malaria tropika (plasmodium falciparum)
DESCRIPTION
makalah singkat kedokteranTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles
yang mengadung parasit. Parasit malaria oleh Charles Louis Alphonse Laveran
pada tahun 1880. Ada empat parasit yang menimbulkan gejala yang berbeda-beda.
salah satunya adalah plasmodium falciparum. P. Falciparum adalah malaria yang
menyebabkan kasus terbanyak dan paling ditakuti.
Siklus hidup malaria memerlukan dua hospes yaitu manusia dan nyamuk
anopheles betina. Pertama nyamuk akan menanamkan sporozoit yang berada di
airliur nyamuk. Sporozoit tersebut menuju sel hati yang pada akhirnya masuk ke
dalam eritrosit untuk memproduksi merozoite.
Gejala klinis yang muncul dapat berupa demam yang dikarenakan oleh
eritrosit yang mengeluarkan berbagai jenis antigen yang akan merangsang
limposit. Limposit akan mengeluarkan TNF yang akan merangsang hipotalamus.
Gejalan lainnya adalah anemia karena pecahnya sebagian sel darah merah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. apakah definisi dari malaria falciparum?
2. bagaimana etiologi dari malaria falciparum?
3. bagaimana patogenesis dari malaria falciparum?
4. apa saja gejala klinis dari malaria falciparum?
1
1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana definisi dari malaria falciparum
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari malaria falciparum
3. Untuk mengetahui bagaimana pathogenesis dari malaria falciparum
4. Untuk mengetahui bagaimana gejala klinis dari malaria falciparum
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Etiologi
Parasit malaria ditemukan oleh Charles Louis Alphonse Laveran pada
tahun 1880. Adalah seorang dokter bedah dari Perancis yang awalnya menemukan
parasit berbentuk pisang, yang sekarang dikenal sebagai bentuk gametosit dari
P.falciparum, dalam darah penderita malaria di bawah lensa mikroskop. Parasit
malaria digolongkan dalam genus Plasmodium dan mempunyai 4 spesies yaitu P.
falciparum, P. vivax, P. malaria, dan P. ovale. [1]
Dari keempat spesies itu, P. falciparium paling ditakuti karena menjadi
penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Hal itu dikarenakan eritrosit
yang terinfeksi oleh P. falciparum akan berikatan dengan endotel pembuluh
darah. Ikatan itu membentuk gumpalan (sludge) yang dapat menghambat aliran
darah ke beberapa organ termasuk organ vital seperti otak, jantung, hati dan
ginjal. Selanjutnya, organ-organ tersebut akan mengalami anoksia dan edema.[1]
Di sisi lain, P. vivax dan P. malariae adalah spesies yang dapat
menyebabkan relaps dan rekrudesensi. Rekrudesensi adalah berulangnya gejala
klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan
primer. Rekrudesensi dapat terjadi sesudah periode laten dari serangan primer.
Relaps dinyatakan sebagai berulangnya gejala klinik setelah periode yang lama
dari masa laten, sampai 5 tahun. Hal itu disebabkan kedua spesies itu mempunyai
bentuk hipnozoit yang dapat bertahan dalam hati cukup lama, dalam hitungan
bulan bahkan tahun. [1]
3
Siklus Hidup
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia
dan nyamuk anopheles betina.
1. Siklus pada manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia,
sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam
peredaran darah selama lebih kurang satu setengan jam. Setelah itu
sporozit akan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-
30.000 merozoit hati. [2]
Siklus ini disebit ekso-eritrosier yang berlangsung selama kurang lebih
dua minggu. Berbeda dengan Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale,
sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi
ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit
tersebut dapat tinggal didalam sel hati selama berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan
menjadi aktif sehingga dapan menimbulkan relaps atau kambuh kembali.
[2]
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke
peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah
merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon
(8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni.
Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang
keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus
eritrositer.[2]
4
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi
sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan
betina).
Gambar 1.1 siklus hidup plasmodium falciparum
2. Siklus pada nyamuk anopheles betina
Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar nyamuk ookinet
akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.[2]
5
Masa inkubasi
Adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala
klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung
spesies plasmodium.
Masa prepaten
Adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat
dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.
Jenis Plasmodium Masa inkubasi (hari)
P. Falciparum 9 – 14 (12)
P. Vivax 12 – 17 (15)
P. Ovale 16 – 18 (17)
P. Malariae 18 – 40 (28)
2.2 Patogenesis
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang
mengeluarkan bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel
makrofag, monosit, atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin
antara lain TNF (tumor nekrosis faktor). TNF akan dibawa aliran darah ke
hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh dan terjadi demam.
Pada malaria falciparum, diperlukan waktu 36-48 jam dan demam dapat terjadi
setiap hari.[3]
Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun
yang tidak terinfeksi. Pada malaria falciparum, plasmodium falciparum
menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia dapat terjadi pada
infeksi akut dan kronis. Sedangkan plasmodium vivax dan ovale hanya
menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah
6
sel darah merah. Plasmodium malariae menginfeksi hanya sel darah merah tua
yang jumlahnya hanya 1% dari seluruh jumlah sel darah merah. Sehingga pada P.
Vivax, P. Ovale dan P. Malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.[3]
Splenomegali, limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana
plasmodium dihancurkan oleh sel makrofag dan sel limposit. Penambahan sel-sel
radang ini akan menyebabkan limpa membesar [4]
Malaria berat
Plasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang khusus. Eritrosit
yang terinfeksi P. Falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu
tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam
tubuh. Selain itu pada permukaan eritrosityang terinfeksi akan membentuk knob
yang berisi berbagai antigen P. Falciparum. Pada saat proses sitoadherasi, knob
tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat dari proses ini
terjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan
iskemia jaringan. terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh terbentuknya
“rosette” yaitu bergelombolnya sel darah merah yang berparasit dengan sel darah
merah lainnya.[3]
Pada proses sitoaderensi ini diduga terjadi proses imunologik, yaitu
terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (NTF, interleukin) dimana
mediator tersebut mempunya peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan
tertentu.[3]
2.3 Manifestasi Klinik
7
Trias Malaria
Masa inkubasi malaria berkisar antara 9- 30 hari. Gejala kliniknya dikenal
sebagai trias malaria yang terdiri dari demam, anemia dan splenomegali. Demam
khas pada malaria adalah menggigil selama 15-60 menit karena pecahnya skizon
eritrosit, lalu demam selama 2-6 jam kemudian berkeringat selama 2-4 jam.
Keringat yang dihasilkan dapat sangat banyak hingga membasahi tempat tidur.
Setelah berkeringat biasanya penderita justru akan merasa lebih enakan tapi
lemas. Gejala ini terus berulang dengan periode tertentu sesuai dengan jenis
plasmodiumnya. Di daerah endemis, gejala khas ini seringkali tidak ditemukan
karena sebagian besar sudah memiliki imunitas di dalam tubuhnya. Gejala klinik
mungkin didahului dengan sakit kepala, lemah, nyeri otot dan nyeri tulang.[1]
. Penyakit malaria ini khas ditandai dengan nyeri kepala yang hebat
dengan suhu badan yang sangat tinggi 390 C – 420 C, untuk gejala menggigil
lebih tampak pada malaria tertiana (plasmodium vivax). Hal ini menyebabkan
penderita bisa mengalami tingkat kesadaran delirium, dimana pasien kadang akan
mengalami kesulitan dalam orientasi, dan terkadang halusinasi. Plasmodium
falcifarum ini bisa menyerang saraf – saraf otak dan menyebabkan komplikasi
yang dinamakan “Malaria Cerebral”, dimana pasien akan mengalami perubahan
tingkah laku hingga hilang kewarasannya, gila red. Bila hal ini terjadi pastikan
lingkungan perawatan aman dan pakaikan “restriction stripe” bila memang pasien
tidak bisa terkontrol tingkah lakunya.[2]
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Malaria falciparum / malaria tropika adalah penyakit yang disebabkan oleh
plasmodium falciparum. Penyakit ini paling sering ditemukan di daerah tropis.
Gigitan nyamuk yang mengadung P. Falciparum akan merusak eritrosit. Gejala
dari malaria tropika adalah demam yang disertai demam yang mengigil. Gejala
yang paling mematikan ketika P. Falciraum sampai pada otak dan menyebabkan
malaria cerebral.
3.2 Saran
Pasien dengan Malaria falciparum akan sangat rentan kekurangan cairan
karena mual dan muntah yang sering, Rasa mual ini timbul karena demam dan
juga nyeri ulu hati. Perawatan yang harus diberikan adalah edukasi untuk
sebanyak mungkin mengkonsumsi air minum. Indikator kurangnya asupan cairan
bisa dilihat dari warna air kencing yang bisa menjadi sangat keruh hingga merah
yang dikenal dengan istilah Black Water Fever. Bila ini terjadi sudah bisa
dipastikan bahwa fungsi ginjal mengalami kerusakan dan harus diperiksakan
fungsinya sekaligus juga fungsi hati. Memasang jalur intravena untuk cairan
adalah cara yang tepat dan suatu keharusan untuk malaria dengan
hiperparasitemia.
Daftar Pustaka
9
1. Felix. 2006. Penyakit Rawa-Rawa Yang Mendunia Majalah Farmacia. Fifth
Edition. Jakarta.
2. Wijanarko A, Wibowo B, Wartomo A, et all. 2008. Pedoman Penatalaksaan
Kasus Malaria di Indonesia.
3. Adegbaju, A. 2008. Malaria. Available at
http://www.indonesiaindonesia.com/kesehatan/malaria. Accessed on 1 Februari
2012.
4. Bupa medical team. 2010. Malaria, the disease. Available at
www.bupa.co.uk/individuals/health -information/directory/m/malaria/malaria-
disease. Accessed on 1 Februari 2012.
5. Larry Moran. 2007. Plasmodium falciparumcauses malaria. Available at
www.http://sandwalk.blogspot.com/2007/07/plasmodium-falciparum-causes-
malaria.html . Accessed on 1 Februari 2012
10