makalah sistem filsafat_pancasila

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama- sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi. 1

Upload: hasan-saya

Post on 12-Apr-2017

385 views

Category:

Government & Nonprofit


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah sistem filsafat_pancasila

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang

merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap

bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan

kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai

pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945,

ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan

Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanan Yang

Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat,

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah,

Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa

Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu

pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa

yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh

warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa

yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah

berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua

tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

1

Page 2: Makalah sistem filsafat_pancasila

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pokok-Pokok Sila Pancasila (isi arti pancasila)

Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berarti “Lima” dan sila yang

berarti “Dasar”. Dengan demikian, pancasila artinya lima dasar. Tetapi disini pengertian

pancasila berdasarkan sejarah pancasila itu sendiri.

Apabila kita ingin benar-benar melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan

konsekuan, maka kita tidak saja harus melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal

dari Batang Tubuh (the body of the konstitutin) atau lebih dikenal isi dari UUD 1945 itu,

tetapi juga ketentuan-ketentuan pokok yang termaksud dalam pembukaan UUD 1945. Oleh

karena pembukaan UUD 1945 (walaupun tidak tercantum dalam satu dokumen dengan

Batang Tubuh UUD 1945, seperti konstitusi (RIS) atau UUDS 1950) misalnya adalah bagian

mutlak yang tidak dipisahkan dari Konstitusi Republuk Indonesia Tahun 1945; pembukaan

dan Batang Tubuh kedua-duanya telah ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia pada tanggal 18 Agustua 1945.

Apabila kita berbicara tentang UUD 1945. maka yang dimaksud ialah Konstitusi (UUD) yang

disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tersebut pada tanggal 18 Agustus

1945 yang diumumkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun 1946 No.7 halaman 45-48,

yang terdiri atas :

1. Pembukaan (Preambule) yang meliputi 4 alinea ;

2. Batang Tubuh atau isi UUD 1945, yang meliputi;

3. Penjelasan

Adapun Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat bagian itu yang amat penting

ialah bagian/alinea ke 4 yang berbunyi sebagai berikut: “Kemudian dari pada itu untuk

membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah Kemerdekaan

Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam

2

Page 3: Makalah sistem filsafat_pancasila

suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar

kepada: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan

Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Dalam penjelasan resmi arti pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dalam Pembukaan

UUD 1945 terkandung empat pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

berdasar atas Persatuan;

Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;

Negara Indonesia adalah Negara yang berkedaulatan rakyat dan berdasar atas

kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan;

Negara Indonesia berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab.

Khusus bagian/alinea ke-4 dari pembukaan UUD 1945 adalah merupakan asas pokok

Pembentukan pemerintah Negara Indonesia. Isi bagian ke-4 dari Pembukaan UUD 1945 itu

dibagi ke dalam 4 hal:

1. Tentang hal tujuan Negara Indonesia, tercantum dalam kalimat “Kemudian daripada

itu dan seluruh tumpah darah indonesia, yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;

Memajukan kesejahteraan rakyat;

Mencerdaskan kehidupan bangsa;

Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2. Tentang hal ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar tercantum dalam kalimat

yang berbunyi: “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam

suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia”;

3. Tentang hal bentuk Negara dalam kalimat: yang terbentuk dalam suatu susunan

Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat;

4. Tentang hal Dasar Falsafah Negara Pancasila.

Adapun Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah disahkan oleh Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 itu sebagian besar bahan-

3

Page 4: Makalah sistem filsafat_pancasila

bahannya berasal dari Naskah Rancangan Pembukaan UUD yang disusun oleh Panitia

Perumus (panitia kecil) yang beranggotakan 9 orang yang diketua oleh Ir.Soekarno pada

tanggal 22 Juni 1945 di Jakarta.

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, naskah politik yang bersejarah itu

dijadikan Rancangan Pembukaan UUD sebagai bahan pokok dan utama bagi

penyusunan/penetapan Pembukaan (Preambule) UUD yang akan ditetapkan itu.

Naskah politik yang bersejarah yang disusun pada tanggal 22 Agustus 1945 itu, dikemudian

hari oleh Mr.Muhamad Yamin dalam pidatonya di depan sidang Badan Penyelidik Persiapan

Kemerdekaan (BPPK) pada tanggal 11 Juni 1945 dinamakan “Piagam Jakarta” dan baru

beberapa tahun kemudian dimuat dalam bukunya yang berjudul Proklamasi dan Konstitusi

pada tahun 1951.

Dalam naskah politik yang disebut dengan Piagam Jakarta 22 Juni 1945 inilah untuk pertama

kali dasar falsafah Negara pancasila ini dicantumkan secara tertulis, setelah diusulkan oleh

Ir.Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945. Adapun panitia perumus yang

beranggotakan 9 orang yang telah menyusun Piagam Jakarta itu adalah salah satu panitia

kecil dari Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang dibentuk pada tanggal 29

April 1945.

Di atas telah dijelaskan tentang pentingnya Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun

besar arti pentingnya Pembukaan Undang-Undang Dasar itu ialah karena pada aline ke 4 itu

tercantum ketentuan pokok yang bersifat fundamental, yaitu dasar falsafah Negara Republik

Indonesia yang dirumuskan dalam kata-kata berikut: ….”maka disusunlah Kemerdekaan

Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Indonesia yang terbentuk

dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar

kepada:

1. Ketuhanan Mang Maha Esa,

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,

3. Persatuan Indonesia,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/

perwakilan,

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4

Page 5: Makalah sistem filsafat_pancasila

Kelima dasar ini tercakup dalam satu nama/istilah yang amat penting bagi kita bangsa

Indonesia yaitu “Pancasila”. Istilah atau perkataan pancasila ini memang tidak tercantum

dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh UUD 1945. Di alinea ke-4 dari Pembukaan

UUD 1945 hanyalah disebutkan bahwa Negara Republik Indonesia berdasarkan kepada lima

prinsip atau asas yang tersebut di atas, tanpa menyebutkan pancasila. Bahwa kelima prinsip

atau dasar tersebut adalah pancasila, kita harus menafsirkan sejarah (maupun penafsiran

sistematika) yakni menghubungkannya dengan sejarah lahirnya pancasila itu sendiri pada

tanggal 1 Juni 1945, seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Berkenaan dengan perkataan pancasila, menurut Prof.Mr.Muhamad Yamin

(Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia) pada halaman 437 antara lain

sebagai berikut “Perkataan Pancasila” yang kini telah menjadi istilah hukum, mula-mula

ditempa dan dipakai oleh Ir.Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk

menamai paduan sila yang lima. Perkataan itu diambil dari peradaban Indonesia lama

sebelum abad XIV. Kata kembar itu keduanya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu panca dan

sila yang memiliki arti yang berbeda. Pancasila dengan huruf i biasanya memiliki arti berbatu

sendi yang lima (consisting of 5 rocks; aus fund Felsen bestehend). Pancasila dengan huruf i

yang panjang bermakna “5 peraturan tingkah laku yang penting”.

Kata sila juga hidup dalam kata kesusilaan dan kadang-kadang juga berarti etika. Dalam

bahasa Indonesia kedua pengertian diatas dirasakan sudah menjadi satu paduan antara sendi

yang lima dengan lima tingkah laku yang senonoh.

Dari uraian diatas, bahwa pancasila sebagai istilah perkataan Sansekerta yang sudah dikenal

di tanah air kita sejak abad XIV. Sedangkan pancasila dalam bentuk formalnya sebagai dasar

Falsafah Negara Republik Indonesia baru diusulkan pada tanggal 1 Juni 1945.

B. Pengertian Sistem

Pengertian sistem menurut Wikipedia Indonesia adalah sistem berasal dari bahasa

Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri

komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran

informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan

suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa

dibuat.

5

Page 6: Makalah sistem filsafat_pancasila

Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam

suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara.

Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang

saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai

penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Pengertian Sistem Menurut Para Ahli

Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan

bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.

Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli :

1. L. James Havery

Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian

komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi

sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

2. John Mc Manama

Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang

saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil

yang diinginkan secara efektif dan efesien.

3. C.W. Churchman.

Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk

melaksanakan seperangkat tujuan.

4. J.C. Hinggins

Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.

5. Edgar F Huse dan James L. Bowdict

Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan

dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan

mempengaruhi keseluruhan.

6

Page 7: Makalah sistem filsafat_pancasila

C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Tahu Dan Pengetahuan, Ilmu dan Filsafat

a. Tahu dan Pengetahuan

Gejala awal orang belajar; menuntut ilmu dan filsafat adalah karena manusia ada

gejala ingin tahu terhadap segala hal, terutama hal-hal yang menarik minatnya. Tanpa bekal

tahu, maka ilmu dan filsafat tidak mungkin akan didapat. Berbagai hasil dari tahu yang ia

telah miliki maka manusia mempunyai pengetahuan, berbagai tahu tentang bercocok tanam,

maka ia mempunyai pengetahuan bercocok tanam. Lalu apakah tahu itu? Dan bagaimana

mendapatkannya? Tahu didapat karena manusia kontak dengan objek atau benda-benda

diluar dirinya atau juga dengan dirinya sendiri dan proses kontaknya itu dalam kesadaran

(yang artinya manusia memahami apa yang dialaminya) dan kemudian tersimpan dalam

pikiran (ingatan/memori) dan mengendap (save). Selama tersimpan (memori) itulah manusia

mempunyai tahu, dan tahu yang banyak tentang sesuatu hal yang sama disebut mempunyai

pengetahuan. Misalnya tahu banyak tentang memasak maka ia mempunyai pengetahuan

memasak, tetapi memiliki pengetahuan yang sesuatu belum tentu telah mempunyai ilmu

tentang sesuatu tersebut, karena ilmu memerlukan syarat-syarat lebuh lanjut.

Cara mendapatkan pengetahuan ada dua cara, yaitu pertama usaha sendiri dengan

cara pengamatan atau tangkapan sendiri, dengan melihat dan merasakan sendiri atau secara

lebih luas lagi dengan pengalaman indera sendiri, dari jenis ini pengetahuan bersifat sangat

subjektif. Dan yang kedua melalui perantaraan orang lain, yang ini ada dua macam, yang

pertama secara langsung misalnya diberitahukan secara individu, atau melalui forum

informasi umum (khalayak), sedang yang kedua secara tidak langsung, atau melalui media

informasi, baik melalui media informasi elektronik, maupun media cetak. Dari berbagai cara

tersebut manusia dapat memperoleh pengetahuan sesuai yang ia terima dan inginkan.

2. Sumber Timbulnya Pengetahuan

Ada tiga pandangan/aliran tentang sumber timbulnya pengetahuan, yaitu :

a) Aliran Emperisme; mengatakan bahwa semua pengetahuan awalnya diperoleh dari hasil

tangkapan indera manusia. Tokoh aliran ini adalah John Locke (1632-1704) dengan

teorinya “tabula rasa”, yang artinya bahwa anak yang baru lahir diibaratkan sebagai

kertas putih yang masih kosong belum terisi pengetahuan.

7

Page 8: Makalah sistem filsafat_pancasila

b) Aliran Rationalisme; mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah pada “akal

manusua”. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596-1660) dengan metode keraguannya

“cogito ergo sum” yang artinya “saya berpikir maka saya ada”.

c) Aliran Kritisisme (Fenomenalisme); mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh atas

dasar keterpaduan antara tangkapan indera dengan kerja akal manusia, atau bersifat

empiris-rasionalis. Memang awalnya pengetahuan didapat melalui upaya indera, tetapi

proses selanjutnya yang mengolah adalah akal manusia. Tokohnya adalah seorang

filosofi Jeramn Ammanuel Kant (1723-1804).

I. Aspek Ontologis

Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk

mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila menurut Notonagoro(1971), hakikat dasar

ontologis Pancasila adalah manusia. Mengapa? Karena manusia merupakan subjek hukum

pokok dari sila-sila Pancasila.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan

yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia (Kaelan, 2005).

Dengan demikian, secara ontologis hakikat dasar keberadaan dari sila-sila Pancasila

adalah manusia. Untuk hal ini, Notonagoro(1971) lebih lanjut mengemukakan bahwa

manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang

mutlak. Yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, serta jasmani dan rohani. Selain itu,

sebagai makhluk individu dan sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk

pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, secara hierarkis sila

pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila pancasila

(Kaelan, 2005).

Selanjutnya, Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki

susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan, serta mempunyai sifat dasar

kesatuan yang mutlak, yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai makhluk individu

sekaligus juga sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, sekaligus sebagai makhluk

Tuhan Konsekuensinya, segala aspek dalam penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai

Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak

berupa sifat kodrat manusia monodualis tersebut.

8

Page 9: Makalah sistem filsafat_pancasila

Kemudian, seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi

bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus

dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara,

tujuan negara, tugas/kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum negara, moral negara

serta segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.

II. Aspek Epistemologi

Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari

hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena

epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu

tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar

ontologisnya. Oleh karena itu, dasar epistemologi Pancasila sangat berkaitan erat dengan

konsep dasarnya tentang hakikat manusia.

Menurut Titus (1984;20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi,

yaitu :

a. Tentang sumber pengetahuan manusia

b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia; serta

c. Tentang watak pengetahuan manusia.

Epistemologi Pancasila sebagai suatu objek kajian pengetahuan pada hakikatnya

meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila. Adapun

tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-

nilai yang ada pada bangsa Indonesia itu sendiri. Merujuk pada pemikiran filsafat Aristoteles,

bahwa nilai-nilai tersebut sebagai kausa materialis Pancasila.

Selanjutnya, susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan maka Pancasila

memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila

maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah

bersifat hierarkis dan berbentuk piramida, yaitu :

a. Sila pertama pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya;

b. Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga,

keempat, dan kelima;

c. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari dan

menjiwai sila keempat dan kelima;

9

Page 10: Makalah sistem filsafat_pancasila

d. Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, dan ketiga, serta

mendasari dan menjiwai sila kelima, serta

e. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Demikianlah, susunan pancasila memiliki sistem logis, baik yang menyangkut

kualitas maupun kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut kualitas

ataupun kuantitasnya. Selain itu, dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut isi arti

sila-sila Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran

pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Kedudukan dan kodrat manusia pada

hakikatnya adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, sesuai dengan sila

pertama Pancasila epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat

mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tertinggi.

Selanjutnya, kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu sintesis yang

harmonis diantara potensi-potensi kejiwaan manusia, yaitu akal, rasa, dan kehendak manusia

untuk mendapatkan kebenaran yang tertinggi. Selain itu, dalam sila ketiga, keempat, dan

kelima, epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya

dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Sebagai suatu paham epistemologi, Pancasila memandang bahwa ilmu pengetahuan

pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat

manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan

pengetahuan dalam hidup manusia itulah sebabnya Pancasila secara epistemologis harus

menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun perkembangan sains dan teknologi

dewasa ini.

III. Aspek Aksiologi

Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai praksis

atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu

sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologi, maka nilai-nilai yang terkandung

dalamnya pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Selanjutnya, aksiologi Pancasila

mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai dalam

kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang dapat juga diartikan

10

Page 11: Makalah sistem filsafat_pancasila

sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness), dan kata kerja yang artinya

sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian (Frankena; 229).

Di dalam Dictionary of Sociology’ an Related Sciences dikemukakan bahwa nilai

adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan

manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok.

Dengan demikian, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada

suatu objek, sesuatu itu mengandung nilai, artinya ada sifat atau kualitas yang melekat

padanya, misalnya bunga itu indah, perbuatan itu baik, indah dan baik adalah sifat atau

kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan. Jadi, nilai itu sebenarnya adalah suatu

kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya. Adanya nilai itu karena

adanya kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai.

Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat bergantung pada titik

tolak dan sudut pandang setiap teori dalam menentukan pengertian nilai. Kalangan materialis

memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material, sedangkan kalangan

hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai kenikmatan. Namun, dari

berbagai macam pandangan tentang nilai dapat dikelompokkan pada dua macam sudut

pandang, yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan subjek pemberi nilai, yaitu

manusia. Hal ini bersifat subjektit, tetapi juga terdapat pandangan bahwa pada hakikatnya

nilai sesuatu itu melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan pandangan dari paham

objektivisme.

Notonagoro(1971) merinci tentang nilai, ada yang bersifat material dan nonmaterial.

Dalam hubungan ini, manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda bergantung pada

pandangan hidup dan filsafat hidup masing-masing. Ada yang mendasarkan pada orientasi

nilai material, tetapi ada pula yang sebaliknya, yaitu berorientasi pada nilai yang nonmaterial.

Nilai material relatif lebih mudah diukur menggunakan panca indera ataupun alat pengukur.

Akan tetapi, nilai yang bersifat rohaniah sulit diukur, tetapi dapat juga dilakukan dengan hati

nurani manusia sebagai alat ukur yang dibantu oleh cipta, rasa, serta karsa dan keyakinan

manusia (Kaelan, 2005).

Menurut Notonagoro(1971), nilai-nilai Pancasila itu termasuk nilai kerohanian, tetapi

nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian, nilai-

nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian itu juga mengandung nilai-nilai lain secara

lengkap dan harmonis, seperti nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau

estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, ataupun nilai kesucian yang secara keseluruhan

11

Page 12: Makalah sistem filsafat_pancasila

bersifat sistemik-hierarkis. Sehubungan dengan ini sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha

Esa menjadi basis dari semua sila-sila Pancasila (Darmodihardjo: 1978).

Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila

(subcriber of values Pancasila). Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang berkemanusiaan

yang berpersatuan, yang berkerakyatan, dan yang berkeadilan sosial. Sebagai pendukung

nilai bangsa Indonesialah yang menghargai, mengakui, serta menerima Pancasila sebagai

sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan Pancasila sebagai sesuatu

yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku, serta perbuatan manusia

dan bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini sekaligus adalah pengembannya

dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia Indonesia.

D. Hierarkhi/Jenjang Pengetahuan

Pengetahuan manusia dapat dikelompokkan dalam 3 jenjang atau tingkatan, yaitu :

a) Pengetahuan biasa (ordinary knowledge)

Pengetahuan biasa disebut juga pengetahuan sehari-hari yang dimiliki setiap orang,

pengetahuan praktis yang berguna bagi kehidupan orang. Pengetahuan ini bersifat

individual, subjektif dan terpecah-pecah (pragmatis) yang umumnya diperoleh melalui

kebiasaan, yaitu pengalaman yang berulang-ulang.

b) Pengetahuan ilmiah atau ilmu (scientivic knowledge)

Pengetahuan adalah syarat bagi manusia untuk memperoleh ilmu/ilmu pengetahuan.

Pengetahuan mempunyai kedudukan dan kualifikasi sebagai ilmu pengetahuan

apabila mengandung empat syarat yaitu ada objek, ada metode, ada system dan

berlaku umum.

b.1 Ada objeknya, yaitu yang merupakan sasaran penyelidikan, hal ini ada dua macam

: objek material dan objek formal. Objek material adalah benda-benda atau hal yang

menjadi sasaran, sedang objek formal adalah aspek dari sasaran yang ingin dikaji.

b.2 Ada metodenya, yaitu suatu cara pendekatan, bahwa suatu ilmu memerlukan cara-

cara pendekatan yang khas tertentu untuk mendapatkannya.

b.3 Ada sistemnya, yaitu suatu kebulatan keutuhan tersendiri bahwa setiap ilmu

mempunyai kebulatan dan keutuhan sendriri terpisah dengan ilmu lain diluarnya.

b.4 Harus berlaku umum, maksudnya adalah bahwa pengetahuan yang telah didapat

harus dapat dipresentasikan dan diterima serta dibenarkan oleh orang banyak terutama

oleh pakar dibidangnya. Selama tidak demikian maka pengetahuan tersebut menjadi

pengetahuan subjektif yang hanya dimiliki dan dibenarkan oleh yang bersangkutan.

12

Page 13: Makalah sistem filsafat_pancasila

c) Pengetahuan Filsafat (philosophic knowledge)

Syarat-syarat pengetahuan filsafat sama sebagaimana pengetahuan ilmiah, yaitu

berobjek, bermetode, bersistem, dan berlaku umum, yang berbeda dari segi kedalaman dan

keluasannya.

Selain dari segi metode dan sistem yang pada dasarnya sama, maka dari segi objek

dan sifat umumnya yang dimiliki mempunyai perbedaan-perbedaan yang tegas. Dari segi

objek, objek material filsafat adalah meliputi segala sesuatu yang ada di alam semesta ini,

sedangkan objek formal dari filsafat adalah mengkaji hakikat atau esensi dari segala sesuatu

(objek material) tersebut, dan hakikat inilah ciri khas yang dicari filsafat sehingga lazim

dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu mencari hakikat. Selanjutnya dari segi sifat umum,

filsafat mempunyai sifat yang lebih umum lagi, yaitu seumum-umumnya atau universal (tidak

terikat pada ruang dan waktu). Lalu timbul pertanyaan “ apa hakikat itu?”. Hakikat adalah

unsur-unsur (dasar) yang terdalam dari sesuatu hal (benda) yang mempunyai sifat abstrak,

mutlak, tetapi tidak berubah.

E. Pemahaman Arti Filsafat

Pemahaman tentang arti filsafat dibedakan kedalam tiga macam menurut

pendekatannya atau tinjauan, yaitu pertama arti menurut pendekatan etimologis, kedua arti

menurut pendekatan terminologis, dan arti dari tinjauan kandungan isinya.

1) Arti Etimologis

Filsafat dalam bahasa inggris disebut philosophy, istilah ini semula berasal dari

bahasa Yunani “filosofia”, dan istilah ini berasal dari akar kata filo/filia dan sofia. Filo yang

artinya cinta (dalam artinya yang luar termasuk suka, ingin sekali), karena cinta dan

keinginannya yang besar maka orang lalu berusaha untuk menggapai keinginannya itu. Sofia

artinya kearifan/kebijaksanaan bisa juga kebenaran. Bijaksana juga kata asing yang artinya

adalah pandai atau tahu yang mendalam. Dengan demikian, arti filsafat adalah cinta atau

keinginan yang besar untuk mendapatkan kearifan, kebijaksanaan dan kebenaran

pengetahuan.

2) Arti dari tinjauan Terminologis/Histories

Arti terminology berkaitan dengan penggunaan istilah itu sendiri. Kata filsafat

bermula lahir dari penggunaan kata dasar dari sofis, yang artinya bijaksana, serta tahu, serba

benar yang mewarnai kehidupan orang-orang Yunani pada zamannya. Sehingga lahirlah

aliran sofisme yang berkembang pada masyarakat Yunani pada abad ke 4 SM. Aliran sofisme

yang umumnya berkembang dalam lembaga-lembaga pendidikan, mereka menyatakan bahwa

13

Page 14: Makalah sistem filsafat_pancasila

apa yang mereka ajarkan kepada anak didik adalah yang paling benar, paling baik, paling

bijak, dan dengan slogan ini sebagai upaya menarik kaum muda belajar pada lembaga

pendidikan yang dikelolanya, dan ternyata banyak kawula muda masuk pada lembaga-

lembaga ini walaupun dengan biaya cukup tinggi. Pada masa aliran sofisme tumbuh subur ini

berdiri juga suatu perguruan yang dipimpin oleh seorang filosof terkenal yang bernama

Socrates (469-399 SM). Lembaganya juga memberi pengajaran yang diikuti berbagai

kalangan dari mulai orang tak punya hingga keturunan bangsawan, semuanya tidak ditarik

bayaran. Lebih dari itu lembaganya tidak mau salah masuk aliran sofisme, karena menurut

Socrates, tidak pantas memberi nama sofisme (bijaksana) karena nama itu hanya milik Tuhan

yang menciptakan alam ini, sedang ia hanya ingin mendekatinya saja. Ia ingin, cinta kepada

kebijaksanaan, cinta kepada sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan, Allah pencipta alam semesta

ini. Dengan kajiannya yang tekun Socrates telah menemukan kebenaran, paling umum dan

objektif dibanding dengan ajaran ajaran kaum sofis lainnya dan bahkan telah menemukan

kebenaran Tuhannya, itulah sebabnya dia tidak mau menggunakan istilah sofis, akan tetapi

menggunakan istilah filosofis. Namun dengan pendiriannya ini kemudian melahirkan

masalah bagi dirinya terhadap kaum sofis dan negaranya, yang akhirnya harus menerima

hukuman mati karena konsistensi pendiriannya itu.

3) Arti Filsafat ditinjau dari isi makna kandungannya

Seperti telah diutarakan di muka, bahwa filsafat juga memiliki syarat-syarat

sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain, yaitu berobjek (material, maupun formal),

bermetode, bersistem, dan bersifat umum universal. Makna khas dari filsafat adalah upaya

untuk mencari informasi yang sedalam-dalamnya dari objek materialnya, itulah yang tidak

lain merupakan objek formal dari filsafat. Mancari unsur dasar yang sedalam-dalamnya inilah

yang merupakan kandungan isinya dari filsafat, yaitu unsur dasar yang sedalam-dalamnya

yang bersifat mutlak, tetap dan tidak berubah, dan unsur itu hanya ada dalam alam pikir

(ratio) manusia, jadi bersifat abstrak. Unsur-unsur ini lazim disebut dengan nama hakikat,

atau essensi dari segala sesuatu objek materialnya.

F. Filsafat Pancasila Dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia

pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, fundamental, dan

menyeluruh. Untuk itu, sila-sila Pancasila merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat bulat dan

utuh, hierarkis, dan sistematis. Dalam pengertian inilah, sila-sila Pancasila merupakan suatu

14

Page 15: Makalah sistem filsafat_pancasila

sistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila tidak terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-

sendiri, tetapi memiliki esensi serta makna yang utuh.

Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung

makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan harus

berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

Pemikiran filsafat kenegaraan bertolak dari pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu

persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan yang merupakan masyarakat

hukum (legal society).

Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu berdasarkan pada kodrat bahwa

manusia sebagai warga negara, yaitu sebgai bagian persekutuan hidup yang mendudukkan

kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (hakikat sila pertama). Negara

yang merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, pada

hakikatnya bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang

berbudaya atau makhluk yang beradab (hakikat sila kedua). Untuk mewujudkan suatu

negara sebagai suatu organisasi hidup, manusia harus membentuk suatu ikatan sebagai suatu

bangsa (hakikat sila ketiga). Terwujudnya persatuan dan kesatuan akan melahirkan rakyat

sebagai suatu bangsa yang hidup dalam suatu wilayah negara tertentu konsekuensinya, hidup

kenegaraan itu haruslah didasarkan pada nilai bahwa rakyat merupakan asal mula kekuasaan

negara. Maka itu, negara harus bersifat demokratis, hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin,

baik sebagai individu maupun secara bersama (hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan

tujuan negara sebagai tujuan bersama, dalam hidup kenegaraan harus diwujudkan jaminan

perlindungan bagi seluruh warga. Dengan demikian, untuk mewujudkan tujuan, seluruh

warga negara harus dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang timbul dalam kehidupan

bersama (hakikat sila kelima).

G. Fungsi Dan Tujuan Filsafat Pancasila

Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu:

a) Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia

b) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

c) Pancasila sebagai sumber hukum dasar bangsa Indonesia

15

Page 16: Makalah sistem filsafat_pancasila

Tujuan filsafat pancasila sebagai berikut:

a. Untuk membentuk kepribadian yang seimbang yaitu keseimbangan dengan unsur

intelektual jasmani dan rohani.

b. Untuk membentuk manusia yang berjiwa pancasila sejati yang taat kepada Tuhan

Yang Maha Esa, menjunjung keadilan, memiliki kejujuran serta bertanggung jawab.

c. Untuk menumbuhkan wawasan berfikir integralistik, menjunjung tinggi nilai filosofis

dari pancasila serta mampu menerapkan metode ilmiah mempelajari

norma-norma/kaidah dan nilai-nilai yang digali dari pancasila.

16

Page 17: Makalah sistem filsafat_pancasila

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat adalah berpikir

secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah

suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang

satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu

kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan

konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu

sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam

dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:

1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata

lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah

maka itu bukan Pancasila.

2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan

sebagai berikut:

Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;

Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;

Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;

Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;

Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

Inti sila-sila Pancasila meliputi:

Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.

Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.

Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.

Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong.

Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.

B. Saran

17

Page 18: Makalah sistem filsafat_pancasila

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan

dalam makalah ini, Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena

terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan

judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran

yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di

kesempatan–kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada

khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Makalah sistem filsafat_pancasila

Tim Dosen Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Hasanuddin. 2010.

Pendidikan Kewarganegaraan. UPT MKU UNHAS: Makassar.

Darmodiharjo, Darji. 1996. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Fukuyama, F. 1989. The End of History, dalam National Interest, No.16. Dikutip dari

Modernity and Its Future. Polity Press: Cambridge.

Kaelan. 2005. Filsafat Pancasila sebagai Filsafat Bangsa Negara Indonesia. Makalah pada

Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan: Jakarta.

Notonagoro. 1971. Pengertian Dasar bagi Implementasi Pancasila untuk ABR1. Departemen

Pertahanan dan Keamanan: Jakarta.

Poespowardoyo, Soeryanto. 1989. Filsafat Pancasila. Gramedia: Jakarta.

Pranarka, A.W.M. 1985. Sejarah Pemikiran tentang Pancasila. CSIS: Jakarta.

Suseno, Franz, Magnis. 1987. Etika Politik; Prinsip-Prinsip Moral Dasar Modern. PT

Gramedia: Jakarta.

Titus Harold, Marilyn S., Smith, and Richard T. Nolan. 1984. Living Issues Philosophy,

diterjemahkan oleh Rasyidi. Penerbit Bulan Bintang: Jakarta.

http://www.sarjanaku.com/2011/05/pengertian-pancasila.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem

http://liavietri.blogspot.com/2010/02/pengertian-sistem.html

http://sahabatriswanto.blogspot.com/2011/01/tujuan-filsafat-pancasila.html

http://ai-hendriani.blogspot.com/p/t-pancasila-sebagai-sistem-flsafat.html

19