makalah sistem transportasi2

12
MAKALAH SISTEM TRANSPORTASI TRANSPORTASI LAUT DISUSUN OLEH : NAMA : NIKEN LESTARI G NPM : 3336110789 TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Upload: niken-lestari-g

Post on 07-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sistem Transportasi2

MAKALAH SISTEM TRANSPORTASI

TRANSPORTASI LAUT

DISUSUN OLEH :

NAMA : NIKEN LESTARI G

NPM : 3336110789

TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

CILEGON – BANTEN

2013

Page 2: Makalah Sistem Transportasi2

PT PAL INDONESIA

PT. PAL Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di

bidang industri galangan kapal. Kantor pusat dan industri galangan kapal ini terdapat

di Surabaya, Jawa Timur.

Dalam sejarahnya ide untuk membangun industri perkapalan di PT PAL

INDONESIA (PERSERO) dimulai oleh Gubernur Jendaral V.D. Capellen pada

tahun 1822 dengan tujuan menunjang armada laut Kerajaan Belanda di wilayah

Asia. Pada tahun itu juga dibentuk suatu komisi guna mengadakan penyelidikan

mengenai tempat dan sarana untuk keperluan pendirian industri perkapalan tersebut

dan akhirnya menetapkan Ujung Surabaya sebagai daerah yang memenuhi syarat

untuk tempat mendirikan sebuah industri perkapalan.

Pada tahun 1849 sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai terwujud

di daerah Ujung, yang dikembangkan dengan tambahan berbagai sarana baru

sesuai dengan kemajuan teknologi pada masa itu. Sarana tersebut diresmikan

menjadi milik pemerintah Belanda dengan nama Marine Establishment (ME) pada

tahun 1939.

Pada waktu Jepang berkuasa di Indonesia, peranan Marine Establishment

(ME) tidaklah berubah yakni sebagai sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal AL

Jepang di bawah pengawasan KAIGUNSE 21-24 BUTAI. Di jaman perang

kemerdekaan Marine Establishment kembali dikuasai oleh tentara pendudukan

Belanda, dan baru pada tanggal 27 Desember 1949 diserahkan kepada Pemerintah

Indonesia dan diberi nama Penataran Angkatan Laut (PAL). Tugas dan peranan

PAL tetap, yaitu mendukung perbaikan dan pemeliharaan serta menjadi Pangkalan

Angkatan Laut RI. PAL terus berperan dan berkembang menurut irama

perkembangan teknologi dan mengalami perubahan pengelolaan seirama dengan

perubahan politik pemerintah pada saat itu.

Page 3: Makalah Sistem Transportasi2

Terhitung mulai April 1960, ditetapkan “Peraturan tentang organisasi PAL”

berdasarkan SK Menteri Keamanan Nasional No.MP/A/00380/60. Dengan

keputusan Presiden RI No.370/1961 tanggal 1 Juli 1961, PAL dilebur ke dalam

Departemen Angkatan Laut dan selanjutnya dipergunakan untuk kepentingan

ALRI.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan peleburan PAL dan penyerahannya

diatur lebih lanjut oleh Mentri Keamanan Nasional pada waktu itu. Realisasi

tersebut berdasarkan SK Mentri Kooridator Kompartemen Pertahanan &

Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata No.M/242/64, tanggal 1 Januari 1964

yang menentukan antara lain : Bahwa Penguasaan atas PAL beserta segala

kekayaannya diserahkan dari Menteri Nasional cq. Menko Hankam/KSAB kepada

Menteri Angkatan Laut/Panglima AL. Serta bahwa sejak tanggal 1 Januari 1964

status PAL tidak lagi perusahaan negara.

Seiring dengan perkembangannya perusahaan tersebut kemudian diubah

menjadi bentuk Komando dengan nama Komando Penataran Angkatan Laut

(KONATAL) pada tahun 1970, lalu diperkuat dengan SK MENHANKAM

No.SKEP/A/39/VII/1971 tentang pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Angkatan

Laut.

Setelah itu dengan Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1978, KONATAL

dijadikan badan hukum yang berbentuk Perusahaan Umum dengan nama “Perum

Dok dan Galangan Kapal”.

Pemerintah RI kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4

Tahun 1980 yang mengubah status PAL dari perum menjadi Persero hingga

bernama PT PAL INDONESIA (PERSERO), sesuai dengan akta nomor 12 yang

dibuat oleh notaris Hadi Moentoro, SH. Menteri Negara Riset dan Teknologi pada

saat itu, Prof. Dr. Baharuddin Jusuf Habibie, diangkat menjadi dirut PT PAL

INDONESIA (PERSERO). Peresmian PAL INDONESIA sebagai persero sendiri

Page 4: Makalah Sistem Transportasi2

baru dilakukan lima tahun berikutnya tepatnya pada 15 April 1985, oleh Presiden

Soeharto.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, PT PAL INDONESIA

(PERSERO) dibentuk atas dasar Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1980, dan

Akte Notaris No. 12 tanggal 15 April 1980. Dengan konsep proses pengembangan

kemampuan menggunakan prinsip sinergi untuk menciptakan kekuatan positif

saling memperkuat antar divisi dan sampai saat ini.

Serta PT PAL INDONESIA (PERSERO) merupakan Pengalihan bentuk

dari Perum Dok dan Galangan Kapal dan Pengalihan bentuk dari peraturan TNI

AL.

Hingga tahun 1982, bisnis utama PAL INDONESIA masih berupa

perbaikan dan pemeliharaan kapal perang dan niaga. Baru setelah itu, perusahaan

mengembangkan bisnisnya dalam memproduksi kapal perang dan kapal niaga

untuk kebutuhan dalam dan luar negeri.

Pada tahun 1983, dengan lisensi dari Frederick Luerssen Werft-Jerman,

Perusahaan mengawali program pembangunan kapal patroli cepat untuk memenuhi

kebutuhan Bea Cukai, POLRI dan TNI-AL, dimulai dari FPB (Fast Patrol Boat) 28

Meter hingga FPB 57 Meter. Kemampuan tersebut terus berkembang hingga

mampu membangun Yacth 60 Meter.

Pada tahun yang sama, mulai dibangun kapal Tanker 3.500 DWT dan

Caraka Jaya 3.000 DWT sebagai sarana alih teknologi dari Jepang. Hasilnya, pada

tahun 1990, telah berhasil dibangun Tanker 6.500 DWT serta Caraka Jaya 3.650

DWT oleh intern insan PAL. Selanjutnya, Perusahaan berhasil menyelesaikan

rancang bangun Tanker 17.500 DWT dan 30.000 DWT. Dalam pelaksanaan

program Caraka Jaya, PT PAL INDONESIA (PERSERO) secara terus menerus

melakukan evaluasi dan mampu melakukan perbaikan terhadap desain produk, dan

menghasilkan peningkatan kapasitas kapal dari 3.000 DWT menjadi 3.200 DWT,

Page 5: Makalah Sistem Transportasi2

3.650 DWT, dan terakhir 4.200 DWT. Sampai dengan saat ini 15 kapal Caraka

Jaya telah selesai diproduksi oleh PT PAL INDONESIA (PERSERO), selanjutnya

desain produk kapal Caraka Jaya tersebut dikembangkan menjadi desain Palwo

Buwono yang merupakan jenis kapal container dengan klas 10.000 DWT, 20.000

DWT dan 30.000 DWT.

Seiring dengan upaya mengembangkan perusahaan, maka sejak tahun 1986

PT PAL INDONESIA (PERSERO) juga mengembangkan kompetensinya dalam

bidang rekayasa umum, yaitu dengan memasuki usaha bidang industri energi

seperti pembuatan peralatan pembangkit tenaga listrik dan peralatan industri

minyak bumi dan gas. Untuk produk-produk non-kapal tersebut, kualitas produk

PAL INDONESIA juga telah berstandar Internasional sehingga untuk bidang

tersebut Perusahaan juga telah mendapatkan kepercayaan dari pihak luar negeri

seperti dari General Electrik, USA.

Sesuai dengan kemampuan perusahaan baik di bidang teknologi/design

maupun investasi dan manufaktur, maka profil usaha PT PAL INDONESIA

(PERSERO) diarahkan pada produk kapal niaga, produk perang (industri

pertahanan), oil & gas industry, power plant serta kemampuan pemeliharaan dan

perbaikan kapal, dan adapun Profil Usaha.

Pada tahun 1994, usaha perusahaan untuk menerobos pasar internasional

mulai menampakkan hasil dengan diperolehnya kontrak pembangunan Dry Cargo

Vessel 18.500 DWT dari Stephenson Clarke Ltd, Inggris sebanyak 2 unit. Sejak

saat itu, peluang PT PAL INDONESIA (PERSERO) untuk memasuki pasar ekspor

semakin terbuka. Pada tahun 1995 berhasil diperoleh kontrak pembangunan 4 unit

Open Hatch Bulk Carrier (OHBC) 42.000 DWT dari Fairmon Shipping,

Hongkong. Selain itu, berhasil pula diperoleh kontrak pembangunan crude/product

oil tanker 17.500 LDWT dari PT Pertamina.

Page 6: Makalah Sistem Transportasi2

Pada tahun 1997, usaha perusahaan terpengaruh kondisi ekonomi dalam

negeri yang pada saat itu mengalami krisis moneter. Dampak lebih lanjut adalah

kesulitan cash flow yang dialami perusahaan sementara pada saat yang bersamaan

perusahaan juga membutuhkan modal kerja yang cukup besar untuk menyelesaikan

proyek-proyek yang sudah ditanda tangani kontraknya, sehingga pada tahun 2001

pinjaman perusahaan kepada Bank Mandiri sebesar Rp.641 milyar dialihkan

kepada BPPN, pada tahun 2002, perusahaan berhasil menyelesaikan kewajiban

kepada BPPN sebesar Rp.334,89 Milyar dengan pola cash settlement yang

sumberdananya berasal dari piutang Usaha (Dephan).

Selanjutnya, dengan telah terselesaikannya kewajiban kepada BPPN

tersebut, perusahaan kembali memperoleh kepercayaan dari Perbankan untuk

mendanai proyek-proyek yang ada pada saat itu, ditandai dengan pengucuran

pinjaman dari Bank BNI untuk mendanai modal kerja atas pembiayaan

pembangunan 2 (dua) unit kapal double skin bulk carrier (DSBC) 50.000 DWT,

dan jenis Bulk Carrier berhasil di kembangkan sampai 50.000 DWT, yang

kemudian dikenal dengan STAR-50 sebagai Branded Product PT PAL

INDONESIA (PERSERO), dan ini merupakan suatu awal Produk STAR-50 PAL

INDONESIA berlayar dan diakui oleh dunia internasional.

Page 7: Makalah Sistem Transportasi2

HUBUNGAN INDUSTRI TEKNIK SIPIL DAN INDUSTRI KELAUTAN

Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau, sehingga

Indonesia disebut Negara maritim (kepulauan). Untuk berhubungan antara satu pulau

dengan pulau yang lain diperlukan sarana transportasi. Salah satunya adalah

transportasi air, khususnya laut. Transportasi laut maksudnya transportasi yang

melewati wilayah perairan atau lautan. Dan prasarana untuk transportasi laut adalah

pelabuhan.

Perencanaan pelabuhan merupakan pekerjaan yang lumayan jarang ditemui

oleh pekerja teknik sipil. Karena pembangunan pelabuhan tidak sebanyak

pembangunan perumahana, gedung bertingkat dan jalan. Banyak pihak yang terlibat

dalam mendirikan bangunan ini, dan banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk

membangun sebuah pelabuhan. Pertimbangan tersebut meliputi pertimbangan

ekonomi, politik, dan teknis. Selain itu, pembangunan pelabuhan juga membutuhkan

biaya yang besar. Sehingga pertimbangan ekonomi menjadi tinjauan awal dalam

merencanakan pelabuhan. Study kelayakan terhadap pembangunan suatu pelabuhan

sangat perlu dilakukan agar biaya investasi dan operasional dapat tertutupi dalam

jangka waktu tertentu. Jika suatu pelabuhan layak untuk dibangun, maka hal kedua

adalah mengumpulkan sejumlah informasi untuk memperoleh data - data yang terkait

dengan pembangunan pelabuhan.

Adapun data awal yang dibutuhkan adalah data topografi dan data bathymetri.

Data topografi berguna untuk mengetahui situasi dan ketinggian tanah untuk

keperluan dermaga, sedangkan data bathymetri digunakan untuk mengetahui variasi

kedalaman dan rintangan alur pelayaran di sekitar dermaga. Data ini dapat diperoleh

dari pengamatan langsung di lapangan.

Pelabuhan juga merupakan bangunan yang dibangun oleh lulusan teknik sipil

khususnya bagian hidroteknik dan bangunan pelabuhan berhubungan dengan air, laut.

Untuk itu data-data hidrografi dan oceanografi tentu saja menjadi bagian penting.

Page 8: Makalah Sistem Transportasi2

Data hidrografi dan oceanografi meliputi data pasang surut, data gelombang, data

arus, dan data angin. Data ini dapat diperoleh dari instansi pemerintahan seperti

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) atau badan pencatatan angin

yang biasanya terletak sekitar bandar udara daerah tertentu.

Data angin diperlukan untuk merencanakan mulut alur pelayaran, atau tata

letak pemecah gelombang. Tujuannya agar kolam pelabuhan dapat terhindar dari

sedimentasi. Data gelombang diperlukan untuk mengetahui tinggi gelombang dan

titik pecahnya gelombang untuk perencanaan pemecah gelombang. Dan data pasang

surut diperlukan untuk menentukan elevasi bangunan-bangunan di pelabuhan agar

tidak terendam air pada saat pasang.

Selain data-data diatas, dalam merencankan suatu pelabuhan juga harus

dilakukan penyelidikan tanah untuk merencanakan dermaga yang aman dan

ekonomis.

Page 9: Makalah Sistem Transportasi2

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bumn.go.id/pal/tentang-kami/tentang-perusahaan/

http://sacharosa-rizki.blogspot.com/2009/02/kerja-praktek.html

http://artikelsipil.blogspot.com/2011/08/data-data-untuk-perencanaan-pelabuhan.html