makalah sensor dan transduser
DESCRIPTION
sensor dan tranduser h=TRANSCRIPT
I. SENSORA. Pendahuluan
Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu.Hampir seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya. Pada saat ini, sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan menghemat energi.Sensor merupakan bagian dari transducer yang berfungsi untuk melakukan sensing atau “merasakan dan menangkap” adanya perubahan energi eksternal yang akan masuk ke bagian input dari transducer, sehingga perubahan kapasitas energi yang ditangkap segera dikirim kepada bagian konvertor dari transducer untuk dirubah menjadi energi listrik.
Besaran yang paling banyak diukur : posisi, force, kecepatan, percepatan, tekanan, level, flow, temperature.
B. Spesifikasi StatikDitentukan oleh manufacturer melalui kalibrasi.
Error Definisi : perbedaan antara nilai variabel yang sebenarnya dan nilai
pengukuran variabel. Seringkali nilai sebenarnya tidak diketahui. Untuk kasus tersebut accuracy akan
menunjukkan range/bound kemungkinan dari nilai sebenarnya.Accurac y Istilah ini digunakan untuk menentukan error keseluruhan maksimum yang
diharapkan dari suatu alat dalam pengukuran. Accuracy biasanya diekspresikan dalam inaccuracy. Beberapa jenis accuracy terhadap :
1. Variabel yang diukur.Misal : akurasi dalam pengukuran suhu ialah 2oC, berarti ada ketidak akuratan (uncertainty) sebesar 2oC pada setiap nilai suhu yang dikur.
2. Prosentase dari pembacaan Full Scale instrumen.Misal : akurasi sebesar 0.5% FS pada meter dengan 5 V Full Scale, berarti ketidakakuratan pada sebesar 0.025 volt.
3. Prosentase span (range kemampuan pengukuran instrumen).Misal : jika sebuah alat mengukur 3% dari span untuk pengukuran tekanan dengan range 20-50 psi, maka akurasinya menjadi sebesar ( 0.03) (50 – 20) = 0.9 psi.
Sensitivity Definisi : perubahan pada output insrtumen untuk setiap perubahan input
terkecil.
1
Sensitivitas yang tinggi sangat diinginkan karena jika perubahan output yang besar terjadi saat dikenai input yang kecil, maka pengukuran akan semakin mudah dilakukan.
Misalnya, jika sensitivitas sensor temperatur sebesar 5mV/oC berarti setiap perubahan input 1oC akan muncul output sebesar 5 mV.
Repeatibility Definisi : pengukuran terhadap seberapa baik output yang dihasilkan ketika
diberikan input yang sama beberapa kali. Repeatibility vs Accuracy (lihat Gambar 3-3, “ICE”)
Persamaan : repeatibility =
Hysteresis Definisi : perbedaan output yang terjadi antara pemberian input menaik dan
pemberian input menurun dengan besar nilai input sama Salah satu indikator repeatability. Linearity Definisi : hubungan antara output dan input dapat diwujudkan dalam persamaan
garis lurus.Linearitas sangat diinginkan karena segala perhitungan dapat
dilakukan dengan mudah jika sensor dapat diwujudkan dalam persamaan garis lurus.
C. Spesifikasi Dinamis Spesifikasi dinamis Menunjukkan seberapa baik respon sensor terhadap
perubahan pada inputnya secara kontinyu dan teratur. Hal ini dilakukan dengan memberikan input step dan sinusoidal.Input Step
Jika sensor berorde satu, parameter yang diamati : rise time, time constant, dan dead time.
Rise Time : waktu yang diperlukan agar output mencapai 10 – 90% dari respon penuh saat diberikan input step.
Time Constant : waktu yang diperlukan output untuk mencapai 63.2% dari nilai maksimal yang mungkin.
Dead time : waktu yang diperlukan output untuk mulai berubah. Jika sensor berorde dua, parameter yang diamati : damping coefficient, resonant
frequency, settling time, dan percent overshoot. Damping coeffecient dan resonant frequency menentukan bentuk dan waktu
respon sensor. Settling time adalah waktu yang diperlukan sampai terbentuk output yang
diinginkan. Percent Overshoot adalah besarnya lonjakan respons output dibanding kondisi
stabil.
2
D. Macam - Macam Sensor1. Sensor temperatur
Sensor temperatur adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan temperatur pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu. a. Macam-macam sensor temperatur
Seperti yang kita ketahui, sensor adalah suatu piranti yang dapat mengubah besaran fisik menjadi besaran mekanik. Jadi sensor suhu adalah suatu pirantiyang dapat mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan, gerakan atau resistansi. Sensor suhu terdapat banyak macamnya, antara lain: 1) Bimetallic temperature sensor 2) Thermocouple 3) Resistance temperature detector (RTD) 4) Thermistors 5) Integrated circuit temperature sensor (ex : lm35)
Berikut adalah penjelasannya:
1) Bimetallic temperature sensorSensor ini mengubah mampu besaran suhu menjadi gerakan. sensor ini
terbuat dari dua buah logam yang disatukan atau direkatkan menjadi satu. Cara kerja dari sensor ini adalah setiap logam kan mempunyai koefisien muai yang berbeda-beda maka jika dua buah logam yang memiliki koefisien muai yang berbeda disatukan maka gabungan kedua logam itu akan melengkung jika dipanasi. Karena sifatnya yang bisa melengkung jika terkena panas maka bimetal ini sering dipakai sebagai saklar suhu otomatis atau sebagai alat ukur suhu yang analog. Salah satu aplikasi dari Bimetallic temperature sensor ini adalah pada setrikaan listrik pada setrika jika suhu melebihi batas yang telah ditentukan maka setrika akan mati sendiri dan akan ada bunyi "tik", itu sebenarnya adalah Bimetallic temperature sensor yang sedang melengkung. Disini bimetal berfungsi sebagai saklar suhu otomatis yang akan memutus kontak listrik jika suhu setrika melebihi batas yang ditentukan.
3
2) Termokople Termokople adalah suatu sensor suhu yang mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan. Dasar pembuatan termokople terinspirasi oleh sifat logam yang jika kedua ujungnya diberi perbedaan suhu dan menghasilkan tegangan. Termokopel dibagi menjadi beberapa jenis, pembagian ini didasarkan oleh logam logam penyusun termokopel. Jenis jenis termokopel yaitu:
a) Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200 °C hingga +1200 °C.
b) Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy)
Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
c) Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer dibanding tipe K Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C
d) Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe KTermokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur temperatur tinggi (>300 °C).
e) Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50 °C.
f) Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
4
g) Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).]
h) Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C
Karena termokopel ini mampu mendeteksi rentang suhu yang tinggi maka termokopel ini biasa dipakai di dunia industri atau para peneliti.
3) Resistance temperature detector (RTD)
Resistance Temperatur Detectors (RTD), seperti namanya, adalah sensor yang mengubah mengubah data pembacaan suhu menjadi hambatan atau resistansi. Sebagian besar terdiri dari unsur RTD panjang kawat halus melingkar melilit sebuah keramik atau gelas inti. Unsur ini biasanya cukup rapuh, sehingga sering ditempatkan di dalam probe berselubung untuk melindunginya. Unsur RTD terbuat dari bahan murni yang hambatan pada berbagai suhu telah didokumentasikan. Materi yang memiliki perubahan diprediksi dalam perlawanan karena perubahan suhu; inilah perubahan yang diprediksi
Bahan Bahan yang digunakan dalam RTD: a) platinum (paling banyak digunakan dan paling
akurat) b) nikel c) tembaga d) balco (jarang digunakan) e) tungsten (jarang digunakan)
RTD adalah salah satu sensor suhu yang paling akurat. Tidak hanya memberikan akurasi yang baik, tapi juga memberikan stabilitas yang sangat baik. RTD juga relatif kebal terhadap gangguan listrik sehingga cocok untuk pengukuran suhu di lingkungan industri, terutama di sekitar motor, generator dan peralatan tegangan tinggi lainnya.
5
Jenis-jenis RTD: a) RTD elemen RTD elemen adalah bentuk sederhana dari RTD. Ini terdiri dari sepotong kawat dibungkus di sekitar inti keramik atau kaca. Karena ukuran kompak, elemen RTD biasanya digunakan bila ruang sangat terbatas. b) RTD surface elemen
RTD surface elemen adalah tipe khusus dari elemen RTD. Hal ini dirancang untuk menjadi setipis mungkin sehingga memberikan kontak yang baik untuk mengukur suhu permukaan datar.
c) RTD Probe RTD probe adalah bentuk paling kasar dari
RTD. probe terdiri dari unsur RTD terpasang di dalam tabung logam, juga dikenal sebagai selubung. sarung melindungi elemen dari lingkungan.
4) Termistor Termistor memiliki sifat yang mirip dengan RTD yaitu mampu mendeteksi perubahan suhu menjadi perubahan hambatan (resistansi). Termistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930. Ada dua macam termistor secara umum:
Posistor atau PTC (Positive Temperature Coefficient), dan NTC (Negative Temperature Coefficient). Nilai tahanan pada PTC akan naik jika perubahan suhunya naik, sementara sifat NTC justru kebalikannya.
5) Integrated circuit temperature sensor (ex : lm35) Ic sensor suhu salah satunya adalah lm 35. Lm35 memiliki dimensi seperti transistor ( memiliki 3 kaki). Lm35 ini memiliki 3 macam pin out yang memiliki konfigurasi sebagai berikut:
Lm 35 memiliki keluaran berupa tegangan listrik. Biasanya tegangan ini dibaca dengan adc mikrokontroler kemudian ditampilkan besaran suhunya melalui LCD. Sensor ini memiliki fitur sebagai berikut:
6
1. terkalibrasi dalam celcius 2. faktor skala linear 10mv/derajad celcius 3. mampu mengukur suhu dengan rentang -55 sampai +150 drajad celcius 4. cocok untuk aplikasi jarak jauh 5. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30V 6. Self-heating rendah, 0.08 drajad celcius
2. Sensor CahayaBanyak peralatan sistem kendali menggunakan sensor cahaya, oleh karena
sensor ini bayak jenisnya. Baik berdasarkan prinsip kerja maupun ukuran sensor ini terdiri dari berbagai jenis, diantaranya adalah :a. Dioda fotob. Transistor fotoc. Tabung cahaya berisi gasd. Pemfotodaraf (photomultiplier)e. Fotosel
Berikut adalah penjelasannya:a. Dioda Foto
Dioda foto memanfaatkan sifat-sifat sel emisi cahaya atau tabung cahaya. Tabung cahaya merupakan sebuah alat pemancar energi yang mengontrol pancaran elektronnya bila dihadapkan ke cahaya yang datang.
Elemen setengah lingkaran yang besar adalah katoda yang sensitif cahaya dan kawat tipis yang menuju pusat tabung adalah anoda.Kedua elemen ini ditempatkan di dalam sebuah pembungkus (envelope) gelas yang telah
7
dihampakan. Bila antara anoda dan katoda diberikan suatu tegangan konstan, arus di dalam rangkaian berbanding langsung dengan banyaknya cahaya atau intensitas cahaya yang jatuh pada katoda.
Katoda cahaya memancarkan elektron bila dirangsang dengan energi pancaran yang datang. Pada waktu itu katoda cahaya yang paling penting digunakan di dalam tabung cahaya vakum adalah permukaan cesium-antimony, yang ditandai dengan sensitivitas yang tinggi di dalam spektrum visibel. Jenis gelas yang digunakan di dalam penutup gelas terutama menentukan sensitivitas alat pada panjang gelombang yang lain.
b. Transistor FotoSama halnya dioda foto, maka transistor foto juga dapat dibuat sebagai
sensor cahaya. Teknis yang baik adalah dengan menggabungkan dioda foto dengan transistor foto dalam satu rangkaian.
c. Tabung Cahaya Berisi GasTabung cahaya berisi gas memiliki kontruksi umum yang sama seperti
tabung cahaya vakum, kecuali bahwa penutup berisi gas lamban (biasanya argon) pada suatu tekanan yang sangat rendah. Elektron dipancarkan dari katoda melalui kekuatan photoelectric dan mempercepatnya melalui gas dengan memberikan tegangan pada anoda. Jika energi elektron melebihi potensial ionisasi gas (15, 7 V untuk argon), tumbukan sebuah elektron dan molekul gas dapat menyebabkan ionisasi, yakni pembentukan sebuah ion positif dan sebuah elektron sekunder.
Jika selanjutnya tegangan diperbesar melebihi potensial ionisasi, arus yang dikumpulkan oleh anoda bertambah karena jumlah tumbukan antara elektron cahaya (photo-elektron) dan molekul gas lebih banyak. Jika tegangan anoda dinaikkan ke suatu nilai yang sangat tinggi, arus menjadi tidak terkontrol; maka semua molekul gas terionisasi dan tabung memiliki suatu lucutan kilap (glow discharge). Keadaan ini harus dicegah karena dapat merusak tabung untuk seterusnya. Karateristik khas anatara arus dan tegangan untuk berbagai level cahaya.
d. Pemfotodarap (Photomultiplier)Untuk mendeteksi level-level cahaya yang sangat rendah, kebanyakan
pemakaian diperlukan penguatan khusus bagi arus cahaya.Pemfotodarap atau alat menggandakan cahaya (photomultiplier),
menggunakan emisi sekunder untuk memberikan penguatan arus diatas faktor 106 dan berarti menjadi sebuah detektor yang sangat bermanfaat bagi level cahaya yang rendah.
Dalam sebuah pemfotodarap, elektron yang dipancarkan oleh fotokatoda diarahkan secara elektrostatik ke sebuah permukaan pancar sekunder yang disebut dynoda. Jika pada dynoda ini diberikan tegangan kerja yang sesuai, tiga sampai enam elektron sekunder dipancarkan untuk setiap
8
elektron primer yang menumbuk dynoda. Elektron sekunder ini difokuskan ke sebuah dynoda kedua dimana proses berulang.
e. FotoselFotosel adalah elemen-elemen yang daya hantarnya merupakan fungsi
dari radiasi elektromagnetik yang masuk. Banyak bahan bersifat fotokonduktif sampai tingkat tertentu, akan tetapi yang terpenting secara komersial adalah kadmium-sulfida, germanium dan silikon. Respons spektral dari sel kadmium-sulfida hampir sesuai dengan mata manusia, dan dengan demikian sel ini sering digunakan dalam pemakaian dimana penglihatan manusia merupakan suatu faktor, seperti halnya pengontrolan cahaya jalan atau pengontrol selaput pelangi otomatik pada alat-alat kamera.
3. Sensor Straina. Metal Strain Gauges (SGs)
Strain gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur tekanan (deformasi atau strain) pada alat ini. Alat ini ditemukan pertama kali oleh Edward E. Simmons pada tahun 1938, dalam bentuk foil logam yang bersifat insulatif (isolasi) yang menempel pada benda yang akan diukur tekanannya. Jika tekanan pada benda berubah, maka foilnya akan ter deformasi, dan tahanan listrik alat ini akan berubah. Perubahan tahanan listrik ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian Jembatan Wheatstone.
Prinsip kerja Strain : hasil pemberian gaya
atau tekanan pada benda padat/solid.
Sensor ini bekerja berdasar perubahan resistansi logam yang disebabkan logam tersebut berubah panjangnya.
o
Dimana : R = perubahan resistansi l = perubahan panjang R0 = resistansi mula-mula l0 = panjang mula-mula Instalasi
Cara memasang SG ini dilakukan dengan melekatkan kabel logam atau foil pada elemen yang akan diukur strainnya. Kemudian saat elemen tersebut ditekan dan berubah bentuk, maka SG juga akan berubah bentuk dan menghasilkan perubahan resistansi.
Spesifikasi SG diindikasikan oleh Gauge Factor
o GF =
9
Dimana : = perubahan kecil pada resistansi gauge karena strain. Strain = = perubahan kecil pada
Konstruksi Berupa logam tipis yang dilekati elemen kabel atau foil. Umumnya unidirectional, hanya memberi respon di salah satu arah saja.
Signal Conditioning Menggunakan rangkaian jembatan karena perubahan resistansi yang kecil
dan adanya efek temperatur
4. Sensor Efek Hall
Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan adanya objek magnetis dengan perubahan posisinya. Perubahan medan magnet yang terus menerus menyebabkan timbulnya pulsa yang kemudian dapat ditentukan frekuensinya, sensor jenis ini biasa digunakan sebagai pengukur kecepatan.
Sensor Hall Effect digunakan untuk mendeteksi kedekatan (proximity), kehadiran atau ketidakhadiran suatu objek magnetis (yang) menggunakan suatu jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Half-Effect Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linear digunakan untuk mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada konduktordan funsi-fungsi lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit switch, sensor keberadaan (presence sensors), dsb. Sensor ini memberikan logika output sebagai interface gerbang logika secara langsung atau mengendalikan beban dengan buffer ampli fier.
Gambar 1.7. Diagram Hall Effect
Keterangan gambar :1. Elektron2. Sensor Hall atau Elemen Hall3. Magnet4. Medan Magnet5. Power Source
Gambar diagram hall effect tersebut tersebut menunjukkan aliran elektron. Dalam gambar A menunjukkan bahwa elemen Hall mengambil kutub negatif pada sisi atas dan kutub positif pada sisi bawah. Dalam gambar B dan C, baik arus listrik
10
ataupun medan magnet dibalik, menyebabkan polarisasi juga terbalik. Arus dan medan magnet yang dibalik ini menyebabkan sensor Hall mempunyai kutub negatif pada sisi atas.
Hall Effect tergantung pada beda potensial (tegangan Hall) pada sisi yang berlawanan dari sebuah lembar tipis material konduktor atau semikonduktor dimana arus listrik mengalir, dihasilkan oleh medan magnet yang tegak lurus dengan elemeh Hall.
Perbandingan tegangan yang dihasilkan oleh jumlah arus dikenal dengan tahanan Hall, dan tergantung pada karakteristik bahan. Dr. Edwin Hall menemukan efek ini pada tahun 1879.
Hall Effect dihasilkan oleh arus pada konduktor. Arus terdiri atas banyak beban kecil yang membawa partikel-partikel (biasanya elektron) dan membawa gaya Lorentz pada medan magnet. Beberapa beban ini berakhir di sisi – sisi konduktor. Ini hanya berlaku pada konduktor besar dimana jarak antara dua sisi cukup besar.
Salah satu yang paling penting dari Hall Effect adalah perbedaan antara beban positif bergerak dalam satu arah dan beban negatif bergerak pada kebalikannya. Hall Effect memberikan bukti nyata bahwa arus listrik pada logam dibawa oleh elektron yang bergerak, bukan oleh proton. Yang cukup menarik, Hall Effect juga menunjukkan bahwa dalam beberapa substansi (terutama semikonduktor), lebih cocok bila kita berpikir arus sebagai “holes” positif yang bergerak daripada elektron.
5. Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali denganperbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.
6. Sensor Penyandi (Encoder)
11
Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat.
Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran) yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar.
Kedua, Penyandi absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu
II. TRANSDUCERA. Pengertian
12
Transduser berasal dari kata “ traducere ” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Sehingga transduser dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut sensor, karena bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain.Kita mengenal ada enam macam energi, yaitu : radiasi, mekanik, panas, listrik, dan kimia.
Contoh: Generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan lain sebagainya. Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu:1) Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari
luar.Contoh :
Thermistor untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik. Ketika hambatan thermistor berubah karena pengaruh panas, maka tegangan listrik dari thermistor juga berubah.
2) Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energy dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.Contoh :
Termokopel ketika menerima panas, termokopel langsung menghasilkan tegangan listrik tanpa membutuhkan energi dari luar.
Parameter listrik dan kelas transduser
Prinsip kerja dan sifat alat Pemakaian alat
Transduser Pasif
Potensiometer Perubahan nilai tahanan karena posisi Tekanan,
13
kontak bergeser pergeseran/posisi
Strain gage Perubahan nilai tahanan akibat perubahan panjang kawat oleh tekanan dari luar
Gaya, torsi, posisi
Transformator selisih (LVDT)
Tegangan selisih dua kumparan primer akibat pergeseran inti trafo
Tekanan, gaya, pergeseran
Gage arus pusar Perubahan induktansi kumparan akibat perubahan jarak plat
Pergeseran, ketebalan
Transduser Aktif
Sel fotoemisif Emisi elektron akibat radiasi yang masuk pada permukaan fotemisif
Cahaya dan radiasi
Photomultiplier Emisi elektron sekunder akibat radiasi yang masuk ke katoda sensitif cahaya
Cahaya, radiasi dan relay sensitif cahaya
Termokopel Pembangkitan ggl pada titik sambung dua logam yang berbeda akibat dipanasi
Temperatur, aliran panas, radiasi
Generator kumparan putar (tachogenerator)
Perputaran sebuah kumparan di dalam medan magnit yang membangkitkan tegangan
Kecepatan, getaran
Piezoelektrik Pembangkitan ggl bahan kristal piezo akibat gaya dari luar
Suara, getaran, percepatan, tekanan
Sel foto tegangan Terbangkitnya tegangan pada sel foto akibat rangsangan energi dari luar
Cahaya matahari
Termometer tahanan (RTD)
Perubahan nilai tahanan kawat akibat perubahan temperatur
Temperatur, panas
Hygrometer tahanan Tahanan sebuah strip konduktif berubah terhadap kandungan uap air
Kelembaban relatif
Termistor (NTC) Penurunan nilai tahanan logam akibat kenaikan temperatur
Temperatur
Mikropon kapasitor Tekanan suara mengubah nilai Suara, musik,derau14