makalah thi 2 nuclear jepang (green theory)

21
Kebijakan Energi Nuklir Jepang dilihat dari pemikiran Green Theory pasca Peristiwa Fukushima Daiichi Oleh: Bernadette Aderi P, 1006694321 Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional 2 Universitas Indonesia, Depok Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2012 1

Upload: bernadette-aderi-puspaningrum

Post on 14-Jun-2015

1.260 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 1. Kebijakan Energi Nuklir Jepang dilihat dari pemikiran Green Theory pasca Peristiwa Fukushima Daiichi Oleh: Bernadette Aderi P, 1006694321 Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional 2Universitas Indonesia, DepokFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik2012 1

2. BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPerkembangnya sektor industri dunia umumnya diikuti oleh peningkatan permintaanterhadap kebutuhan bahan dasar produksi yaitu bahan bakar fosil secara terus menerus sejakabad ke 19. Hingga kini, bahan bakar fosil masih menjadi bahan bakar utama yang untukmemenuhi 80% kebutuhan energi dunia.1 Eksploitasi terus menerus yang dilakukan terhadapbahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharukan ini telah semakin terasa dampaknya didunia. Ketidakstabilan harga minyak dunia di tahun 2008 telah memberikan dampaklangsung pada stabilitas ekonomi dunia ketika itu. Hal ini pula lah yang mendorongpenggunaan bahan bakar alternatif untuk sektor industri dunia.Di Asia, jalan tersebut telah dimulai oleh Jepang sejak tahun 1954 yaitu denganmemanfaatkan energi nuklir untuk pemenuhan kebutuhan akan sumber energi di negaratersebut. Saat ini energi nuklir telah memenuhi 30% dari kebutuhan energi Jepang.2Pengalihan bahan bakar fosil ke bahan bakar nuklir sebagai alternative ini tidak hanyadilakukan karena dinilai lebih ekonomis tetapi juga ramah terhadap lingkungan. Jikadibandingkan dengan energi yang mampu dihasilkan oleh bahan bakar fosil, bahan bakarnukllir mampu menghasilkan energi yang beberapa kali lipat lebih besar dengan jumlahbahan bakar yang sama dengan bahan bakar fosil.3 Disamping itu, perhatian dunia terhadapmeningkatnya gas karbon di bumi yang berakibat pada terjadinya munculnya pemanasanglobal mengakibatkan penggunaan nuklir dinilai lebih ramah lingkungan bagi sektor industridi dunia.4Sayangnya hingga kini penggunaan nuklir itu sendiri belum dapat dijamin keamanan danpengaruhnya terhadap lingkungan. Jika ditinjau dari pemikiran green theory, sustainabledevelopment paradox pada dasarnya merupakan masalah yang muncul sebagai tanggapanatas penyelesaian masalah lingkungan yang berusaha digunakan oleh negara tertentu. Gempabumi yang disusul dengan tsunami di Jepang tahun 2011 lalu dalam kenyataannya telah1Michael Meehan, Japans nuclear crisis: policy implications for clean energi, diakses darihttp://venturebeat.com/2011/03/23/japans-nuclear-crisis-policy-implications-for-clean-energi/ pada tanggal 8Mei 2012 pukul 21.18 WIB.2Nuclear Power in Japan, diakses dari http://www.world-nuclear.org/info/inf79.html pada tanggal 8 Mei 2012pukul 20.22 WIB.3The Economics of Nuclear Power,diakses dari http://www.world-nuclear.org/info/inf02.htmlpada tanggal 4Juni 2012 pkul 16.12 WIB.4Nuclear Facts-Nuclear Energy and Clean Air, diakses dari http://www.cna.ca/english/pdf/nuclearfacts/Clean-Air3.pdf pada tanggal 4 Juni 2012 pukul 16.31 WIB.2 3. menimbulkan masalah baru bagi Jepang yang mengganggu 4 pilar utama dari pemikirangreen theory, yaitu ecological responsibility, social justice, non-violence dan grass-rootsdemocracy. Makalah ini mencoba melihat kebijakan pemerintah Jepang dalam masalah-masalah yang muncul akibat sustainable development paradox di Jepang terkait keamananreaktor nuklirnya tersebut.1.2 Rumusan MasalahBagaimana sustainable development paradox menjelaskan kebijakan energi nuklir pascaterjadinya krisis nuklir Fukushima Daiichi pada tahun 2011?1.3 Kerangka PemikiranMakalah ini akan menggunakan konsep sustainable development paradox untuk dapatmenjawab pertanyaan masalah dalam makalah ini. Konsep sustainable developmentparadox pada dasarnya muncul sebagai tanggapan Green critics terhadap konsepecological modernization.Green Critics ecologicalmodernization ecological responsibility, sinergi antara pemerintah dan Dampak social justice,Lingkungan kalangan industri, Sustainable development non-vilonce, Dampak Ekonomi effisiensi dengan grass roots memanfaatkan Dampak Politik democracy.perkembangan teknologi, pembangunan ekonomi yang ramah tehadap lingkungan.SustainableDevelopment Paradox Mendapatkan pengaruh daripemikiran political-sosiological,ecologicalmodernization melihat dibutuhkannya sinergi antara pemerintah dan sektor industri untukmenjaga keseimbangganlingkungan.5 Pemikiranini pada dasarnyaberupayamenggunakan perkembangan teknologi yang ada untuk menciptakan efisiensi dalamproses pembangunan negara atau sering juga disebut sustainable development6. Secara5F.H. Buttel, Ecological Modernization as Social Theory, Geoforum 31 (2000), diakses darihttp://www.ic.ucsc.edu/~rlipsch/EE80S/Buttel.pdf, hlm. 64 pada tanggal 14 Mei 2012 pukul 22.19 WIB.6Ibid., hlm. 633 4. umum pemikiran ini berpandangan bahwa persaingan ekonomi dan inovasi teknologidapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang menggunakan lebih sedikit energi dansumber daya sehingga menghasilkan sedikit limbah per unit GDP. 7 Kehadiran aktor-aktor utama dalam sektor ekonomi dan teknologi tersebut diyakini dapat menghasilkansuatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk mencapai sustainabledevelopment. Namun, besarnya kepercayaan ecological modernization terhadap kemajuanteknologi ini memunculkan berbagai kritik dari kalagan green critics. Sustainable development paradox merupakan tanggapan Green Critics terhadapkonsep sustainable development kalangan ecological modernization. Dalam konsep ini,green critics berargumen bahwa strategi penggunaan teknologi untuk mendorongecological modernization tidak menyediakan sarana untuk mengatasi ketimpangandistribusi risiko ekologis antara kelas sosial yang berbeda.8 Upaya untuk mendorongpertumbuhan untuk dapat memberikan perlindungan lingkungan yang terbaik menurutecological modernization, justru dipandang dapat memunculkan masalah lingkunganyang semakin kompleks menurut green critics. Hal ini lah yang akhirnya memunculkankonsep sustainable development paradox dalam Green theory menurut Robyn Eckersley.Pemikiran sustainable development paradox ini juga didukung oleh pendapatbeberapa ilmuan yang juga mengkritisi konsep ecological modernization. David Goldblattdan James O Connor menggunakan perspektif dunia kapitalis dalam kajiannya terhadapecological modernization. Menurut David Goldblatt dalam memahami krisis lingkungan,ecological modernization telah melimitasi pengaruh dimensi industri terhadap prosesmodernisasi.9 Hal ini menurutnya merupakan salah satu bentuk adanya peranan pentingkapitalisme dalam kerusakan lingkungan. Goldblatt menambahkan, kapitalisme dunia iniberakibat pada tidak mampu dijalankannya sustainable development akibat pembuatankebijakan yang hanya dikendalikan oleh mereka yang memiliki akses terhadap power.Oleh karena itu, green theory hadir sebagi upaya untuk mendorong adanya reflexivemordernization yang melihat secara kritis dan terus-menerus memperjuangkan esensidan pencapaian akhir dari moderninasi itu sendiri.107Robyn Eckersley, Green Theory dalam International Relation Theories; Discipline and Diversity 2nd Edition,(New York: Oxford University Press, 2010), hlm. 264,8Robyn Eckersley, Ibid.9Arthur P J Mol dan Gert Spaargaren, Ecological Modernisation Theory in Debat: A Review dalamEnvironmental Politics, (2000) Hlm. 22.10 Robyn Eckersley, Ibid., hlm. 265.4 5. BAB IIPEMBAHASANBagian kedua dalam makalah ini akan menjelaskan sustainable development paradoxyang dialami Jepang paska Kebocoran nuklir Fukushima Daiichi. Untuk dapat melihatperistiwa tersebut, bagian pembahasan dalam makalah ini akan dibagi menjadi tiga bagian.Pada bagian pertama, makalah ini akan membuktikan upaya Jepang untuk menjalankansustainble development (menurut pemikiran ecological modernization) melalui penggunaanenargi di negaranya. Hal ini menjadi penting karena selanjutnya, pada bagian kedua akandikemukakan pandangan dari green critics yang memiliki pandangan berbeda terkaitsustainable development tersebut. Berlatar belakang peristiwa Fukushima Daiichi tahun2010, green critics mencoba melihat pilar-piar utama dalam menjaga keseimbanganlingkungan terganggu karena kebergantungan Jepang terhadap penggunaan teknologi tenaganuklirnya. Dalam bagian akhir, makalah ini mencoba menunjukan dampak-dampak yangterjadi akibat terganggunya pilar-pilar tersebut akibat sustainable development yangdilakukan Jepang sehingga menempatkan negara ini dalam sustainable development paradoxpasca krisis nuklir Fukushima Daiichi.2.1 Sustainable development sebagai dasar kebijakan energi JepangJepang merupakan negara pengkonsumsi energi terbesar ketiga setelah USA dan Cina. Namun berbeda dengan kedua negara industri tersebut, Jepang lebih banyak mengandalkan impor bahan bakar energi seperti minyak, batu bara dan gas bumi. Hampir 84% kebutuhan energi Jepang didukung oleh sumber daya energi yang diimpor dari berbagai belahan dunia.11 Besarnya nilai impor energi negara ini, tidak diakibatkan oleh langkanya sumber daya energi di Jepang namun lebih pada perhitungan efisiensi. Sejak ditemukannya sumber energi di tahun 1979 telah dilakukan berbagai upaya pengolahan energi di beberapa tempat di Jepang. Akan tetapi, laju program eksplorasi ini kurang diminati karena rendahnya tingkat produksi bila dibandingkan dengan biaya eksploitasi12Memberikan perhatian yang besar terhadap sektor manufaktur sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi sejak tahun 1954 energi nuklir telah mulai dikembangkan.1311 Nuclear Power in Japan, diakses dari http://www.world-nuclear.org/info/inf79.html pada tanggal 8 Mei 2012pukul 20.22 WIB.12 Japan Energy Data, Statistics and Analysis - Oil, Gas, Electricity, Coal, diakses darihttp://205.254.135.7/EMEU/cabs/Japan/pdf.pdf hlm. 7, pada tanggal 14 Mei 2012 pukul 20.43 WIB.13 F.H. Buttel, Ecological Modernization as Social Theory, Log.cit. hlm. 645 6. Tercatat hingga tahun 2009 terdapat kurang lebih 50 reaktor nuklir yang telah beroperasi untuk memenuhi 27% dari total kebutuhan energi Jepang.14 Pengembangan energi nuklir ini sejak awal merupakan program sustainable development untuk turut menjaga keseimbangan lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari tiga aspek sustainable development menurut pandangan ecological modernization, yaitu: 1) adanya sinergi antara pemerintah dan kalangan industri, 2) adanya upaya effisiensi yang dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, 3) terwujudnya pembangunan ekonomi yang ramah tehadap lingkungan. Dengan besarnya kapasitas impor energi sebagai penunjang kebutuhan energi Jepang, faktor kelancaran distribusi energi menjadi penting untuk terus menopang setiap pembangkit energi di Jepang. Perusahaan pemerintah Japan National Oil Corporation (JNOC), pada awalnya mendominasi sektor energi dengan profit yang menjanjikan.15 Hal ini kemudian mendorong bertubuhnya berbagai perusahaan energi domestik yang fokus terhadap jenis-jenis energi tertentu. Menjamurnya perusahaan energi di Jepang disisilain memberikan keuntungan tersendiri bagi pemerintah. Dengan minimnya pengolahan sumber energi domestik, pemerintah Jepang membuka program kerjasama dengan Perusahaan domestik tersebut. Bantuan keuangan melalui The Japan Bank for International Cooperation, merupakan bentuk dukungan pemerintah dengan membantu perusahaan-perusahaan Jepang untuk membeli saham diladang minyak dan gas di seluruh dunia.16 Tujuan pemerintah pada dasarnya adalah untuk memperkuat keamanan pasokan nasional serta menjamin finansial stabilitas mereka. Pada akhirnya program ini juga memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang saling bersinergi untuk menjaga pasokan energi nasional. Pembanguanan ekonomi pada dasarnya juga mendorong adanya peningkatan kebutuhan energi bagi sektor industri. Besarnya energi yang mampu dihasilkan oleh seluruh pembangkit tenaga listrik Jepang, yaitu sebesar 49 GW, menjadikan Jepang sebagai negara ketiga pengguna tenaga nuklir terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Prancis.17 Diketahui bahwa di tahun 2009, pemerintah Jepang sebenarnya telah berencana untuk menggunakan terus meningkatkan penggunaan energi nuklir secara bertahap sebesar 40% di tahun 2017 dan 50% di tahun 2030.18 Pada dasarnya penggunaan14 Japan Energy Data, Statistics and Analysis - Oil, Gas, Electricity, Coal. Log.cit. hlm. 9.15 Ibid.16 Ibid., hlm.4.17 Ibid., hlm. 10.18 Ibid. 6 7. pembangkit nuklir memiliki beberapa kenunggulan. Selain dipandang sebagai pembangkit energi yang bersih, uranium sebagai bahan bakar memiliki energi yang lebih besar di bandingkan batu bara maupun minyak bumi.19 Disamping itu harga yang stabil dari bahan bakar nuklir memeberikan efisiensi dalam proses produksi energi bagi negara- negara yang menggunakannya.20Selama bertahun-tahun, Jepang menjadi negara yang telah mempromosikan energi nuklir di dunia. Dengan menekankan pada keamanan dan kehandalannya, penggunaan energi nuklir di Jepang secara bertahap berhasil menurunkan tingkat emisi karbon di Jepang sebesar 14% pertahunnya.21 Sayangnya, gempa dan tsunami 2011 memberikan pengaruh terhadap perkembangan energi nuklir di Jepang. Kebocoran yang terjadi pada pembangkit nuklir Fukushima Daiichi menunjukan adanya kelemahan terhadap teknologi yang digunakan meskipun telah memenuhi standar pembangunan di Jepang yang anti gempa. Fakta tersebut menempatkan Jepang dalam keadaan krisis nuklir dengan berbagai masalah lingkungan yang serius.2.2 Krisis Nuklir Jepang dilihat dari pandangan Green CriticsKebocoran energi nuklir Jepang telah meningkatkan kekhawatiran masyarakat tidak hanya di Jepang mapupun di dunia. Jepang sebagai negara dengan sistem teknologi yang canggih dilengkapi pula dengan teknisi-teknisi berpengalaman yang expert dibidangnya. Kepercayaan masyarakat Jepang akan penggunaan tenaga nuklir yang bersih dan aman dalam kondisi ini menjadi sangat dipertanyakan. Masalah lingkungan akibat pencemaran radiasi dari pembangkit nuklir yang meledak mengharuskan pemerintah untuk mengambil berbagai kebijakan terkait penyelamatan lingkungan serta perlindungan terhadap warga Jepang pada umumnya. Kebocoran energi ini, jika dilihat dari sudut pandang green critics pada dasarnya telah memberikan dampak terhadap empat pilar green political theory, yaitu:22 1) ecological responsibility, 2) social justice, 3) non-vilonce, 4) grass roots democracy. Keempat pilar green political theory ini pada dasarnya dapat menjadi ukuran sejauh mana pengaruh bencana kebocoran nuklir Fukushima ini menciderai dedikasi Jepang dalam menjaga stabilitas lingkungannya.19 Bruno Comby, The Benefits Of Nuclear Energy, diakses darihttp://www.ecolo.org/documents/documents_in_english/BENEFITS-of-NUCLEAR.pdf, pada tanggal 13 Mei2012 pukul 19.53 WIB.20 Ibid.21 Japan Energy Data, Statistics and Analysis - Oil, Gas, Electricity, Coal. Log.cit., hlm. 10.22 Robyn Eckersley, Ibid., hlm. 260.7 8. Meledaknya reaktor nuklir nomor 1 Fukushima Daiichi menyebabkan meningkatnya tingkat radiasi nuklir hingga mencapai pada level yang berbahaya. Pemerintah Jepang melalui Prime Minister Kan mengeluarkan kebijakan evakuasi pada lingkar 20 km dari wilayah pembangkit nuklir Fukushima tersebut.23 Kondisi yang tidak kunjung stabil membuat lingkar daerah evakuasi diperluas menjadi 30 km dari pembangkit nuklir Fukushima. Dalam tingkat radiasi nuklir yang sangat berbahaya ini, para pekerja di pembangkit nuklir tersebut tetap menjalankan tugasnya. Sesungguhnya tidak banyak yang dapat mereka lakukan terutama akibat sudah terkontaminasinya udara dengan radiasi tinggi serta padamnya listrik akibat gempang dan tsunami yang terjadi sebelumnya. Perintah penarikan pekerja dari daerak reaktor nuklir sempat digulirkan, namun Prime Minister Kan dalam kebijakannya menolak penarikan total pekerja di Fukushima Daiichi. Menurutnya, keputusan ini diambil dalam kondisi tersulit dimana pemerintah tidak dapat membiarkan saja reaktor yang tersisa dan tidak melakukan upaya apapun untuk berusaha menurunkan radiasi nuklir di wilayah tersebut. Kebijakan pemerintah Jepang terkait penanganan kebocoran nuklir Fukushima Daiichi ini disisi lain memunculkan kontroversi tersendiri. Kondisi reaktor nuklir yang kian memburuk menempatkan pemerintah Jepang dalam tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi warga negaranya sendiri. Perluasan wilayah evakuasi disatu sisi menjadi bentuk perlindungan pemerintah akan warga negaranya namun disisi lain dapat bentuk mangkir pemerintah akan kerusakan lingkungan sekitar. Hal ini lah yang mendasari kebijakan Prime Minister Kan untuk tidak mengijinkan para pekerja di reaktor nuklir Fukushima Daiichi untuk tetap tinggal dan terus berusaha mengendalikan keadaan sehingga tingkat radiasi dapat terus ditekan.24 Disaat yang bersamaan pemerintah dalam conference press-nya masih bersikeras bahwa kondisi nuklir masih terkendali dan menutupi keadaan reaktor nuklir yang dalam kenyataannya masih terus memancarkan radiasi tinggi.25 Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang ini ditanggapi beragam oleh masyarakat internasional. Gelombang protes mulai bermunculan terutama terkait pelanggaran HAM23 The Evacuation Zones Around the Fukushima Daiichi Nuclear Plant,diakses dari http://www.nytimes.com/interactive/2011/03/16/world/asia/japan-nuclear-evaculation-zone.html,pada tanggal 14 Mei 2012 pukul 19.34 WIB.24 Ben Cubby, Q&A: what is the radiation risk and how far will the danger spread?, diakses darihttp://www.smh.com.au/environment/energy-smart/qa-what-is-the-radiation-risk-and-how-far-will-the-danger-spread-20110315-1bw1e.html, pada tanggal 3 Juni 2012 pukul 19.32 WIB.25 Inside Japans Nuclear Meltdown, diakses dari http://video.pbs.org/video/2202847024, pada tanggal 14 Mei2012 pukul 21.29 WIB. 8 9. yang disinyalir dilakukan oleh pemerintah Jepang dengan terus memaksa para pekerja di reaktor nuklir Fukushima untuk terus menjalankan tugasnya.26 Radiasi nuklir tidak hanya mencemari lingkungan dari udara, tanah hingga air namun juga sangat berbahaya bagi manusia. Laporan WHO menyebutkan radioaktif dari radiasi nuklir Jepang juga turut mencemari lautan pasifik.27 Hal ini dipandang sebagai sesuatu yang sangat mengkhawatirkan dimana kontaminasi radioaktif pada air berarti juga kontaminasi radio aktif pada berbagai makhluk hidup di dalamnya. Perhatian WHO ini beralasan, terutama karena Lautan Pasifik merupakan jalur migrasi hewan-hewan laut dunia. Ditambah lagi, upaya pemerintah Jepang untuk tetap menyembunyikan informasi sebenarnya terkait keadaan reaktor nuklir Fukushima dipandang sebagai bentuk pembohongan publik dan memunculkan reaksi keras dari masyarakat Jepang sendiri.28Berbagai masalah yang muncul sebagai akibat dari pencemaran radiasi nuklir Fukushima Daiichi ini mulai menyadarkan masyarakat akan dampak yang besar yang muncul sebagai resiko dari pengembangan pembangkit energi nuklir yang selama ini Jepang gunakan. Ketidakmampuan pemerintah menstabilkan kembali reaktor Fukushima Daiichi semakin memeperbesar pesimistis masyarakat akan penggunaan energi ini. Pergerakan masyarakat anti-nuklir mulai bermunculan di Jepang.29 Keputusan Prime Minister Kan untuk mempertahankan reaktor nuklir justru terus dikritisi oleh masyarakat terutama karena besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Jepang.302.3 Suatainable Development Paradox dalam Kebijakan Energi Nuklir JepangJika dilihat dari masalah yang muncul dari empat sektor yang menjadi pilar utama dari green politics itu sendiri, kekhawatiran terhadap bahaya radiasi nuklir pada dasarnya bukan menjadi masalah satu-satunya yang di hadapi Jepang. Di hentikannya penggunaan pembangkit nuklir di Jepang menimbulkan pertanyaan baru terkait pemenuhan lebih dari 12.000 MW kapasitas nuklir di Fukushima, Onagawa, dan fasilitas Tokai setelah gempa26 Kyung Lah - CNN, Workers find lethal radiation levels at Fukushima Daiichi, diakses darihttp://articles.cnn.com/2011-08-01/world/japan.fukushima.radiation_1_fukushima-daiichi-naoki-tsunoda-chernobyl?_s=PM:WORLD, pada tanggal 3 Juni 2012 pukul 19.03 WIB.27 NOAA-EPA-FDA Statement, "U.S. Seafood Safe and Unaffected by Radiation Contamination from JapaneseNuclear Power Plant Incident; U.S. Monitoring Control Strategy Explained", diakses darihttp://www.fda.gov/ucm/groups/fdagov-public/@fdagov-foodsgen/documents/document/ucm253896.pdf padatanggal 14 Mei 2012 pukul 21.23 WIB.28 Kazuaki Nagata, Fukushima Meltdowns Set Nuclear Energy Debate On Its Ear, diakses darihttp://www.japantimes.co.jp/text/nn20120103f1.html pada tanggal 14 Mei 2012 pukul 20.12 WIB.29 Ibid.30 Thousands protest against nuclear power in Japan, diakses darihttp://www.channelnewsasia.com/stories/afp_asiapacific/view/1154084/1/.html, pada tanggal 14 Mei 2012pukul 22.21 WIB.9 10. dan tsunami.31 Pemerintah dalam hal ini dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang sulit dalam pembuatan kebijkan energi Jepang setelah diragukannya keamanan dari teknologi nuklir energi yang telah digunakan selama lebih dari 50 tahun sejak dikembangkannya.Satu tahun pasca gempa dan tsunami Jepang, penelitian terhadap proses penangan masalah energi nuklir serta berbagai kontroversi didalamnya mendapatkan perhatian dari beberapa ilmuan. Berbagai kebijakan energi coba rancang sebagai pengganti penggunaan pembangkit nuklir yang kini dipandang mengkhawatirkan. Hingga keputusan untuk meninggalkan penggunaan energi nuklir sepenuhnya di Jepang diambil oleh pemerintah yang juga didorong oleh gerakan sosial masyarakat yang kini merasakan ancaman dari bahaya nuklir bagi kehidupan manusia secara langsung. Rencana kebijakan energi Jepang yang bertekat menggunakan nuklir sebagai penopang 50% energi dari seluruh Table 2.1 1. Sumber: Greenpeace, the advance d energi, (Europan renewable energi council, 2011) kebutuhannya ditahun 2030 kini berubah 180o menjadi 0% nuklir energi di tahun 2050.32 Kebiakan energi ini tentunya turut memberikan dampak kepada pemerintah baik dari segi politik maupun ekonomi.Dilihat dari sudut pandang ekonomi, gempa dan tsunami tahun 2011 lalu secara langsung telah berdampak pada tingkat ekspor dan impor Jepang. Sayangnya perkembangan keduanya berjalan secara berlawanan dan cenderung negative. Menurunnya ekspor manufaktur Jepang akibat gempa dan tsunami berbanding terbaling dengan peningkatan impor minyak bumi sebagai alternative energi dengan harga yang31Japan Energy Data, Statistics and Analysis - Oil, Gas, Electricity, Coal. Log.cit., hlm. 10.32Fukushima: the consequences , diakses darihttp://www.iiss.org/publications/strategic-comments/past-issues/volume-18-2012/march/fukushima-the-consequences/ pada tanggal 13 Mei 2012 pukul 22.15 WIB.10 11. mahal akibat gejolak politik di Timur Tengah.33 Hal ini menurut Financial Times pada 17 April 2012, telah meningkatkan tingginya resistensi ekonomi Jepang terhadap harga 34 minyak dunia.Defisit berada pada 1.5tn yen (US $ 19bn, 12 milyar) karena ekspor merosot 9,3% dari tahun sebelumnya, sementara impor naik 9,8%.35 Diperkirakan LPG atau gas alam yang akan lebih banyak digunakan sebagai pembangkit energi Jepang kelak dalam kebijakan energinya yang baru. Namun penggunaan gas alam ini juga masih memiliki masalah tertentu. Masih minimumnya pembangkit listrik tenaga LPJ di Jepang mengharuskan negara ini untuk berpacu dengan waktu untuk dapat menstabilkan kebutuhan energinya.36. Disamping itu, kekhawatiran lain juga muncul dari sektor industri terkait kapabilitas mesin-mesin industri Jepang yang dikhawatirkan tidak cocok dengan energi baru yang ingin digunakan.37 Meskipun penggunaan gas alam dilihat sebagai sumber energi yang ramah linkungan, harga gas alam yang cenderung tidak dapat diprediksi merupakan perhitungan lain yang turut dikhawatirkan oleh pemerintah Jepang.38 Krisis Nuklir Jepang disisilain juga berpengaruh pada bidang politik domestik maupun mancanegera dari negara ini. Secara domestik, Kontroversi mengenai lambannya penanganan pemerintah di bawah pimpinan Prime Minister Naoto Kan memunculkan antipati masyarakat terhadap Partai Demokrat sebagai simpatisan dari partai tersebut.39 Seperti yang telah dijelaskan pada bagian kedua dari pembahasan ini, kebijakan Prome Miister Naoto Kan selama menangani masalah reaktor nuklir Fukushima Daicii, dinilai telah mengacuhkan nilai-nilai kemanusiaan.40 Hal ini pula lah yang mendorong gerakan anti nuklir di Jepang yang menuntut dilakukannya penutupan seluruh reaktor nuklir karena beresiko tinggi tidak hanya pada lingkungan namun juga masyarakat disekitarnya. Selama proses penanganan masalah krisis nuklir ini pula, Jepang mendapatkan banyak bantuan dari negara-negara di dunia. Amerika Serikat sebagai aliansi utama Jepang mengirimkan bantuan berupa pengadaan pesawat untuk membantu proses33 Ken Koyama, Japans Record High Trade Deficit of 4,4 Trillion Yen Energy Problem, diakses darihttp://eneken.ieej.or.jp/data/4325.pdf pada tanggal 14 Mei 2012 pukul 22.32 WIB.34 Ibid.35 Japans trade deficit hits record high on fuel imports, diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/business-17093255 diperbaharui pada tanggal 20 February 2012.36 Dr.Fereidun Fesharaki, Japan Government Energi Policy: The Role of US LNG Exports, diakses darihttp://www.hcasia.safan.com/mag/hca0112/r20.pdf, pada tanggal 14 Mei 2012 pukul 21.48 WIB.37 Ibid.38 Ibid.39 Andrei Ilyashenko,Fukushima forces change in Russian-Japanese energi relations, diakseshttp://indrus.in/articles/2012/03/12/fukushima_forces_change_in_russian-japanese_relations_15043.html,diperbaharui tanggal 12 March 2012.40 Ibid. 11 12. evakuasi masyarakat di sekitar reaktor nuklir maupun evakuasi korban gempa dan tsunami.41 Disamping itu, kedatangan ilmuan di bidang energi nuklir dari Amerika Serikat membantu pencarian solusi terkait tingginya tingkat radiasi pasca meledaknya reaktor satu Fukushima melalui penyemprotan air secara langsung ke atas reaktor dengan bantuan helicopter.Adanya perubahan dalam impor sumber daya energi yang dilakukan Jepang pasca bencana nuklir Fukushima, turut memberikan perubahan terhadap kecenderungan kerjasamanya. Peningkatan intensitas hubungan dagang Jepang tersebut nyatanya tidak terlepas dari permainan politik negara-negara besar di dunia. Pengaruh politik Amerika Serikat terlihat dari adanya pembatasan impor minyak bumi dari Iran yang terpaksa dilakukan setelah diberlakukannya sanksi terhadap Iran.42 Hal ini berdampak pada beralihnya sasaran kerjasama ke China, India and South Korea. Kerjasama dengan Rusia dan Siberia juga coba dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan minyak bumi dan gas alam. Pasca terjadinya bencana gempa dan tsunami, Rusia telah menyatakan minatnya untuk meningkatkan kerjasama impor gas dengan Jepang.43 Kerjasama ini pun tidak berjalan dengan mudah. Persaingan pasar energi dan kontestasi politik nyatanya masih terasa dan merupakan suatu hal yang dianggap sensitive terutama bagi Amerika Serikat. Kecurigaan akan adanya pembangunan pipa gas Rusia yang juga menjadi perbincangan negara-negara di Eropa.4441Inside Japans Nuclear Meltdown, diakses dari http://video.pbs.org/video/2202847024, pada tanggal 14 Mei2012 pukul 21.29 WIB.42 Ibid.43Ibid.44Ibid.12 13. BAB IIIKESIMPULANPenggunaan energy adalah merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi negarauntuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya. Jepang merupakan negarakonsumen energy terbesar ketiga di dunia yang berhasil melakukan penurunan emisi karbontiap tahunnya meskipun industri manufaktur tetap menjadi pendorong utama perekonomiannegara ini. Dikembangkannya energy nuklir sejak tahun 50-an merupakan salah satu faktorkeberhasilan Jepang untuk tetap melakukan sustainable development melalui penggunaanteknologi nuklir yang dikembangkannya. Sayangnya, kebocoran pembangkit nuklirFukushima Daiichi akibat gempa dan tsunami di tahun 2011 telah menimbulkan masalah barutidak hanya pada pencemaran lingkungan namun juga berpengaruh pada perubahan sistemenergy di Jepang. Hal ini secara sistemik telah memunculkan kerusakan lingkungan yanglebih besar akibat bertambah bertambah besarnya kapasitas sumber daya alam yang harusdieksplotasi sebagai pengganti energy nuklir yang dipakai oleh jepang sebelumnya.Disamping itu, perubahan kebijakan energy Jepang sebesar 27% dari total energykonsumsinya juga berdampak pada ekonomi dan stabilitas politik di Jepang. Masalah-masalah yang muncul akibat kerusakan pada teknologi tenaga nuklir Jepangini merupakan sustainable development paradox yang dihadapi oleh Jepang akibatkepercayaannya atas kemajuan dan kehandalan teknologi yang mereka miliki. Tidak hanyadampak kerusakan lingkungan, namun peristiwa Fukushima Daiichi telah memberikandampak pada sektor ekonomi dan politik di Jepang. Radiasi tinggi yang telah menyebar kewilayah-wilayah di Jepang tidak hanya mengganggu kesehatan masyarakat Jepang namunjuga bidang pertanian Jepang kedepannya. Telah disebutkan pula sebelumnya, perubahankebijakan energi Jepang yang tadinya merencanakan penggunaan 50% energi nuklirdinegaranya menjadi 0% energi nuklir berdampak pada meningkatnya pengeluaran negarauntuk mengimpor minyak , batu bara dan sumber energi pengganti lainnya. Di samping itu,gelombang kekecewaan masyarakat akan penangan pemeritah terkait masalah energi inimemunculkan pergolakan politik menentang Partai Demokrat di Jepang. Menyadari hal tersebut Green theory melihat berbagai masalah yang muncul padadasarnya telah memberikan dampak pada tidak berjalan dengan baiknya perlindunganterhadap ecological responsibility, social justice dan non-violence sehingga mendorongadanya gerakan grass roots democracy yang menjadi korban dari kesalahan yang terjadi didalam sistem pemerintahan Jepang. Pergerakan ini pada akhirnya dapat dikatakan berhasilkarena dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah hingga pada tanggal 05 Mei 2012pemerintah Jepang memuntuskan untuk menonaktifkan semua reaktor nuklir komersil diJepang. 13