makalah smnar flokulasi (fix)

40
MAKALAH SEMINAR PRAKTIKUM FARMASI FISIK “PEMBUATAN SUSPENSI TERFLOKULASI DAN PEMERIKSAAN SIFAT – SIFAT FISIKNYA” DISUSUN OLEH: Nanda Pratama 121524001 Marselina Saing 121524005 Yudhi Permana 121524011 Imom Suhendra 121524015 Fhizri Ayuningtyas 121524031 Maidawati 121524035 Jessy Fransiska 121524051 Hendri Asrin 121524098 B. Agung Permana 121524097 Lusia Katarina Pasaribu 121524132 Kelompok : VI - B Program : S-1 Ekstensi Farmasi Asisten : Rosy Ershendy Hari/Tanggal Percobaan : Selasa/ 24 September 2013 1

Upload: jessy-fransiska

Post on 24-Oct-2015

873 views

Category:

Documents


153 download

DESCRIPTION

flokulasi hail praktikum farfis

TRANSCRIPT

MAKALAH

SEMINAR PRAKTIKUM FARMASI FISIK

“PEMBUATAN SUSPENSI TERFLOKULASI

DAN PEMERIKSAAN SIFAT – SIFAT FISIKNYA”

DISUSUN

OLEH:

Nanda Pratama 121524001 Marselina Saing 121524005 Yudhi Permana 121524011 Imom Suhendra 121524015 Fhizri Ayuningtyas 121524031 Maidawati 121524035 Jessy Fransiska 121524051Hendri Asrin 121524098B. Agung Permana 121524097Lusia Katarina Pasaribu 121524132

Kelompok : VI - B

Program : S-1 Ekstensi Farmasi

Asisten : Rosy Ershendy

Hari/Tanggal Percobaan : Selasa/ 24 September 2013

LABORATRIUM FARMASI FISIK

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Pembuatan suspensi yang terflokulasi dengan Aluminium klorida sebagai

bahan pemflokulasi

Pengamatan pengaruh flokulasi konsentrasi aluminium klorida terhadap

stabilitas fisik suspensi

Pengamatan pengaruh konsentrasi aluminium klorida terhadap kemudahan

dispersi ulang suspensi

1.2 Prinsip

Pembuatan suspensi terflokulasi dengan menggunakan bahan pemflokulasi

yaitu aluminium klorida (AlCl3) sebagai salah satu elektrolit dengan jalan

mengurangi potensial zeta dan membentuk suatu jembatan yang menghubungkan

partkel-partikel tersebut dimana valensi ion-ion mempunyai muatan yang

berlawanan. Sehingga mengurangi gaya elektris tolak menolak dan memperkuat

gaya tarik menarik antar partikel-partikelnya yang membentuk agregat longgar

yang disebut flok, kemudian diuji stabilitas fisiknya yaitu pengaruh konsentrasi

AlCl3 terhadap kemudahan dispersi ulang suspensi.

1.3 Latar Belakang

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut

dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari

obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan

terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan (Ditjen POM,

1978).

2

Dalam pembuatan suspensi diperlukan partikel dengan ukuran yang

sesuai, distribusi ukuran partikel, dan stabilitas fase dispersi. Interaksi antar

partikel yang sama, partkel yang tidak sama dan medium fase kontiniu merupakan

hal kompleks dan bagian essensial dari teknologi dispersi (Agoes, 2009).

Disamping itu dalam pembuatan suspensi pembahasan partikel dari bentuk

yang tidak larut dalam cairan pembawa adalah langkah yang penting, kadang-

kadang sukar mendispersi serbuk, karena adanya udara, lemak, dan lain-lain.

Kontaminasi tersebut tidak dapat segera dibasahi walaupun nya besar. Mereka

mengembang pada permukaan. Dari suspensi medium rendah dan sukar terbasahi

dapat dilihat dari sudut kontak yang dibentuk serbuk dengan permukaan cairan

(Anief,2007).

Bahan Pemflokulasi elektrolit bertindak dengan mengurangi hambatan

listrik antara partikel, seperti yang dibuktikan oleh penurunan potensial zeta dan

pembentukan jembatan antara partikel yang berdekatan sehingga partikel-partikel

membentuk flok longgar (Gennaro,1990).

Pada sistem flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang sungguh

bergantung pada kadar partikel padat dan derajat flokulasinya dan pada suatu

waktu sistem flokulasi kelihatan kasar akibat terjadinya flokul (Anief,2007).

Untuk tujuan farmasi, kestabilan fisika dari suspensi bisa didefinisikan

sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata

diseluruh sistem dispersi. Jika partikel -partikel tersebut mengendap maka

partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disuspensikan kembali dengan

sedikit pengocokan (Martin, 2008).

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dispersi kasar dimana

partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair

(martin,2008). partikel dari fase terdispersi biasanya ukurannya sangat berbeda-

beda, dari partikel besar yang dapat dilihat dengan mata telanjang sampai ke

partikel dari ukuran koloid; jatuh antara 1 milikikron dan kira-kira 500 milimikron

atau 0,5 mikron. Dispersi yangberisi partikel-partikel kasar, biasanya dengan

ukuran 1-100 mikron, disebut sebagai dispersi kasar dan mencakup suspensi dan

emulsi. Dispersi yang mengandung partikel dengan ukuran yang lebih kecil

disebut dispersi halus dan bila partikel-partikel yang ada dalam batas koloid

disebut dispersi koloid. Magma dan gel adalah dispersi halus (Ansel,2008).

Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel

obat dan terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan

secaramerata dalam pembawadimana obat menunjukkan kelarutan sangat minim

(Ansel,2008).

Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral, salah satu adalah karena

obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan,tetapi stabil bila

disuspensi. Dalam hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan

memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih

disukai daripada bentuk padat (kapsul atau tablet),karena mudahnya menelan

cairan dan keluesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudahuntuk

memberikan dosis yang relatif besar, aman, mudah diberikan untuk anak-anak dan

juga diatur untuk penyesuaian dosisnya. Formulasi suspensi untuk membuat

4

suspensi stabilsecara fisik ada 2cara, yaitu; 1. penggunaan "struktur vehicle"

untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi. Struktur vehicle adalah larutan

hidrokoloid seperti tilose,gom, bentonit, dan lain-lain. 2.Penggunaan prinsip-

prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun cepat terjadi pengendapan,

tetapidengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali (Syamsuni,2007).

Gliserin dan zat higroskopis yang serupa juga berguna dalam menggiling

zat-zat yang tidak larut. Secara nyata gliserin mengalir antara partikel untuk

menggantikan udara dan selama berlangsungnya penyampuran, melapisi dan

memisahkan zat tersebut sehingga air dapat mempenetrasi dan membasahi

masing-masing partikel tersebut. Selain gliserin, alkohol dan propilenglikol juga

dapat membiarkan air berpenetrasi ke cela-cela partikel (Martin,2008).

Untuk tujuan farmasi, kestabilan fisika dari suspensi bisa didefinisikan

sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata

diseluruh sistem dispersi. Jika partikel -partikel tersebut mengendap makapartikel-

partikel tersebut harus dengan mudah disuspensikan kembali dengan sedikit

pengocokan (Martin, 2008).

Kebanyakan stabilitas fisik dari suatu suspensi dari sediaan farmasi

kelihatan paling cocok disesuaikan dengan mengadakan perubahan pada fase

terdispersi dan bahan pada medium dispersi. Dalam banyak hal medium dispersi

menyokong fase terdispersi yang disesuaikan tersebut. Penyesuaian terutama

mengenai ukuran partikel, keserangan ukuran partikel dan pemisahan partikel -

paryikel tersebut sehingga tidak mungkin menjadi lebih besar atau membentuk

padatan pada pendiaman(Martin,2008).

5

Dalam suspensi, suspending agent biasanya digunakan untuk penyususnan

suspensi sehingga keseragaman dosis dapat tercapai. Massa yang sulituntuk

didespersikan dan menjaga koagulasi dari resinus dan material - material yang

berasal dari lemak. Sifat khas viskositas supensi dapat diubah tidak hanya dengan

penggunaan pembawa, tetapi juga dengan kandungan padatnya. Apabila proporsi

partikel padat dinaikan maka viskositasnya juga akan meningkat. Dengan

meningkatnya viskositas, juga memperlambat pembentukan endapan

(Martin,2008).

Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan

suatu suspensi farmasi yang baik. Disamping khasiat terapeutik, stabilitas kimia

dari komponen-komponen formulasi, kelanggengan sediaan dan bentuk estetik

dari sediaan, sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan farmasi, dan sifat-

sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi yaitu: 1.Suatu suspensi

farmasi dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila

dikocok. 2.Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel

dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan. 3.

Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen. 4. Ciri utama

dari suspensi ini, tergantung pada sifat fase terdispersi, medium pendispersi dan

bahan pembantu farmasi (Ansel,2008).

Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut:

a. Metode Dispersi

Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke

dalam mucilago yang terbentuk, kemudian baru diencerkan. Kadang-

kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersikan serbuk ke dalam

6

pembawa. Hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada

serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar

dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk dibasahi tergantung pada besarnya

sudut kontak ± 90, serbuk akan mengambang di atas cairan. Serbuk yang

demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan

permukaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu

ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.

b. Metode Presipitasi

Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik

yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik,

larutan zat ini kemudian diencerka dengan larutan pensuspensi dalam air,

sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan

pensusupensi cairan organik tersebut adalah etanol, propilen glikol, dan

polietilenglikol ( Syamsuni, 2007).

Persyaratan - persyaratan termodinamika diperlukan agar didapat suatu

kestabilan dari partikel-partikel yang tersuspensi. Harus dilakukan suatu usaha

(kerja) untuk memperkecil suatu padatan menjadi partikel-partikel kecil untuk

mendispersikannya dalam suatu pembawa. Besarnya luas permukaan parikel yang

diakibatkan oleh mengecilnya zat padat berhubungan dengan energi bebas

permukaan yang membuat sistem tersebut tidak stabil secara termodinamik,

simana dimaksudkan disini bahwa partikel-partikel tersebut berenergi tinggi dan

cenderung untuk mengelompok kembali sedimikian rupa untuk mengurangi luas

permukaan total dan memperkecil energi bebas permukaan. Oleh karena itu

partikel-partikel dalam suspensi cair cenderung untuk berflokulasi, yakni

7

membentuk suatu gumpalan yang lunak dan ringan yang bersatu karena gaya van

der waals yang lemah ( Martin, 2008).

Pembentukan setiap jenis gumpalan ( agglomerate ), apakah itu flokulat

atau agregat, dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu sistem untuk mencapai

keadaan termodinamika. Tegangan antarmuka dapat dikurangi dengan

penambahan suatu surfaktan, tapi biasanya tdak dibuat sama dengan nol. Maka

suatu suspensi dari partikel-partikel yang tidak larut biasanya mempunyai suatu

tegangan antarmuka positif tertentu, dan partikel-partikel tersebut cenderung

untuk berflokulasi ( Martin, 2008).

Agregat jaringan terbuka atau flokula dikarakteristikkan dengan suatu

jaringan terbuka, lunak dan berserat dari partikel-partikel yang teragregasi, maka

agregat – agregat ini mengendap dengan cepat membentuk sedimen (endapan)

yang tinggi dan mudahnya dapat didispersikan kembali, karena partikel-partikel

yang membentuk agregat masing-masing cukup jauh terpisah satu dengan yang

lainnya untuk menghindarkan caking ( Lachmann, 1994).

Suatu cara umum untuk mencegah kohesi yang kuat dari partikel-partikel

tersebut dengan menggunakan daya ikat antar partikel yang lemah. Penggumpalan

partikel seperti ini disebut flok atau flokula, dimana partikel-partikel yang

terflokulasi itu membentuk sejenis kisi yang dapat menghalangi pengendapan

sempurna sehingga tidak mudah menjadi kompak dibandingkan dengan partikel-

partikel yang tidak terflokulasi. Flok tersebut mengendap membentuk sedimen

dengan volume yang lebih besar, struktur yang leih lemahmemungkinkan

gumpalan tersebut pecah lagi dengan mudah dan tersebar lagi bila dikocok sedikit

saja (Ansel, 2008).

8

Dalam suspensi yang teragregasi, partikel-partikel terikat bersama-sama

menjadi flok ( gumpalan yang terbentuk karena agregasi sejumlah partikel halus

yang tersuspensi), yang mula-mula mengendap menurut ukuran flok dan porositas

dar massa yang teragregasi. Selanjutnya laju diatur dengan proses pengompakan

dan proses penyusunan kembali. Supernatan yang jernih dibentuk pada

pengendapan, karena partikel-partikel kecil pun dikurung dalam jaringan seperti

mesh dari flok tersebut. Keadaan pertengahan juga terjadi dimana semua partikel

tidak dihubungkan dengan flok (Lachmann, 1994).

Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap

dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Secara

umum sifat partikel flokulasi adalah:

1. Partikel merupakan agregat yang bebas

2. Sedimen terjadi cepat dan terbentuk cepat

3. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat serta mudah

didisperiskan kembali seperti semula

4. Wujud suspensi kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan

diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata

Pembuatan suspensi sistem flokulasi:

1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium

2. Setelah itu ditambahkan zat pemflokulasi, biasany larutan elektrolit,

surfaktan dan polimer

3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir

4. Jika dikehendaki, agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap maka

ditambahkan structured vehicle

9

5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam struktur

vehicle (Syamsuni, 2007).

Bahan pemflokulasi yang dipergunakan dapat berupa larutan elektrolit,

surfaktan atau polimer untuk partikel bermuatan positif digunakan zat

pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya. Contoh, untuk suspensi

sulfonamida yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan

negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu Aluminium

Triklorida, untuk susupensi bismuth subnitrat yang bermuatan positif digunakan

zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase

(Syamsuni, 2007).

Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan mengurangi

barrier elektrik antara partikel-partikel suspensoid, dapat dibuktikan oleh suatu

pengurangan dalam potensial zeta dan pembentukan suatu jembatan antara

partikel- partikel yang berdekatan sehingga terjadi ikatan-ikatan antar partikel

suspensi dalam suatu struktur yang tersusun longgar ( Martin, 2008).

Polimer merupakan suatu senyawa berantai panjang dan mempunyai bobot

molekul yang tinggi dan mengandung gugus-gugus aktif yang ditempatkan

disepanjang panjangnya. Zat ini bekerja sebagai pemflokulasi karena sebagian

dari rantai tersebut diabsorpsi pada permukaan partikel dengan bagian-bagian

yang terakhir ini mengakibatkan terbentuknya flokulasi ( Martin, 2008).

Suspensi partikel terflokulasi dapat dikontrol dengan penambahan

elektrolit atau surfaktan ionik yang menurunkan potensial zeta. Flokulasi dengan

partikel terkontrol juga dapat digunakan polimer non ionik seperti gum (tragakan),

polimer selluosa (Na CMC), dimana polimer ini meningkatkan viskositas dan juga

10

membuat lapisan pada adsorpsi dan partikel yang stabil dan jembatan antar

partikel (Martin, 2008).

Dua parameter pengendapan (sedimentasi) adalah volume sedimentasi (F)

dan derajat flokulasi . Volume sedimentasi (F) adalah perbandingan dari volume

akhir endapan (Vo) terhadap volume awal suspensi (Vo) sebelum mengendap.

F =

Derajat flokulasi adalah suatu parameter yang lebih mendasar daripada F.

Derajat flokulasi (B) =

(Martin, 2008)

11

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

Neraca Analitik ( Boeco Germany)

Gelas Ukur 50 ml (Pyrex)

Beaker glass 50 ml ( Pyrex)

Labu tentukur 250 ml (Pyrex)

Matt pipet (Pyrex)

Lumpang

Stamper

Batang pengaduk

Sudip

Spatula

Kertas perkamen

Pipet tetes

Serbet

Plastik wrapping

Label

Tissue

3.2 Bahan

12

Sulfamerazin

Pemerian : Serbuk atau bentuk hablur putih atau agak putih kekuningan;

tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa agak pahit; stabil di

udara, tetapi perlahan-lahan menjadi gelap pada pemaparan

terhadap cahaya

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton;

sukar larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam eter dan

kloroform (Ditjen POM, 1995).

Aluminium Klorida (AlCl3)

Pemerian: Massa hablur, berasap dalam udara lembab, abu-abu atau

kuning (Ditjen POM, 1995).

Gliserin

Pemerian: Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya

boleh berbau khas lemah ( tajam atau tidak enak ). Higroskopis;

netral terhadap lakmus

Kelarutan: Dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam eter,

dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap (Ditjen POM,

1995).

Aquadest

Pemerian: Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna (Ditjen POM, 1995).

13

3.3 Prosedur percobaan

- Pembuatan Larutan Aluminium Klorida 0,03M

Dilarutkan 1,8207 gram Aluminium Klorida dalam 250 ml air

- Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida

Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 0,1 x 10-3

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin

secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa.

Ditambahkan 0,17 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan

penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

- Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida

Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 0,5 x 10-3

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin

secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa.

Ditambahkan 0,8 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan

penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

- Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida

Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 1 x 10-3

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin

secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa.

Ditambahkan 1,7 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan

penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

- Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida

Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 1,5 x 10-3

14

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin

secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa.

Ditambahkan 2,5 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan

penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

- Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida

Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 2,0 x 10-3

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin

secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa.

Ditambahkan 3,3 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan

penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

- Pengamatan Stabilitas Suspensi

Dimasukkan masing – masing kedalam gelas ukur 50 ml, ditutup dengan plastik

wrapping lalu disimpan pada suhu kamar. Dicatat volume endapan dari masing-

masing suspensi setelah 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 1-7 hari.

- Pengamatan Kemudahan Dispersi Ulang Suspensi

Dibalikkan suspensi yang sudah didiamkan selama 1 minggu dengan tangan

dengan kecepatan 20 kali permenit dan dihitung jumlah pembalikan (N) yang

diperlukan sehingga diperoleh suspensi yang homogen kembali.

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1 Perhitungan Suspensi Sulfamerazin

Sulfamerazin 7 % dalam 50 ml = x 50 ml

= 3,5 gram

4.1.2 Konsentrasi LIB 1 Aluminium Klorida 0,03M dalam labu tentukur 250 ml

M = x

0,03 = x

= 1,8107

4.1.3 Konsentrasi Aluminium Klorida

0,1 x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,0001)

V1 = 0,167 ml

0,5 x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,0005)

V1 = 0,833 ml16

1x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,001)

V1 = 1,67 ml

1,5 x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,0015)

V1 = 2,5 ml

2 x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,002)

V1 = 3,33 ml

4.1.4. Volume sedimentasi (F)

F = dimana: Vu : Volume akhir dari endapan

Vo : Volume awal dari suspensi (50ml)

Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 0,1 x 10-3 M

F1 = = = 0,86

F2 = = = 0,73

F3 = = = 0,65

F4 = = = 0,57

F5 = = = 0,53

F6 = = = 0,46

F7 = = = 0,45

F8 = = = 0,405

F9 = = = 0,39

F10 = = = 0,385

17

F11 = = = 0,375

F12 = = = 0,37

F13 = = = 0,37

F14 = = = 0,37

Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 0,5 x 10-3 M

F1 = = = 0,735

F2 = = = 0,61

F3 = = = 0,51

F4 = = = 0,44

F5 = = = 0,41

F6 = = = 0,36

F7 = = = 0,345

F8 = = = 0,33

F9 = = = 0,319

F10 = = = 0,3

F11 = = = 0,3

F12 = = = 0,295

F13 = = = 0,295

F14 = = = 0,29

Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 1 x 10-3 M

F1 = = = 0,46 F2 = = = 0,5

18

F3 = = = 0,44

F4 = = = 0,38

F5 = = = 0,35

F6 = = = 0,34

F7 = = = 0,31

F8 = = = 0,3

F9 = = = 0,295

F10 = = = 0,29

F11 = = = 0,29

F12 = = = 0,29

F13 = = = 0,29

F14 = = =0,29

Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 1,5 x 10-3 M

F1 = = =0,46

F2 = = = 0,38

F3 = = =0,34

F4 = = = 0,34

F5 = = =0,28

F6 = = = 0,26

F7 = = = 0,26

F8 = = = 0,24

19

F9 = = = 0,24

F10 = = = 0,24

F11 = = = 0,24

F12 = = = 0,24

F13 = = = 0,24

F14 = = = 0,24

Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 2 x 10-3 M

F1 = = = 0,5

F2 = = = 0,44

F3 = = = 0,38

F4 = = = 0,35

F5 = = = 0,28

F6 = = = 0,26

F7 = = = 0,26

F8 = = = 0,24

F9 = = = 0,24

F10 = = = 0,24

F11 = = = 0,24

F12 = = =0,24

F13 = = = 0,24

F14 = = = 0,24

20

4.2 Tabel

4.2.1.Tabel Pengamatan Volume SediaanLama

Pendiaman

Volume Sedimen

0,1 x 10-3 0,5 x 10-3 1,0 x 10-3 1,5 x 10-3 2 x 10-3

10 Menit 44 42 31 42,5 29 30 23 25

20 Menit 39 34 25,5 35,5 23 27 19 22

30 Menit 35 30 21 30 20 24 17 19

45 Menit 30 27 19 25 18 20 15 17

1 Jam 28 25 18 23 17 18 14 14

2 Jam 24 22 16 20 16 18 13 13

3 Jam 24 21 15,5 19 15 16 13 13

1 Hari 20,5 20 15,3 18 14 15,5 13 12

2 Hari 20 19 14,9 17 14 15,5 12 12

3 Hari 19,5 19 14 16 14 15 12 12

4 hari 19,5 18 14 16 14 15 12 12

5 Hari 19 18 14 15,5 14 15 12 12

6 Hari 19 18 14 15,5 14 15 12 12

7 Hari 19 18 14 15 14 15 12 12

4.2.2 Tabel Volume Sediaan (F)Lama

Pendiaman

Volume Sediaan

0,1 x 10-3 0,5 x 10-3 1,0 x 10-3 1,5 x 10-3 2 x 10-3

10 Menit 0,86 0,735 0,59 0,46 0,50

20 Menit 0,73 0,61 0,59 0,38 0,44

30 Menit 0,65 0,51 0,50 0,34 0,38

45 Menit 0,57 0,44 0,44 0,30 0,35

1 Jam 0,53 0,41 0,38 0,28 0,28

2 Jam 0,45 0,36 0,34 0,26 0,26

3 Jam 0,405 0,345 0,31 0,26 0,24

1 Hari 0,39 0,333 0,30 0,24 0,24

21

2 Hari 0,385 0,319 0,295 0,24 0,24

3 Hari 0,385 0,30 0,290 0,24 0,24

4 hari 0,375 0,30 0,290 0,24 0,24

5 Hari 0,37 0,29 0,290 0,24 0,24

6 Hari 0,37 0,29 0,290 0,24 0,24

7 Hari 0,37 0,29 0,290 0,24 0,24

4.2.3 Tabel Harga Angka Dispersi Ulang (N) VS Konsentrasi Aluminium Klorida Konsentrasi AlCl3 Angka Dispersi Ulang (N)

0,1 x 10-33

3

0,5 x 10-312

3

1 x 10-34

3

1,5 x 10-3 3

2 x 10-3 3

4.3 Grafik

Terlampir

4.4 Reaksi Percobaan

-

4.5 Pembahasan

Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan mengurangi

barier elektrolit antara partikel-partikel, dapat dibuktikan oleh suatu pengurangan

potensial zeta dan pembentukan suatu jembatan antara partikel – partikel yang

berdekatan sehingga terjadi ikatan antar partikel tersebut dalam struktur yang

tersusun longgar. Jika aluminium klorida ditambahkan kedalam suatu suspensi

22

sulfamerazin dalam air. Dalam sistem ini, potensial zeta mula – mula dari partikel

– partikel sulfamerazin adalah negatif dan dikurangi secara nyata oleh adsorpsi

dari kation aluminium bervalensi tiga. Jika ditambahkan elektrolit yang dalam

jumlah yang cukup, potensial zeta mencapai nol dan kemudian naik dengan arah

positif. Pada suatu potensial zeta positif, terjadi flokulasi maksimum. Onset

flokulasi bersamaan dengan volume sedimentasi maksimum yang ditentukan F

terhadap konstan selagi flokulasi masih ada, dan hanya jika potensial zeta

menjadi cukup negatif untuk mengakibatkan dispersi kembali, maka volume

sedimentasi mulai turun (martin,2008).

Laju sedimentasi dan agregasi merupakan sifat dari sistem suspensi

yang diatur oleh ukuran partikel, interaksi partikel, kerapatan partikel, medium

dan viskositas fase kontinu. Partikel – partikel besar mengendap kebawah lebih

cepat daripada partikel – partikel yang lebih kecil. Dalam suspensi teragregasi

partikel – partikel terikat bersama-sama menjadi flok (gumpalan yang terbentuk

karena agregasi sejumlah partikel halus yang tersuspensi). Supernatan yang jernih

dibentuk kembali pada pengendapan, karena Partikel – partikel kecilpun dikurung

dalam jaringan seperti mesh dari flok tersebut (Lachman,2008).

Dari hasil pengamatan pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi aluminium klorida sedimentasi semakin cepat

karena partikel –partikel membentuk agregasi yang lebih cepat dan longgar, serta

volume sedimentasi semakin menurun. Pada konsentrasi dan waktu pendiaman

tertentu volume sedimentasi (F) menjadi konstan. Suspensi dengan aluminium

klorida 0,1 x 10-3 M dan 0,5 x 10-3 M pada hari keenam volume sedimentasi (F)

mulai konstan dan pada suspensi dengan aluminium klorida 1,0x 10-3 M dan 1,5 x

23

10-3 M dan 2,0x 10-3 M pada hari pertama volume sedimentasi (F) mulai konstan.

Suspensi terflokulasi ini menunjukkan bahwa cairan diatas endapan jernih,karena

partikel –partikel kecil yang ada dalam sistem bergabung dengan flokulat.

Suspensi juga dengan mudah dapat diredispersikan hanya dengan tiga kali

pengocokan.

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Suspensi sulfamerazin terflokulasi dibuat dengan menggunakan aluminium klorida sebagai bahan pemflokulasi dengan variasi konsentrasi dari aluminium klorida yaitu 0,1 x 10-3 M; 0,5 x 10-3 M ; 1,0x 10-3 M dan 1,5 x 10-3 M dan 2,0x 10-3 M yaitu ditambahkan kedalam sulfamerazin yang telah dibasahi dengan gliserin dan diencerkan dengan aquadest hingga mencukupi volume suspensi.

- Semakin tinggi konsentrasi dari aluminium klorida yang digunakan dalam pembuatan suspensi maka stabilitas fisik suspensi semakin berkurang

- Semakin tinggi konsentrasi dari aluminium klorida yang digunakan dalam pembuatan suspensi maka dispersi ulang suspensi akan sulit, tetapi pada konsentrasi tepat dispersi ulang akan mudah.

5.2 Saran

- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dibuat suspensi sulfamerazin terflokulasi dengan bahan pemflokulasi lain selain aluminium klorida, seperti polimer atau surfaktan (tween, polietilenglikol dan tragacant).

- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat digunakan bahan obat yang lain , misalnya sulfacetamid, sulfadiazin, dan lain-lain agar dapat membandingkan pengaruh struktur terhadap aluminium klorida.

25

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung : ITB. Hal:

Anief, M. (2007). Farmasetika. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 141-155.

Ansel, H., C. (2008). Pengaruh Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Yogyakarta: UI Press. Hal.353-360.

Ditjen, POM,. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal: 413, 767, 1125.

Gennaro,A.R.1990. Remington’s Pharmaceutical Science, 18th Edition. Pehsyvania : Mark Printing Company. Page:294

Lachman,dkk,. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta :

UI Press. Hal: 985

Martin, A., et all. (2008). Farmasi Fisik. Jakarta: UI Press. Page 284-285.

Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Hal:

26