makalah_ferritin[1]
DESCRIPTION
makalah feritrinTRANSCRIPT
FERRITIN DAN FUNGSINYA
Disususun oleh :Muhamad Dimas 0621 13 076
Nur Ismi Maharani 0621 13 079
Siti Indriani 0621 13 081
Wulandari Sitorus 0621 13 086
Riska Rahayu 0621 13 087
Iwan Hendriawan 0621 13 088
Susi Nurhayati 0621 13 089
Rima Damayanti 0621 15 708
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zat besi (Fe) adalah unsur mineral yang paling penting dibutuhkan oleh
tubuh karena perannya pada pembentukan hemoglobin. Senyawa ini bertindak
sebagai pembawa oksigen dalam darah, dan juga berperan dalam transfer CO2 dan
H positif pada rangkaian transport elektron yang diatur oleh fosfat organik
(Soeida, 2008). .
Menurut Soekirman (2000), Besi adalah salah satu zat gizi penting yang
terdapat pada sel hidup baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Dalam tubuh, zat
besi sebagian besar terdapat dalam darah sebagai protein yang bernama
hemoglobin (Hb) berfungsi mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh tubuh. Besi
memiliki pengaruh terhadap aktivitas mental seperti mendapatkan, menyimpan,
mengeluarkan dan memakai informasi, dan pengetahuan (Rachmawati, 2007).
Menurut Dallman et al (1980) cit Gillespie, (1998) dalam Nasution 2004,
keseimbangan besi ditentukan oleh simpanan besi di dalam tubuh, absorsi besi
dan besi yang hilang. Sedikitnya 2/3 besi di dalam tubuh merupakan besi yang
bersifat fungsional, kebanyakan dalam bentuk hemoglobin. Selama masa sirkulasi
sel darah merah, beberapa bagian mioglobin di dalam sel otot dan sebagian ada di
dalam enzim yang mengandung besi. Paling banyak sisa besi di dalam tubuh di
simpan dalam bentuk cadangan besi (bentuk ferritin dan hemosiderin) yang
berfungsi sebagai simpanan yang dapat digunakan bila dibutuhkan. Anak-anak
mempunyai simpanan besi yang rendah, karena besi digunakan untuk
pertumbuhan dan volume darah.
Francin, dkk (2005) mengemukakan bentuk-bentuk konjugasi Fe adalah :
1. Hb mengandung ferro. Fungsi hemoglobin sebagai pertukaran CO2 dan O2 dari
paru-paru ke sel-sel jaringan. Hemoglobin terdapat dalam eritrosit.
2. Mioglobin terdapat di dalam sel-sel otot, mengandung Fe bentuk ferro.
Fungsinya untuk proses kontraksi otot.
3. Transferin, mengandung Fe bentuk ferro. Berfungsi mentranspor Fe tersebut di
dalam plasma darah dari tempat penimbunan ke jaringan sel yang diperlukan.
4. Ferritin adalah simpanan Fe mengandung bentuk ferri. Kalau Fe ferritin
diberikan pada transfer untuk di ubah menjadi ferro yang berasal dari
penyerapan usus, kemudian ditimbun.
5. Hemosiderin adalah konjugat protein dengan ferri dan merupakan bentuk
simpanan zat besi.
Jumlah simpanan zat besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3,5
gram dimana 70 % terdapat dalam hemoglobin, 25 % merupakan cadangan besi
yang terdiri dari ferritin dan hemosiderin terdapat dalam hati, limpa dan sumsum
tulang (Suhardjo dkk, 2006).
Asupan zat besi yang masuk ke dalam tubuh kita kira-kira 10 – 20 mg setiap
harinya, tapi ternyata hanya 1 – 2 mg atau 10% saja yang di absorbsi oleh tubuh.
70% dari zat besi yang di absorbsi tadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses
eritropoesis menjadi hemoglobin, 10 - 20% disimpan dalam bentuk ferritin dan
sisanya 5 – 15% di gunakan oleh tubuh untuk proses lain. Besi Fe3+ yang disimpan
di dalam ferritin bisa saja di lepaskan kembali bila ternyata tubuh
membutuhkannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ferritin?
2. Apa fungsi ferritin dalam tubuh?
3. Berapa kadar normal ferritin dalam tubuh manusia?
4. Apa bahaya jika kekurangan ferritin ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ferritin adalah protein penyimpan zat besi yang larut dalam air terdiri dari
selubung protein (apoferritin) yang merupakan gabungan garam ferri dengan
protein dan inti kristalin yang terdiri dari ribuan molekul ferri oksihidroksida.
Setiap satu kompleks ferritin bisa menyimpan kira – kira 3000 - 4500 ion Fe3+ di
dalamnya. Ferritin bisa ditemukan atau disimpan di Liver, Limpa, Otot Skelet dan
Sumsum Tulang. Dalam keadaan normal, hanya sedikit ferritin yang terdapat
dalam plasma manusia. Jumlah ferritin dalam plasma menggambarkan jumlah
besi yang tersimpan di dalam tubuh kita.
Ferritin adalah salah satu protein yang penting dalam proses metebolisme
besi di dalam tubuh. Sekitar 25 % dari jumlah total zat besi dalam tubuh berada
dalam bentuk cadangan zat besi (depot iron), berupa ferritin dan hemosiderin.
Hemosiderin merupakan cadangan besi tubuh berasal dari ferritin yang mengalami
degradasi sebagian, terdapat terutama di sumsum tulang, bersifat tidak larut di
dalam air. Pada kondisi normal, ferritin menyimpan besi di dalam intraseluler
yang nantinya dapat dilepaskan kembali untuk digunakan sesuai dengan
kebutuhan. Serum ferritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif
untuk menentukan cadangan besi pada orang sehat. Serum ferritin < 12 g/L
sangat spesifik untuk defisiensi zat besi, yang berarti bila semua cadangan besi
habis, dapat dianggap sebagai diagnostik untuk defisiensi zat besi.
Gambar 1 Ferritin 2.2 Kadar Ferritin Dalam Tubuh
Ferritin merupakan salah satu protein kunci yang mengatur hemostasis besi
dan biomarker klinis yang tersedia secara luas untuk mengevaluasi status besi dan
secara khusus penting untuk mendeteksi defisiensi besi. Kadar ferritin pada laki-
laki dan wanita berbeda, pada laki-laki dan wanita postmenopause kadar ferritin
kurang dari 300 ng/mL, pada wanita premonoupause kurang dari 200 ng/mL.
Berikut merupakan Tabel dari kompartemen zat besi dalam tubuh.
Tabel 1 Kompartemen zat besi dalam tubuh
Kadar normal ferritin laki – laki dewasa adalah 100 g/L dan wanita dewasa
adalah 30 g/L. Jika terjadi penurunan simpanan zat besi, kadar ferritin turun
sampai < 15 g/L. Setiap individu membutuhkan jumlah zat besi yang berbeda
perhari. Angka kecukupan besi yang dianjurkan antara lain
Bayi 3 – 5 mg
Balita 8 – 9 mg
Anak sekolah 10 mg
Remaja laki-laki 14 – 17 mg
Remaja perempuan 14 – 25mg
Dewasa laki-laki 13 mg
Dewasa perempuan 14 – 26 mg
Ibu hamil + 20 mg
Ibu menyusui + 2 mg
Ferritin dan hemosiderin akan membantu mempertahankan pembentukan
hemoglobin, bila zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi. jumlah
zat besi yang harus diserap oleh tubuh untuk mempertahankan zat besi akibat
eksresi cukup kecil, yaitu sebesar 1 mg (Wirakusumah,1999). Jumlah ferritin
dalam plasma menggambarkan jumlah besi yang tersimpan di dalam tubuh.
2.3 Struktur Dan Fungsi ferritin
A. Struktur Ferritin
Ferritin adalah kompleks protein yang berbentuk globular, mempunyai
24 subunit- subunit protein yang menyusunnya dengan berat molekul 450 kDa,
terdapat di semua sel baik di prokaiotik maupun di eukariotik. Pada manusia,
subunit pembentuk ferritin ada dua tipe, yaitu Tipe L (Light) Polipeptida dan
Tipe H (Heavy) Polipeptida, dimana masing-masing memiliki berat molekul 19
kD dan 21 kD. Tipe L yang disimbolkan dengan FTL berlokasi di kromosom
19 sementara Tipe H yang disimbolkan dengan FTH1 berlokasi di kromosom
11. Jika dilihat dari stuktur kristal, satu monomer ferritin mempunyai lima
helix penyusun yaitu blue helix, orange helix, green helix, yellow helix dan red
helix dimana ion Fe berada di tengah kelima helix tersebut.
Gambar 2 Struktur ferritin
B. Fungsi Ferritin
1. Sebagai penyimpanan zat besi dalam bentuk terlarut dan non toksik.
2. Mengatur hemostasis besi dan juga merupakan biomarker klinis yang
tersedia secara luas untuk mengevaluasi status besi dan secara khusus
penting untuk mendeteksi defisiensi besi.
3. Ferritin dan hemosiderin akan membantu mempertahankan pembentukan
hemoglobin
2.4 Kelainan dari Ferritin
Kadar ferritin normal 30-300 ng/mL untuk pria dan 15-200 ng/mL untuk
wanita. Kadar ferritin yang terlalu tinggi atau pun yang terlalu rendah dapat
menyebabkan dampak negatif bagi tubuh. Kadar ferritin yang terlalu tinggi
menyebabkan hemokromatosis sedangkan kadar ferritin yang terlalu rendah dapat
menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi atau yang dikenal juga dengan Anemia Sideropenik
disebabkan asupan zat besi yang kurang, infeksi parasit, menoragi (jumlah
perdarahan haid yang berlebih ), metroragi (haid yang tidak teratur), menstruasi,
premenopause, kehamilan, ulkus peptikum, dan lain–lain. Ketika tubuh
kehilangan zat besi melebihi asupannya maka tubuh akan mulai membongkar dan
memakai besi yang tersimpan dalam ferritin di liver, limpa, otot dan sumsum
tulang, yang merupakan cadangan dalam tubuh. Kadar ferritin pun berkurang
secara progresif. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi
kebutuhan untuk pembentukan eritrosit, sehingga eritrosit yang dihasilkan
jumlahnya menjadi lebih sedikit. Kadar eritrosit menurun mengakibatkan
hemoglobin menurun sehingga terjadi anemia. Tubuh pun berusaha melakukan
kompensasi, dimana sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan
besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan eritrosit dengan
ukuran yang sangat kecil (Mikrositik) yang khas untuk anemia defisiensi besi.
Pemeriksaan serum Ferritin merupakan pemeriksaan yang paling spesifik untuk
mendiagnosa Anemia defisiensi besi. Kadar serum ferritin yang sangat rendah
menunjukkan Anemia defisiensi besi.
Hemokromatosis adalah gangguan genetik dimana tubuh menyerap terlalu
banyak zat besi dari makanan yang menyebabkan tubuh kita mengalami kelebihan
zat besi. Kelebihan zat besi ini kemudian disimpan dalam berbagai organ,
terutama hati. Kelebihan zat besi juga dapat disimpan dalam pankreas, hati, testis
atau ovarium, kulit dan sendi. Penyebab terjadinya hemokromatosis karena
adanya gangguan atau kesalahan dalam gen tertentu, yang dikenal sebagai HFE
pada kromosom 6, dimana gen tersebut diwariskan oleh orang tua. Gen yang
rusak ini memungkinkan tubuh penderita untuk menyerap kelebihan jumlah zat
besi dari makanan.
Gen HFE memiliki sifat resesif, itu artinnya bahwa hemokromatosis hanya
akan terjadi jika kedua gen yang berasal dari orang tua kita sama sama memiiki
gen abnormal HFE. Gejala penyakit Hemokromatosis biasanya akan timbul pada
kisaran usia 30 dan 50 tahun. Gejala pertama biasanya akan terlihat jelas dan
mungkin termasuk merasa lemah dan lelah, nyeri pada sendi dan nyeri pada perut.
Tindakan utama dalam mengatasi Hemokromatosis adalah penghapusan rutin
darah, hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kelebihan zat besi dari tubuh. Jika
gejala Hemokromatosis dapat di deteksi sejak awal dan pengobatan segera
diberikan maka maka kemungkinan untuk sembuh masih terbuka lebar.
2.5 Cara analisa ferritin pada tubuh
Untuk menentukan kadar ferritin dalam darah dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu cara Radio Immuno Assay (RIA) atau dengan cara Enzyme
Linked Immuno Assay (ELISA) yang tidak menggunakan isotop tetapi enzim.
Ferritin di analisis dalam bentuk serum ferritin. Menurut Cook (dalam Mahdi
Anwar Husain, 1989) banyaknya ferritin yang dikeluarkan ke dalam darah secara
proposional menggambarkan banyaknya simpanan zat besi di dalam hati. Jika
didapatkan serum ferritin sebesar 30 mg/dl RBC, berarti di dalam hati terdapat
30x10 mg = 300 mg ferritin.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan uji penentuan serum
ferritin yaitu serum standar, pool, referensi dan percobaan dilakukan secara duplo
serta biarkan tracer dan standar untuk menyesuaikan dengan suhu ruang sebelum
digunakan.
Tabung di beri label background, blangko, standar (5, 10, 25, 100, 250,
1000, dan 2500), pool, reference, dan tabung untuk sampel. Tambahkan 50 mL
pada masing-masing serum standar, pool, dan reference. Campurkan reagen
tracer/ immunobead dengan hati-hati menggunakan batang pengaduk.
Kesampingkan tabung background sampai langkah 8. Kocok rak tabung lalu
inkubasi selama 30 menit pada 21-30 oC. Tambahkan 3 mL saline pada semua
tabung, lalu di sentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan 1500 rpm pada 4 oC.
Supernatan di ambil kemudian sisipkan semua tabung ke dalam counter sinar
gamma. Hitung setiap tabung sebentar dengan counter gamma.
2.6 Zat Besi
A. Sumber zat besi
Zat besi yang di konsumsi oleh tubuh dibutuhkan sebagai pembentuk
hemoglobin yang nantinya akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk ferritin.
Berikut merupakan Tabel nilai besi dari makanan.
Tabel 2 Nilai besi berbagai bahan makanan (mg/100g)
B. Metabolisme besi
Metabolisme zat besi dalam tubuh terdiri dari proses penyerapan,
pengangkutan dan pemanfaatan, penyimpanan, dan pengeluaran. Zat besi dari
makanan di serap ke usus halus kemudian masuk kedalam plasma darah, selain
itu ada sejumlah zat besi yang keluar dari tubuh melalui tinja. Di dalam plasma
berlangsung proses turn over, yaitu sel-sel darah yang lama di ganti dengan
sel-sel yang baru. Jumlah zat besi yang mengalami turn over setiap hari
berkisar hanya kira-kira 35 mg berasal dari makanan, hemoglobin, dan sel-sel
darah merah yang sudah tua dan diproses oleh tubuh agar dapat dipergunakan
kembali (Wirakusumah,1999).
Besi yang ada pada bahan makanan adalah besi elemen. Hanya Fe2+ ini
yang diabsorbsi usus halus. Besi hanya dapat masuk ke dalam mukosa apabila
ia dapat bersenyawa dengan apoferritin. Jumlah apoferritin mukosa usus
tergantung pada kadar besi tubuh. Bila besi dalam tubuh sudah cukup maka
semua apoferritin yang ada dalam mukosa usus terikat oleh Fe menjadi
Ferritin. Besi yang ada dalam mukosa usus hanya dapat masuk ke dalam darah
bila ia berikatan dengan β-globulin yang ada dalam plasma. Gabungan Fe
dengan β-globulin disebut ferritin.
Apabila semua β-globulin dalam plasma sudah terikat Fe (menjadi
ferritin) maka Fe2+ yang terdapat dalam mukosa usus tidak dapat masuk ke
dalam plasma dan turut lepas ke dalam lumen usus sel mukosa usus lepas dan
diganti dengan sel baru. Hanya Fe2+ yang terdapat dalam transferrin dapat
digunakan dalam eritropoesis, karena sel eritoblas dalam sumsum tulang hanya
memiliki reseptor untuk ferritin.
Kelebihan besi akan disimpan dalam stroma sumsum tulang sebagai
ferritin. Besi yang terikat pada β-globulin selain berasal dari mukosa usus juga
berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua masuk ke dalam jaringan
limpa kemudian terikat pada β-globulin (menjadi transferin) dan ikut aliran
darah ke sumsum tulang untuk digunakan eritoblas membentuk hemoglobin.
Hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh,
oleh karena itu apabila terjadi kekurangan hemoglobin mengakibatkan anemia
sehingga aktivitas tubuh terutama daya berpikir akan menurun (Kuntarti,
2009). Berikut merupakan alur metabolisme Fe
Gambar 3 Metabolisme Fe
C. Fungsi besi dalam tubuh
Alat angkut oksigen
Sebagian besar besi berada dalam hemoglobin dan mioglobin. Hemoglobin
dalam darah membawa oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh.
Miogloboin berperan sebagai reservoir oksigen: menerima, menyimpan dan
melepas oksigen di dalam sel-sel otot.
Metabolisme energi
Sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi.
Kemampuan belajar
Beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi. Defisiensi besi
berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem
neurotransmitter. Akibatnya, kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang
yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi,
daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit
meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh
menurun.
Sistem kekebalan
Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Respon kekebalan
sel oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel
tersebut, yang disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya
sistesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida
yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi.