makalah seminar kerja praktek elektro

14
Makalah Seminar Kerja Praktek PERENCANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK PEDESAAN KABUPATEN TEGAL CV. GRAHA REKHA Yan Ardiansyah 1 , Ir. Tejo Sukmadi, MT 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Email : [email protected] Abstrak – Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan merupakan unsur penting dalam menjalani roda perekonomian. Tersediannya tenaga listrik ini tentunya harus didukung oleh para pelaku usaha penunjang tenaga listrik di bidang pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik yang aman, andal, dan ramah lingkungan. Ketersediaan listrik sudah menjadi kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Namun, sayangnya masih ada masyarakat yang belum bisa menikmati listrik. Mereka yang tinggal di daerah terpencil masih harus menunggu lama untuk bisa menikmati listrik. Untuk itu, perlu diadakan pembangunan yang merata agar seluruh daerah di Indonesia bisa menikmati listrik. Namun, pembangunan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya perencanaan yang baik pula. Perencanaan jaringan listrik pedesaan dilakukan dalam rangka menyukseskan pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat. Kata kunci : jaringan, listrik, perencanaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan merupakan unsur penting dalam menjalani roda perekonomian. Mengingat sebagai komoditi utama, maka ketersediaan listrik harus dijaga baik produksi maupun pasokannya. Sehingga jaminan inilah sebagai bagian dari ketahanan ekonomi kita harus selalu kita perhatikan. Gangguan listrik sekecil apapun, akan berdampak buruk pada tatanan sosial ekonomi masyarakat. Listrik merupakan urat nadi kehidupan masyarakat kita. Pertumbuhan sektor ketenagalistrikan memberikan andil yang besar bagi per- tumbuhan ekonomi nasional, demikian pula sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan memacu peningkatan kebutuhan tenaga listrik, sehingga diperlukan peningkatan infrastriktur penyediaan tenaga listrik dari waktu ke waktu. Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan mengamanatkan kepada pemerintah untuk menyediakan tenaga listrk dengan jumlah yang cukup dan mutu yang baik bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Hal tersebut dapat tercapai adanya dukungan dari seluruh stakeholders di sektor ketenaga-listrikan baik badan usaha penyedia listrik

Upload: juli-setiawan

Post on 27-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makalah saya mengenai PLN untuk teknik Elektro Undip oke silahkan ambil secara gratis

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Seminar Kerja Praktek Elektro

Makalah Seminar Kerja PraktekPERENCANAAN PEMBANGUNAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK PEDESAAN

KABUPATEN TEGALCV. GRAHA REKHA

Yan Ardiansyah1, Ir. Tejo Sukmadi, MT2

1Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas DiponegoroJl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak – Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan merupakan unsur penting dalam menjalani roda perekonomian. Tersediannya tenaga listrik ini tentunya harus didukung oleh para pelaku usaha penunjang tenaga listrik di bidang pembangunan dan pemasangan instalasi tenaga listrik yang aman, andal, dan ramah lingkungan.

Ketersediaan listrik sudah menjadi kebutuhan bagi semua lapisan masyarakat. Namun, sayangnya masih ada masyarakat yang belum bisa menikmati listrik. Mereka yang tinggal di daerah terpencil masih harus menunggu lama untuk bisa menikmati listrik. Untuk itu, perlu diadakan pembangunan yang merata agar seluruh daerah di Indonesia bisa menikmati listrik. Namun, pembangunan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya perencanaan yang baik pula. Perencanaan jaringan listrik pedesaan dilakukan dalam rangka menyukseskan pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat.Kata kunci : jaringan, listrik, perencanaan

I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Listrik merupakan komoditi utama untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial. Ketersediaan tenaga listrik yang cukup, aman, andal dan ramah lingkungan merupakan unsur penting dalam menjalani roda perekonomian. Mengingat sebagai komoditi utama, maka ketersediaan listrik harus dijaga baik produksi maupun pasokannya. Sehingga jaminan inilah sebagai bagian dari ketahanan ekonomi kita harus selalu kita perhatikan. Gangguan listrik sekecil apapun, akan berdampak buruk pada tatanan sosial ekonomi masyarakat. Listrik merupakan urat nadi kehidupan masyarakat kita.

Pertumbuhan sektor ketenagalistrikan memberikan andil yang besar bagi per-tumbuhan ekonomi nasional, demikian pula sebaliknya, pertumbuhan ekonomi akan memacu peningkatan kebutuhan tenaga listrik, sehingga diperlukan peningkatan infrastriktur penyediaan tenaga listrik dari waktu ke waktu. Undang-undang No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan mengamanatkan kepada pemerintah untuk menyediakan tenaga listrk dengan jumlah yang cukup dan mutu yang baik bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Hal tersebut dapat tercapai adanya dukungan dari seluruh stakeholders di sektor ketenaga-listrikan baik badan usaha penyedia listrik maupun badan usaha jasa penunjang tenaga listrik. Oleh

karena itu, diharap selalu terjalin kerjasama yang harmonis antara badan usaha penyedia listrik maupun badan usaha jasa penunjang tenaga listrik dengan para stakeholders seperti PT. PLN (Persero) dan perusahaan-perusahaan listrik swasta sebagai penyedia tenaga listrik dalam rangka pembangunan sarana dan prasara kelistrikan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat.

1.2. Maksud dan TujuanMaksud dan tujuan dilaksanakannya

kerja praktek ini adalah : Pengenalan dari dekat keadaan yang

sebenarnya terjadi di lapangan Mendapatkan gambaran yang jelas

mengenai perencanaan jaringan distribusi dan mempelajari jenis-jenis konstruksi JTM dan JTR 1Φ ( satu phasa

Mengetahui lingkup kerja jasa kontraktor listrik terhadap PT. PLN (Persero)

1.3. Batasan MasalahMateri Kerja Praktek ini dibatasi tentang masalah Perencanaan Jaringan Distribusi yang meliputi survey & tracking, perencanaan tiang dan konstruksinya dan perencanaan RAB (Rencana Anggaran Biaya).

II. DASAR TEORI1.1. Sistem DistribusiSistem distrbusi adalah suatu sistem jaringan distribusi yang terdiri dari sejumlah peralatan listrik (peralatan gardu, proteksi dan lain-lain)

Page 2: Makalah Seminar Kerja Praktek Elektro

dan orang yang berada di dalamnya yang bekerja men-distribusikan energi listrik dari Gardu Induk ke konsumen.

Gambar 1. Line Diagram Sistem Distribusi

Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga listrik adalah: 1. Gardu Induk Distribusi

Transformator daya merupakan kom-ponen utamanya, fungsinya menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan distribusi primer. 2. Jaringan Primer (Jaringan

Tegangan Menengah)Adalah jaringan yang berfungsi untuk

menyalurkan energi listrik dari Gardu Induk Distribusi ke transformator distribusi. Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi tegangan menengah memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV. 3. Gardu Distribusi atau

Transformator DistribusiGardu distribusi (Trafo distribusi)

berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan untuk konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi sekunder. Kapasitas transformator yang digunakan pada transformator distribusi ini tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas daerah pelayanan beban.4. Jaringan Sekunder (Jaringan

Tegangan Rendah)Jaringan distribusi sekunder atau jaringan

distribusi tegangan rendah merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini adalah 220 V.

1.2. Perlengkapan Sistem Distribusi1. Trafo Distribusi

Trafo yang dipakai pada sistem distribusi adalah sebagai berikut :1. Trafo 1 phasa, dengan kapasitas 10, 15, 25

dan 50 kVA, dengan type CSP (Completely Self Protecting) yang berarti trafo lengkap dengan proteksi terletak pada body trafo.

2. Trafo 3 phasa, dengan kapasitas 100, 160, 225, 300, 500, 630, 800, 1000 dan 5000 kVA.

2. RecloserRecloser berfungsi untuk meningkatkan

mutu keandalan karena adanya gangguan yang bersifat sementara. Recloser biasanya dipasang pada percabangan feeder utama dan feeder 3 phasa. Biasanya dikoordinasi dengan OCR di Gardu Induk dan fuse cut out yang ada pada sisi beban.3. Lightning Arrester

Penangkal petir digunakan untuk melindungi peralatan listrik dari gangguan tegangan lebih yang disebabkan oleh petir. Penangkal petir biasanya dipasang pada Gardu Induk dan trafo distribusi yang menempel pada tiang distribusi. 4. Pentanahan

Pentanahan pada jaringan distribusi berfungsi untuk mengalirkan arus gangguan ke tanah baik gangguan dari sistem maupun dari luar. Pentanahan ada bermacam – macam, yaitu:5. Peralatan Proteksi

Peralatan yang dipakai pada jaringan distribusi adalah sebagai berikut : Fuse Cut Out, sebagai pengaman arus

lebih yang bekerja dengan cara meleburkan elemen konduktifnya bila dialiri arus yang melebihi ketentuan.

SSO (Saklar Seksi Otomatis), sebagai pemutus arus gangguan secara otomatis.

PMT (Pemutus Daya), berfungsi sebagai pemutus suatu rangkaian listrik yang dilengkapi dengan relay – relay untuk mendeteksi gangguan, antara lain gang-guan arus lebih dan dapat kembali seperti semula bila gangguan hilang (bila dioperasikan secara otomatis).

Air Break Switch, berfungsi untuk mem-bebaskan sebagian line dari tegangan dan dioperasikan secara manual.

1.3. Perencanaan Jaringan DistribusiLangkah – langkah yang dilaksanakan

dalam perencanaan jaringan distribusi adalah sebagai berikut :1. Survei, Staking dan Penentuan Tinggi Tiang2. Penentuan Jenis dan Ukuran Tiang serta

Konstruksinya3. Penentuan Isolator4. Pemilihan penghantar dan penentuan jarak

antar kawat5. Penentuan Penghantar yang ekonomis

Page 3: Makalah Seminar Kerja Praktek Elektro

6. Penentuan Andongan, Roling Span dan Clearance, dan

7. Pemilihan Transformator.

Selain memperhatikan langkah-langkah diatas, hal lain yang perlu diperhatikan dalam perencanaan jaringan distribusi adalah pemilihan rute / jalur jaringan distribusi. Dalam pemilihan rute / jalur jaringan distribusi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : Rute jaringan distribusi baru tidak boleh

menggangu jaringan eksisting (untuk meminimalkan pemadaman jaringan eksisting);

Memperhatikan clearance / jarak bebas terhadap saluran telepon kecuali pada daerah dimana saluran telepon ditanam di bawah tanah;

Penempatan tiang harus diperhatikan terhadap kemungkinan pelebaran terhadap jalan dimasa yang akan datang;

Penempatan tiang harus memperhatikan pula terhadap jalur-jalur pipa gas, air minum, pipa transmisi minyak, dan sebagainya;

Pada daerah dengan jalan sangat lebar serta lingkungan yang padat harus mempertimbangkan pembuatan jaringan distribusi kedua sisi jalan untuk menghindari sambungan rumah yang terlalu panjang dan banyak (tidak teratur).

1.4. Standar Konstruksi1.4.1. Jaringan Tegangan Menengah

(JTM)Konstruksi jaringan Tenaga Listrik

Tegangan Menengah dapat dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :1. Saluran Udara Tegangan Menengah

(SUTM)Saluran Udara Tegangan Menengah

(SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi atau beton. 2. Saluran Kabel Udara Tegangan

Menengah (SKUTM)Untuk lebih meningkatkan keamanan dan

keandalan penyaluran tenaga listrik, peng-gunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin.

Isolasi penghantar tiap Fase tidak perlu di lindungi dengan pelindung mekanis. Berat kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton penopangnnya.3. Saluran Kabel Tanah Tegangan

Menengah (SKTM)Konstruksi SKTM adalah konstruksi yang

aman dan andal untuk mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan tunneling (terowongan beton).

1.4.1.1. Indeks Standar KonstruksiDalam menyusun suatu perencanaan

jaringan distribusi, perencana harus mengikuti standar konstruksi yang siudah ditetapkan. Standar konstruksi ini menyesuaikan jenis jaringan yang akan dibangun.1. Standar Konstruksi JTM 1 Fasa

Standar konstruksi JTM 1 fasa meliputi konstruksi untuk tarikan lurus, belokan, dead end dan percabangan. Kode dari standar konstruksi ini diawali dengan kode CA. Berikut tabel kode dan keterangan dari standar konstruksi JTM 1 fasa.2. Konstruksi SUTM 1 Fasa – 3 Fasa

Standar konstruksi SUTM 1 fasa dan 3 fasa meliputi konstruksi untuk tarikan lurus, belokan dan dead end. Kode dari standar konstruksi ini diawali dengan kode CA. 3. Konstruksi SUTM 3 Fase Single Circuit

Standar konstruksi SUTM 3 fasa single circuit ini meliputi konstruksi untuk tarikan lurus, belokan dan dead end. Kode dari standar konstruksi ini diawali dengan kode CC. 4. Konstruksi SUTM 3 Fasa Double

CircuitStandar konstruksi SUTM 3 fasa double

circuit ini meliputi konstruksi untuk tarikan lurus, belokan dan dead end. Kode dari standar konstruksi ini diawali dengan kode CC.5. Konstruksi Kelengkapan JTM

Standar konstruksi untuk kelengkapan JTM meliputi konstruksi untuk perpanjangan tiang (tarikan lurus maupun belokan), kawat tarik, anchor, grounding, dan perlengkapan lainnya. 6. Konstruksi SKUTM 3 Fasa

Page 4: Makalah Seminar Kerja Praktek Elektro

Standar konstruksi SKUTM 3 fasa meliputi konstruksi untuk rise pole, tarikan lurus, belokan, sambungan dan dead end. Kode dari standar konstruksi ini diawali dengan kode KU. 7. Konstruksi SKTM 3 Fasa

Standar konstruksi SKTM 3 fasa meliputi konstruksi yang terkait dengan lokasi atau peletakan jaringan dan konstruksi sambungan. Kode dari standar konstruksi ini diawali dengan kode KTM, PTM dan KTR.

1.4.1.2. Pekerjaan JTM 1 FasaSetelah persiapan lapangan selesai,

dilanjutkan tahap berikutnya yaitu Pemasangan JTM I Phasa yang terdiri dari :1. Pemasangan Tiang Beton untuk JTM /

jaringana. Penggalian lubang tempat dudukan

Tiang Beton yang sebelumnya telah ditentukan titik-titik lokasi penempatan Tiang.

b. Penanaman Tiang Beton sedalam 1,8 meter.

2. Pemasangan Konstruksi.Setelah Tiang Listrik didirikan, dilanjutkan pemasangan konstruksi pada tiap-tiap tiang termasuk peralatan pendukungnya.

3. Pemasangan hantaran diatas tanahHal – hal yang harus diperhatikan adalah :a. Jarak gawang

Untuk daerah di luar pemukiman (JTM murni atau dengan JTR Semi Underbuild atau SKUTM), berjarak antara 60 – 80 m, andongan maksimum 1.00 meter.

Untuk daerah pemukiman (JTM murni atau dengan JTR Underbuild atau SKUTM), berjarak antara 35 - 50 m, andongan maksimum 1 m.

b. Jarak bebas : Minimum 6 m .Jarak bebas penyeberangan dan jarak bebas dengan pohon dan bangunan mengikuti PUIL dan Perda setempat yang berlaku.

c. Pemasangan sejajar SUTM atau SKUTM dengan saluran telekomunikasi tidak dibenarkan, bila tidak memungkinkan harus berjarak lebih dari 2,5 meter (PUIL760.B.4).

d. Pemasangan penghantar udara untuk tegangan yang lebih tinggi dipasang diatas penghantar udara yang bertegangan yang lebih rendah.

1.4.2. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)Sistem Distribusi Tegangan Rendah

merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 KV dan langsung kepada para pelanggan tegangan rendah. Jaringan distribusi tegangan rendah dimulai dari sumber yang disebut Gardu Distribusi mulai dari panel hubung bagi TR (Rak TR) keluar didistribusikan. Untuk setiap sirkit keluar melalui pengaman arus disebut “penyulang/ feeder”. Umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Radius pelayanan ini dibatasi oleh beberapa hal, antara lain :

Susut Tegangan yang disyaratkan. Luas penghantar jaringan. Distribusi pelanggan sepanjang jalur

jaringan distribusi. Sifat daerah pelayanan (desa, kota) Kelas pelanggan ( pada beban rendah,

pada beban tinggi)

Di Indonesia (PLN) susut tegangan diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi. Penentuan besar susut tegangan ini terkait dengan kualitas pasokan dari PLN, atau dengan kata lain merupakan kebijakan dari PLN.

Pada sistem distribusi tegangan rendah ada 3 sistem tegangan, yaitu:

1. Sistem 3 fasa (fasa tiga)2. Sistem 2 fasa (fasa dua)3. Sistem 1 fasa ( fasa satu)

1.4.2.1. Standar KonstruksiTiang Penyangga JaringanStandar konstruksi yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :1. Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang

Penyangga/ Penyangga2. Tinggi Tiang di Atas Permukaan Tanah3. Pengaruh Kondisi Tanah4. Penggunaan Kawat Peregang Atau Tiang

Penegang (Stake Pole)5. Batasan Non Teknis Memilih Kekuatan

Tiang6. Kekuatan Tiang Ujung7. Kekuatan Tiang Sudut

Sistem Pembumian1. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian :

a. Semua bagian konduktif terbuka pada suatu instalasi harus dibumikan (PUIL).

b. Apabila jalur yang sama dipasang SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3 tiang harus dipasang penghantar pembumian yang dihubungkan dengan penghantar netral (PUIL).

Page 5: Makalah Seminar Kerja Praktek Elektro

c. Nilai resistansi pembumian setiap 200 meter lintasan (5 gawang) tidak boleh melebihi dari 10 Ohm (PUIL).

d. Petunjuk praktis semua nilai resistansi pembumian maksimal sebesar 5 Ω.

e. Berdasarkan kekuatan mekanis luas penampang minimum penghantar pembumian adalah sebesar 50 mm2 dan terbuat dari tembaga.

f. Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara mekanis / elektris dan mudah dibuka untuk dilakukan pengujian resistansi pembumian. Klem pada elektroda pipa harus memakai ukuran minimal 10 Ohm dan dilindungi dari kemungkinan korosi.

g. Penghantar bumi harus dilindungi secara mekanis kimiawi.

h. Elektroda batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah. Panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan resistansi tanah.

i. Prosedur instalasi pembumia PHB –TR / Rak TR di gardu distribusi harus memperhatikan jenis sistem pembumian yang dianut (TT, TN, IT).

2. Penghantar Pembumian dan Elektroda bumia. Elektroda Bumi adalah penghantar

yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung dengan bumi.

b. Penghantar Bumi yang tidak berisolasi ditanam dalam bumi dianggap sebagai bagian elektroda bumi.

c. Umumnya elektroda bumi yang dipakai pada jaringan saluran udara tegangan rendah / menengah memakai elektroda barang.

d. Sebelum dipasang harus diteliti dulu berapa resitance jenis tanah.

Sistem Penghantar1. Jenis Penghantar Udara

Penghantak tidak berisolasi A3C, BCC, A2C , ACSR

Pernghantar berisolasi (Jenis twisted cable yang umumnya dipakai NYM-T, NYMZ, NFYM, NFY, NF2X, NFA2X, NFA2X, NFA2XSEY-T (TWISTED CABLE).

2. Persilangan Dengan Kabel Telekomunikasi

Kabel telekomunikasi harus di bawah penghantar udara tegangan rendah.

a. TWISTED CABLE : Berjajar 1 meter, Bersilang 0,3 meter

b. TAK BERISOLASI : Berjajar / Berisolasi 1 meter

3. Jarak Antar Penghantar TelanjangJarak antara ini bergantung atas jarak titik

tumpu jaringan (jarak gawang). Untuk jarak 6 S/D 10 meter, maka jarak penghantar 20 cm, sedangakan ntuk jarak 10 S/D 40 meter jarak penghantar 25 cm.4. Jarak lendutan (SAG).

Diukur dari titik terendah sekurang-kurangnya :

Jalan Umum 5 Meter (Penghantar Tak Berisolasi) dan 4 Meter (Penghantar Berisolasi)

Halaman Rumah 5 Meter (Penghantar Tak Berisolasi) dan 4 Meter (Penghantar Berisolasi)

5. Jarak BebasJarak bebas (ruang bebas) penghantar tak

berisolasi dengan benda lain (pohon, bangunan) a. Pada dasarnya tidak boleh

bersinggunganb. Jarak yang dipersyaratkan 0,5 meter.Pada konstruksi saluran udara baik tak

berisolasi ataupun berisolasi (twisted cable). Umumnya mengikuti ketentuan Pemerintah Daerah setempat atau ketentuan departemen yang memerlukan.6. Penghantar Udara Tak Berisolasi

Tegangan Rendah Diatas Atap Bangunan Instalasi penghantar adalah sedemikian sehingga tidak menganggu perbaikan atap bangunan.

Jarak dengan bagian bangunan : Minimal (1,5 meter dari bagian

bangunan termasuk antena, cerobong). Minimal 2,5 meter (diluar jangkauan

tangan) dari balkon bordes, lorong, panggung yang dalam keadaan biasa dikunjungi umum.

1.4.2.2. Konstruksi JaringanBerikut adalah jenis konstruksi jaringan

dalam sistem Jaringan Tegangan Rendah (JTR):1. Konstruksi TR-1 (J5-T)

Konstruksi J5-T merupakan konstruksi saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR) yang menggunakan suspension small angle assembly (penggantung untuk tiang sangga / tumpu).

Page 6: Makalah Seminar Kerja Praktek Elektro

Gambar 2. Konstruksi TR-1 (J5-T)

2. Konstruksi TR-2. (J7-T)Konstruksi J7-T merupakan konstruksi

pemasangan SKUTR dengan sudut kurang dari 45°, dengan menggunakan large angle assembly (penggantung untuk tiang belokan/sudut). TR-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.

Gambar 3. Konstruksi TR-2 (J7-T)

3. Konstruksi TR-3 (J6-T)Konstruksi TR-3 merupakan konstruksi

pemasangan SKUTR untuk tiang akhir atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel digunakan fixed dead-end clamp complete plastic strip (peralatan untuk penarik pada tiang awal/akhir lengkap dengan plastic strap).

Gambar 4. Konstruksi TR-3 (J6-T)

III. ANALISA DAN PEMBAHASAN1. Wilayah Perencanaan

Pada perencanaan jaringan listrik pedesaan Kabupaten Tegal, ada tiga wilayah perencanaan, yaitu :

Dusun Manglih Dusun Igirkuning Dusun Karangsari

2. Tahap Survei dan TrackingSebelum masuk dalam tahap perencanaan,

hal pertama yang dilakukan adalah melakukan survei lapangan. Dalam tahap survei ini, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mendapatkan data :

1. Survei lokasi, untuk mengetahui kea-daan lokasi.

2. Wawancara, untuk mendapatkan gam-baran awal dalam perencanaan jalur jaringan.

Data yang didapatkan ini djadikan pertimbangan untuk survei lanjutan, untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam perencanaan jaringan listrik. Pada survei ini didapatkan data sebagai berikut :

1. Data tracking GPS2. Gambar perencanaan jalur jaringan3. Gambar / foto kondisi daerah4. Gambar / foto lokasi pemasangan tiang

Data utama pada perencanaan jaringan listrik pedesaan ini adalah gambar. Ada dua data gambar yang didapatkan selama survei, yaitu gambar hasil tracking GPS dan gambar manual sebagai data backup. Data gambar ini harus sesuai dengan keadaan aslinya agar realisasi perencanaan bisa sesuai dengan keadaan lokasi.Tracking

Tracking merupakan penyusuran daerah jalur jaringan dari awal sampai ujung jaringan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data gambar sesuai dengan kondisi lokasi. Tracking dilakukan dengan bantuan alat GPS Tracker. Pada survei ini, alat yang digunakan adalah GPS Tracker dengan merk etrex.

Gambar 5. GPS Tracker merk etrex

Page 7: Makalah Seminar Kerja Praktek Elektro

3. Tahap Perencanaan3.1. Penentuan Konstruksi Tiang

Pada perencanaan listrik pedesaan, penentuan lokasi tiang tidak selalu bisa mengikuti standar yang ada. Ada beberapa hal yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu :

1. Jarak dari jalan2. Kondisi geografis3. Kondisi di sekitar lokasi

Tiang jaringan listrik memiliki bermacam – macam jenis sesuai dengan fungsi dan penggunaannya. Macam – macam jenis tiang ini dapat dibedakan dengan menggunakan kode – kode tertentu yang menunjukkan spesifikasi khusus dari tiang tersebut. Kode – kode ini akan dimunculkan dalam gambar perencanaan untuk membedakan spesifikasi dari konstruksi tiang yang akan dibangun nantinya. Dalam realisasi perencanaan, pemasangan tiang sesuai dengan spesifikasi yang sudah direncanakan, termasuk spesifikasi peralatan tambahan, seperti grounding, trafo, anchor dan sebagainya.

Pada perencanaan jaringan listrik pedesaan Kabupaten Tegal ini, jenis tiang yang digunakan adalah : C11-200E

Tiang konstruksi beton dengan ketinggian 11 meter, kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN. Digunakan untuk konstruksi tunggal (JTM only atau JTR only) maupun ganda (JTM dan JTR). Span maksimum sebesar 50 m untuk konstruksi ganda dan 80 m konstruksi tunggal. C9-200E

Tiang konstruksi beton dengan ketinggian 9 meter, kekuatan tiang (momen tarik) 200 daN. Tiang ini digunakan untuk konstruksi tunggal (JTR only). Span maksimum sebesar 60 m. C11-350E

Tiang konstruksi beton dengan ketinggian 11 meter, kekuatan tiang (momen tarik) 350 daN. Kekuatan tiang direncanakan lebih besar dikarenakan terdapat trafo distribusi. Tiang ini digunakan untuk konstruksi tunggal (JTM only atau JTR only) maupun ganda (JTM dan JTR). Span maksimum sebesar 50 m untuk konstruksi ganda dan 80 meter untuk konstruksi tunggal. A1

Konstruksi pada tarikan lurus dengan sudut 0° - 5°.

A2Konstruksi pada tarikan ke kanan dengan sudut 5° - 30°

A3Konstruksi pada belokan dengan sudut belokan 30° - 60°

A4Konstruksi pada belokan dengan sudut belokan 60° - 90°

A5Konstruksi pada akhir / dead end

J5Konstruksi dengan menggunakan kawat telanjang (dengan bolt machine) pada tarikan lurus dengan sudut 0° - 5°.

J6-TPenggunaan konstruksi JTR dengan LVBC (kabel pilin udara) pada tarikan akhir / dead end (sebagai pelindung ujung kabel.

J7-TPenggunaan konstruksi JTR dengan LVBC (kabel pilin udara) untuk konstruksi pada tarikan belokan.

CG 105/106Pemasangan trafo 1 fasa pada JTM 1 fasa lurus (105) dan pada JTM 1 fasa dead end.

M5-9Perlengkapan konstruksi tegangan me-nengah.

M2-11Perlengkapan pentanahan atau ground rod type.

M2-12Perlengkapan pentanahan atau ground rod type.

M2-12APerlengkapan pentanahan atau ground rod type.

MJ 6-TKonstruksi pada tarikan akhir / dead end sebagai pelindung ujung kabel dengan konstruksi JTR menggunakan LVBC (kabel pilin udara)

F 1-2Perlengkapan anchor assemblies.

E 1-2Perlengkapan down guy.

3.2. Pemilihan Kabel SaluranPada perencanaan jaringan listrik pedesaan

Kabupaten Tegal ini, data pemilihan kabel saluran adalah sebagai berikut :

1. Lokasi : Dusun ManglihUntuk JTM menggunakan kabel jenis AAACS dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel fasa dan kabel jenis AAAC

Page 8: Makalah Seminar Kerja Praktek Elektro

dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel netral.Untuk JTR menggunakan kabel jenis LVTC dengan ukuran 70 mm2, untuk fasa dan kabel berjenis sama dengan ukuran 50 mm2, untuk kabel netral.

2. Lokasi : Dusun IgirkuningUntuk JTM menggunakan kabel jenis AAACS dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel fasa dan kabel jenis AAAC dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel netral.Untuk JTR menggunakan kabel jenis LVTC dengan ukuran 70 mm2, untuk fasa dan kabel berjenis sama dengan ukuran 50 mm2, untuk kabel netral.

2. Lokasi : Dusun KarangsariUntuk JTM menggunakan kabel jenis AAACS dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel fasa dan kabel jenis AAAC dengan ukuran 70 mm2, untuk kabel netral.Untuk JTR menggunakan kabel jenis LVTC dengan ukuran 70 mm2, untuk fasa dan kabel berjenis sama dengan ukuran 50 mm2, untuk kabel netral.

3.3. Penentuan TrafoDalam penentuan lokasi trafo, perencana

harus memperhatikan total beban, persebaran beban dan lokasi dead end atau tiang JTR (Jaringan Tegangan Rendah) yang terakhir.

1. Total bebanLetak trafo harus bisa memenuhi total beban yang ada sehingga lokasi trafo harus bisa mencakup seluruh lokasi beban.

2. Persebaran bebanLokasi trafo harus berada di ujung awal tarikan JTR. Selain itu, penentuan lokasi trafo ini juga harus mempertimbangkan penambahan beban baru atau perluasan jaringan.

3. Lokasi Dead EndMaksimal tarikan tiang JTR dari trafo adalah 7 tiang. Sehingga letak trafo maksimal berjarak 7 tiang dari dead end JTR.

4. Penyusunan RABTahap akhir dari perencanaan listrik

pedesaaan Kabupaten Wonogiri ini adalah penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Rencana Anggaran Biaya (RAB) berisi rincian dana yang dibutuhkan dalam realisasi

pembangunan jaringan listrik yang sudah direncanakan.

IV. PENUTUP1.1. Kesimpulan

1. Kabupaten Wonogiri masih memiliki daerah yang belum bisa menikmati listrik, yaitu RT 1 Dusun Ngampel dan Dusun Sumur yang terletak di Kecamatan Karangtengah.

2. Dalam perencanaan jaringan distribusi perlu melakukan survei lokasi untuk mengetahui keadaan sebenarnya di lapangan karena hasil perencanaan tidak selamanya bisa sesuai teori sehingga data yang didapatkan bisa benar – benar menjadi acuan ketika realisasi pembangunan nantinya.

3. Pemilihan spesifikasi dari tiang menyesuaikan dengan kondisi jalur jaringan, yang ditunjukkan dengan kode – kode yang ada pada gambar perencanaan. Begitu pula spesifikasi peralatan pendukung lainnya.

4. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi trafo antara lain total beban, persebaran atau distribusi beban dan letak dead end atau tiang JTR yang paling akhir.

5. Drop voltage pada jaringan RT 1 Dusun Ngampel sebesar 24,10 Volt (10,95%). Drop voltage ini dipengaruhi oleh panjang saluran dan resistansi dari konduktor.

6. Dalam penyusunan RAB, harga dari masing – masing item harus sesuai dengan harga yang ada di pasaran agar dapat diketahui biaya sebenarnya dalam realisasi pembangunan nantinya

1.2. Saran1. Perlu ditingkatkannya sarana dan

prasarana pendukung yang lebih memadai dalam perencanaan jaringan distribusi listrik pedesaan sehingga tahap survei dapat berjalan dengan lancar.

Page 9: Makalah Seminar Kerja Praktek Elektro

2. Perlu adanya kerjasama yang baik antara semua instansi yang terkait, baik dalam perencanaan maupun dalam realisasi pembangunan nantinya agar pembangunan dapat terlaksana dengan baik karena listrik sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, termasuk masyarakat di RT 1 Dusun Ngampel dan Dusun Sumur Kabupaten Wonogiri.

DAFTAR PUSTAKA

[1] AKLI DPD Jateng, Pedoman Standar Konstruksi Jaringan Listrik Distribusi, Semarang, PLN dan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia, 1992

[2] Guntoro, Hanif, “Sistem Distribusi Tenaga Listrik” http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-listrik.html

[3] Marsudi, Djiteng, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006

[4] Suhadi, “Jaringan Distribusi Tegangan Rendah” http://www.crayonpedia.org/mw/JARINGAN_DISTRIBUSI_TEGANGAN_RENDAH_-_SUHADI

[5] Utis, Kang, “Profil Kecamatan Karangtengah Kabupaten Wonogiri” http://bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com/2013/02/profil-kecamatan-karangtengah-kabupaten.html

[6] Wonogiri, KPDE Kabupaten, “Website Pemerintah Kabupaten Wonogiri” http://www.wonogirikab.go.id/home.php?mode=content&id=166

BIODATA PENULIS

Yan Ardiansyah (21060110141092) lahir di Tegal, 14 Maret 1993. Telah menempuh pendidikan di SDN Dukuhwaru 03 Kab.Tegal, SMP Negeri 1 Slawi, SMK TELKOM SANDHY PUTRA Purwokwrto dan saat ini

sedang menempuh pendidikan S1 di Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang.

Semarang, Januari 2014

Mengetahui,Dosen Pembimbing

Ir. Tejo Sukmadi, MT1966111171988031001