kebahagiaan musisi band reggae
DESCRIPTION
rangkumanTRANSCRIPT
KEBAHAGIAAN PADA MUSISI BAND REGGAE
Mart Jackson Pardamean
10506140
ABSTRAK
Perkembangan musik reggae terus menyentuh setiap jiwa penikmat musik reggae. Reggae sebetulnya dapat memberikan pengaruh yang positif, lirik lagu reggae berisisi pesan perdamaian juga memberikan dorongan untuk membuat hidup lebih baik. Peran musisi reggae sangatlah penting, mereka berharap agar aliran ini tidak dimanfaatkan untuk menjaring remaja kearah yang negatif. Walaupun tidak seberuntung musisi pop, pemusik reggae memiliki semangat, keinginan untuk hidup mandiri serta tujuan yang jelas dalam hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran mendalam kebahagiaan pada musisi band reggae dan untuk mengkaji faktor-faktor menyebabkan kebahagiaan pada musisi band reggae. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang musisi pria yang tergabung dalam sebuah band beraliran musik reggae, berusia 32 tahun. Hasil penelitian menunjukkan gambaran kebahagiaan pada subjek, yaitu berdasarkan ciri-ciri kebahagiaan yang dimiliki subjek antara lain: menghargai kekurangan dan kelebihan yang ada didalam diri; mengendalikan diri kearah yang positif serta mampu beripikir dengan matang dan dewasa; selalu bersikap optimis untuk memperjuangkan musik reggae dengan segenap kemampuan yang dimiliki; serta humoris dan murah senyum. Faktor-faktor yang menyebabkan kebahagiaan pada subjek yaitu faktor eksternal antara lain: pernikahan, kehidupan sosial, kesehatan, usia dan pekerjaan sudah dimiliki subjek. Sedangkan faktor ekonomi dan religi belum dimiliki oleh subjek. Pada faktor internal antara lain: masa lalunya sebagai tumpuan untuk kebahagiaan subjek sekarang dan nantinya; menciptakan musik reggae demi memajukan musik reggae; musik reggae mengalir dijiwa subjek.
Kata Kunci: Kebahagiaan, Musisi, Reggae.
PENDAHULUAN
Perkembangan musik reggae
dengan nuansa Rastafarinya terus
mengepak, menancapkan estetika-
apokaliptik ke setiap jiwa penikmat
reggae dunia. Reggae merupakan
jenis musik yang mudah berdaptasi
dengan beragam lingkungan kultural.
Kontribusi dari sosok legenda reggae
Bob Marley-lah yang membawa
musik reggae menjadi musik yang
universal. Reggae yang merupakan
jejak reinkarnasi jalur musik Bob
Marley menjadi trend tersendiri dan
mendapat tempat di hati para pelaku
musik. Banyak aliran musik yang
berbeda mengkolaborasikan reggae
dengan aliran musik yang dianutnya,
bahkan ada juga pemusik-pemusik
yang mengubah arah kemudi
musiknya dan memilih reggae
sebagai jalur pilihan (Tantagode,
2008).
Secara khusus di Indonesia,
sebagian besar masyarakat
menganggap Reggae adalah murni
aliran musik. Pada kenyataannya,
Reggae di Indonesia bahkan dunia
pada umumnya, mengandung unsur
Rastafarian yang merupakan akar
dari reggae itu sendiri. Tantagode
(2008) menjelaskan bahwa,
Rastafarian adalah sebuah gerakan
agama baru yang mengakui Haile
Selassie I sebagai Jah ( nama
Rastafari untuk Tuhan, yang
merupakan bentuk singkat dari
Yehovah yang ditemukan dalam
Mazmur 68:4 dalam Alkitab versi
Raja James). Bob Marley-Reggae-
Rastafarian, adalah satu bentuk yang
tak terpisahkan, kemudian diserap
secara umum oleh masyarakat musik.
Peran musisi reggae saat ini
sangatlah penting, kalangan musisi
yang bergelut di aliran musik reggae
menyayangkan kaum pecinta reggae
yang tidak mengerti makna
sesungguhnya musik yang satu ini.
Mereka berharap, para pecinta
reggae menghayati makna terdalam
dari musik yang satu ini agar aliran
ini tidak dimanfaatkan untuk
menjaring kaum remaja ke arah yang
negatif. Saat ini banyak penggemar
reggae yang menamai diri rastaman,
tetapi menjalani gaya hidup yang
seenaknya, yang bertolak belakang
dengan pandangan penganut rastafari
(www.indoreggae.com, 2012).
Selanjutnya Tantagode
(2008) menjelaskan, walaupun
secara komersil pemusik reggae
tidak seberuntung musisi bergenre
pop dalam industri musik Indonesia,
musisi reggae tetap eksis dalam
bermusik dan berkarya. Musisi
reggae memiliki semangat anti
perbudakan, keinginan untuk hidup
mandiri, serta memiliki tujuan yang
jelas dalam hidup. Aktivitasnya
dalam bermusik sangat dinikmati dan
menjadi kegiatan yang
menyenangkan. Dapat
menumpahkan emosi-emosi kedalam
sebuah irama music yaitu musik
reggae, mereka merasa bahagia jika
mendengar musik ini.
Seligman (2002) juga
mengatakan kebahagiaan yang
sebenarnya berasal dari pemahaman
terhadap kekuatan karakter yang
dimiliki dan menanamkan serta
menggunakannya dalam seluruh
aspek kehidupan. Jadi, setiap musisi
reggae yang memiliki kekayaan
melimpah belum tentu merasakan
kebahagiaan yang sebenarnya.
Dengan perkembangan musik
reggae di Indonesi pada saat ini, para
pemusik reggae masih tetap eksis.
Dibutuhkan kebahagiaan agar emosi-
emosi positif seorang pemusik yang
disalurkan dapat membuat dirinya
dan orang lain merasakan
kebahagiaan. Maka dari itu, peneliti
tertarik untuk meneliti mengenai
gambaran kebahagiaan pada musisi
band reggae.
TINJAUAN PUSTAKA
Kebahagiaan
Seligman (2002)
mendeskripsikan kebahagiaan
sebagai kondisi psikologis yang
terdiri dari emosi-emosi positif dan
aktifivitas-aktivitas positif. Ia
kemudian mengklasifikasikan emosi-
emosi positif ke dalam tiga kategori
yang diasosiasikan dengan kondisi
masa lalu, kondisi masa sekarang
dan masa yang akan datang.
Seligman (dalam Linley, 2004)
mengatakan bahwa kebahagiaan
terjadi ketika individu mengalami
berbagai emosi positif terhadap masa
lalu dan masa depannya, menikmati
perasaan-perasaan positif dari
berbagai kesenangan hidup,
memperoleh gratifikasi dari
signature strengths-nya, dan
menggunakan atau mengaplikasikan
kekuatan tersebut kepada suatu hal
yang lebih besar dari dirinya untuk
mendapatkan makna kehidupan.
Diener (dalam Nainggolan,
2010) mendefinisikan kebahagiaan
sebagai konsep yang sifatnya sangat
subjektif pada masing-masing
individu (Subjective well being).
Lebih jauh dijelaskan bahwa
kebahagiaan terjadi melalui proses
evaluasi kognitif dan evaluasi afektif.
Evaluasi kognitif terjadi ketika
seseorang membuat penilaian
kepuasan hidup berdasarkan bobot
tiap domain dalam kehidupan yang
telah dipertimbangkan dengan
matang. Sedangkan evaluasi afektif
terjadi ketika seseorang membuat
penilaian kepuasan hidup
berdasarkan penghayatan mereka
terhadap suatu situasi dalam
kehidupan yang penting bagi mereka.
Dalam hal ini evaluasi subjektif
menekankan emosi-emosi yang
dihayati subjek. Hurlock (dalam
Nainggolan, 2010) menjelaskan
bahwa kebahagiaan muncul pada
waktu yang berbeda dan dan dalam
tingkat usia yang berbeda pula.
Kebahagiaan itu sendiri merupakan
konsep yang terdiri dari aspek
kognitif dan afetik yang
mempresentasikan pengalaman
senang, kepuasan dalam hidup, dan
emosi positif lainnya.
Reggae
Menurut Tantagode, (2008) reggae
adalah kombinasi dari iringan
tradisional Afrika, Amerika dan
blues serta folk (lagu rakyat)
Jamaika. Gaya sistesis ini jelas
menunjukkan keaslian Jamaika dan
memasukkan ketukan putus-putus
tersendiri, strumming gitar ke arah
atas, pola vocal yang ”berkotbah”
dan lirik yang masih seputar tradisi
religius Rastafari. Tema yang paling
sering dijadikan lirik adalah
Rastafari, protes sosial politik, dan
pesan manusiawi. Akar musik ini
adalah musik ska dan rockcteady,
yang temponya lebih cepat
dibandingkan Reggae.
Lebih lanjut Tantagode
(2008) menjelaskan, meskipun
kadang-kadang digunakan dalam
pengertian yang lebih luas untuk
merujuk kepada sebagian besar jenis
musik Jamaika. Kata “Reggae”
sebenarnya berasal dari logat Afrika
dari kata “ragged” yaitu gerakan
seperti menghentak badan saat orang
menari dengan iringan musik ska
atau Reggae. Reggae sendiri
dipengaruhi oleh musik R&B, rock,
alypso, rhumba serta musik khas
Jamaika yang disebut Mento yang
cenderung memberi tekanan pada
nada-nada lemah serta hentakan
ritmik drum yang kompleks.
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan secara mendalam
tentang kebahagiaan pemusik reggae,
oleh sebab itu penelitian ini
beebentuk studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisa
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap kepercayaan, persepsi,
pemikiran, orang secara individual
maupun secara kelompok
(Sukmadinata, 2005).
Menurut Basuki (2006)
terdapat tiga macam tipe studi kasus,
yaitu:
a. Studi Kasus Intrinsik
apabila kasus yang dipelajari secara
mendalam mengandung hal-hal yang
menarik untuk dipelajari berasal dari
kasus itu sendiri, atau dapat
dikatakan mengandung minat
intrinsik (intrinsic interest).
b. Studi Kasus Instrumental
apabila kasus yang dipelajari secara
mendalam karena hasilnya akan
dipergunakan untuk memperbaiki
atau menyempurnakan teori yang
telah ada atau menyusun teori baru.
Hal ini dapat dikatakan studi kasus
instrumental, minat untuk
mempelajarinya berada di luar
kasusnya atau minat eksternal
(eksternal interest).
c. Studi Kasus Kolektif
apabila kasus yang dipelajari secara
mendalam merupakan beberapa
(kelompok) kasus, walaupun masing-
masing kasus individual dalam
kelompok itu dipelajari, dengan
maksud mendapatk an karakteristik
umum, karena setiap kasus
mempunyai cirri tersendiri yang
bervariasi.
B. Subjek Penelitian
Pemberian batasan dalam
penelitian kualitatif pada partisipan
merupakan suatu hal penting yang
perlu dilakukan berkenaan dengan
pengontrolan keabsahan dan
keajegan penelitian (Banister, dkk.
dalam Poerwandari, 1998). Peneliti
berencana mengambil subjek seorang
musisi yang tergabung dalam sebuah
band beraliran musik reggae dengan
jenis kelamin laki – laki.
C. Tahap-tahap Penelitian
Menurut Moleong (2006)
tahap persiapan dan pelaksanaan
yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian,
peneliti terlebih dahulu menentukan
batasan–batasan dalam penelitian
dan menentukan ciri-ciri dari subjek
penelitian sesuai dengan kasus yang
diteliti. Peneliti melakukan
pembuatan pedoman wawancara dan
observasi yang didasarkan pada
permasalahan dan landasan teoritis
dari penelitian ini. Rancangan
pedoman wawancara dan observasi
selanjutnya dikonsultasikan kepada
pembimbing untuk mengetahui face
validity berdasarkan kelengkapan
pertanyaan yang akan disampaikan,
kalimat maupun urutannya dan
selanjutnya dilakukan perbaikan
pada bagian yang dianggap perlu.
Kemudian peneliti mencari subjek
atau responden yang sesuai dengan
kriteria penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya, setelah itu
peneliti menentukan subjek
penelitian, maka selanjutnya peneliti
meminta kesediaan subjek untuk
melakukan proses wawancara dan
observasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti
menggunakan dua teknik
pengumpulan data yaitu wawancara
mendalam (in-depth interview) dan
observasi. Dengan observasi peneliti
dapat mengamati secara langsung
aktivitas yang dilakukan subjek,
sehingga dapat memberikan data
yang tidak didapatkan dari
wawancara, serta dapat
menyesuaikan hasil wawancara
dengan apa yang diamati dari
perilaku keseharian subjek.
Wawancara dilakukan di tempat
yang sebelumnya telah disepakati
dengan subjek. Wawancara dan
observasi dapat berlangsung lebih
dari satu kali, disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. Tahap Pencatatan Data
Data yang telah diperoleh melalui
wawancara direkam dengan tape-
recorder dan ditranskripkan secara
verbatim. Transkip ini dapat
merefleksikan secara akurat apa yang
dikatakan maupun yang mengandung
pesan non verbal (seperti tertawa
kecil atau terdiam sejenak). Setelah
transkip verbatim selesai, maka
peneliti melengkapinya dengan hasil
observasi relevan dengan proses
wawancara.
4. Tahap Analisis Data
Analisis pertama dilakukan terhadap
masing-masing kasus, peneliti
menganalisa hasil wawancara
berdasarkan pemahaman terhadap
hal-hal yang diungkap subjek,
sehingga diharapkan peneliti dapat
memahami apa-apa saja yang
diungkapkan olah subjek. Dan yang
ada dikelompok-kelompokkan dicari
tema atau kata kuncinya, sehingga
peneliti dapat mengangkat
permasalahan dan dinamika pada
subjek.
5. Tahap Penulisan Laporan
Data yang dimiliki peneliti
berdasarkan hasil wawancara dan
observasi, diubah dan dipahami
kembali dengan membaca secara
berulang-ulang hingga penulis
mendapatkan permasalahan yang
kemudian dianalisa secara
perorangan. Gambaran mengenai
permasalahan dan pengalaman
subjek selanjutanya dilakukan
interpretasi secara keseluruhan
dimana telah tercakup keseluruhan
kesimpulan dari penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai
kegiatan melihat sesuatu di luar
dirinya, sehingga sesuatu yang
diperoleh melalui observasi
merupakan data overt behaviour atau
perilaku yang tampak (Prabowo,
1998). Sedangkan menurut Reiss
(dalam Moleong, 1990), observasi
adalah sebuah metode yang bersifat
ilmiah, dengan demikian
pemahamannya harus disesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan khusus
dari peneliti, dari pentingnya
permasalahan, dan sasaran umum
dari penelitian tersebut.
2. Wawancara
Wawancara adalah metode
metode pengumpulan data dengan
cara menanyakan sesuatu kepada
seorang responden. Caranya adalah
dengan bercakap-cakap secara tatap
muka. Menurut Kerlinger (dalam
Basuki, 2006), wawancara
(interview) adalah situasi peran antar
pribadi melalui tatap muka (face to
face), ketika seseorang yakni
pewawancara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk memperoleh
jawaban-jawaban yang relevan
dengan masalah penelitian kepada
seseorang yang diwawancara atau
responden.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode wawancara
menurut sasaran penjawabnya, yang
wawancara perorangan. Menurut
prosedurnya, peneliti menggunakan
wawancara bebas terpimpin. Adapun
peneliti menggunakan bentuk
wawancara tersebut untuk
memperoleh banyak data dari subjek
yang tidak secara sengaja mengarah
tanya jawab pada pokok persoalan.
E. Alat Bantu Penelitian
Peneliti menggunakan
beberapa alat bantu dalam
mengumpulkan data penelitian,
yaitu:
1. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang disusun
peneliti berdasarkan teori-teori
tentang kebahagiaan, musisi band,
musik reggae, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebahagiaan.
2. Pedoman observasi
Setelah peneliti membuat panduan
wawancara yang berupa pertanyaan,
peneliti juga menyiapkan indikator-
indikator berdasarkan teori
kebahagiaan.
3. Alat perekam
Alat perekam yang digunakan berupa
tape recorder yang berfungsi untuk
merekam proses wawancara yang
berlangsung pada kegiatan.
4. Alat-alat tulis
seperti pulpen, pensil, dan kertas
untuk mencatat observasi.
F. Keakuratan Penelitian
Patton (dalam Yin, 1994)
mengemukakan empat macam
triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan untuk mencapai
keabsahan yaitu:
a.Triangulasi data (Data
Triangulation), menggunakan
berbagai sumber data seperti
dokumen, arsip, hasil observasi, hasil
wawancara dengan mewawancarai
lebih dari satu subjek yang dianggap
memiliki sudut pandang berbeda.
Peneliti membandingkan data
wawancara dan observasi subjek
dengan significant others.
b. Triangulasi pengamat
(Investigator Triangulation), adanya
pengamat di luar peneliti (Dosen
Pembimbing) yang turut memeriksa
hasil pengumpulan data.
c. Triangulasi teori (Theory
triangulation), yaitu penggunaan
berbagai teori yang berlainan untuk
memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memenuhi
syarat. Teori-teori yang dibutuhkan
seperti kebahagiaan dan pemusik
reggae.
d. Triangulasi Metode
(Methodological Triangulation)
yaitu penggunaan berbagai metoda
guna membantu dalam pengumpulan
data yang diperlukan dalam
penelitian ini, seperti wawancara dan
observasi. Peneliti membandingkan
metode wawancara dan observasi.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Marshall dan Rossman
(1995) dalam menganalisa penelitian
kualitatif terdapat beberapa tahapan
yang perlu dilakukan. Tahapan-
tahapan tersebut adalah:
1. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data
langsung dari subyek melalui
wawancara mendalam (indepth
interview), yang mana data direkam
dengan tape recorder dibantu alat
tulis lainnya. Kemudian dibuatkan
transkripnya dengan mengubah hasil
wawancara dari bentuk rekaman
menjadi bentuk tertulis secara
verbatim setelah menemui subyek.
Data yang telah didapat dibaca
berulang-ulang, agar penulis
mengerti benar data atau hasil yang
telah didapat.
2. Pengelompokan Berdasarkan
Kategori, Tema dan Pola Jawaban
Dalam tahap ini dibutuhkan
pengertian yang mendalam terhadap
data perhatian yang penuh dan
keterbukaan terhadap hal-hal yang
muncul di luar apa yang ingin digali.
Berdasarkan kerangka teori dan
pedoman wawancara peneliti
menyusun kerangka awal analisis
sebagai acuan dan pedoman dalam
melakukan coding. Dengan pedoman
ini, peneliti kemudian kembali
membaca transkrip wawancara dan
melakukan coding, melakukan
pemilihan data relevan dengan pokok
pembicaraan. Data yang relevan
diberi kode dan penjelasan singkat,
kemudian dikelompokkan atau
dikatagorikan berdasarkan kerangka
analisis yang telah dibuat.
Pada bagian kedua dari
analisis, peneliti melakukan analisis
kasus. Tujuannya untuk
menyimpulkan hal-hal umum dan
memberi perhatian pada hal-hal
khusus yang ditemukan pada subjek
penelitian dengan mengacu kepada
teori dan permasalahan penelitian.
3. Menguji Asumsi atau
Permasalahan yang Ada
Terhadap Data
Setelah kategori dan pola
data tergambar dengan jelas, peneliti
menguji data tersebut terhadap
asumsi yang dikembangkan dalam
penelitian ini. Pada tahap ini kategori
yang telah didapat melalui analisis
ditinjau kembali berdasarkan
landasan teori sehingga dapat
dicocokkan apakah ada kesamaan
antara landasan teoritis dengan hasil
yang dicapai. Walaupun penelitian
ini tidak memiliki hipotesis tertentu,
namun dari landasan teori dapat
dibuatasumsi-asumsi mengenai
hubungan antara konsep-konsep dan
faktor-faktor yang ada.
4. Mencari Alternatif Penjelasan
Bagi Data
Setelah kaitan antara
kategori dan pola data dengan asumsi
terwujud penulis masuk ke dalam
tahap penjelasan. Berdasarkan pada
kesimpulan yang telah didapat dari
kaitan tersebut, penulis perlu mencari
sesuatu alternatifpenjelasan lain
tentang kesimpulan yang telah
didapat. Sebab dalam
penelitiankualitatif memang selalu
ada alternatif penjelasan yang lain.
Dari hasil analisis ada kemungkinan
terdapat hal-hal yang menyimpang
dari asumsi atau tidak terpikirkan
sebelumnya. Dalam tahap ini akan
dijelaskan dengan alternatif lain
melalui referensi atau teori-teori lain.
Alternatif ini akan sangat berguna
pada bagian kesimpulan, diskusi dan
saran.
5. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan analisis data
masing-masing subyek yang telah
berhasil dikumpulkan, merupakan
suatu hal yang membantu penulis
untuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai.
Dalam penelitian ini penulisan yang
dipakai adalah presentasi data yang
didapat yaitu, penulisan data-data
hasil penelitian berdasarkan
wawancara mendalam dan observasi
terhadap subjek. Proses dimulai dari
data-data yang telah diperoleh dari
tiap dibaca berulang kali sampai
penulis mengerti benar
permasalahannya lalu dianalisis
secara perorangan, sehingga
didapatkan gambaran mengenai
penghayatan pengalam subjek.
Selanjutnya dilakukan interpretasi
secara keseluruhan kesimpulan dari
hasil penelitian ini.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Gambaran Kebagiaan pada
Subjek
Subjek memiliki
kebahagiaan, ciri kebahagiaan pada
diri subjek antaralain mencintai diri
sendiri, keyakinanan menjalani
hidupnya, optimis dan bersikap
terbuka. Ciri orang yang mencintai
dirinya sendiri, subjek sangat
menghargai kekurangan dan
kelebihan yang ada didalam dirinya.
Meski memiliki beberapa
kekurangan, subjek menutupi
kekurangannya tersebut dengan
kelebihan yang dimilikinya. Sebagai
seorang musisi, subjek selalu
menjaga kondisi tubuhnya sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa
subjek menghargai dirinya sendiri
yang tampak ketika subjek lebih
memilih beristirahat dari pada
melanjutkan latihannya.
Dalam ciri keyakinan
mengendalikan hidupnya, musik
reggae yang dipahami subjek
menjadikan subjek mampu
mengendalikan diri kearah yang
positif serta mampu beripikir dengan
matang dan dewasa. Hal itu terlihat
disaat subjek menyempati berkumpul
dengan keluarga. Subjek juga selalu
berbagi pengalamannya dengan
orang-orang disekitarnya.
Ciri kebahagiaan selanjutnya
adalah optimis. Demi
mempertahankan karirnya sebagai
musisi, subjek terus
memperjuangkan musik reggae
dengan segenap kemampuannya.
Yang tampak ketika subjek
merencanakan konsep latihan dan
panggungnya. Ciri kebahaigiaan yang
terakhir adalah berkepribadiaan terbuka.
Subjek memiliki kepribadian yang
terbuka, subjek juga sering berbagi
cerita. Subjek merupakan orang yang
murah senyum dan humoris.
2. Faktor-faktor yang
Memdukung Kebahagiaan
Subjek
Subjek memiliki kebahagiaan,
faktor-faktor yang mendukung
kebahagiaan antara lain faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal yang mendukung
kebahagiaan pada subjek yaitu uang
dan materi yang dimiliki subjek saat
ini sangat mempengaruhi
kebahagiaannya, oleh karena itu
subjek mencari pekerjaan lain yang
menghasilkan uang untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya.
Subjek merasa lebih bahagia setelah
menikah dan memiliki anak.
Walaupun subjek kurang religius,
tetapi subjek merasa menjadi seorang
religius itu penting karena iman itu
perlu. Subjek memiliki hubungan
yang baik dengan orang lain,
memilki solidaritas, dan berbagi
kepada sesama, yang terlihat ketika
subjek menyediakan rumahnya
dijadikan sebagai tempat berkumpul
dan latihan akustik.
Faktor internal yang
mendukung kebahagiaan pada subjek
yaitu pengalaman masa lalu
mempengaruhi kebahagiaan subjek
saat ini, subjek menjadikan masa
lalunya sebagai tumpuan untuk
kebahagiaan subjek sekarang dan
nantinya. Subjek juga merupakan
seorang yang pemaaf, subjek
memahami isi lagu reggae untuk
menjadi seorang yang pemaaf.
Subjek terus berinovasi
dalam menciptakan musik reggae
demi memajukan musik reggae yang
tampak ketika subjek menulis lirik,
dan mencoba mencari nada-nada
yang pas. Memainkan musik reggae
cukup sulit dan menantang bagi
subjek, tetapi subjek tidak
membutuhkan keahlian khusus
dalam memainkan musik reggae
karena subjek merasa musik reggae
mengalir dijiwa subjek. Subjek
menginginkan kedamaian karena
kedamaian itu indah. Subjek sangat
menghayati musik reggae ketika
berada didalam panggung.
KESIMPULAN
Berdasarkan kesimpulan di
atas, penulis dapat memberikan
beberapa saran berikut ini sejumlah
pihak terkait:
1. Saran pada subjek dalam
penelitan ini adalah:
a. Kepada subjek, dengan adanya
faktor-faktor kebahagiaan
yang telah dikemukakan
dalam penelitian ini, subjek
disarankan untuk
mempertahankan kebahagiaan
serta mempertahankan
berbagai faktor-faktor yang
mendukung kebahagiaan yang
sudah dimiliki. Disisi lain,
subjek juga disarankan untuk
lebih meningkatkan
religiusnya karena efek
psikologisnya lebih bahagia
dan lebih puas terhadap
kehidupan subjek.
2. Saran untuk penelitian
selanjutnya adalah:
a. Kepada peneliti selanjutnya
disarankan untuk melakukan
penelitian dengan karakteristik
subjek yang berbeda, misalnya
subjek sebagai musisi
beraliran keroncong, atau
dengan menggunakan metode
penelitian lainnya seperti
penelitian kuantitatif. Dengan
keragaman ini diharapkan
hasil yang diperoleh akan
lebih mendalam serta dapat
digeneralisasikan dalam
lingkup yang lebih luas lagi.
b. Kepada peneliti selanjutnya
juga disarankan untuk
mengadakan replikasi
penelitian dengan karakteristik
subjek penelitian lebih
beragam, misalnya musisi
yang keterbatasan fisik.
Dengan menggunakan
karakteristik subjek yang
berbeda diharapkan hasil
penelitian akan lebih kaya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). Reggae tidak harus rasta. Diakses dari http://indoreggae.com/artikel18.html pada tanggal 7 Juni 2012
Basuki, H. (2006). Penelitian kualitataif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Linley, P (2004). Positive psychology in practice. New Jersey: John Willey & Sons. Inc.
Marshall, C., & Rossman, (1995). Designing qualitative reasearh. London: Sage Publication
Moleong, L. J. (1990). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J (2006). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nainggolan, T (2010). Gambaran kebahagiaan pada waria. Jurnal Penelitian dan Pengembagan Kesejahteraan Sosial, Vol 15, No 1, 72-84
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Perkembangan Sarana Pengukuran & Pendidikan psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Prabowo, H. (1998). Arsitektur, psikologi dan masyarakat. Jakarta: Univ. Gunadarma
Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Menciptakan kebahagiaan dengan psikologi posititf. Alih bahasa: Eva Yulia Nukman. Bandung: PT. Mizan Pustaka
Sukmadinata. (2005). Pengembangan kurikulum: teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya
Tantagode, J. (2008). Reggae: musik, spiritual, dan perlawanan. Yokyakarta: O2
Yin, R.K. (1994). Studi kasus: Desain dan metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.