IWL)
2. Perfusi jaringan Adekuat
1. Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital (kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Capillary Refill )
2. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu , kelembaban dan warna)
3. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin , nyeri , pembengkakan kaki )
3. Kebutuhan nutrisi adekuat
1. Ijinkan anak memakan makanan yang dapat ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
2. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
3. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
4. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
5. Mempertahankan kebersihan mulut pasien
6. Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
4. Mempertahankan suhu tubuh normal
1. Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
2. Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
3. Lakukan “ tapid sponge” (seka) dengan air biasa
4. Tingkatkan intake cairan
5. Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5. Mensupport koping keluarga Adaptif
1. Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
2. Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga
3. Identifikasikan koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
2. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
3. Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267
Diposkan oleh WAHYU ASUHAN KEPERAWATAN di 04.28 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini Label: demam. berdarah, DENGUE HAEMORAGIG FEVER
Reaksi:
Posting Lama Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Arsip Blog ▼ 2012 (6)
o ▼ Oktober (2)
PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN Efektifitas dan efi...
cara perhitungan tenaga perawat
o ► September (2)
o ► Februari (1)
o ► Januari (1)
► 2011 (9)
► 2006 (1)
Label ASKEP ANAK (1)
ASKEP DALAM (1) demam. berdarah (1) DENGUE HAEMORAGIG FEVER (2) DHF (1) Izin (1) KESEHATAN (1) MAKALAH (1) pathway (1) Perihal: Permohonan (1) PERPANJANGAN. (1) Registrasi (1) SKCK (1) SPM dan SOP OBGIN (1) Surat (2) Surat Berkelakuan Baik Kepolisian (1) Surat Keterangan (1) Surat Keterangan (SKCK) (1) TENAGA KESEHATAN (1)
Mengenai Saya
ASUHAN KEPERAWATAN
Sederhana Tapi Bersahaja
Lihat profil lengkapku
Cari Blog Ini
Entri Populer LP dan WOC EPILEPSI LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN EPILEPSI A. Definisi Epilepsi bukanlah suatu penyakit teta...
Resume Diabetes Melitus RESUME Asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Diabetes Mellitus Nama ...
LP dan WOC Diabetes LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS A. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes me...
RESUME VERTIGO RESUME TINJAUAN KASUS I. BIODATA Nama : Ny. S Umur : 46...
Perihal: Permohonan Registrasi dan Surat Izin TENAGA KESEHATAN PERPANJANGANPerihal: Permohonan Registrasi dan Surat Izin TENAGA KESEHATAN PERPANJANGAN Persyaratan memperpanjang SIP : 1. Foto kopi ijazah dan Tr...
cara perhitungan tenaga perawat
cara perhitungan tenaga perawat Langkah-langkah untuk perhitungan tenaga keperawatan 1. Tentukan terlebih dahulu rata-rata jumlah pasi...
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DHF ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE A. PENGERTIAN DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk k...
RESUM E MIALGIA RESUME TINJAUAN KASUS I. BIODATA Nama : Ny. S Umur : 62...
RESUME KEJANG EPILEPSI
Cari
RESUME TINJAUAN KASUS I. BIODATA Nama : Ny. T Umur : 47...
demam berdarah dengue ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE A. PENGERTIAN DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk k...
Total Tayangan Laman
26,938Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.