makna hidup dan dampaknya terhadap kebahagiaan …
TRANSCRIPT
i
MAKNA HIDUP DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEBAHAGIAAN PADA LANJUT USIA (LANSIA)
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR
KOTA BARU JAMBI
SKRIPSI
Di ajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.I)
dalam Ilmu (Bimbingan Penyuluhan Islam)
Fakultas Dakwah
Oleh:
RIZKHA ARMELY
UB150120
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
ii
Jambi 30 September 2019
Pembimbing I : Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D
Pembimbing II : Dani Sartika, S.Ag, M.Si
Alamat : Fakultas Dakwah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Alamat: Fakultas Dakwah UIN STS Jambi KepadaYth,
Jl. Raya Jambi-Ma.Bulian Bapak Dekan
Simpang Sungai Duren Fakultas Dakwah
Muaro Jambi UIN STS Jambi
di_
Jambi
NOTA DINAS
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, kami
berpendapat bahwa skripsi saudara Rizkha Armely yang berjudul “Makna
Hidup dan Dampaknya Terhadap Kebahagiaan pada Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi” telah dapat diajukan untuk
dimunaqasahkan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Dakwah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat
diterima dengan baik.
Demikianlah, kami ucapkan terimakasih semoga bermanfaat bagi
kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Dosen Pembimbing I
Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D
NIP:19701008 200312 1 002
Dosen Pembimbing II
Dani Sartika, S.Ag, M.Si
NIP:19800430 200912 2 003
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rizkha Armely
Nim : UB150120
Tempat/Tanggal Lahir: Jambi, 09 September 1997
Konsentrasi : Bimbingan Penyuluhan Islam
Alamat : Jl. Kh. H. Jakfar rt 01 Keluarahan Arab Melayu
Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi.
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang
berjudul “Makna Hidup dan Dampaknya Terhadap Kebahagiaan pada
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi (Kajian
Psikologis)” adalah benar kary asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah
disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian hari
ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas
Dakwah UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui
Skripsi ini.
Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk
dapat dipergunakan seperlunya.
Jambi, Maret 2019
Rizkha Armely
UB150120
Materai 6000
iv
v
MOTTO
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu Bapak. Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik.” (Qs. Al-Isra‟(17) : 23)1
1 Anonim, Al qur‟an dan Terjemhannya (Jakarta: Deprtemen Agama, RI, 1985)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini mengenai Makna Hidup dan Dampaknya Terhadap
Kebahagiaan pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah Makna Hidup serta Dampaknya
Terhadap Kebahagiaan pada Lansia di Panti tersebut. Lansia yang berada di Panti
tentu akan mengalami berbagai macam perubahan dalam kehidupannya sehingga
akan berdampak pada kebermaknaan hidup lansia tersebut. Kebermaknaan hidup
merupakan hal yang terpenting untuk menunjang proses penemuan dampak
kebahagiaan saat menjalani kehidupannya di panti.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran psikologis dari
para lansia apakah mereka benar-benar bahagia atau tidak tinggal di panti sosial
tresna werdha budi luhur Jambi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Responden yang dilibatkan
pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, metode
pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi terhadap 10
subjek lansia di panti werdha dan 1 orang pembimbing sebagai informan
pendukung.
Hasil penelitian ini menunjuk bahwa 8 dari 10 subjek lansia memiliki
makna hidup positif yang berdampak kebahagiaan pada kehidupannya di panti
tersebut. Sedangkan dua lainnya merasa tidak bahagia dan tidak nyaman karena
tidak bisa melakukan apapun ketika di Panti. Kedua hal ini ditandai dengan
perilaku yang tampak dari masing-masing lansia tersebut. Akhirnya peneliti
merekomendasikan beberapa hal kepada lansia agar selalu menjadi orang yang
bermanfaat dan mau membantu satu sama lain di panti agar kehidupan mereka
kedepannya jauh lebih bermakna.
vii
PERSEMBAHAN
حيم رحمن الر ال بسم الله
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT atas kasih sayang dan karunia-
Nya yang telah memberikanku kekuatan serta membekaliku dengan ilmu
pengetahuan sehingga diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad
SAW semoga kelak kita mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin..
Teristimewa ku persembah kan karya kecil ini kepada cahaya hidup yang
sangatku sayangi Ayahanda (Eddy Ali S) dan Ibunda (Yuliana) tercinta, terkasih,
dan yang tersayang sebagai tanda bakti, hormat dan terimakasih yang setulusnya.
Tiada kata yang bisa menggantikan segala sayang, usaha, do’a, semangat dan
materi yang telah diberikan untuk penyelesaian tugas akhir ini dibangku kuliah.
Semoga ini menjadi awal untuk membuat Ibunda dan Ayahanda bahagia.
Seluruh keluarga besarku yang tercinta, untuk Kakakku (Fatimah, Ulya SH, M.
Arfani SH, Muthmainnah SH) dan Adekku yang tercinta (Ramzi) terimakasih
atas do’a, cinta, kasih sayang dan bantuan kalian selama ini. Serta keponakan-
keponakanku tersayang (Ichsyan Irmansyah Putra, Rhesya Masyah Fitri, Aufa
Nakhla Al Zada, Assyiffa Az Zahirah, dan Abiel Al Farizqi) terimakasih untuk
senyum dan tawanya. Hanya karya kecil ini yang dapat ku persembahkan,
semoga dapat menjadi kebanggaan kalian semua.
Terkhusus untuk Almamater dan kampus biru tercinta.
Tak lupa untuk teman seperjuangan BPI’15. Serta sahabat, kawan-kawan
sehidup, seperjuangan dan sependeritaan terkhusus (Hana, Ely, Sauqi, Vitra,
Agung, Fadila, Eka, Tasya, Muti dan Bayu) Terimakasih untuk do’a, nasehat,
hiburan, kerjasama, ide, traktiran, tebengan dan semangat yang kalian berikan
selama ini. Sukses untuk kita semua Aaminn..
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, atas taufiq dan
hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
sang suri teladan umat, yang telah membawa umat-Nya kealam yang terang
benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu indah
untuk dikenang suka dukanya dalam merampungkan dan menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Makna Hidup dan Dampaknya Terhadap Kebahagiaan pada Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi” untuk mendapat gelar Strata
Satu (S1) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah di UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, ini mencapai titik akhir dengan penuh rasa
syukur.
Skripsi ini bukanlah hasil karya dari perjuangan diri sendiri, namun banyak
pihak yang turut serta memberikan motivasi, bantuan dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terimakasih yang tak terhingga
penulis ucapkan kepada mereka, yaitu:
1. Bapak Samsu S.Ag., M.Pd.I., Ph.D.selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dani
Sartika, S.Ag., M.Si selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu meluangkan
waktu dalam membimbing dan memotivasi demi kesempurnaan penyusunan
skripsi ini.
2. Bapak Drs Jamaluddin S.Ag., M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik.
3. Bapak Sya‟roni, S.Ag., M.Pd selaku ketua prodi Bimbingan dan Penyuluhan
Islam (BPI) dan Ibu Neneng Hasanah selaku sekretaris prodi Bimbingan
Penyuluhan Islam (BPI).
4. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH., M.Hum, selaku wakil Dekan Fakultas
Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
7. BapakDr. H. Su‟aidi, MA, Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan Ibu Dr.
Hj. Fadhlillah selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
8. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Terimakasih banyak atas ilmu yang telah diberikan semoga dapat menjadi
bekal bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu tersebut menjadi suatuk
bermanfaatan.
9. Seluruh karyawan dan karyawati dilingkungan akademik Fakultas Dakwah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Kepala Perpustakaan Ushuluddin dan Kepala Perpustakaan UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi beserta stafnya serta Kepala Perpustakaan Wilayah Jambi.
11. Ibu Tri Winarsih, selaku Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota
Baru Jambi.
i
ix
12. Staf Kepegawaian Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
13. Teman-teman jurusan BPI, teman-teman seperjuangan di kampus tercinta dan
kawan-kawan posko12 Desa Ladang Panjang KUKERTA gelombang I,
teman-teman alumni SMKN 4 Kota Jambi, terimakasih sedalam-dalamnya
atas semangat dan dukungan kalian, sehingga penulis dapat terus optimis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT
melimpahkan ridha dan keberkahan-Nya dalam kehidupan kita.
Jambi, Juni 2019
Penulis
Rizkha Armely
UB. 150120
ii
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
NOTA DINAS ......................................................................................................
SURAT PERNYATAAN ORIENTASI SKRIPSI ............................................
PENGESAHAN ...................................................................................................
MOTTO ...............................................................................................................
ABSTRAK ...........................................................................................................
PERSEMBAHAN ................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
TRANSLITERASI .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 6
C. Batasan Masalah ..................................................................... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 7
E. Kerangka Teori ....................................................................... 7
F. Metode Penelitian ................................................................... 25
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ 29
H. Studi Relevan ......................................................................... 30
BAB II PROFIL PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA JAMBI
A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha .................... 32
B. Visi-Misi Panti Werdha Budi Luhur Jambi ............................ 40
C. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan Tugas ................. 42
D. Struktur Organisasi ................................................................. 43
BAB III MAKNA HIDUP BAGI LANSIA DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KEBAHAGIAAN
A. Kehidupan Para Lansia ........................................................... 45
1. Kehidupan Lansia SebelumTinggal di Panti .................... 45
2. Kehidupan Lansia Setelah Tinggal di Panti ..................... 48
B. Makna Hidup bagi Lansia ...................................................... 49
C. Dampak Makna Hidup Terhadap Kebahagiaan Lansia .......... 53
1. Dampak Positif ................................................................. 53
2. Dampak Negatif ............................................................... 54
iii
xi
BAB IV PENERIMAAN DIRI LANSIA DI PANTI WERDHA ........... 57
A.Lansia yang Tidak Merasa Senang Tinggal di Panti ................. 57
B.Lansia yang Merasa Lebih Senang Tinggal di Panti ................. 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 62
B. Saran ....................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
iv
xii
TRANSLITERASI2
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
Th ط ` ا
Zh ظ B ب
a` ع T ت
Gh غ Ts ث
F ف J ج
Q ق Ch ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dz ذ
N ن R ر
W و Z ز
H ه S س
؍ ء Sy ش
Y ى Sh ص
Dh ض
2Tim Penyusun, PanduanPenulisanKaryaIlmiahMahasiswaFakultasUshuluddin IAIN STS
Jambi (Jambi :Fak.Ushuluddin Iain STS JAMBI, 2014),136-137.
v
xiii
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
Aa اى Aa ا A ا
Aw ا و Ii ا ى U ا
Ay ا ى Uu ا و I ا
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah /h/.
contoh:
Arab Indonesia
Salaah صلاة
Mir‟ah مراة
2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah /t/.
Contoh:
Arab Indonesia
Wizaarat al-Tarbiyah وزارةالتبية
الزمنمراة Mir‟at al-zaman
vi
xiv
3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka translaterasinya adalah
/tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan فجئة
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia setiap hari akan terus tumbuh dan berkembang, dari bayi
hingga sampai dewasa akhir. Dari yang baru lahir akan terus tumbuh dan
berkembang hingga mencapai masa dewasa akhir. Kemudian seseorang akan
memasuki masa lanjut usia, hingga akhirnya meninggal dunia.3
Masa lansia adalah fase menurunnya beberapa perubahan dalam hidup.
Masa dewasa atau lansia adalah periode perkembangan yang bermula pada
usia 60 tahun dan berakhir dengan kematian. Lanjut usia berarti pula para
orang jompo, dalam kamus besar bahasa Indonesia sendiri orang jompo adalah
orang yang sudah tua.4 Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas
berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupan, masa
pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial.5
Islam sendiri sudah menjelaskan bagaimana awal mulanya manusia
lahir didunia, kemudian sampai pada masa dewasa dan tua. Hal ini dijelaskan
oleh Allah SWT dalam Surah An-Nahl Ayat 70 yang berbunyi:
“Dan Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara
kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya
Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS An-Nahl:16)6
3 Santrock, John W, Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta, Erlangga:2002), Hlm.193
4 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka:1971),
Hm.655) 5 Santrock, Jhon W, Perkembangan Masa Hidup..m Hlm.193
6 Anonim, Al qur‟an dan Terjemhannya (Jakarta: Deprtemen Agama, RI, 1985)
1
2
Allah SWT menjelaskan ikhwal manusia di dalam ayat tersebut, maka
dijelaskan-Nya martabat umur mereka. Di antara mereka ada yang meninggal
ketika masih kecil, adapula yang umurnya di panjangkan hingga mencapai
umur yang paling hina dan menjadi seorang yang pelupa yang tidak ingat apa-
apa lagi.7
Masyarakat Indonesia dahulu memang senatiasa memberikan tempat
yang layak bagi para lansia. Karena di masa dulu masyarakat hidup dalam
keluarga luas, bahkan sering mencapai pada kehidupan tiga generasi dalam
keluarga dan masyarakat. Lansia ditempatkan pada kedudukan istimewa,
yaitu sebagai penasihat atau narasumber keluarga dalam membuat
keputusan.8
Lansia merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia.
Menghadapi periode ini beberapa lansia menjalankan kehidupannya bersama
keluarga, ada juga yang hidup sendiri karena pasangan hidupnya sudah
meninggal atau juga tidak punya sanak saudara sama sekali. Menurut
Erikson, usia lanjut ditandai dengan adanya integritas ego atau kepuasan.9
Jika prestasi seseorang yang berusia lanjut telah sampai pada standar yang
telah ditetapkan sendiri sewaktu muda, sehingga jarak antara keadaan diri
yang sebenarnya dan keadaan pribadi ideal kecil, maka mereka akan
mengalami integritas ego dan kebahagiaan, serta merasa puas terhadap diri
sendiri dan prestasi yang dicapai. Sebaliknya orang-orang yang merasa
bahwa mereka telah gagal dengan harapan-harapan yang telah ditanam di
masa mudanya, dan putus asa karena menyadari bahwa kesempatan untuk
mencapai tujuan semakin kecil dari tahun ketahun, mereka akan merasa
kecewa dan tidak bahagia.10
7Ahmad Musthafa Al-Marghi, Tafsir Al-Marghi, (Semarang:Cv Toha Putra,1992),
Hlm.196 8Munandar Utmi, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi dari Bayi Sampai
Lanjut Usia, (Jakarta:UI Press,2001), Hlm.34 9Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga,1980), Hlm.442 10
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan.., Hlm.442
3
Kebahagiaan merupakan sebuah kebutuhan bagi tiap-tiap manusia.
Manusia akan melakukan segala cara untuk mencapai tingkat kebahagiaan
yang diinginkannya seuai dengan tingkat kehiduan masing-masing. Semua
individu mempunyai cara masing-masing untuk mencapai kebahagiannya.
Menurut Seligman, kebahagiaan adalah keadaan dimana seseorang lebih
banyak mengenang peristiwa-peristiwa yang menyenangkan dari pada yang
sebenarnya terjadi dan mereka lebih banyak melupakan peristiwa buruk.11
Veenhoven mendefinisikan kebahagiaan sebagai derajat sebutan terhadap
kualitas hidup yang menyenangkan dari seseorang. Veenhoven
menambahkan kebahagiaan bisa disebut sebagai kepuasan hidup (life
satisfaction)12
.
Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara singkat dengan
pembimbing di Panti13
yang dilakukan oleh peneliti di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi, peneliti mengamati bahwa lansia yang berada di
Panti tersebut menjalani aktivitas sehari-hari layaknya lansia pada umumnya,
mereka melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci baju, menyapu dan
juga saling berinteraksi dengan lansia yang berada disana. Walaupun ada
beberapa dari mereka yang tidak melakukan apapun hanya berdiam diri di
kamar dan menonton televisi di wisma saja.
Sebelum para lansia tersebut tinggal di panti, mereka tinggal bersama
keluarga mereka, orangtua, dan bahkan anak mereka. Tapi beberapa dari
mereka mengalami hal-hal yang menyedihkan, yakni anak mereka tidak mau
mengurusi mereka lagi makanya mereka lebih memilih untuk tinggal di panti
ketimbang tinggal dengan keluarga mereka karena mereka berpikir takut akan
ditelantarkan anak mereka ataupun mereka tidak mau untuk merepotkan anak
mereka. Tapi tidak semua seperti itu, ada pula lansia yang berkeinginan dari
11
Seligman, M.E,P., Penerjemah Nukman Y.E. Authentic Happiness, Menciptakan
Kebahagiaan dengan Psikologi Positif, (Bandung: Penerbit Mizan, 2005), Hlm.48 12
Wahyu Jati Anggoro, Konstruksi Dan Identifikasi Property Psikometris Intrument
Pengukuran Kebahagiaan Berbasis Pendekatan Idigenuos Psychology: Studi Multitrait-
Multimethod, Jurnal Psikologi Volume 37, No. 2, Desember 2010. Hlm.117 13
Amirul Khotob, Sebagai Pembimbing Keagamaan, wawancara dengan peneliti, 09
Januari 2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Baru Jambi.
4
diri sendiri yang menginginkan untuk tinggal di Panti, adahal anak-anaknya
mampu untuk menghidupinya dan mau untuk mengurusinya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pembimbing di panti
yang memang tinggal di sana, dia menyebutkan bahwa di Panti sosial Tresna
Werdha Budi Luhur jambi ini keadaan lansia nya memang begitu, karena
beberapa dari mereka pada awalnya memang tidak ingin tinggal di panti dan
juga beberapa dari mereka ini memiliki masalah tertentu yang membuat
mereka akhirnya jadi tinggal disini walaupun lebih banyak lansia yang
memang sangat ingin tinggal disini sampai ada yang berbohong demi untuk
tinggal disini. Dan juga di Panti ini kita hanya menerima lansia-lansia yang
memang terlantar dan tidak mempunyai keluarga sama sekali. Walaupun ada
beberapa yang memiliki keluarga, tapi pihak panti hanya mengutamakan
lansia-lansia yang terlantar.
Dikatakan pula oleh pembimbing disana, bahwa jumlah lansia disana
ada sekitar 71 orang lansia. 33 Laki-laki dan 38 perempuan. Dan semua lansia
yang berada di panti ini berasal dari Jambi, ada juga yang berasal dari luar
daerah yang ditemukan terlantar dan kemudian dibawalah ke panti ini sendiri.
Dan dari pihak panti sendiri tidak memaksakan jika memang ada lansia yang
tidak ingin tinggal di panti dan kami mempersilahkan untuk keluar jika dari
lansia sendiri memang tidak nyaman berada dipanti dan lebih memilih untuk
keluar. Tapi menurut pembimbing kebanyakan lansia yang sudah tingal
dipanti ini, akan merasa nyaman dan betah karena memang disini kebutuhan
mereka memang sudah tercukupi seperti kebutuhan sandang,pangan dan
papan.
Menurut Ibu Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi14
,
semua lansia di sini rata-rata betah tinggal di Panti karena kebutuhan mereka
semua tercukupi jika tinggal disini. Dan juga jika ada yang tidak merasa betah
biasanya mereka akan tetap menerima dengan tinggal disini dan tidak bisa
berbuat apa-apa karena di Panti memang mereka semua di perhatikan, di urusi,
14
Tri Winarsih, Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, wawancara
dengan peneliti, 24 April 2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Baru Jambi.
5
kebutuhan mereka dicukupi jadi menurut saya mereka tidak akan berani untuk
memutuskan keluar dari Panti.
Hampir sama dengan yang di ceritakan oleh pembimbing agama
disana15
, waktu itu pernah kejadian lansia yang dijemput oleh keluarganya
untuk pulang, dan itu hanya bertahan kurang lebih satu minggu. Karena lansia
ini tidak suka/tidak betah tinggal dengan keluarganya karena anak-anaknya
sibuk. Ketika dirumah lansia ini merasa kesepian, anak-anaknya sibuk dan
tidak ada yang mengajaknya mengobrol. Karena faktor inilah lansia meminta
untuk dikembalikan ke panti dan lebih nyaman tinggal di panti, karena
memang ketika di panti, lansia memang lebih banyak kegiatannya dan lansia
juga bisa mengobrol santai dengan teman-teman sebayanya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan seorang lansia yang
tinggal di panti sosial tresna werdha budi luhur jambi yaitu nenek MYN (66
tahun)16
, mengatakan bahwa alasan mereka tinggal di panti werdha berbeda-
beda, di antaranya yaitu, tidak memiliki keluarga lain, diusir oleh menantu dan
lain-lain. Dengan tinggal di panti werdha para lansia merasa lebih bahagia
karena mempunyai banyak teman sebaya yang merasa senasib satu sama lain,
dan mereka merasa bebas melakukan aktifitas apapun tanpa ada yang
melarang dan memarahinya. Tidak hanya itu saja nenek DRW17
juga
mengatakan bahwa ia bahagia tinggal dipanti werdha, karena ia merasa
banyak teman untuk berbagi cerita dan ia juga tidak akan tersinggung perasaan
lagi.
Bukan hanya ada yang merasa bahagia saja ketika tinggal di Panti, ada
juga beberapa yang tidak merasa bahagia terlihat dari bagaimana sikap mereka
dan bagaimana kelakuan mereka ketika berada di Panti yakni ada yang tidak
menuruti aturan panti, selalu meminta izin pulang, merokok (bagi laki-laki),
melanggar semua aturan panti walaupun di awal masuk mereka dan pihak
15
Amirul Khotob, Sebagai Pembimbing Keagamaan, wawancara dengan peneliti, 09
Januari 2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Baru Jambi. 16
Mayuning, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 03 Januari
2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. 17
Darwati, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 03 Januari
2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
6
panti sudah membuat perjanjian tertulis akan hal itu mereka tetap ada yang
melanggar.
Panti werdha merupakan salah satu alternatif pilihan bagi lansia untuk
menghabiskan masa tuanya dan merupakan tempat atau lingkungan yang asing
bagi lansia. Saat lansia tersebut memutuskan untuk tinggal di panti werdha,
berarti ia tinggali kehidupan sebelumnya. Oleh karena itu, agar lansia mampu
melewati masa tuanya dengan bahagia di panti, maka ia di tuntut untuk
melakukan penyesuaian diri di panti.
Berdasarkan latar belakang di atas, banyak hal yang membuat peneliti
tertarik untuk mencari tau bagaimana lansia memaknai hidupnya dan Apakah
dia menerima keadaannya yang tinggal di Panti. Dan juga peneliti merasa
penasaran apakah memang lansia di panti benar merasa bahagia atau tidak jika
tinggal di Panti. Dengan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul proposal “MAKNA HIDUP DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KEBAHAGIAAN PADA LANSIA DI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR JAMBI”
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah di uraikan diatas,
maka masalah penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Apa Makna Hidup bagi Lansia?
2. Bagaimana Makna Hidup dapat Memberi Dampak pada Kebahagiaan
Lansia?
3. Bagaimana Penerimaan Lansia tentang Tinggal di Panti?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini di
fokuskan pada satu permasalahan. Dimana hal ini untuk menghindari objek
bahasan yang keluar dari koridor yang di harapkan. Oleh karena itulah dalam
penelitian peneliti membatasi masalah yang akan dibahas hanya tentang
7
bagaimana para lansia memaknai hidupnya, dan dampaknya terhadap
kebahagiaan bagi para lansia.
Batasan geografis penelitian ini hanya pada lansia yang masih bisa di
katakan dalam keadaan sehat dan bisa diajak berbicara.
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas yang telah dijabarkan, penelitian
ini bertujuan agar dapat mengetahui bagaimana para lansia memaknai
kehidupan mereka. Adapun tujuan lebih spesifik dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui apa makna hidup dan dampaknya terhadap kebahagiaan para
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
2. Membuktikan bahagia atau tidakkah para lansia tersebut selama berada di
Panti.
Lebih jauh, penelitian ini juga diharapkan dapat mencapai kegunaan
yang bersifat teoritis dan juga praktis, yaitu:
1. Secara umum diharapkan menambahkan wacana keilmuan dan dapat
memperkaya pemikiran tentang proses bimbingan khususnya bagi jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam.
2. Dapat mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan para lansia.
3. Untuk UIN Sulthan Thaha Saifuddin penelitian diharapkan dapat berguna
dalam mengembangkan citra pendidikan Islam yang kreatif.
E. Kerangka Teori
1. Makna Hidup
a. Logoterapi (Makna Hidup dalam Psikologi Viktor Frankl)
Manusia sebagai makhluk yang terlahir sebagai makhluk yang
mempunyai banyak potensi dalam dirinya, baik itu potensi akal, fisik, ataupun
potensi psikis (afektif/ perasaan) dan merupakan makhluk yang paling
misterius yang artinya mengandung kerahasiaan yang selamanya tidak akan
terbuka secara tuntas, man the unknow kata Alexis Carel seorang penerima
8
nobel ilmu kedokteran.18
Dalam perjalanan hidupnya manusia banyak sekali
merekam pengalaman dalam sepanjang hidupnya, baik atau buruknya
pengalaman itu semua terekam dalam otak kita.
Dari pengalaman-pengalaman itu ada sebagian orang yang belajar dari
pengalaman tersebut dan ada yang menjadi terpuruk dengan kejadian masa
lalunya atau biasa kita sebut trauma. Namun dari kesemuanya itu sebenarnya
ada suatu hal akan akan dapat memotivasi manusia untuk menyikapi semua
permasalah, cobaan yang menimpa manusia. Suatu hal itu yang bisa kita
sebut sebagai “Makna Hidup”.
Dalam Logoterapi (masuk dalam aliran psikologi eksistensial
humanistik) sebuah aliran psikologi yang dirintis oleh Viktor Frankl ada tiga
asas dalam aliran ini yang merupakan pandangan tentang makna kehidupan,
sebagai berikut:
1) Hidup memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam
penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah sesuatu yang dirasa
penting, benar dan berharga yang didambakan serta memberikan nilai
khusus seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup.
Dengan adanya makna hidup ini maka manusia akan berusaha
menemukan apa tujuan hidupnya, dengan ini maka manusia akan merasa
hidupnya penuh arti dan sangat berharga untuk diperjuangkan.
Sebenarnya makna hidup itu sendiri sudah ada didalam diri manusia dan
terpatri didalamnya baik dalam kondisi senang ataupun susah.
2) Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tak terbatas untuk
menemukan sendiri makna hidupnya. Makna hidup dan sumber-
sumbernya dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, khususnya pada
pekerjaan dan karya bakti yang dilakukan, serta dalam keyakinan
terhadap harapan dan kebenaran serta penghayatan atas keindahan, iman,
cinta dan kasih.
18
Husni Psyche, Logoterapi Makna hidup dalam Psikologi Viktor Frankl, di akses
melalui https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/husni_psyche/logoterapi-
makna-hidup-dalam-psikologi-viktor-frankl_55106d5f813311d434bc65770, pada tanggal 08
Agustus 2019 pukul 17:00.
9
3) Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap
penderitaan dan peristiwa tragis yang tidak dapat dielekkkan lagi yang
menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, setelah upaya mengatasinya
telah dilakukan secara optimal tetapi tidak berhasil. Maksudnya jika kita
tidak mungkin mengubah suatu keadaan tragis, sebaiknya kita mengubah
sikap atas keadaan itu agar kita tidak terhanyut secara negaif oleh
keadaan itu. 19
Tentu saja dengan mengambil sikap tepat dan baik, yakni sikap yang
menimbulkan kebijakan pada diri sendiri dan orang lain serta sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan norma-norma lingkungan yang berlaku. Asas-
asas ini hakikatnya merupakan inti dari setiap perjuangan hidup, yakni
mengusahakan agar hidupnya senantiasa berarti bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan Agama.
Dalam hal ini diakui adanya kebebasan (yang bertanggung jawab)
untuk mewujudkan hidup yang bermakna melalui pekerjaan, karya bakti,
keyakinan dan harapan secara tepat untuk mengatasi segala permasalah hidup
yang tidak terelakkan lagi.
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:
a. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun kehidupan
ini selalu mempunyai makna.
b. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
c. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan bertanggung
jawab pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan
tugas hidupnya.
d. Hidup yang bermakna dapat diperoleh dengan merealisasikan tiga nilai
hidup; yaitu nilai kreatif (creativity value), nilai-nilai penghayatan
(experiental value), dan nilai-nilai bersikap (attitudinal value). Menurut
19
Husni Psyche, Logoterapi Makna hidup dalam Psikologi Viktor Frankl, di akses
melalui https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/husni_psyche/logoterapi-
makna-hidup-dalam-psikologi-viktor-frankl_55106d5f813311d434bc65770, pada tanggal 08
Agustus 2019 pukul 17:00.
10
teori ini eksistensi manusia ditandai oleh kerohanian (spirituality),
kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility).
Banyak diantara kita yang menekan bahkan melupakan adanya
potensi-potensi diatas, bahwa mereka punya sisi spirit, freedom dan tanggung
jawab. Padahal dengan itulah maka eksistensi kita sebagai manusia akan
terwujud. Menjadi makhluk yang disebut oleh Allah sebagai khalifah fiil ard
yang diciptakan dengan sebuah tujuan yaitu beribadah (secara umum) dari
sisi spiritual, mengelola bumi untuk kemaslahatan manusia (kebebasan
berbuat) dan menjaga kelestarian hidup manusia dibumi (tanggung jawab).
2. Kebahagiaan
a. Pengertian Kebahagiaan
Menurut kamus umum, kebahagiaan adalah keadaan sejahtera dan
kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang timbul bila
kebutuhan dan harapan tertentu individu terpenuhi.20
Aris Toteles
menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan berasal dari kata “happy”
atau kebahagiaan yang bearti feeling good, having fun, having a good time,
atau sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan. Kebahagiaan
adalah keadaan emosi positif yang di definisikan secara subjektif oleh setiap
orang.21
Rahmad menambahkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan yang
menyenangkan, selain itu kebahagiaan juga meliputi penilaian seseorang
tentang hidupnya.22
Kebahagiaan adalah keadaan pikiran atau perasaan yang
di tandai dengan adanya kepuasan, cinta, kesenangan, atau sukacita.23
Seligman dalam bukunya “Authentic Happiness”, menjelaskan bahwa
20
Siti Nurhidayati dan Rini Agustini, Kebahagiaan Lansia ditinjau dari Dukungan Sosial
dan Spiritual, jurnal soul, Vol.5, No 2, September 2012. Hlm 16 21
Putri Oetami & Kwararini Wahyu Yuniarti, Orientasi Kebahagiaan Siswa SMA,
Tinjauan Psikolodi Idigenous pada Siswa Laki-laki dan Perempuan, Jurnal Humanitas, Vol VII,
No 2, Agustus 2011, Hlm, 106 22
Jalaludin Rahmad, Meraih Kebahagiaan, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2009,
Hlm. 23 23
Rahmat Aziz, Pengalaman Spiritual dengan Kebahagiaan pada Guru Agama Sekolah
Dasar, Proyeksi, Vol. 6 (2) 2011, Hlm. 3
11
kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang di
rasakan individu serta aktivitas-aktivitas positif yang disukai individu
tersebut. Kebahagiaan juga dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain
terjadinya hubungan yang positif dengan orang lain, keterlibatan penuh,
penemuan makna dalam keseharian, optimis yang realistis dan resiliensi.
Diener mengemukakan pendapat bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan
merupakan hasil dari evaluasi kognitif dan afektif dari kehidupan pribadi
maupun kehidupan sosial serta hanya memiliki dampak positif saja.24
Secara
lebih lanjut Lazarus juga mengatakan bahwa kebahagiaan memiliki suatu
bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungan. Dalam ha ini, manusia
bisa saja bahagia sendiri dan bahagia untuk dirinya sendiri, tetapi disisi lain ia
juga bisa bahagia karena orang lain dan untuk orang lain. Hal ini sekaligus
memberikan kenyataan lain bahwa kebahagiaan tidak bersifa egositis
melainkan dapat di bagi kepada orang lain dan lingkungan sekitar.25
Ryan26
dan Deci27
menguraikan teori kebahagiaan dalam dua
pandangan yakni pandangan hedonic dan eudaimonic. Padangan hedonic
menyatakan bahwasahnya kebahagiaan hanya didapat apabila tersedianya
pilihan-pilihan serta kenikmatan bagi pikiran dan tubuh, pandangan ini
menyatakn bahwa kebahagiaan bersifat subjektif.28
Hal ini sejalan pula
dengan yang di ungkapkan oleh Seligman bahwa kebahagiaan hedonic
bersumber dari kesenangan-kesenangan yang datang dari luar diri individu.
Sedangkan eudemonic memiliki makna yang berbeda terkait eksistensi
kebahagiaan, padangan eudemonic menyatakan kebahagiaan lebih bersifat
objektif tidak dapat di setarakan dengan kebahagiaan.29
Hal ini Seligman
menyebutkan kebahagiaan eudemonic sebagai gratifikasi. Menurutnya
24
Demir, M.E.P, Penerjemah Nukman Y.E., Authentic Happiness: Menciptakan
Kebahagiaan dengan Psikologi Positif, Bandung, Penerbit Mizan, 2005, Hlm. 29 25
Wahyu Rahardjo, Kebahagiaan Seabagai Suatu Proses Pembelajaran, Jurnal Penelitian
Psiklogi, No 2, Volume 12, Desember 2007, Hlm.18 26
Richard M. Ryan “Profesor di Institute for Positive Psychology and Education
di Australian Catholic University dan Profesor riset di University of Rochester” 27
Edward L. Deci “Profesor Psikologi dan Profesor Gowen dalam Ilmu Sosial
di University of Rochester” 28
Teuku Eddy, F.R. Psikologi Kebahagiaan. Yogyakarta, Progresif Books, 2007, Hlm.16 29
Seligman, Penerjemah Nukman, Authentic Happiness..., Hlm 62
12
kebahagiaan eudemonic sifatnya benar-benar muncul dari dalam diri individu
tersebut dan tidak terpengaruh dari kondisi eksternal individu tersebut.
Menurutnya kebahagiaan eudemonic hanya akan didapat melalui aktifitas
yang sejalan dengan tujuan hati yang sebenarnya.30
Demikian, dapat di simpulkan bahwa kebahagiaan adalah perasaan
positif yang berasal dari kualitas keseluruhan hidup dengan tidak adanya
perasaan menderita, yang dapat membuat perasaan senang, damai, dan
termasuk juga di dalamnya kesejahteraan, kedamaian pikiran, kepuasan hidup
serta tidak adanya perasaan tertekan ataupun menderita. Semua kondisi ini
adalah merupakan kondisi kebahagiaan yang dirasakan oleh individu. Peneliti
menggunakan teori kebahagiaan yang mengacu pada Authentic Happiness
milk Seligman. Hal ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan di antaranya
karena kebahagiaan bersifat dinamis atau selalu berubah.
b. Aspek-aspek kebahagiaan
Menurut Seligman dkk, ada lima aspek utama yang dapat menjadi
sumber kebahagiaan sejati, yaitu:31
1) Menjalin hubungan positif dengan orang lain
Hubungan yang positif bukan sekedar memiliki teman, pasangan,
ataupun anak. Status perkawinan dan kepemilikan anak tidak dapat menjamin
kebahagiaan seseorang.
2) Keterlibatan penuh
Bagaimana seseorang melibatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan
yang ditekuni. Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga dalam
aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga. Keterlibatan penuh
membutuhkan partisipasi aktif dari orang yang bersangkutan. Dengan
melibatkan diri secara penuh, bukan hanya fisik yang beraktivitas, tetapi hati
dan pikiran juga turut serta.
30
Seligman, Penerjemah Nukman, Authentic Happiness..., Hlm 45 31
Seligman, Penerjemah Nukman, Authentic Happiness..., Hlm.17
13
3) Temukan makna dalam keseharian
Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan orang lain
tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni temukan makna dalam
apapun yang dilakukan.
4) Optimis, namun tetap realistis
Orang yang optimis ditemukan lebih berbahagia. Mereka tidak mudah
cemas karena menjalani hidup dengan penuh harapan.
5) Menjadi pribadi yang resilien
Orang yang berbahagia bukan berarti tidak pernah mengalami
penderitaan. Karena kebahagiaan tidak bergantung pada seberapa banyak
peristiwa menyenangkan yang dialami. Melainkan sejauh mana seseorang
memiliki resiliensi, yakni kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang
terpahit sekalipun.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan
Berikut adalah faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebahagiaan
seseorang, yaitu:32
1) Budaya, Triandis mengatakan bahwa faktor budaya dan sosial politik
berperan dalam tingkat kebahagiaan seseorang.
2) Kehidupan Sosial, Menurut Seligman, orang yang sangat bahagia
menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit
menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari mereka bersosialisasi.
3) Agama atau Religiusitas, orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas
terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius. Hal ini
dikarenakan agama memberikan harapan akan masa depan dan
menciptakan makna dalam hidup bagi manusia.
4) Pernikahan, Seligman mengatakan bahwa pernikahan sangat erat
hubungannya dengan kebahagiaan. Kebahagiaan orang yang menikah
mempengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan hal ini berlaku
pada laki-laki maupun perempuan.
32
Seligman, Penerjemah Nukman, Authentic Happiness..., Hlm.74
14
5) Usia, kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia, afek positif sedikit melemah, dan afek negatif tidak berubah
menjelaskan hal yang berubah ketika seseorang menua adalah intensitas
emosi dimana perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam
keputusasaan” berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan
pengalaman.
6) Uang, Seligman menjelaskan bahwa di Negara yang sangat miskin, kaya
bisa berarti lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana
hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan
tidak begitu berdampak pada kebahagiaan.
7) Kesehatan, kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan
kebahagiaan. Menurut Seligman yang penting adalah persepsi subjektif
kita terhadap seberapa sehat diri kita.
8) Jenis Kelamin, jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten
dengan kebahagiaan. Wanita memiliki kehidupan emosional yang lebih
ekstrim daripada pria. Wanita mengalami lebih banyak emosi positif
dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan pria. Seligman juga
menjelaskan bahwa tingkat emosi rata–rata pria dan wanita tidak berbeda
namun wanita lebih bahagia dan juga lebih sedih daripada pria.
Faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi kebahagiaan
seseorang. Menurut Seligman, terdapat tiga faktor internal yang berkontribusi
terhadap kebahagiaan, yaitu:33
a) Kepuasan terhadap masa lalu
Kepuasan terhadap masa lalu dapat dicapai melalui tiga cara:
1) Melepaskan pandangan masa lalu sebagai penentu masa depan seseorang.
2) Gratitude (bersyukur) terhadap hal-hal baik dalam hidup akan
meningkatkan kenangan-kenangan positif.
3) Forgiving dan forgetting (memaafkan dan melupakan) perasaan seseorang
terhadap masa lalu tergantung sepenuhnya pada ingatan yang dimilikinya.
Salah satu cara untuk menghilangkan emosi negatif mengenai masa lalu
33
Seligman, Penerjemah Nukman, Authentic Happiness..., Hlm.80
15
adalah dengan memaafkan. Memaafkan dapat menurunkan stress dan
meningkatkan kemungkinan terciptanya kepuasan hidup.
b) Optimisme terhadap masa depan
Optimisme didefinisikan sebagai ekspektasi secara umum bahwa akan
terjadi lebih banyak hal baik dibandingkan hal buruk di masa yang akan
datang.
c) Kebahagiaan pada masa sekarang
Kebahagiaan masa sekarang melibatkan dua hal, yaitu:
1. Pleasure yaitu kesenangan yang memiliki komponen sensori dan
emosional yang kuat, sifatnya sementara dan melibatkan sedikit pemikiran.
a. Pleasure terbagi menjadi dua, yaitu bodily pleasures yang didapat
melalui indera dan sensori, dan higher pleasures yang didapat melalui
aktivitas yang lebih kompleks.
Ada tiga hal yang dapat meningkatkan kebahagiaan sementara, yaitu:
1) Menghindari habituasi dengan cara memberi selang waktu cukup
panjang antar kejadian menyenangkan;
2) Savoring (menikmati) yaitu menyadari dan dengan sengaja
memperhatikan sebuah kenikmatan;
3) Mindfulness (kecermatan) yaitu mencermati dan menjalani segala
pengalaman dengan tidak terburu–buru dan melalui perspektif yang
berbeda.
2. Gratification yaitu kegiatan yang sangat disukai oleh seseorang namun
tidak selalu melibatkan perasaan tertentu, dan durasinya lebih lama
dibandingkan pleasure, kegiatan yang memunculkan gratifikasi umumnya
memiliki komponen seperti menantang, membutuhkan keterampilan dan
konsentrasi, bertujuan, ada umpan balik langsung, pelaku tenggelam di
dalamnya, ada pengendaian, kesadaran diri pupus, dan waktu seolah
berhenti.
Dapat disimpulkan dari tiga faktor internal dari Seligman yang
merumuskan tiga emosi positif berdasarkan orientasi waktunya, yaitu ; emosi
positif yang ditujukan pada masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
16
1. Emosi positif yang ditujukan pada masa lalu, seperti rasa puas,
damai dan bangga.
2. Emosi positif yang ditujukan pada masa sekarang, seperti
kenikmatan lahiriah (misalnya kelezatan makanan, kehangatan, dan
orgasme) dan kenikmatan yang lebih tinggi seperti senang, gembira,
dan nyaman.
3. Emosi positif yang ditujukan pada masa depan, seperti optimisme,
harapan, kepastian (confidence), kepercayaan (trust), dan keyakinan
(faith). Emosi positif pada masa depan tersebut ditunjang oleh
bagaimana individu memandang masa depannya.
d. Karakteristik Orang yang Bahagia
Menurut David G. Myers, seorang ahli kejiwaan yang berhasil
mengadakan penelitian tentang solusi mencari kebahagiaan bagi manusia
modern. Ada empat karakteristik atau ciri-ciri orang yang bahagia menurut
Myers yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam
hidupnya, yaitu:34
1) Menghargai diri sendiri
Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri. Mereka
cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya adalah orang yang
menyenangkan”. Jadi, pada umumnya orang yang bahagia adalah orang yang
memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi untuk menyetujui pernyataan
seperti diatas.
2) Optimis
Ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang termasuk optimis atau
pesimis, yaitu permanen (menentukan berapa lama seseorang menyerah) dan
pervasif (menentukan apakah ketidakberdayaan melebar ke banyak situasi).
Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa baik memiliki penyebab
permanen dan peristiwa buruk bersifat sementara sehingga mereka berusaha
untuk lebih keras pada setiap kesempatan agar ia dapat mengalami peristiwa
34
David, G. Myers, Psikologi Sosial. Jakarta, Salemba Humanika. 2012, Hlm.20
17
baik lagi.35
Sedangkan orang yang pesimis menyerah di segala aspek ketika
mengalami peristiwa buruk di area tertentu.
3) Terbuka
Orang yang bahagia biasanya lebih terbuka terhadap orang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa orang–orang yang tergolong sebagai orang
extrovert dan mudah bersosialisasi dengan orang lain ternyata memiliki
kebahagiaan yang lebih besar.
4) Mampu mengendalikan diri
Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol pada
hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan sehingga
biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau pekerjaan.
3. Lansia
a. Pengertian Lansia
Lanjut Usia adalah berarti pula para orang jompo, dalam kamus umum
Bahasa Indonesia, orang jompo adalah orang yang sudah tua.36
Sedangkan
lansia dalam Bahsa Inggris disebut being old yaitu orang yang sudah tua.
Lanjut usia merupakan suatu kelompok usia yang disebut very old atau lanjut
usia, juga disebut sepuh-sepuh atau opa-oma.37
Periode selama usia lanjut,
ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan, dan bertahap dan
pada waktu konpensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan. Dikenal
sebagai “senescene” yaitu masa proses menjadi tua.
b. Ciri-ciri Lanjut Usia
Berikut ini akan di uraikan beberapa aspek perkembangan yang terjadi
selama masa usia tua yang meliputi, perkembangan fisik, perkembangan
kognitif, dan Psikososial.
1) Perkembangan Fisik (Perkembangan Sensori, Perkembangan Otak)
35
Seligman, Penerjemah Nukman, Authentic Happiness..., Hlm.121 36
W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta.1992)
Hlm.31 37
Noorkasiani & Tamher, S., Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Pengasuhan
Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), Hlm.25
18
Pada masa tua atau masa dewasa akhir, sejumlah perubahan pada
fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan. Di antara
perubahan-perubahan fisik yang paling terlihat pada masa tua ini terlihat
pada perubahan seperti rambut menjadi jarang, dan beruban, kulit
mongering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi
wajah berubah; tulang belakang menjadi bungkuk. Kekuatan dan
ketangkasan fisik berkurang, tulang menjadi rapuh, mudah patah dan
lambat untuk dapat di perbaiki kembali. Sisterm kekebalan tubuh
melemah, sehingga orangtua menjadi rentan terhadap berbagai penyakit,
seperti kanker dan radang paru-paru.38
a) Perkembangan Sensori
Pada masa tua perubahan-perubahan sensori fisik melibatkan
indera penglihatan, indera pendengaran, indera perasa, indera
penciuman, dan indera peraba. Perubahan dalam indera penglihatan
pada masa tua tampak pada berkurangnya ketajaman penglihatan dan
melambatnya adaptasi terhadap perubahan cahaya. Biji mata
menyusut dan lensa nya menjadi kurang jernih, sehingga jumlah
cahaya yang diperoleh retina berkurang. Retina orang tua usia 65
tahun hanya mampu menerima jumlah cahaya sepertiga dari jumlah
cahaya yang diperoleh pada usia 20 tahun. Demikian juga halnya
dengan pendengaran, di perkirakan sekitar 75% dari orang usia 75
hingga 79 tahun mengalami berbagai jenis permasalahan pendengaran,
dan sekitar 15% dari populasi diatas usia 65 tahun mengalami ketulian
yang biasanya disebabkan oleh kemunduran selaput telinga (cochela).
Sementara itu, penurunan juga terlihat dalam kepekaan terhadap rasa
dan bau. Dalam hal ini, kepekaan terhadap rasa pahit dan masam
bertahan lebih lama dibandingkan kepekaan terhadap rasa manis dan
asin.39
38
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015)
Hlm.234 39
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015)
Hlm.236
19
b) Perkembangan Otak
Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem
saraf penglihatan. Menurut hasil dari sejumlah penelitian, kehilangan
neuron itu di perkirakan mencapai 50% selama tahun-tahun masa
dewasa. Tetapi, penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan itu
lebih sedikit. Di perkirakan bahwa 5 hingga 10% dari neuron kita
berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu
hilangnya neuron akan semakin cepat.
2) Perkembangan Kognitif
Manusia menghabiskan sebagian besar masa hidupnya berada di
tahap kedewasaan, lebih dari tahap perkembangan lainnya dalam siklus
hidup. Karena itu perubahan kognitif banyak terjadi pada tahap
kedewasaan. Bahkan beberapa penelitian menemukan bahwa
perkembangan kognitif pada orang dewasa lebih kompleks dan selalu
berubah, bahkan mungkin lebih aktif daripada perkembangan kognitif
pada masa balita dan usia dini.
Tidak seperti perkembangan fisik yang memuncak di usia 20
tahunan dan mulai menurun secara perlahan , kemampuan kognitif kita
tetap stabil di masa dewasa awal dan dewasa tengah. Menurut penelitian
lain, ditemukan bahwa orang dewasa yang terlibat dalam banyak
aktivitas yang menstimulasi secara fisik dan mental akan mengalami
lebih sedikit resiko penurunan kognitif pada tahapan usia dewasa
selanjutnya, dan memiliki resiko yang berkurang akan mengalami
masalah kognitif dan demensia.
a) Perkembangan Pemikiran Postformal
Menurut teori Jean Piaget mengenai perkembangan kognitif,
kemunculan pemikiran formal operasional terjadi pada masa remaja
awal dan berlanjut di sepanjang masa dewasa. Tidak seperti pemikiran
konkrit yang terdahulu, cara berpikir semacam ini ditandai oleh
kemampuan untuk berpikir dalam cara abstrak, memahami penalaran
20
deduktif, dan menciptakan ide hipotesis untuk menjelaskan beragam
konsep.40
Berdasarkan teori Piaget, psikolog ahli perkembangan lain
menyarankan adanya tahap kelima dari perkembangan kognitif, yaitu
dikenal sebagai pemikiran postformal operasional. Pada pemikiran
post formal, keputusan dibuat berdasarkan situasi dan kondisi, logika
terhubung dengan emosi seiring dengan perkembangan prinsip pada
orang dewasa yang berhubungan dengan konteks masalah. Cara
berpikir ini termasuk kemampuan untuk berpikir dalam dialektika dan
perbedaan dalam cara menangani situasi emosional secara kognitif
pada orang dewasa dan remaja.41
c) Perkembangan Memori
Studi lintas budaya yang dilakukan terhadap orangtua di China
dan di Amerika menyimpulkan bahwa orangtua dalam culture yang
memberikan penghargaan yang tertinggi terhadap orangtua, seperti
culture China di daratan, kecil kemungkinan mengalami kemerosotan
memori di banding dengan orangtua yang hidup dalam culture yang
mengira bahwa kemunduran memori adalah sesuatu yang mungkin
terjadi.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran memori
kemunduruan tersebutpun cenderung sebatas pada keterbatasan tipe-
tipe memori tertentu. Kemerosotan fungsi kognitif pada masa tua, [ada
uumnya memeang merupakan sesuatu yang tidak dapat di elakkan,
karena disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kekacauan
otak (Alzheimer) atau karena kecemasan dan depresi. Akan tetapi, hal
ini bukan berarti bahwa keterampilan kognitif tidak bisa di
pertahaankan dan ditingkatkan. Oleh karena itu, lansia sebenarnya
40
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015)
Hlm.238 41
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015)
Hlm.242
21
sangat membutuhkan suatu lingkungan perangsang dalam rangka
mengasah dan memelihara keterampilan kognitif mereka serta
mengantisipasi terjadinya kepikunan.
3) Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir
ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan
integritas.
a) Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka.
Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan
orsnglsin sksn terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan
intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang
memasuki masa dewasa akhir.42
b) Perkembangan Generatif
Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh
yang dialami individu selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika
seseorang mendekati usia dewasa akhir, pandangan mereka mengenai
jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang
kehiudpan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak
muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan
mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak
orang yang membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian
prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam waktu
yang masih tersisa.
c) Perkembangan Integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson
yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan
yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang,
42
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015)
Hlm.242
22
produk-produk dan ide-ide serta setelah berhasil melakukan
penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam
kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusan tertentu
menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap
kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup
menjelang kematian.
Tahap integritas ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun,
dimana orang-orang yang tengah berada pada usia itu sering disebut
sebagai usia tua atau orang usia lanjut. Usia ini banyak menimbulkan
masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun masih banyak
waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau
penyakit yang melemahkan telah membatasi dan membuat orang tidak
merasa berdaya.43
Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini
meraik diri dari keterlibatan sosial: (1) Ketika masa pension tiba dan
lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari peran aktifitas selama
ini; (2) penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental,
membuat ia terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan; (3)
orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh darinya;
dan (4) Pada saat kematian semakin mendekat, orang ingin seperti
ingin membuang semua hal yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.
Menurut Reimer et al, karakteristik sosial masyarakat yang
menganggap bahwa orang yang lebih tua jika menunjukkan ciri fisik seperti
rambut berubah, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat
tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang
tidak lagi terkait dalam kegiatan ekonomi produktif, dan untuk wanita tidak
dapat memenuhi tugas rumah tangga. Kriteria simbolik seseorang dianggap
tua ketika cucu pertamnya lahir/ dalam masyarakat kepulauan pasifik,
seseorang dianggap tua ketika ia berfungsi sebagai kepala dari garis
43
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2015)
Hlm.253
23
keturunan keluarganya.44
Menurut Hurlock, ciri-ciri lanjut usia cenderung
menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk dari pada yang baik, dan
membawa kesengsaraan dari pada kebahagiaan.45
Oleh karena itu, usia lanjut
lebih ditakuti daripada usia madya. Menurut Kuntjoro ada lima tipe
kepribadian pada lanjut usia sebagai berikut:46
1. Tipe konstruktif
Model kepribadian tipe ini sejak muda umumnya mudah menyesuaikan
diri dengan baik terhadap perubahan dan pola kehidupannya. Sejak muda
perilakunya positif dan konstruktif serta hampir tidak pernah bermasalah,
baik di rumah, di sekolah maupun dalam pergaulan sosial. Perilakunya baik,
adaptif, aktif, dinamis, sehingga setelah selesai mengikuti studi ia
mendapatkan pekerjaan juga dengan mudah dan dalam bekerjapun tidak
bermasalah.
Karir dalam pekerjaan juga lancar begitu juga dalam kehidupan
berkeluarga; tenang dan damai semua berjalan dengan normatif dan lancar.
Dapat dikatakan bahwa tipe kepribadian model ini adalah tipe ideal, seolah-
olah orang tidak pernah menghadapi permasalahan yang menggoncangkan
dirinya sehingga hidupnya terlihat stabil dan lancar. Jika tipe kerpibadian ini
terlihat seolah-olah tidak pernah bermasalah hal itu terjadi karena tipe
kepribadian model ini mudah menyesuaikan diri, dalam arti juga pandai
mengatasi segala permasalahan dalam kehidupannya.
Sifatnya pada masa dewasa adalah mempunyai rasa toleransi yang
tinggi, sabar, bertanggung jawab dan fleksibel, sehingga dalam menghadapi
tantangan dan gejolak selalu dihadapi dengan kepala dingin dan sikap yang
mantap.
Pada masa lanjut usia model kepribadian ini dapat menerima kenyataan,
sehingga pada saat memasuki usia pensiun ia dapat menerima dengan suka
rela dan tidak menjadikannya sebagai suatu masalah, karena itu post power
sindrome juga tidak dialami. Pada umumnya karena orang-orang dengan
44
Azizah L.M. Keperawatan Lanjut Usia, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm.1 45
Elizabebetg, Psikologi Perkembangan..., Hlm.308 46
Azizah, Keperawatan Lanjut Usia..., Hlm.4
24
kepribadian semacam ini sangat produktif dan selalu aktif, walaupun mereka
sudah pensiun akan banyak yang menawari pekerjaan sehingga mereka tetap
aktif bekerja di bidang lain ataupun ditempat lain. Itulah gambaran tipe
kepribadian konstruktif yang sangat ideal, sehingga mantap sampai lansia dan
tetap eksis di hari tua.47
2. Tipe Kepribadian Mandiri
Model kepribadian tipe ini sejak masa muda dikenal sebagai orang yang
aktif dan dinamis dalam pergaulan sosial, senang menolong orang lain,
memiliki penyesuaian diri yang cepat dan baik, banyak memiliki kawan dekat
namun sering menolak pertolongan atau bantuan orang lain. Tipe kepribadian
ini seolah-olah pada dirinya memiliki prinsip "jangan menyusahkan orang
lain" tetapi menolong orang lain itu penting. Jika mungkin segala
keperluannya diurus sendiri, baik keperluan sekolah, pakaian sampai mencari
pekerjaan dan mencari pasangan adalah urusan sendiri. Begitu juga setelah
bekerja, dalam dunia kerja ia sangat mandiri dan sering menjadi pimpinan
karena aktif dan dominan. Perilakunya yang akif dan tidak memiliki pamrih,
justru memudahkan gerak langkahnya, biasanya ia mudah memperoleh
fasilitas atau kemudahan-kemudahan lainnya sehingga karirnya cukup
menanjak, apalagi jika ditunjang pendidikan yang baik, maka akan
mengantarkan model kepribadian yang mandiri menjadi pimpinan atau
manajer yang tangguh.
Dalam kehidupan berkeluarga model kepribadian ini umumnya sangat
dominan dalam mengurus keluarganya. Semua dipimpin dan diatur dengan
cekatan sehingga semua beres. Seolah-olah dalam benaknya anak istri tidak
boleh kerepotan dan jangan merepotkan orang lain. Model tipe ini adalah
ayah atau ibu yang sangat perhatian pada anak-anak dengan segala
kebutuhannya.
Pada saat memasuki masa tuanya, disinilah mulai timbul gejolak,
timbul perasaan khawatir kehilangan anak buah, teman, kelompok, jabatan,
status dan kedudukan sehingga cenderung ia menunda untuk pensiun atau
47
Azizah L.M. Keperawatan Lanjut Usia, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm.1
25
takut pensiun atau takut menghadapi kenyataan. Termasuk dalam kelompok
kepribadian model ini adalah mereka yang sering mengalami post power
sindrome setelah menjalani masa pensiun. Sedangkan tipe kepribadian ini
yang selamat dari sindrome adalah mereka yang biasanya telah menyiapkan
diri untuk memiliki pekerjaan baru sebelum pensiun, misalnya wiraswasta
atau punya kantor sendiri atau praktek pribadi sesuai dengan profesinya
masing-masing dan umumnya tidak tertarik lagi bekerja disuatu lembaga baru
kecuali diserahi penuh sebagai pimpinan.48
4. Tipe Kepribadian Tergantung
Tipe kepribadian tergantung ditandai dengan perilaku yang pasif dan
tidak berambisi sejak anak-anak, remaja dan masa muda. Kegiatan yang
dilakukannya cenderung didasari oleh ikut-ikutan karena diajak oleh
temannya atau orang lain. Karena pasif dan tergantung, maka jika tidak ada
teman yang mengajak, timbul pikiran yang optimistik, namun sukar
melaksanakan kehendaknya, karena kurang memiliki inisiatif dan kreativitas
untuk menghadapi hal-hal yang nyata.
Pada waktu sekolah mereka biasanya dikenal sebagai siswa yang pasif,
tidak menonjol, banyak menyendiri, pergaulannya terbatas sehingga hampir-
hampir tidak dikenal kawan sekelasnya. Begitu juga saat menjadi mahasiswa,
biasanya serba lambat karena pasif sehingga masa studinya juga lambat.
Dalam mencari pekerjaan orang tipe ini biasanya tergantung pada orang lain,
sehingga masuk usia kerja juga lambat dan kariernya tidak menyolok. Dalam
bekerja lebih senang jika diperintah, dipimpin dan diperhatikan oleh orang
lain atau atasan, namun jika tidak ada perintah cenderung pasif seolah-olah
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam pergaulan sehari-hari mereka
cenderung menunggu ajakan teman namun sesudah akrab sulit melupakan
jasa baik temannya.
Dalam kehidupan perkawinan, karena orang pasif biasanya menikah
terlambat dan memilih istri atau suami yang dominan, maka dalam kehidupan
keluarga biasanya akur, akrab, tentram tidak banyak protes, pokoknya
48
Azizah L.M. Keperawatan Lanjut Usia, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm.2
26
mengikuti kehendak suami atau istri. Pada saat pensiun mereka dengan
senang hati menerima pensiun dan dapat menikmati hari tuanya. Masalah
akan timbul jika pasangan hidupnya meninggal duluan. Kejadian tersebut
seringkali mengakibatkan mereka menjadi merana dan kadang-kadang juga
cepat menyusul, karena kehilangan pasangan merupakan beban yang amat
berat sehingga mengalami stress yang berat dan sangat menderita.49
5. Tipe Kepribadian Bermusuhan
Tipe Kepribadian bermusuhan adalah model kepribadian yang tidak
disenangi orang, karena perilakunya cenderung sewenang-wenang, galak,
kejam, agresif, semauanya sendiri dan sebagainya. Sejak masa sekolah dan
remaja biasanya mereka sudah banyak masalah, sering pindah-pindah
sekolah, tidak disenangi guru, dijauhi kawan-kawan sehingga sebagai siswa
reputasinya negatif. Begitu juga setelah jadi mahasiswa, dikampus biasanya
mereka dikenal sebagai tukang bikin ribut, prestasi akademik kurang, namun
biasanya pandai pacaran, ganti-ganti pacar, berjiwa petualang (avonturir) dan
mudah terjerumus dalam minum-minuman keras, menggunakan narkotik dan
sejenisnya. Dalam dunia kerja umumnya mereka tidak stabil, senang pindah-
pindah kerja atau pekerjaannya tidak menentu. Kalau menjadi pejabat
cenderung foya-foya, menghalalkan segala cara dan semua keinginan harus
dituruti, demi memberikan kepuasan diri. Tipe ini juga dikenal tidak mau
mengakui kesalahannya dan cenderung mengatakan bahwa orang lah yang
berbuat salah, banyak mengeluh dan bertindak agresif atau destruktif, pada
hal dalam kenyataan mereka lebih banyak berbuat kesalahan.
Model kepribadian bermusuhan ini juga takut menghadapi masa tua,
sehingga mereka berusaha minum segala jenis jamu atau obat agar terlihat
tetap awet muda, mereka juga takut kehilangan power, takut pensiun dan
paling takut akan kematian. Biasanya pada masa lansia ornag-orang dengan
tipe ini terlihat menjadi rakus, tamak, emosional dan tidak puas dengan
kehidupannya, seolah-olah ingin hidup seribu tahun lagi.50
49
Azizah L.M. Keperawatan Lanjut Usia, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm.2 50
Azizah L.M. Keperawatan Lanjut Usia, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm.3
27
6. Tipe Kepribadian Kritik Diri
Tipe kepribadian kritik diri ditandai adanya sifat-sifat yang sering
menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya merasa bodoh,
pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang
menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan dirinya. Sejak
menjadi siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik terhadap dirinya
banyak dilontarkan. Kalau dapat nilai jelek, selalu mengkritik dirinya dengan
kata dasar orang bodoh maka malas belajar. Begitu juga setelah dewasa
dalam mencari pekerjaan dan bekerja juga tidak berambisi yang penting
bekerja namun karier tidak begitu diperhatikan. Keadaan itu biasanya juga
mengakibatkan kondisi sosial ekonominya juga menjadi pas-pasan, karena
sulit diajak kerja keras.
Dalam kehidupan berkeluarga juga tidak berambisi, syukur kalau dapat
jodoh, namun setelah nikah hubungan suami istripun tidak mesra karena
selalu mengkritik dirinya dengan segala kekuangannya. Karena kurang akrab
berkomunikasi dengan suami atau istri, maka mudah terjadi salah paham,
salah pengertian dan mudah tersinggung. Kehidupan dalam keluarga kurang
hangat dan kurang membahagiakan dirinya. Dalam menghadapi masa pensiun
mereka akan menerima dengan rasa berat, karena merasa lebih tidak berharga
lagi dan tidak terpakai. Model kepribadian inilah yang sering terlihat pada
lansia yang antara suami dan istri menjadi tidak akur, sehingga masing-
masing mengurusi kebutuhan sendiri-sendiri, tidak saling menegur dan saling
mengacuhkan walaupun hidup dalam satu atap.51
c. Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Hurlock ada enam tugas perkembangan lansia yaitu: pertama,
menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan; kedua,
penyesuaian diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income
(penghasilan) keluarga; ketiga penyesuaian diri dengan kematian pasangan
hidup; keempat, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia;
51
Azizah L.M. Keperawatan Lanjut Usia, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011), Hlm.3
28
kelima, membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan; dan
keenam, memuaskan diri dengan peran sosial secara luwes.52
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Kajian terhadap makna hidup dan arti kebahagiaan pada lansia di
panti sosial tresna werdha “budi luhur” Jambi ini merupakan penelitian yang
menggunakan metode penelitian kualitatif. Bergantung pada pengamatan
manusia, dengan alasan lebih bersifat deskriptif, lebih memperhatikan proses
dari pada hasil, dan menganalisa data secara induktif, di mana makna menjadi
hal yang esensial.
Penelitian lebih jauh didekati dalam bidang psikologi untuk
mengetahui keadaan mental para lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi. Dalam prosesnya penulis akan mengarahkan penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif eksplanatoris ini untuk menjelaskan apa
yang terjadi secara lengkap, sedangkan untuk eksplanatoris ini untuk
menjelaskan bagaimana suatu peristiwa terjadi. Artinya penelitian ini
diupayakan untuk menggambarkan fakta yang diinterpretasi secara tepat dan
teruji.
Peneliti melakukan penelitian ini, menggunakan pendekatan studi
kualitatif, yang bergantung pada pengamatan manusia.53
Dengan alasan
penelitian ini menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi
tertentu, dan lebih banyak meniliti hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu
problema atau masalah manusia.
Peneliti mengarahkan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu
penelitian yang bertujuan mengadakan pemeriksaan dan pengukuran terhadap
gejala tertentu untuk memecahkan masalah secara sistematis dan faktual
52
Elizabebetg, Psikologi Perkembngan..., Hlm.10 53
Lexy J. Meolong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
Hal. 103
29
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dengan menguraikan masalah
dan fakta-fakta tersebut.
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian adalah Panti Sosial Tresna Werdha “Budi Luhur”
Jambi. Pemilihan setting didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan bahwa
bagaimana para lansia memaknai hidupnya dan apa dampaknya terhadap
kebahagiaan mereka sangat ingin saya ketahui.
Subjek dalam penelitian ini adalah para lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha “Budi Luhur” Jambi. Mengingat subjek yang baik adalah subjek
yang terlibat langsung dan yang terlibat aktif dalam penelitian ini, cukup
mengetahui, memahami atau yang berkepentingan dalam aktifitas yang akan
diteliti serta memiliki waktu untuk memberikan informasi secara benar, maka
peneliti memilih petugas panti dan para pembimbing serta para lansia.
3. Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data dalam sebuah penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh. Data adalah jenis-jenis sumber yang diperoleh peniliti pada subjek
penelitiannya. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari manusia, situasi
atau peristiwa dan dokumentasi. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah melalui petugas di panti, para lansia, dan para pembimbing di panti.
Sumber data ini berbentuk perkataan maupun tindakan dalam hal ini bisa
memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumber pertama melalui observasi atau wawancara di lapangan. Sedangkan
data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua ataupun yang
tidak langsung dapat memberikan data kepada peniliti, seperti data melalui
dokumen atau melalui orang lain dan sebagainya.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan
data yang sering dipakai oleh para peneliti kualitatif, seperti:
30
a. Observasi
Didalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan teknik
pengamatan berperan serta dalam penelitian.54
Peneliti berperan serta dalam
pengamatan yang dilakukan secara umum terfokus pada kebutuhan masalah,
peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
sedang diteliti. Hanya mengamati situasi dan keadaan masyarakat binaan
yang sedang diteliti serta mengambil data sesuai dengan kebutuhan peneliti.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
melalui cara lisan atau tatap muka antara peneliti dengan sumber data
manusia. Sebelum wawancara dilakukan pertanyaan telah disiapkan lebih
dahulu sesuai dengan penggalian data yang diperlukan dan kepada siapa
wawancara tersebut dilakukan. Teknik wawancara digunakan untuk
mengetahui secara mendalam tentang berbagai informasi yang terkait dengan
persoalan yang sedang diteliti kepada pihak-pihak yang dianggap dapat
memberikan informasi secara utuh tentang persoalan yang dikaji.
Untuk mengatasi terjadinya nais informasi yang diragukan
keabsahannya, maka setiap hasil wawancara akan diuji dengan
membandingkan bentuk informasi yang diterima satu dengan informan
dengan informasi yang didapat dari informan lain.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui data-data
dokumenter, berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda
atau jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek yang diteliti. Data
dokumentasi yang dimaksud adalah data tentang anak bina dan pembina, serat
berbagai data yang dibutuhkan dalam penelitian ini untuk melengkapi data
yang diperoleh dari wawancara dan observasi yang didapat.
Ketiga teknik pengumpulan data di atas digunakan secara simultan
dalam penelitian ini dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara
54
Op. Cit., Hal. 39
31
data satu dengan data yang lain. Sehingga data yang penulis peroleh memiliki
validitas dan keabsahan yang baik untuk dijadikan sebagai sumber informasi.
5. Metode/Tehnik Analisis Data
Analisi data dalam penelitian ini dilakukan sejak pengumpulan data
secara keseluruhan. Data kemudian dicek kembali, secara berulang dan untuk
mencocokkan data yang diperoleh, data disestimatiskan dan diiterpretasikan
secara logis, sehingga diperoleh data yang absah dan kredibel.
Tehnik analisis data yang digunakan adalah pendekatan psikologi
dengan menggunakan tehnik deskriptif analitis. keadaan subjek atau objek
dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya
yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa
adanya.
Menurut Nazir dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode
deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki.55
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh daya yang terpercaya dan dapai dipercaya, maka
peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data melalui empat cara,
yakni:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat
keikutsertaan peneliti dilokasi penelitian secara langsung dan cukup lama,
dalam mendeteksi dan memperhitungkan penyimpangan yang mungkin
mengurangi keabsahan data, karena penelitian data oleh peneliti atau
responden baik disengaja maupun tidak sengaja. Dalam perpanjangan
55
Nazir (1988: 63) dalam Buku Contoh Metode Penelitian,
32
pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya
difokuskan pada pengujian data yang diperoleh. Apakah data yang diperoleh
itu setelah dicek kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila dicek
kembali kelapangan data sudah benar berarti kredibel, maka perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dapat dilakukan dengan cara pengamatan
secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang
menonjol dalam penelitian, faktor-faktor tersebut kemudian ditelaah. Dengan
cara ini maka kepastian data dan urutan peristiwa dapat direkam dengan pasti
dan tersusun.56
Hal ini diharapkan pula dapat mengurangi distori data yang
timbul akibat peneliti yang terburu-buru dalam menilai suatu persoalan
ataupun distori data yang timbul dari kesalahan responden yang memberikan
data secara tidak benar, seperti berpura-pura dan berbohong. Menimbang
kalau saja ada responden yang malu atau tidak mau berkata jujur sehingga
memanipulasi data, maka ketekunan dalam pengamatan ini sangat
dibutuhkan.
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan
reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai
data yang diperoleh dari berbagai informan.
Trianggulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu.57
Kemudian peneliti penginformasikan dengan penelitian serta hasil
pengamatan peneliti dilapangan serta kemurnian dan keabsahan data terjamin.
Sehingga tidak ada data yang dimanipulasi.
4. Diskusi Teman Sejawat
56
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,Hlm,272 57
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,Hlm,273.
33
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data adalah dengan
melakukan diskusi dengan teman sejawat, untuk memastikan bahwa data
yang didapat ataupun diterima benar-benar real atau nyata bukan hanya
persepsi atau argumentasi dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut
peneliti mendapatkan masukan dan saran yang baik dan berharga dalam
meninjau keabsahan data.58
Jadi diskusi dengan teman sejawat ini sangat baik
dilakukan untuk data-data yang telah kita terima.
H. Studi Relevan
Adapun studi relevan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
karya Anistya Wulandari Pratomo “KEBERMAKNAAN HIDUP DAN
SUBJECTIVE WELL-BEING LANJUT USIA BERSIKU JAWA DI
PROVINSI JAWA TENGAH” Hasil penelitian ini diketahui bahwa
kebermaknaan hidup menurut lansia bersuku Jawa adalah ketika hidupnya
berguna (67,60%). Tujuan untuk memperoleh hidup yang bermakna adalah
adanya keinginan untuk hidup bahagiadan sejahtera (44,23%). Sumber
kebermaknaan hidup yaitu interaksi denganlingkungan sosial (33,61%).
Pengaruh yang dirasakan ketika hidup bermakna adalah suasana hati yang
positif (47,49%) dan ketika hidupnya tidak bermakna, pengaruh yang
dirasakan adalah memiliki perasaan negatif (47,16%). Sementara itu,
subjective well-being menurut lansia bersuku Jawa adalah memiliki perasaan
yang menyenangkan (55,20%), faktor yang mempengaruhi subjective well-
being adalah relasi sosial yang baik (27,96%) dan efek yang dirasakan setelah
mencapai subjective well-being adalah muncul perasaan yang menyenangkan
(59,97%).
Sementara penelitian yang di angkat oleh Hilda Dewi Isnaeni
“KEBAHAGIAAN LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI” Hasil dari
wawancara dan observasi menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di Panti
Werdha Bahagia. Hal ini dikarenakan para lansia merasa kebutuhan sehari-
58
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi,Hlm.68
34
hari yang sudah tercukupi, kegiatan sehari-hari yang sudah terjadwal dan
setiap tahun di adakan piknik dan lomba bagi warga panti. Banyak hal yang
dipikirkan lansia pada saat merasa bahagia seperti memikirkan keluarga,
bersyukur kepada Allah dan senang dapat hidup mandiri. Sedangkan hal-hal
yang di lakukan para lansia saat bahagia anatara lain menyibukkan diri dengan
hobi masing-masing, membantu pihak panti secara sukarela di berbagai
bidang dan melakukan ibadah.
Kemudian skripsi Tjhaij Siufong yang berjudul “MAKNA HIDUP
WANITA LANSIA TANPA ANAK YANG TINGGAL DI PANTI
WERDHA” hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa fisik yang sehat,
hidup bahagia, hal yang menyenangkan, penerimaan akan kematian, dan
hubungan dekat dengan Tuhan menjadi hal yang penting dan bermakna bagi
lansia.
Berdasarkan pendapat dari beberapa penelitian sebelumnya membuat
peneliti termotivasi untuk mengetahui lebih detail lagi tentang Makna Hidup
dan dampaknya terhadap kebahagiaan bagi lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur tersebut. Dan tentunya penelitian yang diteliti sangat
berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
35
BAB II
PROFIL PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA “BUDI LUHUR” JAMBI
A. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha
1. Kedudukan
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) “Budi Luhur” Jambi yang
memberikan pelayanan kesejahteraan Sosial kepada para lansia yang
terlantar, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Dinas Sosnakertrans (Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi)
Provinsi Jambi. (Perda No. 14 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Jambi).59
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) “Budi Luhur” Jambi
merupakan tempat tinggal bagi para lanjut usia yang terlantar oleh
lingkungan keluarganya dan langsung dibawah naungan Pemerintah
Departemen Sosial Provinsi Jambi. Dalam menguraikan tentang panti, Ibu
Susnawati menyatakan:
[K]ata Tresna Werdha tersebut berasal dari bahasa Sansekerta. Tresna
ialah kasih sayang, sedang Werdha ialah kakek nenek atau lanjut usia
itu sendiri. Panti didirikan pada tahun 1979 dengan luas tanah ± 6.140
m2 oleh Departemen Sosial Provinsi Jambi dengan maksus
mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan sosial lansia dan
mempunyai beberapa tahapan dalam proses penerimaan dan pemberian
layanannya.60
Dari penjelasan diatas, secara jelas uraian tujuan berdirinya panti
dalam mensejahterakan kehidupan masa lanjut usia dengan penuh kasih
sayang seperti yang termaktub dalam makna dari nama panti tersebut,
yaitu Tresna Wedrha. Dengan luas lingkungan yang disediakan oleh
pemerintah untuk membangun sebuah bangunan panti yang berdiri kokoh
59
Tim Penyusun, Profil Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD) Panti Sosial Tresna
Werdha “Budi Luhur”, (Jambi: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2009), 1 60
Kepala Panti, Tri Winarsih, wawancara dengan peneliti. 24 April 2019, Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
35
36
hingga saat sekarang ini. Dan juga proses penerimaan anggota baru dan
pemberian pelayanan juga diatur dan ditata sedemikian rupa oleh
peraturan panti yang di bimbing langsung Pemerintah Provinsi.
2. Geografi Panti
Panti Sosial Tresna Werdha terletak di paal V Jl. Pangeran Hidayat
No. 75 Telp. (0745) 42545 Kota Baru Jambi.adapun batas geografisnya
tidak tercantum pada buku profil dan setelah di telusuri lewat alamat
internet juga tidak di masukkan data geografis panti. Namun, secara
kondisi lapangan panti memiliki lokasi sebagai berikut:
a) Sebelah utara berbatasan dengan bengkel
b) Sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga
c) Sebelah barat berbatasan dengan jalan raya
d) Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk.
Letak posisi panti cukup strategis, sehingga cukup mudah dicari
karena panti terletak dipinggir jalan dan tidak jauh dari panti terdapat
kantor camat Kota Baru, unit pemerintah diatasnya Kepala Desa. Tujuan
sebuah panti dibangun untuk merealisasikan wujud kepedulian dan
kepekaan terhadap sesame dan merupakan tempat khusus yang sengaja
dibangun untuk orang-orang yang membutuhkan pelayanan khusus, seperti
kita tahu ada anak-anak terlantar yaitu panti asuhan, remaja yang
bermasalah yaitu panti sosial remaja dan sebagainya. Pelayanan yang
diberikan disesuaikan oleh kebutuhan para penerima atau anggota panti
tersebut.
3. Sejarah Panti
Perjalanan pembangunan akan adanya panti memang sengaja
dibangun karena gerakan kepedulian pemerintah terhadap para lansia yang
terlantar atau tidak diurus lagi oleh pihak keluarganya atau bahkan
memang tidak punya sanak keluarga sama sekali (seorang diri). Berikut
37
ulasan singkat mengenai sejarah panti oleh Pak Syafril yang merupakan
salah satu staf pengurus:
[P]anti didirikan pada 1 Desember tahun 1979 oleh Kanwil
Departemen Sosial Provinsi Jambi, dulunya panti ini bernama Sasana
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi, namun karena ada SK Menteri
Sosial tentang Unit Pelaksana Teknis (UPT) dilingkungan Departemen
Sosial RI. Nama panti menjadi Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi kalau landasan berdirinya ya pada UUD 1945 itu sudah
jelas dan dibuku profil sudah disebutkan.61
Dari penjelasan singkat diatas, penulis menyimpulkan bahwa
berdirinya panti memang sengaja dibangun oleh pihak pemerintah karena
kesadaran dan kepeduliannya serta merupakan kewajiban dan tanggung
jawab pemerintah terhadap warga negaranya, terutama lebih kepada warga
terlantar.
4. Tugas Fungsi dan Tujuan
a. Tugas pelayanan
1) Memberikan pelayanan sosial kepada lansia yang meliputi
pemenuhan kebutuhan hidup, pembinaan fisik, mental dan
sosial, serta bimbingan keterampilan dalam mengisi kehidupan
mereka agar lebih bermakna.
2) Memberikan pengertian kepada keluarga lansia dan masyarakat
untuk mau dan mampu menerima, merawat dan memenuhi
kebutuhan lansia.
b. Fungsi
Dari tugas-tugas yang diemban, maka PSTW memiliki beberapa
fungsi:
1) Sebagai pusat pelayanan sosial lansia
2) Sebagai pusat informasi UKS/Pelayanan Sosial Lansia
3) Sebagai pusat pengamban UKS
4) Sebagai pusat pemberdayaan lansia.
61
Kepala Panti, Tri Winarsih, wawancara dengan peneliti. 24 April 2019, Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
38
Panti mempunyai tugas dan fungsi untuk menunjang dalam
pemberian pelayanan terhadap anggota panti. Pengaplikasian dari yang
telah ditetapkan dan terapkan oleh panti yang merupakan langsung
dibawah naungan Pemerintah Provinsi berjalan hingga saat sekarang
ini.
c. Tujuan
Adapun tujuan dari PSTW itu sendiri, sebagai berikut:
1) Terpenuhinya kebutuhan lansia yang meliputi kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual.
2) Memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktivitas
lansia.
3) Terwujudnya kesejahteraan sosial lansia yang diliputi rasa
tenang, tentram dan bahagia, serta mendekatkan diri kepada
Tuhan YME.
5. Pelaksanaan Pelayanan Di UPTD PSTW
Pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada para lansia
diupayakan dengan sistematis, terarah, terencana atas dasar meningkatkan
kesejahteraan sosial lansia, pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa
tahapan ialah sebagai berikut:
a. Tahap Penerimaan
Tahap penerimaan meliputi kegiatan identifikasi, registrasi,
melalui pengisian formulir bahan selektif untuk menetapkan lansia
sebagai klien, baik lansia potensial maupun tidak potensial. Hal ini
menentukan pelayanan yang akan diberikan.
b. Tahap Pemberian Pelayanan
Tahap pemberian pelayanan perlu mempertimbangankan
spesifikasi dalam pelayanan maupun dalam penugasan, sumber dan
pelayanan yang dapat digunakan, metode yang dipilih, siapa yang
mengerjakan, apa dan kapan, sehingga pelayanan yang diterima lansia
bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
39
Beberapa pelayanan yang dapat diberikan di PSTW kepada para lansia:
1) Pelayanan sosial (hubungan sosial)
2) Pelayanan fisik (kebugaran)
3) Pelayanan psiko sosial (rasa aman)
4) Pelayanan keterampilan
5) Pelayanan spiritual (keagamaan)
6) Pelayanan pendampingan
7) Pelayanan perawatan kesehatan.
Secara seksama, panti memiliki keanggotaan pengurus panti yang
terdiri dari pimpinan, staf-staf hingga bagian dapur. Pengolahan kinerja
berjalan setiap harinya dari senin-sabtu, terkecuali hari minggu atau
tanggal merah. Pelayanan yang diberikan kepada para lansia disesuaikan
dengan tingkat kemandirian diri lansia, jika lansia semakin tidak bisa
dalam mengurus diri sendiri atau hal lain (dikarenakan sakit) makan
penangan dan pelayanan ditingkatkan terhadap lansia tersebut. Dan
sebaliknya, jika terdapat lansia yang cukup mampu mandiri dalam
mengurus dirinya sendiri dan bahkan mampu bergerak cukup aktif, maka
hanya diberikan pengawasan dan bimbingan terhadapanya.
Sebagaimana pelayanan yang diuraikan diatas, salah satu fungsi
PSTW merupakan pusat pelayanan kesejahteraan sosial lansia, maka setiap
hari UPTD PSTW melaksanakan tugas-tugas berikut :
a. Menyiapkan dan memantau kamar tidur para lansia, agar tetap
layak sebagai kamar tidur
b. Menyiapkan konsumsi yang cukup bergizi untuk para lansia :
1) Makan 3 (tiga) kali sehari
2) Minum teh/kopi 2 (dua) kali sehari
3) Minum susu 2 (dua) kali seminggu
4) Bubur kacang hijau 2 (dua) kali seminggu.
Catatan : menu para lansia atas rekomendasikan ahli gizi dan
puskesmas.
40
c. Menyiapkan pakaian harian, pakaian lebaran, serta alat
kelengkapan shalat seperti sajadah, mukena, peci dan kain sarung,
dan pakaian olahraga juga.
d. Melaksanakan perawatan kesehatan para lansia.
e. Melaksanakan dan mengupayakan terselenggaranya shalat secara
berjama‟ah untuk setiap waktu serta mengadakan pembacaan yasin
setiap malam jum‟at atau tiga malam berturut-turut dan dilengkapi
dengan pembacaan tahlil dan doa, jika ada lansia yang meninggal
dunia.
f. Melaksanakan bimbingan-bimbingan
1) Bimbingan Sosial
Untuk menciptakan suasana rukun, damai dan saling
sayang dikalangan lansia sebagai warga UPTD PSTW, maka perlu
melaksanakan bimbingan sosial, baik secara individu maupun
kelompok di lingkungan UPTD PSTW, dengan harapan dapat
membangkitkan rasa tanggungjawab warga serta tahu, mau, dan
mampu berperilaku sesuai dengan etika pergaulan yaitu sopan
santun hingga saling menyenangi baik antara sesama lansia, lansia
dengan petugas maupun dengan masyarakat di lingkungan panti.
2) Bimbingan mental spiritual
Untuk membiasakan lansia-lansia di UPTD PSTW
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut, maka
laksanakanlah kegiatan bimbingan mental spiritual, berupa
ceramah-ceramah agama/pengajian-pengajian bagi para lansia yang
beragama islam. Dimaksudkan untuk meningkatkan kadar
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
3) Bimbingan Keterampilan
Pelayanan ini diberikan tidak saja untuk mengisi waktu
luang, tapi juga untuk meningkatkan produktivitas sekaligus untuk
menambah penghasilan, apabila lansianya masih potensial yaitu
keterampilan membuat barang-barang kerajinan.
41
g. Melaksanakan prosesi pemakaman terhadap lansia yang meninggal
dunia, sesuai dengan tata cara agama yang dianut. Hal ini
dilakukan apabila keluarga lansia yang meninggal tidak mampu
melaksanakan pemakaman.
h. Membawa lansia-lansia untuk mengunjungi tempat-tempat wisata,
kegiatan rekreatif ini dimaksudkan menghilangkan kejenuhan.
Pelayanan-pelayanan yang diberikan merupakan perwujudan dan
pengaplikasian salah satu fungsi panti yaitu sebagai Pusat Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Lansia. Dan hingga saat ini pelayanan tersebut masih
diterapkan dan dijalankan oleh pihak panti sebagai rutinitas tugas yang
dilakukan setiap harinya. Dan pada momen tertentu, seperti acara
pengajian, lebaran dan sebagainya bahkan hiburan sekedar rekreasi
melepaskan kejenuhan diatur oleh pihak panti dengan sedemikian rupa
dari pakaian, kegiatannya dan perihal konsumsi para lansia.
6. Landasan
Panti juga mempunyai landasan dasar sebagai faktor pendorong
dan pendukung dalam pembangunan berdirinya panti sehingga arah tujuan
dan manfaat pembangunan panti jelas dan terarah. Berikut beberapa
landasannya :
a) UUD 1945 Pasal 34, 27 (ayat 1 dan 2)
b) UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan
c) UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan sosial lansia
d) UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemda
e) Perda N0 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Jambi.
Dari landasan-landasan hukum diatas yang merupakan satuan
penggerak dan dasar dalam pembangunan dan menjalankan pelayanan-
pelayanan terhadap para lansia yang ada di panti. Sehingga semua
pelayanan yang diberikan terarah dan dapat dipertanggungjawabkan.
42
Pelayanan-pelayanan tersebut berupa baik pelayanan tersebut bersifat
kepribadian, lingkungan sosial hingga aspek spiritual (keagamaan).
7. Sasaran
Sasaran UPTD PSTW “Budi Luhur” adalah lanjut usia terlantar.
Lansia terlantar adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas yg
tidak mampu untuk memenuhi kecukupan nutrisi, tidak mempunyai
tempat tinggal yang layak, tidak mampu merawat kesehatan dan tidak
bisa mendapatkan akses untuk memperoleh hiburan.
Persyaratan calon klien adalah :
a. Laki-laki atau perempuan berumur 60 tahun keatas
b. Dalam keadaan terlantar
c. Dengan surat keterangan dari RT diketahui Lurah setempat .
d. Sehat dan tidak mengalami gangguan jiwa dengan surat
keterangan dokter.
e. Rekomendasi dari dinas Sosial setempat.
f. Apabila calon klien msh mempunyai keluarga, dilengkapi :
1. KTP
2. Kartu Keluarga
3. Kartu kepesertaan BPJS Kesehatan
g. Calon klien dari luar kota Jambi, surat keterangan pindah dari
Kantor Dukcapil setempat.
h. Mengikuti peraturan panti.
B. Visi dan Misi PSTW “Budi Luhur” Jambi
Berikut ini visi dan misi panti terhadap konsep pelayanannya:
Visi : “Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dalam Panti Sosial”
Misi :
1) Mewujudkan pelayanan sosial lanjut usia dalam panti
2) Mewujudkan panti sosial Lanjut Usia sebagai pusat informasi
usaha Kesejahteraan sosial lanjut usia.
43
3) Mewujudkan panti sosial lanjut usia sebagai pusat pengembangan
usaha kesejahteraan sosial lanjut usia
4) Mewujudkan panti sosial lanjut usia sebagai pusat pemberdayaan
lanjut usia.
Dalam diri individu saja memiliki konsep diri yang terdiri dari visi
dan misi dalam perjalanan hidupnya, apalagi dalam sebuah lembaga atau
hanya sekedar sebuah lembaga atau hanya sekedar sebuah organisasi, tentu
mempunyai visi dan misi dalam pelaksanaan kinerjanya. Dari visi dan misi
diatas, menunjukkan totalitas kepedulian panti terhadap kehidupan masa
lansia yang mengalami keadaan tidak menyenangkan/terlantar.
Selain itu, panti juga mempunyai sarana dan prasarana untuk
menunjang segala kebutuhan dalam pemberian pelayanan. Sarana dan
prasarana tersebut terdiri dari :
Tabel 1.1 Sarana dan Prasarana di Panti Sosial Tresna Werdha
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Aula 1 Unit
2 Kantor 1 Unit
3 Wisma 14 Unit
4 Rumah Dinas 6 Unit
5 Wisma Ramu 1 Unit
6 Poliklinik/Konseling 1 Unit
7 Musholla 1 Unit
8 Garasi 2 Unit
9 Mobil Ambulan/Mobil Dinas 1 Unit/2 Unit
Catatan : Data Dokumentasi dan Observasi
Sarana prasarana yang panti miliki diperoleh dengan tahapan dan
proses waktu yang terus berjalan dalam perkembangan panti. Perwujudan
sarana dan prasarana yang terus memadai mendorong peningkatan kinerja dari
masing-masing pengurus panti sehingga kinerjanya bernilai maksimal
terhadap pemberian pelayanan kepada para lansia.
44
C. Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan Tugas:
1. Pekerja sosial fungsional pada saat ini hanya ada 1 orang (PTT)
dibandingkan dengan jumlah klien sebanyak 70 orang tidak memadai
2. Diperlukan jabatan fungsional lain (dokter, psikolog, Fisioterapis,
rohaniawan).
3. Kondisi keterlantaran menyebabkan calon klien ketika datang ke panti
tidak mempunyai identitas sehingga menyulitkan pembuatan kartu
BPJS untuk perawatan kesehatannya.
4. Sarana dan prasarana panti (gedung, peralatan) keadaannya banyak
yang sdh rusak, perlu direvitalisasi.
5. Untuk peningkatan SDM petugas diperlukan yang berlatar belakang
pekerjaan sosial dan pelatihan manajemen pelayanan sosial di dalam
panti bagi petugas.
45
STRUKTUR ORGANISASI PANTI
KEPALA UPTD
Dra. TRI WINARSIH
NIP. 19611115 198603 2 004
NI
N
KASUBAG TATA USAHA
JUFFERIZAL, S.SOS
NIP. 19660305 198603 1 008
STAFF
1. M. YUNIZAR, S.PD.I NIP. 19681231 199101 1 007
2. NURHAYATI
NIP. 19670416 199101 2 001 3. AGUS WIDODO
NIP. 19690820 199203 1 005 4. RADEN TRI WAHYUDI
NIP. 19721228 199803 1 006 5. SITI ACBARI
NIP. 19720603 199102 2 001 6. ANSORI
NIP. 19820210 200901 1 009 7. AHMAD FERI
NIP. 19810915 201001 1 003
KASI RROGRAM & ADVOKASI
SOSIAL SUANDI, SE.ME
NIP. 19690406 199210 1 001
STAFF
1. SYAFRIL, SST
NIP. 19630811 198303 1
004
KASI PELAYANAN & REHABILITASI SOSIAL
Dra. SYAMSIAH, MM
NIP. 19660120 199202 2 004
STAFF
1. SUNARTI NIP. 19621208 198302 2 002
2. FARIDA NIP. 19640808 199212 2 001 NIP. 19640808 199212 2 001
46
Mengenai susunan kepengurusan panti sudah mengalami perubahan-
perubahan kepemimpinan, kakek Ahmad menyatakan bahwa kepemimpinan
panti baru kali ini yang perempuan sebelum-sebelumnya laki-laki.
Dari perjalanan roda kepengurusan panti, baru kali ini dipimpin oleh
seorang wanita dari tahun 2012 hingga sekarang. Kasat mata penulis
kepemimpinan Ibu Tri Winarsih berjalan cukup disiplin dan tertib. Semua
anggota staf, baik dari pengurus kantor hinggs staf dapur mengemban tugas
dengan profesionalitas kerja. Mengenai tugas dan fungsi kerja pada anggota
staf pelaksana tidak dicantumkan secara gambling di papan struktur
organisasi, namun secara kinerja keseharian, sudah pada bagian-bagiannya
yaitu dari kepegawaian, kesehatan, bimbingan rohani, dan sosial, administrasi,
dan hingga profesi pemakaman kepada para lansia berjalan dengan terbuka
dan jelas.
47
BAB III
MAKNA HIDUP DAN DAMPAKNYA
TERHADAP KEBAHAGIAAN LANSIA
A. Kehidupan Para Lansia
1. Keadaan Lansia Sebelum Tinggal di Panti
Lanjut usia adalah suatu hal yang alami dan akan terjadi pada
manusia. Pada kondisi ini terjadi penurunan kesehatan, fisik, sosial dan
ekonomi. Penurunan ini akan mempengaruhi emosional, konsentrasi,
mobilitas, kemampuan fisik dan interaksi sosial. Dampak dari penurunan
ini lansia menjadi pasif, sensitif dan rentan terhadap gangguan sosial. Hal
ini sering menjadi permasalahan sendiri di dalam keluarga maupun di
tengah masyarakat, sehingga para lansia sering mendapat perlakuan yang
diskriminatif dari keluarga maupun masyarakat.
Lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi ini kebanyakan berasal bukan dari Jambi, beberapa dari mereka
berasal dari luar Jambi seperti Bali, Padang, Jawa, Palembang dan lain-
lainnya. Mereka pindah ke Jambi dari ketika mereka masih muda dengan
alasan untuk mencari pekerjaan, pengalaman, dan alasan lainnya seperti
yang di lakukan oleh Nenek Aminah Bali, beliau mengatakan sebagai
berikut:
[N]enek ni ke Jambi udah dari umur 17 tahun, nah nenek ke Jambi
untuk cari kerja soalnya keluarga nenek bukan dari orang yang
mampu. Nenek Mualaf dari umur 15 tahun dan dari umur 17 tahun
tulah nenek dak pernah pulang lagi ke Bali. Nenek sudah kerja apa aja
dan dimana aja di Jambi ini, terakhir Nenek kerja di kayak rumah
makan gitu sampai akhirnya waktu itu Nenek sudah sakit, dan di
sarankan oleh oleh pemilik rumah makan untuk masuk ke Panti.
Awalnya datang cuma ngeliat aja bagaimana keadaan disini, tapi
akhirnya Nenek mencoba untuk tinggal disini dan kemudian betah
disini sampai saat ini.”62
62
Aminah Bali, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 29
Desember 2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
47
48
Sama halnya dengan Nenek Aminah Bali, Nenek Darwati berasal
dari Padang, Nenek Darwati awalnya bersama Suami pindah ke Jambi
untuk mencari pekerjaan dan mencari kehidupan yang lebih layak tapi
ternyata tak mereka dapatkan. Berikut penjelasan Nenek Darwati:
[N]enek ni dari Padang, ke Jambi sama suami waktu itu, nah di Jambi
nih kan dak ada siapa-siapa jadi emang modal nekat datang ke Jambi
waktu itu, jadi kita cari kerja kesana-kesini tapi susah buat nyari kerja
yang enak tu jadi kita kerja sembarangan apa yang bisa dikerjakan ya
kita kerjakan, tapi kemudian Suami Nenek Jatuh sakit susahkan tapi
untungnya banyak orang yang menyarankan kita untuk masuk ke
Panti. Jadi kita coba buat daftar kesini dan Alhamdulillah keterima,
jadi Nenek sama suami bisa tinggal disini waktu itu, walau kemudian
Kakek tutup usia juga.”63
Sedikit berbeda dari Nenek Aminah dan Nenek Darwati, Datuk
Mukmin justru beliau lah yang kabur dari anak dan kampung halamannya
hanya untuk tinggal di Panti. Berikut yang beliau katakan:
[D]atuk ni kha baru masuk disini, asal dari Jakarta cuma sempat tinggal di
kerinci sebentar soalnya Datuk kira di Kerinci ada Panti Jompo ini ternyata
dakada, akhirnya Datuk berangkat ke Jambi ke sini kan ke Panti. Kakek tu
kesini karena anak-anak Datuk udah ndak mau ngurusin Datuk lagi
makanya Datuk lari kesini, inipun Datuk yakin sekali ndak ada yang
nyariin Datuk ndak. Tapi walaupun kekgitu Datuk emang udah niat lama
pengen tinggal di Panti cuma baru kejadian sekarang bae, Datuk bersyukur
bisa keterima disini. Bersyukur sekali.”
Senada dengan yang di katakan oleh Datuk Arsal yang pada saat
wawancara memang sedang bersama Datuk Mukmin, sebagai berikut:
[K]alo Datuk kha emang ndakada keluarga lagi, Datuk kan asal dari
Padang dan udah lama pindah ke Jambi itu emang sudah sebatang kara,
jadi sejak Datuk udah merasa badan Datuk ndak sehat lagi buat kerja dan
segala macamnya Datuk berpikiran lebih dulu tentang tinggal di Panti,
awalnya emang mikirkan kek serius mau ke Panti? Dan semakin banyak
juga orang-orang sekitar yang menyarankan Datuk untuk masuk ke Panti.
Tapi kemudian Datuk hilangkan pikiran itu, Datuk coba dengarkan saran
orang lain dan Datuk datang kesini mau daftar, ternyata Alhamdulillah
keterima dan MasyaAllah bersyukur bisa menghabiskan masa tua disini.”64
63
Darwati, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 03 Januari
2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. 64
Arsal, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 03 Januari 2019,
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
49
Selain itu, Nenek Mayuning mengatakan sebagai berikut:
[N]enek asal dari Jambilah, dulu Nenek tinggal di Pinang Merah sama
orang tua Nenek, Cuma semenjak orangtua Nenek Meninggal dunia nenek
ikut abang Nenek kan. Nenek 3 Saudara, Anak terakhir Nenek. Kakak
perempuan Nenek ndakada di Jambi makanya ikut abang lumayan
lamalah, Cuma Nenek dak enakkan kalau mau ikut abang terus, gaji abang
juga ndak besar Istriny juga agak gimana gitu dengan Nenek jadi Nenek
minta antarin abang lah, bilang ke abang mau tinggal disini bae. Awalnya
abang bilang kek serius mau tinggal di Panti, Nenek Cuma jawab iya bang
gitu, jadi sudahlah diantar lah sama abang kesini dan tinggal lah Nenek
disini.”65
Dari hasil wawancara di atas, dapat di lihat bahwa beberapa dari
lansia yang berada di Panti itu masuk ke Panti ada yang dari keinginan
sendiri, ada yang terpaksa dan lainnya. Tapi walaupun begitu, seiring
berjalannya waktu para lansia tersebut sudah menerima dan merasa
nyaman tinggal di Panti.
Tapi tidak menutup kemungkinan beberapa dari mereka yang
masih berperilaku sama dengan ketika mereka belum masuk ke panti
seperti Datuk Ratno. Datuk Ratno adalah orang yang keras, dan suka
berkata kasar. Beliau juga pembangkang, beliau dulunya pernah di rawat
di Rumah Sakit Jiwa karena beliau sempat stress akibat di selingkuhi oleh
Istrinya sendiri. Mungkin karena kejadiaan itu, beliau yang sekarang agak
kasar, dan tidak peduli dengan orang lebih mementingkan dirinya sendiri.
Datuk ratno, mengatakan sebagai berikut:
[L]ah aku masuk kesini juga dimasukkan sama oranglain, mana mau aku
tinggal disini, semua-semua ndakboleh, mana disuruh-suruh terus, suruh
inilah, itulah hm pusing aku kadang.”66
Senada dengan yang di katakan oleh Datuk Yosrizal yang
kebetulan memang sedang bersama Datuk Ratno sebagai berikut:
[I]ya kan, pusing disuruh-suruh kalau mau aku kerjakan kalau idak yaudah
jangan maksa malas aku kadang ngeliat orang disini ni.”67
65
Mayuning, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 03 Januari
2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. 66
Ratno, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 03 Januari
2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
50
Dilihat dari apa yang beliau katakan, Datuk Yosrizal dulunya
memang kurang terdidik, beliau hidup dalam kelurga yang acuk tak acuh,
sampai ke keluarganya sendiripun begitu. Beliau ditinggal oleh sang Istri
dan anak. Hal itulah yang membuat mood beliau sangat berantakan dan
selalu mengeluarkan kata-kata kasar ketika sedang marah, dan beliau juga
sangat susah untuk disuruh sholat.
2. Keadaan Lansia Setelah Tinggal di Panti
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan melihat dari
keadaan beberapa lansia sebelum mereka tinggal di Panti bisa kita
bandingkan dengan keaadaan yang sekarang ketika mereka tinggal di
Panti, dapat disimpulkan bahwa lansia yang pada awalnya terpaksa dan
lansia yang memang memilih ingin tinggal di panti itu hasil akhirnya akan
sama saja walaupun beberapa ada yang berubah.
Kenapa? Karena beberapa dari lansia tersebut yang pada awalnya
sangat terpaksa tinggal di Panti, kemudian seiring berjalannya waktu
mereka akan merasakan kenyaman yang luarbiasa dan justru malah jadi
enggan untuk keluar dari Panti. Seperti yang terjadi dengan Nenek
Marsiyah, beliau mengatakan sebagai berikut:
[A]walnya Nenek Masuk Panti kan karena anak-anak Nenek ndakmau
ngurusin Nenek, jadi waktu dirumah tu rasanya salah aja semua apa yang
Nenek lakuin. Maka dari itulah Nenek usaha datang kesini mau daftar
masuk ke Panti ini. Alhamdulillah Nenek keterima tinggal disini, semakin
tinggal disini Nenek pernah mikir gini kenapa ndak dari dulu bae Nenek
tinggal disini gitukan, pokoknya Nenek bahagia sekali tinggal disini, kalau
disuruh balekpun Nenek ndak bakalan mau.”68
Senada dengan yang di Katakan oleh Datuk Hasan sebagai berikut:
[D]atukpun, awalnya kurang minat tinggal disini, rasanya kayak dak
berharga baee kok bisa berakhir di Panti ginikan, tapi makin kesini Datuk
sadar, bahwa ini adalah jalan dari Allah yang emang udah ditakdirkan buat
Datuk, dan bahkan Datuk bersyukur sekali kepada Allah, berdo‟a terus
67
Yosrizal, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 03 Januari
2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. 68
Marsiyah, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 03 Januari
2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
51
tiada henti-hentinya kepada Allah karena telah member kehidupan yang
seperti sekarang ini sama Datuk.”69
Di lihat dari hasil observasi dan wawancara peneliti di lapangan,
kedua lansia ini memang terlihat sangat enjoy dan bahagia di Panti,
mereka melakukan segala aktivitas lansia dengan sebaik-baiknya dan
mereka tidak pernah berulah yang aneh-aneh di Panti. Mereka memang
menikmati kehidupannya yang sekarang terlihat dari keadaan mereka yang
bahagia dan tidak merasa tertekan akan hal apapun.
Tapi, tidak menutup kemungkinan ada pula yang masih
berkelakuan sama dengan masa lalunya dan enggan untuk merubah
kelakuannya walaupun sangat banyak aturan yang ada di Panti mereka
tetap keras kepala dengan apa yang sudah mereka putuskan.
B. Makna Hidup bagi Para Lansia
Makna hidup adalah sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh
seseorang yang dirasakan berharga yang bisa dijadikan sebagai tujuan hidup.
Tak luput pula bagi para lansia untuk dapat memaknai hidupnya. Berdasarkan
observasi dan wawancara peneliti dengan para lansia di panti dapat diketahui
mengenai makna hidup dari para lansia. Seperti yang sudah di katakan nenek
Aminah Bali kepada peneliti sebagai berikut:
[M]enurut nenek makna hidup itu adalah yang jadi tujuan hidup nenek,
sekarang nenek hidup terfokus hanya kepada Allah. Nenek selalu sholat
berjamaah di musholla, sempatkan mengaji, berdzikir setiap saat, dan
berdoa pastinya. Dengan semua hal itu, itulah satu-satunya cara yang bisa
buat hidup nenek tu bahagia tanpa beban kayak sekarang. Cuma satu aja di
hidup nenek yang belum tercapai nenek pengen sekali untuk Umroh, tapi
tidak apa-apa sekarang nenek selalu berdoa setiap saat semoga Allah
mengizinkan nenek buat berangkat Umroh, Aamiin..”70
Dari hasil wawancara di atas, dengan Nenek Aminah Bali yang
mengatakan bahwa agar kita mendapatkan ketenangan di usia lanjut maka
69
Hasan, Lansia Panti Sosial Tresna Werdha, wawancara dengan peneliti, 03 Januari
2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. 70
Aminah Bali, wawancara dengan peneliti, 29 Desember 2018, Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Kota Baru Jambi
52
sebaiknya kita cukup lakukan hal-hal yang di perintahkan Allah saja, jangan
melenceng dan selalu bersyukur dengan apa yang terjadi pada kita hingga
sekarang ini. Terlihat dari kebiasaan Nenek Aminah Bali yang memang selalu
sholat tepat waktu dan selalu jama‟ah dimusholla, dan juga selalu berinteraksi
denganlansia yang lain dan tak segan membantu sesama lansia lain di panti.
Karena dalam Islam sendiri memang sudah banyak di ajarkan
bagaimana cara agar kita bisa menenangkan hati kita yakni dengan sholat,
dzikir, mengaji dan menjauhi segala larangan-Nya, dan juga jangan lupakan
bagaimana harusnya kita berhubungan dengan sesama manusia lainnya.
Begitu pula dengan yang di katakan oleh Datuk Arsal, sebagai berikut:
[M]enurut datuk kha, makna hidup tu sama aja dengan tujuan hidup, nah
tujuan hidup datuk sekarang Alhamdulillah sudah tercapai, datuk sekarang
sudah jauh lebih bahagia, nyaman dak kepikiran masa lalu menyakitkan
lagi sekarang Alhamdulillah datuk besyukur nian atas rahmat yang Allah
kasih ke datuk selama hidup hingga sampai saat ni.”71
Kemudian di lanjutkan oleh Datuk Mukmin yang memang pada saat
itu sedang berada di samping Datuk Arsal sendiri, mengatakan sebagai
berikut:
[N]ah sama dengan datuk Arsal, betul sekali tu apalagi datuk ni kan tau
sendirilah walaupun fisik ndak sempurna tapi datuk selalu bersyukur atas
nikmat yang Allah kasih ni kha. Dan walaupun datuk mungkin dakbisa
jadi orang yang bermanfaat untuk orang lain karena keterbatasan, tapi
insyaAllah datuk bakal jadi orang yang bermanfaat untuk Allah SWT.
Sekarang datuk Alhamdulillah tak pernah tinggalkan sholat wajib maupun
sunnah, dzikir selalu, dan usahakan untuk baca Al-quran juga.”72
Dari hasil wawancara dan observasi dengan Datuk Arsal dan Datuk
Mukmin, dilihat juga keduanya memang selalu sholat tepat waktu dengan
berjama‟ah dimusholla dan mereka adalah orang yang cukup bermanfaat juga
kepada lansia lain yang mana mereka juga tak segan untuk membantu yang
lain jika ada yang membutuhkan bantuan mereka, dan mereka adalah orang
71
Arsal, wawancara dengan peneliti, 29 Desember 2018, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi 72
Mukmin, wawancara dengan peneliti, 29 Desember 2018, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi
53
yang selalu aktif dan tidak ragu untuk menyapa duluan kepada saya dan
teman-teman yang lainnya ketika kami ke Panti.
Begitu pula dengan Nenek darwati, beliau juga selalu sholat tepat
waktu dan selalu sholat di musholla, dan Nenek Darwati adalah satu-satunya
Nenek yang welcome dan mengizinkan kami untuk tidur dan bersantai di
kamarnya, tidak suka menyusahkan orang lain, dan membantu lansia lain
sebisanya.
Hasil wawancara dengan Nenek Darwati beliau pun mengatakan hal
yang hampir serupa dengan yang dikatakan oleh datuk Mukmin dan Arsal,
sebagai berikut:
[M]enurut nenek, kehidupan nenek yang sekarang pun sudah bermakna,
nenek hidup dengan mengikuti semua perintah-Nya Allah nenek juga
membantu sesama kawan disini, dan nenek bahagia sudah ngelakuin hal
yang kekgitu. Sekarang ni ya ndakusah macam-macam bae kha, ndausah
ngelakui hal yang melenceng-melenceng, kita ndaktau kan kapan bakal di
panggil Allah ya jadilah orang yang bermanfaat untuk semuanya.”73
Kemudian nenek marsiyah yang kebetulan sedang bersama Nek
Darwati menambahkan pendapatnya, sebagai berikut:
[I]ya benerlah tu, di usia kita ni apalagi lah yang di cari untuk kehidupan
dunia ini? Ndakada lagi ndak. Udah banyak kejadian yang kami lewati
sekarang cukup jadi orang yang bermanfaat untuk orang lain aja itu sudah
Alhamdulillah tercapai juga tujuan hidup biar jadi makin tenang.”74
Dari wawancara di atas, Nenek Marsiyah mengatakan bahwa hidupnya
dirasa tenang jika menjalankan semua perintah Allah dan bisa bermanfaat
untuk oranglain itu sangat cocok dengan kepribadiannya. Terlihat dari
kesehariannya Nenek Marsiyah, walaupun beliau memiliki kekurangan fisik
(Buta) beliau tetap sholat tepat waktu, walaupun jarang sholat dimusholla tapi
beliau sholat di kamarnya tepat waktu dan tidak menunda. Dan juga beliau
73
Darwati, wawancara dengan peneliti, 27 Desember 2018, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi 74
Marsiyah, wawancara dengan peneliti, 29 Desember 2018, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi
54
mau mengikuti semua kegiatan Panti, membantu lansia lain sebisanya dan
tidak ingin menyusahkan orang lain.
Berbalik dengan yang di katakan oleh Datuk Yosrizal. Justru Datuk
Yos mengatakan bahwa di usia dia yang sekarang dia tidak tau makna
hidupnya apa, beliau mengatakan sebagai berikut:
[A]ku ndaktau itu apa, yang jelas jalani aja apa yang ada sekarang ni.
Sekarang tinggal di panti, ya nikmati baja kehidupan disini kayakgimana
enak ndak enak pasrah bae nak kekmanalagi dari pada hidup di
jalankan.”75
Mendengar hal itu, abang Irul yang kebetulan lewat mengatakan
kepada saya sebegai berikut:
[E]h dia tu kekgitulah, dia ndak sholat juga, dan emang beneran ndakmau
di ajak sholat dan marah-marah kalo di bilangin. Dia kalo marah mulutnya
bukan main tu ada aja yang disebutnya. Agak susah juga kala nganturnya
kekmana lagi beliau lebih tua dari pada abang kan. Tapi kadang kalo mood
nya baik, mau lha beliau dengerin omongan kita.”76
Berdasarkan hasil observasi peneliti, memang terlihat dari
kesehariannya Datuk Yosrizal sendiri memang orang yang sedikit
berinteraksi dengan lansia lain, dan juga beliau tidak mau jika disuruh sholat,
dan kata-katanya cukup kasar jika dia sedang tidak senang kepada oranglain.
Sangat bertolak belakang dua pernyataan terakhir diatas, dan itu
disebabkan oleh bedanya pola pikir dan pemberian bekal keagamaan sedari
kecil kepada para lansia tersebut dan ditambah lagi dari pengaruh lingkungan
mereka selagi muda dan yang terbesar adalah diri mereka sendiri. Jadi dalam
hal ini wajar, jadi tidak ada yang bisa di salahkan selain dari diri yang
bersangkutan itu sendiri.
75
Yosrizal, wawancara dengan peneliti, 27 Desember 2018, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi 76
Amirul Khotob, S.Ag, Selaku Pembimbing Keagamaan, wawancara dengan peneliti, 27
Desember 2018, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Baru Jambi
55
C. Dampak Makna Hidup Terhadap Kebahagiaan Lansia
Dampak terbagi menjadi dua, yakni dampak positif dan dampak
negatif. Jika lansia mampu menunjukkan kebahagiaannya di panti itu artinya
mereka tergolong kedalam dampak positif tapi sebaliknya jika mereka tidak
menunjukkan kebahagiaannya dan justru selalu memberikan keluhan-keluhan,
merasa sedih dan merasa tertekan tinggal di panti itu berarti tergolong
kedalam dampak negatif.
1. Dampak positif
Makna hidup adalah hal-hal yang di anggap penting dan yang
membuat kehidupan kita dirasa bahagia, nyaman dan sangat berharga. Dan
makna hidup diyakini sebagai sesuatu yang besar yang bisa dijadikan
tujuan hidup. Jika makna hidup kita berjalan sesuai dengan apa yang kita
inginkan maka itu akan berdampak pada kebahagiaan kita seperti yang di
katakan oleh Oma Wulan, sebagai berikut:
[O]ma sekarang dak butuh apa-apa lagi, oma disini sudah bahagia
nian, hidup oma tenang dak ada yang bikin oma pusing. Walaupun
disini oma cuma kayak ginilah, tapi Alhamdulillah sesuai sama apa
yang Oma mau, dan Oma emang bener-bener bersyukur banget bisa
melewati hidup yang kayak gini yang buat Oma bisa jadi kayak
sekarang. Oma dak pernah menyesal sedikitpun dengan apa yang
terjadi samo Oma hingga sekarang.”77
Tak berbeda dengan apa yang di katakan oleh nenek Aminah Bali,
sebagai berikut:
[N]enek ni sudah banyak melewati perjalanan, sudah taulah nenek
kekgimana asam garamnya kehidupan ni. Tapi di sini tujuan hidup
nenek sudah tercapai, Alhamdulillah. Jadi di umur yang sekarang ni
nenek sudah daktau lagi apa yang mau nenek lakuin lagi, karena
menurut nenek semuanya sudah selesai dan sekarang nenek cuma
terfokus mau mencari ridho-Nyo Allah be lagi. Karena dengan hal itu
nenek benar-benar merasakan kedamaian hati, dan cukup bahagia
untuk menjalanlan sisa hidup ni.”78
77
Sri Wulan, wawancara dengan peneliti, 3 Januari 2019, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi 78
Aminah Bali, wawancara dengan peneliti, 29 Desember 2018, Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Kota Baru Jambi
56
Datuk Mukmin juga menunjukkan dan mengatakan hal-hal yang
positif, sebagai berikut:
[ D]atuk sekarang merasa beruntung dan bahagia sekali dengan semua
hal yang terjadi kedalam hidup datuk. Karena dulu datuk memang
melalui hal-hal yang sulit nian, tapi Alhamdulillah sekarang berkat
datuk mendekatkan diri kepada Allah semua yang terjadi pada datuk
sungguh luar biasa, hidup datuk benar-benar jadi lebih baik semenjak
memutuskan untuk mendekat kepada Allah.”79
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap Oma Wulan, Nenek
Aminah Bali, Datuk Mukmin dan beberapa lainnya memang benar mereka
menunjukkan sikap hidup yang positif yang mana dapat dilihat dari
keseharian mereka yang terlihat bahagia, ceria, tidak pernah murung,
bersedih, atau bertingkah seperti tidak ingin tinggal di Panti.
Mereka justru menampakkan sisi positif dari diri mereka, yakni
mereka mengikuti semua aturan panti, berinteraksi dengan lansia lain,
melaksanakan semua kegiatan yang di laksanakan di panti, terpenting mereka
melaksanakan perintah Allah seperti sholat dan lain-lainnya tepat paktu dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif terjadi ketika lansia tidak mampu untuk memaknai
hidupnya atau hal ini terjadi karena mereka tidak menyukai tinggal di panti
dan itu akan membuat lansia selalu mengeluh, sedih, banyak pikiran dan
mulai berbicara melantur. Seperti yang di katakan oleh datuk Ratno
sebagai berikut:
[H]mm datuk ni sebenarnya sedih, datuk ndaktau harus kayak gimana
lagi rasanya hidup datuk ndak berguna bae disini, dkbisa bantu sesama
karna datuk lagi sakit juga. Jadi datuk merasa tertekan bae, sedih. Tapi
herannya datuk kadang juga malas nak sholat, dzikir apalagi ngaji,
rasanya walaupun sudah ngelakuin itupun datuk tetap ngerasa hidup
datuk ni ndak berguna.”80
79
Mukmin, wawancara dengan peneliti, 29 Desember 2018, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi 80
Ratno, wawancara dengan peneliti, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Baru
Jambi
57
Dari hasil observasi peneliti, memang terlihat dari kesehariannya
Datuk Ratno itu sendiri, yakni beliau selalu melanggar aturan panti, dan
tidak mempedulikan orang lain selain dirinya sendiri, dan beliau juga tidak
melaksanakan sholat seperti beberapa lansia lainnya. Mungkin di lihat lagi
dari latarbelakang beliau sendiri, yang mana beliau hampir gila karena
diselingkuhi oleh Mantan Istrinya itu sendiri, dan di telantarkan oleh
keluarganya sendiri, hal ini dan beberapa faktor lainnya lah yang membuat
kepribadian datuk Ratno menjadi seperti ini.
Karena tidak menutup kemungkinan kejadian masalalu sangat
berpengaruh kepada kehidupan yang sekarang. Karena Datuk Ratno
memang pernah masuk Rumah Sakit Jiwa, Ibu Kepala bilang hal itu
sedikit memperngaruhi dengan keadaan Datuk Ratno yang sekarang.
Begitu pula dengan Datuk Rohiman, beliau memiliki kekurangan
fisik yakni buta, beliau merasa tidak perlu melakukan sholat, ngaji,
interaksi dengan lansia lain karena beliau tidak bisa melihat jadi tidakharus
melakukan itu, ditambah lagi omongan datuk Rohiman ini agak sedikit
kasar dan terkesan jorok/tidak pantas.
Seperti yang dikatakan oleh datuk Rohiman, beliau mengatakan
untuk apa melakukan banyak hal, tidak ada gunanya. Seperti ini beliau
mengatakannya, sebagai berikut:
[A]ku daktau lagi harus kayakmano, aku dktau apo hidup akuni benar?
Aku malas sholat, malas ngapo-ngapoin, lagian untuk apo aku
ngelakuin itu orang aku buto jugo aku dak Nampak aku dak tau pun
apo yang aku lakuin. Terserahlah sekarang aku dak peduli lagi dengan
semuonyo, nak hidup senang be kayaknyo aku dak mampu lagi. Sering
la aku mikir, sebenarnyo aku hidup ni untuk apo? Kenapo? Ah
entahlah.”81
Ibuk Sunarti yang kebetulan lewat menanggapi apa yang di katakan
oleh datuk Rohiman dan kemudian mengatakan kepada saya sebagai berikut:
[D]atuk tu emang kayak gitu, karena dia ndak bisa ngeliat jadi
pemikiran dia sekarang ni gini „buat apa sih saya ngelakuin semua hal
81
Rohiman, wawancara dengan peneliti, 3 Januari 2019, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi
58
yang berkaitan dengan Allah, lah Allah kan ndak ngasih aku kehidupan
yang enak jadi untuk apa aku harus ngikutin semua perintah-Nya?‟
emang gitu orangnya dari dulu, jadi maklumi bae kalo omongan datuk
tu suka rada kasar dan ga jelas.”82
Mengenai hal ini kembali kepada pribadi masing-masing, karena
Makna hidup ini yang menentukan adalah diri kita sendiri, jika kita ingin
hidup kita menjadi lebih baik alangkah baiknya kita mensyukuri semua yang
sudah terjadi kepada kita sampai saat ini baik senang atau sedih alngkah
baiknya kita tetap bersyukur kepada Allah SWT. Seperti yang sudah Allah
janjikan, Allah tidak akan memberi cobaan dibatas kemampuan UmatNya dan
Allah mengharapkan kita untuk selalu berdoa, dan bersyukur terhadapNya.
Tapi, jika kita menolak melakukan itu, dan justru pasrah saja terhadap
kehidupan kita sat ini dan parahnya kita mengeluh terus-terussan dan tidak
terima akan hal ini, maka sampai kapanpun kita tidak akan pernah merasakan
kebahagiaan yang sebenarnya karena diri kita sendiri lah yang menolak
kebahagiaan itu.
Seperti pernyataan yang di katakan oleh Oma Wulan, dan Datuk
Rohiman saja sudah berbeda karena Oma Wulan memaknai hidupnya dengan
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya berbeda sedangkan
datuk Rohiman justru beliau malah meninggalkan segala hal yang sudah di
perintahkan oleh Allah SWT, dan parahnya tidak percaya akan kekuasaan
Allah SWT.
Bagaimana pun keadaan kita, baik dalam keadaan susah maupun
senang sebaiknya kita selalu ingat akan kekuasaan Allah dan selalu bersyukur
kepada-Nya, jangan pernah sekalipun menyesali kehidupanmu yang sekarang.
Karena Allah adalah penulis skenario terbaik di kehidupan kita, cukup percaya
kepada-Nya InsyaAllah semua akan indah.
82
Sunarti, Selaku Staff, wawancara dengan peneliti, 3 Januarir 2019, Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Kota Baru Jambi
59
BAB IV
PENERIMAAN DIRI LANSIA DI PANTI WERDHA
Penerimaan diri adalah suatu tingkatan kesadaran individu tentang
karakteristik pribadinya dan adanya kemauan untuk hidup dengan keadaan
tersebut. Individu yang mampu menerima dirinya adalah individu yang dapat
menerima kekurangan dirinya sebagaimana dirinya mampu menerima
kelebihannya.83
Lansia adalah orang yang sudah tua dan orang tua ini juga terkenal
dengan sifatnya yang sangat sensitif. Ada beberapa lansia yang berpendapat
bahwa tinggal bersama dengan keluarganya akan membuat dia merasa
bahagia. Tapi tak dipungkuri ada juga Lansia yang merasa sangat senang
justru ketika mereka tinggal di Panti Werdha, karena menurutnya ketika
mereka tinggal di panti hal ini justru membuat mereka jauh lebih tenang dan
lebih nyaman dari pada harus tinggal dirumahnya sendiri.
A. Lansia yang Tidak Merasa Senang Tinggal di Panti
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan ditemukan beberapa
nenek dan datuk yang tidak merasa senang ketika tinggal di panti. Mereka
lebih senang ketika tinggal dirumah. Terbukti dengan ketika di panti mereka
tidak mau mengikuti aturan panti dan selalu minta pulang kapan pun ada
kesempatan.
Walaupun keadaan di Panti bisa dikatakan nyaman, namun sebagian
dari mereka tetap berkeinginan untuk pulang dengan alasan bertemu
keluarganya. Selain itu ada pula lansia yang suka memberontak dengan apa
yang di katakan staff dan bahkan Ibu Kepala.84
Hal tersebut terjadi karena beberapa lansia tidak bisa berfikir positif
terhadap dirinya sendiri, Padahal harusnya mereka bersyukur masih di beri
kesempatan untuk tinggal di Panti, karena ketika mereka tinggal di Panti
mereka mendapatkan perhatian dari staff, Ibu Kepala, lansia yang lainnya dan
83
Hurlock, E.B. Adolescent Development. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha. 84
Penelitian Lapangan Peneliti
59
60
kebutuhan mereka selalu tercukupi. Jika saja mereka berpikiran positif
terhadap dirinya sendiri mereka akan bisa berkontribusi besar terhadap
penerimaan dirinya sendiri. Tapi walaupun mereka bersikap seperti tidak ingin
tinggal di panti, mereka tetap tidak bisa meninggalkan panti karena Panti lah
yang selama ini memenuhi kebutuhan mereka hingga mereka tidak merasa
kurang dalam hal apapun. Seperti yang dijelaskan oleh Ibuk Kepala Panti
sebegai berikut:
[M]ereka tu walaupun sering mintak pulang, bilangnya ndak betah dan
segala macamnya, tapi mereka tetap ga bisa keluar dari panti. Karena
disini mereka tu semua kebutuhannya emang bener-bener tercukupi, jadi
menurut Ibuk mereka tu takut juga kalo kalo dikeluarkan dari panti.
Makanya ada beberapa yang bertingkah itu selalu kita panggil, kita Tanya
gimana-gimananya kalo memang masih mau tinggal di panti ya ikutilah
aturan panti.”85
Terlihat memang ada beberapa lansia yang tidak mengikuti aturan
panti, bahkan tidak membersihkan kamarnya sendiri, protes tentang uang,
makanan sampai pernah ribut waktu itu cuma karena hal ini, beliau
berspekulasi bahwa pihak panti menyembunyikan uang bantuan mereka
padahal sebenarnya tidak. Mereka bersikap seolah pihak panti lah yang
membutuhkan mereka.
Dalam hal ini ditemukan ada sekitar 3 orang yang peneliti lihat selama
menjalani riset di panti. 3 orang tersebut yang paling sering peneliti lihat
melakukan hal yang melanggar dan meminta pulang disetiap kesempatan, dan
selalu mencari-cari kesempatan agar bisa pulang dan bertemu dengan anggota
keluarganya walaupun hanya sebentar. Memang tidak ada hasil wawancaranya
karena memang kebanyakan dari lansia yang selalu pulang ini agak susah di
ajak bicara, atau kurang nyambung jika di ajak berbicara. Dalam hal ini
peneliti hanya melakukan penelitian lapangan.86
85
Kepala Panti, Tri Winarsih, wawancara dengan peneliti. 24 April 2019, Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. 86
Penelitian Lapangan Peneliti.
61
B. Lansia yang Merasa Lebih Senang Tinggal di Panti
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti di lapangan, lebih
banyak di temukan lansia yang lebih memilih untuk tinggal di panti walaupun
lansia tersebut masih memiliki anak-anak yang bisa di katakan sangat mampu
dalam hal financial, tapi beliau tetap memilih untuk tinggal di panti, seperti
yang dikatakan Oma Wulan sebagai berikut:
[O]ma ni ya, ndaktau kenapa oma ndak mau aja pulang kerumah tinggal
sama anak-anak oma. Oma lebih suka tinggal di panti karena disini lebih
tenang, damai, oma bisa jadi lebih fokus belajar ngaji, dzikir, semua-
semuanyalah oma lakuin disini. Ndaktau lah oma bahagia aja bisa masuk
di sini.”87
Dijelaskan pula oleh Ibuk Kepala sebagai berikut:
[N]ah kalo Oma Wulan nih kan dari awal memang dia udah masuk duluan
sebelum Ibuk jadi Kepala jadi Ibuk gatau kalo ternyata dia memang ada
keluarga dan keluarganya mampu pula. Dan Oma memang tidak mau
keluar dari panti, karena menurut beliau tinggal disini lebih tenang.
Padahal sebenarnya jika memang begitukan sebaiknya keluar karena kan
di panti ni sebenarnya lansia nya tu uda pada banyak yg menunggu antrian
untuk masuk kesini, kan karena memang kita disini kayak pake sistem
antrian gitu, kapasitas panti kan hanya 71 orang, ini aja udah overload
banget. Lansia yang sudah berada di panti ini merasa sudah sangat
nyaman, dan memang tidak bisa keluar dari panti ini kecuali memang
meninggal dunia nanti.”88
Di katakan pula oleh nenek Darwati sebagai berikut:
[N]enek ni kha mungkin karena sudah lama juga kan tinggal di panti ni
jadi nenek sudah nyaman nian dan senanglah tinggal disini. Seringlah
anak-anak nenek ngeliat kesini, sering jugalah ngajak nenek pulang kan
tapi nenek bilang idaklah, biarlah sampai meninggal disini. Ntahlah
ndaktau juga kenapa nenek ndakmau di ajak pulang mungkin karena
emang sudah menyatu dengan panti ini kha, dan justru nenek besyukur
bisa masuk ke panti dan bertahan sampe sekarang.”89
87
Sri Wulan, wawancara dengan peneliti, 3 Januari 2019, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi. 88
Kepala Panti, Tri Winarsih, wawancara dengan peneliti. 24 April 2019, Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. 89
Darwati, wawancara dengan peneliti, 29 Desember 2018, Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Kota Baru Jambi.
62
Terlihat dari keseharian Oma Wulan dan Nenek Darwati, mereka
memang lansia yang memiliki penerimaan diri yang lebih positif. Mereka
tidak meribetkan hal apapun walaupun mereka masih memiliki keluarga, tapi
mereka tetap ingin tinggal di Panti dan di Panti pun mereka tidak melakukan
hal-hal yang di langgar oleh pihak panti, mereka justru lebih banyak
berinteraksi dengan staf dan lansia yang lain disana. Mereka sangat merasa
bahagia tinggal di Panti dan benar mereka memang tinggal di Panti cukup
lama.
Adapun dengan yang di katakan oleh datuk Hasan, beliau mengatakan
sebagai berkut:
[K]alau saya ya mungkin karena tinggal disini sudah lama dan lagian juga
sudah dak ada keluarga lagi jadi tentu saja enak tinggal di panti, disini kan
juga enak segala kebutuhan tercukupi, dan kita juga ndak dikasih kerjaan
yang berat, makan dikasih lauknya juga lumayan masa iya dengan segala
hal yang sudah dikasih masih bilang ndak senang tinggal disini? dak
bersyukur bearti hidup saya kalau emang saya bilang kayak gitu. Tapi
diluar itu semua emang bahagia sih tinggal dipanti, dapat berkahnya juga
lah bersyukurlah saya bisa masuk kedalam panti ini, Alhamdulillah.”90
Karena memang sudah tidak memiliki keluarga lagi, dan sudah lama
pula tinggal dipanti, Datuk hasan memang memiliki sisi perimaan dan
penyesuaian diri yang baik. Datuk hasan adalah lansia yang sangat religious,
sering jadi Imam sholat, baca doa ketika ada acara dan sangat penurut, dan
beliau juga cukup baik dalam berinteraksi dengan lansia lainnya dan tidak
sekalipun beliau menyesal karena berakhir di panti ini.
Berbanding terbalik dengan keseharian dari datuk Yosrizal, beliau
justru tidak cukup baik dalam berinteraksi dengan lansia lain, dan juga beliau
tidak menjalankan perintah Allah seperti sholat dan lainnya, terlebih datuk
Yosrizal ini belum bisa menerima keadaan hidupnya sekarang yang bisa
berakhir di Panti ini. Walaupun beliau bersyukur, tapi beliau tidak benar-
benar bersyukur seperti yang di katakannya, sebagai berikut:
90
Hasan, wawancara dengan peneliti, 3 Januari 2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Kota Baru Jambi.
63
[N]enek sebenarnya bersyukur juga bisa tinggal disini sekarang, dari pada
hidup di jalankan, hanya saja nenek malas kalo di suruh suruh, tapi
selebihnya makasih sekali dengan orang-orang panti ni karena udah
ngasih makan, tempat tidur, baju-baju dan lain-lainnya.”91
Ciri-ciri individu dengan penerimaan diri menurut Jersild adalah
memiliki penghargaan yang realistis terhadap kelebihan-kelebihan dirinya,
memiliki keyakinan akan standar-standar dan prinsip-prinsip dirinya tanpa
harus diperbudak oleh opini individu-individu lain, memiliki kemampuan
untuk memandang dirinya secara realistis tanpa harus menjadi malu akan
keadaannya, mengenali kelebihan-kelebihan dirinya dan bebas
memanfaatkannya, mengenali kelemahan kelemahan dirinya tanpa harus
menyalahkan dirinya, memiliki spontanitas dan rasa tanggung jawab dalam
diri, menerima potensi dirinya tanpa menyalahkan dirinya atas kondisi-kondisi
yang berada diluar control mereka, tidak melihat diri mereka sebagai individu
yang harus dikuasai rasa marah atau takut atau menjadi tidak bearti karena
keinginan-keinginannya, tetapi dirinya bebas dari ketakutan untuk berbuat
kesalahan, merasa memiliki hak untuk memiliki ide-ide dan keinginan-
keinginan serta harapan-harapan tertentu, tidak merasa iri akan kepuasan-
kepuasan yang belum mereka raih.
Selama masa riset, terdapat 10 orang yang penulis wawancarai dengan
berbeda tempat dan waktu, dan untuk anggota panti yang sakit yang tidak bisa
di kondisikan karena tidak bisa di ajak berbicara dengan baik dan nyambung
sebanyak 3 orang. Dari 10 orang tersebut, peneliti menghasilkan informasi
yang beragam dan sangat bervariasi. Secara umum, semua menyatakan bahwa
hidup mereka jadi bermakna ketika bisa bermanfaat untuk orang lain dan bisa
dengan tenang dan mudah menjalankan perintah Allah SWT dan menjadikan
hal itu sebagai tujuan hidupnya. Selain itu mereka juga kebanyakan lebih
bahagia tinggal di panti dari pada dirumah mereka sendiri dan lebih banyak
berdampak positif terhadap kebahagiaan mereka dari pada dampak negatifnya.
91
Yosrizal, wawancara dengan peneliti, 3 Januari 2019, Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Skripsi ini, penulis mendapat kesimpulan untuk menjawab dari
rumusan masalah dalam Skripsi ini, yaitu:
1. Makna hidup adalah suatu hal yang di rasa sangat berharga, memberikan
kebahagiaan, kenyamanan, dan sangat penting jika terpenuhi bisa menjadi
tujuan hidup.
2. Dampak makna hidup terhadap kebahagiaan pada lansia disini terbagi
menjadi dua, yakni dampak positif dan dampak negatif. Jika lansia mampu
menunjukkan kebahagiaannya di panti itu artinya mereka tergolong
kedalam dampak positif tapi sebaliknya jika mereka tidak menunjukkan
kebahagiaannya dan justru selalu memberikan keluhan-keluhan itu berarti
tergolong kedalam dampak negatif.
3. Lansia adalah orang yang sudah tua dan orang tua ini juga terkenal dengan
sifatnya yang sangat sensitif. Ada 2 tipe lansia yang tinggal di Panti
Werdha, yaitu:
a. Lansia yang lebih senang tinggal di Panti
Dari hasil riset penulis terdapat 7 dari 10 lansia lebih senang tinggal di
Panti karena menurut mereka ketika mereka di Panti diri mereka
menjadi lebih tenang, dan mereka bisa lebih fokus dengan diri mereka
dan terlebih lagi bisa fokus untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
b. Lansia yang lebih senang tinggal di Rumah
Sedangkan 3 lansia lainnya lebih senang tinggal di rumah karena
menurut mereka menghabiskan masa tua dengan anak mereka akan
membuat masa tua mereka menjadi lebih bahagia.
64
65
B. Saran-saran
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa ini dimulai dari 60 tahun sampai meningal dunia yang ditandai dengan
adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
Ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah
sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan
kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psiklogis, perubahan dalam sistem
syaraf dan perubahan penampilan. Menurut ajaran Islam perlakuan terhadap
lansia ini dianjurkan seteliti dan sebaik mungkin. Dan perlakuan tersebut
dibebankan bagi anak-anaknya bukan suatu lembaga apapun.
Di sarankan kepada anak agar senatiasa mengurus orang tua kita
sampai dia meninggal dunia bukan malah membiarkan dan menitipkan mereka
ke panti werdha. Mereka juga manusia mereka yang mengandung, dan
merawat kita apakah itu balasan kita? Naudzubillah. Semoga kita termasuk
dalam golongan orang-orang yang mencintai Ayah dan Ibu, Aamiin
Allahumma Aamiin.
Semoga bermanfaat.
66
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Musthafa Al-Marghi, Tafsir Al-Marghi, (Semarang: Cv Toha
Putra,1992)
David, G. Myers, Psikologi Sosial. (Jakarta, Salemba Humanika). 2012
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset,
2015)
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga,1980)
Jalaludin Rahmad, Meraih Kebahagiaan, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2009)
Munandar Utmi, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi dari Bayi
Sampai Lanjut Usia, (Jakarta:UI Press,2001)
Noorkasiani & Tamher, S., Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Pengasuhan Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2009)
Santrock, John W, Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta, Erlangga:2002)
Seligman, M.E,P., Penerjemah Nukman Y.E. Authentic Happiness,
Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif, (Bandung:
Penerbit Mizan, 2005)
Azizah L.M. Keperawatan Lanjut Usia, (Jakarta: Graha Ilmu, 2011)
Hurlock, E.B. Adolescent Development. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha.
Putri Oetami & Kwararini Wahyu Yuniarti, Orientasi Kebahagiaan Siswa
SMA, Tinjauan Psikolodi Idigenous pada Siswa Laki-laki dan
Perempuan, Jurnal Humanitas, Vol VII, No 2, Agustus 2011
Rahmat Aziz, Pengalaman Spiritual dengan Kebahagiaan pada Guru Agama
Sekolah Dasar, Proyeksi, Vol. 6 (2) 2011
Siti Nurhidayati dan Rini Agustini, Kebahagiaan Lansia ditinjau dari
Dukungan Sosial dan Spiritual, jurnal soul, Vol.5, No 2, September
2012
Teuku Eddy, F.R. Psikologi Kebahagiaan. Yogyakarta, Progresif Books, 2007,
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka:1971)
Wahyu Jati Anggoro, Konstruksi Dan Identifikasi Property Psikometris
Intrument Pengukuran Kebahagiaan Berbasis Pendekatan Idigenuos
Psychology: Studi Multitrait-Multimethod, Jurnal Psikologi Volume
37, No. 2, Desember 2010
Wahyu Rahardjo, Kebahagiaan Seabagai Suatu Proses Pembelajaran, Jurnal
Penelitian Psiklogi, No 2, Volume 12, Desember 2007
66
67
Tabel 1. Jadwal penelitian.
No Kegiatan
2018-2019
Desembe
r Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Penulisan Draf
Proposal x x
2. Konsultasi
Dengan Ka.
Jur/Prodi &
Lainnya Untuk
Fokus
Penelitian
x
3. Revisi Draf
Proposal x
4. Proses
Seminar
Proposal
x
5. Revisi Draf
Proposal
Setelah
Seminar
x
6. Konsultasi
Dengan
Pembimbing
x
7. Koleksi Data x x x x x
8. Analisa Dan
Penulisan Draf
Awal Skripsi
x x x
9. Draf Awal
Dibaca
Pembimbing
x
10. Revisi Draf
Awal x x
11. Penulisan Draf
Dua x x x x
12. Draf Dua
Dibaca
Pembimbing
x
13. Revisi Draf
Dua x
14. Draf Dua
Revisi Dibaca
Pembimbing
x
15. Penulisan Draf x x x
68
Akhir
16. Draf Akhir
Dibaca
Pembimbing
x
17. Ujian
Munaqashah x
18. Revisi Skripsi
Setelah Ujian
Munaqashah
x x
19. Penggandaan
Laporan x
20. Mengikuti
Wisuda
x
Catatan : Jadwal Berubah Sesuai Waktu
69
A. Instrumen Pengumpulan Data
SKRIPSI
Makna Hidup dan Dampaknya Terhadap Kebahagiaan pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
No Jenis Data Metode Sumber Data
1. Historis dan Geografis
Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi.
- Observasi
- Dokumentasi
- Wawancara
- Setting
- Dokumen Panti Sosial
Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Kepala Panti Sosial
Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
2. Struktur Organisasi Panti
Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Dokumentasi - Dokumen Panti Sosial
Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
3. Keadaan Lansia Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi.
- Wawancara
- Dokumentasi
- Kepala Panti/Staf
Pengurus Panti.
- Dokumen Panti Sosial
Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
4. Keadaan Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi.
- Wawancara
- Dokumentasi
- Kepala Panti/Staf
Pengurus Panti.
- Dokumen Panti Sosial
Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
5. Keadaan Sosial Dan Budaya
Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi.
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Setting
- Kepala Panti/Satf
Pengurus Panti.
- Dokumen Panti Sosial
Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
70
6. Keadaan Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi.
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Setting
- Kepala Panti/Staf
Pengurus Panti.
- Dokumen Panti Sosial
Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
7. Pendekatan Lansia Panti
Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Wawancara - Wawancara Dengan
Lansia
1. Panduan Observasi
No. Jenis Data Objek Observasi
1. Letak Geografis Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi.
- Keadaan Letak Geografis
2. Keadaan Sosial Dan Budaya
sekitaran Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi.
- Kehidupan sehari-hari Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi.
3. Keadaan Mata Pencaharian Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi.
- Pekerjaan Masyarakat di
sekitaran Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi.
4. Jumlah dan Keadaan Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi.
5. Keadaan Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
- Kehidupan sehari-hari Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi.
2. Panduan Dokumentasi
No. Jenis Data Data Dokumentasi
71
1. Historis dan Geografis Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
- Data Dokumentasi Tentang
Historis dan Geografis
2. Struktur Organisasi Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
- Data Dokumentasi Tentang
Struktur Organisasi
3. Keadaan Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
- Data Dokumentasi Tentang
Keadaan Penduduk
4. Keadaan Pendidikan Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Data Dokumentasi Tentang
Keadaan Pendidikan
5. Keadaan Sosial Dan Budaya Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Data Dokumentasi Tentang
Keadaan Sosial Dan Budaya
6. Keadaan Mata Pencaharian Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Data Dokumentasi Tentang
Mata Pencaharian
3. Butir-Butir Wawancara
No. Jenis Data Sumber Data & Substansi
Wawancara
1. Historis dan Geografis Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
- Kepala Panti/ Staff Pengurus
Panti
- Bisa Dijelaskan Bagaimana
Sejarah Adanya..........
- Bagaimana Perkembangannya
Hingga saat ini ..............
- Bagaimana Letak Geografis
Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Luhur Jambi?
2. Keadaan Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
- Kepala Panti/ Staff Pengurus
Panti
- Bagaimana kondisi lansia........
- Mayoritas lansia........
- Berapa Jumlah lansia............
3. Keadaan Psikologi Lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Jambi.Muaro Jambi.
- Kepala Panti/ Staff Pengurus
Panti
- Lansia Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi.
72
- Bagaimana keadaan sebelum
dan sesudah di panti..............
- Apa hambatan ............
- Apa yang perlu diperbaiki
................
4. Keadaan Sosial Dan Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
- Kepala Panti/ Staff Pengurus
Panti
- Bagaimanana bentuk
keagamaan .......
- Organisasi Sosial apa.....
- Kebudayaan yang dianut.....
5. Keadaan Mata Pencaharian Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Kepala Panti/ Staff Pengurus
Panti
- Apa saja mata pencaharian
lansia......
6. Pendekatan yang di lakukan di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi.
- Pembimbing Agama di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi.
- Menurut bapak/ibu ada tidak
upaya yang harus di lakukan
untuk menasehati para lansia
yang bertengkar?
- Jika ada apa kira-kira upaya
yang bisa dilakukan untuk
meminimalisir keadaan seperti
ini?
- Bagaimana menurut Bapak/Ibu
mengenai banyaknya lansia
yang bertengkar satu sama
lain?
7. Keadaan Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi.
- Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Jambi.
- Menurut Bapak/Ibu apa
pengaruh dari makna hidup
terhadap kebahagiaan para
lansia?
- Respon Bapak/Ibu melihat
lansia yang susah di atur dan
membangkang?
73
Wawancara dengan Datuk Arsal dan Datuk Mukmin
Wawancara dengan Datuk Yosrizal
74
Wawancara dengan Ibu Tri Winarsih “Kepala Panti”
Foto bersama Ibu Tri Winarsih
75
Wawancara dengan bang Irul “Pembimbing Agama”
Foto bersama Kak Anggi “Pekerja Sosial”
76
Daftar Nama Lansia Per Wisma PSTW “Budi Luhur” Jambi
Alur Pelayanan Di PSTW “Budi Luhur” Jambi
77
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi
Ruang Tamu “Kantor” PSTW JAMBI
78
Musholla dan Bagasi PSTW “Budi Luhur” Jambi
Aula PSTW “Budi Luhur” Jambi
79
Foto bersama Nenek Mayuning dan Nenek Sihar
Foto Bersama Nenek Darwati
80
Foto Bersama Oma Wulan
Foto Bersama Datuk Hasan
81
PELAYANAN YANG DIBERIKAN
1. Kegiatan Bimbingan Keterampilan.
82
2. Kegiatan Bimbingan Kesehatan.
Perawatan Klien yang sudah uzur/sakit
83
3. Kegiatan Bimbingan Sosial
a. Kegiatan Bimbingan Kelompok
b. Kegiatan Bimbingan Peorangan
84
4. Kegiatan Bimbingan Mental/Pengajian
85
5. Kegiatan Bimbingan Fisik
Senam dan jalan santai
Akomodasi dan Konsumsi
86
6. Kegiatan Rekreasi
87
7. Kegiatan Memperingati Hari-Hari Besar dan Lomba-Lomba
88
8. Kegiatan Pemulasaraan dan Pemakaman Lansia
89
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Rizkha Armely
Tempat & Tanggal Lahir : Jambi, 09 September 1997
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : RT 01 Kelurahan Arab Melayu Kecamatan
Pelayangan Seberang Kota Jambi
Instagram : riizkhaarmely
B. Riwayat Pendidikan
UIN SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI : 2015
SMK NEGERI 4 KOTA JAMBI : 2012
SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI : 2009
SD NEGERI 4 KOTA JAMBI : 2003
C. Pengalaman Organisasi
Ketua Komunikasi dan Informasi HMJ BPI : 2017-2018
Pemberdayaan Wanita PMII Rayon Ushuluddin : 2016-2017