makalah tgs pc 2 step

25
BAB I PENDAHULUAN A. Definisi Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa. Suatu Intoleransi karbohidrat ringan ( toleransi glukosa terganggu ) maupun berat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan berlangsung (1). B. Etiologi Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta (organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah. Selama masa kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Dalam menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak. Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin (sekitar tiga kali jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan GDM (2).

Upload: katarina-thealuffy-agrippina

Post on 05-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

gestational

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tgs PC 2 Step

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa.

Suatu Intoleransi karbohidrat ringan ( toleransi glukosa terganggu ) maupun berat yang

terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan berlangsung (1).

B. Etiologi

Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta (organ

yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu pergeseran dari

ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk membantu mencegah ibu

dari mengembangkan gula darah rendah. Selama masa kehamilan, hormon ini

menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih

tinggi). Dalam menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak.

Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin (sekitar tiga kali jumlah normal)

untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun, jika pankreas

tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan

hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan GDM (2).

C. Faktor Risiko

Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko terkena GDM selama kehamilan : Kelebihan

berat badan sebelum hamil (lebih 20% dari berat badan ideal). Gangguan toleransi

glukosa atau glukosa puasa terganggu. Riwayat keluarga diabetes (jika orang tua atau

saudara kandung memiliki diabetes). Sebelumnya melahirkan bayi lebih dari 4 kg.

Kehamilan pertama sudah mengalami diabetes. banyak cairan ketuban dikeluarkan

(suatu kondisi yang disebut polihidramnion) (2).

D. Patogenesis

Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenik ditandai dengan resistensi insulin dengan

peningkatan kompensasi sebagai respon β-sel dan hiperinsulinemia. Resistensi insulin

biasanya dimulai pada trimester kedua dan memaju ke seluruh sisa dari kehamilan.

Page 2: Makalah Tgs PC 2 Step

Plasenta sekresi hormon seperti progesteron, kortisol laktogen, plasenta, prolaktin, dan

hormon pertumbuhan, merupakan penyumbang utama pada resistensi insulin yang

terlihat dalam kehamilan. Resistensi pada insulin mungkin berperan dalam memastikan

bahwa janin memiliki tenaga yang cukup dari glukosa dengan mengubah metabolisme

energi ibu dari karbohidrat ke lemak. Wanita dengan GDM memiliki keparahan yang

lebih besar dari resistensi insulin dibandingkan dengan resistensi insulin terlihat pada

kehamilan normal. Mengalami penurunan dan peningkatan sekresi insulin, khususnya

pada fase pertama sekresi insulin. Penurunan pada insulin fase pertama mungkin

menandakan kerusakan fungsi sel β. Wanita dengan GDM meningkatkan resistensi

terhadap pengaruh insulin pada clearance glukosa dan produksi glukosa dibandingkan

dengan wanita hamil normal. Kebanyakan wanita dengan GDM yang memiliki bukti

autoimun sel islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada wanita dengan GDM

berkisar 1,6-38%. Prevalensi autoantibodi lain, termasuk autoantibodi insulin dan

antibodi asam glutamat dekarboksilase. Wanita-wanita ini mungkin menghadapi risiko

untuk mengembangkan bentuk autoimun diabetes di kemudian hari. Akhirnya, dalam 5%

dari semua kasus GDM, ketidakmampuan β-sel untuk menurunkan resistensi insulin

adalah hasil dari cacat di β -sel, seperti mutasi pada glukokinase (2).

E. Gejala Klinis

Diabetes mellitus gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak kasus) diabetes

dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk menangani

gula selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi glukosa atau intoleransi

karbohidrat. Tanda dan gejala dapat termasuk: adanya gula yang terkandung dalam urin,

sering merasa haus, sering buang air kecil, kelelahan, mual, sering terjadi infeksi saluran

kemih, vagina dan kulit, penglihatan kabur (2).

F. Diagnosis (1)

Semua ibu hamil dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan untuk melihat adanya

diabetes melitus gestasional, namun waktu dan jenis pemeriksaannya bergantung

pada faktor risiko yang dimiliki ibu.

Faktor risiko diabetes melitus gestasional meliputi: obesitas, adanya riwayat diabetes

melitus gestasional sebelumya, glukosuria, adanya riwayat keluarga dengan

diabetes, abortus berulang, adanya riwayat melahirkan dengan cacat bawaan atau

Page 3: Makalah Tgs PC 2 Step

bayi dengan berat badan >4 Kg, dan adanya riwayat preeklampsia (suatu kondisi

medis dengan gejala hipertensi saat kehamilan).

Pasien dengan faktor risiko tersebut perlu diperiksa lebih lanjut sesuai standar

diagnosis diabetes melitus di kunjungan antenatal pertama. Diagnosis diabetes

melitus bila kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl (disertai gejala klasik

hiperglikemia) atau kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl atau kadar glukosa 2 jam

setelah TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)>200 mg/dl atau kadar HbA1C >6,5%.

Hasil yang lebih rendah perlu dikonfirmasi dengan melakukan pemeriksaan TTGO

di usia kehamilan antara 24-28 minggu.

Pemeriksaan konfirmasi dan pemeriksaan untuk ibu hamil tanpa faktor risiko

dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu, dengan cara sebagai berikut:

a. Minta ibu untuk makan makanan yang cukup karbohidrat selama 3 hari,

kemudian berpuasa selama 8-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.

b. Periksa kadar glukosa darah puasa dari darah vena di pagi hari, kemudian

diikuti pemberian beban glukosa 75 gram dalam 200 ml air, dan pemeriksaan

kadar glukosa darah 1 jam lalu 2 jam kemudian.

c. Diagnosis diabetes melitus gestasional ditegakkan apabila ditemukan:

a) Kadar gula darah puasa > 92 mg/dl, atau

b) Kadar gula darah setelah 1 jam > 180 mg/dl, atau

c) Kadar gula darah setelah 2 jam > 153 mg/dl.

Page 4: Makalah Tgs PC 2 Step

G. Tatalaksana (1)

1. Tatalaksana Umum

a. Penatalaksanaan diabetes melitus gestasional dilakukan secara terpadu oleh

dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, ahli gizi,

dan dokter spesialis anak.

b. Sedapat mungkin rujuk ibu ke rumah sakit untuk mendapatkan penatalaksanaan

yang adekuat.

c. Jelaskan kepada pasien bahwa penatalaksanaan diabetes melitus gestasional dapat

mengurangi risiko memiliki bayi besar, mengurangi kemungkinan terjadinya

hipoglikemia neonatal, dan mengurangi kemungkinan bayi mengidap diabetes di

usia dewasa kelak.

2. Tatalaksana Khusus

a. Tujuan penatalaksanaan adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa

darah puasa <95mg/dl dan kadar glukosa 2 jam sesudah makan <120 mg/dl.

b. Pengaturan diet perlu dilakukan untuk semua pasien:

a) Tentukan berat badan ideal: BB ideal = 90% x (TB-100)

Page 5: Makalah Tgs PC 2 Step

b) Kebutuhan kalori = (BB ideal x 25) + 10-30% tergantung aktivitas fisik +

300 kal untuk kehamilan

c) Bila kegemukan, kalori dikurangi 20-30% tergantung tingkat kegemukan.

Bila kurus, ditambah sekitar 20-30% sesuai kebutuhan untuk meningkatkan

berat badan.

d) Asupan protein yang dianjurkan adalah 1-1,5 g/kgBB

c. Pemberian insulin dilakukan di rumah sakit dan dipertimbangkan bila pengaturan

diet selama 2 minggu tidak mencapai target kadar glukosa darah.

d. Pemberian insulin dimulai dengan dosis kecil yaitu 0,5-1,5 unit/kgBB/ hari.

e. Pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan pemeriksaan tinggi fundus uteri,

USG, dan kardiotokografi.

f. Penilaian fungsi dinamik janin plasenta (FDJP) dilakukan tiap minggu sejak usia

kehamilan 36 minggu :

a) Skor <5 merupakan tanda gawat janin dan indikasi untuk melakukan seksio

sesarea. Lakukan amniosentesis dahulu sebelum terminasi kehamilan bila

usia kehamilan <38 minggu untuk memeriksa kematangan janin.

b) Skor >6 menandakan janin sehat dan dapat dilahirkan pada umur kehamilan

aterm dengan persalinan normal.

g. Bila usia kehamilan telah mencapai 38 minggu dan janin tumbuh

normal, tawarkan persalinan elektif dengan induksi maupun seksio sesarea

untuk mencegah distosia bahu.

h. Lakukan skrining diabetes kembali 6-12 minggu setelah bersalin. Ibu dengan

riwayat diabetes melitus gestasional perlu diskrining diabetes setiap 3 tahun

seumur hidup.

Page 6: Makalah Tgs PC 2 Step

BAB II

ISI

Kasus : Diabetes Melitus pada ibu hamil

Ny. X 30 tahun, sedang hamil 8 minggu, seminggu yang lalu periksa ke RS dengan

keluhan mual muntah di pagi hari. Oleh dokter diresepkan domperidon 2x1 tab dan

ranitidin 150 mg 2x1 tab. Sampai sekarang masih terasa mual-mual. Dari riwayat keluarga

diketahui ternyata ibunya dulu pernah mengalami diabetes gestasional. Ny X alergi

terhadap Penicillin. Saat ini pasien juga mengeluhkan sering susah BAB dan berencana

membeli pencahar (obat bebas) di apotek anda.

Data laboratorium:

TD : 110/70 mmHg

TB : 165 cm

Suhu : 39°C

BB : 55 kg

HR : 75x/menit

RR : 18x/menit

Glukosa plasma puasa: 120 mg/dl (normal : < 90 mg/dl (3).

Glukosa 2 jam PP : 180 mg/dl (normal 2 jam pasca puasa < 145 mg/dl (3).

Data subjektif Data objektif ( laboratorium) Terapi

Nama: Ny X

Umur : 30 tahun

Keluhan :

seminggu periksa ke R.S

dengan mual-mual

susah BAB

riwayat :

ibu pernah menderita GDM

alergi : penisilin

TD : 110/70 mmHg

TB : 165 cm

Suhu : 39°C

BB : 55 kg

HR : 75x/menit

RR : 18x/menit

Glukosa PP : 120 mg/dl

Glukosa 2 jam PP: 180

mg/dl

Mual :

domperidom 2x1 tab

ranitidin 150 mg

2x1 tab

Susah BAB

obat pencahar (obat

bebas) di apotek

Page 7: Makalah Tgs PC 2 Step

1. Step 1 : menilai kebutuhan terapi obat pasien dan mengidetifikasi masalah terapi obat

secara aktual dan potensial

Drug teraphy problems Descriptions

Membtuhkan terapi obat tetapi tidak

diberikan (actual problems)

Pasien mengalami demam dengan suhu

tubuh 39 C tetapi pasien tidak diberi

antipiretik

Gangguan kadar glukosa tidak diterapi

Merima obat yang tidak perlu Penggunaan obat pencahar pada ibu hamil

harus hati-hati yang mempunyai efek

tidak menguntungkan pada janin seperti

yang dapat memperbesar volume tinja,

melunakkan tinja, dan merangsang otot

usus. Sehingga dapat menyebabkan

kejang usus pada ibu hamil. Obat

pencahar yang aman untuk ibu hamil

yaitu tidak boleh digunakan dalam jangka

waktu lama

Menerima obat tanpa indikasi yang tepat Tidak ada diagnosa yang tepat bahwa

pasien mengalami gangguan

gastrointestinal (gangguan lambung)

sehingga pemberian ranitidin 150 mg

terhadap pasein perlu ditinjau kembali

Adverse Drug Reaction (ADR) Domperidone termasuk golongan obat C

untuk ibu hamil, maksudnya golongan

obat yang pada studi terhadap sistem

reproduksi hewan percobaan

menunjukkan efek samping bagi janin.

Sedangkan pada wanita hamil belum ada

study terkontrol. Obat golongan ini hanya

dapat dipergunakan jika manfaatnya lebih

besar ketimbang resiko yang mungkin

terjadi pada janin.

Page 8: Makalah Tgs PC 2 Step

2. Step 2: mengembangkan rencana pengobatan untuk menyelesaikan dan atau

mencegah timbulnya masalah-masalah yang berhubungan dengan terapi

Drug terapi problem Planing pengembangan pengobatan

Indikasi yang tidak diobati

(Pasien mengalami demam dengan suhu

tubuh 39 C tetapi pasien tidak diberi

antipiretik)

Menurunkan suhu tubuh menjadi suhu

normal 370C

Indikasi yang tidak diobati

(Gangguan kadar glukosa tidak diterapi

Perlu menurunkan kadar glukosa darah

menjadi normal

Obat tanpa indikasi yang tepat

(Penggunaan obat ranitidin )

Pengobatan untuk keluhan mual dapat

diterapi dengan non farmakologis

sehingga pemberian ranitidin perlu

dihentikan

Menerima obat yang tidak perlu

(membeli obat pencahar , obat bebas)

Susah BAB sebaiknya diatasi dengan

terapi non farmakologis dan jika masih

tetap berlanjut maka diberikan obat oral

dengan pilihan yang lebih aman terhadap

wanita hamil

Reaksi obat yang merugikan

( pemberian domperidom )

Domperidom dapat beresiko terhadap

janin sehingga pemberian domperidom

dapat diganti dengan ondansetron yang

lebih aman tehadap pasien wanita hamil

3. Step 3: Melaksanakan atau mengimplementasikan rencana pengobatan

Drug terapi problem Melaksanakan atau

mengimplementasikan rencana

pengobatan

Indikasi yang tidak diobati

(Pasien mengalami demam dengan suhu

tubuh 39 C tetapi pasien tidak diberi

antipiretik)

Suhu tubuh 39OC tidak normal, dimana

suhu manusia normal maksimal 37,5oC.

Obat yang disarankan yaitu Paracetamol

tetapi tidak boleh langsung diberikan pada

pasien karena pada wanita hamil tidak

Page 9: Makalah Tgs PC 2 Step

boleh memberikan obat secara asal karena

dapat beresiko terhadap janin ataupun

terhadap ibu hamilnya sendiri sehingga

pasien disarankan untuk konsultasi dulu

ke dokter.

Indikasi yang tidak diobati

(Gangguan kadar glukosa tidak diterapi)

Dengan obat sesuai resep dokter

(konsultasi ke dokter terlebih dahulu).

Kebanyakan pasien diobati hanya dengan

modifikasi diet dan olahraga moderat

tetapi untuk beberapa antidiabetes

digunakan obat (insulin) sebagai terapi

farmakologi (www.news-medical.net).

Obat tanpa indikasi yang tepat

(Penggunaan obat ranitidin )

Penggunaan ranitidin diindikasikan untuk

gangguan pencernaan (gangguan

lambung). Keluhan mual-mual pada

pasien hamil kemungkinan tidak

disebabkan oleh gangguan lambung tetapi

ada faktor peningkatan hormon estrogen

sehingga ranitidin sebaikkan tidak

diberikan atau dihentikan.

Menerima obat yang tidak perlu

(membeli obat pencahar , obat bebas)

Penggunaan obat pencahar pada ibu hamil

harus hati-hati yang mempunyai efek tidak

menguntungkan pada janin seperti yang

dapat memperbesar volume tinja,

melunakkan tinja, dan merangsang otot

usus. Sehingga dapat menyebabkan kejang

usus pada ibu hamil.

Contoh obat pencahar yang aman

digunakan untuk ibu hamil yaitu

metilselulose dan polikarboksil. Contoh

merk dagang dari metilselulosa yaitu

Citrucel, sedangkan untuk Polikarboksil

yaitu Mitrolan (www.medscape.com)

Page 10: Makalah Tgs PC 2 Step

Reaksi obat yang merugikan

( pemberian domperidom )

Domperidone termasuk golongan obat C

untuk ibu hamil, maksudnya golongan

obat yang pada studi terhadap sistem

reproduksi binatang percobaan

menunjukkan adanya efek samping bagi

janin. Sedangkan pada wanita hamil

belum ada study terkontrol. Obat

golongan ini hanya dapat dipergunakan

jika manfaatnya lebih besar ketimbang

resiko yang mungkin terjadi pada janin.

Untuk itu sebaiknya domperidone diganti

dengan Ondansetron atau vitamin B6

karena menurut penelitian tidak ada resiko

terhadap fetus

Perlu penanganan nonfarmakologis:

Prinsip penanganan non farmakologi pada

ibu hamil untuk menangani kasus mual

dan muntah ini yaitu makan dalam porsi

kecil akan tetapi sering, makan dan

minum dalam keadaan hangat. Terapi

nonfarmakologi dilakukan dengan cara

pengaturan diet, dukungan emosional,

akupuntur, dan jahe

4. Step 4 : monitoring atau meninjau rencana pengobatan

1. Monitoring suhu tubuh menjadi normal

2. Intesitas mual muntah berkurang

3. Kadar glukosa darah menurun menkadi normal

4. Memeriksa bayi secara rutin: untuk memeriksa ukuran dan kesehatan janin.

5. Diet : untuk mengontrol kadar secara rutin agar gula darah tidak berlebihan

sehingga dapat mengurangi faktor resiko.

6. Senam kehamilan : untuk menjaga tekanan darah antara ibu dan bayi agar tetap

normal.

7. Memonitor kadar gula darah dalam ibu (4).

Page 11: Makalah Tgs PC 2 Step

Makan besar 3x diselingi makan kecil 3xsehari, pembatasan jumlah

karbohidrat 40% dari jumlah makanan sehari dapat mengurangi kadar

gula darah, terutama kadar gula postpandrial yaitu 2 jam setelah makan

(4).

Pada ibu hamil terjadi nafsu makan meningkat, berat badan menurun.

Sehingga berat badan menurun bisa disebabkan karena diabetes

mellitus gestasional (4)

Page 12: Makalah Tgs PC 2 Step

BAB III

PEMBAHASAN

1. Domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja antiematik. Efek

antiematik dapat disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastrokinetik) dengan

antagonis terhadap reseptor dopamin di chemoreseptor “trigger zone” yang terletak di

luar sawar otak di area postrema (5).

ES : sakit kepala, diare, mulut kering, rasa haus, ruam kulit, cemas,gatal.

KI : Hati-hati penggunaan domperidone pada wanita hamil dan menyusui. Obat

ini tidak dianjurkan digunakan pada wanita hamil dan menyusui karena keamanan

belum dapat dipastikan (6).

Domperidone termasuk senyawa kimia yang dapat menembus sawar plasenta

sehingga berpotensi untuk menimbulkan efek pada fetus dan menghalangi transfer

nutrisi dari induk ke fetus. Domperidone juga termasuk golongan obat C untuk ibu

hamil (7).

2. Dosis Domperidone sudah tepat atau belum?

Dosis Domperidon: 10-20 mg dengan interval waktu 4-8 jam. Pada kasus diresepkan

Domperidon 2x1 tab. Potensi yang diberikan oleh dokter tidak diketahui berapa mg

namun dilihat dari waktu pemberian, domperidone yang diberikan sudah tepat.

3. Domperidon termasuk obat kategori gol. C seharusnya diganti atau tidak?

Domperidone termasuk golongan obat C untuk ibu hamil, maksudnya golongan obat

yang pada studi terhadap sistem reproduksi binatang percobaan menunjukkan adanya

efek samping bagi janin. Sedangkan pada wanita hamil belum ada study terkontrol.

Obat golongan ini hanya dapat dipergunakan jika manfaatnya lebih besar ketimbang

resiko yang mungkin terjadi pada janin. Untuk itu sebaiknya domperidone diganti

dengan Ondansetron atau vitamin B6 karena menurut penelitian tidak ada resiko

terhadap fetus (7).

4. Mengapa pasien masih mengalami mual muntah, padahal sudah diberi domperidon?

Berikut ini mekanisme mual, muntah pada ibu hamil.

Page 13: Makalah Tgs PC 2 Step

Kadar hormon HCG dan estrogen yang meningkat drastis pada trisemester pertama

akan memicu bagian otak yang mengontrol mual dan muntah. Selain itu, saluran cerna

juga menjadi terdesak karena memberi ruang untuk janin tumbuh. Akibatnya terjadi

refluks asam (keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan lambung bekerja

lebih lambat menyerap makanan, sehingga menyebabkan mual dan muntah (8).

Sehingga disini dapat diketahui bahwa pasien masih mengalami mual dan muntah

karena hormon HCG dan estrogen yang kuat.

Prinsip penanganan non farmakologi pada ibu hamil untuk menangani kasus mual

dan muntah ini yaitu makan dalam porsi kecil akan tetapi sering, makan dan minum

dalam keadaan hangat. Terapi nonfarmakologi dilakukan dengan cara pengaturan diet,

dukungan emosional, akupuntur, dan jahe. Jahe direkomendasikan sebagai obat untuk

morning sickness dengan cara jahe (setengah sendok teh) direndam dengan air panas

selama 5 menit kemudian diminum 4xsehari. Rasa mual pada awal kehamilan dapat

juga ditanggulangi dengan menggunakan terapi pelengkap antara lain dengan

aromaterapi campuran (blended) antara peppermint dan gingeroil. Aromaterapi

memberikan ragam efek bagi penghirupnya seperti ketenangan, kesegaran, bahkan

bisa membantu ibu hamil mengatasi mual. Aromaterapi dapat digunakan sebagai

solusi untuk mengatasi mual muntah pada ibu hamil trisemester pertama (9).

5. Penggunaan obat pencahar dalam kasus, bagus tidak buat kehamilan?

Penggunaan obat pencahar pada ibu hamil harus hati-hati yang mempunyai efek tidak

menguntungkan pada janin seperti yang dapat memperbesar volume tinja,

melunakkan tinja, dan merangsang otot usus. Sehingga dapat menyebabkan kejang

usus pada ibu hamil. Obat pencahar yang aman untuk ibu hamil yaitu tidak boleh

digunakan dalam jangka waktu lama (10).

Contoh obat pencahar yang aman digunakan untuk ibu hamil yaitu metilselulose

dan polikarboksil. Contoh merk dagang dari metilselulosa yaitu Citrucel, sedangkan

untuk Polikarboksil yaitu Mitrolan (11).

Mekanisme obat turunan metilselulose : Selulosa menyerap air ke dalam lumen

kolon dan  meningkatkan masa feses dengan menarik air dan membentuk hidrogel

sehingga terjadi peregangan dinding saluran cerna dan  merangsang peristaltik. Hal

tersebut akan menstimulasi motilitas dan mengurangi waktu transit feses di kolon.

Rasa kembung dan frekuensi flatus meningkat. Namun, laksativ cukup aman

digunakan dalam jangka panjang (12).

Page 14: Makalah Tgs PC 2 Step

Mekanisme polikarboksil : merupakan poliakrilik resin hidrofilik yg tdk

diabsorbsi, lebih banyak mengikat air dari pencahar pembentuk massa lainnya.

Polikarbofil dpt mengikat air 60-100 kali dari ebratnya shg emmperbanyak massa

tinja. Preparat ini mengandung natrium dlm jumlah kecil. Dlm saluran cerna kalsium

polikarbofil dilepaskan ion Ca2+, shg tdk boleh diberikan pd pasien dgn pembatasan

asupan kalium. Dosis 1-2 kali 1000 mg/hari maks 6 g/hari disertai air minum 250 mL

(12).

Penanganan konstipasi pada ibu hamil lebih baik diawali dengan terapi non-

farmakologi terlebih dahulu seperti olahraga, makan makanan yang berserat, minum

air putih yang cukup. Setelah itu baru menggunakan obat yang cara pemberiannya

dimasukkan melalui anus. Apabila belum efektif menyembuhkan konstipasinya maka

baru diberikan obat melalui oral (10).

6. Dalam kasus suhu tubuh pasien 390C, bagaimana penanganannya?

Suhu tubuh 39OC tidak normal, dimana suhu manusia normal maksimal 37,5oC. Obat

yang disarankan yaitu Paracetamol tetapi tidak boleh langsung diberikan pada pasien

karena pada wanita hamil tidak boleh memberikan obat secara asal karena dapat

beresiko terhadap janin ataupun terhadap ibu hamilnya sendiri sehingga pasien

disarankan untuk konsultasi dulu ke dokter.

7. Pasien mengalami susah buang air besar, apa yang menjadi penyebabnya?

Penyebab terjadinya konstipasi yaitu terjadi korpus luteum yang menghasilkan

hormon progesteron naik, sehingga kelembaban air di dalam tubuh menurun. Hal ini 

mengakibatkan cairan untuk melunakkan tinja berkurang sehingga tinja menjadi keras

dan sulit untuk dikeluarkan. Akibatnya motilitas usus turun (13).

8. Data laboratorium glukosa plasma puasa dan glukosa 2 jam PP, normal atau tidak?

Perlu diketahui hasil data laboratorium pasien yaitu sebagai berikut.

TD : 110/70 mmHg

=> normal (sistole < 130-139 mmHg ; diastole 85-89 mmHg) (14).

Suhu : 39 0C

=> tidak normal (normal : 37 0C)

TB : 165 cm

BB : 55 kg

Page 15: Makalah Tgs PC 2 Step

=> tdk normal (BB ibu hamil normal dengan TB 165 cm yaitu sekitar 57,8 kg

dari perhitungan rumus BB= (165-110) + (8x0,35) = 57,8 kg) (15).

HR : 75x/menit

=> normal (53-107/menit) (16).

RR : 18x/menit

=> normal (18-38/menit) (16).

Glukosa plasma puasa: 120 mg/dl

=> tidak normal. Batas nilai normal < 90 mg/dl (3).

Glukosa 2 jam PP : 180 mg/dl

=> tidak normal. Batas nilai normal 2 jam pasca puasa < 145 mg/dl (3).

9. Pasien mengalami diabetes gestasional sudah lama apa baru?

Dari hasil pemeriksaan laboratorium pasien glukosa plasma puasa dan glukosa 2 jam

PP pasien tidak normal (tinggi) sehingga pada pasien (ibu hamil) sudah terkena

diabetes mellitus gestasional karena kadar glukosa plasma puasa dan glukosa 2 jam

PP tinggi.

Faktor resiko yang menyebabkan antara lain: riwayat keluarga dan usia. Umur ibu

hamil merupakan faktor resiko terhadap prediabetes/diabetes mellitus gestasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu hamil >35 tahun beresiko 4,05 kali

untuk menderita diabetes mellitus gestasional dibandingkan dengan umur ibu hamil <

35 tahun. Sehingga pasien ibu hamil dalam kasus ini (umur 30 tahun) mengalami

diabetes mellitus gestasional dari awal kehamilan kemungkinan disebabkan karena

adanya faktor resiko yaitu riwayat keluarga.

Page 16: Makalah Tgs PC 2 Step

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.edukia.org/web/kbibu/7-5-14-diabetes-melitus-gestasional/

2. Tracy, Setji, Brown, A. J., & Feinglos, M. N. (2005). Gestational diabetes mellitus.

Journal Clinical Diabetes, 23(1), 17–24.

3. O’Sullivan J, Mahan C (1964). Criteria for the oral glucose tolerance test in pregnancy.

Diabetes, 13(1),278–285.

4. http:// www. webkesehatan.com/diabetes-gestasional/

5. Pratama, Ifan. 2012. Faktor Fisik Prediabetes Gestasional. Makassar:Universitas

Hassanudin Press.

6. www.hexpharmjaya.com

7. Nindya, S. 2001. Perubahan Farmakokinetik Obat pada Wanita Hamil dan Implikasinya

secara Klinik. Cermin Dunia Kedokteran.

8. www.ayahbunda.co.id

9. Dwi, Rukma. 2013. Pengaruh Aromaterapi Blended Peppermint dan Ginger Oil terhadap

Rasa Mual pada Ibu Hamil Trisemester Satu di Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban.

Jurnal Sain Med, 5(2), 20-25.

10. Suardi, Muslim. 2013. Obat Pencahar bagi Ibu Hamil. Bandung: Universitas Padjajaran.

11. www.medscape.com

12. www.farmamedia.net

13. www.Metropolehospital.com

14. Syamsudin. 2011. Buku ajar farmakoterapi kardiovaskular dan renal. Jakarta: salemba

medika.

15. www.ibuhamil.com

16. N. Iwobi. 2002. QRS Axiz Deviation In Nigerian Women During Normal Pregnancy.

WAJM, 21(3), 50-56.