makalah tipoid dan difteri.docx

Upload: septiana-yollandha

Post on 06-Jan-2016

46 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDemam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya. Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypii A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggipada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C. Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.

1.2 Rumusan Masalaha. Apa konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam thypoid ?1.3 Tujuana. Tujuan umum :Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya Demam Thypiod serta mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapanganb. Tujuan khusus :1) Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit Demam Thypoid1.4 Manfaata. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit Demam Thypoidb. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada psien dengan Demam Thypoid

BAB IIPEMBAHASAN

A. Definisi Demam Tifoida. Demam Tifoid (entric fever) adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Thypii, parathypii A, B, C pada saluran pencernaan. (Suratum, 2010) penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan.b. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan (Hasan dan Atlas, 1991). Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam dengan dan memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit kepala (batuk). Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan penyakit lain sudah disisihkan (WHO,2005).B. Etiologi Demam TifoidBakteri Salmonella TyphiWujud dari bakteri tersebut adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, fomitus, etc.C. PatofisiologiKuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya menujulamina propiadan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.KumanSalmonella typi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. KumanSalmonella Typikemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah melaluiductus thoracicus. Kumansalmonella typilain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.Salmonella typibersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian ekperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksinsalmonella typiberperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempatsalmonella typiberkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karenasalmonella typidan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh zat leukosit pada jaringan yang meradang.Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.Hati membesar(hepatomegali)dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa(splenomegali). Di organ ini, kuman S. Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002).D. Gejala dan Tanda Demam TifoidGejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain :1. Demamlebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi.2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.E. Pemeriksaan Diagnostik1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan salmonella sero group D bakteri.2. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi3. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia, etc4. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit5. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi6. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag7. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin)8. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid9. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

F. Penatalaksanaan1. Perawatana) Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan ususb) Mobilisasi sesuai dengan kondisic) Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah dekubitus2. DietDimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan.3. Obat-obatanObat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis 50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemiaObat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)a) Ampisilinb) Amoxicillin

G. Komplikasi1. Perdarahan usus2. Miokarditis3. Peritonitis biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.4. Meningitis ensefalopati5. Bronkopneumonia6. Anemia

BAB IIIASUHAN KEPERWATAN

A. Pengkajian1. IdentitasMeliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, TB, BB, dan tanggal masuk RS.2. Riwayat Keperawatana. Keluhan utamaDemam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.b. Riwayat penyakit sekarang.Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkontaminasi dengan minuman. c. Riwayat penyakit dahulu.Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.d. Riwayat kesehatan keluarga.Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya bersifat fatal.e. Riwayat kesehatan lingkungan.Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengaruh cuaca terutama pada musim hujan sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama pada musim panas.

3. Pola-pola Fungsi Keperawatana. Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.b. Pola nutrisi dan metabolismeAdanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.c. Pola aktifitas dan latihanPasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.d. Pola eliminasiKebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.e. Pola reproduksi dan sexualPada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.f. Pola persepsi dan pengetahuan Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.g. Pola persepsi dan konsep diriDidalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.4. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umumBiasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.b. Kepala dan leherKepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.c. Dada dan abdomenDada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.d. Sistem respirasiApa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.e. Sistem kardiovaskulerBiasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.f. Sistem integumenKulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.g. Sistem eliminasiPada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N -1 cc/kg BB/jam.h. Sistem muskuloskolesalApakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.i. Sistem endokrinApakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.j. Sistem persyarafanApakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

B. Diagnosa Keperawatan1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi Salmonella TyphiiTujuan : suhu tubuh normal/terkontrol.Kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit kembali membaik.a. Observasi suhu tubuhb. Berikan pakaian yang tipisc. Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuhnya menurun.d. Atur ruangan agar cukup ventilasi.e. Berikan kompres dingin.f. Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang disukai anak).g. Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuhnya menurun.h. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian obat secara mencukupi.2. Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah.Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikana. Observasi intake output.b. Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas.c. Jika kesadaran klien masih membaik Berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberikan tahu, telur setengah matang atau matang yang direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu extra.d. Jika kesadaran klien menurun, berikan makanan cair per sonde dan berikan kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap dari cair ke lunak.e. Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien payah (memburuk), seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde, disamping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, sementara setengahnya lagi masih perinfus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk makanan beralih ke makanan biasa.f. Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori/kebutuhan nutrisi .

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan tirah baring.Hasil yang diharapkan : a. Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.b. Penghematan energy : Tingkat pengelolaan energy aktif.Intervensi :1.) Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.2.) Pantau/dokumentasikan pola istirahat pasien dan lamanya.3.) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas fisik , kognitif, social dan spiritual yang spesifik.4.) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.5.) Lakukan tindakan dengan cepat dan sesuai toleransi.6.) Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton tv, radio dan membaca.7.) Ajarkan keluarga atau orang terdekat pasien tentang tehnik perawatan diri.8.) Dapatkan bantuan dari keluarga dalam usaha mendukung dan mendorong pasien dalam menyelesaikan aktivitas.9.) Kolaborasi dengan ahli gizi berdasar program diet yang dicanangkan.10.) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. 4. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.Tujuan : pengetahuan klien dan orang tua klien bertambah dengan adanya informasi.Kriteria hasil : klien akan menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, mengidentifikasi situasi stres dan tindakan khusus untuk menerimanya dan berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup tertentu.a. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.b. Dorong penggunaan tehnik relaksasi dan manajemen stress lain, mis. Visualisasi, bimbingan imajinasi, umpan balik biologi.c. Berikan penyuluhan kepada orang tua tentang hah-hal sebagai berikut : pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain, pasien harus istirahat mutlak, pemberian obat dan pengukuran suhu dilakukan seperti dirumah sakit, feses dan urin harus dibuang kedalam lubang WC dan di siram air sebanyak-banyaknya.

5. Nyeri berhubungan dengan proses peradanganKriteria hasil : - Melaporkan nyeri hilang/terkontrol. - tampak rileks dan mampu tidur dan istirahat dengan tepat.1) Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien. R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot.Ajarkan tehnik nafas dalam R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri2) Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas hiburan yang tepatR/: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian3) Kolaborasi obat-obatan analgetikR/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri

BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanDemam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan ditemukan hamper sepanjang tahun.Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.

B. SaranDari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran untuk selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus higiene dan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.

DAFTAR PUSTAKA

Prince and Willson.2005.Patofisiologi Vol. 2.Penerbit Buku Kedokteran ECG:JakartaMuhammad Ardiansyah.2012.Medikal Bedah.Penerbit Diva Press:JogjakartaArif Muttaqin dan Kumala Sari.2011.Gangguan Gastrointestinal.Penerbit Salemba Medika:Jakarta

Suddarth&Brunner.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 Vol. 2.Suzanne C. Smeltzer.Penerbit Buku Kedokteran ECG:JakartaSodikin.2011.Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Gastrointestinal &Hepatobilier.Penerbit Salemba Medika.JakartaDoenges Marylin E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDifteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease).Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak - anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.1.2 Tujuan 2 Tujuan UmumYaitu, agar Mahasiswa/i memahami tentang penyakit difteri pada anak3 Tujuan KhususYaitu, agar Mahasiswa/i mengetahui dan memahami tentang :1. Definisi difteri2. Etiologi 3. Tanda dan Gejala4. Patofisiologi5. Penatalaksanaan Medis6. Komplikasi 7. Pencegahan8. Danpak hospitalisasi9. Ansuhan Keperawatan

BAB IITINJAUAN TEORI2.1 Definisi Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan oleh corynebacteri um diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling sering pada bulan-bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya imunisasi aktif pada masa anak-anak dini. (Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal. 337)Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya pseudomembran.(Ngastiyah perawatan anak sakit, edisi 2 Hal. 41)Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas murosasaluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan. (www.podnova.com) Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina.

2.2 EtiologiPenyebabnya adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri berkembangbiak pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Beberapa jenis bakteri ini menghasilkan toksin yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak.2.3 Tanda dan GejalaTergantung pada berbagai faktor, maka manifestasi penyakit ini bisa bervariasi dari tanpa gejala sampai suatu keadaan/penyakit yang hipertoksik serta fatal. Sebagai faktor primer adalah imunitas penderita terhadap toksin diphtheria, virulensi serta toksinogenesitas (kemampuan membentuk toksin) Corynebacterium diphtheriae, dan lokasi penyakit secara anatomis. Faktor-faktor lain termasuk umur, penyakit sistemik penyerta dan penyakit-penyakit pada daerah nasofaring yang sudah ada sebelumnya. Masa tunas 2-6 hari. Penderita pada umumnya datang untuk berobat setelah beberapa hari menderita keluhan sistemik. Demam jarang melebihi 38,9o C dan keluhan serta gejala lain tergantung pada lokasi penyakit diphtheria.a) Diphtheria HidungPada permulaan mirip common cold, yaitu pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan. Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinous dan kemudian mukopurulen mengadakan lecet pada nares dan bibir atas. Pada pemeriksaan tampak membran putih pada daerah septum nasi.b) Diphtheria Tonsil-FaringGejala anoroksia, malaise, demam ringan, nyeri menelan. dalam 1-2 hari timbul membran yang melekat, berwarna putih-kelabu dapat menutup tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan palatum molle atau ke distal ke laring dan trachea.c) Diphtheria LaringPada diphtheria laring primer gejala toksik kurang nyata, tetapi lebih berupa gejala obstruksi saluran nafas atas.d) Diphtheria Kulit, Konjungtiva, TelingaDiphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan terdapat membran pada dasarnya. Kelainan cenderung menahun. Diphtheria pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membran pada konjungtiva palpebra. Pada telinga berupa otitis eksterna dengan sekret purulen dan berbau.2.4 PatofisiologiCorynebacterium diphteriae masuk kehidung atau mulut dimana basil akan menempel di mukosa saluran nafas bagian atas, kadang-kadang kulit, mata atau mukosa genital. Setelah 2-4 jam hari masa inkubasi kuman dengan corynephage menghasilkan toksik yang mula-mula diabsorbsi oleh membran sel, kemudian penetrasi dan interferensi dengan sintesa protein bersama-sama dengan sel kuman mengeluarkan suatu enzim penghancur terhadap Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD). Sehingga sintesa protein terputus karena enzim dibutuhkan untuk memindahkan asam amino dan RNA dengan memperpanjang rantai polipeptida akibatnya terjadi nekrose sel yang menyatu dengan nekrosis jaringan dan membentuk eksudat yang mula-mula dapat diangkat, produksi toksin kian meningkat dan daerah infeksi makin meluas akhirnya terjadi eksudat fibrin, perlengketan dan membentuk membran yang berwarna dari abu-abu sampai hitam tergantung jumlah darah yang tercampur dari pembentukan membran tersebut apabila diangkat maka akan terjadi perdarahan dan akhirnya menimbulkan difteri. Hal tersebut dapat menimbulkan beberapa dampak antara lain sesak nafas sehingga menyebabkan pola nafas tidak efektif, anoreksia sehingga penderita tampak lemah sehingga terjadi intoleransi aktifitas.2.5 Penatalaksanaan 2.5.1 Penatalaksanaan medisPengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG yang dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya sampai keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan spesifik.Pengobatan spesifik untuk difteri :- ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.- Antibiotik, diberikan penisillin prokain 5000U/kgBB/hari sampai 3 hari bebas demam. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi ditambahkan kloramfenikol 75mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis.- Kortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat membahayakan, dengan memberikan predison 2mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu. Bila terjadi sumbatan jalan nafas yang berat dipertimbangkan untuk tindakan trakeostomi. Bila pada pasien difteri terjadi komplikasi paralisis atau paresis otot, dapat diberikan strikin mg dan vitamin B1 100 mg tiap hari selama 10 hari.2.5.2 Penatalaksanaan keperawatanPasien difteri harus dirawat di kamar isolasi yang tertutup. Petugas harus memakai gaun khusus (celemek) dan masker yang harus diganti tiap pergantian tugas atau sewaktu-waktu bila kotor (jangan dari pagi sampai malam hari). Sebaiknya penunggu pasien juga harus memakai celemek tersebut untuk mencegah penularan ke luar ruangan. Harus disediakan perlengkapan cuci tangan: desinfektan, sabun, lap, atau handuk yang selallu kering (bila ada tisu) air bersih jika ada kran juuga tempat untuk merendam alat makan yang diisi dengan desinfektan.Risiko terjadi komplikasi obstruksi jalan napas, miokarditis, pneumonia.Pasien difteri walaupun penyakitnya ringan perlu dirawat di rumah sakit karena potensial terjadi komplikasi yang membahayakan jiwanya yang disebabkan adanya pseudomembran dan eksotosin yang dikeluarkan oleh basil difteri tersebut. Sumbatan jalan napas.Kelainan ini terjadi karena adanya edema pada laring dan trakea serta adanya pseudomembran. Gejala sumbatan adalah suara serak dan stridor inspiratoir. Bila makin berat terjadi sesak napas, sianosis, tampak retraksi otot, kedengaran stridor:a. Berikan O2b. Baringkan setengah dudukc. Hubungi dokter.d. Pasang infus (bila belum dipasang)2.6 Komplikasi DifteriRacun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupunorgan lainnya:1) Infeksi tumpangan oleh kuman lainInfeksi ini dapat disebabkan oleh kuman streptokokus dan staphilokokus. Panas tinggi terutama didapatkan pada penderita difteri dengan infeksi tumpangan dengan kuman streptokokus.2) Obstruksi jalan napas akibat membran atau oedem jalan nafasObstruksi ini dapat terjadi akibat membaran atau oedem jalan nafas. Obstruksi jalan nafas dengan sengaja akibatnya, bronkopneumoni dan atelektasis.3) Sistemik MiokarditisSering timbul akibat komplikasi difteri berat tetapi juga dapat terjadi pada bentuk ringan. Komplikasi terhadap jantung pada anak diperkirakan 10-20%. Faktor yangmempengaruhi terhadap niokarditis adalah virulensi kuman. Virulensi makin tinggi komplikasi jantung. Miokarditis dapat terjadi cepat pada minggu pertama atau lambat pada minggu keenam. NeuritisTerjadi 5-10% pada penderita difteri yang biasanya merupakan komplikasi dari difteri berat. Manifestasi klinik ditandai dengan: Timbul setelah masa laten Lesi biasanya bilateral dimana motorik kena lebih dominan dari pada sensorik Biasanya sembuh sempurna.3) Susunan sarafKira-kira 10% penderita difteri akan mengalami komplikasi yang mengenai sistem susunan saraf terutama sistem motorik. Paralysis ini dapat berupa:o Paralysis palatum molleo Manifestasi saraf yang paling seringo Timbul pada minggu ketiga dan khas dengan adanya suara dan regurgitasi hidung, tetapi ada yang mengatakan suara ini timbul pada minggu 1-2o Kelainan ini biasanya hilang sama sekali dalam 1-2 minggu.o Ocular palsyo Biasanya timbul pada minggu kelima atau khas ditandai oleh paralysis dari otot akomodasi yang menyebabkan penglihatan menjadi kabur. Otot yang kena ialah m. rectus externus.o Paralysis diafragmao Dapat terjadi pada minus 5-7o Paralisis ini disebabkan neuritis n. phrenicus dan bila tidak segera diatasi penderita akan meninggal.o Paralysis anggota gerak Dapat terjadi pada minggu 6-10 Pada pemeriksaan didapati lesi bilateral, refleks tendon menghilang, cairan cerebrospinal menunjukan peningkatan protein yang mirip dengan sindrom guillian barre.2.7 Pencegahan a) UmumKebersihan dan pengetahuan tentang bahaya penyakit ini bagi anak-anak. Padaumumnya setelah menderita penyakit diphtheria kekebalan penderita terhadap penyakit ini sangat rendah sehingga perlu imunisasi.b) KhususTerdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Kaji tanda dan gejala umum: apabila terdapat demam tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala dan anoreksia sehingga pasien tampak sangat lemah. Kaji tanda dan gejala lokal: nyeri menelan, bengkak pada leher. Kaji gejala akibat eksotoksin misalnya mengenai otot jantung terjadi miokarditis dan bila mengenai saraf terjadi kelumpuhan. Kaji bila terdapat komplikasi. Pemeriksaan diagnostik: pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan leukositosis polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar albumin, pada urin terdapat albuminuria ringan.

3.2 Diagnosa keperawatan Resiko terjadinya komplikasi obstruksi jalan nafas, miokarditis. Gangguan masukan nutrisi. Gangguan rasa aman dan nyaman Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit difteri. Gangguan hiperterm

3.3 Intervensi Pantau dan cegah adanya komplikasi. Dorong dan dukung asupan dan status nutrisi yang sesuai. Pantau adanya nyeri Berikan dorongan emosional pada anak dan keluarga

3.4 Implementasi KeperawatanLakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang telah anda lakukan tidakan pada pasien.

3.5. Evaluasi Keperawatan Anak tidak menunjukan tanda dan gejala adanya komplikasi / infeksi Fungsi pernafasan anak membaik Tingkat aktifitas anak sesuai dengan usianya

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanDIFTERI sangat rentan pada usia bayi dan anak. Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahayanya baik anak dan desa, proses penularannya oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.3.2 Saran Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran untuk selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus higiene dan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang Difteri..

Daftar Pustaka

1. Stephen S. tetanus edited by.Behrman, dkk. Dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson Hal.1004-07. Edisi 15-Jakarta : EGC, 20002. Merdjani, A., dkk. 2003. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.Badan Penerbit IDAI, Jakarta.3. Dr. Rusepno Hasan, dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid II. Hal 568-72.. Cetakan kesebelas Jakarta: 20054. http://74.125.153.132/search?q=cache:Bmq-xfKW6OsJ:library. usu.ac.id/ download/ fk/ penysaraf-kiking2. pdf+tetanus&cd=1&hl=id&ct= clnk&gl=id . Diakses tanggal 07Juni 2009.

27