makna simbolik wayang golek jawa baratrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12....

100

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

188 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARAT

(SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama ( S.Ag)

Oleh :

Nur Afifah

NIM : 1112033100024

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULLUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia
Page 3: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia
Page 4: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia
Page 5: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia
Page 6: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

v

ABSTRAK

NUR AFIFAHMAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATKata Kunci : Makna simbolik, Wayang Golek

Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan,mulai dari kebudayaan berupa alat musik tradisional, lagu tradisional, pakiantradisional,rumah adat, bahasa daerah, dan seni pertunjukaan. Sangat disayangkankekayaan yang dimiliki ini tidak diwariskan dengan baik dari generasi kegenerasi. Salah satunya adalah seni pertunjukaan, pertunjukaan wayang golek.Oleh sebab ini, penulis bermaksud membuat karya dalam bentuk karya tulis yangakan menginformasikan terkait wayang golek mulai sejarah wayang golek,perkembangan dan simbol-simbol yang tersirat dalam pertunjukaan wayanggolek. Pertunjukaan wayang bukan hanya sekedar tontonan atau hiburanmelainkan berisi tuntutan dan nasehat yang penuh keteladanan. Wayangmenggambarkan wewayange ngaurip karena merupakan bayangan atau simbolkehidupan manusia dari lahir hingga sampai meninggal. Adapun golek berartinggoleki atau mencari,dengan maksud dalam setiap pertunjukaan wayang golekpenonton ngoleki atau mencari pelajaran hidup yang bermanfaat,yang tersiratdalam pertunjukaan wayang golek.

Wayang golek menggambarakan manusia dari lahir sampai meninggalyang dimana setiap tahap peningkatan hidup manusia akan diberikan cobaan atauujian dan manusia untuk selalu mencari pelajaraan hidup yang bermanfaat agarmanusia bisa tegar dan berhasil melewati setiap cobaan yang dihadapi danberakhir dengan kemenangan.

Adapun skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dangan metodelapangan disertai metode penelitian budaya. Pendekataan yang digunakanmenggunakan teori Semiotika Peirce. Dalam penelitian kualitataif penulismenggunakan 3 teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dandokumentasi. Observasi dan wawancara keduanya sangat penting, karena penulisdapat mudah menganalisis data. Kemudian data tersebut dibahas secara dekripsi-analitis, yang kemudian di ekspolasi, diberikan interpertan dan ditarik nilai dankesimpulan.

Page 7: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala

rahmat dan hidayah-Nya serta tidak lupa sholawat dan salam selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad Saw sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Makna Simbolik Wayang Golek Jawa Barat”

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan pada segenap orang-orang

yang berada disekililing penulis, yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

1. Bapak Dr. Fariz Pari, M.Fils sebagai dosen pembimbing penulis yang

banyak memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun dan

kesediaan waktunya untuk membimbing dan mengkoreksi tulisan penulis

tanpa bosen selama proses penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman. MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Tien Rahmatin, MA sebagai Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam, Bapak Dr. Abdul Hakim Wahid, MA selaku Seketaris Jurusan

Aqidah dan Filsafat Islam.

Page 8: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

ix

4. Segenap dosen Ushuluddin, khusunya dosen yang mengajar di jurusan

Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2012. Secara akademik telah mendidik

serta banyak menuangkan ilmunya kepada penulis dalam memperluas

pengetahuan.

5. Kepada kedua orang tua, Bapak Mufid dan Ibu Ni’mah SPd yang telah

mendidik dan membesarkan dengan kasih sayang yang tiada tara, serta

senantiasa terus mendoakan tanpa henti. Terutama kepada ayah, karena

ayah yang menjadi alasan aku untuk meneruskan studi sampai pada

akhirnya aku bisa menyelesaikan skripsi ini. Kepada kalian karya ini

dipersembahkan.

6. Terima kasih kepada Bapak Sumardi, selaku kepala bagian Musium

Wayang yang telah memberikan kesempatan dan waktunya kepada penulis

untuk bersedia melakukan wawancara sebagai salah satu sumber

penelitian.

7. Kepada kedua adik-adik ku, Muthia Cholila dan Mohammad Kamil

Siddiq, kalianlah motivasi terbesar penulis untuk terus melangkah maju

menuju kesuksesaan. Semoga kalian menjadi anak-anak yang

membanggakan keluarga. Aamiin. Dan untuk segenap keluarga besar,

penulis berterima kasih atas pelajaran hidup yang senantiasa kalian

ajarkan.

Page 9: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

viii

8. Semua teman-teman Aqidah Filsafat angkatan 2012 “MAFIA”, penulis

ucapkan terima kasih karena dengan kalian penulis banyak mengambil

pelajaran serta motivasi keimuan yang sangat berharga.

9. Untuk keempat sahabat, Vita, Riana, Zulekho, dan mba Khomsah penulis

sangat berterima kasih karena curahan kasih sayang serta motivasi yang

selalu kalian taburkan. Sukses untuk kalian semua

10. Untuk sahabat-sahabat SARJANA MUDA, Diny, Ali, Imron, Hasan,

Rofiq, Walid, Suher dan yang lainnya, terima kasih atas semangat,

dukungan dan motivasi untuk penulis.

11. Terima kasih untuk murid-murid TPA Syifa Az Zahro yang selalu

mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Khususnya Kelas Al-Mekkah dan adik-adik IRMASYIZAH.

12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang

selalu setia mendengarkan keluh penulis dan memberikan motivasi setiap

hari.

13. Teman-teman dari KKN Aktive diantaranya Amel, Dea, Farhah, Febi,

Aah, Fia, Budi, Setyo. Terima kasih selalu mampu menghidupkan suasana

menjadi yang terbaik di setiap momen.

14. Terima kasih atas semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

ix

Tentu terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik secara tekstual

maupun kontekstual, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan

mendapatkan rido dari Allah Swt. Aamiin

Ciputat, 29 April 2019

Nur Afifah

Page 11: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

x

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ........................................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAAN ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI................................................................................ iv

ABSTRAK................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR................................................................................................ vi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1B. Identifiki Masalah ....................................................................................... 8C. Batasan dan Rumusan Masalah.................................................................... 8D. Metode Penelitian ....................................................................................... 8E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 10G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 12

BAB II SEJARAH JAWA BARAT.......................................................................... 20

A. Deskripsi Data.......................................................................................... 201. Letak Geografis ............................................................................. 202. Sejarah dan gambaran umum Jawa Barat ....................................... 223. Kependudukan Jawa Barat............................................................. 274. Kesenian Jawa Barat...................................................................... 28

B. Wayang Golek.......................................................................................... 321. Pengertian wayang dan pengertian wayang golek .......................... 322. Macam-macam wayang ................................................................ 353. Sejarah dan perkembangan wayang golek ....................................... 39

BAB III KAJIAN TEORI PEIRCE ......................................................................... 46

A. Semiotika Peirce .................................................................................... 46B. Tanda dalam semiotika Peirce ................................................................. 48C. Proses semiotika Peirce ........................................................................... 51D. Semiosis Peirce ....................................................................................... 55

BAB IV SIMBOLIK SENI PERTUNJUKAAN WAYANG GOLEK .................... 57

Page 12: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

x

A. Interpretasi Seni Pertunjukaan Wayang Golek ....................................... 571. Unsur Pelaksana........................................................................... 572. Pelengkapan Pertunjukaan Wayang Golek ................................... 623. Unsur Pendukung ........................................................................ 674. Unsur Struktur Pertunjukaan Wayang Golek ................................ 69

B. Semiosis Seni Pertunjukaan Wayang Golek ........................................... 75

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 85

A. Kesimpulan ........................................................................................... 85B. Saran ..................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................ 89

Page 13: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam kebudayaan,

mulai dari kebudayaan berupa alat-alat musik tradisional, lagu-lagu tradisional,

pakaian-pakaian tradisional, tari-tarian tradisional, rumah adat, bahasa daerah,

seni-seni pertunjukan dan lain-lain. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan

masyarakat. Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang

sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata Latin colore artinya mengolah

atau mengajarkan. Dasar asal arti tersebut, yaitu colure dan culture, diartikan

sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.1

Sedangkan menurut para ahli, Sir Edward B. Tylor menggunakan kata

kebudayaan untuk menunjukan “keseluruhan kompleks dari ide dan segala

sesuatu yang dihasilkan manusia dalam pengalaman historinya”. Termasuk disini

adalah pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan

kemampuan serta perilaku lainnya yang diperoleh manusia sebagai masyarakat.2

KBBI menjelaskan istilah budaya sebagai pikiran, akal budi, hasil budaya, sesuatu

mengenai kebudayaan yang sudah berkembang maju. Sedangkan istilah

1 Santri Sahar, Pengantar Antropologi: Integrasi Imu Dan Agma (Makassar: Cara Baca,2015) hal. 98.

2 Mudji Sutrisno, Filsafat Kebudayaan, Ikhtiar Sebuah Teks (Bandung: Hujan Kabisat,2008), hal. 2-4.

Page 14: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

2

kebudayan dijelaskan sebagai hasil kegiatan dan penciptaam batin (akal budi)

manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. 3

Kebudayaan yang akan diambil dalam skripsi ini adalah seni pertunjukaan

wayang, khususnya wayang golek. Wayang adalah ciptaan budaya bangsa

Indonesia yang telah dikenal sekurang-kurangnya sejak abad X dan telah

berkembang hingga masa kini. Wayang pada awalnya merupakan budaya lisan

yang bermutu seni sangat tinggi. Perkembangan wayang telah teruji dalam

menghadapi tantangan zaman, oleh karena wayang berakar dalam masyarakat dan

hampir semua daerah di Indonesia mengenal wayang sesuai dengan latar belakang

daerahnya. Wayang bukan hanya sekedar tontonan atau hiburan melainkan berisi

tuntunan dan nasihat (pitutur) yang penuh dengan keteladanan. Pertunjukaan

wayang mengambarkan wewayangane ngaurip, karena merupakan bayangan atau

simbol kehidupan manusia dari lahir sampai mati. Wayang bukan semata-mata

sebagai drama bayangan atau shadow play melainkan sebagai bayangan

kehidupan manusia karena wayang mengambarkan kehidupan manusia dengan

segala persolan yang dihadapinya.4 Wayang salah satu karya seni dari masyarakat

Indonesia yang luar biasa. Penampilan wayang bisa dilihat dari dua aspek yaitu

aspek estetis atau keindahan dan aspek etis atau ajaran moral. Penonton bisa

menyaksikan keindahan wayang melalui seni rupa, seni gerak, seni suara dan

sebagainya. Melalui wayang dapat mengetahui ajaran-ajaran, petuah-petuah, dan

nasehat-nasehat untuk membentuk watak dan budi pekerti. Pada masa lalu, para

wali menyampaikan pesan dakwah melalui wayang. Wayang terbukti

3 Budiono Kusumohamidjojo, Filsafat Kebudayaan Proses Realisasi Manusia (Yogyakarta:Jalasutra, 2010), hal. 34

4 Soetrisno R, Wayang Sebagai Warisan Budaya Dunia ( Surabaya: Intelectual Club,2008), hal. 3-4

Page 15: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

3

mendapatakan simpati masyarakat pada waktu itu karena disampaikan secara

bijak. Ajaran-ajaran budi pekerti dalam seni pertunjukan wayang dapat

membentuk sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat. 5

Wayang juga sebagai salah satu aset seni budaya bangsa Indonesia dan

menempati posisi yang mapan baik di dalam maupun di luar negeri. Wayang telah

berhasil mencapai prestasi-prestasi budaya yang menggembirakan serta ikut

meningkatkan citra Indonesia. Dari sekian banyak seni budaya Indonesia, seni

budaya wayang dan seni pendalangan telah tumbuh dan berkembang dari masa ke

masa dan telah berhasil mencapai kualitas seni yang tinggi, bahkan sering disebut

seni yang adiluhung.6

Kata wayang bukan menunjukan pada rupa wayang tetapi lebih mengacu

pada pertunjukan wayang. Sri Mulyono menggunakan kata “wayang” dalam

berbagai pengertian. Dalam bahasa Jawa wayang mempunyai arti “bayangan”.7

Jika ditinjau dari arti filsafatnya wayang dapat diartikan sebagai bayangan atau

merupakan pencerminan dari sifat-sifat yang ada dari dalam jiwa manusia.8

Wayang merupakan bahasa simbol kehidupan yang lebih bersifat rohaniah

daripada jasmaniah. Jika orang melihat pertunjukan wayang, yang dilihat bukan

wayangnya melainkan masalah yang tersirat dalam lakon wayang. Perumpamaan

ketika orang melihat di kaca rias, orang bukan melihat tebal dan jenis kaca rias itu

melainkan melihat apa yang tersirat dalam kaca. Orang melihat bayangan dikaca

5 Mikka Wildha Nurrochsyam dkk, Wayang: Pengayaan Bahan Ajar Muatan Lokal(Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), hal 1.

6Solichin, Wayang: Masterpiece Seni Budaya Dunia (Jakarta: Sinergi PersadatamaFoundation, 2010), hal. 1.

7 Mikka Wildha Nurroschsyam, Wayang: Pengayaan Bahan Ajar Muatan Lokal ( Jakarta:Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, 2014) , hal 5

8 Satria Surya Prayoga, Pengertian wayang. Artikel diakses pada Rabu, 21 Februari 2018dari http://pengertianwayang.blogspot.co.id/.

Page 16: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

4

rias oleh karenanya kalau menonton wayang bukannya melihat wayang melainkan

melihat bayangan (lakon) dirinya sendiri.9

Para pakar budaya Barat mengatakan bahwa wayang adalah bentuk drama

yang canggih di dunia yaitu the most complex and sophisticated theatrical form in

the world. Pada tahun 2003, UNESCO memproklamirkan wayang Indonesia

sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritge of Humanity. Alasan

utama UNESCO menetapkan wayang Indonesia sebagai karya agung budaya

adalah: pertama, wayang Indonesia sejak dahulu digemari dan didukung oleh

masyarakat luas kedua, wayang Indonesia memiliki kualitas seni yang tinggi

sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan agar bermanfaat bagi manusia.

Kualitas seni yang tinggi itu biasa disebut edipeni-adiluhung, maksudnya indah

dan menarik serta sarat dengan kandungan ajaran moral keutamaan hidup.10

Wayang berfungsi sebagai tontonan dalam masyarakat Indonesia sejak berabad-

abad yang lalu sampai sekarang. Berbagai jenis wayang sering dipentaskan di luar

negeri dalam misi-misi kesenian, dan ternyata sangat menarik perhatian penonton

di negara-negara Asia, Amerika, Eropa dan Afrika.11

Wayang hampir tersebar di seluruh pelosok tanah air. Wayang kulit Purwa

dari pulau Jawa telah menyebar ke seluruh Indonesia. Di samping itu, beberapa

daerah tertentu juga memliki wayang sendiri seperti wayang Palembang di

Sumatera Selatan, wayang banjar di Kalimantan Selatan, wayang sasak di

Lombok, dan wayang Bali di Bali. Sedangkan di Jawa, mulai dari Jawa Barat

9 Purwadi, Tasawuf Jawa (Yogyakarta: Narasi, 2003), hal 1510Solichin,Falsafah Wayang:Intangible Heritage Of Humanity (Jakarta: Sena Wangi,

2011), hal 2.11Solichin, Wayang: Masterpiece Seni Budaya Dunia (Jakarta: Sinergi Persadatama

Foundation, 2010),hal13.

Page 17: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

5

Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur termasuk Madura terdapat

berbagai jenis Wayang. Di Jakarta kita mengenal Wayang Betawi dengan ciri

khas berbahasa Betawi, di Jawa Barat ada Wayang Golek Sunda, Wayang

Cirebon, Wayang Tambun dan lain-lain. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, selain

Wayang Kulit Purwa yang terkenal itu, masih banyak lagi didapati jenis-jenis

wayang lain seperti wayang golek menak, wayang klitik dan sebagainya. Tidak

kalah bervariasinya, wayang yang berkembang di Jawa Timur dikenal Wayang

Dakdong (Cekdong), Wayang Krucil, Wayang Madura, Wayang Beber dan lain-

lain. Masih banyak jenis wayang yang lain seperti Wayang Madya, Wayang

Gedog, Wayang Dupara, Wayang Wahyu, Wayang Suluh, Wayang Kancil,

Wayang Jemblung dan masih banyak lagi.12

Skripsi ini akan memfokuskan pada salah satu jenis wayang yang berasal dari

daerah Jawa Barat yaitu Wayang Golek. Wayang golek sebagai suatu kesenian

tidak hanya mengundang nilai estetika semata, akan tetapi meliputi keseluruhan

nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Kata golek secara

harfiah berarti boneka, patung kecil atau mencari (makna cerita). Kepala, badan,

dan lengan boneka ini diukir dari kayu: tudhing (gagang penggerak) biasanya

dibuat dari bambu, sama dengan gagang peyangga (sogo). Sogo menembus badan

ke kepala dan berfungsi sebagai pegangan.13 Asal mula wayang golek awal sekitar

abad ke-16 (1540-1650 M) yang menciptakan Pandeman Ratu, Pandeman Ratu ini

cicit dari Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Pertama kali itu, ia menciptakan

wayang golek cepak (wayang golek papak). Wayang golek biasa dipentaskan

12Solichin, Wayang: Masterpiece Seni Budaya Dunia hal 6.13 A.M.Hermien Kusmayati,dkk, Indonesia Heritage:Seni Pertunjukan (Jakarta:Buku

Antar Bangsa Untuk Grolier Internasional Inc),hal 58.

Page 18: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

6

mulai malam hari jam 21:00-05:00 atau siang hari tergantung permintaan dan

tujuan pementasan. Pada saat pertunjukan wayang golek tidak memakai kelir atau

layar, jadi penonton bisa melihat para tokoh wayang yang diperankan sang dalang

secara langsung bukan melalui bayanganya.14

Sebuah kebudayaan dianggap sebagai sistem tanda, yaitu yang berfungsi

sebagai sarana penataan kehidupan bermasyarakat. Pada Wayang Golek terdapat

tanda-tanda atau simbol-simbol yang menafsirkan makna. Secara etimologis,

simbol (symbol) berasal dari kata Yunani “sym-ballein” yang berarti

melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Ada

pula yang menyebutkan “symbolos”, yang berarti tanda atau ciri yang

memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Sedangkan dalam Kamus Umum

Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta disebutkan, simbol atau

lambang adalah semacam benda, lukisan, perkataan, dan sebagainya yang

menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. 15

Penelitian skripsi ini menggunakan konsep semiotika yang dikenalkan

oleh Charles Sander Peirce. Semiotika merupakan teori tentang mempresentasikan

benda, ide, keadaan dan situasi.16 Semiotika berfungsi untuk mengetahui makna-

makna yang terkandung dalam sebuah benda atau menafsirkan makna sehingga

dapat diketahui sebagai pesan yang tersirat. Fungsi semiotika tanda artinya urian

tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikam makna atau hubungannya

14 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi di musium wayang kota tua, Jakarta, 21Februari 2019.

15 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 155.16 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 41.

Page 19: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

7

terhadap perilaku subjek.17 Fungsi ini lebih menekankan pada penggolongan,

hubungan dengan tanda-tanda lain, misalkan dari unsir pelaksana, perlengkapan

wayang golek dan sebaginya. Semua itu berkerjasama membentuk struktur

pertunjukaan wayang golek.

Konsep penting dari semiotika peirce adalah konsep tanda. Semiotika

menurut peirce adalah ilmu yang mempelajarai tentang makna dari tanda-tanda.

Bagi Peirce tanda pemaknaanya bukan struktur melainkan suatu proses kognitif

yang disebutnya semiosis, jadi semiosis adalah proses pemaknaan dan penafsiran

tanda yang dilalui tiga tahapan. Tahapan pertama adalah pencernaan aspek

representamen tanda (pertama melalui pancaindra), tahap kedua mengaitkan

secara spontan representamen dengan pengalaman dalam kognisi manusia yang

memaknai represemtamen itu (disebut objek) dan ketiga menafsirkan objek

sesuai dengan keinginannya, tahap ketiga disebut interpretant. Mulai dari

representamen (tanda), objek (sesuatu yang lain) dan interretant (proses

penafisraan kemudian membagi jenis tanda keada tiga jenis ikon, indeks, dan

simbol artinya cara menggunakan analisis semiotika Peirce adalah dengan

menentukaan tanda ikon, indeks dan simbol kemudian dikupas dan ditafsir sesuai

dengan kapasitas penafsir.18

Berdasarkan penjelas tersebut, penulis berkeinginan untuk menulis sebuah

penelitian dengan judul “Makna Simbolik Wayang Golek Jawa Barat (Semiotika

Peirce).”

17 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika Kode Gaya dan Matinya Makna(Bandung: Matahari, 2012) hal. 38

18 Juli Prasetya, Kajian Makna Simbolik Pada Wayang Bawor, Analisis Semiotika CharlesSanders Peirce ( Skripsi S1 Fakultas Dakwah IAIN Purwokerto: 2016) hal. 17

Page 20: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

8

B. Identifikasi Masalah

Dalam penjelasan diatas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apa itu wayang golek?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan wayang golek?

3. Apa makna simbol wayang golek menurut semiotika Peirce?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Dari urian identifikasi yang disebutkan diatas, penulis akan membatasi

permasalahan serta memfokuskan penelitian ini pada makna simbolik wayang

golek menurut semiotika Peirce.

Adapun rumusan masalahnya, dinyatakan dalam pertanyaan sebagai berikut,

pertama , bagaiman sejarah dan perkembangan wayang golek? Kedua, apa makna

simbolik wayang golek menurut semiotika Peirce?

D. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan penulis yakni menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Dalam penelitian kualitataif, penulis menggunakan tiga teknik pengumpulan data

yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pertama, obeservasi berasal dari

bahasa latin yang berarti memperhatikan atau mengikuti. Sewaktu kecil,

pertunjukaan wayang seringkali dilihat oleh penulis. Hampir setiap ada

pertunjukaan di televisi, penulis menonton secara langsung pertunjukaan wayang

sekitar usia 16 tahun pada acara kawinan. Dalam proses penelitian, observasi yang

dilakukan terhitung 2 kali yakni pada tahun 2018. Banyak hal yang penulis

rasakan, dan penulis menjadi lebih tahu bahwa wayang bukan hanya sekedar

tontonan saja tetapi dalam pertunjukaan wayang juga banyak pesan moral

kehidupan yang tersirat didalamnya.

Page 21: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

9

Kedua, wawancara menjadi metede pengumpulan data yang utama. Sebagain

besar data diperoleh dari hasil wawancara. Wawancara merupakan percakapaan

antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan

informasi untuk suatu tujuan.19 Penulis melakukan wawancara dengan Bapak

Sumardi selaku kepala bagian musim wayang yang berada di Kota Tua dan

baliau juga sebagai dalang pada pertunjukaan wayang kulit dan wayang golek.

Pada waktu itu penulis menguji musim wayang dan melakukan wawancara

dengan Bapak Sumardi terhitung 2 kali.

Ketiga, penulis menambahkan metode studi dokumemn. Ini menjadi salah satu

cara yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambara dari sudut pandang

subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat

langsung oleh narasumber yang bersangkutam.20 Penulis juga mengujungi

perpustakaan wayang yang berada di Kota Tua, sehingga apa yang penulis

butukan terkait sejarah dan kesenian wayang khususnya wayang golek terpenuhi.

Tak lupa penulis juga melampirkan foto-foto hasil jepretan penulis sendiri untuk

menguatkan hasil penelitian tersebut.

Mengenai analisis data, penulis menggunakan semiotika Peirce yakni dari data

wawancara yang diperoleh salanjutnya penulis menggunakan segitiga tradik yaitu

representamen, objek, dan interpretann. Dalam penelitian ini, peneliti

memposisikan diri sebagai seorang yang mengidentifikasi objek kemudian,

penulis mengggunakan semiosis untuk memahami sacara detail setiap simbol

yang tertera dirangkaian pertunjukaan wayang golek. Data dibahas sacara

19 Haris Herdiasyah, Metodeologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta:Salemba Humanika, 2012), hal. 118.

20 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta:Salemba Humanika), hal. 143.

Page 22: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

10

dekriptis-analitis, ditarik penilian dan kesimpulan. Adapun teknik penulisan

mengacu pada buku Pedoman Akademik tahun 2012/2013 Program Strata 1 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan pedoman trasliterasi menggunakan ilmu

Ushuluddin’Jurnal: Himpunan Peminat Ilmu Ushuluudin (HIPIUS.

E. Manfaat Penelitian dan Tujuan Penelitian

Setelah penelitian di lakukan, diharapakan hasilnya dapat memberikan manfaat

bagi penulis dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiliki, sehingga akan

terus mengacu untuk berkarya, sedangkan secara luasa dapat bermanfaat:

1. Untuk kalangan akademisi, khususnya mahasiswa Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, diharapakan peneliti mampu nuansa yang berbeda

dalam dunia pengetahuan sehingga dapat dijadikan bahan kajian untuk

memperoleh pengetahuan yang lebih kompeleks.

2. Bagi masayarakat sekitar, diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan pengetahuan kembali akan nilai-niai yang terkadung dalam

wayang khususnya wayang golek sehingga mampu menerapkannya dalam

kehidupan pribadi dan masyarakat.

Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan makna simbolik pada wayang

golek

2. Untuk memberikan gambaran tentang sejarah dan perkembangan wayang.

3. Untuk memberikan gambaran tentang filosofi wayang golek

F. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka sebagai landasa berfikir,

yang mana dalam tinjauan pustaka yang digunakan adalah hasil skripsi dan tesis.

Page 23: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

11

Beberapa tinjaun pustaka diantarnya sebagai berikut:

1. Fathimatuz Zahroh “Pendidikan Nilai Dalam Pergelaran Wayang Golek Di

Kabupaten Tegal". S2 Program Politik dan Kewarganegaraan Universitas

Negeri Semarang. 2015. Dalam tesis ini penulis menerangkan bahwa

dalam pergelaran wayang golek yang di gelar di Kabupaten Tegal

menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai yang mendidik dan menghibur,

adapun nilai yang mendidik yaitu nilai moral yang dapat menjadikan

masyarakat untuk hidup ke arah yang lebih baik. Sedangkan nilai yang

menghibur dapat dilihat dari nilai keindahannya pada pergelaran wayang

golek yang ditampilkan oleh dalang beserta anggotanya, dan masyarakat

dapat merasa senang dan tidak bosan dalam menonton pegelaran wayang

golek.

2. Triana Sugesti “Makna Simbol Kesenian Tari Ebeg Kabupaten Banyumas

(Kajian Semiotika Peirce)”. Skripsi Program Studi Aqidah dan Filsafat

Islam Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah 2017. Dalam skripsi ini

menjelaskan makna simbolik kesenian tari ebeg yang dibantu dengan teori

semiotika Peirce bahwa selama ini kesenian ebeg hanya dianggap sebagai

hiburan akan tetepi sekarang nampak jelak untuk dipelajari. Bahwa

manusia harus memiliki tujuan hidup, sebagai manusia yang diberi akal

untuk berfikir harusnya ia memiliki hati yang bersih dan juga memiliki

sikap yang tegas dan waspada.

3. Khomsatun “Makna Simbolik Seni Pertunjukaan Tari Tradisional Sintren

(Semiotika Peirce). Skripsi ini Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullaj 2016. Dalam skripsi ini

Page 24: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

12

menjelaskan makna simbolik seni pertunjukaan tari sintren yang dibantu

dengan teori peirce bahwa sintren merupakan sebuah pesan kepada seluruh

manusia supaya selalu berlaku baik pada semua orang, sintren

memberitahukan pada kita supaya senantiasa berbuat baik kepada semua

kebaikan tersebut akan kembali kepada manusia tersebut.

Dari penelitian dan skripsi di atas belum ada satu pun penelitian yang

memfokuskan kajiannya pada makna simbolik wayang golek, khususnya dalam

kajian semiotika Peirce. Maka dari itu penulis berkeinginan mengupas dan

mengisi kekosongan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini dipakai sebagai aturan

yang saling terkait dan saling melengkapi. Adapun sistematika penulisan adalah

sebagai berikut:

BAB I merupakan BAB PENDAHULUAN yang meliputi tentang latar

belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, metode

penelitian, manfaat dan tujuan penelitian,tinjauan pustaka, dan sistematika

penulisan

BAB II merupakan BAB yang akan memaparkan mengenai PEMBAHASAN

sejarah Jawa Barat yang meliputi (letak geografis, sejarah dan gambaran umum

Jawa Barat, kependudukan, dan kesenian Jawa Barat. Wayang Golek meliputi

(pengertian wayang dan pengertian wayang golek, macam-macam wayang,

sejarah dan perkembangan wayang golek)

BAB III merupakan BAB yang akan memaparkan mengenai KAJIAN

Page 25: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

13

TEORI yang meliputi semiotika Peirce, tanda dalam semiotika Perice, dan

proses dalam semiotika Perice

BAB IV merupakan BAB yang akan memaparkan mengenai MAKNA

SIMBOLIK WAYANG GOLEK, dalam bab ini penulis menguraikan

interpretasi seni pertunjukaan wayang golek yang ditijau dari beberapa aspek

yaitu unsur pelaksana, perlengkapan wayang golek, unsur strutruktur pertunjukaan

wayang golek. Lalu, pembahasaan akan disambung dengan hasil semiosis di tiap

aspek.

BAB V merupakan BAB PENUTUP yang meliputi kesimpulan dan saran.

Page 26: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

20

BAB II

SEJARAH JAWA BARAT

A. Deskripsi Data

1. Letak Geografis

Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang terletak di pulau

Jawa. Luasnya sekitar 37.994 km. Letak provinsi ini di sebelah Barat pulau Jawa.

Provinsi ini memiliki bentuk wilayah yang memanjang dari arah Barat ke Timur

dan memiliki garis pantai ke dua sisi Utara dan Selatan. Secara geogarfis, Provinsi

Jawa Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut, sebalah Utara

berbatasan dengan laut Jawa, sebalah Selatan berbatasan dengan Samudra

Indonesia, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, sebelah Barat

berbatasan langsung dengan Provinsi banten. Secara astronomi, Provinsi Jawa

Page 27: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

22

Barat terletak diantara 6 derajat – 8 derajat lintang selatan dan 105 derajat-108

derajat Bujut Timur.1

Secara administratif, Provinsi Jawa Barat terbagi kedalam sembilan kota

dan enam belas kabupaten. Kota-kota yang termasuk ke dalam wilayah provinsi

ini yaitu Kota Bandung, Kota Banjar, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cihami,

Kota Cirebon, Kota Depok, Kota Sukabumi, dan Kota Tasimalaya. Kabupaten di

provinsi ini meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor,

Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Garut,

Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten

Majalengka, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi,

Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Tasikmalaya. Ibu kota Provinsi Jawa Barat

yaitu Kota Bandung yang terletak di dataran tinggi Jawa Barat.2

2. Sejarah Jawa Barat

Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia, yang ibu kotanya berada di Kota

Bandung. Perkembangan sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat

merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia. Jawa barat

dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang pembentukan Provinsi Jawa

Barat. Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di

Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Ibu kota negara Indonesia. Sebelum mengetahui

1 Farukhi,dkk, Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat ( Jakarta: Sinergi PustakaIndonesia, 2008), hal 11.

2 Farukhi,dkk, Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat ( Jakarta: Sinergi PustakaIndonesia), hal 11-12.

Page 28: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

23

lebih dalam tentang sejarah Jawa Barat terlebih dahulu menggali Lambang Jawa

Barat yang terdapat simbol-simbol didalamnya, sebagai berikut:

Simbol:

1. Kujang melambangkan senjata khas Tradisional Wilayah Jawa Barat .

2. Lima lubang pada senjata kujang melambangkan menunjuk pada

pancasila sebagai dasar negara

3. Padi, kapas, sungai, terusan, sawah, perkebunan, dan bendungan

melambangkan daerah Jawa Barat sebagai daerah yang subur, makmur, dan

sejahtera sebagimana yang dimaksudkan dalam semboyan Gemah Ripah

Rapeh Rapih

4. Semboyan Gemah Ripah Rapeh Rapih artinya makmur, sentosa,

sederhana dan rapi.3

Jawa Barat dihuni oleh suku asli, yaitu suku Sunda. Hampir semua daerah di

Jawa Barat tersebar merata suku Sunda. Etnik lain yang berkembang di Jawa

Barat yaitu Arab, Jawa, Tionghoa, dan etnik lainnya dari berbagai nusantara.

Perkembangan daerah Jawa Barat telah mendorong berbagai suku bangsa datang

3 Farukhi,dkk, Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat ( Jakarta: Sinergi PustakaIndonesia), hal 11.

Page 29: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

24

ke provinsi ini. Bahasa sehari-hari masyarakat Jawa Barat yaitu Bahasa Sunda

dengan berbagai logat.4

Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi

Banten, yang berada di bagian Barat. Saat itu terdapat wacana untuk mengubah

nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan

historis wilayah ini. Akan tetapi mendapatkan penentangan dari wilayah Jawa

Barat lainnya seperti Cirebon, dimana tokoh masyarakat asal Cirebon menyatakan

bahwa jika nama Jawa Barat diganti dengan Pasundan seperti yang berusaha

digulirkan oleh Bapak Soeria Kartalegawa tahun 1947 di Bandung maka Cirebon

akan memisahkan diri dari Jawa Barat, karena nama “Pasundan”berarti (Tanah

Sunda) dinilai tidak merepresentasikan keberagaman Jawa Barat.5

Temuan arkeologi Jawa Barat ditemukan di Anyer dengan ditemukannya

budaya logam perunggu dan besi dari sebelum melenium pertama. Jawa Barat

pada abad ke 5 merupakan bagian dari kerajaan Tarumanagara. Prasasti

peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh

prasasti yang ditulis aksara Wengi dan bahasa Sansekerta yang sebagian besar

menceritakan para raja Tarumanagara. Setelah runtuh kerajaan Tarumanaga,

kekuasaan dibagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu

dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda

adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun1932.6

4 Farukhi,dkk, Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat ( Jakarta: Sinergi PustakaIndonesia), hal 14.

5artikel diakses pada Senin, 1 Oktober 2018 dari http://kadek-elda.blogspot.com/2013/02/sejarah-jawa-barat.html?m=1

6 Diakses pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018 darihttps://kmk3ldewi.wordpress.com/sejarah/sejarah-provinsi-jawa-barat/

Page 30: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

25

Pada abad ke 16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan

politik Kerajaan Sunda, pelabuhan lebas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh

Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon

yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda, pelabuhan Banten juga lepas ke

tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.

Untuk mendapatkan ancaman ini, Sri Baduga Maharaja (raja sunda saat itu)

meminta putranya Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan

dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama

yaitu Sunda Kelapa. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu

Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjajian pertahanan keamanan Sunda-Portugis

yang ditandai dengan Prasasati Perjanjian Sunda Portugal di tanda tangani dalam

tahun 1512. Sebagai imbalannya, portugis di beri akses untuk membangun

benteng dan gudang di Sunda Kelapa serta akses untuk perdangan di sana. Untuk

merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522

didirikan suatu monumen batu yang disebut padraodi tepi Ci Liwung. Meskipun

perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya

tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon-Demak

dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan memyerang dan menaklukkan

pelabuhan Sunda Kelapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon-

Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat sebuah

perjanjian damai antara Prabu dam Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari

Kseultanan Cirebon.7

7 Diakses pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018 darihttps://kmk3ldewi.wordpress.com/sejarah/sejarah-provinsi-jawa-barat/

Page 31: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

26

Dari tahun 1567-1579 dibawah pimpinan Raja Mulya (Prabu Surya Kencana),

Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan

Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan

Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan

Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat

bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram. Jawa Barat sebagai

pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika pemerintahan

Hindu Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu

sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922 yang membagi Hindia

Belanda dalam kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah

Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan seabagi istilah geografi untuk

menyebut bagian Pulau Jawa disebalah Barat sungai Cilosari dan Citanduy yang

sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai

bahasa ibu.8

Jawa Barat merupakan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

memiliki keanekaragamaan seni budaya dan suku bangsa. Berbagai macam

kesenian berkembang di Jawa Barat diantaranya, seni pertunjukan Wayang Golek,

Jaipongan, tarian Ketuk Tilu ,seni bela diri Pencak Silat dan lain-lain. Wilayah

Sunda merupakan dataran-dataran tinggi di wilayah bagian barat Pulau Jawa.

Daerah ini dibedakan dari Pantai Utara (Pesisir). Di bagian selatan Jakarta

terbentang sebuah daratan rendah kurang lebih sepanjang 250 km dan selebih 50

km, yang amat padat penduduknya. Bagian dalam dan hulu wilayah tersebut

ditandai dengan wilayah pegunungan Priangan (Parahyangan), dengan sejumlah

8 Diakses pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018 darihttps://kmk3ldewi.wordpress.com/sejarah/sejarah-provinsi-jawa-barat/

Page 32: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

27

dataran tinggi dan gunung berapi yang ketinggiannya mencapai lebih dari 2.000

m, seperti gunung Ciremai maupun Gunung Tangkuban Perahu. Tomo Pires,

seorang Portugis yang menggambarkan masyarakat sebagai masyarakat yang

bener-bener berbeda dari masyarakat Jawa Tengah.9

3. Kependudukan Jawa Barat

Jawa Barat dihuni oleh suku asli, yaitu suku Sunda. Hampir semua daerah

di Jawa Barat tersebar merata suku Sunda. Etnik lain yang berkembang di Jawa

Barat yaitu Arab, Jawa, Tionghoa, dan etnik lainnya dari berbagai nusantara.

Perkembangan dearah Jawa Barat telah mendorong berbagi suku bangsa datang ke

provinsi Jawa Barat. Bahasa sehari-hari masyarakat Jawa Barat yaitu bahasa

Sunda dengan berbagai logat. Pusat-pusat kepadatan penduduk terdapat dikota-

kota besar. Misalnya, Bandung, Cianjur, Tasikmalay dan Sukabumi. Kawasan

industri menjadi pusat pemeadatan penduduk seperti Bekasi, Cibinong, dan

Bogor. Daerah Depok juga menjadi daerah yang padat sebab menampung luapan

penduduk dari DKI Jakarta.10

Hampir semua pusat pemadatan penduduk di Jawa Barat terdapat dikota-

kota pantai. Namun, uniknya Bandung sebagai ibukota provinsi yang terletak

didataran tinggi ditengah-tengah Provinsi Jawa Barat. Penduduk provinsi Jawa

Barat sekitar 38.378.483 jiwa. Kepadataan penduduk ini menempatkan Jawa Barat

dalam 4 provinsi terpadat penduduknya di Indonesia. Sebagai besar penduduk

Provinsi Jawa Barat menganut agama Islam, yaitu 98,3% dari jumlah total

9 Sarah Anais Andrieu, Raga kayu Jiwa Manusia: Wayang Golek Sunda (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), hal 39-40.

10 Farukhi,dkk, Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat ( Jakarta: Sinergi PustakaIndonesia,2008) hal 14-15

Page 33: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

28

penduduk. Namun, ada juga yang menganut Kristen (1%), Hindu (0,03%) dan

Buddha (0,05%). Tradisi dan budaya sangat kental di Provinsi Jawa Barat. 11

4. Kesenian Jawa Barat

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan yang tersebar mulai dari

Sabang sampai Mareuke, dengan beragam suku dan ras sehingga menghasilkan

kebudayaan yang beraneka ragam khususnya di provinsi Jawa Barat. Seni adalah

keindahan, seni merupakan ekspersi ruh dan budaya manusia yang mengandung

dan menggungkapkan keindahan. Seni lahir dari sisi terdalam manusia yang

didorong oleh seniman. Kesenian unsur dari kebudayaan yang sering digunakan

oleh manusia sebagai sarana untuk mengunggkapkan perasaan yang sedang

dialami dalam kehidupan sehari-hari, kesenian merupakan hal yang tidak bisa

dipisahkan dari kehidupan manusia karena melalui kesenian dapat diungkapkan

segala perasaan dan kesenian juga dapat memberikan pembeda dalam

kehidupan.12

Dengan seni manusia akan mendapatkan kenikmataan sebagai akibat refleksi

perasaan terhadap stimulus yang diterimanya. Kenikmataan seni bukanlah

kenikmataan lahiriah belaka, melainkan kenikmatan batiniah. Kenikmataan hadir

bila kita mampu menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari pencipta

seni. Sehingga, sering kali orang menyebutnya dengan nilai spiritual. Seni juga

sebagai manifestasi budaya (periksa, rasa, karsa, periksa, rasa, karsa, intuisi dan

karya).

11 Farukhi,dkk, Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat ( Jakarta: Sinergi PustakaIndonesia), hal 14-15.

12 M. Quraish Shihab, Wawancara Al- Qur’an (Bandung: Mizan, 2000) hal 385

Page 34: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

29

a. Seni sastra dan kesustaraan, seni dengan alat bahasa

b. Seni musik, seni dengan alat bunyi atau suara

c. Seni tari, seni dengan alat gerak

d. Seni rupa, seni dengan alat garis, bentuk warna

e. Seni drama atau teater, seni dengan kombinasi sastra musik tari/ gerak dan

rupa. 13

Kesenian dari setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing, seperti

kesenian tradisional Jawa Barat yang memiliki banyak sekali kesenian dan budaya

yang menjadikan identitas. Jawa barat memiliki ragam seni dan budaya

diantaranya wayang golek, reog dan kuda lumping

1. Wayang golek

Wayang golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu

pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh

Dalang. Pementasan wayang golek diiringi musik degung lengkap dengan Sinden.

Wayang golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau

acara lainnya. Cerita yang dibawakan dari budaya Hindu India, seperti

Ramayana.14

2. Reog

Reog adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Bandung, Jawa

Barat. Reog merupakan kesenian perpaduan antar seni tari, lawak, lagu dan cerita

13 Khomsatun, Makna Simbolik Seni PertunjukanTari Tradisional Sintren (Skripsi S1Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta: 2016) hal. 24-25

14 Farukhi,dkk, Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat ( Jakarta: Sinergi PustakaIndonesia, 2008), hal 15

Page 35: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

30

yang berisikan kritik sosial dan juga pesan keagamaan. Fungsi kesenian Reog ini

adalah untuk media dakwah atau media penerangan yang menonjolkan nilai sosial

dan juga pendidikan yang budi perkerti, namun perlahan-lahan kesenian reog

bertambah fungsinya yaitu untuk media hiburan.

3. Kuda lumping

Kuda lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena

dimainkan dengan cara mengundang roh harus sehingga orang yang akan

memainkannya seperti kesurupaan.15

Adapun beberapa tarian daerah khas Jawa Barat yaitu tari jaipongan, tari

ketuk tilu, tari merak, dan tari topeng.16

1. Tari Jaipongan

Tanah sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan

menarik. Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini.

Jaipongan atau tari jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah modern

karena merupakan pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk

Tilu.

2. Tari Ketuk Tilu

Ketuk tilu adalah suatu tarian pergaulan sekaligus hiburan yang biasanya

diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan.

15 Kesenian dan Budaya Jawa Barat. Diakses pada Senin, 8 Oktober 2018 darihttp://www.academia.edu/19254961/Kesenian_dan_Budaya_Jawa_Barat

16 Farukhi,dkk, Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat ( Jakarta: Sinergi PustakaIndonesia, 2008), hal 15.

Page 36: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

31

Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat atau upacara

sakral tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan

3. Tari Merak

Tari merak merupakan tarian tradisi suku Sunda yang menggambarkan

burung-burung merak yang sedang menari dengan gembira, tarian ini dibawakan

oleh penari wanita-wanita Sunda. Biasanya tarian merak ini dibawakan untuk

upacara perkawinan atau menyambut tamu yang datang berkunjung ke tanah

Sunda.

4. Tari Topeng

Tari topeng ini adalah tarian suku Sunda yang dibawakan oleh sekelompok

penari pria atau wanita yang menggunakan topeng khas suku Sunda dan biasanya

tarian ini untuk menyambut tamu-tamu yang ingin berkunjung datang dan sebagai

pementasan pada acara-acara tertentu seperti perkawinan, khitanan, dan

sebagainya.17

Adapun lagu daerah Jawa Barat antara lain Bubuy Bulan, Cing Cang Keling,

Manuk Dadali, Panon Hideung, Pileuleuyan, Tokecang, Karatangan Pahlawan,

dan Mojang Priangan. Adapun alat musik tradisonal Jawa Barat antara lain

angklung, gamelan sunda, kecapi, calung, rebab, dog-dog dan tarling. Senjata

tradisional khas Jawa Barat yaitu Kujang. Senjata tradisonal lainnya yaitu tombak,

bedog, panah kayu dan panah bambu. Adapun rumah adat daerah Jawa Barat

diwakili oleh Keraton Kasepuhan Cirebon. Bagian depan kertaon terdapat gerbang

17 Kesenian dan Budaya Jawa Barat. Diakses pada Senin, 8 Oktober 2018 darihttp://www.academia.edu/19254961/Kesenian_dan_Budaya_Jawa_Barat

Page 37: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

32

utama, di dalamnya terdapat tempat ruang utama. Ruang Jinem atau Pendopo

adalah ruang untuk para pengawal. Ruang Pringgogeni adalah tempat untuk sultan

memberikan perintah kepada adipati. Ruangan pradaya adalah ruang untuk

menerima tamu istimewa. Ruangan penembahan adalah ruang tempat kerja sultan.

Ciri khas hiasan daerah Jawa Barat yaitu hiasan dengan corak pemandangan alam.

Semantara itu, makanankhas dari daerah Jawa barat yaitu oncom, peuyeum,

colenak, borondong, wajit, dodol garut, dan aneka pepes.18

B. Wayang Golek

1. Pengertian Wayang dan Wayang Golek

Wayang merupakan salah satu karya seni dari masyarakat Indonesia yang luar

biasa. Penampilan wayang bisa dilihat dari dua aspek penting, yaitu aspek estetis

atau keindahan dan aspek etis atau ajaran moral. Penonton bisa menyaksikan

keindahan wayang melalui seni rupa, seni gerak atau sabet, seni suara dan lain

sebagainya.19 Menurut KBBI wayang adalah boneka tiruan yang terbuat dari

pahatan kayu yang dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan

drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda dan sebagainya) yang biasanya dimainkan

oleh seorang yang disebut Dalang.20

Kata “wayang” bukan menunjuk pada rupa wayang tetapi lebih mengacu pada

pertunjukaan wayang. Menurut Sri Mulyono sebagai seorang budayawan

menggunakan kata “wayang” dalam berbagai pengertian. Dalam bahasa Jawa

wayang mempunyai arti “bayangan”, adapun dalam bahasa Melayu istilah wayang

18 Farukhi,dkk, Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat ( Jakarta: Sinergi PustakaIndonesia, 2008), hal 15-16

19 Mikka Wildha Nurrochsyam dkk, Wayang: Pengayaan Bahan Ajar Muatan Lokal (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) hal 1.

20 KBBI

Page 38: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

33

berarti “bayang-bayang”. Sedangkan, akar kata wayang adalah “yang” yang

mempunyai variasi akar seperti yung dan yong terdapat pada istilah “layang” yang

berarti “terbang”, istilah “doyong” yang berarti “miring” atau “tidak stabil”. Sri

Mulyono sampai pada kesimpulan bahwa substansi istilah “wayang” adalah tidak

stabil, tidak pasti, tidak tenang, terbang, bergerak kian kemari.21

Wayang berasal dari bahasa Jawa “wewayangan” yang berarti bayangan.

Dikatakan wayang atau wewayangan, karena pada zaman dulu untuk melihat

wayang, penonton berada di belakang layar yang disebut kelir, sang Dalang

memainkan wayang yang diterangi lampu sehingga menimbulkan bayangan yang

menempel pada kelir pertunjukan. Kelir pertunjukan terbuat dari kain putih yang

membentang membatasi antara dalang dengan penonton. Penonton tidak melihat

sang Dalang, melainkan hanya bisa menyaksikan bayangan wayang, yang seolah-

olah bayang wayang yang menempel pada kelir adalah manusia yang hidup.22

Adapun dalam skripsi ini yang akan difokuskan seni pertunjukan wayang

golek. Wayang golek adalah wayang yang terbuat dari kayu dibentuk mirip seperti

manusia baik muka maupun tubuhnya, tubuhnya dibalut dengan kain yang

berbentuk baju. Kata “golek” secara harfiah berarti “boneka, patung kecil, atau

mencari makna cerita”.23 Kata golek dalam bahasa Jawa berarti mencari

(ngegoleki). Penampilan golek ini mengundang maksud agar setelah penonton

mengikuti lakon dari awal hingga akhir, mereka bisa nggoleki atau mencari inti

21 Mikka Wildha Nurrochsyam dkk, Wayang: Pengayaan Bahan Ajar Muatan Lokal (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) hal.5

22 Kustopo, Mengenal Kesenian Nasional 1”Wayang” (Semarang: Bengawan Ilmu, 2008 )hal 1.

23 A.M. Hermien Kusmayati, dkk, Indonesia Heritage: Seni Pertunjukaan (Jakarta: BukuAntar Bangsa Untuk Grolier Internasional Inc, 2002) hal 58

Page 39: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

34

pelajaran yang bermanfaat yang tersirat dalam pertunjukaan wayang golek.

Bentuk boneka golek yang digunakan adalah golek wanita, tetapi tidak diambil

dari salah satu tokoh yang ada dalam cerita wayang golek.24

Kepala, badan dan lengan boneka ini diukir kayu: tudhing (gagang penggerak)

biasanya dibuat dari bambu, sama dengan sogo (gagang penyangga). Sogo

menembus badan ke kepala dan berfungsi sebagai pegangan. Wayang memakai

kain yang sangat panjang dan di ikat di pinggir dengan selendang tempat

menyelipkan keris dan kereh atau penutup dada.25 Wayang berbentuk boneka-

boneka kecil, semacam dengan wayang kulit purwa, wayang golek sunda pun

menggunakan induk cerita dari serial Ramayana dan Mahabrata. Pergelaran

wayang golek juga diiringi oleh seperangkat gamelan, lengkap dengan

pesindennnya akan tetapi tidak menggunakan kelir sehingga penonoton dapat

langsung melihat para tokoh wayang yang diperakan ki dalang , bukan hanya

bayangannya. Jenis wayang ini tersebar hampir diseluruh Jawa Barat. Ada

beberapa ciri khusus dalam wayang golek, kepala wayang dapat diputar ke kiri

dan ke kanan serta badan ke atas dan ke bawah. Tangan dapat digerakan dengan

bebas utuk menirukan orang menari atau bahkan melakukan gerakan bela diri.

Akan tetapi mengikuti perkembangan zaman, dalang wayang golek

menampilkann pembaharuan dalam pementasan untuk membentuk wayang golek

semakin nyata dan menarik bagi masyarakat modern, seperti kepala yang benar-

24 Jajang Suryana, Wayang Golek Sunda: Kajian Estetika Rupa Tokoh Golek (Bandung:Kiblat Buku Utama, 2002) hal. 72

25 A.M. Hermien Kusmayati, dkk, Indonesia Heritage: Seni Pertunjukaan (Jakarta: BukuAntar Bangsa Untuk Grolier Internasional Inc, 2002) hal 58

Page 40: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

35

benar dipotong dalam adegan perang. Kecenderungan ini ada terutama pada gaya

Jawa Barat.26

2. Macam-Macam Wayang

Selama berabad-abad, budaya wayang berkembang menjadi beragam jenis.

Kebudayaan macam-macam wayang tetap menggunakan Mahabrata dan

Ramayana sebagai induk certanya. Sedangkan alat peragaannya pun berkembang

menjadi beberapa macam, antara lain terbuat dari kertas, kain, kulit, kayu dan juga

wayang orang. Perkembangan jenis wayang ini juga dipengaruhi oleh keadaan

budaya daerah setempat. Macam-macam wayang yang ada di Indonesia ada

puluhan jumlahnya, namun yang terpenting adalah sebagai berikut:

1. Wayang Bebar

Bentuk teater Jawa yang dikenal sebagai wayang bebar merupakan bentuk

seni pertunjukan yang penuh upacara, suatu tradisi lisan yang hampir hilang.

Tidak seperti wayang kulit dengan boneka kulit yang pipih atau boneka kayu,

bentuk wayang ini dilukis pada gulungan kertas kulit kayu, menampilkan adegan

dari penggambaran kesatria mitis zaman dahulu. Dalang menggunakan gulungan

kertas ini menggunakan gulungan kertas ini melukiskan kisahnya. Wayang beber

banyak dipertunjukkan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian Selatan,

antara lain Solo, Pacitan, dan Kediri.

2. Wayang Kuli Purwa

26 Kustopo, Mengenal Kesenian Nasional 1”Wayang” (Semarang: Bengawan Ilmu, 2008 )hal 24-25.

Page 41: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

36

Wayang kulit merupakan jenis wayang yang paling populer dimasyarakat

sampai saati ini. Wayang kulit menggambil cerita dari Mahabrata dan Ramayana.

Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang dengan diiringi gamelan dan

tembang-tembang dari seorang dalang. Wayang ini terbuat dari lembaran kulit

kerbau atau sapi yang dipahat menurut bentuk tokoh wayang dan kemudian

disungging dengan warna-warni yang mencerminkan perlambangan karakter dari

sang tokoh. Agar lembaran wayang itu tidak lemas, digunakan “kerangka

penguat” atau gapit yang membuatnya kaku dan dapat berdiri. Kerangka atau

gapit ini disebut cempurit yang terbuat dari tanduk kerbau atau kulit penyu, bisa

juga dari kayu atau bambu.

3. Wayang Klitik

Wayang klitik terbuat dari kayu pipih yang dibentuk dan disungging

menyerupai wayang kulit purwa. Hanya bagian tangan peraga wayang itu bukan

dari kayu pipih melainkan terbuat dari kulit, agar lebih awet dan ringan untuk

menggerakannya. Wayang unu diciptakan orang pada tahun 1648, dan tidak

diketahui siapa yang menciptakannya. Pementasan wayang klitik juga diiringi

oleh gamelan dan pesinden tetapi tanpa menggunakan kelir sehingga penonton

dapat melihat secara langsung.

4. Wayang Krucil

Sering dianggap sama dengan wayang klitik. Anggapan itu disebabkan karena

wayang krucil juga terbuat dari kayu pipih. Yang berbeda adalah induk cerita

yang diambil untuk lakon-lakonnya. Wayang krucil mengambil lakon dari cerita

Page 42: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

37

kisah Damarwulan misalnya cerita Damarwulan Ngenger, yang mengisahkan

Damarwulan sedang menjadi pengembala.

5. Wayang Orang

Wayang wong secara harfiah berarti wayang yang diperankan oleh orang.

Wong berarti orang, wayang adalah boneka atau pertunjukan dramatik dengan

boneka atau orang sebagai pameran. Wayang wong adalah seni drama tari yang

mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai induk ceritanya. Dari sgi

cerita, wayang orang adalah perwujudan drama tari dari wayang kulit purwa.

6. Wayang Suluh

Tergolong wayang modern, karena baru tercipta setelah zaman kemerdekaan.

Wayang ini dimaksudkan sebagai media penerangan mengenai sejarah perjuangan

bangsa. Karena itu, di antara tokoh peraganya, anatara lain terdapat Bung Karno,

Bung Hatta, Bung Tomo, Syahrir, dan Jendral Sudriman. Pementasan wayang

suluh biasanya dibangun diskeitar peristiwa yang terjadi pada masa pergerakan

nasioanal Indonesia, tetapi cerita dan ragam tokoh dikembangkan untuk

menyesuaikan fungsinya yang baru serperti hiburan untuk para tamu pada

perayaan pernikahan, khitanan, atau hari kemerdekaan.

7. Wayang Wahyu

Wayang wahyu hanya terbatas untuk persebaran agama Katolik. Wayang ini

digunakan untuk syair/ dakwah agama. Perkembangan wayang wahyu amat

terbatas pada lingkungan masyarkat beragama Katoloik, itu pun yang berasal dari

suku bangsa Jawa. Bentuk peraga wayang terbuat dari kulit, tetapi corak tatahan

Page 43: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

38

dan sunggingannya agak naturalistik, yaitu bergambar orang yang sesungguhnya.

Wayang ini mengambl lakon dari cerita-cerita yang terdapat dalam Kitab Injil,

baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

8. Wayang Gedog

Wayang gedog diciptakan oleh Sunan Giri yang ditandai dengan candra

sngkala Gegamaning Naga Kinaryeng Bathara yang artinya : tahun 1485 caka atau

1568 Masehi. Wayang ini mirip dengan wayang kulit purwa. Wayang ini boleh

dibilang sudah punah. Hanya sia-sia peragannya saja yang masih dilihat beberapa

museum dan Keraton Surakarta.

9. Wayang Kancil

Wayang kancil termasuk wayang modern yang diciptakan 1925 oleh seorang

WNI keturunan Cina bersama Bo Liem. Wayang kancil ni terbuat dari kulit,

menggunakan pergaaan binatang, dibuat dan disinggung oleh Lie To Hien.

Wayang kancil pada mulanya dimainkan untuk menuturkan cerita kepada anak-

anak tentang kisah binatang kancil yang pandai dan cerdik. Cerita untuk lakon-

lakon wayang kancil diambil dari kitab Serat Kancil Kridamartana karangan

Raden Panji Natarata.

10. Wayang Potehi

Wayang potehi berasal dari kata Potie, yang berarti kain, dan Hie yang berarti

boneka jadi wayang potehi adalah wayang yang berbentuk boneka yang terbuat

dari kain. Pada umumnya wayang potehi diciptakan oleh lima orang Cina yang

dijatuhkan hukuman mati pada masa Dinasti Tsang Tian. Dalam menunggu waktu

Page 44: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

39

sampai saat dilangsungkannya hukuman mati, mereka dalam penjara menghibur

diri dengan mnciptakan boneka yang dibuat dari sapatungan untuk dipergerakan

sebagai tokoh-tokoh wayang yang diiringi alat musik seadanya seperti tutup panci

dan piring.

11. Wayang Golek

Wayang golek ini merupakan wayang yang penulis teliti. Wayang berbentuk

boneka-boneka kecil dengan semacam cempurit untuk pegangan Ki Dalang , sama

dengan wayang Kulit Purwa. Wayang golek menggunakan cerita dari serial

Ramayana dan Mahabrata. Pergelaran wayang golek juga diiringi oleh

seperangkat gamelan, lengkap dengan pesinden. Jenis wayang ini hampir tersebar

di seluruh Jawa Barat. Ada beberapa ciri khusus dalam wayang golek, kepala

wayang dapat diputar ke kiri dan ke kanan dan badan ke atas dan ke bawah.

Tangan dapat digerakkan dengan bebas untuk menirukan orang menari atau

bahkan melakukan gerakan bela diri. Mengikuti perkembangan zaman, dalang

wayang golek menampilkan pembaharuan dalam pementasan untuk membuat

wayang golek secara nyata dan menarik bagi masyarakat modern, seperti kepala

yang benar-benar dipotong dalam adegan perang. Kecenderungan ini ada terutama

pada gaya Jawa Barat. 27

3. Sejarah dan Perkembangan Wayang Golek

Dalam kancah percaturan dunia pewayangan, pada tanggal 7 November 2003.

UNESCO sebagai salah satu badan atau intitusi yang membidangi kebudayaan

dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapakan wayang

27 Kustopo, Mengenal Kesenian Nasional 1”Wayang” (Semarang: Bengawan Ilmu ) hal11- 40

Page 45: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

40

sebagai warisan budaya dunia. Penetapan ini tercantum pada Piagam yang

bernama “A Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity”.

Pengharagaan untuk wayang merupakan kehormatan yang dapat mengangkat

nama baik dan citra Indonesia di mata dunia Internasional. Wayang merupakan

salah satu unsur jati diri bangsa Indonesia dan mampu membangkitkan rasa

solidaritas menuju persatuan, wayang mempunyai peran yang bermakna dalam

kehidupan dan pembangunan budaya khususnya untuk membentuk watak bangsa.

Oleh karena itu, diperlukan usaha terus menerus untuk melestarikan dan

mengembangkan wayang karena nilai-nilai lelehur manusia dewasa ini sudah

terkikis dan terdesak oleh budaya globalisasi konsumerisme. Oleh karena itu

wayang, konsekuensinya wayang harus dipelihara dan diletarikan tidak hanya

bangsa Indonesia, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain di dunia. 28

Karena Indonesia telah mengharumkan nama Indonesia di dunia Internasional.

Puncaknya adalah ketika Wayang Indonesia ditetapkan oleh UNESCO, badan

dunia di bidang Pendidikan dan Kebudayaan sebagai a Masterpiece of the Oral

and Intangible Heritage of Humanity, pada tahun 2003. Pengakuan dan

penghargaan UNESCO, terhadap wayang memberikan dampak positif bagi citra

bangsa Indonesia. Suatu prestasi budaya yang luar biasa, sekaligus sebagai

tantangan, apakah kita bangsa Indonesia mampu melestarikan dan

mengembangkan wayang sebagai nilai luhur yang memberikan filosofi dan

pendidikan karakter kepada masyarakat dan generasi yang akan datang.29 Alasan

utama UNESCO menetapkan wayang Indonesia sebagai Karya Agung Budaya

28 Soetrisno R, Wayang Sebagai Warisan Budaya Dunia (Surabaya: Surabaya IntelectualClub, 2008) hal. 1-3

29 Mikka Wildha Nurrochsyam dkk, Wayang: Pengayaan Bahan Ajar Muatan Lokal (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014) hal.5

Page 46: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

41

adalah pertama wayang Indonesia sejak dahulu digemari dan didukung oleh

masyarakat luar, kedua wayang Indonesia memiliki kualitas seni yang tinggi

sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan agar bermanfaat bagi manusia.

Kualitas seni yang tinggi itu disebut edipeni-adiluhung, maksudnya indah dan

menarik serta sarat dengan kandungan ajaraan moral keutamaan hidup.30 Wayang

ditemukan di wilayah Indonesia, terutama di Jawa dan Bali.Wayang ini memiliki

beragam bentuk, menyatakan kisah-kisah yang amat beragam bentuk, menyatakan

kisah-kisah yang beragam sepanjang sejarah. Karena itu, wayang hadir di

sepanjang sejarah wilayah Jawa atau tepatnya di “pesilangan Jawa”.31

Wayang berasal dari bahasa Jawa “wewayangan” yang berarti bayangan.

Dikatakan wayang atau wewayangan karena pada zaman dulu untuk melihat

wayang, penonton berada dibelakang layar yang disebut kelir , sang Dalang

memainkan wayang yang diterangi lampu sehingga menimbulkan bayangan yang

menempel pada kelir pertunjukan. Kelir pertunjukan terbuat dari kain putih yang

membentang membatasi antara dalang dengan penonton. Penonton tidak melihat

sang Dalang, melainkan hanya bisa menyaksikan bayang wayang, yang seolah-

olah bayangan wayang yang menempel pada kelir adalah manusia yang hidup.32

Dan dilengkapi dengan gedebog, gedebog yang digunakan dalam pergelaran

wayang terdiri dari tiga atau empat buah gedebog (batang pisang) dan yang baik

batang pisang raja, karena untuk menacapkan waayang dapat masuk ke dalam dan

tidak mudah goyah. Batang pisang ini melintang diabwah kelir, dan dengan

30 Solichin, Falsafah Wayang: Intangible Heritage Of Humanity (Jakarta: Seni Wangi,2011), hal.231 43

32 Kustopo, Mengenal Kesenian Nasional 1 Wayang (Semarang: PT. Bengawan Ilmu,2008 ) hal 1.

Page 47: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

42

peralatan (kelir) disendalkan pada gedebog agar dapat terentang dengan

sempurna. Dengan demikian kelir dan gedebog merupakan satu kesatuan dalam

pertunjukan wayang.33

Kesenian wayang yang asli telah dikenal oleh nenek moyang kita sejak dahulu

kala, sebelum ada peradaban asing masuk ke negeri bahkan sebelum kebudayaan

Hindu masuk di Indonesia. Waktu itu wayang masih sangat sederhana sekali,

hanya berupa cuwilan gambar yang diceritakan. Kemudian pertunjukan wayang

mulai berkembang pada zaman Hindu Jawa. Pertunjukan kesenian wayang

merupakan ritual upacara keagamaan orang Jawa yang berakar dari kepercayaan

animisme dan dinamisme. 34 Ini dapat mengacu dugaan bentuk wayang awal,

yang berbantuk teater bayangan ritual yang bertujuaan untuk berkomunikasi

dengan roh-roh para leluhur. Walaupun demikian, dokumtasi mengenal hal ini

terbatas. Wayang bukanlah rupa atau pun wujud fisiknya kepada apa yang

terkandung di dalamnya (nilai-nilai, tata busana, maupun tingkah laku) dan lebih

jelasnya lagi bahwa wayang dihidupkan oleh seorang dalang sehingga boneka

yang terbuat dari kayu (wayang golek), dari kayu pahatan, maupun dari boneka

menjadi sosok wayang yang riil.35

Skripsi yang akan difokuskan dalam tulisan ini yaitu sebuah kesenian yang

berasal dari Jawa Barat yaitu Wayang Golek. Asal muasal wayang golek berasal

dari pelatah Pasundan Jawa Barat, Bandung dan sekitarnya sampai dengan daerah

33 Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme ( Surakarta: STSI Press, 2005)hal. 67

34 Kustopo, Mengenal Kesenian Nasional 1 Wayang (Semarang: PT. Bengawan Ilmu) hal2.

35 Sarah Anais Andrieu, Wayang Golek Sunda: Raga Kayu Jiwa Manusia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2017) hal.35.

Page 48: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

43

Bogor. Karena wayang golek ini juga beraneka ragam bukan hanya wayang golek

Bandung, ada juga wayang golek cepak Cirebon, wayang golek menak Kebumen,

wayang golek bogor, dan ada juga wayang golek akuat bogor sejarah tentang

pejajaran prabusiliwangi, dibetawi sendiri juga ada wayang golek lenong

Betawi.36

Awal sejarah wayang golek, sekitar abad ke 16 (1540-1650 M) yang

menciptakan Pandeman Ratu, Pandeman Ratu ini cicit dari Sunan Gunung Jati

dari Cirebon. Pertama kali pada saat ini menciptakan wayang golek cepak

(wayang golek papak) kemudian seiring dengan perkembangan zaman sekitar

1840 dibikinlah sebuah wayang kayu tapi bukan wayang golek akan tetapi

wayang klitik bentuknya pipis seperti wayang kulit tapi dibuat dari kayu oleh Ki

Darman dari Bandung. Kemudian dari wayang klitik ini disempurnakan kembali

pembuatannya oleh Ki Dalem Karanganyar dan dibuatlah sebuah wayang golek.

Kemudian dari Ki Darman yang membuat wayang klitik tersebut disempurnakan

kembali oleh Ki Dalam Karanganyar membuat wayang golek dengan bentuk

animasi 3 dimensi. Muncul tokoh-tokoh wayang golek, setelah perangkat wayang

golek memenuhi target dangan jumlah tokoh-tokoh yang dominan kemudian

dibuatlah suatu pertunjukan wayang golek pertama kali, dengan dalang dari Jawa

Barat yaitu Ki Dipoguno kemudian sampai sekarang wayang golek semakin

berkembang dan munculnya kreatifitas baru didaerah Bandung, Bogor dan

36 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi di musium wayang kota tua, Jakarta, 21Februari 2019.

Page 49: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

44

didaerah Jawa Barat lainnya. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar

pada penyebaran agama Islam lakon Ramayana dan Mahabrata.37

Namun pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Ki Dalem, Ki Darman

membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek

sekarang. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun,

setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah

bahasa Sunda.38 Ada tiga jenis wayang golek, yaitu wayang golek cepak, wayang

golek purwa dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di

Cirebon dengan cerita babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon.

Wayang golek purwa adalah wayang golek khusu membawakan cerita Mahabrata

dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda. Sedengkan wayang golek modern

seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabrata dan Ramayana, tetapi dalam

pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik

tersebut untuk menyesuaikan pertunjuakn wayang golek dengan kehidupan

modern. Wayang golek dirimtis ole R.Upartasuanda dan dikebangkan oleh Asep

Sunandar tahun 1970-1980.39

Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah

dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan.

Untuk menggambar dan mewarnai mata, alis, bibir, dan motif dikepala wayang,

digunkan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan

37 Suwardi Endraswara, Antropologi Wayang Simbolisme, Mistisisme dan Realisme Hidup(Yogyakarta: Morfalingua, 2017 ) hal. 19-20

38 Suwardi Endraswara, Antropologi Wayang Simbolisme, Mistisisme dan Realisme Hidup(Yogyakarta: Morfalingua) hal. 20

39 Suwardi Endraswara, Antropologi Wayang Simbolisme, Mistisisme dan Realisme Hidup(Yogyakarta: Morfalingua, 2017 )hal. 20

Page 50: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

45

wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter

tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu:

merah, putih, prada dan hitam.40

Wayang golek terbuat dari kayu, wayang golek ditemukan di Jawa Barat

dipentaskan menggunakan bahasa Sunda. Wayang golek telah menjadi benda

wisata yang terkenal, permintaan menjadikan pengrajin wayang golek seperti

orang ini dapat hidup. Wayang golek biasanya dipentaskan upacara yang

berkaitan daur kehidupan, juga hari besar Nasional seperti tahun baru dan hari

kemerdekaan. Pertunjukan dimulai malam hari jam 21:00- 05:00 atau siang hari,

tergantung tujuan pementasaan. Dipentaskan oleh dalang dan diiringi oleh

gamelan dengan penabuh dan pesindhen. Yang diperlukan adalah panggung,

wayang, kotak (penyimpanan), gedebog pisang, blencong (lampu minyak),

cempala (kayu pemukul), dan kepyak (krecekan yang terbuat dari lembar logam

yang diikat). Dalang juga menampilkan dialog dan menggerakan setiap wayang

sesuai dengan wataknya. Dalam sebuah pementasan, ia harus menghidupkan

samapi tiga puluh tokoh, menyanyikan suluk, mengatur musik, dan menghibur.

Kemampun yang diperlukan biasanya diturunkan secara turun menurun. Dan

akhir-akhir ini dalang wayang golek menampilkan kebaruan dalam pementasan

untuk membuat wayang golek semakin nyata dan menarik bagi msayarakat

modern seperti kepala yang benar-benar dipotong dalam adgan perang.

Kecenderungan ini ada terutama dalam gaya Jawa Barat. 41

40 Suwardi Endraswara, Antropologi Wayang Simbolisme, Mistisisme dan Realisme Hidup(Yogyakarta: Morfalingua, 2017 ) hal. 21

41 A.M. Hermien Kusmayati, dkk, Indonesia Heritage: Seni Pertunjukaan (Jakarta: BukuAntar Bangsa Untuk Grolier Internasional Inc, 2002) hal 58

Page 51: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

46

Wayang pada awalnya merupakan budaya lisan yang bermutu seni sangat

tinggi. Daya tahan dan perkembangan wayang telah teruji dalam menghadpi

tantangan zaman, oleh karena wayang berakar dalam masyarakat dan hampir

semua daerah di Indonesia mengenal wayang sesuai dengan latar belakang ,

budaya daerahnya. Wayang bukan hanya sekedar tontonan atau hiburan

melainkan berisi tuntunan dan nasehat (pitutur) yang penuh deng keteladana.

Pertunjukan wayang menggambarkan wewayangan ngaurip, karena merupakan

bayangan simbol kehidupan manusia dari lahir sampai mati. Wayang bukan

semata-mata sebagai drama bayangan atau shadow play melainkan kehidupan

manusia karena wayang menggambarkan kehidupan manusia dengan segala

persolan yang dihadapinya. 42

Wayang tidak saja berkembang di Indonesia tetapi juga diminati orang-orang

dimancanegara. Wayang kulit maupun wayang golek selain sering dipentaskan,

juga dijadikn objek studi dan menjadi ilmu tersendiri yang terus dikaji dari waktu

ke waktu. Wayang golek menerima pengaruh, namun wayang juga besar

pengaruhnya terhadap seni budaya serta kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai

wayang semakin diperkaya lagi dengan nilai-nilai yang bersumber dari agama

Islam. Begitu cermatnya para wali dan pujangga Jawa saat itu dalam

mengembangkan budaya wayang dan seni pendalangan sehingga budaya ini

menjadi bernuansa Islami, dan dapat selaras dengan perkembangan masyarakat

pada masa itu.43

42 Soetrisno.R, Wayang Sebagai Warisan Budaya Dunia ( Surabaya: Intelectual Club,2008) hal. 3-4.

43 Solichin, Wayang: Masterpiece Seni Budaya Dunia (Jakarta: Sinergi Persadatama), hal.6

Page 52: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

47

Jadi perkembangan wayang golek, berawal dari menciptakan wayang golek

cepak (wayang golek papak) kemudian seiring dengan perkembangan zaman

sekitar 1840 dibikinlah sebuah wayang kayu tapi bukan wayang golek akan tetapi

wayang klitik bentuknya pipis seperti wayang kulit dibuat dari kayu oleh Ki

Darman dari Bandung. Kemudian dari wayang klitik ini disempurnakan kembali

pembuatannya oleh Ki Dalem Karanganyar dan dibuatlah sebuah wayang golek.

Kemudian dari Ki Darman yang membuat wayang klitik tersebut disempurnakan

kembali oleh Ki Dalam Karanganyar membuat wayang golek dengan bentuk

animasi 3 dimensi. Muncul tokoh-tokoh wayang golek, setelah perangkat wayang

golek memenuhi target dangan jumlah tokoh-tokoh yang dominan kemudian

dibuatlah suatu pertunjukan wayang golek pertama kali, dengan dalang dari Jawa

Barat yaitu Ki Dipoguno. Kemudian sampai sekarang wayang golek semakin

berkembang dan munculnya kreatifitas baru baik didaerah Bandung, Bogor dan

didaerah Jawa Barat lainnya.Wayang golek perkembangannya cukup pesat sama

seperti wayang kulit, bahkan wayang golek lebih dulu untuk perkembangannya

artinya muncul kratifitas-kreatifitas baru. Nyatanya sampai sekarang generasi

dalang muda penerus wayang golek juga cukup banyak baik didaerah Jawa Barat

maupun di daerah Jakarta dan sekitarnya. Munculnya dalang-dalang muda dan

anak-anak juga untuk memajukan seni. Ketika PEPADI pusat mengadakan sleksi

dalang, tingkat anak-anak dan remaja juga masuk ke tingkat Nasioanal pasti

muncul dalang anak-anak dan remaja pada wayang golek dan perkembangannya

wayang golek sampai saat ini cukup lumayan, muncul tadi banyaknya dalang-

dalang muda dan kreatifitas baru dalam pertunjukaan wayang golek.44

44 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi

Page 53: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

48

Dulu ketika tahun 85 Bapak Sumardi sudah melihat adanya perkembangan

baru seperti ketika perang, kepala dipukul dan muncrat keluar darah. Ini kreatifitas

baru, dalangnya waktu itu Asep Sunandar. Kemudian makin kesini dalang-dalang

muda makin banyak kreatifitas ditambah intrumen musik pada saat pertunjukan.

Selain itu kreatifitas pengembangan baru adalah tokoh-tokoh Nasionalisme seperti

tokoh Gusdur Jokowi dan lainnya. Siapa saja yang menurut mereka untuk lelucon

dalam maksud untuk syiar tentang Nasional atau memainkan tokoh dalangnya

dibuat. Ini adalah penambahan kretaifitas untuk merangsang perhatian penonton.

Ternyata seni itu tidak kaku, seni itu luwes bisa dikembangkan kreatifitasnya

sesuai dengan kemampuan dalang tapi dengan catatan tidak meninggalkan aqidah-

aqidah seni budayanya dan unsur-unsur yang dituangkan dalam pertunjukan tetap

ada , patokan-patokan aturan tetap diikuti bukan hanya penambahan kreatifitas

saja tapi muncul-muncul juga efek baru seperti keluar petir, suara hujan dan lain

sebagainya.45

45 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi

Page 54: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

46

BAB III

KAJIAN TEORI

A. Semiotika Peirce

Sejak pertengahan abad ke-20, semiotika telah menjadi bidang kajian yang

sungguh besar diantara kajian bahasa tubuh, bentuk-bentuk seni, komunikasi

visual, media, upacara, singkatnya semua yang digunakan, diciptakan, atau

diadopsi oleh manusia untuk memperolah makna. Istilah semeiotics diperkenalkan

oleh Hippocrates (460-377 SM), penemu medis Barat seperti ilmu gejala-gejala.

Gejala,menurut Hippocrates merupakan semion- bahasa Yunani untuk penunjuk

(mark) atau tanda (sign) fisik.1

Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani semion yang berarti

tanda atau seme yang berarti “penafsir tanda”. Semiotika berakar dari studi klasik

dan skolastik atau seni logika. Tanda bermakna sesuatu hal yang menunjukan

pada adanya hal lain. Contohnya asap menandakan adanya api.2Semiotika

merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. artinya

mempelajari semiotika sama dengan kita mempelajari berbagai tanda. Manusia

dengan perantara tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.3

Memahami Semiotika tentu tidak bisa melepaskan pengaruh dua petsemiotika

tokoh modern yaitu Ferdinand De Saussure (1857-1913) dan Charles Sander

1 Triana Sugesti, Makna Simbol Kesenin Tari Ebeg Kabupaten Banyuma Kajian SemiotikaPeirce (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah: 2017) hal. 15

2 Alex Sobur , Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 163Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Remaja Rosdakarya: Bandung 2009) hal. 15

Page 55: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

47

Peirce (1839-1914).4 Ferdinand De Saussure seorang strukturalis, ia melihat tanda

sebagai penemuan antara bentuk (yang tercitra dalam kognisi seseorang) dan

makna (isi yang dipahami oleh manusia pemakai tanda).5Sedangkan, Charles

Sanders Peirce seorang pakar logika dan matematika Amerika sama dengan

Ferdimamd de Saussure dianggap pendiri studi ilmiah zaman modern terhadap

tanda. Semiotika adalah ilmu dinamis, hidup dan dan selalu berubah.6Charles

Sanders Peirce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839.

Ayahnya, Benyamin adalah seorang profesor matematika pada Universitas

Harvard. Peirce berkembang pesat dalam pendidikan di Harvard. Pada tahun 1859

dia menerima gelar BA, kemudian pada tahun 1862 dan 1863 secara berturut-turut

dia menerima gelar M.A dan B.Sc dari Universitas Harvard.7

Teori semiotika Peirce seringkali disebut “grand theory” karena gagasannya

bersikap menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan.8

Penelitian ini menggunakan konsep semiotika yang dikenalkan oleh Charles

Sander Peirce. Peirce adalah ilmuwan yang pertama kali mengembangkan teori

modern tentang tanda, pada abad ke-19. Perice mengembangkan filsafat

pragmatisme melalui kajian semiotika pemahaman akan struktur semiosis, jadi

semiosis adalah proses pemaknaan atau penafsiran tanda. Semiosis menjadi dasar

yang tidak ditiadakan bagi penafsir dalam upaya mengembangkan pragmatisme.

4Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest, Serba Serbi Semiotika (Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 1991) hal. 1

5 Triana Sugesti, Makna Simbol Kesenian Tari Ebeg Kabupaten Banyumas KajianSemiotika Peirce (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah: 2017) hal. 16.

6Triana Sugesti, Makna Simbol Kesenian Tari Ebeg Kabupaten Banyumas KajianSemiotika Peirce (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah) hal. 17.

7Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitiandan skripsi komunikasi ( Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) hal 17.

8Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitiandan skripsi komunikasi ( Jakarta: Mitra Wacana Media) hal 17.

Page 56: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

48

Seorang penafsir adalah yang bekedudukan sebagai peneliti, pengamat, pengajian

objek yang akan dipahaminya. 9

Peirce menjelaskan kata semiotika adalah sinonim dari kata logika. Kata ini

juga sebelumnya digunakan oleh ahli filsafat Jerman Lambert pada abad XVIII

yang mana Perice juga menambahkan logika yang harus dipelajari bagaimana

orang bernalar yang sesuai dengan teori hipotesis Peirce yang mendasar dan

dilakukan dengan tanda-tanda. Tanda memungkinkan kita untuk berpikir dan

berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada sesuatu oleh alam

semesta.10Semiotika bertujuan untuk menemukan makna yang terkandung dalam

sebuah tanda atau menafsirkan makna sehingga diketahui bagaimana

mengkontruksi pesan.11

B. Tanda dalam Semiotika Peirce

Dalam penelitian wayang golek, peneiliti ingin melakukan pengamatan

tentang simbolik wayang golek dengan menggunakan analisis semiotika Charles

Sanders Peirce. Menurut Barger, semiotika memiliki dua tokoh yaitu Ferdinand de

Saussure (1857-1913) dan Chales Shanders Peirce (1839-1914). Keduanya

mengembangkan ilmu ini di tempat yang berbeda dan tidak mengenal satu dengan

yang lain. Saussure di Eropa, seorang ahli bahasa dan Peirce di Amerika Serikat,

seorang Filsuf.12 Melihat keduanya, peneliti mengambil teori semiotika dari tokoh

Charels Sanders Peirce dalam membuat dan menentukan penelitian ini. Menurut

Peirce tanda sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu. Tanda merupakan suatu

9Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2009) hal 95.10Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hal 95.11Khomastun, Makna Semiotika Seni Pertunjukaan Tari Tradisional Sintren (Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, 2016) hal. 4412Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009) hal. 11

Page 57: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

49

proses kognitif yang berasal dari apa yang ditangkap oleh panca indra. Bagi

Peirce penalaran manusia dilakukan lewat tanda, maksudnya manusia hanya bisa

bernalar melalui tanda.13

Peirce melihat tanda bukan sebagai sebuah struktur yang tergambar dalam

kognisi manusia, melainkan sebagai sebuah proses semiosis yaitu proses

penafsiran tiga tahap secara kognitif yang bertolak dari sesuatu hal yang dapat

dipersepsi secara inderawi atau dapat dipikirkan. Tanda bagi Peirce adalah hal

yang menggantikan seseorang untuk hal lain dalam beberapa kapasitas. Tanda

dalam pemikiran Peirce bersifat tradis karena mengandung tiga aspek, yaitu the

Representamen, an Interpretant, and Objek. Representamen adalah bentuk tanda,

yang tidak harus bersifat material. Sedangkan interpretant bukan semata-mata

seorang interpretan melainkan lebih pada pengertian yang dibuat tanda. sebuah

objek merupakan sesuatu yang diacu oleh tanda. 14

Tanda menurut Peirce selalu dalam proses perubahan tanpa henti, yang

disebut proses semiosis yang tak terbatas, yaitu proses penciptaan rangkaian

interpretan yang tanpa akhir. Selanjutnya Peirce juga mengklasifiksi ground

seperti: 15Qualisign, Sinsign, dan Legisig

1. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata kasar, keras,

lemah, lembut.

13Sumbo Tinarboko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra) hal. 1114Sri Teddy Rusdy, Semiotika dan Filsafat Wayang: Analisis kritis pergelaran wayang

(Jakarta: Yayasan Kertagama, 2015) hal. 1315Triana Sugesti, Makna Simbol Kesenian Tari Ebeg Kabupaten Banyumas Kajian

Semiotika Peirce (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah: 2017) hal 15

Page 58: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

50

2. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda

misalnya kata karuh atau keruh yang ada pada urutan kata airsungai keruh

yang menandakan bahwa ada hujan hulu disungai.

3. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu

lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan

manusia.16

Tanda adalah rangkaian dari seluruh komunikasi manusia dengan perantara

dan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.17Tanda

merupakan rangkaian dari seluruh komunikasi manusia dengan perantara dan

tanda-tanda dapat melakukan dengan sesamanya. Kajian semiotika membagi

dalam dua jenis yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.

1. Semiotika komunikasi : yang berkaitan dengan teori produksi tanda yang

salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam

komunikasi yaitu pengirim, penerima tanda (system tanda), pesan, saluran

komunikasi, acuan (hasil yang dibicarakan).

2. Semiotika signifikasi : yang lebih mengutamakan dari segi pemahaman

suatu tanda, sehingga proses kognisinya para penerima tanda lebih

diperhatikan dari pada proses komunikasinya. 18

16 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 4117Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian

dan Skripsi Komunikasi ( Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) hal. 818Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian

dan Skripsi Komunikasi ( Jakarta: Mitra Wacana Media) hal.8-9

Page 59: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

51

C. Proses Semiotika Peirce

Menurut Peirce tanda dan pemakanaanya bukan struktur melainkan suatu

proses kognitif yang disebut semiosis. Semiosis adalah proses pemaknaan dan

penafssiran tanda yang dilalui dengan tiga tahap, yaitu tahap pertama

representamen, tahap kedua objek (object)¸dan tahap ketiga interpretant. Karena

itu, definisi tanda Peirce sering disebut triadik (bersisi tiga) .

Objek

Representamen Intrepretant

Menurut peirce tanda adalah mengemukakan sesuatu atau disebut juga

representamen. Peirce menambahkan bahwa apa yang dikemukakan oleh tanda,

apa yang diacunya, yang ditunjuknya, disebut oleh Peirce dalam bahasa Inggris

Object.19 Sebuah tanda atau representamen menurut Peirce adalah sesuatu yang

bagi seseorang mewakilii sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas.

Sesuatu yang lain itu oleh Peirce disebut interpretant dinamakan interpretant dari

tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada objek. Dengan demikian

menurut Peirce sebuah tanda atau representamen memiliki relasi “tradik”

langsung dengan interpretan dan objeknya.20

Semiotika menurut Peirce adalah ilmu yang mempelajari tentang makna dari

tanda-tanda. Tanda (representament) adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu

19Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-Serbi Semiotika (Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 1991) hal. 7

20Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media,2003) hal. 18

Page 60: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

52

yang lain dalam batas-batas tertentu.Bagi Peirce tanda dan pemaknaannya bukan

struktur melainkan suatu proses kognitif yang disebut dengan semiosis. Tahap

pertama adalah pencerapan aspek representamen tanda (melalui pancaindra),

tahap kedua mengaitkan secaran spontan representamen dengan pengalaman

dalam kognisi manusia yang memaknai representamen itu (disebut object), dan

ketiga menafsirkan object sesuai dengan keinginannya. Tahap ketiga ini disebut

interpretant.21

Menurut Peirce semiotic disebut juga dengan representamen dan terdapat tiga

tahapan dalam proses pemaknaan diantaranya yaitu:

1. Persepsi indrawi atau representament misalnya asap yang terlihat dari jauh

2. Perujukan asap pada objek (peristiwa kebakaran yang tidak dialami

langsung)

3. Pembentukan interpretan (penafsiran, misalnya “pertokaan itu di daerah

X”

Jadi dapat disimpulkan dari penjelasaan bagian atas dan bagian bawah tahap

proses 2 dan proses 3 adalah proses hasil pikir manusia, sedangkan tahap proses 1

terjadi oleh indrawi manusia.22

Dalam mengkaji objek, melihat segala sesuatu dari tiga konsep trikotomi yaitu

sebagai berikut:

21Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya edisi ke 3 (Depok: KomunitasBambu, 2014) hal. 8.

22Khomastun, Makna Semiotika Seni Pertunjukaan Tari Tradisional Sintren (Skripsi S1Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, 2016) hal 51-52

Page 61: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

53

1. Sign (Representamen)merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu yang

dapat diserap pancaindra. Dalam hubungan ini Peirce mengklasifikasi

tanda, yang dikaitkan dengan ground dibagianya menjadi qualisign,

sinsign, dan legisign.

a. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata kasar, keras,

lemah, lembut.

b. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda

misalnya kata karuh atau keruh yang ada pada urutan kata airsungai keruh

yang menandakan bahwa ada hujan hulu disungai.

c. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu

lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan

manusia.23

2. Objek tanda diklasifikasikan oleh Peirce terbagi atas icon (ikon), index

(indeks), dan symbol (simbol).

a. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat

bersamaan bentuk alamiah atau hubungan antara tanda dan objek bersifat

kemiripan misalnya potret atau peta.

b. Indeksadalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara

tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau

tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh asap sebagai tanda

adanya api.

23Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 41

Page 62: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

54

c. Symbol (simbol) adalah tanda yang menujukkan hubungan alamiah

anatara petanda dengan penandanya. Hubungan di antarnya bersifat

arbitrer atau semena.24

3. Interpretan, tanda dibagi menjadi rheme, dicent sign, atau dicisign dan

argument.

a. Rhemeadalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan

pilihan. Misalnya orang yang merah matanya dapat saja menandakan

bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata atau baru

bangun tidur atau ingin tidur.

b. Dicent sign atau dicsignadalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada

suatu jalan seing terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu

lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.

c. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.

Misalnya seseorang berkata “gelap”. Orang itu berkata gelap sebab ia

menilai ruang itu cocok dikatakan gelap. Dengan demikian argumen

merupakan tanda yang berisi penilaian atau alasan.25

Tanda

Ground Object Interpretan

Qualisign Icon Rheme of seme

Sinsign Index Dicent or dicisign or pheme

Legisign Syimbol Argument

Makna Tanda

D. Semiosis Peirce

24Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 41 -42

25Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 42-43.

Page 63: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

55

Suatu pengaruh atau tindakan yang mencakup kerjasama antara tiga subjek,

yaitu tanda, objek dan interpretannya. Tanda, salam pandangan Peirce yaitu

sesuatu yang hidup dan hidupkan. Hadir pula proses interpertasi (semiosis) yang

mengalir. Semiosis sendiri dapat dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat

diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan istilah. 26

S adalah untuk semiotic relation (hubungan semiotik), S untuk sign (tanda), i

untuk interpreter (penafsir), e untuk effect atau pengaruh, r untuk reference

(rujukan) dan c untuk context (konteks) atau conditions (kondisi).27

Wujud semiotika pada prinsipnya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga hal

seperti halnya dalam kebudayaan:

1. Ide atau gagasan semiosis yang ada di benak subjek merupakan rencangan

yang akan ditetapkan ke dalam suatu putusan tindakan. Contohnya seorang

dalang yang berancana mementaskan wayang kulit dengan lakon

“Hanoman Obong”, maka terjadi proses semiosis dalam pemikirannya

dengan mengidentifikasi bagian-bagian yang dapat mendukung alur cerita

tersebut.

26Triana Sugesti, Makna Simbol Kesenian Tari Ebeg Kabupaten Banyumas: Kajiansemiotika Peirce (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta: 2017) hal. 22

27 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) hal. 17

Nt S (s, i, e, r, c )

Page 64: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

56

2. Aktivitas atau tindakan semiosis adalah sesuatu yang dilakukan

menyangkut sistem tanda yang dipergunakan untuk menggunakan ide atau

gagasan yang telah direncanakan dalam pikirannya. Contohnya tindakan

dalang ketika menampilkan tokoh-tokoh yang berperan dalam pementasan

wayang sesuai dengan judulnya, termasuk pemilihan ungkapan bahasa

yang dianggap sesuai bagi dukungan atau pementasan tersebut.

3. Artefak pendukung sebagai buah hasil pemikiran dan tindakan semiosis

yang dilakukan manusia. Contohnya perangkat wayang, gamelan, dan lain

sebagainya merupakan pendukung tindakan semiosis. Bunyi, gerakan,

bahasa, permainan lampu dan sebagainya merupakan tindakan semiosis

yang terkait dengan artefak yang dimainkan. 28

28Sri Teddy Rusdy, Semiotika dan Filsafat Wayang: Analisis Kritis Pergelaran Wayang(Jakarta: Yayasan Kertagama, 2015) hal. 11-12

Page 65: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

57

BAB IV

SIMBOLIK SENI PERTUNJUKAAN WAYANG GOLEK

A. Interpretasi Seni Pertunjukaan Wayang Golek

1. Unsur Para Pelaksana

a. Dalang

Dalang adalah orang yang bertindak sebagai pemain wayang. Seorang dalang

mempunyai kedudukan yang sentral dalam pertunjukaan wayang, dalang

bertanggung jawab seluruh pertunjukaan wayang, bertindak sebagai sutradara,

sebagai penyaji, sebagai juru penerang, juru pendidik, penghibur dan pemimpin

artistik. Oleh karena itu seorang dalang dituntut tidak hanya menguasai teknis

pendalangan namun juga memahami bidang yang lain seperti masalah kerohanian,

falsafah hidup, pendidikan, kebatinan, kesustraan, ketatanegaraan dan

sebagainya.1Semua dalang zaman era sekarang ini dituntut kreativitas tinggi.

Dikarenakan modernisasi membawa pola dampak terhadap kehidupan seni

pertunjukan wayang baik dampak yng positif maupun dampak yang negatif. Oleh

karena itu setiap sajian yang ditampilkan hendaknya mempunyai relevansi dengan

kehidupan dan mencerminkan nilai-nilai luhur serta mengangkat derajat

kemanusiaan.2

Dalang adalah sentral perhatian dari keseluruhan pertunjukan wayang baik dan

buruknya sebuah pertunjukan ada ditangan seorang sang dalang. Dalang

1 Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press, 2005) hal. 72Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press) hal. 7

Page 66: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

58

menyimbolkan Tuhan, jika manusia diatur dan digerakan oleh Tuhan maka

wayang bisa bergerak dan mengandung arti kehidupan jika dihidupkan oleh sang

dalang. Baik atau jelek pertunjukan wayang, ketika sudah dimainkan sang dalang

itu tergantung dalangnya. Manusia dibumi, mau jahat atau baik sudah ada di

catatan Allah tergantung manusia mengolahnya bagaimana. Kapan lahirnya,

kapannya menikahnya, dan kapan matinya sudah ada dicatatan Allah. Begitu juga

dalam wayang, kapan muncul keluarnya, kapan matinya, kapan ada acara

pernikahannya, kapan ada adegan berantem dan lain sebagainya itu tergantung

sang dalang.3

b. Gugunungan

Gugunungan atau gunungan terkadang disebut kayon adalah sejenis wayang

khusus. Wayang ini merupakan salah satu wayang dari kulit yang bisa ditemui

pada wayang golek dan wayang kulit. Gunungan adalah wayang pertama dan

terakhir yang terlihat dijagat raya bahkan sebelum pertunjukan dimulai. Wayang

ini pada dasarnya adalah sebuah penanda yang muncul diantara adegan-adegan

dan membatasinya. Misalnya, pada saat adegan pertama di istana selesai dalang

akan melintaskan gugunungan, diiringi gamelan. Dalang juga menancapkan dan

3Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi di musium wayang kota tua, Jakarta, 21Februari 2019.

Simbol pengendali

Dalang Sebagai Tuhan

Page 67: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

59

mengisahkan sejumlah peristiwa, mengumumkan tokoh-tokoh berikutnya yang

akan muncul di jagat dan sebagainya. Lamanya waktu penancapan gugunungan

bervariasi menurut perkembangan pertunjukan, terkadang dalang dapat menunggu

akhir lagu atau lagu selesai sebelum melanjutkan lakon. Dan di akhir lakon,

dalang menancapkan gugunungan untuk terakhir kalinya, dan dengan demikian

pertunjukaan resmi ditutup atau selesai. 4

Pada sehelai daun atau sebuah gunung, gugunungan semestinya

menampung semesta. Kulitnya penuh hiasan, yang menguraikan setiap elemennya

dengan sangat rinci. Disana terlihat citra gerbang sebuah istana dengan 5 anak

tangga, dengan 2 barusan lima puluh pilar, dijaga oleh dua penjaga yang beringas

(raksasa). Ada sebuah kolam ikan, dibawah tatapan dua ekor burung garuda,

kemudian seekor harimau, seekor kerbau dan seekor ular yang melilit sebatang

pohon berdaun yang dihuni oleh beberapa hewan (monyet, burung) yang

berujung pada sekuntum bunga di puncaknya. Gugunungan ini merupakan simbol

dari dunia dan seisinya. 5

4Sarah Anais Andriue, Raga Kayu Jiwa Manusia “Wayang Golek Sunda” ( Jakarta: PTGramedia, 2014) hal. 106-107

5Sarah Anais Andriue, Raga Kayu Jiwa Manusia “Wayang Golek Sunda” ( Jakarta: PTGramedia) hal. 106-107

Gambaran dunia danseisinya

Tiruan manusia

Page 68: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

60

c. Wayang

Wayang berasal dari bahasa Jawa “wewayangan” yang berarti bayangan.

Dikatakan wayang atau wewayangan karena pada zaman dahulu untuk melihat

wayang, penonton berada dibelakang layar yang disebut kelir dan sang Dalang

memainkan wayang yang diterangi lampu sehingga menimbulkan bayangan

yang menempel pada kelir pertunjukan. Penonton tidak melihat sang dalang

tetapi hanya bisa menyaksikan bayangan wayang, yang seolah-olah bayangan

wayang menempel pada kelir adalah manusia yang hidup.6 Jika ditinjau dari arti

filsafatnya wayang dapat diartikan sebagai bayangan atau merupakan

pencerminan dari sifat-sifat yang ada pada dari dalam jiwa manusia.7

d. Golek

Skripsi ini yang akan di fokuskan pada seni pertunjukaan yaitu pertunjukan

wayanggolek. Wayang golek adalah wayang yang terbuat dari kayu dibentuk

mirip dengan manusia baik muka maupun tubuhnya. Kata golek secara harfiah

6Kustopo, Mengenal Kesenian Nasioanl 1 Wayang (Semarang: Bengawan Ilmu, 2008) hal1.

7Satria Surya Prayoga, Pengertian Wayang. Artikel diakses pada Rabu, 21 Februari 2018dari http://pengertianwayang.blogspot.co.id/.

Tiruan manusia

Wayang A Bayangan manusia

Page 69: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

61

berarti boneka, patung kecil atau mencari makna cerita.8 Sedangkan kata golek

dalam bahasa Jawa berarti mencari (nggoleki) jadi penampilan wayang golek ini

mengandung maksud agar setelah penonton selesai mengikuti lakon dari awal

hingga akhir mereka bisa nggoleki atau mencari inti pelajaran yang bermanfaat

yang tersirat dalam pertunjukan wayang golek. 9

e. Pesindhen

Pesindhen atau Waranggana adalah seorang penyanyi dalam orkes (gamelan)

yang mengiringi pertunjukan wayang yang berfungsi menghiasi gendhing (lagu)

melodi yang mengiringi adegan tertentu. Oleh karena itu dalang yang ditunjuk

untuk pentas wayang suranya kurang bagus, maka waktu pertunjukan agar dibantu

seorang pesindhen yang masuk dalam orkes gamelan yang mempunyai tugas

untuk menghias gendhing. Maka setiap pertunjukan wayang dilengkapi dengan

pesindhen yang jumlahnya satu atau dua orang pesindhen. Seorang pesindhen

dalam pergelaran wayang selain harus memiliki gandar yang bagus, juga harus

menguasai gendhing. Gendhing untuk keperluan wayangan dan lagu-lagudolanan

8A.M Hermien Kusmayati, dkk, Indonesia Hertage: Seni Pertunjukaan (Jakarta: BukuAntar Bangsa Untuk Grolier Internasional Inc, 2002) hal. 58

9 Jajang Suryana, Wayang Golek Sunda: Kajian estetika rupa tokoh golek (Bandung:Kiblat Buku Utama, 2002) hal. 72.

Golek T Mencari inti pelajaran hidupyang bermanfaat

Mencari

Page 70: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

62

baik yang pop maupun dolanan klasik serta dapat menyesuaikan laras gamelan

yang dipergunakan dalam pertunjukan wayang. 10

2. Perlengkapan Pertunjukan Wayang Golek

a. Gamelan atau Karawitan

Gamelan adalah esembel musik Jawa atau karawitan yang berlaras slendro dan

pelog. Gamelan digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang golek.11

Gamelan terdiri dari bebarapa alat musik yaitu kempul, gong, siyem, bonang,

suling, kempyang, kethuk, kenong, saron, slethem, gambang, rebab, celembung,

gender, gendang, yang dimana jika beberapa jenis alat musik dimainkan secara

bersamaan akan menghasilkan bunyi yang sangat indah, berbeda alat musik tetapi

memiliki bunyi yang sangat harmonis. Begitu pun sama halnya dengan simbol

gamelan, gamelan menyimbolkan Bhineka Tunggal Ika yang bermakna meskipun

beranekaragam tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu

kesatuan.12

10Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press, 2005)hal. 25-26

11Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press) hal. 16212Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi di musium wayang kota tua, Jakarta, 21

Februari 2019.

Pesinden Penyanyi wanita dalampertunjukaan wayang

M Manusia

Page 71: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

63

b. Blencong

Blencong adalah lampu yang digunakan untuk menyinari pertunjukan wayang.

Dulu blencong dinyalakan dengan minyak kelapa dan memakai sumbu dari

kapas.Pada waktu pertunjukan wayang masih menggunakan blencong, maka

pertunjukan wayang memang suatu pertunjukan bayangan dan bayangan wayang

karena sinar blencong itu membuat boneka wayang menjadi hidup, mengesankan.

Blencong melambangkan cahayaa yang memberikan kehidupan kepada semua

makhluk hidup didunia.13

13Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi di musium wayang kota tua, Jakarta, 21Februari 2019.

Kesatuan ragambunyi

Bhineka Tunggal Ika,berbeda alat musiktetapi memiliki bunyiyang harmonis

Bl Blencong Cahaya yang memberikan kehidupankepada manusia

Cahaya penerang

Page 72: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

64

c. Gedebog

Gedebog adalah perlengkapan pertunjukan wayang golek. Gedebog yang

digunakan dalam pertunjukan wayang terdiri tiga atau empat buah gedebog

(batang pisang). Ukuran gedebog yang normal, gedebog disebalah kanan dan kiri

panjang kurang lebih 3,5 m, sedangkan yang ditengah dua buah dengan panjang 2

m dan dipilih gedebog yang masih seger, sehabis ditebang.

Ada 2 batang pendek dan tinggi, gedebog yang tinggi berada di depan,

sedangkan gedebog yang pendek berada dibelakang dalang. Itu sebagai simbol

strata kehidupan, mana yang harus ditancapakan dibagian atas dan bagian. Ada

perbedaan strata, ketika wayang sedang berdialog disuatu kerajaan maka wayang

yang ditancapkan di gedebog atas itu harus raja atau pendeta, sedangkan gedebog

yang dibawah pembantunya (patih, aparat, prajurit) ini semua adalah arti dari tata

kerama atau sopan santun. Contohnya ketika sang raja menerima raja tentu

dipersilakan untuk duduk atau ditancapakan di gedhebog bagian atas.14

d. Kothak Wayang

Kothak wayang adalah sebuah kothak yang terbuat dari kayu nangka atau

kayu Suren dengan ukuran panjang kurang lebih 55 cm. Kothak ini untuk

14 Wawancara pribadi dengan Bapak Sumardi di musim wayang kota tua, Jakarta, 21Februari 2019).

Batang pisang

Gedebog Sopan santun salingmenghargai satu sama laindan strata kehidupan

Page 73: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

65

menyimpan boneka wayang setelah selesai pertunjukan wayang. Satu kothak

berisi kurang lebih 200 boneka wayang, ketika pertunjukan wayang boneka

wayang yang berada di dalam kothak dikeluarkan dan sebagian disimpan di kanan

dan kiri. Kothak wayang ini menyimbolkan rumah (tempat untuk kembali), ketika

dikeluarkan oleh sang dalang berarti ada kehidupan atau dikelurakan sang dalang

berarti keluar dari rumah mulai menjalani aktifitas.15

e. Cempala

Salah satu intrumen (alat) yang penting dalam pertunjukkan wayang yang

digunakan oleh dalang untuk menghidupkan gerakan wayang atau ginem (dialog)

adalahcempala. Cempala adalah alat pemukul yang dipukul pada kothak wayang

yang menimbulkan suara atau efek tertentu sesuai kebutuhan dalang. Cempala,

instrumen bahwa pertunjukaan masih berlangsung (tok-tok, crek-crek). Cempala

ini menyimbolkan detak denyut manusia, jadi selama ada pertunjukaan

berlangsung masih ada bunyi cempala berarti masih ada kehidupan. Ketika sudah

tidak ada bunyi cempala berarti kehidupan telah selesai, berarti sudah tidak ada

pertunjukan lagi dan wayang masuk dalam kothak.16

15Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi di musium wayang kota tua, Jakarta, 21Februari 2019.

16 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi di musium wayang kota tua, Jakarta, 21Februari 2019.

Kothak Wayang S Tempat untuk kembaliatau memulai aktifitas

Simbol rumah

Page 74: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

66

f. Kecrek

Kecrek (bilah-bilah logam), kecrek untuk mengiringi ketika wayang golek

sedang perang yang dimainkan dengan kaki. Kecrek ini digantung diluar kothak

wayang dan dimainkan oleh kaki dalang (cek-cek-cek) ini sebagai simbol jiwa

semangat kehidupan.17

17Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi di musium wayang kota tua, Jakarta, 21Februari 2019.

Denyut, irama kehidupanmanusia

Bunyi kehidupan

Semangat jiwa

Manusia memiliki semangatdalam melakukan aktifitas

Page 75: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

67

3. Unsur-Unsur Pendukung

a. Tempat Pertunjukan Wayang (Panggung)

Untuk mengenai waktu pementasan wayang golek sesuai dengan kebutuhan.

Sang dalang hanya mengikuti atas permintaan saja (bisa siang atau malam) sesuai

dengan pementasan dan mengenai waktu juga sesuai dengan permintaan, biasanya

pementasan wayang golek mulai dari jam 9 malam- jam 3 pagi. Pementasan

wayang golek biasanya diselenggarakan seperti hajatan, peresmian gedung,

merayakan hari-hari besar Nasional seperti 17 Agustus) dan lain-lain jadi luwes

untuk apapun bisa.18

b. Penonton

Dalam suatu kegiatan kesenian terdapat tiga komponen yaitu: seniman, karya

seni, dan masyarakat (penonton) atau penghayat. Ketiganya saling mempengaruhi.

18Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi di musium wayang kota tua, Jakarta, 21Februari 2019.

Pertunjukaan

Tempat dilaksanakanpertunjukaan wayanggolek

Page 76: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

68

Penonton, pendengar, massa atau publik adalah aneka publik (penonton).

Penonton terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok seperti kelompok pelajar,

kelompok budayawan atau seniman, kelompok buruh, kelompok pegawai negri

atau perjabat, kelompok generasi muda dan sebagainya. Penonton sebenarnya

tidak pasif secara mutlak, bila melihat pertunjukan wayang. Memang beberapa

penonton itu ada yang hanya ingin melihat hiburan saja, ada juga yang memahami

wayang, dan ada penonton yang hadir di pertunjukaan wayang ingin memperoleh

pengalaman estetis. Para dalang selalu berusaha untuk dapat memuaskan

penonton dengan cara mengemas pertunjukan wayang, dan selalu mengikuti

selera penonton.19

19Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press) hal 106-107.

Penonton O Orang yang menontonpertunjukan wayang golek

Manusia

Page 77: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

69

4. Unsur struktural pertunjukan wayang golek

a. Gending Patalon

Pertunjukan wayang diawali dengan gending patalon atau talu yang

berarti pembukaan dengan komposisinya sebagai berikut:

1. Gendhing Cucurbuwuk

2. Ladrang Srikon

3. Ketawang Sukmailang

4. Ayak-ayakan manyura

5. Srepeg manyura

6. Sampak manyura

Keenam gendhing tersebut secara filsafati menggambarkan jalannya masa atau

tingkat hidup atau kehidupan manusia. Gendhing Cucurbawu melukiskan tatkala

manusia berada dalam keadaan benih (biji) sebelum terjadi pembuahan. Ladrang

Srikaton berarti sesuatu yang telah nampak melukiskan masa anak kecil sebelum

akil balig, dan Sukamaling melukiskan masa remaja, sedangkan Ayak-ayakan

manyura melukiskan masa dewasa, spreg manyura melukiskan masa tua, sampak

manyura melukiskan masa hidup berakhir keadaan maut.20

20Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press, 2005)hal.166-167

Jalan kehidupan

Gendhing Patalon Struktur jalannya kehidupanmanusia dari kecil sampai tua

Page 78: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

70

b. Jejeran

Adegan jejeran yang membicarakan pokok isi cerita atau masalah yang harus

dihadapi. Adegan jejeran memperlambangkan suatu pendirian, yang pada

hakikatnya hidup itu mejelma bersama dengan rancangan hidup makhluk yang

bersangkutan. Planning itu tak mungkin berubah atau dirubah maka peristiwa itu

dinamakan kodrat alam dan takdir. Hanya Tuhan dapat merubah planning,

sedangkan dalam pendalangan yang membuat planning adalah sang dalang. 21

c. Perang Gagal

Perang gagal adalah peperangan antara seorang kesatria (lambang sifat yang

baik dan benar) dan seorang prajurit lambang sifat yang buruk. Dalam peperangan

ini tidak ada yang mati, tidak ada yang kalah dan kedua belah pihak sama kuat.

Peristiwa ini bermakna bahwa nafsu, sifat angkara, murka, dapat dikendalikan.

Maka adegan perang gagal, dapat diartikan sebagai lambang perkembangan hidup

sang pemuda, dan pada tingkat ini mulai djumpai rintangan yang tak

21Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press) hal. 167

Pendirian

J Jejeran Program hidup manusia yangakan dihadapi

Page 79: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

71

terduga,rintangan dapat disingkirkan dengan keteguhan, keunggulan budi pekerti,

dam ketekunan perjuangannya.22

d. Gara-gara

Gara-gara adalah adegan setelah perang gagal keluarnya para panakawan

(semar, gereng, pertruk, bagong) mereka bersandaugurau, dan tetembangan.

Adegan gara-gara itu menggambarkan suatu pergantian hidup yang hebat dan

penting, dari masa remaja kemasa dewasa. Adegan gara-gara biasanya dilanjutkan

dengan adegan seorang kstria menghadap seorang Pandita. Kstaria yang sedang

mengalami pancaroba dalam jiwanya dan diiringi para panakawan. Para

panakawan ini melambangkan hidup yang bersifat tetap atau stabil, artinya baik

buruknya kehidupan tidak berpengaruh lagi atas jiwa sang pemuda, peristiwa ini

bermakna kejujuran jiwa sang ksatria, kemurnian akan tujuannya, berdasarkan

kesusilaan, kesabaran dan kebulatan tekad yang dilambangkan oleh tokoh Semar,

Gareng, Petruk, dan Bagong.23

22Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press) hal.169-170

23Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press) hal.170

Perkembangan hidup

P Perang Gagal Terdapat sifat keteguhan budipekerti, perjuangan

Page 80: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

72

e. Jejer Pandhita

Adegan ini menggambarkan pertemuan seorang satria yang mengahadap

kepada Pendeta untuk mencari petuah dan nasehat masalah kehidupan. Adegan ini

melambangkan suatu masa dimana manusia mencari guru untuk belajar ilmu

pengetahuan.24

f. Perang Kembang

Adegan perang kembang adalah percecokan anatara seorang ksatria dengan

empat raksasa yang berada ditengah hutan. Keempat raksasa itu sebagai lambang

watak buruk manusia, yaitu malas, bengis dan tidak memiliki rasa kemanusiaan. 25

24Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press) hal.17125Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press) hal.171

Pergantian hidup

Gara-gara Pemuda jiwanya mengalamiperubahan dari keraguandan memiliki sifat tegas danteguh

Mencari guru

Jejer pandhitaMencari guru untuk mencaripetuah dan nasehat masalahkehidupan

Page 81: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

73

g. Jejer Sesintren

Adegan sintren ini adegan baru tokoh tertentu yang mempersoalkan adanya

bahaya yang mengancam baik dari dalam maupun dari luar tubuh. Dalam adegan

ini menggambarkan bahwa manusia dalam hidupnya akan diuji terus menerus

akan kekuataanya, keteguhannya, kejujurannya, keuletannya. Tugas manusia

adalah berusaha untuk lulus dari ujian, mengatasi berbagai kesulitan bahwa

peristiwa tersebut dalam adegan ini digambarkan dengan perang sintren yang

melambangkan gangguan jiwa/ rohani.

h. Perang Brubuh

Suatu adegan perang yang diakhiri dengan kemenangan dan banyak jatuh

korban. Adegan ini melambangkan suatu tataran dimana manusia sudah dapat

Watak buruk

G Perang Kembang 2 watak buruk manusia(malas, tidak memilikirasa kemanusiaan)

Jejer sesintrenS Berusaha kuat, tegar dari

setiap cobaan yangterjadi

C Cobaan hidup

Page 82: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

74

menyingkirkan segala rintangan dan berhasil menumpas segala hambatan hingga

berhasil mencapai tujuan.26

26Soetarno, Pertunjukan Wayang dan Makna Simbolisme (Surakarta: STSI Press) hal. 172

Mampu melewati rintangan

Perang brubah Berhasil melewati segalarintangan sampai akhirnyabisa mencapai tujuan

Page 83: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

75

B. Semiosis Seni Pertunjukan Wayang Golek

1. Unsur pelaksana

No Representamen Objek Interpretan

1. Dalang Simbol Tuhan

(pengendali)

Pengendali seluruh

pertunjukaan wayang

golek

2. Wayang Tiruan manusia Bayangan manusia

3. Golek Mencari Mencari inti pelajaran

yang bermanfaat

4. Gugunungan Tiruan wayang Gambaran dunia danseisinya

2. Pelengkapan wayang golek

No Representamen Objek Interpretan

1. Gamelan

(Kombinasi alat

musik)

Kesatuan ragam bunyi Bhineka Tunggal Ika,

berbeda alat musik

tetapi memiliki bunyi

yang harmonis

2. Blencong

(Lampu)

Cahaya penerang Cahaya yang

memberikan kehidupan

kepada manusia

3. Gedebog (Tiga

tumpukan

Batang pisang Sopan santun, saling

menghargai satu sama

Page 84: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

76

batang pisang,

bagian atas,

tengah dan

bawah)

lain dan strata

kehidupan

4. Kothak Wayang

(Tempat untuk

menyimpan

wayang)

Sebagai simbol rumah Tempat untuk kembali

atau memulai aktifitas

5. Cempala

(Alat pemukul)

Bunyi kehidupan Denyut, irama

kehidupan manusia

6. Kecrek

(Alat musik yang

menghasilkan

bunyi)

Semangat jiwa Manusia memiliki

semangat dalam

melakukan aktifitas

7. Gugunungan

(Tiruan wayang)

Simbol dunia Gambaraan dunia dan

isinya.

3. Unsur-unsur pendukung

No Representamen Objek Interpretan

1. Panggung Pertunjukaan Tempat dilaksanakan

pertunjukan wayang

Page 85: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

77

golek

2. Penonton Manusia Orang yang melihat

pertunjukaan wayang

4. Unsur struktrul pertunjukan wayang golek

No Representamen Objek Interpretant

1. Gendhing

patalon

Jalan kehidupan Struktur jalannya

kehidupan manusia dari

keci sampai tua

2. Jejeran Pendiriaan Program hidup manusia

yang akan dihadapi

3. Perang gagal Perkembangan hidup Terdapat sifat keteguhan,

budi pekerti, dan

perjuangan

4. Gara-gara Pergantian hidup Pemuda jiwanya telah

mengalami perubahan dari

keraguan dan memiliki

sifat tegas dan teguh

5. Jejer pandhita Mencari guru Mencari guru untuk

mendaptkan petuah dan

nasehat masalah kehidupan

6. Perangkembang Watak buruk 2 watak buruk manusia

(malas dan tidak memiliki

Page 86: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

78

rasa kemanusiaan)

7. Jejer sesintren Cobaan hidup Berusaha kuat, tegar dari

setiap cobaan yang terjadi

8. Perang brubah Mampu melewati

rintangan

Berhasil melewati

rintangan sampai

akhirnyabisa mencapai

tujuan

Page 87: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

79

1. Semiosis unsur pelaksana

Semiosis pertunjukaan wayang golek dari unsur pelaksana dapat dilihat

sebagai berikut:

,,

Semiosis diatas menjelaskan bahwa, Tuhan menciptakan dunia dan

seisinya. Tuhan juga menciptakan manusia untuk hidup yang bertujuan untuk

mencari pelajaran hidup yang bermanfaat

Dalang

Simbolpengendali

SebagaiTuhanpengendali

Simboldunia

Gambardunia danseisinya

Wayang

Manusia

Manusia

Golek

Mencari inti pelajaranhidup yang bermanfaat

Page 88: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

80

2. Semiosis unsur Perlengkapan pertunjukaan wayang golek

Semiosis pertunjukaan wayang golek dari unsur perlengkapan wayang

golek dapat dilihat sebagai berikut:

Semiosis dari perlengkapan wayang diatas menjelaskan, wayang adalah

cerminan manusia atau Manusia. Setiap manusia yang hidup memiliki denyut

nadi dan Tuhan menciptakaan manusia untuk memberikan kehidupan kepada

manusia, yang dimana manusia harus memiliki semangat dalam melakukan dan

wayang

Tiruan manusia

S Manusia

Cempala

Denyut, iramakehidupanmanusia

Cahaya penerang

Cahaya yangmemberikankehidupankepadamanusia

C Cahaya yangmemberikankehidupankepadamanusia

Kecrek

M Memilikisemangatdalammelakukanaktifitas

Gamelan

Berbeda tetapharmonis

Gedebog

Sopan santun,salingmenghargai(stratakehidupan)

Page 89: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

81

menjalankan aktifitas. Manusia diciptakan dengan beraneka ragam tetapi pada

hakikatnya satu kesatuan dan saling menghargai satu sama lain.

3. Semiosis unsur pendukung

Pertunjukaan

Panggung Tempatdilaksanakanpertunjukanwayang golek

Manusia

Orang yang melihatpertunjukaanwayang golek

Page 90: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

82

4. Semiosis unsur struktur pertunjukan wayang golek

Semiosis pertunjukaan wayang golek dari unsur struktur pertunjukaan

wayang golek dapat dilihat sebagai berikut:

Jalan kehidupan

Gendhingpatalon

Struktur jalankehidupan manusia

Pendirian

Program hidupmanusia yang akandihadapi

Program hidupmanusia yangakan dihadapi

Perang gagal

Sifat teguh, budipekerti, danperjuangan

Gara-gara

Jiwa pemudamengalamiperubahan darikeraguan danmempunyai sifatteguh dan tegas

Jejer pandhita

Jiwa pemudamengalamiperubahan darikeraguan danmempunyai sifatteguh dan tegas

Mencari guru untukmendapatkanpetuah dan nasehatmasalah kehidupan

Perang kembang

2 watak burukmanusia (malasdan tidak memilikirasa kemanusiaan )

Page 91: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

83

Semiosis unsur pertunjukaan wayang golek diatas menjelaskan, dalam

kehidupan manusia memiliki jalan kehidupannya masing-masing dan akan

menghadapi program hidup yang akan dihadapi dengan memiliki sifat teguh dan

berbudi pekerti, memasuki masa remaja pemuda mengalami perubahan dari

keraguan dan memiliki sifat teguh dan tegas. Semua mereka dapatkan karena

adanya seorang guru yang mengajari sehingga mendaptkan petuah, nasehat-

nasehat masalah kehidupan dan agar terhindar dari 2 watak buruk manusia yaitu

malas dan tidak memiliki rasa kemanusiaan. Memasuki masa-masa dewasa

manusia akan menghadapi masalah yang akan dihadapi serta mampu melewati

cobaan atau rintangan sampai pada akhirnya mencapai kemenengan hasil dari

kesabaraan.

Jejer sesintren

2 watakburukmanusia(malas dantidakmemiliki rasakemanusiaan

Berusaha untuk lulusdari setiap cobaanyang dihadapi

Perang brubuh

Mampu melewaticobaan sampaipada akhirnyamencapaikemenangan

Page 92: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

84

Kesimpulan Semiosis:

1. Semiosis unsur perlengkapaan

2. Semiosis unsur pelakasana

3. Semiosis unsur struktur pertunjukaan wayang golek

Unsur perlengkapaan

Manusia

Memiliki semangatdalam menjalankanaktifitas hidup dansaling menghargai satusama lain

Unsur pelaksana

Tujuan manusia

Pencapaian hidupyang bertujuanuntuk mencaripelajaran hidup yangberguna

Unsur strukturpertunjukaanwayang golek

Perjalanan hidup

Pencapain perjalananhidup manusia sampaipada akhirnya mencapaikemenangan

Page 93: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa, pada pembahasaan diatas maka bisa diambil

kesimpulan sebagai berikut:

Wayang salah satu karya seni masyarakat Indonesia yang luar biasa,

penampilan wayang dapat dilihat dari 2 aspek yaitu aspek estetis atau keindahan

atau aspek etis atau ajaran moral. Melalui aspek estetika, penonton bisa

menyaksikan keindahan melalui seni rupa, gerak, suara dan sebagainya. Melalui

aspek etis wayang dapat memberikan petuah dan nasehat untuk membentuk watak

dan budi pekerti.

Wayang dapat diartikan sebagai bayangan atau merupakan pencerminan dari

sifat-sifat yang ada dari jiwa manusia. Wayang bukan semata-mata sebagai drama

bayangan tetapi sebagai bayangan kehidupan manusia dengan persolan yang

dihadapi. Adapun wayang golek ini mengandung maksud agar setelah penonton

mengikuti lakon dari awal sampai akhir mereka bisa nggoleki atau mencari inti

pelajaran yang bermanfaat yang tersirat dalam pertunjukaan wayang golek.

B. Saran

Setelah menganalisis hasil temuan-temuan yang didapatkan penulis

menyarankan antara lain:

1. Menjaga tradisi bukan tugas perorangan, tetapi tugas kita bersama untuk

meneruskan ke generasi berikutnya, bukan menunggu sampai tradisi

Page 94: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

86

hampir punah tetapi mempersiapkan diri supaya kita bisa

mengekspresikannya untuk lebh maju dan berkembang.

2. Kepada para pendidik untuk selalu menanmkan nilai-nilai estetik dengan

cara mengapresiasi kebudayaan maupun kesenian lokal.

3. Untuk lingkungan keluarga khususnya orang tua agar lebih memahami

tentang peran dan sebagai penanggung jawab utama guru pertama dan

penuntun bagi putra dan putrinya supaya mengarahkan dan menanmkan

nilai-nilai kecintannya terhadap kebudayaan lokal.

4. Untuk para akademik, penulis berharap agar melanjutkan dan

mengembangkan dalam penerapan makan yang terkandung dalam seni

pertunjukaan wayang khususnya wayang golek

5. Kepada pemegang dan para pejabat pemerintahan untuk saling bekerja

sama dalam memfasilitasi segala sarana, prasarana, dalam menunjang

peralatan yang terdapat dalam seni pertunjukaan wayang golek

6. Penulis skripsi ini masih bersifat umum maka dari ibu bagi para pengamat

budaya bisa menelitinya secara lebih khususs dari segi etika, estetika, dan

segi lainnya.

Page 95: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

87

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Beni. Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.

Anderiu, Anais, Sarah. Raga Kayu Jiwa Manusia: Wayang Golek Sunda.Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2014.

Amirin, Tatang. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 1995.

Bastomi, Suwaji. Nilai-nilai Seni Pewayangan. Semarang: Narasi,1993.

Endraswara, Suwardi. Antropologi Wayang Simbolisme dan Mistitisme danRealisme Hidup. Yogjakarta: Morfalingan, 2017.

Farukhi, dkk. Mengenal 33 Provinsi Indonesia Jawa Barat. Jakarta: SinergiPustaka Indonesia, 2008.

Herdiansyah, Haris. Metode Penilitian Kualitatif Untuk Ilmu Sosial. Jakarta:Salemba Humanika, 2012.

Hoed, Benny H. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya edisi ke 3. Depok:Komunikasi Bambu, 2014.

Kahmad, Dadang. Metode Penelitian Agama. Bandung: CV Pustaka Setia,2000.

Kusmayati, Hermien, dkk. Indonesia Hertitage Of Humanity. Jakarta: BukuAntar Bangsa Untuk Grolier Internasional Inc.

Kustopo. Mengenal Kesenian Nasional 1 “Wayang”. Semarang: BengawanIlmu, 2008.

Laboratorium Antropologi. Antropologi Papua. Jurnal: AntropologiPapua,2002.

Nawawi, Hadari. Metode Penilitian Bidang Sosial. Yogjakarta: Gajah MadaUniversity Press, 1993.

Nurrochsyam, Wildha, Mikka, dkk. Wayang: Pengayaan Bahar Ajar MuatanLokal. Jakarta: Kementriaaan Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.

Piliang, Amir, Yasiq. Semiotika dan Hipersemiotuka Kode Gaya dan MatinyaMakna. Bandung: Matahari, 2012.

Purwadi. Tasawuf Jawa. Jogjakarta:Narasi, 2003.

Rusdy, Teddy, Sri. Semiotika dan Filsafat Wayang Analisis KritikPergelaraan Wayang. Jakarta: Yayasan Kertagama, 2015.

Page 96: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

88

Sahar, Santri. Pengantar Antropologi: Integrasi Ilmu dan Agama. Makassar:Cara Baca,2015.

Soetrisme. Wayang Sebagai Warisan Budaya Dunia. Surabaya: IntelectualClub,2008.

Soetarno. Pertunjukaan Wayang dan Makna Simbolisme. Surakarta:STSIPress,2005.

Solichin. Falsafah Wayang: Intangible Heritage Of Humanity. Jakarta: SeniWangi, 2011.

Sobur, Alex. Analisi Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya,2009.

Shihab, Quraish, Muhammad. Wawancara Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2000.

Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogjakarta: Jalasutra, 2009.

Wawancara Pribadi dengan Bapak Sumardi.

Page 97: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

Foto Penulis dan rekan

(Diambil setelah melakukan wawancara bersama Bapak Supriadi di TMII)

Page 98: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

Foto penulis dangan Bapak Sumardi

(Setelah melakukan wawancara di Musim Wayang Kota Tua )

Page 99: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia

Narasumber kedua

Jenis studi kasus : Wawancara

Nama/Kode : Pak Maman/ PM

Jabatan : Seniman Indonesia di TMII

Tanggal/Bulan : 15 Agustus 2015

Isi deskirpsi hasil wawancara

N : Menurut bapak apa itu seni pertunjukaan wayang?

PM : Menurut saya seni pertunjukaan wayang adalah bukan hanya sekedar

tontonan atau hiburan saja, tapi pertunjukaan wayang juga mengandung

tuntunan dan nasehat hidup.

N : Apa yang bapak ketahui tentang wayang golek?

PM : Wayang golek merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat,

berbentuk boneka atau patung kecil yang diukir dari kayu.

N : Apa saja yang Bapak ketahui tentang simbol-simbol yang terdapat pada

wayang golek?

PM : Terdapat beberapa simbol yang ada di wayang golek, diantaranya:

1. Wayang (cerminan manusia) wayang itu sendiri menggambarkan

manusia yang hidup.

2. Dari segi perlengkpaan yaitu kelir atau layar. Kelir menyimbolkan

dunia, akan tetapi dalam pertunjukaan wayang golek tidak

menggunakan kelir dalam arti dalam pertunjukaan wayang golek dunia

ini terbuka.

N : Menurut Bapak apa saja tujuan diadakannya pertunjukaan wayang

golek?

PM : Terdapat beberapa tujuan yaitu: sebagai hiburan masyarakat, hajatan dsb

N : Terima kasih pak telah meluangkan waktunya.

PM : Sama-sama.

Page 100: MAKNA SIMBOLIK WAYANG GOLEK JAWA BARATrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 12. Terima kasih Sahabat kecil ku, Ka Nita, Sarah, Janah, dan Bella yang selalu setia