makalah seminar gsp. halusinasi.doc

66
MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA NY: S. DIRUMAH SAKIT DUREN SAWIT DisusunOleh : 1. FENNY ANTARINA 2. DWI SUPRIANTO 3. DENIS YUNIAR 4. AKHBAR FAHANI 5. AHMAD MUJAHID PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV

Upload: muhammad-hasnul-fahmy

Post on 05-Jan-2016

225 views

Category:

Documents


46 download

DESCRIPTION

GSP

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN

PADA NY: S. DIRUMAH SAKIT DUREN SAWIT

DisusunOleh :

1. FENNY ANTARINA

2. DWI SUPRIANTO

3. DENIS YUNIAR

4. AKHBAR FAHANI

5. AHMAD MUJAHID

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN

JAKARTA

2015

Page 2: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa

bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di

butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu

mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta

mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)

Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii

Ahmad, kesehatan jiibu Sa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap

negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi

memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain,

tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan

berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan

Keperaibu Satan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).

Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak

permasalahan jiibu Sa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study

terbaru IBU SHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang,

sekitar 76-85% kasus gangguan jiibu Sa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun

utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.

Dari 150 juta populasi orang di Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan

(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari

jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk

penyakit kejiiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah

penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan

Page 3: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nur

Siyanti, 2008).

Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Berry RS Duren

sawit yaitu berjumlah 23 orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai macam masalah

diagnosa keperawatan yang berbeda dari 23 orang pasien, dari hasil data yang kami

dapatkan,yaitu:

Tahun 2012 kasus halusinasi berjumlah 26 kasus, isos 15 kasus, RPK 15 kasus, HDR

20 kasus, DPD 16 kasus, waham 15 kasus.

Tahun 2013 kasus halusinasi berjumlah 61 kasus, isos 22 kasus, RPK 19 kasus, HDR

6 kasus, DPD 22 kasus, waham 2 kasus

Tahun 2014 kasus halusinasi berjumlah 37 kasus, isos 34 kasus, RPK 15 kasus,HDR

11 kasus, DPD 34 kasus, waham 1

Tahun 2015 kasus halusinasi berjumlah 45 kasus, isos 38 kasus, RPK 21 kasus, HDR

3 kasus, DPD 40 kasus, waham tidak ada, RBD 1 kasus

Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS Duren

Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 – 2015 bulan September berjumlah 169 kasus.

Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas

tentang halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk

menyelesaikan praktek klinik di RS Duren Sawit.

1.2 Tujuan.

1.Tujuan Umum.

Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan Jiwa pada klien dengan

perubahan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran di ruangan Berry RS.Duren Sawit

Page 4: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

2 Tujuan khusus

1) Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi

(pendengaran)

2) Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan sensori persepsi : halusinasi

(pendengaran)

3) Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan sensori

persepsi :halusinasi (pendengaran)

4) Melakukan tindakan keperawatan pada klien perubahan sensori persepsi : halusinasi

(pendengaran)

5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan sensori persepsi:

halusinasi (pendengaran)

6) Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan sensori persepsi :

halusinasi (pendengaran)

7) Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis

dapatkan.

1.3 Metode

Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah :

a. Studi kasus

Melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan masalah

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran di Ruang Berry RSKD. Duren

Sawit.

b. Observasi

Mengobservasi gejala – gejala perilaku yang dialami klien dengan gangguan sensori

persepsi: Halusinasi Pendengaran dan observasi keberhasilan standar asuhan

keperawatan yang di berikan

Page 5: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

c. Studi perpustakaan

Dengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan Gangguan Sensori

Persepsi : Halusinasi Pendengaran termasuk bahan – bahan perkuliahan agar makalah

ini mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut :

Bab I Berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II Berisi tentang tinjauan teori meliputi pengertian, etiologi, faktor predisposisi,

faktor presipitasi, tanda dan gejala, mekanisme koping, rentang respon, masalah

keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, fokus intervensi.

Bab III Berisi tentang tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, masalah

keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,

implementasi dan evaluasi keperawatan.

Bab IV Berisi tentang pembahas.

Bab V Berisi tentang penutup meliputi kesimpulan dan saran.

Page 6: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah sensori persepsi yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,

2002).

Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat

kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien

dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien

berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat

dibuktikan (Nasution, 2003).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari

luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus

eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

Kesimpulannya, halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap

lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

2.2 MACAM-MACAM HALUSINASI

1.Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang

kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan

lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien

mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat

membahayakan.

Page 7: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

2.Penglihatan

Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang

rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

3.Penghidu

Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak

menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

4.Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

5.Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang

datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

6.Cenesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau

pembentukan urine

7.Kinisthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2.3 ETIOLOGI

A. FAKTOR PREDISPOSISI

Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:

1. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis

yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang

berikut:

Page 8: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam

perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan

dengan perilaku psikotik.

b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan

masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang

signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan

pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).

Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi

psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,

konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi

disertai stress.

B. FAKTOR PRESIPITASI

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya

hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak

berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan

kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1 Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta

abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

Page 9: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk

diinterpretasikan.

2.Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk

menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3.Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

2.4 MANIFESTASI KLINIK

1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien mungkin

melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan

kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol

kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.

Perilaku klien : tersenyum atau tertaibu Sa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa

bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan

halusinasinya dan suka menyendiri.

2.Fase Kedua / comdemming

Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien

berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol,

gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut

apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat

jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang

dari orang lain.

Page 10: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut

jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan

dengan realitas.

3. Fase Ketiga / controlling

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak

berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.

Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol

klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit

atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi

perintah.

4. Fase Keempat / conquering/ panik

Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi

yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi

klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya

klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam ibu Saktu singkat, beberapa jam atau

selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.

Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,

menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak

mampu berespon lebih dari satu orang.

Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan

pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba

marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati

sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya ( apa

yangdilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan

halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :

Page 11: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

1. Tahap I : halusinasi bersifat menyenangkan

Gejala klinis :

a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai

b. Menggerakkan bibir tanpa bicara

c. Gerakan mata cepat

d. Bicara lambat

e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2. Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis :

a. Cemas

b. Konsentrasi menurun

c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

3. Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan

Gejala klinis :

a. Cenderung mengikuti halusinasi

b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah

d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)

4. Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis :

a. Pasien mengikuti halusinasi

Page 12: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

b. Tidak mampu mengendalikan diri

c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata

d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2.5 AKIBAT YANG DITIMBULKAN

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai

diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan

yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

1. Memperlihatkan permusuhan

2.Mendekati orang lain dengan ancaman

3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan

diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko mencederai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami

panic dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan

kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan

bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Tanda dan gejalanya adalah

muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak

klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang

2.6 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Page 13: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan klien akibat halusinasi,

sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi

kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik

atau emosional. Setiap peraibu Sat masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien.

Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan

yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang

perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,

gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

2. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang

diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Peraibu Sat harus mengamati

agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.

3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, peraibu Sat dapat menggali masalah klien yang

merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.

Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain yang dekat

dengan klien.

4. Memberi aktivitas pada klien

Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain

atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata

dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadibu Sal kegiatan dan

memilih kegiatan yang sesuai.

5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses keperawatan

Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada kesatuan

pendapat dan kesinambungan dalam proses keperaibu Satan, misalnya dari percakapan dengan

klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada

orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Peraibu Sat menyarankan agar klien

Page 14: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan

ini hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien

sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.

Farmako:

NAMA OBAT FUNGSI DOSIS

Chlopromazine (Promactile,

Largactile)

Menstabilkan senyawa alami

otak.

30-800 mg

Haloperidol (Haldol,

Serenace, Lodomer)

Mengobati kondisi gugup,

gangguan emosional, dan

mental(missal, skizofrenia)

1-100 mg

Loxapine Mengatasi agitasi psikotik

akut, untuk menggurangi sikap

permusuhandan hilangnya

kendali otonomi pasien yang

sering kali berkaitan dengan

penggunaan obat yang

diberikan secara intramuscular

20-150 mg

Clozapine (Clorazil) Untuk penenang 300-900 mg

Trihexyphenidyl Melemaskan otot-otot yang

kaku

2 x 2 mg

2.7 MEKANISME KOPING

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,

termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang

digunakan untuk melindungi diri.

Page 15: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

2.8 RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladapif

- Berpikir logis

- Persepsi akurat

- Emosi konsisten dengan pengalaman

- Hubungan social yang harmonis

- Pikiran menyimpang

- Ilusi

- Reaksi emosional

- Berlebihan/berkurang

- Perilaku ganjil/tidak lazim

- Menarik diri

- Kelainan pikiran/delusi

- Halusinasi

- Ketidakmampuan untuk mengatasi emosi

- Perilaku tidak terorganisir

- Isolasi sosial

2.9 POHON MASALAH

Effect Resiko Perilaku Kekerasan

Core Problem

Cause Isolasi Sosial

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Page 16: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Klien

Meliputi nama,jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No. MR, penanggung jawab.

3.1.2 Alasan Masuk

Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak

mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan

di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

3.1.3 Faktor Predisposisi

1) Faktor perkembangan terlambat

• Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.

• Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.

• Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

• Komunikasi peran ganda

• Tidak ada komunikasi

• Tidak ada kehangatan

• Komunikasi dengan emosi berlebihan

• Komunikasi tertutup

• Orangtua yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan konflik

dalam keluarga

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu

tinggi.

4) Faktor psikologis

Page 17: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga

diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping

destruktif.

5) Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan

besar dan bentuk sel korteks dan limbik.

6) Faktor genetik

Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu.

Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini

sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah

kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak

kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah

satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %,

seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15%

mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya

menjadi 35 %.

3.1.4 Faktor presipitasi

Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:

1) Berlebihannya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses

informasi di thalamus dan frontal otak.

2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan

abnormal).

3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus

asa dan tidak berdaya.

Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan,

lingkungan dan perilaku.

1) Kesehatan

Page 18: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan infeksi, obat-

obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan.

2) Lingkungan

Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasab

hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan

orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan

ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

3) Sikap

Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan berlebihan,

merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan

penanganan gejala.

4) Perilaku

Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak

aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak mampu mengambil

keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung

pada jenis halusinasinya. Apabila peraibu Sat mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan

perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar

mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan

meliputi :

• Isi halusinasi

Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.

• Waktu dan frekuensi

Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.

• Situasi pencetus halusinasi

Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Perawat

bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk

memvalidasi pertanyaan klien.

• Respon klien

Page 19: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa yang

dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa

mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.

3.1.5 Pemeriksaan fisik

- Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan

rambut yang kusam, keadaan tekstur.

- Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.

- Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah

- Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa

- Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan

- Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi

- Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi

- Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, ibu Sarna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.

- Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum,

testis pada pria, cairan yang dikeluarkan

3.1.6 Analisa Data

No Data Masalah

1 Data subyektif

–         Mendengar suara/kegaduhan

–         Menyurh melakukan sesuatu yang

berbahaya

–         Mendengar suara yang mengajak

bercakap-cakap. Isinya: (menyuruh klien

Gangguan

Sensori Persepsi:

Halusinasi

Pendengaran

Page 20: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

untuk tertawa,memukul)

Data obyektif

–          Bicara atau tertawa sendiri

–         Marah-marah tanpa sebab

–         Menutup telinga

2Data subyektif :

Klien mengatakan Malas berinteraksi, tidak

mampu, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik

diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data obyektif :

- Klien terlihat Mengurung diri

- Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang

lain

ISOLASI

SOSIAL

3 Data subyektif :

- Klien mengatakan pernah melakukan

tindak kekerasan

- Informasi dari keluarga yang dilakukan

oleh pasien

- Mendengar suara-suara

Resiko Perilaku

Kekerasan

Page 21: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Data obyektif :

- Ada tanda/jejas perilaku kekerasan pada

anggota tubuh

- Tampak tegang saat bercerita

3.1.7 Masalah keperaibu Satan yang mungkin muncul

1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

2. Isolasi Sosial

3. Resiko Perilaku Kekerasan

3.1.8 Pohon masalah

Effect Resiko Perilaku Kekerasan

Core Problem

Cause Isolasi Sosial

3.1.9 Diagnosa Keperawatan

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

3.1.10 Rencana Tindakan Keperawatan

(Terlampir)

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Page 22: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

BAB IV

LAPORAN KASUS

RUANGAN RAWAT : Berry          TANGGAL DIRAWAT : 28-09-2015

Inisial       : Ny.S                                    Tanggal Pengkajian     : 29- September- 2015

Umur        : 61 Tahun                            RM No.                       : 00-14-00-15

Informan  : Pasien, Dan Rekam Medic

A.    Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 September 2015 di ruangan Berry RSKD Duren

Sawit Jakarta Timur. Adapun data yang didapat bahwa klien masuk rumah sakit diruangan

pada tanggal (28- September-2015) dengan nomor register (00140015) dengan diagnosa

medis. (Skizophrenia ).

I.      ALASAN MASUK

Klien Mengatakan masuk ke RS. Duren Sawit karena sakit dan dibawa supir rumah sakit.

II.   FAKTOR PREDISPOSISI

Klien mengatakan, sebelumnya Klien pernah dirawat di RS. Duren Sawit 3 tahun

yang lalu. Setelah itu,klien di bawa kembali ke panti. Dan pada tanggal 28 september

2015 klien dibawa lagi ke RS Duren Sawit dikarenakan klien sakit dan dibawa oleh supir

rumah sakit, klien mengatakan Pengobatannya Kurang berhasil karena klien putus minum

Page 23: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

obat, karena merasa bosan dengan minum obat secara terus-menerus, dan klien merasa

sudah sembuh.

1. Pengalaman

Aniaya fisik  : klien pernah mengalami anaiaya fisik, dipukuli dan di rampok serta

diancam oleh perampok saat usia 5 tahun. Bersama orang tuanya perampok itu ingin

mengambil harta miliknya, Perasaan klien pada saat itu takut dan klien diam saja.

Aniaya Seksual  : klien tidak pernah mengalami aniaya seksual

Penolakan  : klien tidak pernah mengalami penolakan dalam keluarga maupun

masyarakat.

Kekerasan dalam keluarga : klien tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga.

Tindakan kriminal  : klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal

Jelaskan No 1,2,3  : Klien Mengatakan masuk ke RS. Duren Sawit karena sakit dan

dibawa supir rumah sakit. Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS Duren

Sawit 3 tahun yang lalu. Tetapi Pengobatannya Kurang berhasil karena klien putus

minum obat, karena merasa bosan dengan minum obat secara terus-menerus, dan

klien merasa sudah sembuh. klien pernah mengalami aniaya fisik, dipukuli dan di

rampok serta diancam oleh perampok saat usia 5 tahun. Bersama orang tuanya

perampok itu ingin mengambil harta miliknya, Perasaan klien pada saat itu takut dan

klien diam saja.

Masalah Keperawatan         :

-          Regiment terapeutik inefektif

-          Isolasi Sosial

- Koping Keluarga Inefektif

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? Tidak

Masalah Keperawatan          : Tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Klien mengatakan kesal dan benci kepada perampok yang merampok pada usia 5 tahun,

karena suara-suara perampok itu datang lagi dan ingin mengambil hartanya lagi.

Masalah Keperawatan          : Harga Diri Rendah.

Page 24: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

III.   FISIK

1. TandaVital:TD: 120/80mmHg  Nadi : 84x/menit  Suhu :37 C  P : 20x/menit

2.    Ukur                : TB :   150cm  BB : 45kg

3.    Keluhan fisik   : Ya

Jelaskan           : Klien mengatakan jari tangan dan jari kaki kaku, tapi jalan dan

beraktivitas masih bisa.

Masalah Keperawatan       : Tidak ada masalah keperawatan

IV.      PSIKOSOSIAL

1. Genogram

  

Keterangan   :

: laki laki : tinggal serumah

: perempuan : meninggal

: pasien : orang terdekat

Jelaskan          : Klien Mengatakan dikeluarga klien anak ke 2 dari 8 bersaudara, dan

mempunyai 6 anak laki-laki, suami klien sudah meninggal. Dikeluarga klien hanya

tinggal bersama 6 anaknya, didalam keluarga yang mengambil keputusan yaitu klien, jika

ada masalah klien terbiasa menyelesaikannya dengan sendiri Karena anak-anak nya sudah

berkeluarga sehingga klien merasa klien tidak perdulikan lagi. Dan akhirnya klien di bawa

ke panti oleh keluarganya.

Masalah Keperawatan       : Koping Keluarga Tidak Efektif

2.   Konsep diri

Page 25: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

a. Gambaran diri      : Klien mengatakan yang disukai dari tubuhnya, semuanya tidak

ada yang tidak disukai.

b. Identitas diri        : Klien mengenal dirinya perempuan dan usianya masih muda yaitu

40 tahun

c.    Peran                  : Klien mengatakan klien disini sebagai orang sakit dan ibu untuk

anak-anak nya

d.   Ideal diri             : Klien mengatakan ingin pulang ke Kediri dan ingin bertemu

dengan anak-anak nya.

e.    Harga diri           : Klien mengatakan dirinya sendiri disini dan masih muda, serta

orang lain mengganggapnya sudah tua

Masalah Keperawatan  : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

3.   Hubungan Sosial

a.  Orang yang berarti           : Klien mengatakan paling dekat dengan anaknya karena

merupakan seseorang yang paling berharga dan hanya mereka yang klien punya.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Klien mengatakan kalau dirumah

klien hanya ibu rumah tangga yang bekerja sebagai petani. Dan di RS klien pernah

mengikuti kegiatan TAK dan sebagai pasien.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak suka

berkomunikasi dengan orang lain dan lebih memilih sendiri.

Masalah Keperawatan       : Isolasi Sosial

4. Spiritual

a.  Nilai dari keyakinan       : Klien mengatakan bahwa agamanya kristen.

b. Kegiatan ibadah               : Klien mengatakan suka brdoa dan suka berkumpul

Masalah Keperawatan       : Tidak ada masalah Keperawatan.

V. STATUS MENTAL

1.      Penampilan

Tidak rapi

Page 26: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Jelaskan          : Klien  berpenampilan tidak rapi dengan ditandai rambut klien

tampak kasar, gigi klien kotor, bajunya kurang rapi, wajah klien tampak kusam..

Masalah Keperawatan        : Defisit Perawatan Diri: Kebersihan diri/mandi.

2. Pembicaraan

Cepat dan Inkoheren

Jelaskan          : Pembicaraan klien cepat dan klien berbicara loncat-loncat dan tidak

sesuai dengan pembicaraan

Masalah Keperawatan      : Perubahan proses fikir

3.      Aktivitas Motorik:

lesu

Jelaskan          : Klien terlihat lesu dan banyak tidur

Masalah Keperawatan        : Isolasi Sosial

4. Alam Perasaan

Sedih dan khawatir

Jelaskan          : Klien mengatakan sedih karena ingin bertemu dengan anak,namun

belum pernah ada yang menjenguk, dan klien mengatakan khawatir dengan

suara-suara yang jahat itu terdengar lagi.

Masalah Keperawatan        : - HDR

 - Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Pendengaran

5. Afek

Datar

Jelaskan          : Saat Pengkajian ekspresi datar, tidak senyum dan tidak fokus.

Masalah Keperawatan        : Harga Diri Rendah

6.      Interaksi selama wawancara

Kontak mata kurang dan tidak kooperatif

Jelaskan          : Kontak mata klien saat pengkajian kurang dan tidak kooperatif.

Masalah Keperawatan        : Isolasi Sosial

7.      Persepsi

Pendengaran

Page 27: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Jelaskan          : Klien mengatakan sering mendengar bisikan bisikan yang

menyuruhnya mencangkul dan ingin mengambil tanahnya, halusinasi itu datang

tidak tentu ( pagi, sore, malam) pada saat klien sendiri, respon klien pada saat itu

kesal dan benci serta klien melakukan menghardik” pergi-pergi kamu suara

palsu”.

Masalah Keperawatan        :

-          gangguan sensori Persepsi : halusinasi pendengaran

8.   Proses Pikir

Pengulangan pembicaraan/ persevarasi

Jelaskan          : Klien selalu mengatakan yang sama saat bertemu yaitu ada suara-

suara jahat yang ingin merampok klien.

Masalah Keperawatan        :  Perubahan proses fikir: Waham

9.      Isi Pikir

Fobia

Jelaskan          : Klien mengatakan takut akan suara itu karena telah mengancam

klien untuk mencangkul dan mengambil tanahnya.

Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir: Waham

10.  Tingkat Kesadaran

Binggung

Jelaskan          :  Klien mengatakan bahwa dirinya sakit dan mengerti bahwa dirinya

berada di rumah sakit jiwa

Masalah Keperawatan  : Tidak Ada Masalah Keperawatan

11.  Memori

Gangguan daya ingat saat ini

Jelaskan          : Klien mengatakan tidak ingat pembicaraan kemaren karena kalau

sudah bicara ya sudah dan tidak ingat lagi.

Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir: Waham

12.   Tingkat Konsentrasi dan berhitung

Jelaskan         : Klien mampu berhitung dalam bentuk sederhana ( menghitung

angka)

Masalah Keperawatan        : Tidak Ada Masalah Keperawatan

Page 28: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

13.  Kemampuan Penilaian

Jelaskan          : Klien mengatakan memilih mandi dulu baru makan karena sudah

terbiasa dan aturannya.

Masalah Keperawatan        : Tidak Ada Masalah Keperawatan.

14.  Daya Tilik Diri

Mengingkari penyakit yang diderita

Jelaskan          : Klien mengatakan bahwa sakitnya Cuma itu saja dan tidak

mengalami gangguan jiwa .

Masalah Keperawatan        : Regiment teraupeutik Inefektif

VI. KEBUTUHAN PULANG

1.      Makan : Klien mampu makan sendiri, namun harus diingatkan.

2.      BAB/BAK : Klien mampu BAB/BAK di toilet dengan sendiri

Jelaskan : Klien mengatakan Makan dan BAB/BAK bisa sendiri

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

3.    Mandi: Klien mampu mandi sendiri

4. Berpakaian / berhias: klien mengatakan sudah mampu berpakain/berhias dengan

sendiri

5. Istirahat dan Tidur : Waktu tidur klien tidak menentu, tidur malam klien jam

20.00 - 05.00 Wib

6. Penggunaan obat : Klien mengatakan minum obat harus diingatkan dan harus ada

yang memperhatikan.

7. Pemeliharaan Kesehatan : Klien melakukan pemeliharaan kesehatan secara

mandiri dirumah

8. Kegiatan didalam rumah : Klien mengatakan menyiapkan makan,nyuci, dll.

9. Kegiatan diluar rumah : klien mengatakan tidak ada kegiatan diluar rumah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

VII.       MEKANISME KOPING

Adaptif              : Bicara dengan orang lain

Maladaptif         :

Page 29: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

 Menghindar

 menyendiri

Masalah Keperawatan  :     Isolasi Sosial

VIII.   MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

  Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien Mengatakan suka ikut doa

kelompok.

  Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien mengatakan lebih enak

dirumah dari pada dipanti.

  Masalah dengan pendidikan, spesifik : Klien Mengatakan merasa malu karena klien

hanya tamat SD,.

  Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Klien mengatakan klien hanya bekerja sebagai

Petani.

  Masalah dengan perumahan, spesifik : Klien mengatakan tinggal dipanti dan ingin

pulang ke Kediri

  Masalah ekonomi, spesifik : Klien Mengatakan klien kurang mampu karena hartanya

dirampok.

  Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Klien mengatakan di panti obatnya

tidak mempan , tapi obat di RS Duren Sawit ampuh..

  Masalah lainya, spesifik : Tidak ada

Masalah keperawatan :Harga Diri Rendah.

IX.      PENGETAHUAN KURANG TENTANG

Penyakit jiwa

Koping

Penjelasan : Klien Mengatakan tidak mengetahui penyakit jiwa serta obat-obatan

yang diminum.

Masalah keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan

ketidak patuhan minum obat

X. ASPEK MEDIK

Page 30: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Diagnosa Medik       : ( skizofrenia)

Terapi Medik            : 

                                 Trihexiphenidyl 1x1mg (THP)

                                 Olandos 1x5 mg

XI.       DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

Resiko Perilaku Kekerasan

Regiment Taraupeutik Inefektif

Harga Diri Rendah

Defisit Perawatan Diri

Koping Keluarga tidak efektif

Resiko Perilaku Kekerasan

core problem

Isolasi sosial Defisit Perawatan Diri: Mandi/ kebersihan Diri

Regiment Teraupeutik Inefektif HDR

Koping Keluarga Inefekti

Analisa Data

No Data Masalah

1 Data subyektif Gangguan

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

Page 31: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

–    Klien mengatakan sering mendengar suara-

suara anaeh ditelinganya.

–    Klien mengatakan suara yang didengar

adalah suara perampok yang mengancam,

menyuruh mencangkul, meibuar,

membunuh dan serta mau mengambil

hartanya.

–    klien Mengatakan sudah bisa mengontrol

halusinasinya dengan menghardik “Pergi-

pergi saya tidak mau dengar, kamu suara

palsu”

Data obyektif

–    Klien tampak berbicara sendiri

–    Klien tampak dapat melakukan menghardik

Sensori Persepsi:

Halusinasi

Pendengaran

2 Data subyektif :

- Klien mengatakan ingin sendiri

- Klien mengatakan mau mengobrol

dengan yang mau dan yang baik saja

- Klien mengatakan capek mengobrol

terus.

Data obyektif :

- Klien tampak berdiam diri

- Klien tampak kontak mata kurang,

karena ditanya klien mengalihkan

pandangannya.

- Klien tampak tidak focus.

Isolasi Sosial

Page 32: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

3 Data subyektif :

- Klien mengatakan merasa diancam atau

dicederai oleh orang lain.

- Klien mengatakan tidak suka diinjak oleh

temanya

- Klien mengatakan mendengar suara-suara

aneh

Data obyektif :

- Klien tampak tegang saat bercerita.

- Klien tampak menginjak kaki pasien

lain karena pasien lain itu tidak sengaja

menginjak kakinya.

- Klien pembicaraannya kasar jika sedang

tidak enak hati.

Resiko Perilaku

Kekerasan

4.

Data Subjektif:

- Klien mengatakan pernah masuk RS.

Duren Sawit 3 tahun yang lalu.

- Klien mengatakan minum obat tapi obat

yang dipanti sudah kadaluwarsa.

Data Objektif :

- Saat ini klien dirawat di RS. Duren

Sawit.

Regiment

Teraupeutik

Inefektif

Page 33: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

- Klien tampak berhalusinasi

5 Data Subjektif :

- Klien mengatakan sudah mandi, tapi tidak

sampoan /tidak keramas.

- Klien mengatakan tidak menggosok gigi

karena sikat gigi tidak ada

Data Objektif :

- Rambut klien tampak kasar

- Kulit klien tampak kotor, dan tidak elastis

lagi.

- Gigi klien kotor

Defisit Perawatan

Diri:

Mandi/kebersihan

Diri

6 Data Subjektif :

- Klien mengatakan anak dan saudaranya

tinggal di Kediri

- Klien mengatakan tinggal di panti

Cipayung

Data Objektif :

- Klien tidak tau bagaimana cara merawat

diri dirumah.

Koping Keluarga

Inefektif

7 Data Subjektif :

- Data Subjektif :

Klien mengatakan dirinya masih muda

tapi orang lain mengganggap klien sudah

tua.

- Klien mengatakan ingin sendiri karena

takut dirampok.

Data Objektif :

Harga Diri

Rendah

Page 34: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

- Ekspresi wajah datar dan tidak senyum

- Klien tampak malas-malasan.

GRAFIK MASALAH KEPERAWATAN 3 TAHUN TERAKHIR DI RS DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR RUANG BERRY

Berdasarkan grafik di atas di peroleh data:

Tahun 2012 kasus halusinasi berjumlah 26 kasus, isos 15 kasus, RPK 15 kasus, HDR 20 kasus, DPD 16 kasus, waham 15 kasus.

Tahun 2013 kasus halusinasi berjumlah 61 kasus, isos 22 kasus, RPK 19 kasus, HDR 6 kasus, DPD 22 kasus, waham 2 kasus

Tahun 2014 kasus halusinasi berjumlah 37 kasus, isos 34 kasus, RPK 15 kasus,HDR 11 kasus, DPD 34 kasus, waham 1

Page 35: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Tahun 2015 kasus halusinasi berjumlah 45 kasus, isos 38 kasus, RPK 21 kasus, HDR 3 kasus, DPD 40 kasus, waham tidak ada, RBD 1 kasus

Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS Duren Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 – 2015 bulan September berjumlah 169 kasus.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAIBU SATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI

PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN

Page 36: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Hari                       : Senin, 28 Oktober 2015.

Pertemuan              : 1

Sp/Dx                    : 1/ Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran.

Ruangan                 : Berry

Nama Klien            : Ny. S

A.    Proses Keperawatan

1.      Kondisi Klien.

Data subjektif :

         Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.

         Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.

Data objektif :

         Klien tampak tertawa sendiri.

         Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.

2.      Diagnosa Keperawatan

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran

3.      Tujuan Tindakan Keperawatan

Pasien mampu :

a.       Membina hubungan saling percaya.

b.      Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.

c.       Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.

d.      Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

e.       Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.

4.      Tindakan Keperawatan.

a.       Membina hubungan saling percaya.

b.      Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.

c.       Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.

B.     Strategi Komunikasi.

1.      Fase Orientasi.

a.       Salam terapeutik : Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu… perkenalkan nama

saya Fenny. Saya mahasiswa praktek dari Fakultas Keperawatan Profesi Ners

Binawan. Saya akan dinas di ruangan Berry ini selama 2 minggu. Hari ini saya

dinas siang dari jam 13:00 sampai jam 19:00. Saya akan merawat ibu selama di

rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya di panggil apa ?

b.      Evaluasi/validasi : Bagaimana keadaan IBU S hari ini ?

c.       Kontrak :

Page 37: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

  Topik : Baiklah IBU S, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang

suara yang mengganggu IBU S dan cara mengontrol suara-suara

tersebut, Apakah  bersedia?

  IBU Saktu : Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana

kalau 20 menit? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15.00 saja?

  Tempat : IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di

ruang tamu? Apa ibu bersedia?

d. Tujuan : Supaya ibu bisa tahu cara menggontrol halusinasi dengan menghardik.

2.      Fase Kerja .

Apakah IBU S mendengar suara tanpa ada ibu Sujudnya? Saya percaya IBU S

mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah IBU

S mendengarnya terus- menerus atau seibu Saktu-ibu Saktu? Kapan yang paling

sering mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari IBU S mendengarnya? Pada

keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada ibu saat sendiri? Apa yang IBU S

rasakan ketika mendengar suara itu?  Bagaimana perasaan Ibu S ketika mendengar

suara tersebut? Kemudian apa yang Ibu S lakukan? Apakah dengan cara tersebut

suara-suara itu hilang? Apa yang Ibu S alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara

untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan

melakukan aktifitas.

Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan

menghardik, apakah IBU S bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah saya

akan mempraktekan dahulu baru IBU S mempraktekkan kembali apa yang telah saya

lakukan. Begini IBU S jika suara itu muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya

tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga IBU S. seperti

ini ya IBU S. coba sekarang  IBU S ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus

sekali IBU S, coba sekali lagi IBU S. yaa… bagus sekali ibu S.

3.      Terminasi.

a.       Evaluasi subjektif dan objektif :

Bagaimana perasaan IBU S setelah kita kita bercakap-cakap? Jadi suara-

suara itu menyuruh IBU S untuk mengejek, terus menerus terjadi dan terutama kalau

sendiri dan IBU S merasa kesal. Seperti yang telah kita pelajari bila suara-suara itu

muncul IBU S bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara

palsu”

b.      RTL :

Page 38: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

IBU S lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3

kali sehari yaitu jam 90:00, 14:00 dan jam 20:00 cara mengisi buku kegiatan harian

adalah sesuai dengan jadwal keegiatan harian yang telah kita buat tadi ya IBU S? .

Jika IBU S melakukanya secara mandiri makan IBU S menuliskan M, jika IBU S

melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka IBU S buat

IBU S, Jika IBU S tidak melakukanya maka IBU S tulis T. apakah IBU S mengerti?

Coba IBU S ulangi? Naah bagus IBU S.

c.       Kontrak yang akan datang :

  Topik :

Baik lah IBU S bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara

yang kedua yaitu denganminum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul,

apakah IBU S bersedia?

  Waktu :

IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ?mau berapa menit,

bagaimana kalau 5 menit saja?

  Tempat :

IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang nya? Bagaimana kalau di

ruang makan? Baiklah IBU S besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa

besok IBU S. saya permisi dulu ya bu..

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT

Page 39: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Hari                       : Selasa, 29 Oktober 2015.

Pertemuan             : 2

Sp/Dx                    : 2/ Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran

Ruangan                : Berry

Nama Klien           : Ny. S

A.     Proses Keperawatan

1.      Kondisi Klien.

Data subjektif :

         Klien  mengatakan suara itu muncul pada malam hari.

         Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.

Data objektif :

         Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.

         Klien tampak tertawa dan berbicara sendiri.

2.      Diagnosa Keperawatan.

Gangguan Sensori Persepsi :Halusinasi pendengaran

3.      Tujuan Tindakan Keperawatan.

a.       Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum

obat.

4.      Tindakan Keperawatan

a.       Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b.      Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.

c.       Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.

d.      Jelaskan akibat bila putus obat.

e.       Jelaskan cara mendapatkan obat.

f.       Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar

pasien, benar cara, benar ibu waktu, benar dosis dan kontinuitas.

B.     Strategi Komunikasi.

1.      Fase Orientasi.

a.       Salam Terapeutik.

Assalamualaikum IBU S, masih ingat dengan saya? bagaimana perasaan IBU S

hari ini?

b.      Evaluasi/validasi.

Apakah IBU S Halusinasinya masih ada? Apakah IBU S telah melakukan apa

yang telah kita pelajari kemarin? Bagaimana apakah dengan menghardik suara-

suara yang IBU S dengar berkurang? Bagus sekarag coba praktekkan pada saya

bagaiman IBU S melakukannya. Bagus sekali IBU S. coba lihat jadwal kegiatan

hariannya bagus sekali IBU S.

Page 40: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

c.       Kontrak.

  Topik :

Baiklah IBU S sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang

kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu cara minum

obat yang benar, Apakah  bersedia?

  Waktu :

Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

mau jam berapa?bagaimana kalau jam 15.00?

  Tempat :

IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di ruang makan?

.

2.      Fase Kerja.

IBU S sudah dapat obat dari ibu perawat? IBU S perlu minum obat ini secara

teratur agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga

macam, yang ibu Warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks

dan tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya Olandoz gunannya untuk

menghilangkan suara-suara yang IBU S dengar. semuanya ini harus IBU S minum 3

kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti mulut IBU S

terasa kering, untuk membantu mengatasinya IBU S bisa menghisap es batu yang bisa

diminta pada perawatan. Bila IBU S merasa mata berkunang-kunang, IBU S

sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum

obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya IBU S.

Sebelum IBU S minum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat,

apakah benar nama IBU S yang tertulis disitu. Selain itu IBU S perlu memperhatikan

jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa

saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obanya. IBU S harus meminum obat

secara teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang

kita memasukan ibu Saat meminum obat kedalam jadwal harian IBU S. cara mengisi

jadwalnya adalah jika IBU S minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh perawat

atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika IBU S meminum obatnya

diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika IBU S

tidak minum obatnya maka di isi T artinya tidak melakukannya. Mengerti IBU S?

coba IBU S ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan? Nah bagus, IBU S sudah

mengerti.

3.      Fase Terminasi.

Page 41: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

a.       Evaluasi subjektif dan objektif :

Bagaimana perasaan IBU S setelah kita berbincang-bincang tentang obat? Sudah

berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba IBU S sebutkan.

b.      RTL :

Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00 pada jadwal

kegiatan IBU S. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang

telah kita buat tadi ya IBU S. jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya

IBU S.

c.       Kontrak yang akan datang :

  Topik :

Baik lah IBU S bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat

manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang

ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. apakah IBU S bersedia?

  Waktu

IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ?mau berapa menit bu??

bagaimana kalau 5 menit??

  Tempat :

IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? Baiklah B besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok IBU

S. saya permisi.

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP.

Page 42: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Hari                       : Rabu, 30 Oktober 2015.

Pertemuan             : 3

Sp/Dx                    : 3/ Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.

Ruangan                : Berry

Nama Klien           : IBU S

A.    Proses Keperawatan.

1.      Kondisi Klien.

Data subjektif :

         Klien mengatakan mendengar suara perampok

         Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri

Klien mengatakan mendengar suara pada malam baru

Data objektif :

         Klien tampak ketakutan

         Klien tampak komat kamit

2.      Diagnosa Keperawatan.

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran.

3.      Tujuan Tindakan Keperawatan.

a.       Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain.

4.      Tindakan Keperawatan.a.     Evaluasi ke jadwal harian

b.      Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain.

c.       Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian

klien.

B.     Strategi Komunikasi.

1.      Fase Orientasi.

a.       Salam Terapeutik.

Asalamualaikum IBU S.. selamat sore..

b.      Evaluasi/validasi.

Bagaimana perasaan IBU S hari ini? Apakah Halusinasinya masih muncul?

Apakah IBU S telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk

menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan

harian IBU S? bagus sekali IBU S, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus IBU S

minum obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik

suara-suara juga dilakukan dengan teratur.

Page 43: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang

IBU S dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-

suara yang telah kita pelajari. Coba ceritakan perbedaan minum obat secara

teratur dengan yang dulu tidak teratur? Dan jelaskan kembali pada saya cara

minum obat dengan benar. Bagus sekali IBU S.

c.       Kontrak.

  Topik :

Baiklah IBU S sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga

dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu bercakap-

cakap dengan orang lain, Apakah bersedia?

  Waktu :

Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

bagaimana kalau jam 15.00??

  Tempat :

IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

Baiklah IBU S.

Tujuan:supaya ibu tahu cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

2.      Fase Kerja.

Caranya adalah jika IBU S mulai mendengar suara-suara, langsung saja IBU S

cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman IBU S untuk berbicara dengan IBU S.

contohnya begini IBU S : tolong berbicara dengan saya.. saya mulai mendengar

suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau IBU S minta pada ibu perawat untuk

berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara dengan saya karena saya mulai

mendengar suara-suara:. Coba ibu S praktekkan, bagus sekali IBU S.

3.      Fase Terminasi.

a.       Evaluasi Subjektif dan Objektif :

Bagaimana perasaan IBU S setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-

suara dengan bercakap-cakap. Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk

mengontrol suara-suara? Coba sebutkan! Bagus sekali IBU S.mari kita masukan

kedalam jadibu Sal kegiatan harian ya IBU S.

b.      RTL :

berapa kali IBU S akan bercakap-cakap. Ya dua kali IBU S. jam berapa saja IBU

S? baiklah IBU S jam 09:00 dan 16:00. Jangan lupa IBU S lakukan cara yang

ketiga agar suara-suara yang IBU S dengarkan tidak mengganggu IBU S lagi.

c.       Kontrak yang akan datang :

  Topik :

Page 44: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Baik lah IBU S bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang

manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-

suara atau halusinasi IBU S yaitu dengan cara melakukan kegiatan aktivitas

fisik, apakah IBU S bersedia?

  Waktu:

IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ? Berapa lama IBU S

mau berbincang-bincang?bagaimana kalau 5 menit.

  Tempat :

IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? Baiklah IBU S besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok

IBU S. saya permisi,selamat siang

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl

dan

Jam

Diagnosa Tindakan

Keperaibu Satan

Evaluasi Paraf

28-

Sep-

15

Jam

09.00

Gangguan

sensori

persepsi :

Halusinasi

Pendengaran

1. Mengidentifikas

halusinasi: isi,

frekuensi, waktu

terjadi, situasi,

pencetus,

perasaan, respon,

2. Jelaskan cara

mengontrol

halusinasi;

menghardik,

obat, bercakap-

cakap,

melakukan

kegiatan

3. Melatih cara

mengontrol

S :

- klien mengatakan mendengar

suara-suara

- Klien mengatakan suara muncul

pada saat sendiri

- klien mengatakan saat

mendengar suara itu takut

- klien mengatakan suara itu

muncul pada malam hari pada saat

mau tidur

O:

- Klien tampak komat kamit

- Klien tampak mondar mandir

- Klien tampak menutup

telinganya

Page 45: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

halusinasi

dengan

menghardik

4. Memasukkan

pada jadwal

kegiatan untuk

latihan

menghardik

A : SP 1 Halusinasi

P : melanjutkan SP 2 : Halusinasi

Perawat: Evaluasi cara

menghardik

Pasien:

- Melakukan cara mengontrol

halusinasi dengan menghardik

- masukkan pada jadwal kegiatan

CATATAN PERKEMBANGAN (SP2)

Tgl Diagnosa Tindakan Evaluasi Paraf

Page 46: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

dan

Jam

Keperaibu Satan

29-

Sep-

15

Jam

10.00

Gangguan

sensori

persepsi :

Halusinasi

Pendengaran

1. Mengevaluasi

kegiatan

menghardik.beri

pujian

2. Melatih cara

mengontrol

halusinasi dengan

obat (jelaskan 6

benar, jenis, guna,

dosis, frekuensi,

cara, kontinuitas,

minum obat)

3. Memasukkan

pada jadwal

kegiatan untuk

latihan kegiatan

untuk lkatihan

menghardik dan

minum obat

S :

- klien mengatakan sudah bisa

menyebutkan 6 benar obat

- klien mengatakan suara itu

muncul pada malam hari pada saat

mau tidur.

- Klien mengatakan minum 2 jenis

obat yaitu olandos dan THP

O:

- Klien tampak komat kamit

- Klien tampak menyebutkan 2

jenis obat yang dia minum

-Klien dapat menyebutkan 6 benar

obat

A : SP 2 Halusinasi : pendengaran

P : melanjutkan SP 3 : Halusinasi

Perawat: Evaluasi cara mengontrol

halusinasi dengan obat (6 benar

obat, jenis, guna, dosis, frekuensi,

kontinuitas minum obat)

Klien: Menyebutkan cara

mengontrol halusinasi dengan obat

- Masukkan dalam jadwal

kegiatan

CATATAN PERKEMBANGAN (SP3)

Page 47: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Tgl

dan

Jam

Diagnosa Tindakan

Keperaibu Satan

Evaluasi Paraf

30-

Sep-

15

Jam

09.00

Gangguan

sensori

persepsi :

Halusinasi

Pendengaran

1. Mengevaluasi

kegiatan latihan

menghardik dan

obat. Beri pujian

2. Latih cara

mengontrol

halusinasi dengan

bercakap-cakap

saat terjadi

halusinasi

3. Masukkan pada

jadwal kegiatan

untuk latihan

menghardik,

minum obat, dan

bercakap-cakap

S : klien mengatakan sudah

mengobrol dengan ny.nuranah

- klien mengatakan minum obat

sore saja

- Klien mengatakan jika

mendengar suara langsung tutup

telinga dan menghardik

O : Klien tampak mengobrol sama

ny.nuranah

- Klien tampak minum obat

- Klien tampak menutup telinga

dan menghardik

A : SP 3 Halusinasi : pendengaran

P :lanjutkan SP 3 : Halusinasi

Pasien :Evaluasi kegiatan latihan

menghardik dan minum obat

Klien: lakukan cara menghardik

dan minum obat

- Masukkan dalam jadwal

kegiatan

BAB V

Page 48: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari data yang didapat ditemukan kesenjangan antara teori dengan kenyataan di

lahan praktek yaitu diteori ditemukan 3 masalah keperawatan yaitu Resiko Perilaku

Kekerasan, Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi, dan Isolasi sosial. Sedangkan di lahan

praktek ditemukan 7 masalah diagnosa, yaitu Resiko Perilaku Kekerasan, Gangguan Sensori

Persepsi: Halusinasi Pendengaran, dan Isolasi sosial, Defisit Perawatan Diri, Harga diri

Rendah, Regiment Teraupeutik Inefektif, Koping keluarga Inefektif.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS

Duren Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 – 2015 bulan September berjumlah 169

kasus.

5.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa.

Bagi semua mahasiswa-mahasiswi kiranya lebih meningkatkan kompetensi dan

wawasan tentang perkembangan teori-teori terbaru dalam dunia kesehatan terutama

dalam penerapan asuhan keperawatan  jiwa, dan dapat membandingkan kesenjangan

antara teori dengan kenyataan yang ada.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Page 49: Makalah Seminar GSP. Halusinasi.doc

Carpenito, L.J. (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi

8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Stuart GIBU S, Sundeen. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th

ed.).St.Louis Mosby Year Book, 1995

Keliat Budi Ana. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,

1999

Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Kesehatan. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,

RSJP Bandung, 2000