makalah seminar - wulandari saputri.docx

24
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN Oleh: Wulandari Saputri Program Studi Pendidikan Sains PPs Universitas Negeri Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRAK Berawal dari adanya tuntutan hidup di abad 21 yang turut berimbas pada sistem pendidikan di Indonesia dengan lahirnya kurikulum 2013. Untuk menjawab tuntutan tersebut kurikulum 2013 mengamanatkan pembelajaran berbasis pendekatan saintifk (scientific approach). Pendekatan ini dipercaya sebagai jembatan emas dalam pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik di abad 21. Namun dari hasil laporan pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman (2013) diketahui bahwa adanya kebingungan dari pihak guru dalam menyusun perangkat pembelajaran berbasis pendekatan saintifik mengingat masih sangat baru. Di sisi lain, selain masalah tuntutan hidup, karakteristik lainnya dari abad 21 adalah tentang isu kerusakan lingkungan yang membutuhkan berbagai solusi untuk mengatasinya. Namun, berdasarkan hasil wawancara di salah satu SMA di kota Yogyakarta diketahui bahwa mata pelajaran biologi sudah terbiasa dengan pendekatan saintifik sejak dulu. Hanya saja dalam penerapannya belum dilaksanakan sepenuhnya dan belum dihubungkan

Upload: wulandari-saputri

Post on 10-Feb-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN

SIKAP PEDULI LINGKUNGAN

Oleh:

Wulandari Saputri

Program Studi Pendidikan Sains PPs Universitas Negeri Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Berawal dari adanya tuntutan hidup di abad 21 yang turut berimbas pada sistem pendidikan di Indonesia dengan lahirnya kurikulum 2013. Untuk menjawab tuntutan tersebut kurikulum 2013 mengamanatkan pembelajaran berbasis pendekatan saintifk (scientific approach). Pendekatan ini dipercaya sebagai jembatan emas dalam pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik di abad 21. Namun dari hasil laporan pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman (2013) diketahui bahwa adanya kebingungan dari pihak guru dalam menyusun perangkat pembelajaran berbasis pendekatan saintifik mengingat masih sangat baru. Di sisi lain, selain masalah tuntutan hidup, karakteristik lainnya dari abad 21 adalah tentang isu kerusakan lingkungan yang membutuhkan berbagai solusi untuk mengatasinya. Namun, berdasarkan hasil wawancara di salah satu SMA di kota Yogyakarta diketahui bahwa mata pelajaran biologi sudah terbiasa dengan pendekatan saintifik sejak dulu. Hanya saja dalam penerapannya belum dilaksanakan sepenuhnya dan belum dihubungkan dengan masalah lingkungan yang ada di sekitar peserta didik. Padahal masalah lingkungan dapat dijadikan bagian dalam pembelajaran karena dapat mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis. Model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai awal dari proses pembelajaran adalah Problem Based Learning (PBL). PBL sangat tepat jika disandingkan dengan pendekatan saintifik mengingat karakteristiknya yang sama. PBL dapat melatih peserta didik untuk terampil dalam memecahkan masalah dengan menggunakan konsep-konsep yang telah dikuasai. Penguasaan konsep diyakini secara tidak langsung berpengaruh terhadap sikap peserta didik. Diharapkan dengan didukung penguasaan konsep yang baik, peserta didik menjadi lebih peduli dan peka terhadap berbagai masalah lingkungan. Oleh karena itu, perangkat pembelajaran berbasis pendekatan saintifik dengan model PBL penting untuk dikembangkan.

Page 2: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

Kata kunci : Perangkat pembelajaran, pendekatan saintifik, model Problem Based Learning (PBL), penguasaan konsep, dan sikap peduli lingkungan.

PENDAHULUAN

Perangkat pembelajaran merupakan kunci sukses keberhasilan guru dalam

mengajar. Perangkat pembelajaran memuat segala rencana kegiatan proses

pembelajaran selama proses pembelajaran termasuk media dan ragam tehnik

penilaian yang akan digunakan. Dengan adanya perangkat pembelajaran ini,

proses pembelajaran di kelas menjadi lebih terstruktur dan terarah. Proses

pembelajaran pun menjadi lebih efektif dan berjalan sesuai harapan. Untuk itu,

seorang guru yang profesional harus terampil dalam menyusun perangkat

pembelajaran.

Perangkat pembelajaran dibuat mengacu pada dengan kurikulum yang

sedang berlaku, yang dalam penelitian ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum

2013 lahir sebagai bentuk peralihan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Peralihan ini tidak lain bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan

di Indonesia agar dapat bersaing dengan negara luar terutama untuk menghadapi

abad 21. Dimana pada abad 21, siswa tidak hanya dituntut untuk berpengetahuan

saja, namun juga dapat memanfaatkan dan mengaplikasikan pengetahuan yang

diperoleh untuk kehidupannya kelak. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh

Ananiadou et al., (2009:8) bahwa skill and competencies young people will be

required to have in order to be effective workers and citizen in the knowledge

society of the 21st century.

Jika dibandingkan dengan KTSP, pada kurikulum 2013 terdapat perubahan

pada empat Standar Nasional Pendidikan (SNP). Oleh sebab itu, dalam menyusun

perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 harus memperhatikan

keempat perubahan tersebut yang meliputi standar isi, proses, kompetensi

kelulusan dan standar penilaian. Salah satunya melalui standar proses, kurikulum

2013 mengamanatkan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik (scientific

approach). Pendekatan saintifik ini digunakan sebagai bentuk proses

pembelajaran yang bermakna bagi siswa untuk meningkatkan 21st first century

Page 3: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

skills, yang meliputi: way of thinking, way of working, tools for working, and

living in the world (Binkley et al., 2010:1-2).

Namun dari hasil laporan pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman

(2013) diketahui bahwa adanya kebingungan dari pihak guru dalam menyusun

perangkat pembelajaran berbasis pendekatan saintifik. Hal ini sebenarnya masih

terbilang wajar mengingat kurikulum 2013 masih sangat baru diterapkan.

Meskipun begitu, masalah ini menuntut perhatian serius dari berbagai pihak.

Karena tujuan dari kurikulum 2013 akan tercapai manakala berbagai komponen di

dalamnya terlaksana dengan lancar.

Di sisi lain, selain masalah tuntutan hidup, karakteristik lainnya dari abad 21

adalah tentang isu kerusakan lingkungan yang membutuhkan berbagai solusi

untuk mengatasinya (BNSP, 2010). Oleh karena itu, para siswa harus dibiasakan

untuk berhadapan atau berinteraksi dengan berbagai masalah lingkungan salah

satunya melalui proses pembelajaran di kelas. Mata pelajaran biologi menurut

salah satu guru biologi SMA di Yogyakarta dalam proses pembelajarannya telah

terbiasa dengan pendekatan saintifik. Dimana biologi merupakan mata pelajaran

yang mengutamakan proses penemuan melalui kegiatan percobaan dan observasi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran biologi siswa sudah terbiasa

untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri melalui serangkaian aktivitas

ilmiah. Namun, berdasarkan wawancara terbatas tersebut diketahui bahwa dalam

pembelajaran biologi belum didasarkan atas isu-isu atau masalah nyata yang ada

di lingkungan, khususnya pada materi pencemaran lingkungan. Padahal

pembelajaran yang didasari atas masalah nyata dapat membuat proses belajar

menjadi lebih bermakna. Sehingga siswa dapat menghayati dan memaknai hasil

pembelajarannya tersebut dalam perilaku dan tindakannyanya sehari-hari.

Problem Based Learning (PBL) dapat menjadi jawaban dari permasalahan

ini. PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang disarankan dalam

kurikulum 2013 dan sesuai dengan pendekatan saintifik. Model PBL merupakan

model yang menggunakan masalah otentik sebagai langkah awal proses

pembelajaran. PBL mengajak siswa untuk berinteraksi langsung dengan masalah.

Page 4: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

Masalah-masalah yang menantang akan merangsang rasa ingin tahu siswa,

sehingga secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran.

Melalui PBL, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan tetapi juga

penguasaan terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Hal ini penting sekali, karena

penguasaan konsep yang baik berhubungan langsung dengan sikap siswa. Dalam

taksonomi Bloom, siswa dikatakan menguasai konsep apabila siswa dapat

mencapai level C1 sampai C6, yang meliputi mengingat, memahami,

mengaplikasikan, mengevaluasi, mencipta (Anderson & Krathwohl, 2010).

Namun, hasil PISA menyatakan bahwa tahun 2012 Indonesia hanya mampu

menempati peringkat ke-64 dari 65 negara partisipan (OECD, 2012). Rendahnya

hasil penilaian PISA terhadap tingkat literasi sains siswa di Indonesia

menunjukkan bahwa siswa di Indonesia belum mampu memahami, memaknai

sekaligus menerapkan segala konsep materi pembelajaran yang diterimanya di

sekolah untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana disebutkan bahwa tingkat penguasaan konsep berhubungan

langsung dengan sikap siswa. Jika penguasaan konsep rendah tentu saja akan

berimbas pada sikap siswa, dalam hal ini terhadap berbagai masalah lingkungan.

Sikap merupakan nilai-nilai positif dari diri siswa yang dapat dibangun melalui

proses pembelajaran. Pendidikan nilai harus dilakukan secara langsung melalui

keteladanan dan pemberian contoh yang baik bagi siswa. Keteladanan sikap

peduli lingkungan dapat juga diajarkan melalui pembelajaran langsung mengenai

masalah-masalah lingkungan, yaitu melalui model PBL. Melalui model PBL,

diharapkan siswa dapat benar-benar memaknai proses pembelajaran sehingga

dapat meningkatkan sikap kepeduliannya terhadap lingkungan. Bukan sekedar

untuk pengetahuan, tapi juga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Berbagai masalah lingkungan yang semakin marak akhir-akhir ini

diperbincangkan dapat menjadi bahan renungan bagi siswa. Trend masalah

pemanasan global, kebakaran hutan, pencemaran air secara tidak langsung

menggambarkan tingkat kepedulian generasi sekarang terhadap lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas maka pengembangan perangkat pembelajaran

berbasis pendekatan saintifik dengan model PBL penting untuk dilakukan.

Page 5: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

Terutama untuk meningkatkan penguasaan konsep dan sikap kepedulian siswa

terhadap lingkungan.

PEMBAHASAN

Perangkat Pembelajaran

Dalam KBBI (2007:17), perangkat ialah suatu alat atau perlengkapan yang

berfungsi sebagai penunjang alat utama. Sedangkan pembelajaran ialah proses

atau cara atau perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Jadi,

perangkat pembelajaran ialah alat yang digunakan sebagai penunjang dalam

proses belajar siswa.

Winarto (2014:27) juga mendefinisikan perangkat pembelajaran sebagai

komponen-komponen pembelajaran berbentuk media cetak yang digunakan guru

untuk melaksanakan pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut

dapat menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Tanpa perangkat pembelajaran proses pembelajaran masih memungkinkan untuk

berjalan. Namun, pembelajaran menjadi kurang efektif dan efisien. Selain itu,

pembelajaran juga menjadi tidak terarah sehingga banyak tujuan belajar tidak

tercapai dan akhirnya pembelajaran bisa dikatakan gagal.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah

seperangkat alat yang disusun guru sebagai pedoman dalam pelaksannan

pembelajaran, yang meliputi silabus, RPP, LKS, dan instrumen penilaian.

Perangkat pembelajaran telah banyak terbukti efektif dalam meningkatkan

efektivitas pembelajaran yang juga berimbas pada peningkatan kemampuan siswa

yang ingin dikembangkan. Paidi (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan

bahwa perangkat pembelajaran untuk PBL efektif terhadap kemampuan

metakognitif dan pemecahan masalah, namun tidak efektif dalam penguasaan

konsep. Namun akan efektif jika PBL dikomplementasikan dengan stratego

metakognitif concept mapping. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu

Page 6: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang akan

dikembangkan serta model atau metode pembelajaran yang akan digunakan.

Pendekatan Saintifik

Kurikulum 2013 mengamanatkan penggunaan pendekatan saintifik untuk

proses pembelajaran. Berdasarkan KBBI (2008: 246), pendekatan didefinisikan

sebagai usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan

dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah

penelitian. Sedangkan ilmiah sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat

ilmu yang secara ilmu pengetauan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan

(KBBI, 2008: 423). Jadi, pendekatan ilmiah (saintifik) dapat diartikan sebagai

sebuah rangkaian aktivitas yang melibatkan metode ilmiah dalam proses

pembelajaran.

Serupa dengan Sagan (1980:46) yang juga mendefinisikan pendekatan

saintifik sebagai suatu upaya untuk mendapatkan pengetahuan baru,

menggambarkan sebuah filosofi, menggeneralisasikan pengetahuan berdasarkan

fakta, dan menjadi paradigma mendasar di dalam sebuah proses pembelajaran.

Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa melalui pendekatan saintifik siswa dapat

menemukan jawaban dari rasa ingin tahunya serta mengaplikasikan

pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.

Carin dan Sund (1993:4) menuliskan sains sebagai metode merupakan

“certain ways of investigating problem, for examplesmaking hypotheses,

designing, carrying out experiments, evaluating data, measuring, and so on.

Menurutnya, sains sebagai metode merupakan suatu cara dalam menginvestigasi

masalah, misalnya dalam membuat hipotesis, mendesain dan melakukan

eksperimen, evaluasi data, mengukur dan seterusnya. Metode tersebut umumunya

dapat mengembangkan keterampilan proses peserta didik.

Berdasarkan ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan

saintifik adalah proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas ilmiah di dalamnya

dimana siswa berperan sebagai seorang peneliti yang ingin mencari jawaban dari

permasalahan yang ada. Siswa didorong menjadi subjek belajar yang aktif untuk

Page 7: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

menggali berbagai informasi dan mengkontruksi pemahaman bagi dirinya sendiri.

Berikut ini adalah tabel kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Tabel 1. Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

KEGIATAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSIYANG

DIKEMBANGKANMengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk

Mengumpulkan informasi/ eksperimen

Melakukan eksperimen membaca sumber lain selain buku teks mengamati objek/ kejadian/aktivitas wawancara nara sumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/ mengolah informasi

Pengolahan informasi dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai mencari solusi

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Mengkomunikasikan

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Sumber: Berdasarkan Permendiknas No. 81A Tahun 2013

Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas dalam pengembangan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan siswa. Melalui pendekatan saintifik, langkah-

langkah pembelajaran pun menjadi lebih terarah. Tidak ada kesempatan bagi

siswa untuk hanya berdiam diri di kelas. Semua siswa diarahkan untuk selalu

terlibat aktif dalam seluruh kegiatan di kelas. Tanggung jawab sepenuhnya

diberikan kepada siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai pembimbing,

fasilitator, dan evaluator. Selain itu juga, melalui pendekatan ini secara tidak

Page 8: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

langsung siswa sedang diajak untuk merencanakan karirnya di masa. Tentunya

karir masa depannya bergantung pada skill dan kompetensi yang ia miliki sejak

dibangku sekolah.

Model Problem Based Learning (PBL)

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, salah satu model pembelajaran

yang sangat disarankan dalam kurikulum 2013 adalah PBL. PBL adalah model

pembelajaran yang memperkenalkan siswa pada masalah dunia nyata (real world

problem) sebagai dasar untuk melakukan investigasi dan inkuiri (Arends,

2012:396). Disini peran guru sangat penting dalam memberikan masalah otentik

dan menantang siswa untuk berpikir, memfasilitasi penyelidikan dan mendukung

pembelajaran siswa, serta membimbing siswa dalam menerapkan pengetahuan

yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang baik adalah yang

membangkitkan rasa ingin tahu dan menantang siswa untuk berpikir serta

mengerahkan segenap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal

ini sejalan dengan Arends (2012:405) juga menyebutkan bahwa masalah yang

digunakan dalam PBL harus yang bersifat ill-structured problem, yaitu jenis

masalah yang memiliki lebih dari satu solusi penyelesaian.

Ommundsen (2001) yang menyatakan bahwa PBL merupakan salah satu

model yang menyenangkan untuk belajar biologi, yang mendorong siswa untuk

memecahkan masalah otentik, merangsang diskusi antar siswa, dan penguatan

pembelajaran. Penyajian permasalahan atau isu-isu populer yang menantang

mendorong rasa ingin tahu untuk mencari jawaban dari permasalahan tersebut.

Terlebih lagi permasalahan tersebut dekat dengan kehidupannya sehari-hari, salah

satunya tentang isu-isu lingkungan yang akhir-akhir ini semakin marak

dibicarakan.

Ackay (2009:26) yang mendefinisikan PBL sebagai suatu cara yang

dianjurkan dalam pembelajaran berbasis penyelidikan dimana siswa menggunakan

masalah otentik untuk melakukan investigasi mengenai apa yang mereka

Page 9: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

butuhkan dan yang harus mereka ketahui. Karena PBL tidak dirancang untuk guru

memberikan penjelasan sebanyak-banyaknya, maka siswa lah yang aktif mencari.

Siswa sendiri yang menentukan apa yang ia peroleh dari proses pembelajaran

tersebut. Hasil belajar bisa berbeda-beda tergantung pada tingkat keaktifan siswa.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa PBL adalah suatu model yang menggunakan

masalah otentik sebagai langkah awal dalam proses pembelajaran yang

mendorong siswa untuk melakukan kegiatan investigasi guna mencari solusi atas

pemasalahan tersebut. Diharapkan melalui PBL siswa terbiasa menghadapi

masalah dunia nyata yang menandakan bahwa dia memahami setiap konsep-

konsep yang telah diajarkan. Berikut ini adalah sintaks pembelajaran dengan

model PBL.

Tabel 2. Sintaks Model PBLFase Kegiatan Siswa

1. Oriented student to the proble Siswa diperkenalkan terhadap suatu masalah yang akan membangkitkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk melakukan penyelidikan.

2. Organize student for study Siswa membentuk beberapa kelompok kecil bersama temannya untuk mempermudah melakukan penyelidikan dan mengembangkan keterampilan kolaboratif antar siswa.

3. Assist independent and group investigation

Siswa melakukan penyelidikan bersama kelompoknya masing-masing dan dengan bimbingan dari guru.

4. Develop and present artifact and exhibits

Siswa bersama kelompoknya mengembangkan hasil penyelidikan menjadi sebuah produk atau karya yang nantinya bisa dipamerkan atau dipresentasikan dihadapan kelompok lain dan guru.

5. Analyze and evaluate the problem-solving process.

Siswa melakukan analisis dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah mereka lakukan.

Sumber: Arends (2012:411)

Berdasarkan sintaks pembelajaran model PBL di atas diketahui bahwa PBL

memiliki karakteristik yang sama dengan pendekatan saintifik. Kegiatan siswa

pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kegiatan siswa dalam PBL sudah

mencakup kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan (5M). Setiap fase mengarah pada kegiatan penyelidikan

sama seperti yang diharapkan dalam Kurikulum 2013. Oleh karena itu, diharapkan

dengan penerapan pendekatan saintifik dengan model PBL dapat mendorong

Page 10: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga masing-masing

siswa dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk dapat

hidup di abad 21. Terlebih lagi karena model PBL telah sangat populer dan

banyak terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya hasil

penelitian Faizah, S.S. Miswadi, S. Haryani (2013) yang menyimpulkan bahwa

perangkat pembelajaran dengan model PBL berpengaruh positif terhadap

peningkatkan soft skill dan pemahaman konsep siswa. Melalui pemberian masalah

otentik yang berkaitan dengan dunia nyata materi pelajaran yang bersifat abstrak

dan kurang aplikatif menjadi lebih menarik dan menantang sehingga berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa.

Penguasaan Konsep

Berdasarkan Taxonomy bloom revisi terbaru (Anderson and Krathwohl: 2010)

penguasaan konsep tingkatannya meliputi: mengingat (remember), memahami

(understand), mengaplikasikan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi

(evaluate), dan mencipta (create). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

siswa dikatakan menguasai konsep apabila mampu mengaplikasikan

pengetahuannya pada berbagai konteks permasalahan bahkan sampai mampu

menciptakan karya sederhana berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Pentingnya penguasaan konsep didasarkan pada kenyataan bahwa keadaan di

alam ini sangatlah kompleks, sehingga diperlukan pengelompokkan atas dasar

keragaman objek, peristiwa, sifat, maupun proses. Pada pembelajaran biologi, ada

konsep-konsep yang mudah dipahami, tetapi ada pula yang sukar. Guru sebagai

fasilitator berkewajiban membimbing siswa menyediakan proses pembelajaran

yang bermakna dan menyenangkan agar siswa dapat memahami dan menguasai

konsep-konsep yang diajarkan.

Namun, rendahnya hasil penilaian PISA 2012 terhadap tingkat literasi sains

siswa di Indonesia menunjukkan bahwa siswa di Indonesia belum menguasai

berbagai konsep sains yang telah diajarkan di sekolah sehingga siswa kesulitan

mengerjakan soal yang diberikan. Hasil ini juga secara tidak langsung

menggambarkan tingkat pengetahuan siswa dalam pelajaran biologi. Hal itu

Page 11: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

mungkin saja terjadi karena proses pembelajaran di kelas belum bermakna,

sehingga penguasaan siswa terhadap konsep masih tergolong rendah.

PBL merupakan model pembelajaran yang bisa jadi alternatif solusi untuk

meningkatkan penguasaan konsep siswa. Melalui PBL, siswa terlebih dahulu

diberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan dengan cara penyelidikan dan

berdiskusi dengan kelompok sehingga membuat siswa terbiasa memecahkan

masalah melalui berbagai sumber. Lalu, pada akhirnya siswa mampu

menghasilkan penguasaan konsep yang baik karena secara tidak langsung saat

memecahkan masalah siswa juga sedang mengkontruksi pengetahuan bagi dirinya

sendiri. Hal ini sesuai dengan filosofis dari PBL yang berlandaskan pada filosofis

konstruktivisme. Akcay (2009) menyatakan bahwa PBL merupakan salah satu

pembelajaran yang bersifat konstruktivis, karena dalam pelaksanaannya, siswa

mengkonstruk pengetahuan yang dimiliki melalui pengalaman dan merefleksi

setiap pengalaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

Sikap Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan

upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

(Kemendiknas, 2010). Berdasarkan definisi tersebut diketahui bahwa penting

sekali untuk mengembangkan sikap peduli terhadap lingkungan. Sikap yang

demikian harus ditanamkan sejak dini pada diri siswa melalui proses

pembelajaran di sekolah. Untuk itu, perlu adanya proses pembelajaran yang tidak

semata dilakukan secara verbalisme, tapi juga melalui penyajian contoh-contoh

dan keteladanan yang nyata.

Peduli juga diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memperhatikan

berbagai hal-hal yang terjadi, seperti menyadari apa yang diketahui atau apa yang

telah dipelajari (Hadzigeorgiou & Skoumios, 2013:407). Oleh karena itu

pembelajaran sebaiknya tidak hanya berorientasi pada konsep-konsep saja tapi

juga melibatkan lingkungan sekitar sebagai objek kajian alami. Melalui interaksi

dengan lingkungan siswa tidak hanya dapat memahami dan menguasai konsep

Page 12: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

saja, tetapi juga dapat mengembangkan gagasan-gagasannya dalam mencari solusi

terhadap permasalah lingkungan yang ada.

Jadi, dapat simpulkan bahwa peduli lingkungan adalah suatu sikap ini

diharapkan muncul sebagai akibat dari pengetahuan dan pemahaman yang baik

tentang pentingnya lingkungan bagi kehidupan seluruh mahluk hidup di muka

bumi ini. Namun fakta di lapangan menunjukkan masih rendahnya sikap peduli

lingkungan generasi sekarang. Hal itu terlihat dari rendahnya literasi sains siswa

Indonesia berdasarkan hasil PISA 2012 dan masalah lingkungan yang menjadi

salah satu karakteristik abad 21.

Sikap atau perilaku merupakan cerminan dari tingkat pengetahuan seseorang.

Hal ini sejalan dengan pendapat Menze (Hadzigeorgiou and Skoumios, 2013:409)

yang menyebutkan bahwa kepedulian lingkungan secara langsung terkait dengan

pengetahuan lingkungan, sikap, dan tindakan. Hal ini berarti bahwa pengetahuan

berpengaruh terhadap tingkah laku atau sikap seseorang. Pengetahuan serta

pemahaman yang baik tentang lingkungan akan tercermin lewat perilakunya

sehari-hari, seperti tidak membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, ada baiknya guru dapat merancang pembelajaran dimana siswa

dapat berinteraksi dengan lingkungan.

Selain masalah rendahnya literasi sains, tingkat sikap kepedulian lingkungan

juga terkait dengan karakteristik abad 21. Dimana salah satu karakteristik abad 21

adalah masalah lingkungan, terutama tentang masalah perubahan iklim,

berkurangnya biodiversitas, polusi air, udara, dan tanah. Hal ini menuntut

perubahan perilaku atau sikap generasi sekarang terhadap lingkungan yaitu

melalui pendidikan berbasis lingkungan.

PBL sebagai suatu model pembelajaran yang membawakan masalah otentik

ke dalam kelas untuk dipecahkan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan

sikap peduli lingkungan. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah

tersebut dapat menumbuhkan kesadaran pada diri siswa tentang pentingnya

menjaga lingkungan. Siswa menjadi lebih peka dan menjadi tahu bagaimana harus

bertindak bila menemui masalah-masalah demikian dalam kehidupannya sehari-

hari.

Page 13: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

Pembentukan sikap hingga menjadi karakter bukanlah hal yang mudah dan

tidak bisa terjadi hanya melalui beberapa kali pembelajaran. Untuk itu perlu

adanya pembiasaan pada diri siswa yang secara terus-menerus serta keteladanan

tentang pentingnya sikap peduli lingkungan. Sehingga siswa tidak hanya memiliki

sikap peduli lingkungan, tapi juga mampu mengajak atau memberikan contoh

yang baik bagi orang lain untuk ditiru dan diikuti.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perangkat

pembelajaran berbasis pendekatan saintifik dengan model PBL penting untuk

dikembangkan. Pendekatan saintifik memang bukanlah hal yang baru dalam mata

pelajaran biologi, karena pada dasarnya guru sudah seringkali mendorong

siswanya untuk melakukan kegiatan yang mengacu pada metode ilmiah. Namun,

kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran berbasis pendekatan saintifik

masih saja ditemui. Diharapkan dengan pengembangan perangkat pembelajaran

ini dapat dijadikan pedoman atau referensi bagi guru untuk menyusun perangkat

pembelajaran saintifik lainnya.

Selain itu juga, pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan

saintifik yang dipadukan dengan model PBL diharapkan dapat meningkatkan

berbagai potensi yang dimiliki siswa. Model PBL sendiri saja telah banyak

terbukti berhasil meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan dipadukannya

model PBL dan pendekatan saintifik diharapkan akan mendapatkan hasil yang

lebih optimal.

Kemudian, pemilihan peningkatan penguasaan konsep dan sikap peduli

lingkungan sebagai dua hasil dari pengembangan perangkat pembelajaran berbasis

pendekatan saintifik yang dipadukan dengan model PBL adalah dikarenakan

kedua hal ini saling berhubungan satu sama lain. Diharapkan dengan menguasai

konsep siswa juga dapat mengembangkan dan meningkatkan sikap kepeduliannya

terhadap lingkungan. Kedua hal ini dipandang sebagai dua dari sekian banyak

potensi yang diperlukan untuk dapat hidup di abad 21. Penguasaan konsep adalah

kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang ada, bukan hanya sekedar

Page 14: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

ingatan dan paham, tetapi juga mampu mencapai tingkat mencipta atau

menghasilkan karya atau produk nyata. Sedangkan sikap peduli lingkungan adalah

sikap positif yang berkembang sebagai bentuk kesadaran atas pentingnya menjaga

lingkungan. Baik penguasaan konsep maupun sikap peduli lingkungan dapat

digunakan untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah untuk

mengatasi berbagai macam masalah di abad 21.

DAFTAR PUSTAKA

Ackay, Behiye. (2009). Problem-Based Learning in Education. Journal of Turkish Science Education, 6 (1), 27-35.

Anandiou, Katerina & Magdalena Claro. 2009. 21st Century Skills and Competences for New Millennium Learners in OECD Countries. (http://www.oecd-ilibrary.org/education/21st-century-skills-and-competences-for-new-millennium-learners-in-oecd-countries_218525261154), diunduh pada tanggal 1 Januari 2014.

Anderson, Lorin W & David R. Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Rev. Ed). (Terjemahan Agung Prihantoro). Newyork: Longman. (Buku asli diterbitkan tahun 2001)

Arends, Richard I. 2010. Learning To Teach (9th ed.). New York: McGraw Hill

Companies.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta: BNSP.

Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational Research. Longman, New York London.

Brinkley, Marylin et.al. 2010. Defining 21st century skills. (http://atc21s.org/wp-content/uploads/2011/11/1-Defining-21st-Century-Skills.pdf), diunduh pada tanggal 20 Maret 2014.

Carin, Arthur A. & Robert B. Sund. 1993. Teaching Science Modern. Ohio: Bell & Howell Company.

Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

_________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 15: Makalah Seminar - Wulandari Saputri.docx

Depdikbud. 2013. Lampiran Permendikbud No. 81a Tahun 2013, tentang Implementasi Kurikulum 2013.

Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman. 2013. Laporan Pendampingan Pelaksanaan Implementasi Kurikulum 2013.

Faizah, S. S. Miswadi, & S. Haryani. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Soft Skill Dan Pemahaman Konsep. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2 (2), 120-128.

Hadzigeorgiou, Yannis & Michael Skoumios. 2013. The Developmnet of Environmental Awareness through School Science: Problem and Possibilities. International Journal of Environmental & Science Education, 8, 405-426.

Paidi. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi yang Mengimplementasikan PBL dan Strategi Metakognitif serta Keefektivitasnya terhadap Kemampuan Metakognitif, Pemecahan Masalah, dan Penguasaan Konsep Biologi Siswa SMA di Sleman Yogyakarta. Disertasi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang, Jawa Timur

Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas.

OECD. 2012. PISA 2012 Results in Focus: What 15-years old know and what they can do with what they know. (http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-result.htm), diunduh pada tanggal 28 agustus 2014.

Sagan, Carl. (1980). The Scientific Approach. (http://www.sagepub.com/upm-/32355_cahpter2.pdf), diunduh pada tanggal 30 oktober 2013.

Winarto. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Karakter untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Literasi Sains Peserta Didik SMP. Tesis magister, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta.