mamoh ranub kesembuhan mulia; riset ethnografi kesehatan 2014 aceh barat

209

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

"Mulya Wareh Ranub Lampuan, Mulya Rakan Mameh Suara"Merupakan pepatah yang menjadi prinsip hidup masyarakat Etnik Aceh di ampong Baro Paya yang mengangkat kemuliaan ranub (sirih). Selain pada ritual kebudayaan, ranub sebagai lambang kemuliaan digunakan juga sebagai pengobatan sehari-hari di masyarakat, baik pengobatan fisik maupun penyakit yang dikarenakan hal-hal ghaib. Cara pengobatan yang digunakan adalah "Mamoh Ranub", atau mengunyah ranub. Nilai kemuliaan ranub menjadi potensi sekaligus kendala tersendiri bagi peningkatan kesehatan masyarakat.

TRANSCRIPT

  • i

    Mamoh Ranub Kesembuhan Mulia

    Mufida Afreni Titan Amaliani

    R i z a l d i Sugeng Rahanto

  • ii

    Mamoh Ranub, Kesembuhan Mulia 2014 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan

    dan Pemberdayaan Masyarakat

    Penulis Mufida Afreni Titan Amaliani

    Rizaldi Sugeng Rahanto

    Editor

    Tri Juni Angkasawati

    Desain Cover Agung Dwi Laksono

    Cetakan 1, November 2014

    Buku ini diterbitkan atas kerjasama

    PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

    Jl. Indrapura 17 Surabaya Telp. 031-3528748, Fax. 031-3528749

    dan

    LEMBAGA PENERBITAN BALITBANGKES (Anggota IKAPI) Jl. Percetakan Negara 20 Jakarta

    Telepon: 021-4261088; Fax: 021-4243933 e mail: [email protected]

    ISBN 978-602-1099-02-5

    Hak cipta dilindungi undang-undang.

    Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis

    dari penerbit.

  • iii

    Buku seri ini merupakan satu dari dua puluh buku hasil kegiatan Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014 di 20 etnik. Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Nomor HK.02.04/1/45/2014, tanggal 3 Januari 2014, dengan susunan tim sebagai berikut:

    Pembina : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

    Penanggung Jawab : Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

    Wakil Penanggung Jawab : Dr. dr. Lestari H., MMed (PH)

    Ketua Pelaksana : dr. Tri Juni Angkasawati, MSc

    Ketua Tim Teknis : dra. Suharmiati, M.Si

    Anggota Tim Teknis : drs. Setia Pranata, M.Si Agung Dwi Laksono, SKM., M.Kes drg. Made Asri Budisuari, M.Kes Sugeng Rahanto, MPH., MPHM dra.Rachmalina S.,MSc. PH drs. Kasno Dihardjo Aan Kurniawan, S.Ant Yunita Fitrianti, S.Ant Syarifah Nuraini, S.Sos Sri Handayani, S.Sos

  • iv

    Koordinator wilayah :

    1. dra. Rachmalina Soerachman, MSc. PH : Kab. Boven Digoel dan Kab. Asmat

    2. dr. Tri Juni Angkasawati, MSc : Kab. Kaimana dan Kab. Teluk Wondama

    3. Sugeng Rahanto, MPH., MPHM : Kab. Aceh Barat, Kab. Kep. Mentawai

    4. drs. Kasno Dihardjo : Kab. Lebak, Kab. Musi Banyuasin 5. Gurendro Putro : Kab. Kapuas, Kab. Landak 6. Dr. dr. Lestari Handayani, MMed (PH) : Kab. Kolaka Utara,

    Kab. Boalemo 7. Dr. drg. Niniek Lely Pratiwi, M.Kes : Kab. Jeneponto, Kab.

    Mamuju Utara 8. drg. Made Asri Budisuari, M.Kes : Kab. Sarolangun, Kab.

    Indragiri Hilir 9. dr. Betty Roosihermiatie, MSPH., Ph.D : Kab. Sumba Timur.

    Kab. Rote Ndao 10. dra. Suharmiati, M.Si : Kab. Buru, Kab. Cirebon

  • v

    KATA PENGANTAR

    Mengapa Riset Etnografi Kesehatan 2014 perlu dilakukan ? Penyelesaian masalah dan situasi status kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih dilandasi dengan pendekatan logika dan rasional, sehingga masalah kesehatan menjadi semakin komplek. Disaat pendekatan rasional yang sudah mentok dalam menangani masalah kesehatan, maka dirasa perlu dan penting untuk mengangkat kearifan lokal menjadi salah satu cara untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat. Untuk itulah maka dilakukan Riset Etnografi sebagai salah satu alternatif mengungkap berbagai fakta kehidupan sosial masyarakat terkait kesehatan.

    Dengan mempertemukan pandangan rasional dan indigenous knowledge (kaum humanis) diharapkan akan menimbulkan kreatifitas dan inovasi untuk mengembangkan cara-cara pemecahan masalah kesehatan masyarakat. Simbiose ini juga dapat menimbulkan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa kebersamaan (sense of togetherness) dalam menyelesaikan masalah untuk meningkatkan status kesehatan di Indonesia.

    Tulisan dalam buku seri ini merupakan bagian dari 20 buku seri hasil Riset Etnografi Kesehatan 2014 yang dilaksanakan di berbagai provinsi di Indonesia. Buku seri ini sangat penting guna menyingkap kembali dan menggali nilai-nilai yang sudah tertimbun agar dapat diuji dan dimanfaatkan bagi peningkatan upaya pelayanan kesehatan dengan memperhatikan kearifan lokal.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh informan, partisipan dan penulis yang berkontribusi dalam penyelesaian buku seri ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan-Kementerian Kesehatan

  • vi

    RI yang telah memberikan kesempatan pada Pusat Humaniora untuk melaksanakan Riset Etnografi Kesehatan 2014, sehingga dapat tersusun beberapa buku seri dari hasil riset ini.

    Surabaya, Nopember 2014

    Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

    Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI.

    drg. Agus Suprapto, M.Kes

  • vii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah 1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Metode dan Cara Pengumpulan Data

    BAB 2 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

    2.1. Sejarah Gampong 2.2. Kondisi Alam Geografis Gampong 2.3. Kependudukan 2.4. Pola Perkampungan dan Bentuk Rumah 2.5. Religi 2.5.1. Memberikan Pendidikan Islami 2.5.2. Dalael Khairah dalam Budaya 2.5.3. Wirid Yasin dan Tahlilan 2.6. Nazar dan Rajah 2.7. Masjid Baitul Muqarammah 2.8. Kepercayaan Lokal 2.9. Pengetahuan terhadap Penyembuhan Penyakit 2.10. Tokoh Penyembuh 2.11. Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan 2.12. Peran Tuha Peut 2.13. Bagan Organsasi Pemerintahan Gampong Baro Paya 2.14. Kegiatan Kepemudaan

    v vii

    x xi

    1

    1 4 5

    13

    13 18 26 30 33 34 35 36 37 41 43 44 46 48 49 50 51

  • viii

    2.15. Sistem Kekerabatan Masyarakat Baro Paya 2.16. Perkawinan dan Hubungan Muda-Mudi 2.17. Mayam Simbol Penghargaan 2.18. Sistem Pengetahuan 2.19. Pengetahuan Obat Tradisional 2.20. Pengetahuan Masyarakat Mengenai Ranub 2.21. Sistem Bahasa 2.22. Sistem Kesenian 2.23. Sistem Mata Pencaharian 2.24. Sistem Teknologi dan Peralatan

    BAB 3 POTRET KESEHATAN GAMPONG BARO PAYA

    3.1. MaBlien dalam Sebuah Tradisi 3.2. Bidan Desa; Antara Ada dan Tiada 3.3. Tradisi 44 Hari Penghambat Pemberian Imunisasi 3.4. Apa manfaat Imunisasi, Jika Bayi harus Menjadi Sakit? 3.5. Posyandu 3.6. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 3.6.1. Air Sumur Bor yang Tidak Dimasak lagi 3.6.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3.6.3. Mandi Cuci Kakus (MCK) dengan Air Sungai (Alue) 3.6.4. Membiasakan Anak Mandi dan Buang Air di Alue 3.7. Budaya Sehat Mengkonsumsi Ranub 3.8. Penyakit Menular 3.8.1. Tuberculosis 3.8.2. Malaria 3.8.3. Penyakit Kulit/ Gatal-Gatal 3.9. Penyakit Tidak Menular

    BAB 4 KEMILAU MULIA PEREMPUAN ACEH

    4.1. Kemilau Mulia Perempuan Aceh 4.2. Persembahan Ranub Linto Baro dan Dara Baro

    53 55 58 59 64 64 65 68 71 73

    77

    79 80 82 83 84 86 86 88 89 89 93 94 95 95 96 97

    99

    99 102

  • ix

    4.3. Menanti Kehamilan 4.4. Sembilan Bulan dalam Penantian 4.5. Empat Puluh Empat (44) Hari Menjadi Haram 4.6. Ie Mik dan Pisang Wak 4.7. Bayi (Sembo Pruet Aneuk Manyak) 4.8. Anak-anak Baro Paya

    Bab 5 RANUB DAN PELAYANAN KESEHATAN

    5.1. Mamoh Ranub 5.2. Rumah sakit, Pustu, atau Posyandu Plus 5.3. Mak Blien di Masyarakat Aceh

    BAB 6 POTENSI DAN KENDALA

    6.1. Pantangan Makanan 6.2. Bayi 6.3. Mak Blien 6.4. Ranub

    BAB 7 KESIMPULAN

    INDEKS DAFTAR PUSTAKA

    109 111 120 136 140 148

    155

    155 165 167

    175

    175 178 180 181

    185

    189 192

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Pemanfaatan Lahan di Gampong Baro Paya 2013 Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Gampong Baro Paya Menurut

    Jurong/Dusun tahun 2013 Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Gampong Baro Paya Menurut

    Golongan Usia tahun 2013

    25 27

    28

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Peta Gampong Baro Paya Gambar 2.2. Kondisi Jalan Utama Gampong Gambar 2.3. Kawasan Hutan dan Perbukitan Gampong Gambar 2.4. Jalan Menuju Perkebunan Mapoli Raya Gambar 2.5. Banjir di Gampong Baro Paya Gambar 2.6. Bentuk Rumah Panggung Baro Paya Gambar 2.7. Fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) di Rumah

    Panggung Gambar 2.8. Nazar Memandikan Bayi di Makam Teuku

    Umar Gambar 2.9. Mengambil Air Untuk Nazar Gambar 2.10. Masjid Baitul Muqaramah, Baro Paya Gambar 2.11. Struktur Adat Masyarakat Gampong Gambar 2.12. Struktur Organisasi Pemerintahan

    Masyarakat Gampong Gambar 2.13. Pohon Kekerabatan Masyarakat Aceh Gambar 2.14. Pernikahan Pada Masyarakat Baro Paya Gambar 2.15. Pemberian wali nikah antara orang tua dan

    Bapak Tengku Gambar 2.16. Ranub Meuh, yang berisi emas beberapa

    mayam Gambar 2.17. Penyerahan emas beberapa mayam kepada

    calon mempelai wanita, pada saat lamaran Gambar 2.18. Fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) umum milik

    warga. Gambar 2.19. Wadah Penyimpanan Air Minum. Gambar 2.20. WC Umum di salah satu lokasi di Gampong

    19 21 22 24 24 32 33

    39

    39 42 49 51

    54 57 57

    58

    59

    61

    62 63

  • xii

    Baro Paya Gambar 2.21. Interaksi Sosial Masyarakat Gambar 2.22. Interaksi Sosial Anak-Anak Gampong

    (Bermain Bersama) Gambar 2.23. Latihan Tari Anak (kiri), pertunjukkan pentas

    tari (kanan) Gambar 2.24. Seni Merangkai Ranub Meuh (Mas) Gambar 2.25. Aktifitas membelah pinang Gambar 2.26. Alat kukur kelapa yang ada di setiap rumah. Gambar 3.1. MaBlin dan Ranub Gambar 3.2. Ramuan 44 Hari Gambar 3.3. Kegiatan Posyandu Gampong Gambar 3.4. Kegiatan Posyandu Gampong Gambar 3.5. Kader Melakukan Penimbangan Gambar 3.6. Wadah Penyimpanan Air Gambar 3.7. Ibu yang Mencuci di Sungai (Alue) Gambar 3.8. Anak- Anak Mandi si Sungai (Alue) Gambar 3.9. Wadah untuk Mencuci Gambar 3.40. Tempat Mandi di Pinggir Alue Gambar 3.41. Ranub Masak (kiri) dan Ranub Untuk Bayi

    (kanan) Gambar 4.1. Ranub Meuh (Untuk Meminang) Gambar 4.2. Ranub untuk mengundang Gambar 4.3. Ranub Lampuan (kiri), Menyambut Lintobaro

    (kanan) Gambar 4.4. Urut Naikkan Perut Gambar 4.5. Kulit Kerbau yang telah di bakar Gambar 4.6. Batee yang digunakan untuk mengompress ibu

    Madeung Gambar 4.7. Daun Daunan untuk Lampok Gambar 4.8. Kapur yang disiapkan oleh Mak Blien Gambar 4.9. Proses Urot Pasca Persalinan

    66 67

    70

    71 72 74 79 80 85 85 86 87 91 91 92 92 94

    106 106 108

    118 123 131

    133 133 135

  • xiii

    Gambar 4.10. Menggiling pisang untuk bayi (kiri), memberi makan pisang pada bayi (kanan)

    Gambar 4.11. Memberikan Air Kunyahan Sirih Gambar 4.12. Penimbangan balita di posyandu (kiri), Balita

    mengkonsumsi PMT dari Posyandu (kanan) Gambar 4.13. Perlengkapan acara Peucicap Gambar 4.14. Pemecahan Kelapa di acara Turun Mandi Gambar 4.15. Kebiasaan Anak yang Tidak Memakai Baju Gambar 4.16. Bayi yang Tidak Menggunakan Baju Gambar 4.17. Anak Baro Paya memakai jimat Gambar 5.1. Ranub untuk tahlilan Gambar 5.2. Memotong Ranub untuk Seumapah Gambar 5.3. Merajah Ranub untuk Seumapa Gambar 5.4. Pak Teungku Mengunyah ranub yang sudah

    dirajah Gambar 5.5. Pak Teungku Mengoleskan kunyahan ranub ke

    orang sakit Gambar 5.6. Mengoleskan air kunyahan ranub di perut bayi Gambar 5.7. Memakan Ranub sebagai selingan sehabis

    makan Gambar 5.8. Perlengkapan Mak Blien untuk menolong ibu

    bersalin

    137

    143 144

    146 147 151 152 153 156 158 158 162

    163

    164 164

    169

  • xiv

  • 1

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah salah satu indikator IPKM yang memperlihatkan keberhasilan dari program prioritas Kementerian Kesehatan. Upaya Penurunan angka kematian ibu dan anak terus digencarkan baik dalam penelitian maupun pelaksanaan program lapangan dari pusat sampai ke daerah-daerah di Indonesia. Namun sering kali pelaksanaan program-program tersebut tidak berjalan maksimal karena berseberangan (bahkan tidak jarang berbenturan) dengan pengetahuan lokal dan budayayang hidup dalam masyarakat.

    Konstruksi pengetahuan lokal yang hidup (tercipta dan diwariskan) dalam masyarakat dapat digambarkan dari ide/gagasan, aktifitasperilaku dan pengunaan benda dan alat-alat yang secara keseluruhan hadir dan hidup di tengah-tengah masyarakat1. Dalam konteks kesehatan ibu dan anak, wujud kebudayaan tersebut hadir pada masa kehamilan hingga paska persalinan kelak. Peran serta tokoh masyarakat dalam menjalankan apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan (pantangan-pantangan) sesuai dengan pengetahuan ataupun aturan-aturan lokal, selalu menjadi hal yang krusial dalam menyelasaikan masalah kesehatan ibu dan anak yang ada di daerah-daerah tertentu.Selain peran tokoh-tokoh masyarakat 1 Tiga Wujud Kebudayaan (Koentjaraningrat, 2002:186-187)

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    2

    dengan pengetahuan lokal yang mereka miliki, permasalahan kesehatan ibu dan anak juga berkaitan erat dengan ketersediaan dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, petugas pelaksana kesehatan dari pemerintah yang ada di daerah, dan juga lingkungan fisik tempat tinggal.

    Perpaduan antara peran aktor kesehatan (dari pihak masyarakat dan tenaga kesehatan pemerintah) terkait masalah kesehatan ibu dan anak, masalahketersediaan fasilitas kesehatan dan juga lingkungan fisik tersebut pada akhirnya memberikan pilihan-pilihan sendiri bagi masyarakatuntuk menghadapi permasalahan kesehatan ibu dan anak. Misalnya muncul pilihan untuk menggunakan dukun kampung dalam proses persalinan, pelaksanaan ritual paska persalinan berlanjut pada perawatan bayi hingga bayi berada pada usia tertentu. Hadirnya pantangan tersebut membatasi ruang gerak ibu dan anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pada masa itu.

    Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Aceh. Kawasan pesisir yang indah serta kawasan pegunanan yang tak kalah menawan memberikan gambaran sendiri terhadap status kesehatan masyarakatnya. Data dari Profil Kesehatan KabupatenAceh Barat Tahun 2013, tercatat 21 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, kematian ibu 119 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk angka terkait penderita tuberculosis sebanyak 82 kasus baru TB dengan BTA positif. Beberapa data tersebut memperlihatkan bahwa Aceh Barat masih memiliki beragam permasalahan kesehatan yang perlu digali.

    Penggunaan dukun kampung sebagai tenaga penolong persalinan terus berlangsung. Berbagai alasan diungkapkan terkait pemilihan dukun kampung sebagai tenaga penolong persalinan tersebut. Wilayah kerja dukun kampung yang tidak

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    3

    terbatas mengakibatkan banyak para ibu melakukan pertolongan persalinan dengan bantuannya. Kedekatan emosional yang terbina antara dukun dan keluarga menjadi salah satu penentu untuk menggunakan dukun kampung sebagi tenaga penolong persalinan. Tak jarang dukun kampung menerapkan apa yang menjadi pantangan dan anjuran untuk dilakukan oleh ibu, anak dan keluarga selama masa kehamilan, persalinan hingga perawatan paska persalinan untuk ibu dan bayi.

    Anjuran dan perawatan paska persalinan menghadirkan pantangan yang datang dari ranah pengetahuan lokal yang tentunyatidak bisa diabaikan begitu saja. Pengetahuanlokal yang bersumber dari dukun dan keluarga ibu bersalin hidup dan turut mengambil peran di tengah-tengah permasalahan KIA. Tidak dapat diabaikan jika pengetahuan lokal yang merupakan wujud dari kebudayaan lokal tersebut masih sangat kuat dan melekat dalam aktifitas masyarakat. Begitu juga dengan masalah kesehatan, dalam konteks KIA hal ini menjadi sangat penting untuk dikaji lebih jauh lagi.

    Filosofis daun sirih (oen ranub) yang memiliki posisi mulia di tengah masyarakat menyebabkan penggunaan sirih sebagai penyembuh beberapa penyakit terus berlangsung. Sirih digunakan hampir disemua sisi kehidupan masyarakat, misalnya dalam hal meminang gadis, sirih digunakan sebagai lambang penghormatan kepada si gadis dan keluarganya. Sirih pengantin dirangkai dengan begitu indahnya dengan beragam bentuk, dan dengan bentuk tersebut tersirat makna dan harapan kepada mempelai. Sirih yang digunakan untuk mengundang dan sirih yang digunakan sebagai makanan sehari-hari di sela-sela aktifitas keseharian masyarakat.

    Kajian dalam penelitian inimembahas budaya terkait kesehatan ibu dan anak pada masyarakat Aceh di Kecamatan Panton Reu,Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Dimana

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    4

    penggunaan sirih (ranub) yang dikunyah atau dalam bahasa Aceh disebut Mamohranub menjadi medium penyembuhan bagi penyakit dan juga masalah KIA yang menjadi fokus dari penelitian ini.

    Berdasarkan latar belakang ini maka penelitian Riset Etnografi Kesehatan menggali bagaimana peran mamoh ranub tersebut dalam memberikan penyembuhan kepada ibu dan anak serta beberapa penyakit lainnya. Kedudukan ranub yang sangat mulia, menjadikan penggunaannya terus menerus berlangsung. Bahkan bukan hanya digunakan oleh rakyat biasa tetapi juga para tokoh-tokoh masyarakat dan juga tokoh pengobat yang ada di lokasi penelitian ini.

    1.2. Tujuan Penelitian

    Penelitian Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014 bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara holistik terkait permasalahan ibu dan anak yang meliputi tujuh unsur kebudayaan yang terdiri dari sistem religi, mata pencaharian, bahasa, pengetahuan, alat dan teknologi, organisasi sosial dan kemasyarakatan, dan kesenian pada Suku Aceh Kabupaten Aceh Barat. Gambaran secara holistik ini memaparkan kondisi geografi dan sosial budaya yang memiliki hubungan yang erat dengan permasalahan kesehatan ibu dan anak.

    Hadirnya tokoh-tokoh masyarakat yang lebih dikenal dengan sebutan dukun sebagai tenaga kesehatan lokal dengan paradigma-paradigma tradisional dalam penanganan kesehatan yang mereka miliki 2 ,tentunya berpengaruh terhadap permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ada di kabupaten

    2Seperti hadirnya dukun kampung (dukun gampong) yang disebut Mablien

    dalam bahasa lokal.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    5

    yang menduduki peringkat IPKM 404 (empat ratus empat)dari 494 (empat ratus sembilan puluh empat) Kabupaten/Kota ini.

    Penanganan berbagai masalah kesehatan oleh dukun tersebut menggunakan cara-cara tradisional menggunakan jampi-jampi hingga media yang dipercaya membawa kebaikan dan kemuliaan seperti sirih yang dikunyah (mamoh). Berangkat dari medium sirih inilah fokus penelitian ini berawal, untuk melihat gambaran yang lebih luas dan kompleks dari proses penanganan kesehatan ibu dan anak pada masyarakat lokal.

    1.3. Metode

    Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panton Reu,

    Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan kecamatan dilakukan berdasarkan data profil kesehatan kabupaten terkait data persalinan dengan bantuan tenaga non-kesehatan. Selain itu wilayah kerja kecamatan yang meliputi 19 (sembilan belas) gampong, dimana Baro Paya memiliki medan yang sulit, dengan wilayah luas yang terbentang di atas perbukitan dan area perkebunan kelapa sawit.

    Dengan kondisi geografis yang tidak mudah tersebut, mempengaruhi dan membentuk pola pertolongan persalinan dengan menggunakan tenaga dukungampong (mablien). Tingginya permintaan persalinan dengan dukun gampong (mablien)3 yang melayani masyarakat di Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat 4 menjadi salah satu alasan pemilihan lokasi penelitian ini. Selain itu penggunaan sirih sebagai media

    3 Di beberapa kasus, pelayanan kesehatan tidak hanya khusus pada persalinan

    saja, namun pelayanan-pelayanan lain seperti pijat (kusuk) dan penyembuhan penyakit-penyakit umum juga dilakukan oleh dukungampong.

    4 Sumber : Data Profil Dinas Kesehatan2013

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    6

    penyembuh baik untuk masalah kesehatan umum ataupun KIA juga menjadi alasan untuk memilih Gampong Baro Paya5 sebagai lokasi penelitian.Sirih digunakan dalam berbagai aktifitas dan tidak terkecuali dalam penanganan kesehatan ibu dan anak.

    Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan

    paradigma kualitatif yang mengharuskan peneliti untuk memasuki dunia informan dan melakukan interaksi yang terus menerus, dan mencari sudut pandang dan arti informan (Creswell, 2002:151). Dengan format penelitian deskriptif yang menggunakan bentuk studi kasus, yang memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena (Bungin, 2007:68).

    Dalam penelitian ini unit analisis individu dan kelompok digunakan untuk melihat bagaimana interaksi-interaksi terjadi dalam proses konstruksi dan transfer pengetahuan. Sehingga proses tersebut tidak hanya dapat menggambarkan fokus masalah yang dikaji namun juga dapat menjelaskan gambaran yang menyeluruh (holistik) 6 dari kebudayaan yang hidup di masyarakat terkait dengan masalah KIA.

    Instrumen dan Cara Pengumpulan Data Dengan menggunakan interview guide, peneliti sebagai

    bagian dari instrumen penelitian memiliki arah dan batasan ketika data dikumpulkan dengan metode wawancara.

    5 Terdapat 19 (sembilan belas) gampong wilayah kerja puskesmas Meutulang,

    Kecamatan Panton Reu, Aceh Barat. 6Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, bedasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah (Creswell, 2002:1).

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    7

    Cara pengumpulan data lainnya menggunakan metode Observasi7 Partisipasi, dimana peneliti tidak hanya mengamati namun juga ikut terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh informan, seperti menghadiri pertemuan ataupun upacara-upacara adat yang berlangsung, kegiatan formal, hiburan gampong, dan juga aktifitas sosial sehari-hari. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan selam 60 (enampuluh) hari terhitung dari bulan Mei-Juli 2014.

    Wawancara Mendalam Pertanyaan-pertanyaan awal menjadi kunci dalam

    membina dan menggali informasi penting yang dibutuhkan untuk memahami kondisi objektif penelitian ini. Selain itu metode wawancara mendalam lebih mendekatkan diri secara emosional dengan informan, selain itu data-data otentik dari sudut pandang emic (emic view) juga dapat dimulai dengan wawancara.

    Kedekatan yang erat terbina tetap tidak boleh menjadikan hasil wawancara pada penelitian ini mengurangi subjektifitas penelitian ini. Kedekatan yan terbina tetap harus dijaga hingga keberlangusungan wawancara mendalam dengan berbagai informan terlaksana dengan baik.

    Wawancara mendalam dilakukan setelah terciptanya raporbaik yang dibangun oleh peneliti. Pembinaan rapor baik dilakukan pada awal-awal peneliti turun ke lapangan. Setelah adanya kepercayaan dan rasa aman barulah upaya membuat janji untuk wawancara mendalam dilakukan.

    Tidak ada waktu khusus yang ditentukan saat hendak melakukan wawancara. 8 Keberlangsungan wawancara

    7 Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. (Bungin, 2007:115) 8Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat bekerja sebagai buruh lepas ataupun karyawan di dua perusahaan perkebunan yang ada di sekitar

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    8

    menggunakan metode bola salju (snow ball), dari satu informan ke informan berikutnya, hingga sampai kepada informan kunci yang mengetahui informasi lengkap akan kasus yang sedang diteliti, terkadang informan kunci adalah subjek/individu-individu yang menjadi bagian dari kasus itu sendiri seperti dukungampong dan pasiennya.

    Informan Informan secara keseluruhan merupakan masyarakat

    Panton Reu khususnya di Gampong Baro Paya. Secara lebih khusus lagi informan yang ada dalam penelitian ini adalah iu dan anak-anak remaja, pasangan usia subur, ibu hamil, ibu paska persalinan dan juga tokoh-tokoh pengobat tradisional serta tokoh adat(tuha peutt). Untuk melihat dari beragam sudut pandang, maka informan yang ada dalam penelitian ini juga melibatkan tenaga kesehatan terkait. Keberadaan tenaga kesehatan terkait banyak memberikan gambaran tersendiri dari topik yang diangkat dalam penelitian.

    Jenis informan juga tidak bisa disamakan, ada yang menjadi informan pangkal dan juga informan kunci. Informan pangkal banyak membantu peneliti dalam hal penggalian data awal sampai mendapatkan informan kunci nantinya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pemilihan informan dilakukan secara bergulir seperti metode bola salju (snow ball). Dalam proses penelitian dengan wawancara mendalam peneliti akan menanyakan kemana lagi atau siapa lagi tokoh yang dapat memberikan informasi terkait data yang dibutuhkan oleh peneliti. Sehingga pada penelitian ini siapa yang akan menjadi informan kunci akan terjaring dengan sendirinya.

    gampong. Sehingga banyak janji bertemu dengan informan dilakukan pada malam hari di rumah informan ataupun di pelataran mesjid seusai shalat magrib.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    9

    Proses penelitian yang berlangsung di Gampong Baro Paya diawali dengan mendatangi aparatur gampong dan juga adat. Selain untuk memperkenalkan diri secara langsung, hal ini juga menjamin keselamatan peneliti selama berada di lapangan. Karena biasanya untuk hal-hal terkait seperti ini, peneliti tidak bisa hanya mengandalkan surat ijin penelitian yang telah dikeluarkan oleh instansi terkait. Aparatur gampong memiliki peran yang intens di masyarakat, seperti keucik (kepala gampong) misalnya, apa yang menjadi istruksi dan arahan dari kepala gampong ini selalu menjadi pedoman dan arahan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Selain keucik , tengku serta tuha peut juga menjadi panutan dalam kehidupan di masyarakatnya.

    Kehadiran tokoh yang menjadi aparatur gampong ini sangat mendukung kelancaran penelitian, selain dapat memperoleh informasi awal dalam mengumpulkan data, para tokoh masyarakat tersebut juga memberikan informasi terkait informan yang akan ditemui di lapangan kelak.

    Begitu hal nya dengan para pemuda dan pemudi gampong. Kedekatan yang dibina dengan pemuda dan pemudi gampong sangat berati dalam penelitian ini. Pemuda dan pemudi gampong banyak memberikan masukan terkait sarana transposrti serta aturan adat secara singkat kepada tim peneliti, sehingga meminimalisir kesalahan dalam memulai wawancara dengan berbagai informan di lapangan.

    Peran aktif dari seluruh informan dalam penelitian ini banyak mendukung perolehan data yang didapatkan peneliti. Bahkan tak jarang informan sambil lalu juga ikut menguatkan informasi-informasi yang berasal dari informan kunci selama di lapangan.

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    10

    Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini

    adalah profil kesehatan kabupaten, data kesehatan ibu dan anak yang bersumber dari Dinas Kesehatan terkait, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dibutukhan untuk menjelaskan demografi wilayah penelitian. Selain itu penelusuran literatur terkait buku, artikel dan juga jurnal yang menjelaskan terkait kebudayaan dan kesehatan ibu dan anak di kabupaten Aceh Barat tak luput dari perhatian peneliti. Sehingga trianggulasi data yang dilakukan bisa lebih baik.

    Penelusuran data sekunder berupa buku dan juga literatur sejarah banyak dilakukan di perpustakaan daerah kabupaten. Penelusuran data yang bersumber dari asrip gampong juga dilakukan. Buku profil gampong dan qanun (peraturan daerah) sangat membantu peneliti untuk dapat melihat kondisi gampong. Keberadaan data-data tersebut sebagai sebuah kesatuan yang utuh tak kala proses penelitian untuk mencari data primer dilakukan di lapangan.

    Data sekunder juga membantu peneliti dalam menganalisis dan juga dalam proses trianggulasi data penelitian yang telah dikumpulkan di lapangan. Trianggulasi dengan menggunakan buku dan juga data dari profil kesehatan dan BPS memberikan masukan yang sangat berati, terutama terkait sejarah gampong yang sudah terjadi sejak lama. Selain penjelasan tokoh masyarakat yang merupakan informan kunci dalam penelitian ini, data yang bersumber dari profil gampong juga sangat mendukung informasi yang dibutuhkan.

    Data Visual Data visual yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa

    foto dan video. Foto dan video membantu peneliti untuk mendokumentasikan informasi yang terkadang tidak akan terulang lagi, misalnya pada ritual adat dan juga aktifitas spontan

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    11

    yang dilakukan oleh informan. Pada proses pengumpulan data visual tentunya peneliti akan meminta ijin ataupun kesediaan informan untuk pendokumentasian tersebut. Tak jarang terjadi penolakan yang dikarenakan ketidaknyaman informan.

    Untuk hal-hal seperti ini biasanya dilakukan upaya pendekatan lebih untuk dapat menjelakan maksud dari pendokumentasian tersebut. Terkadang informan menjadi canggung berhadapan dengan kamera ketika dilakukan wawancara, bahkan untuk alat rekam suara pun terkadang harus diselipkan agar tidak membuyarkan konsentrasi informan dalam memberikan informasi. Penolakan terang-terangan juga tak jarang terjadi, biasanya informan meminta peneliti untuk mengatur letak kamera agar mereka tidak merasa masuk tv pada saat proses wawancara berlangsung.

    Berdasarkan pengalaman lapangan, informan yang telah mendapatkan penjelasan menyeluruh terkait pendokumentasian data visual, memberikan ijin kepada peneliti. Data visual yang didapatkan oleh peneliti akan dikelompokkan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan triangulasi data.

    Analisis Data Analisa data penelitian ini merupakan bagian untuk

    menemukan, ataupun mengelompokkan data dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisa data data bukanlah bagian yang sederhana, karena peneliti harus menyusun data yang tadinya dalam bentuk catatan lapanagan (field note). Catatan lapangan yang didapatkan setiap harinya selama proses pengumpulan data tak jarang juga menimbulkan pertanyaan, maka dari itu peneliti mendiskusikan kembali bersama dengan tim, apa-apa yang masih memerlukan penggalian lebih lanjut. Setelah proses ini biasanya terlihat bagian informasi yang masih dangkal dan perlu adanya tindak lanjut penggalian informasi.

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    12

    Proses pengumpulan data dan penganalisisan data penelitian, berpedoman pada langkah-langkah analisis data penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Hopkins dalam buku seri etnografi kesehatan (2012), yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisa data dilakukan untuk memudahkan peneliti sebelum dilakukannya trianggulasi data hasil penelitian.

    Beberapa proses tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menyajikan data secara sistematis dan terstruktur. Sehingga memudahkan peneliti untuk menarik kesimpulan. Penyajian data penelitian ini dilakukan secara naratif yaitu bersifat menceritakan. Bagian hasil wawancara juga akan dtampilkan untuk dapat memaknai fenomena yang terjadi dari sudut pandang informan.

  • 13

    BAB 2 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

    2.1. Sejarah Gampong

    Seperti yang telah digambarkan sekilas dalam lokasi penelitian, Baro Paya merupakan gampong yang terletak di Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat. Gampong Baro Paya ditempuh dengan jarak 44 km dari ibu kota kabupaten, dengan jarak tempuh yang tidak begitu jauh, Gampong Baro Paya masih hidup dalam kepatuhan adat yang senantiasa menguatkan masyarakatnya dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.

    Asal-usul sejarah berdirinya Gampong Baro Paya menurut pengakuan saksi sejarah, didirikan pada saat Indonesia masih dibawah penjajahan Belanda atau pada saat Sultan Iskandar Muda memimpin kerajaan Aceh. Awalnya Gampong Baro Paya merupakan Dusun dari Gampong Mugo, yang disebut Dusun Alue Gajah yang pada saat itu pemimpinnya adalah Teuku Merah sebagai ule balang sebutan dahulu kala.

    Nama Baro Paya sendiri berasal dari bahasa Aceh, dimana Baro berarti baru dan Paya berarti rawa-rawa. Berdasarkan informasi dari aparat gampong, baro paya sudah terbentuk sejak tahun 1960 dan sebagaian besar wilayah nya adalah rawa-rawa. Tetapi secara administratif Baro Paya masih menjadi bagian dari Kecamatan Kaway XVI. Kondisi alam gampong yang berada di dataran tinggi, tetapi jika turun hujan selalu digenangi air. Keadaan yang seperti ini mengharuskan masyarakat membangun

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    14

    rumah dalam bentuk panggung ataupun di daerah perbukitan. Pemekaran wilayah kecamatan menjadikan Gampong Baro Paya masuk dalam wilayah Kecamatan Panton Reu. Baro Paya juga merupakan gampong yang paling akhir dan berbatasan dengan kecamatan lain.

    Gampong Baro Paya terdiri dari tiga dusun, jarak antara satu dusun dan dusun lainnya juga cukup berjauhan, sehingga rumah penduduk yang ada di gampong ini berjauhan. Ketiga dusun tersebut adalah: Dusun Dusun Cot Meurebo (Ka.Dusun Abdur Rahman); Dusun Alue Gajah ( Ka.Dusun Syahwani); Dusun Lam Seupeung (Ka.Dusun Suryadi)

    Ketiga dusun tersebut memiliki arti khusus sesuai dengan kekhasan yang aa di dusun tersebut, seperti Dusun Cot Meurebo, nama cot meurebo diberikan karena banyaknya pohon meurebo yang tumbuh di sekitar dusun. Alue Gajah berdasarkan berita rakyat gampong, dahulu di kawasan ini ada seekor gajah yang mati. Konon katanya banyak gajah yang mendatangi dan tinggal di kawasan ini. Begitu juga dengan dusun Cot Lamsepeng, nama ini diberikan karena banyaknya batang sepeng yang tumbuh di sekitar kawasan dusun ini.

    Seperti halnya wilayah pedesaan Gampong Baro Paya memiliki keterikatan kuat dengan atas istiadat dan budaya yang terus dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakatnya. Suku Aceh, Jawa transmigran, dan juga para pendatang dari Subulusalam mendiami beberapa dusun yang ada di gampong ini mempengaruhi pola interaksi yang berlangsung dan berkembang di masyarakat. Secara keseluruhan aktifitas yang berlangsung menggunakan aturan dan adat istiadat masyarakat suku Aceh pada umumnya. Begitu juga dengan penggunaan bahasa, bahasa Aceh menjadi bahasa dominan yang digunakan dalam interaksi keseharian masyarakatnya.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    15

    Keberadaan gampong berdasarkan sejarah juga diceritakan sebagai wilayah yang memilki kekuatan mistis, dimana pada masa dahulu di wilayah ini sering terjadi serangan penyakit gaib. Penyakit gaib tersebut menyerang para pendatang dan menyebabkan kematian. Banyak orang yang takut memasuki wilayah ini. Jalan utama yang pada masa itu juga hanya merupakan jalan setapak, semakin menjadikan wilayah ini sangat terisolir.

    Masyarakat Baro Paya adalah masyarakat yang bersahaja, memakan sirih sudah menjadi keharusan yang diyakini. Asal muasal sirih berdasarkan informasi yang didapatkan berasal dari jaman nabi dan menurut masyarakat Baro Paya, sirih juga dikonsumis oleh nabi, maka baiklah bagi mereka (masyarakat) untuk tetap memakan sirih di segala aktifitas mereka. Menyirih dilakukan dengan campuran pinang, dan juga kapur. Tidak menggunakan tembakau, karena kebiasaan terdahulu, tembakau digunakan terpisah dengan daun lainnya yang dijadikan rokok. Kebersahajaan masyarakat pada masa itu terus terjadi hingg saat ini. Seperti penggunaan sirih yang tidak dapat ditinggalkan dalam bagian kehidupan masyarakat pada masa dahulu hingga saat ini.

    Mata pencaharian utama masyarakat pada waktu itu hanya memanfaatkan hasil hutan, seperti menebang kayu dan mengambil rotan serta berburu hewan. Tidak banyak pilihan mata pencaharian. Sedangkan kaum ibu/perempuan hanya mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari. Karena kondisi yang seperti ini, banyak menyebabkan kaum lelaki untuk pergi ke wilayah lain mencari pekerjaan9.

    9 Berdasarkan penjelasan informan yang menghabiskan masa remaja di gampong, kondisi gampong dahulu dan sekarang banyak mengalami perubahan yang sangat berarti, sejarah pembentukan gampong memang bukan merukan hal yang mudah, mulai dari sulitnya mata pencarian

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    16

    Perubahan Gampong Baro Paya mulai terjadi di awal tahun 1990-an. Pada waktu ini telah mulai dibuka area perkebunan kelapa sawit dengan mulai membuka lahan milik masyarakat. Sebagian besar masyarakat menjual lahan miliknya kepada para pengusaha perkebunan. Selain menjual ada juga yang menyewakan lahan miliknya kepada pengusaha perkebunan dengan sistem pembagian hasil. Tetapi lambat laun, hampir semua masyarakat gampong menjula lahan miliknya.

    Area perkebunan terus menerus di diperluas hingga perkebunan tersebut melewati beberapa batas administatif gampong. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap, baik yang berasal dari dalam gampong sendiri, sampai orang yang berada di luar gampong. Lambat laun perkebunan kepala sawit tersebut berubah menjadi PT, yang dikelola oleh beberapa orang.

    Keberadaan PT tersebut banyak membawa perubahan itulah yang dirasakan oleh masyarakat. Mulai ada yang menjadi karyawan tetap perusahaan namun tak sedikit juga yang menjadi buruh harian lepas perusahaan. Kondisi ini menurut masyarakat sangat menguntungkan. Karena kaum ibu mulai dapat melakukan pekerjaan di luar rumah dan menambah penghasilan keluarga. Bahkan anak-anak yang telah selesai menyelesaikan masa sekolahnya juga ikut bekerja ke perusahaan perkebunan tersebut untuk mebantu keluarga dengan bekerja sebagai penjaga malam di area perkebunan.

    Selain perusahaan perkebunan ada juga PT.Horas yang didirikan di kawasan gampong. Keberdaan PT.Horas merupakan PT yang bergerak di bahan-bahan bangunan dengan jumlah yang besar, seperti pasir, batu gunung, dan juga batu-batu sungai. PT.Horas juga banyak menyerap tenaga kerja yang berasal dari

    masyarakat sampai kepada terciptanya lapangan pekerjaan hingga sarana dan prasarana gampong.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    17

    masyarakat sekitar. Tetapi sedikit perbedaannya PT ini tidak banyak melibatkan para ibu-ibu.

    Keberadaan dua PT besar tersebut juga membawa perubahan bagi kondisi alam gampong. Berdasarkan informasi yang didapatkan sungai kecil yang ada di gampong inisudah dalam keadaan tidak bersih lagi. Hal ini dikarenakan air pupuk dari PTPerkebunan mengalir ke sungai-sungai di sekitar tempat tinggal masyarakat.

    Dengan kondisi sungai yang sudah tidak bersih lagi penggunaanya masih terus berlangsung di masyarakat. Kondisi sungai yang tidak bersih juga disadari masyarakat, tetapi karena tidak adanya MCK yang dimiliki warga sungai masih terus digunakan sampai saat ini. Perubahan kondisi alam gampong juga menjadi perhatian khusus yang banyak diceritakan oleh masyarakat sebagai asal sejarah gampong sampai pada kondisi saa ini.

    Masyarakat Baro Paya dahulunya juga banyak mempercayai tempat-tempat yang memiliki kekuatan gaib, dan juga tempat tempat yang dipercaya dapat dijadikan wujud rasa syukur dengan bernazar. Nazar dilakukan dengan untuk mewujudkan rasa syukur apa bila sembuh dari sakit, mendapatkan pekerjaan dan hal-hal lain yang sifatnya memberikan kebaikan kepada orang yang bernazar.

    Tempat yang dijadikan lokasi untuk bernazar adalah, rumoh quran, dan makam Teuku Umar. Kedua tempat ini selalu ramai didatangi masyarakat yang melakukan nazar. Bahkan dahulu ceritanya di makan Teuku Umar memilki penjaga berupa harimau putih. Keberadaan harimau tersebut menjaga makam agar tetap dalam keadaan yang besih dan suci. Biasanya siapa yang melakukan pelanggaran akan melihat sosok harimau putih.

    Kepercyaan lokal tersebut masih tetap diyakini sebagai suatu kebenaran, sehingga segala tindakan masyarakat sangat

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    18

    dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan lokal tersebut. Karena kepercayaan lokal tidak hanya membentuk sistem pengetahuna tetapi juga pola dan berinteraksi. Baik itu interaksi dalam kehidupan sehari-hari yang berdampak kepada sikap dan tindakan yang digunakan.

    Tsunami Aceh yang terjadi di tahun 2004 berdasarkan informasi terkait sejarah desa juga mendapatkan perhatian khusus. Paska tsunami Aceh di banjiri bantuan yang datang dari luar dan dalam negeri dengan jumlah yang banyak. Pada saat ini bantuan terus bergulir. Baik dalam bantuan fisik ataupun bantuan non fisik. Bantuan fisik dirasakan paling efektif oleh masyarakat, misalnya pembangunan jalan, dan fasilitas kesehatan. Setelah keberadaan jalan utama gampong telah dalam kondisi baik, aktifitas masyarakat juga semakin meningkat, banyak anak-anak yang bersekolah di luar gampong dengan mengendarai sepeda motor.

    Aktifitas ekonomi seperti usaha kecil yang dibuat masyarakat, banyak membatu usaha pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sejarah Gampong Baro Paya banyak mengalami perubahan dari masa ke masa, tetapi walaupun demikian Gampong Baro Paya merupakan satu kesatuan masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat istiadat mereka dalam menjalani kehidupan.

    2.2. Kondisi Alam Geografis Gampong

    Baro Paya merupakan wilayah perbukitan yang ada di Kabupaten Aceh Barat. Jarak tempuh 44 km2 dari ibu kota kabupaten hanya memakan waktu 1 jam perjalanan dari kota Meulaboh. Angkutan umum untuk masuk ke gampong hampir tidak ada. Mobil jenis mini bus tertentu saja yang mau masuk ke gampong ini, dengan konsekuaensi penambahan tarif.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    19

    Sepanjang perjalanan dapat dilihat hutan kecil yang diselingi dengan rumah penduduk. Hewan seperti sapi dan juga kambing banyak berkeliaran di jalan lintas utama. Tidak ada larangan yang tegas terkait keberadaan hewan-hewan tersebut. Puskesmas Kecamatan terdapat di gampong Meutulang.

    Gambar2.1. Peta Gampong Baro Paya

    Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014

    Gampong Meutulang merupakan ibu kota kecamatan Panton Reu. Setelah melewati Meutulang 6 km kemudian tiba di Gampong Baro Paya. Begitu memasuki gampong di bagian kanan dan kiri jalan hanya terlihat hamparan hutan kecil dan juga rawa-rawa yang terbentang luas. Tidak ada pintu masuk yang berupa gapura besar sebagai penanda, hanya ada papan bertiang kecil yang diletakkan di bagian kanan jalan dan bertulisan selamat datang di Gampong Baro Paya. Penanda lainnya adalah adanya replika besar topi Teuku Umar dan Rumoh Quran yang ada di

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    20

    akhir gampong sebelumnya. Jika sudah melewati dua tempat ini tak lama akan segera masuk di Gampong Baro Paya.

    Kondisi fisik jalan yang mulus membuat perjalanan tidak terasa melelahkan. Mulai memasuki gampong, tidak ada perumahan warga terlihat. Hutan dan rawa lah yang mewarnai sekeliling pandang. Selain itu keberadaan PT.Horas yang merupakan salah satu perusahaan yang ada digampong, terlihat jelas dari pinggir jalan. Tidak terlihat rumah penduduk, ternyata rumah penduduk baru akan terlihat setelah melewati jarak 500 meter dari pintu masuk gampong ini.

    Rumah terbuat dari kayu dan papan serta berbentuk panggung terlihat di bagian kanan dan kiri jalan. Kondisi tanah yang dahulunya pernah digunakan untuk area pertanian sudah tidak lagi dimanfaatkan, berdasarkan informasi yang didapatkan dahulunya baro paya pernah menggiatkan aktifitas pertanian, tetapi setelah hadirnya dua PT besar yang ada di gampong ini aktifitas pertanian pun dengan sendirinya tidak dilakukan lagi. Tidak ada lagi upaya bercocok tanam, curah hujan yang tidak pasti dan dari segi penghailan, masyarakat yang bekerja di perkebunan juga memiliki penghasilan yang tidak kalah besar dengan aktifitas ekonomi seperti bercocok tanam tersebut.

    Dusun Cot Lamseupung merupakan dusun awal ketika memasuki gampong, sebagai dusun terdepan beberapa aktifitas dan fasilitas umum ada di gampong ini, seperti masjid, posyandu plus dan juga balai desa yang merupakan bantuan dari Unicef paska tsunami menerjang Aceh 9 tahun silam. Selain itu ada juga meunasah dan lumbung penyimpan padi yang terlihat sudah tua dan tidak berfungsi ini. Sejak mulai ditinggalkannya upaya bercocok tanam oleh masyarakat, lumbung padi tidak berfungsi lagi.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    21

    Gambar2.2.

    Kondisi Jalan Utama Gampong Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014

    Batas Desa/Gampong Baro Paya adalah sebagai berikut: Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Si Bintang; Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Weyla Timur; Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Mogo Rayeuk; Sebelah Utara berbatasan dengan : Gampong Alue Kuyun.

    Hutan hutan kecil yang ada di bagian kiri dan kanan jalan ternyata tidak dibiarkan begitu saja. Sebagian hutan kecil tersebut dimanfaatkan sebagai area pemakaman umum. Setiap ada warga yang meninggal akan dikubur di hutan kecil tersebut. Maka jika main ke area hutan gampong harus sangat hati-hati, karena tidak jarang itu merupakan area perkuburan yang tidak dilengkapi dengan batu nisan. Upaya memanfaatkan hutan kecil sebagai area pemakaman sudah lama terjadi.

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    22

    Gambar 2.3.

    Kawasan Hutan dan Perbukitan Gampong Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014

    Rumah pak Keucik dan juga beberapa kaur gampong juga terdapat di dusun ini. Memasuki bagian tengah dusun terdapat sungai kecil yang disebut Alue (anak sungai), sungai kecil ini sangat erat dengan aktifitas sehari-hari masyarakat seperti MCK yang terus berlangsung hingga saat ini. Semakin dibagian penghujung dusun Cot Meurebo, kondisi tanah berbukit dapat terlihat, dan diselingi dengan pepohonan kelapa sawit. Disinilah batas kasawan dusun Cot Merebo, kawasan selanjutnya adalah dusun cot Lamsepeng, disini kawasan tanah berbukit-lah yang akan ditemui, banyak rumah permanen yang dibangun di atas bukit. Pemandangan yang terlihat di sekitar rumah adalah wc dan tempat mandi yang dibangun seadanya. Seperti letak tempat MCK yang berada di luar rumah, dibangun dekat dengan sumber

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    23

    air yang dimanfaatkan sehari-hari dan hanya terbuat dari terpal yang tidak menutupi seluruh bagian dari tempat MCK tersebut.

    Selain MCK, banyak hewan ternak seperti kambing yang berkeliaran disekitar tempat tinggal penduduk. Memasuki pertengahan dan akhir kawasan Cot Lamsepeng, pohon sawit semakin banyak didapati. Kawasan Dusun Alue Gajah memilki pemandangan dan kondisi alam yang benar-benar berbeda dari dua dusun sebelumnya.

    Alue Gajah benar-benar wilayah dusun yang secara keseluruhan merupakan kawasan perkebunan. Kawasan Dusun Alue Gajah berjarak lebih kurang 4 km dari dusun Cot Meurebo. Keberadaan PT.Mapoli Raya sebagai sebuah perusahaan perkebunan yang memilki luas lahan cukup besar. Kondisi lain dari yang dari dusun ini adalah hadirnya masyarakat pendatang yang berprofesi sebagai pekerja tetap ataupun pekerja lepas yang menggantungkan nasibnya dari keberadaan PT. Mapoli Raya. Aktifitas di perkebunan ini berlangsung dari pagi hingga sore hari. Para pekerja lepas memulai aktifitasnya di beberapa afdeling yang ada di perkebunan. Ada yang bekerja memotong rumput, mengambil buah sawit yang telah siap panen, meracun tanaman liar di sekitar pohon sawit, dan mengurus administrasi di perkebunan.

    Kondisi secara keseluruhan Gampong Baro Paya dari apa yang telah dipaparkan di atas sangatlah beragam, dari mulai kawasan rawa, tanah berbukit, hutan kecil, hingga perkebunan yang terhampar luas. Kondisi geografi memberikan sumbangan bagi kondisi kesehatan masyarakatnya, sehingga pengetahuan-pengetahuan dan konsep sehat dan sakit hidup dan berkembang di masyarakat.

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    24

    Gambar 2.4.

    Jalan Menuju Perkebunan Mapoli Raya Sumber: Dokumen Peneliti 2014

    Gambar 2.5.

    Banjir di Gampong Baro Paya Sumber: Dokumen Peneliti 2014

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    25

    Berdasarkan data yang di tersaji dalam tabel berikut area yang difungsikan untuk kegiatan ataupun aktifitas sosial gampong tidak begitu luas. Hanya beberapa hektar saja yang baru termanfaatkan. Seperti area pusat kesehatan yang hanya 0,25 Ha. Di Gampong Baro Paya memang hanya satu fasilitas kesehatan berupa bangunan posyandu plus, secara fisik bangunan tersebut memang lebih terlihat seperti pustu. Posyandu dibangun oleh Unicef sebagai bantuan hibah dan diserhkan kepada masyarakat gampong. Bangunan posyandu plus d terdiri dari dua bangunan. Bangunan pertama digunakan untuk tempat tinggal bidan desa, dan satunya lagi digunakan untuk pelayanan persalinan.

    Tabel 2.1. Pemanfaatan Lahan di Gampong Baro Paya 2013

    Sumber: Profil Gampong 2013

    Tetapi karena SK Bupati menjelaskan bahwa gampong ini bukanlah gampong terpencil, maka sesuai peraturan tidak ada bidan desa yang ditempatkan untuk tinggal menetap di gampong ini. Hanya di bangunan inilah aktifitas pelayanan

    Pemanfaatan Lahan Luas (Ha)

    Keterangan

    Area pusat gampong 5 Aktif Area permukiman Penduduk 24 Aktif Area pertanian 100 Aktif Area perkebunan 100 Sebagian Aktif Area pendidikan 1 Berfungsi Area perkuburan 2 Berfungsi Area industri 20 Berfungsi Area perdagangan 0,25 Aktif Area pusat pelayanan kesehatan 0,25 Aktif

    Area rekreasi dan olah raga 2 Aktif

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    26

    kesehatanberlangsung. Baik posyandu rutin maupun pengobatan umum lainnya.

    Area yang dimanfaatkan untuk pendidikan juga tidak besar yaitu hanya 1 Ha. Di Gampong Baro Payahanya terdapat satu sekolah dasar yang didirikan oleh pemerintah. Untuk tingkat SMP dan SMA berada di gampong lain dengan jarak lebih kurang 5 km dari Gampong Baro Paya. Kondisi seperti ini mengharuskan anak anak usia sekolah yang tidak memilki transportasi ptibadi, harus menaiki tumpangan truk ataupun bus sekolah milik PT.Mapoli Raya.

    Untuk Area industri sebesar 20 Ha merupakan bagian dari PT.Horas, PT yang bergerak di bidang material bangunan dalam jumlah besar. Dan sisanya merupakan area industri yang dimilki ole PT.Mapoli Raya. Luasnya area lahan perkebunan yang dimiliki PT.Mapoli Raya dikarenakan banyaknya warga yang mulai menjual lahan kosong miliknya kepada perusahaan.

    Untuk area perdangan juga cukup kecil yaitu hanya 0,25 Ha, hal ini dikarenakan tidak adanya area perdagangan yang dibangun secara khusus. Untuk aktifitas jual beli di lakukan di ibu kota kecamatan yaitu Meutulang, sedangkan untuk kebutuhan sayur mayur pedagang yang menjajakan barang dagangannya dengan menggunakan sepeda motor dan bukan merupakan penduduk asli gampong. Aktifitas perdagangan berlangsung dengan sistem pekan yang berlangsung 2 kali sebulan setiap hari kamis. Pada saat ini lah pertemuan antara pedagang dan pembeli yang berasal dari gampong yang berbeda berlangsung.

    2.3. Kependudukan

    Berdasarkan profil gampongtahun 2013, total penduduk Baro Paya sebanyak 502 jiwa yang tersebar di tiga dusun. Total penduduk paling banyak terdapat di dusun Cot Lamseupeung.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    27

    Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Keucik gampong, persebaran penduduk yang tidak merata dikarenakan kondisi lahan yang ada di gampong. Sebagian besar masyarakatnya suka tinggal di daerah yang berbukit dan sebagian lainnya tinggal disepanjang jalan utama gampong.

    Tabel2.2. Jumlah Penduduk Gampong Baro Paya Menurut Jurong/Dusun tahun 2013

    Jurong/Dusun Jumlah

    KK Jenis Kelamin Jumlah

    (jiwa) Laki-laki Perempuan Cot Meureubo 29 50 41 91

    Cot Lamseupeung 59 113 111 224

    Alue Gajah 47 95 92 187

    Jumlah (jiwa) 135 258 244 502 Sumber Data : Profil Gampong Baro PayaTahun 2013

    Jumlah penduduk di tiga dusun ini tidaklah sama, dusun yang paling banyak jumlah penduduknya adalah dusun Cot Lamsepeung. Rumah penduduk banyak didirikan di Dusun Cot Lamsepeng, berdasarkan kondisi geografis, Cot Lamsepeng berada di area perbukitan. Tanahnya jauh lebih tinggi dari jalan utama gampong. Sehingga ketika hujan, rumah yang didirikan di Cot Lamsepeung tidak terkena banjir.

    Dusun Alue Gajah banyak kepala keluarga yang hanya tercatat sebagai penduduk namun tidak tinggal di dusun tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah para pendatang dari pulau Jawa, Sumatera Utara dan Sinabang. Kepemilikan kartu identitas gampong hanya untuk memudahkan mereka melakukan aktifitas rutin sebagai pekerja di PT.Mapoli Raya.

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    28

    Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Gampong Baro Paya Menurut Golongan Usia tahun 2013

    Golongan usia Jenis kelamin

    Jumlah Laki-laki Perempuan

    0 Bulan 12 Bulan 2 4 6 13 Bulan 4 Tahun 16 14 30 5 Tahun 6 Tahun 9 18 27 7 Tahun 12 Tahun 17 26 43 13 Tahun 15 Tahun 12 21 33 16 Tahun 18 Tahun 22 16 38 19 Tahun 25 Tahun 40 38 78 26 Tahun 35 Tahun 46 25 71 36 Tahun 45 Tahun 47 42 89 46 Tahun 50 Tahun 21 18 39 51 Tahun 60 Tahun 14 17 31 61 Tahun 75 Tahun 9 4 13 Diatas 75 Tahun 3 1 4 Jumlah 258 244 502 Sumber Data: Profil Gampong Baro PayaTahun 2013

    Berdasarkan tabel tersebut pasangan usia subur masih mendominasi jumlah penduduk Gampong Baro Paya. Banyaknya pasangan usia subur terlihat dari jumlah anak yang ada di satu keluarga. Rata-rata dalam satu keluarga memilki anak 4 sampai 5 orang. Usia pernikahan tergolong muda, rata-rata usia pernikahan antara 17-23 tahun untuk anak perempuan dan untuk anak laki-laki juga berkisar antara usia 20-25 tahun10.

    Usia pernikahan yang masih tergolong muda juga dikarenakan adanya pengetahuan tentang peran anak laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Anak perempuan dianggap tidak

    10 Informan menjelaskan bahwa usia pernikahan para remaja gampong terjadi di usia 17-25 tahun untuk pria dan wanita. Pernikahan akan berlangsung apabila seluruh keluarga sepakat dengan penentuan mas kawin yang ditetapkan oleh keluarga perempuan.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    29

    terlalu penting untuk mengenyam pendidikan yang tinggi, dikarenakan pemahaman akan kodrat perempuan yang harus menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan domestik.11 Pembatasan pergaulan muda mudi pun juga diatur ketat dalam qanun. Tidak ada yang diperbolehkan melakukan pacaran secara terang-terangan. Jika ada dan kedapatan maka akan diberlakukan sanksi gampong yang telah disepakati bersama12. Sehingga untuk saling mengenal muda mudi yang ada di gampong ini menggunakan media komunikasi via telepon seluler. Itupun sangat dijaga baik baik agar kelurga terutama dari pihak perempuan untuk tidak mengetahui hubungan tersebut, karena dianggap dapat membuat malu keluarga, dan akan terjadi penurunan mayam13 pada saat lamaran nanti.

    Untuk data pendidikan masyarakat, Gampong Baro Paya tergolong baik. Dari data profil menjelaskan bahwa hampir semua mendapatkan tingkat pendidikan hingga bangku SMA. Anak-anak usia wajib sekolah menyelesaikan pendidikan mereka hingga tingkat SMA walaupun jarak tempuh sekolah mereka yang tidak dekat. Selain itu keberadaan dua PT besar yang ada di gampong ini juga memicu semangat mereka untuk menyelesaikan pendidikan hingga bangku SMA, dengan harapan 11 Tokoh masyarakat mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki peran dan tugas yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itulah perempuan tidak diharuskan mengecam pendidikan tinggi. Karena akan bekerja di rumah dan mengurus anak-anak. 12 Salah satu bunyi qanun yang ketat menjelasakan hubungan antara muda mudi, bahwa tidak diperboleh kan berpacaran ataupun berdua-duaan apabila kedapatan akan dikenakan hukuman untuk langusng dinikahkan dinikahkan, dan bagi pihak lelaki akan dikenakan denda untuk menyumbangkan hewan kurban untuk pembersihan gampong. Perbuatan yang tidak sewajarnya tersebut harus diselesaikan dengan pembersihan, agar gampong tidak mendapatkan penilaian yang jelek, (Sumber:Kaur Pemerintahan Gampong). 13 Mayam merupakan satuan gram emas yang akan diberikan kepada pihak perempuan oleh pihak lelaki pada saat pernikahan berlangsung, 1 mayam berjumlah 3 gram emas,(Sumber:Tokoh Masyarakat Gampng).

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    30

    jika bekerja di PT nanti akan mendapatkan posisi yang baik, dan tidak hanya sebagai buruh lepas saja.

    Walaupun sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat ada pada bangku SMA, bukan berarti Gampong Baro Paya tidak memilki putra daerah yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat diploma 3 dan strata 1. Untuk menempuh pendidikan hingga diploma dan strata 1, harus dilakukan di ibukota kabupaten yaitu Meulaboh.

    Pada tahun 2013 terjadi pertambahan jumlah penduduk dengan kelahiran sebanyak 10 jiwa. Pada tahun 2013-2014 tidak terdapat kematian di Gampong Baro Paya, sedangkan untuk pertambahan penduduk dari hadirnya pendatang tercatat sebanyak 7 jiwa, yang meninggalkan gampong 3 jiwa. Penjelasan yang sedikit berbeda di sampaikan oleh kepala gampong, bahwa terkadang banyak juga penduduk yang datang tidak melapor kepada kepala gampong, begitu juga sebaliknya dengan para penduduk yang melakukan perpindahan. Untuk kondisi seperti ini, kepala gampong biasanya akan melakukan kunjungan ke masing-masing dusun untuk melakukan validasi jumlah penduduk. Salah satu alasan yang disampaikan oleh Keucik, kasus pertambahan jumlah penduduk disebabkan oleh keberadaan PT.Perkebunan yang ada di gampong ini.

    Agama islam adalah agama yang 100 % dipeluk oleh masyarakat gampong. Seperti yang diketahui bersama bahwa Aceh dikenal dengan serambi mekkahnya, maka tidak dapat dipungkiri bahwa islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakatnya.

    2.4. Pola Perkampungan dan Bentuk Rumah

    Pengetahuan masyarakat terkait dengan kondisi alam gampong menciptakan pola dalam membentuk perkampungan.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    31

    Dari tiga dusun yang ada di gampong ini tidak ada yang memilki pola yang sama. Begitu juga dengan bentuk rumah yang dibangun berdasarkan kondisi tanah.

    Pola perkampungan yang ada di dusun cot meurebo merupakan pola perkampungan yang berkelompok, dengan bentuk rumah panggung yang da di pinggir jalan utama gampong. Sedangkan cot lampsepeng rumah didirikan di kawasan tanah yang berbukit dengan pola perkampungan mengikuti bentuk bukit yang ada. Lain hal dengan dusun Alue Gajah, pola perkampungan yang terbentuk di adalah terpusat yang dibangun sejenis dan bangunan berasal dari bahan yang sama, atau masyarakat menyebutnya sebagai rumah PT.

    Rumah panggung merupakan jenis rumah yang dibangun masyarakat berdasarkan kondisi alam yang sering dilanda banjir. Rumah panggung tidak dilengkapi dengan mck (mandi, cuci, kakus). Jika ingin melakukan ketiga aktifitas tersebut, maka akan menggunakan alue, ataupun MCK umum yang ada di dusun. Selain itu pengetahuan untuk mendirikan rumah panggung didasari oleh oleh kebiasaan masyarakat yang suka meletakkan sampah di bawah rumah, beberapa informan menjelaskan bahwa dengan meletakkan sampah dibawah rumah tidak perlu menyiapkan tempat khusus untuk membuang sampah. Selain itu jika hujan datang maka sampah tersebut akan langsung di bawa air, dan bersih dengan seketika. Alasan lainnya adalah rumah panggung juga memudahkan jika salah satu anggota keluarga ada dalam keadaan sakit.

    Tidak perlu membawa ke alue, buka saja papannya satu, bisa toek (buang air besar) di situ langsung tinggal tarok ember air di sampingnya, biasanya kami begitu.

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    32

    Gambar 2.6.

    Bentuk Rumah Panggung Baro Paya Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014.

    Pemahaman seperti ini mewarnai informasi wawancara yang didapatkan terkait alasan membuat rumah dalam bentuk panggung. Beberapa alasan lainnya juga mengatakan bahwa rumah panggung sebenarnya bukanlah rumah yang mereka harapkan, tetapi karena kondisi alam yang sering banjir maka mereka harus memilih rumah panggung. Biaya untuk membuat rumah panggung yang tidak terlalu mahal juga menjadi alasan mengapa rumah panggung masih menjadi primadona untuk dibuat.

    Bentuk rumah mempengaruhi kebiasaan dari pemilkinya. Misalnya saja penggunaan MCK dan juga sanitasi yang seharusnya dimiliki oleh sebuah rumah. Beradasarkan hasil wawancara dengan informan, tidak adanya MCK dan sanitasi wajar dalam rumah yang mereka bangun dan tempati bukanlah

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    33

    sebagai suatu permasalahan. Misalnya mereka dengan tenangnya menjelaskan bahwa mereka memanfaatkan area disekitar rumah untuk membuang kotoran anak-anak, dan juga sampah basah dan kering dalam jumlah yang tidak sedikit setiap harinya.

    Gambar 2.7. Fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) di Rumah Panggung

    Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014.

    2.5. Religi

    Sistem kepercayaan masyarakat Gampong Baro Paya adalah muslim. Semua aktifitas keagamaan yang berlangsung di tengah-tengah kehidupan mereka tak lepas dari pengaruh budaya Islam yang berkembang di kasawan ini. Seperti misalnya masih kentalnya aktifititas keagamaan yang berlangsung.

    Aktifitas keagamaan yang berlangsung dipimpin dan dipercayakan oleh tengku (orang yang dipercayai memiliki kemampuan lebih dalam syiar agama), sama hal dengan keucik, tengku juga memiliki peranan yang dominan dalam masyarakat.

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    34

    Pelaksanaan kegiatan keagamaan juga dilakukan berdasarkan instruksi ataupun arahan yang diberikan oleh tengku.Masyarakat Baro Paya memiliki dua orang tengku.Kedua tengku tersebut dengan sendirinya melakukan pembagian tugas yang tanpa tertulis tetapi dapat saling memberi pembagian yang jelas. Tengku Junit misalnya, beliau dipercaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan rutin keagamaan, misalnya shalat lima waktu yang dilaksanakan di masjid, peringatan hari besar keagamaan, acara pernikahan, peusejuk (pemberkatan), kematian dan juga pengobatan. Sedangkan Tengku Abdul Hamid, melakukan peusejuk, pencatat pernikahan, dan juga pengobatan.

    Selain dari pembagian tugas di atas ada juga kegiatan pengajian muda mudi,pengajian anak (TPA), wirid yasin, dalael hairat (pembacaan senandung lagu-lagu islam), dan tahlilan (kunjungan ke rumah duka). Kegiatan keagamaan tersebut rutin dilakukan, misalnya saja kegiatan yang dilaksanakan seminggu sekali.

    2.5.1. Memberikan Pendidikan Islami

    Para orang tua yang ada di Gampong Baro Paya menganggap pengetahuan Islam yang dimilki seorang anak haruslah cukup, Karena menentukan bagaimana kualitas kehidupan anak ke depannya. Selain mendapatkan pendidikan formal di bangku sekolah, anak-anak juga diwajibkan untuk mengikuti pengajian di dayah-dayah yang ada di gampongtetangga14.Dayah sebagai sebuah lembaga keagamaan

    14 Gampong Baro Paya tidak memiliki Dayah yang dijadikan sebagai tempat anak-anak menimba ilmu agama, hanya terdapat dua TPA yang didirikan oleh tengku. Biasanya anak-anak yang masuk ke Dayah adalah mereka yang telah beranjak remaja, dengan harapan dari orang tua anak tersebut akan mempelajari ilmu agama lebih baik lagi dalam wujud mengaji dan pelaksaan

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    35

    yang mendidik anak-anak untuk dapat membaca Alquran dengan baik, dan juga berlatih melakukan dakwah merupakan nilai lebih yang orang tua inginkan untuk anak-anaknya.

    Pendidikan islami juga ditanamkan ke anak dengan harapan anak tersebut akan menjaga martabat keluarga. Hal ini lebih ditekankan kepada anak perempuan, karena anak perempuan lebih mudah tersorot jika melakukan penyimpangan dalam pergaulan.Kuatnya kontrol sosial yang diberikan kepada anak perempuan menggambarkan bagaimana budayaperan sosial yang hidup dan pegang masyarakat. Ayah selaku kepala keluarga akan mewanti-wanti si anak jika dirasakan melakukan pelanggaran dalam adat pergaulan yang berlaku di gampong. Hal ini menyebabkan anak perempuan lebih banyak melakukan kegiatan keagamaan dari pada kegiatan yang sifatnya umum, seperti olah raga dan kegiatan antar gampong.

    2.5.2. Dalael Khairah dalam Budaya

    Dalam aktifitas keagamaan Gampong Baro Paya, muda mudi tidak pernah dipertemukan. Seperti dalam bahasan sub judul sebelumnya, bahwa aktifitas keagamaan yang sifat nya untuk memperkuat kualitas moral anak lebih ditekankan untuk dilakukan oleh anak perempuan. Anak perempuan diupayakan untuk dapat mengikuti pengajian di dayah (pesantren), dengan harapan meningkatkan kualitas keimanan anak, sedangkan anak laki-laki lebih banyak diwajibkan untuk melakukan kegiatan keagamaan yang sifatnya untuk umum. Dalail Khairah misalnya, kegiatan ini mirip dengan kelompok nasid, namun nyanyian islami yang dilakukan lebih pada lantunan shalawat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. sunah lainnya. Sedangkan TPA (Taman Pendidikan AlQuran), biasanya anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar. (Informan)

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    36

    Kegiatan ini dilakukan pada malam hari, di balai pengajian yang dimiliki oleh tengku, beranggotakan remaja pria gampong dan beberapa kaum bapak yang mempunyai ketertarikan khusus pada kegiatan ini.Tengku tetap menjadi pimpinan dalam kegiatan ini, biasanya dalam perayaan hari-hari besar keagamaan dan juga hajatan besar, kelompok ini biasanya akan selalu dilibatkan untuk memeriahkan acara.

    2.5.3. Wirid Yasin dan Tahlilan

    Wirid yasin dan tahlilan bukanlah hal baru dalam aktifitas keagamaan yang ada di nusantara. Hampir di beberapa daerah wirid yasin (pengajian), tetap dijalankan sebagai salah satu aktifitas keagamaan. Begitu juga halnya dengan masyarakat Baro Paya yang tetap menjalankan kegiatan wirid yasin sebagai salah satu aktifitas keagamaan yang dapat mempererat tali silaturahmi antara warga yang tinggal di satu dusun dengan dusun lainnya. Wirid yasin biasanya dilakukan oleh kaum ibu dan para gadis remaja, dilakukan setiap jumat sore, dan waktu pelaksanaanya setelah shalat dzuhur hingga menjelang waktu ashar15. Tahtim, tahlil, tahmid merupakan bacaan yang selalu dilantunkan dalam acara wirid yasin, dipimpin oleh seorang tengkuperempuan yang usianya sudah tua. Para ibu dan remaja puteri mengikuti ayat demi ayat yang terlebih dahulu di bacakan oleh tengku, dengan lirik lagu film india yang dilantunkan lebih mendayu.

    Tahlilan merupakan kunjungan ke rumah duka, biasanya lelaki dan perempuan ikut melakukan tahlilan jika ada anggota masyarakat yang meninggal. Selain dari anggota masyarakat yang ada di gampong, masyarakat dari Gampong Baro Paya pun tidak

    15 Tidak ada kewajiban waktu yang tertulis dalam pelaksanaan wirid yasin tersebut, tetapi masyarakat khususnya ibu dan para remaja puteri lebih suka melakukannya setiap selesai dzuhur hingga menjelasng ashar. (Informan)

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    37

    segan-segan untuk mengunjungi gampong tetangga jika ada yang meninggal dunia, begitu juga sebaliknya.

    2.6. Ber-Nazar dan Melakukan Rajah

    Segala sesuatu yang diniatkan secara baik, dilakukan di tempat yang baik dan berjanji akan melakukan yang baik jika yang diniatkan itu tercapai, merupakan rangkaian sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat terkait pelaksanan nazar. Masyarakat muslim Baro Paya selain memilki keyakinan untuk melaksanakan segala kewajiban sebagai umat muslim, juga melakukan beberapa akulturasi budaya dalam menjalankan kehidupan. Kondisi manusia yang tidak terlepas dari kesehatan, kesakitan, impian dan harapan terwujud dengan istilah Nazar di masyarakat. Ber-nazar sendiri penuh dengan ketentuan, pelaksanaannya tidak bisa dianggap sederhana. Karena akan menggmbarkan keberhasilan dari apa yang telah diinginkan dan terlafaskan dalam doa.

    Beberapa kasus yang terjadi di gampong, memperlihatkan bahwa nazar masing terus berlangsung di masyarakat. Keinginan untuk ber-nazar biasanya diniatkan dalam hati, dan jika keinginan tersebut telah terwujud maka akan dilaksanakan di dua tempat (Rumoh Quran dan Makam Teuku Umar), yang selalu menjadi pilihan untuk melepaskannya. Aktifitas pelepasan nazar seperti apa yang dijelaskan abon16, tidak sederhana, hal ini dikarenakan ada beberapa ritual yang wajib dilakukan oleh orang yang melepaskan nazar tersebut. Pelepasan nazar dilakukan apabila keinginan yang terangkai dalam doa kesembuhan ataupun cita-

    16 Abon merupakan seorang tokoh yang diberi kepercayaan oleh masyarakat adat untuk menjaga makan Teuku Umar. Kedudukan dan keberadaan abon dipercayai banyak memberi pengaruh dari masih tingginya aktifitas ber-nazar tersebut.

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    38

    cita lainnya tercapai. Jika tidak tercapai maka tidak harus melakukan pelepasan nazar. Seseorang yang mempunyai keinginan akan suatu hal, harus menyesuaikan dengan apa yang akan dilakukannya nanti jika keinginannya tersebut tercapai17. Sehingga dengan sendirinya orang yang akan melakukan nazar ketika keinginan nya tercapai sudah memperkirakan apa yang akan dinazarkan nanti. Prosesi nazar sendiri dipimpin oleh abon/tengku dimulai dengan pembacaan doa dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban. Hewan qurban akan disembelih di makam, di sekitar makam ada tempat yang telah ditata sebagai spot ritual nazar tersebut. Daging qurban di masak di dapur yang ada di makam tersebut, daging yang telah di masak dibagikan kepada para pengunjung makam, dan juga warga gampong sekitar, sebagai harapan keberkahan tersebut. Biasanya pada hari libur makam didatangi orang yang akan melakukan pelepasan nazar dari sekitar gampong dan juga orang yang berasal dari luar gampong, bahkan luar kabupaten.

    Selain bernazar, juga ada sistem kepercayaan terkait penyakit-penyakit gaib yang berhubungan dengan mistis datangnya dari makhluk gaib. Yaitu penyakit kerasukan, guna-guna, dan juga penyakit yang disebabkan oleh SERBUK 18 , Konon katanya SERBUK ini di puja19, selain itu ada juga anggapan bahwa serbuk juga merupakan ajang uji coba ilmu hitam 17Abon menjelaskan jika ingin doa dari apa yang diharapkan tercapai, maka nazar yang akan dikerjakan juga harus sesuai. Misalnya ingin sembuh dari penyakit parah,ataupun lulus menjadi PNS, maka idealnya menyembelih kambing atau sapi bukan menyembelih ayam. Tetapi jika keinginanya tidak begitu besar, atau biasa-biasa saja, cukup dengan menyembelih ayam. 18 Serbuk, merupakan jenis penyakit yang sifatnya mendadak langsung membuat orang yang terkena mengalami perdarahan dan meninggal seketika (Informan). 19 Di puja maksudnya adalah masih dilakukan dan banyak yang masih mempercayainya sebagai suatu hal yang dapat menguatkan dan menambah rasa takut orang lain, bahkan sampai kepada kematian. (Informan)

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    39

    seseorang, jika tidak dicobakan kepada orang lain maka dia yang terkena.

    Gambar 2.8.

    Nazar Memandikan Bayi Di Makam TEUKU Umar Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014

    Gambar 2.9.

    Mengambil Air Untuk Nazar Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    40

    Kandungan serbuk yang disampaikan dengan menggunakan media angin dan air, akan membuat orang yang terkena muntah darah dan meninggal di tempat karena kehabisan darah.

    Selain dari penyakit yang disebabkan oleh SERBUK yang disampaikan dengan media air dan angin, ada juga penyakit yang disebut warga dengan kesurupan20.Kesurupan merupakan salah satu penyakit yang juga diderita oleh beberapa warga yang mata pencariannya sebagai pemotong kayu di hutan. Ada anggapan bahwa kayu yang besar dan letak nya di hutan rimba tidak boleh dipotong sembarangan, karena akan mengakibatkan sakit, dan menjerit-jerit seperti orang kesurupan.

    Ada juga penyakit yang disebabkan guna-guna yang diberikan oleh orang lain. Gejalanya seperti sakit tulang dan nyeri di tangan, warga beranggapan jika rasa dengki dan iri dapat dibalas dengan memberikan guna-guna kepada orang yang tidak disukai tersebut.

    Beberapa penyakit yang diyakini datangnya dari makhluk tersebut dipercayai dan melahirkan pantangan-pantangan yang mengarah kepada kebaikan agar ada perasaan tanggung jawab untuk saling menjaga. Agar keberadaan makluk gaib dan manusia dapat hidup secara berdampingan di alam semesta ini.

    20 Beberapa kasusu kesurupan atau kemasukan roh gaib yang berasal dari hutan terjadi di gampong. Kesurupan bukanlah ssalah satu jenis penyakit yang dipercaya di datangkan oleh makhluk gaib. Biasanya orang yang kesurupan akan berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Suara yang dikeluarkan juga berbeda dengan suara asli orang tersebut ketika dalam kondisi sehat. Penyakit ini juga dipercaya karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh orang tersebut, sehingga menyebabkan roh gaib tersebut marah dan masuk ke dalam tubuhnya.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    41

    2.7. Masjid Baitul Muqarammah

    Masjid merupakan sentra aktifitas keagamaan yang selalu dimanfaatkan. Selain menggunakan masjid untuk tempat sholat, masjid juga dimanfaatkan sebagai tempat pelaksanaan hari-hari besar keagamaan, semisal maulid Nabi Muhammad SAW, IaraMiraj dan juga perayaan hari besar islam lainnya. Asal muasal keberadaan masjid diawali jauhnya aktifitas shalat jumat berjamaah yang harus dilakukan di Gampong Mogo (sekitar 3-4 km), dari Baro Paya,selain itu jumlah jamaah yang terus bertambah mempercepat proses perembukan antara beberang tengku terkait pembuatan masjid di Baro Paya.

    Sebelum masjid gampong di bangun, masyarakat memanfaatkan meunasah (surau) gampong yang ukurannya jauh lebih kecil dari masjid. Segala aktifitas keagaamaan berawal dari meunasah ini, kecuali shalat jumat yang dikarenakan masih sedikitnya jamaah pada waktu itu. Tetapi setelah jamaah bertambah dan jarak tempuh di rasakan berat, tengku gampong yang menjabat pada waktu itu, mengambil inisiatif untukmelakukan pertemuan dengan tengku lainnya, terkait baik tidaknya pembangunan masjid di Gampong Baro Paya. Akhirnya setelah melakukan rembukan dengan tokoh agama pada waktu, diijinkanlah sebuah masjid didirikan di Gampong Baro Paya.

    Bangunan masjid tersebut di bangun bertahap dengan bantuan dan sumbangan dari masyarakat sekitar. Mulai saat itu hingga sekarang masjid menjadi pusat aktifitas keagaaman masyarakat gampong.

    Walaupun masyarakat Baro Paya mayoritas beragama islam, aktifitas masjid tidak begitu ramai, hal ini dijelaskan oleh Tengku masjid yang telah mengurus masjid lebih dari 20 tahun. Pak tengku mengatakan susahnya mencari regenerasi remaja yang mau menggantikan perannya di masjid. Pernyataan itu terlihat dari aktifitas shalat lima waktu yang hanya terjadi pada

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    42

    waktu magrib. Salah satu penyebab yang disadari tengku penyebab minimnya aktifitas shalat berjamaah adalah karena jarak antara satu dusun dengan dusun yang lainnya yang jauh. Tidak bisa hanya ditempuh dengan berjalan kaki, harus dengan sepeda motor. Dan juga aktifitas sebagian masyarakat yang banyak di habiskan di luar rumah untuk bekerja.

    Gambar 2.10.

    Masjid Baitul Muqaramah, Baro Paya Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014

    Alasan lainnya yang membuat susahnya regenerasi untuk menggantikan pak tengku menjalankan aktifitas keagamaan adalah rasa hormat masyarakat kepada tengku. Masyarakat merasa tidak memiliki tingkat keimanan yang baik seperti tengku. Karena posisi tengku di masyarakat cukup istimewa. Tengku merupakan seorang tokoh yang memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan bermasyarakat. Apa yang menjadi anjuran tengku biasanya akan dilakukan untuk mendapatkan kebaikan

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    43

    dalam menjalani kehidupan. Untuk itulah banyak masyarakat yang tidak berani menggantikan posisi tengku jika mereka merasa belum mampu cakap dalam bersikap dan beragama.

    2.8. Kepercayaan Lokal

    Kepercayaan ataupun keyakinan terhadap hal gaib yang dipercayaai masyarakat tetap ada. Seperti yan dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa kehidupan religi yang ada di masyarakat tidak hanya pada perlaksanaan kewajiban dan sunah dalam agama islam. Tetapi juga dalam wujud kepercayaan akan adanya roh-roh halus/gaib , serta kekuatan gaib yang dapat mendatangkan penyakit ataupun kematian.

    Selain berberapa kepercayaan di atas ada juga kepercayaan lokal berupa burong, jin yang membawa penyakit bagi masyarakat. Masyarakat meyakini letak burong adalah hutan dan pohon-pohon besar yang ada di hutan.

    Berdasarkan sejarah cerita burong yang berkembang di masyarakat burong merupakan jelmaan seorang wanita yang meninggal tidak dalam kondisi wajar. Lalu hantu tersebut terbang mencari kekasihnya yang tinggal di Aceh Bata. Maka, istilah burong menjadi makhluk gaib yang ada di kawasan Aceh Barat. Kisah ini yang diyakini masyarakat sebagi suatu kebenaran.

    Selain burong yang berasal dari makhluk gaib, ada juga serbukyang merupakan kekuatan gaib yang dipuja dan diyakini masyarakat sebagai suatu kekuatan yang dapat menyakiti ataupun menyerang orang lain. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan Serbukdibuat dari bahan duri-duri ikan yang dihaluskan, dan juga ampas padi yang juga dihaluskan. Kemudian, serbukini akan di terbangkan melaui udara dan juga ada yang di taburkan ke dalam minuman. Serbukbiasanya diberikan kepada para pendatang yang dianggap bersikap tidak sesuai dengan adat istiadat di gampong tersebut.

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    44

    Selain serbukdan burong ada juga kepercayaan untuk melepas nazar, yang dilakukan oleh masyarakat gampong di makan Teuku Umar dan Rumoh Quran yang terletak 4 km dari gampong Baro Paya. Nazar yang dilakukan biasanya ketika apa yang dicita-citakan tercapai, ataupun sembuh dari penyakit. Secara singkat dapat diceritakan apa yang dicita-citakan tercapai, atau sembuh dari penyakit yang diderita, maka nazar harus dilakukan segera sesuai dengan nazar yang dilafaskan. Biasanya nazar yang dilafaskan sesuai dengan cita-cita ataupun kesembuhan yang ingin dicapai. Semakin besar cita-cita ataupun kesembuhan yang diinginkan, maka akan semakin besar pula nazar yang akan dilaksanakan. Seperti misalnya menyembelih domba, kambing, kerbau. Uniknya prosesi nazar tersebut dilakukan secara keseluruhan di makam Teuku Umar dan Rumoh Quran. Masyarakat meyakini jika nazar yang dilafaskan tidak sesuai dengan cita-cita ataupun kesembuhan yang diinginkan maka akan sulit tercapai.

    Sistem religi yang berkembang di masyarakat Gampong Baro Paya, memberikan pengaruh terhadap alternatif pemilihan kesehatan. Dikarenakan kuatnya keyakinan masyarakat terkait budaya nazar, kemalon (meramal) dan juga merajah.

    2.9. Pengetahuan terhadap Penyembuhan Penyakit

    Metode penyembuhan penyakit yang berkembang di masyarakat tidak lepas dari pengetahuan masyarakat tentang penyakit dan sebab-sebab datangnya penyakit tersebut. Dalam uraian sebelumnya dijelaskan tentang berbagai penyakit yang datang dari makhluk gaib dan juga kekuatan gaib.

    Selain itu metode penyembuhan dengan berdoa dan melepas nazar juga ikut memberikan pengaruh. Pengetahuan yang bersumber dari penyakit yang datang dari gangguan

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    45

    makhluk halus, menimbulkan keyakinan untuk penyembuhan penyakit dengan cara tradisional ditambahkan dengan mantra-mantra. Perpaduan mantra dalam bahasa Aceh dan Arab ditambah dengan penggunaan daun sirih sebagai media penyembuhnya, merupakan pemahaman yang diyakini efektif untuk menyembuhkan penyakit yang datangnya dari gangguan makhluk halus.

    Pengetahuan yang berlangsung terus menerus menghadirkan beberapa cara alternatif yang diyakni masyarakat sangat efektif untuk menyembuhkan penyakit. Antara lain, merajah, peusijuk, kemalon dan merampet.

    Merajah merupakan cara yang dilakukan dengan membaca doa-doa kesembuhan untuk orang yang menderita sakit. Bacaan doa berasal dari ayat suci al quran membaca doa untuk kesembuhan dengan

    Beberapa cara alternatif tersebut terus dilakukan dan dilaksnakan jika ada anggota keluarga yang ada di amsyarakat tersebut terserang suatu penyakit. Biasanya jika salah seorang terserang penyakit, maka akan diawali dengan meramal(kemalon), setelah melakukan kemalon dengan menggunakan on ranubatau daun sirih maka akan dipilih tahapan selanjutnya untuk menggunakan pengobatan tradisional ataupun dengan menggunakan pengobatan modern (obat-obatan dan mengunjungi fasilitas kesehatan ) yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka.

    Peusijuk, merupakan rangkaian doa keselamatan yang hampir dilakukan masyarakat di aceh, tak terkecuali masyarakat Baro Paya. Peusijuk berupa doa keselamatan dilakukan dalam berbagai keadaan. Misalnya saja bagi mereka yang akan masuk k tempat baru, pergi melakukan ibadah haji, pernihakan, sunatan, turun tanah dan juga sebagai media doa ketika ingin mendapatkan kesembuhan dan keselamatan. Prosesinya tetap

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    46

    menggunakan daun sirih (on ranub) sebagai komponen utama pada ritual peusijuk tersebut.

    Selain kemalon/merampet,pengetahuan lain untuk mengobati penyakit adalah merajah, cara ini paling sering dilakukan karena seringnya penyakit-penyakit yang datang dari gangguan makhluk halus diyakini dan dipercayai oleh masyarakat. Merajah juga menggunakan daun sirih, ada beberapa cara yang digunakan dengan metode penyembuhan merajah.

    Pertama dengan mengunyah(memamoh) daun sirih oleh tengku sambil membaca mantra/doa. Yang mengunyah harus orang yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit. Ada juga merajah dengan menggunakan daun sirih yang dicampur dengan air putih dan meminumkan air putih tersebut ke orang yang sakit. Untuk jenis penyembuhan ini, penyakit yang disembuhkan adalah penyakit yang sifatnya dadakan, seperti sakit perut yang datangnya tiba-tiba, sakit kepala dan demam. Anak-anak paling sering mendapatkan metode penyembuhan dengan cara ini.

    2.10. Tokoh Penyembuh

    Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa hadirnya cara-cara yang diyakini sebagai penyembuhan beragam penyakit yang ada di tengah-tengah masyarakat. Tidak terlepas dari tokoh yang berperan dari cara-cara penyembuhan yang berlangsung di masyarakat.

    Beberapa tokoh yang dianggap dapat memberikan penyembuhan bagi masyarakat adalah, tengku, tabib, mabliendan juga orang yang dituakan.

    Tengkumisalnya, selain perannya dalam aktifitas keagamaan gampong, tengku juga diyakini dapat memberikan penyembuhan terhadap beberapa jenis penyakit. Tengku juga

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    47

    dapat memberikan masukan kepada keluarga terkait pilihan untuk menyembuhkan suatu jenis penyakit. Biasa tengku terlebih dahulu akan membaca kan doa-doa islami untuk mengurangi adanya pengaruh jahat yang ada di tubuh si sakit. Pengaruh jahat bukan hanya berupa gangguan yang datang dari makhluk halus, tetapi juga dari kondisi lingkungan yang tidak baik, ataupun adanya serangan penyakit yang datang tiba-tiba.

    Tabib,sedikit berbeda dengan tengku, tabib melakukan aktifitas penyembuhan dengan menggunakan keahlian supranatural yang dimilkinya. Berdasarkan informasi yang didapatkan kekuatan ilmu supranatural yang dimilki tabib pun ada jenisnya. Masyarakat menyebutnya dengan menggunakan ilmu hitam dan ilmu putih. Tetapi walaupun demikian, tetap diguanakan untuk kebaikan, ataupun penyembuhan pasien-pasiennya.

    Orang tua atau yang dituakan di masyarakat,untuk kategori penyembuh jenis ini ada beberapa di gampong. Tidak hanya satu, orang tua yang bisa membaca doa-doa kebaikan biasanya dapat juga memberikan pertolongan penyembuhan di tengah-tengah masyarakat. Tetapi untuk jenis penyakit tertentu seperti kerasukan dan penyakit yang sebabnya tidak diketahui, masyarakat dengan sendirinya akan dapat membedakan, dan langsung kepada tokoh penyembuh yang dapat mengatasinya. Penggunaan ranub/ sirih juga tidak terlepas dari metode penyembuhan yang digunakan. Bisanya diawali dengan meramal (kemalon) dan dilanjutkan dengan mengunyah dan menyemburkan ataupun mengoleskan air kunyahan kepada si sakit.

    MaBlien, berbeda dengan beberapa tokoh penyembuh lainnya, mablien biasanya terfokus pada pengobatan kehamilan, persalinan dan paska persalinan. Mablien biasanya bisa memberikan pelayanan urut perut ibu, membantu persalinan,

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    48

    membuat pengobatan tradisional untuk ibu dan anak paska persalinan, hingga memberikan pantangan dan anjuran selama kehamilan hingga persalinan. Masyarakat Baro Paya masih memilih dukun bayi/mablien sebagai tenaga penolong persalinan, walaupun tidak ada lagi mablien yang tinggal di sekitar lokasi tempat tinggal, pergi ke kecamatan tetangga pun dilakukan untuk menjemput mablien, yang mereka percayai dapat membantu proses persalinan dengan baik. Hadirnya tokoh penyembuh yang ada di masyarakat, hidup tidak terlepas dari aktifitas keorganisasian yang ada di masyarakat.

    2.11. Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan

    Masyarakat Baro Paya merupakan masyarakat yang tak lepas dari aktifitas gotong royong. Tidak berbatas dari dusun yang mereka tempati, jika itu mengharuskan mereka untuk berkumpul maka tiga dusun yang letaknya berjauhan ini pun berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama. Keucik21 sebagai pemimpin gampong memiliki peran penting dalam pelaksanaan aktifitas gotong royong dan organisasi sosial yang berlangsung di masyarakat.

    Selain peran keucik yang cukup kuat di masyarakat, tokoh lainnya yang sangat mempengaruhi pola organisasi sosial pada masyarakat adalah Tuha peut 22(pemangku adat).Berikut bagan Struktur masyarakat Adat

    21 Dalam sisitem pemerintahan gampong dipimpin oleh seorag kuecik, fungsi keucik sama dengan kepala desa yang ada di daerah lain. 22 Tuha peut merupakan kelompok masyarakat adat yang mempunyai peran fital dalam menjaga adat gampong.

  • Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh

    49

    Gambar 2.11. Struktur Adat Masyarakat Gampong Sumber: Dokumentasi Peneliti 2014

    2.12. Peran Tuha Peut

    Tuha Peut merupakan bagian dari masyarakat yang mengontrol keberdaan qanun yang ada di gampong tersebut.Tuha peut merupakan pejabata adat yang ada di gampong, tuha peut dipilih oleh masyarakat, dan tuha peut juga memilki keaanggotaan. Beberapa permasalahan gampong yang diselesaikan oleh tuha peut adalah permasalahan terkait pelanggaran moral, perkelahian yang melibatkan antar warga dan juga beberapa permasalahan lain yang sifatnya pelanggaran moral yang telah disepakati dalam peraturan gampong.

    Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah pelanggaran terkait norma yang mengatur hubungan muda mudi gampong. Salah seorang gadis gampong dipergoki jalan berduan dengan pemuda yang bukan muhrimnya. Beberapa warga yang telah mengetahui hal tersebut mencoba melakukan penyergapan dan

  • Buku Seri Etnografi Kesehatan Tahun 2014

    50

    setelah tertangkap masalah tersebut akan diselesaikan dengan hukum adat yang secara lisan tulisan telah mengatur tentang hal tersebut. Penyelesaian kasus tersebut juga akan melibatkan beberapa warga