makalah_mutu_pendidikan

21
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Di dalam masyarakat Indonesia saat ini muncul banyak kritikan baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang pertikaian dan persemaian manusia - manusia yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit, mementingkan diri dan kelompok. Maka dari itu perlu kiranya kami bahas tentang Mutu Pendidikan dan upaya-upaya peningkatan Kualitas pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek pokok 1

Upload: naila-aliya-marhama

Post on 12-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PENDIDIKAN

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LatarBelakangDi dalam masyarakat Indonesia saat ini muncul banyak kritikan baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang pertikaian dan persemaian manusia - manusia yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit, mementingkan diri dan kelompok. Maka dari itu perlu kiranya kami bahas tentang Mutu Pendidikan dan upaya-upaya peningkatan Kualitas pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam penididkan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil - hasil pendidikan juga belum didukung oleh system pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara objektif dan teratur.

B. PerumusanMasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa pengertian dari Mutu Pendidikan?2. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab rendahnya Mutu Pendidikan?3. Apa tantangan dalam peningkatan Mutu Pendidikan?4. Apa upayaupaya untuk meningkatkan Mutu Pendidikan?

C. Tujuan1. Pembaca dapat mengerti arti dari Mutu Pendidikan2. Mengetahui penyebab apa saja yang mempengaruhi rendahnya Mutu Pendidikan di Indonesia3. Mengetahui upaya upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Mutu Pendidikan.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Mutu PendidikanMenurut Achmad (1993), Mutu Pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku. Engkoswara (1986) melihat mutu atau keberhasilan pendidikan dari tiga sisi; yaitu: prestasi, suasana, danekonomi. Dalam hubungan dengan mutu sekolah, Selamet (1998) berpendapat bahwa banyak masyarakat yang mengatakan sekolah itu bermutu atau unggul dengan hanya melihat fisik sekolah, dan banyaknya ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

B. Faktor Penyebab Rendahnya Mutu PendidikanBanyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan. Berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

1. Rendahnya sarana fisikBanyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

2. Rendahnya kualitas guruKeadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.3. Rendahnya kesejahteraan guruRendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Banyak ungkapan dan pertanyaan benarkah Tunjangan Profesi Guru atau biasadisebut dengan sertifikasi guru bisa meningkatkan kualitas pendidikan. Tunjangan Profesi Guru akan meningkatkan kualitas dunia pendidikan, karena dengan diberikannya tunjangan profesi kepada guru maka kinerja, kemampuan dan kreatifitas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dikelas akan menjadi sangat baik sehingga proses belajar mengajar dikelas menjadi lebih berkualitas yang secara langsung berimplikasi membaiknya kualitas pendidikan. Tunjangan profesi sudah memberikan tambahan finansial yang layak diatas kebutuhan standart minimal. Sebuah gambaran penghasilan yang diterima seorang guru PNS golongan 3 C masa kerja 6 tahun adalah sebagai berikut :1. Gaji Pokok + Tunjangan Rutin = 3.200.000,-2. Tunjangan Profesi = 2.600.000,-3. Tunjangan Uang Makan = 500.000,-Penghasilan yang diterima setiap bulan rata-rata 6.100.000 kalau ini kita bagi empat maka gaji tiap minggu adalah 1.525.000, jika guru tersebut masuk selama enam hari mulai jam tujuh sampai jam satu maka dia akan mendapat gaji lebih dari 250.000,- setiap harinya, jika dihitung berdasar jam mengajar 24 JP tiap minggu maka gaji setiap 1 JP (40 menit) adalah 63.500, sebuah angka yang fantastis.Dengan penghasilan sebesar itu ,asihditemukan guru yang bekerja/mengajar dengan ala kadarnya, sekadar masuk kelas dan memberi tugas, apalagi sering meninggalkan tugas dengan alasan yang tidak logis. Tentu jika masih ada guru yang melakukan hal tersebut bukanlah suatu perbuatan yang bijaksana.Banyak pengamat dan kalangan diluar guru yang memandang dengan pesimis manfaat adanya tunjangan profesi guru bahkan beropini agar tunjangan ini dihapus.4. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhanHal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

5. Mahalnya biaya pendidikanPendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 1.000.000, sampai Rp 2.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 2.000.000,-. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu.

C. Tantangan Mutu PendidikanAda tiga komponen penting dalam pendidikan anak yaitu pemerintah, sekolah dan masyarakat. Tripartitini harusnya berjalan seiring sejalan untuk menciptakan system pendidikan yang bagus. Pemerintah dengan regulasi peraturannya, sekolah sebagai operator di lapangan dan masyarakat dengan dukungan ketika anak di masyarakat dan keluarga. Fakta dilapangan member gambaran jelas bahwa ketiga komponen ini tidak berjalan beriringan bahkan saling menyalahkan.Pemerintahdengan program sekolah gratis melalui BOS terlihat (menurut kacamata saya) lebih besar dengan program pencitraan di masyarakat bukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, masyarakat lebih mementingkan perencanaan keuangan untuk hal-hal konsumtif daripada dana pendidikan. Padahal dana pendidikan menurut pakar perencana keuangan Ibu Rini yang dimuat di Tribun Jateng 80% dikeluarkan oleh masyakat di luar dana operasional sekolah (SPP dan SPI). Dana yang hanya 20% ini diributkan dengan keras oleh masyarakat. Menjadi headline berita di surat kabar tentang reaksi masyarakat dengan sumbangan sukarela di sekolah. Jarang ada orang tua yang dengan kesadaran sendiri memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya seperti buku pelajaran, laptop, internet, dan alat pendukung belajar lain. Akibatnya adalah jangankan memiliki kemampuan berkompetisi, untuk meminta anaknya belajar saja susah. Dalam proses belajardari TK, SD, SMP, dan SMA/SMK, berapa kali anaknya berhasil menyabet gelar juara suatu lomba. Sangat sedikit orang tua yang peduli anaknya untuk ikut lomba, sementara yang lain cukup senang anaknya berangkat setiap hari kesekolah. Apa yang didapat anak? Tidak usah dirisaukan. Inilah akibatnya, pendidikan hanya mencetak banyak pengangguran baru. Sekolah sebagai operator tidak jauh beda dengan pemerintah dan masyarakat. Banyak sekolah yang hanya berjalan memenuhi kewajiban melayani siswa bukan melakukan terobosan dan inovasi untuk mencetak lulusan yang hebat. Di level guru, samasaja. Banyak Bapak dan Ibu guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan monoton dan membosankan.Tanpa inovasi dan kreatifitas agar pembelajaran yang dia berikan menyenangkan. Penyakit tidak mau belajar terus menjangkitinya sehingga setiap tahun metode belajar akan terus dilakukan dengan cara yang sama.Ceramah menjadi metode belajar wajib yang dilakukan bapak dan ibu guru. Lebih parah lagi, guru tidak mau mengambil resiko untuk tidak menaikkan anak dengan menyulap nilai. Tidak ada beda antara anak yang bisa dan anak yang tidakbisa. Lengkap sudah kemunduran pendidikan oleh ketiga komponen.Anaklah yang menjadi korban padahal mereka generasi penerus. Siapa yang salah dengan terciptanya generasi penerus yang lemah?

D. UpayaMeningkatkanMutuPendidikanBerikut ini langkah-langkah dalam meningkatkan mutu pendidikan.

1. Memperkuat KurikulumKurikulum adalah instrumen pendidikan yang sangat penting dan strategis dalam menata pengalaman belajar siswa, dalam meletakkan landasan-landasan pengetahuan, nilai, keterampilan,dan keahlian, dan dalam membentuk atribut kapasitas yang diperlukan untuk menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi. Saat ini, memang telah dilakukan upaya-upaya untuk semakin meningkatkan relevansi kurikulum dengan melakukan revisi dan uji coba kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum uji coba tersebut didasarkan pada pendekatan yaitu: (1) Pengasaan aspek kognitif dalam bentuk kemampuan, (2) penguasaan aspek afektif yang lebih komprehensif, dan (3) penguasaan aspek keterampilan dalam bentuk kapasitas profesional. Kompetensi itu hendaknya dapat membentuk suatu kapasitas yang utuh dan komprehensif sehingga tidak diredusir menjadi keterampilan siap pakai. Michael, (2002), Charles quengly (2000) mengemukakan kompetensi yang berada dalam suatu keutuhan dan komprehensif dengan kapasitas lainnya. Kompetensi mensyaratkan tiga elemen dasar yaitu basic, knowledge, skill ( intellectual skill, participation skill), and disposition. Melalui proses pembelajaran yang efektif, dari tiga elemen dasar ini dapat dibentuk kompetensi dan komitmen untuk setiap keputusan yang diambil. Kapasitas ini harus menjadi muatan utama kurikulum dan menjadi landasan bagi pengembangan proses pembelajaran dalam rangka pembentukan kompetensi.

2. Memperkuat Kapasitas Manajemen SekolahTelah banyak digunakan model-model dan prinsip-prinsip manajemen modern terutama dalam dunia bisnis untuk kemudian diadopsi dalam dunia pendidikan. Salah satu model yang diadopsi dalam dunia pendidikan. Salah satu model yang diadopsi adalah, School Based Management. Dalam rangka desentralisasi di bidang pendidikan, model ini mulai dikembangkan untuk diterapkan. Diproposisikan bahwa manajemen berbasis sekolah (MBS) : (1) akan memperkuat rujukan referensi nilai yang dianggap strategis dalam arti memperkuat relevansi, (2) memperkuat partisipasi masyarakat dalam keseluruhan Kegiatan pendidikan, (3) memperkuat preferensi nilai pada kemandirian dan kreativitas baik individu maupun kelembagaan, dan (4) memperkuat dan mempertinggi kebermaknaan fungsi kelembagaan sekolah.

3. Memperkuat Sumber Daya Tenaga Kependidikana. Memperkuat Sistem Pendidikan Tenaga KependidikanDalam jangka panjang, agenda utama upaya memperkuat sumber daya tenaga kependidikan ialah dengan memperkuat sistem pendidikan dan tenaga kependidikan yang memiliki keahlian. Keahlian baru itu adalah modal manusia (human investmen), dan memerlukan perubahan dalam sistem pembelajarannya. Menurut Thurow (sularso,2002), di abad ke-21 perolehan keahlian itu memerlukan perubahan dalam sistem pembelajaran karena alasan:1) Keahlian yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan akan semakin tinggi dan berubah sangat cepat2) Keahlian yang diperlukan sangat tergantung pada teknlogi dan inovasi baru, maka banyak dari keahlian itu harus dikembangkan dan dilatih melalui pelatihan dalam pekerjaan, dan,3) Kebutuhan akan keahlian itu didasarkan pada keahlian individu.

b. Memperkuat KepemimpinanDalam fondasi berbagai karakteristik pribadi, pimpinan lembaga pendidikan perlu menciptakan visi untuk mengarahkan lembaga pendidikan dan karyawannya. Dalam konteks ini, penciptaan visi yang jelas akan menumbuhkan komitmen karyawan terhadap kwalitas, memfokuskan semua upaya lembaga pendidikan pada rumusan kebutuhan pengguna jasa pendidikan, menumbuhkan sense of team work dalam pekerjaan, menumbuhkan standard of excellence, dan menjebatani keadaan lembaga pendidikan sekarang dan masa yang akan datang.

c. Meningkatkan Mutu Mengajar Melalui Program Inovatif Berbasis KompetensiSelama ini sekolah terutama guru masih sangat terbatas dalam melakukan inovasi-inovasi pembelajaran. Disisi lain, upaya untuk memperkuat kemampuan mengajar telah diupayakan melalui berbagai jenis penataran, pendidikan, ataupun pelatihan-pelatihan. Melalui berbagai kegiatan tersebut dikenalkan pada inovasi-inovasi pembelajaran. Tetapi dari pengalaman empirik tampaknya upaya-upaya itu belum secara.

d. Mengoptimalkan Fungsi-Fungsi Tenaga KependidikanDi sekolah-sekolah selama ini yang berperan utama adalah guru. Seorang guru melaksanakan berbagai fungsi baik fungsi mengajar, konselor, teknisi, maupun pustakawan. Bahkan, dalam kasus-kasus tertentu terdapat guru mengajar bukan berdasarkan keahliannya. Kondisi ini jelas kurang menguntungkan bagi terselenggaranya proses pendidikan yang baik diperlukan fungsi-fungsi kependidikan yang saling mendukung, sehingga dapat dicapai suatu hasil yang maksimal.

BAB IIISIMPULAN1. Masalah pendidikan yang ada di Indonesia semakin hari semakin rumit. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.2. Rendahnya mutu pendidikan di sekolah desebabkan oleh berbagai factor antara lain:a. Rendahnya sarana fisik sekolahb. Rendahnya kualitas guruc. Rendahnya kesejahteraan gurud. Redahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhane. Mahalnya biaya pendidikan.

DAFTAR PUSTAKASirodjuddin, Ardan. 2014. Mengapa Pendidikan Indonesia Saat ini Tidak Mampu Menciptakan Generasi Hebat?. Penerbit :GuraruTamam, Rosid. 2014. Tunjangan Profesi Guru Meningkatkan Mutu Pendidikan ?. Penerbit :Guraruhttp://pandidikan.blogspot.com/2011/05/kualitas-pendidikan.htmlhttp://guraru.org/guru-berbagi/tunjangan-profesi-guru-meningkatkan-mutu-pendidikan/http://adisujai.wordpress.com/2010/10/09/strategi-peningkatan-mutu-pendidikan/

14