makalah x ray

26
MAKALAH PESAWAT RONTGEN KONVENSIONAL Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Instrumentasi Biomedis Oleh: Ridha Novia Ikhsani 115090800111006 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: rijool92

Post on 28-Dec-2015

461 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

X Ray

TRANSCRIPT

MAKALAH

PESAWAT RONTGEN KONVENSIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Instrumentasi Biomedis

Oleh:

Ridha Novia Ikhsani

115090800111006

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia medis dari waktu ke waktu semakin pesat, tak terkecuali

instrument / alat medis. Salahsatu penemuan yang berkontribusi dalam dunia medis

yaitu ditemukannya sinar X / sinar Rontgen yang mendasari terciptanya Pesawat

Rontgen. Pesawat roentgen  merupakan instrument medik yang prinsip kerjanya

mengunakan radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie.

Penemuan dari Willhem Conrad Rontgen tersebut telah mendorong perkembangan

dunia medis terutama dalam pembuatan instrumen medis. Berawal dari percobaan

dalam hal perbedaan potensial diantara anoda dan katoda yang terkandung dalam

suatu gas, yang memicu terjadinya ionisasi sehingga elektron – elektron akan

membebaskan diri dari ikatan atomnya.

Elektron yang terdekat dengan sebuah anoda akan langsung ditarik ke anoda

sehingga akan terjadi hole. Kemudian hole ini akan diisi oleh elektron berikutnya,

tempat yang ditinggalkan elektron ini akan menjadi hole lagi dan terjadi pengisian lagi

oleh elektron berikutnya, begitu seterusnya, sehingga akan terjadi estafet elektron dan

terjadilah rangkaian tertutup sehingga timbul arus elektron yang berkebalikan dengan

arus listrik yang kemudian disebut arus tabung. Perpindahan elektron ini akan

menghasilkan seatu gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda-

beda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 – 1 A inilah yang

kemudian disebut sinar X atau sinar Rontgen.

1.2 Rumusan Masalah

Pada makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aplikasi sinar X pada pesawat rontgen konvensional?

2. Bagai mana perinsip kerja instrument pesawat rontgen konvensional?

3. Apa saja komponen penyusun dari pesawat rontgen?

4. Bagaimana prinsip kerja foto Rontgen?

1.3 Tujuan

Dengan rumusan masalah yang ada di atas, makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui aplikasi sinar X pada pesawat rontgen konvensional.

2. Mengetahui perinsip kerja dari instrument pesawat rontgen konvensional.

3. Mengetahui komponen penyusun dari pesawat rontgen.

4. Mengetahui prinsip kerja foto rontgen.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aplikasi Sinar X Pada Pesawat Rontgen Konvensional

Pesawat rontgen  merupakan instrument medis yang bekerjanya mengunakan

radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie. Dimana cikal

bakal dari pesawat rontgen ini karena ditemukannya sinar X oleh Willhem Conrad

Rontgen, kemudian Rontgen melakukan percobaan dengan menggunakan tabung yang

terbuat dari Glass Envelope yang didalamnya terdapat gas Argon atau Xenon, ketika

ada beda potensial diantara anoda dan katoda maka gas –gas tersebut akan terionisasi 

dan elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya. Jika tabrakan

elektron tersebut tepat diinti atom maka disebut peristiwa Breamstrahlung dan apabila

menabraknya dielektron dikulit K, disebut   K Karakteristik. Akibat tabrakan ini akan

terbentuk hole-hole karena elektron-elektron yang ditabrak tersebut terpental.

Kemudian hole hole tersebut akan menghasilkan perpindahan elektron dengan panjang

gelombang berbeda – beda, yang kemudian menghasilkan sinar X.

Bermodal dari penemuan Rontgen maka kemudian Collige menyempurnakan

penemuan tersebut dengan memodifikasi tabung yang digunakan. Tabung yang

digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elektroda yaitu

anoda dan katoda. Tabung jenis ini kemudian disebut Hot Chatoda Tube dan

merupakan tabung yang dipergunakan untuk pesawat Rontgen konvensional yang

sekarang. 

2.1.1 Prinsip Kerja Katoda Tube

Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat

2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda / filamen tabung rontgen dihubungkan ke  

transformator filamen. Transformator filamen ini akan memberi supply sehingga

mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung rontgen, sehingga terjadi

Thermionic Emission, dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan

atomnya, sehingga akan banyak terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan elektron.

Anoda dan katoda di hubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10 KV

– 150 KV. Primer HTT diberi tegangan AC ( bolak-balik ) maka akan terjadi garis-

garis  gaya magnet ( GGM ) yang akan berubah – ubah bergantung dari besarnya arus

yang mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan

timbulnya gaya gerak listrik ( GGL ) pada kumparan sekunder, yang besarnya

tergantung dari setiap perubahan fluks pada setiap perubahan waktu ( E = - d Φ / dt ).

Dari proses ini didapatkanlah tegangan tinggi yang akan disuplay ke elektroda tabung

rontgen.

2.2 Komponen Penyusun dan Prinsip Kerja Instrument Pesawat Rontgen

Instrumen Pesawat Rontgen memiliki beberapa komponen penyusun, yang tiap

– tiap komponen penyusun pesawat rontgen tersebut memiliki fungsi masing masing,

sehingga dapat berkorelasi dan menghasilkan fungsi untuk suatu tujuan yaitu pesawat

rontgen. Terdapat blok diagram dari komponen penyusun pesawat rontgen

konvesional, yaitu sebagai berikut:

Untuk dalam blok diagram tersebut dibagi menjadi beberapa bagian penyusun,

diantaranya yaitu rangkaian Power Supply, Rangkaian Timer, Rangkaian HTT,

Rangkaian X Ray Tube (Tabung sinar X), dan rangkaian pemanas filamen.

2.2.1 Blok Rangkaian Power Suply

Ragkaian power suply ini berfungsi untuk mendistribusikan tegangan pada

seluruh rangkaian pesawat rontgen sesuai yang dibutuhkan oleh masing-masing

rangkaian. Rangkaian power supply ini terdiri dari :

a. Saklar

Saklar / Switch ini berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan

pesawat roentgen.

b. Fuse / Sekring

Sekring pada bagian rangkaian power supply ini yaitu untuk pelindung atau

pengaman, apabila ada arus / tegangan yang lebih dari kuota yang masuk, maka

sekring tersebut berfungsu sebagai jembatan pengaman, dia akan putus apabila ada

arus / tegangan yang besar diluar kuota masuk dalam komponen ini.

c. Voltage Convensator

Voltage Convensator berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang

diperlukan pesawat rontgen jika terjadi penurunan atu kenaikan pada supply PLN

Apabila tegangan naik kita harus menambah jumlah lilitan primer dengan memutar

selector voltage compensator, dan jika tegangan turun kita harus mengurangi

jumlah lilitan primer dengan cara memutar selector voltage compensator sehingga

diperoleh perbandingan transformasi antara tegangan dan jumlah lilitan primer

dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder adalah tetap dengan demikian

diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan akan tetap. Perbandingan

transformasinya dapat dituliskan sebagai berikut E1 : N1 =  E2 : N2 .

Dimana            E1  = Tegangan di primer

                        N1 = Jumlah lilitan di primer

                        E2  = Tegangan di sekunder

                      N2 = Jumlah lilitan di sekunder

Sebagai contoh, ketika E1 : N1 =  E2 : N2 , 220 : 220  = 1 : 1, tegangan dari

PLN stabil 220 v dan lilitan primer jumlahnya 220 maka perbandingan output di

sekunder = 1:1, ini menunjukan bawha setiap lilitan terdapat 1 volt tegangan.

Jika tegangan dari PLN naik menjadi 230v dan lilitan primer 220, maka

perbandingan output ¹ 1 : 1, agar diperoleh tegangan setiap lilitan (pada output /

sekunder) akan tetap   1 : 1 maka kita harus menambah jumlah lilitan primer

sebanyak 10  lilitan. Sehingga akan dihasilkan E1 : N1 =  E2 : N2 yaitu 230v :

230 = 1:1, begitupun jika tegangan darin PLN menjadi turun, misalkan menjadi

210v, dan lilitan primer tetap 220, maka perbadingan pada sekunder output ¹ 1 : 1

yaitu 210 v : 220, untuk menjadikan transformasi 1:1 maka harus jumlah lilitan

primer sebanyak 10 lilitan 210v : 210 = 1:1, maka akan diperoleh perbandingan

transformasi tetap.

d.   Auto Trafo

Auto trafo merupakan alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian

ke rangkaian lain dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh

pesawat rontgen. Autotrafo juga merupakan transformator yang kumparan primer

dan kumparan sekundernya menjadi satu dalam satu core.

e. Line Resistance ( R Mate)

Setiap pesawat rontgen akan mempunyai hambatan atau R yang diberikan oleh

pabrik, contohnya pada pesawat Rontgen Shimadzu R=0,04 - 0,08Ω, resistance ini

disebut R internal ( R pesawat ). Sehinnga R line adalah tahanan atur yang

berfungsi untuk mencocokkan tahanan pengkabelan dengan tahanan yang

dibutuhkan pesawat rontgen.

R internal = R. mate (line) + R. Eksternal (pengkabelan).

f. Voltage Indicator

Voltage Indicator sebagai alat untuk mengetahui apakah tegangan PLN

mengalami kenaikan atau penurunan.

g. KVP Selector Mayor

KVP selector mayor berfungsi untuk memilih tegangan tinggi / memilih

besarnya beda potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap terminal x

10 KV.

h. KVP Selector Minor

KVP selector minor untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda

potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap terminalnya 1 KV.

i. Voltage Regulator

Voltage regulator berfungsi untuk memilih tegangan PLN 110/220/380 Vac

tergangtung dengan pesawat yang digunakan dan dinegara mana.

2.2.2 Blok Rangkaian Pemanas Filamen

Fungsi dari pemanas filament yaitu untuk memberikan catu daya dan mengatur besar

arus pemanas filament agar terjadinya termionic emission bisa di kendalikan sehingga

jumlah electron – electron bebas yang dihasilkan pada filament tabung rontgen bisa

dikontrol

.

Blok rangkaian pemanas filament ini terdiri dari beberapa rangkaian, diantaranya yaitu

rangkaian stabilisator tegangan, Space Charge Compensator, arus controller, Stand by

Resistance, filament limiter, trafo filament, dan filament tabung Rontgen

a. Rangkaian Stabilisator Tegangan.

Fungsi dari Stabilisator tegangan ini untuk menstabilkan tegangan pada

rangkaian pemanas filament sehingga pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak

mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada filament tabung rontgen. Rangkaian

ini terdiri lagi kumparan primer yang kita sebut N1, kemudian kumparan sekunder

yang terdiri dari N2 dan N3.  N2 di paralel dengan C diseri dengan N3. Masukkan /

input disebut Ek1 dan keluaran / output disebut Ek2.

Ada 3 kemungkinan keadaan pada stabilizer tegangan, yaitu:

EK 1= EK 2 ( PLN Normal )

Kondidi tersebut terjadi ketika tidak ada penaikan / penurunan tegangan PLN.

Pada N2, tegangan mendahului arus sebesar 90o sedangkan pada C arus akan

mendahului tegangannya rebasar 90o. Sehingga pada tegangan C dan tegangan N2

akan mempunyai besar tegangan yang sama (karena diparallel) tetapi fasenya akan

berlawanan. Perbedaan fasa ini menyebabkan  terjadinya peniadaan impedansi antara

R dan C sehingga tegangan pada stabilisator tegangan merupakan tegangan yang

keluar melewati R internal dan bukan R impedansi.

EK 1> EK 2 ( kenaikan tegangan PLN)

Seiring terjadinya kenaikan tegangan PLN, maka tegangan pada N2 juga akan

mengalami kenaikan. Pada saat tersebut adalah masa transisi (perubahan), dimana

tegangan pada C masih tetap (tidak mengalami perubahan), sehingga antara tegangan

pada N dan tegangan pada C terjadi beda fase sebesar IXN2 - IXC ( karena Xc lebih

kecil  ), sehingga besar keluaran pada N dan C (parallel) = IXN2 - IXC + I.R

EK 1< EK 2 ( penurunan tegangan PLN)

Apabila tegangan primer turun maka tegangan di sekunder juga akan ikut turun

(N2 dan N3 tegangannya akan turun). Meskipun tegangan di N2 turun tapi tegangan di

C tidak akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga antara

teganagn di C dan N2 terjadi selisih  fase dimana tegangan di C akan lebih besar dari

tegangan di N2. maka pada E = IXC +  IXN2    sehingga Ek2 = E +  IXN3

b. Space Charge Compensator

Space charge compensator berfungsi untuk mengkompensasikan nilai arus

tabung agar sesuai dengan yang dipilih meskipun terjadi perubahan tegangan tinggi

pada tabung roentgen. Rangkaian ini berupa variable resistor (VR) yang terdiri dari

tap-tap, yang tiap tap-tapnya mempunyai nilai R yang berbeda-beda. Adapun

karakteristik tabung rontgen yaitu:

o Semakin tinggi tegangan maka arus akan semakin besar.

o Tabung roentgen hanya bekerja pada daerah space charge.

Selector pada SCC ini dikelompokkan dengan kvp selector mayor dengan

maksud agar pada saat kita memilih besar tegangan, kita juga mengatur/memilih

besarnya nilai R pada SCC. Jika posisi kvp selector mayor pada pemilihan KV

tertinggi maka pada SCC nilai R nya akan pada posisi dengan nilai R tertinggi pula

begitu juga sebaliknya.Hal ini dimaksudkan supaya pada saat KV naik maka SCC

yang terdiri dari VR dan dikelompokan dengan KV selector, maka nilai R pada SCC

juga naik sehingga terjadi voltage drop yang besar pada SCC dan mengakibatkan

tegangan pada pemanas filamen berkurang, jadi walaupun energi yang menarik

elektron lebih kuat tetapi jumlah electron yang ditarik sedikit maka nilai arus tabung

yang terjadi sesuai dengan yang telah ditentukan.. Kemudian pada saat KV turun maka

nilai R space charge compensator yang terdiri dari VR yang telah dikelompokan

dengan KV selector akan turun juga, sehingga terjadi voltage drop yang kecil pada

SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas filamen bertambah / naik sehingga

awan elektron naik (semakin banyak) sehingga walaupun energi yang menarik

electron kecil tapi electron yang ditarik banyak maka nilai arus tabung yang terjadi

sesuai dengan yang ditentukan.

c. Kontrol Arus (mA Control)

Berfungsi untuk mengatur arus pemanas filament yang kemudian akan

digunakan sebagai penentu besarnya arus tabung yang digunakan. Alat ini disambung

seri dengan trafo filament. Untuk memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai R

nya untuk menentukan voltage drop pada VR. Semakin  besar pilihan mA maka

pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R yang paling kecil,sehingga voltage

dropnya kecil. Dan semakin kecil mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi

nilai R paling besar. Arus tabung ditentukan oleh besarnya tegangan pada trasformator

filamen. Tegangan transformator ini (EF) akan menentukan besarnya arus

transformator filamen ini (IF), semakin besar tegangan trafo filamen semakin besar

pula arus yang mengalir pada trafo filament,besarnya arus trafo filamen ini akan

menentukan banyaknya elektron bebas  yang dihasilkan. EF besar --> IF besar -->

elektron bebas banyak --> awan electron banyak. Jika R lebih tinggi, tegangan trafo

filamen kecil karena dengan tahanan lebih besar maka tegangan pada tegangan trafo

lebih kecil karena R tadi menyebabkan voltage drop yang lebih besar.

V = I x R . Tegangan pada filament = Tegangan awal – voltage drop.

d. Stand by Resistance

Rangkaian diatas berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada filamen

tabung rontgen agar terjadi pre heating sebelum expose berlangsung sehingga filament

tabung roentgen lebih awet. Alat ini terdiri dari R yang dengan konektor yang

digerakkan oleh delay relay.

Adapun prinsip kerja rangkaiannya yaitu pada saat main swith ON, filament

tabung rontgen langsung mendapatkan tegangan dari transformator filament tapi

melewati stand by resistant sehingga tegangan yang mengalir bukan tegangan normal.

Pada saat expose, timer bekerja dan relay energice bekerja sehingga kontaktor

exposure swith terhubung dan kontaktor relay di stand by resistant terhubung (di by

pass ), sehingga tegangan akan melewati kontaktor (bukan R lagi) sehingga tidak ada

voltage drop sehingga pemanasan filament pada tegangan normal.

e. Filament Limiter (mA limiter)

Filamen limiter merupakan alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya

arus filament, bertujuan agar tegangan pemanas filamen di atas sesuai dengan

kemampuan kapasitas filamen tabung rontgen sehingga pemberian tegangan tersebut

memberi pemanasan yang normal. Pengunaan filament limiter ini akan lebih terasa

terutama pada tabung rontgen yang mengunakan double focus, yaitu focus besar dan

focus kecil yang masing-masing dilengkapi filament limiter sendiri. Untuk yang large

focus nilai tahanan limiternya kecil, sedangkan untuk yang small focus nilai tahanan

limiternya besar yang diatur sekali pada waktu perakitan.

f. Trafo Filament

Trafo filament berfungsi untuk step down filament, biasanya tegangan yang

digunakan adalah tegangan 110 volt menjadi 12 v/18 v tergantung spesifikasi tabung.

g. Filamen Tabung Rontgen

Filamen tabung rontgen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai

katoda. Terdiri dari bahan Tungsten yang mempunyai titik lebur yang tinggi 3600 oC

dengan nomor atom 74. Filamen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga

sebagai katoda. Katoda atau filamentnya itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Katoda Direct

Merupakan katoda langsung yaitu filament yang sekaligus berfungsi sebagai

katoda.

b. Katoda Indirect

Katoda Indirect disebut juga katoda tak langsung yaitu filament hanya

berfungsi sebagai sumber elaktron sedangkan katodanya dipisah (didepan filament),

katodanya bisa terhubung dengan transformator filament atau dengan sumber lain.

Pada katoda juga dipasang Focussing Cup yaitu alat yang menyerupai

mangkok   untuk mengfokuskan jalannya electron dari anoda ke katoda.

2.2.3 Blok Rangkaian Tegangan Tinggi

Pada rangkaian diatas terdapat trafo tegangan tinggi yang  berfungsi untuk

memberikan beda potensial antara anoda dan katoda dimana anoda harus selalu mendapat

polaritas positif dan katoda harus selalu mendapat polaritas negatif agar elektron-elektron

bebas yang ada disekitar katoda dapat ditarik ke anoda.

2.2.4 Blok Rangkaian Tabung Rontgen

Rangkaian tabung rontgen merupakan sebuah tabung diode yaitu  tabung vakum yang

terdiri dari dua elektrode, yaitu anode dan katode.  Tabung ini juga tempat berlangsungnya

proses terbentuknya sinar x. Ada beberapa jenis dari rangkaian tabung rontgen pada pesawat

rontgen, diantaranya yaitu :

Pesawat dengan 1 unit x ray tube over table untuk pemotretan tunggal disebut

“Pesawat Rontgen 1 examination”

Pesawat rontgen yang memiliki x ray tube over table dan under table disebut 2

Examination.

2.2.5 Blok Rangkaian Timer

Timer berfungsi untuk menentukan lamanya proses penyinaran. Terdapat 4 jenis timer

yaitu:

a. Timer Mekanik

Adapun perinsip kerja dari timer mekanik ini yaitu :

1. Menetukan lamanya penyinaran dengan menarik valve p kearah searah jarum jam,

dalam waktu yang bersamaan jarum penahan PA lepas hingga gigi gergaji W akan ikut

berputar kekanan (searah jarum jam) kontaktor C dari normally open menjadi close.

2. Apabila waktu telah ditetapkan, misalnya sampai 0,3 detik jarum PA mengunci roda

gigi W.

3. Ketika SWE ditekan, maka akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju

kontaktor C ke PB SWE kemabli ke relay S, kembali ke power supply.

4. Setelah itu relay akan sesuai dan menarik kontak SW3 hingga rangkaian power

supply dan rangkaian tegangan tinggi terhubung dan menyebabkan expose

(penyinaran) dimulai.

5. Sementara PB ditekan, maka akan menekan jarum valve PA sehingga terlepas dari

penguncian, gigi gergaji mulai berputar kea rah kiri (berlawanan jarum jam). Setelah

waktu 0,3 detik tadi, valve sampai pada posisi nol. Maka valve akan menyentuh

kontaktor C hingga membuka kembali. Dengan membukanya kontaktor C, relay S

energized, kontaktor SW3 membuka kembali, sehingga akan memutuskan hubungan

antara rangakian Power Supply dengan rangakaian transformator tegangan tinggi

hingga proses expose terhenti.

b. Timer Elektronik

Cara kerja dari timer elektronik ini yaitu:

1. Kita menentukan lamanya penyinaran waktu yang ada, T= R.C

2. SWE ditekan ke posisi on, sehingga terjadi pengisian kondensator dengan arah arus

dari terminal(+)→SWR→kondensator C→terminal 1. sementara itu, kontak SWS

(bawah) akan close (karena digank dengan SWE), sehingga relay SA akan energized,

kontaktor SW3A menutup, sehingga rangkaian power supply dan rangkaian HTT akan

terhubung dan expose akan berlangsung.

3. Berlangsungnya expose berbarengan dengan pengisian kondensator, sehingga saat

muatan kondensator penuh (time konstan 63%, karena merupakan fungsi linier setiap

perubahan waktu), yang merupakan tegangan “critical gride”, maka pada posisi 63%

itu maka relay SB akan bekerja. Dengan berubahnya thyratron, maka arus mengalir ke

relay SB sehingga relay SB akan bekerja, dengan bekerjanya relay SB maka kontaktor

SW3 membuka. Membukannya SW3 menyebabkan terputusnya power supply dengan

HTT.

c. Timer Automatic

Cara kerja dari timer otomatis ini yaitu:

1. Menetukan lamanya waktu penyinaran = R.C. Ketika PB SWE ditekan maka akan

ada arus yang mengalir dari power supply menuju terminal 7,5,6,8 SW3 lalu menuju

kumparan primer HTT dan kembali ke supply. Kemudian akan timbul arus yang

mengalir pada sekunder trafo tegangann tinggi dengan arah arus : Rectifier menuju

kapasitor. Sehingga kapasitor akan terisi penuh sebesar 0,63 C.

2. Setelah kapasitor terisi penuh, maka Thirytron akan mendapat tegangan sehingga akan

mengaktifkan relay S1.

3. Dengan aktifnya Relay S1, maka kontaktor SW3 akan terbuka. Sehingga tidak ada

arus yang mengalir pada primer trafo tegangan tinggi, maka prose penyinaran telah

selesai.

2.3 Prinsip Kerja Foto Rontgen

Foto rontgen di gunakan oleh para dokter untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh

pasien. Lewat hasil ronsen inilah dokter bisa mengetahui bagaimana kondisi kesehatan paru-

paru, jantung, bagian dalam perut, dan bagian-bagian dalam tubuh pasien yang lain. Dari foto

ronsen jugalah kita dapat mengetahui keadaan tulang-tulang. Apakah ada yang patah,

bengkok, atau ada ketidak normalan sambungan antar tulang. Tidak seperti foto pada

umumnya, foto rontgen menggunakan sinar X sebagai pemantul cahayanya. Namun, tidak

seperti cahaya lampu yang dapat bersinar terang, sinar ini tidak bisa kita lihat dengan mata

telanjang. Untuk memotret bagian dalam tubuh, seseorang harus berada di antara tempat

penyimpanan film dan tabung yang memancarkan sinar X tersebut.Sinar X ini akan

menembus kulit dan bagian tubuh lain kecuali tulang. Bayangan sinar ini kemudian direkam

pada film. Setelah film tersebut dicuci, bagian yang tidak dapat ditembus sinar X akan

berwarna hitam, sedang bagian yang dapat ditembus oleh sinar X akan berwarna putih. Dari

hasil ronsen itulah, seorang dokter ahli penyakit dalam atau dokter tulang dapat menentukan

pengobatan yang tepat bagi pasiennya.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam hal foto rontgen ini. Kelebihannya

yaitu sebagai alat diagnosis, sebagai alat terapi (linec). dengan rontgen kita dapat mendeteksi

penyakit-penyakit dalam secara mudah. Disamping kelebihan maka foto rontgen ini memiliki

kekurangan, diantaranya yaitu gambar / pencitraan yang dihasilkan kurang bagus, karena

superposisi dengan objek lain, untuk prosedur keselamatan tubuh, sebaiknya tidak berlebihan

dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen agar tidak terlalu banyak radiasi sinar X

yang masuk ke dalam tubuh.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Suatu alat penting yang mendorong untuk suatu pemeriksaan radiografi sederhana

diantaranya yaitu pesawat rontgen konvensional. Radiografi konvensional dapat berupa

pemeriksaan kontras dan non kontras. Cikal bakal ditemukannya pesawat rontgen

konvensional ini yaitu dari penemuan sinar X oleh Willhem Conrad Rontgen, yang kemudian

dikembangkanlah suatu alat untuk membantu kinerja dokter dalam mendiagnosis seorang

pasien.

Prinsip kerja Pesawat rontgen sederhana ini yaitu dengan memanfaatkan sinar X untuk

pencitraan organ dalam yang tidak kasat mata. Sebagai contoh untuk mediagnosa / melihat

organ dalam / tulang yang patah, maka dengan bantuan pesawat rontgen Sinar X membantu

untuk pencitraan kondisi tulang yang patah didalam. Sehingga dapat mempermudah untuk

membantu pekerjaan dokter. Pesawat Rontgen sederhana ini terdiri dari beberapa komponen

diantaranya yaitu Rangkaian Power Supply, Pemanas Filamen, Rangkaian X Ray tube,

rangkaian HTT, dan rangkaian Timer. Rangkaian – rangkaian tersebut berperan masing

masing sehingga menghasilkan fungsi utama untuk pewawat rontgen konvensional ini.

Adapun beberapa kelebihan dari pesawat rontgen konvensional ini yaitu, Prosesnya

Cepat, mudah, dapat mendeteksi penyakit dalam, serta untuk jangkauan harga yaitu cukup

murah. Sedangkan kekurangannya yaitu gambar / pencitraan yang dihasilkan kurang bagus,

karena superposisi dengan objek lain, untuk prosedur keselamatan tubuh, sebaiknya tidak

berlebihan dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen agar tidak terlalu banyak

radiasi sinar X yang masuk ke dalam tubuh.

3.2 Saran

Pesawat rongen konvensional kurang baik apabila digunakan secara terus menerus, karena

pengaruh dari sinar X, disarankan untuk diagnosa dalam konteks yang sering yaitu dengan alat

yang telah dikembangkan dari pesawat rontgen konvensional untuk mereduksi efek yang

ditimbulkan.