makalah seminar gsp. halusinasi.doc
DESCRIPTION
GSPTRANSCRIPT
MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN
PADA NY: S. DIRUMAH SAKIT DUREN SAWIT
DisusunOleh :
1. FENNY ANTARINA
2. DWI SUPRIANTO
3. DENIS YUNIAR
4. AKHBAR FAHANI
5. AHMAD MUJAHID
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii
Ahmad, kesehatan jiibu Sa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain,
tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan
berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan
Keperaibu Satan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiibu Sa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study
terbaru IBU SHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang,
sekitar 76-85% kasus gangguan jiibu Sa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun
utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang di Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan
(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari
jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk
penyakit kejiiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah
penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan
sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nur
Siyanti, 2008).
Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Berry RS Duren
sawit yaitu berjumlah 23 orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai macam masalah
diagnosa keperawatan yang berbeda dari 23 orang pasien, dari hasil data yang kami
dapatkan,yaitu:
Tahun 2012 kasus halusinasi berjumlah 26 kasus, isos 15 kasus, RPK 15 kasus, HDR
20 kasus, DPD 16 kasus, waham 15 kasus.
Tahun 2013 kasus halusinasi berjumlah 61 kasus, isos 22 kasus, RPK 19 kasus, HDR
6 kasus, DPD 22 kasus, waham 2 kasus
Tahun 2014 kasus halusinasi berjumlah 37 kasus, isos 34 kasus, RPK 15 kasus,HDR
11 kasus, DPD 34 kasus, waham 1
Tahun 2015 kasus halusinasi berjumlah 45 kasus, isos 38 kasus, RPK 21 kasus, HDR
3 kasus, DPD 40 kasus, waham tidak ada, RBD 1 kasus
Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS Duren
Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 – 2015 bulan September berjumlah 169 kasus.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas
tentang halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk
menyelesaikan praktek klinik di RS Duren Sawit.
1.2 Tujuan.
1.Tujuan Umum.
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan Jiwa pada klien dengan
perubahan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran di ruangan Berry RS.Duren Sawit
2 Tujuan khusus
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi
(pendengaran)
2) Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan sensori persepsi : halusinasi
(pendengaran)
3) Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan sensori
persepsi :halusinasi (pendengaran)
4) Melakukan tindakan keperawatan pada klien perubahan sensori persepsi : halusinasi
(pendengaran)
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan sensori persepsi:
halusinasi (pendengaran)
6) Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi (pendengaran)
7) Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis
dapatkan.
1.3 Metode
Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah :
a. Studi kasus
Melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan masalah
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran di Ruang Berry RSKD. Duren
Sawit.
b. Observasi
Mengobservasi gejala – gejala perilaku yang dialami klien dengan gangguan sensori
persepsi: Halusinasi Pendengaran dan observasi keberhasilan standar asuhan
keperawatan yang di berikan
c. Studi perpustakaan
Dengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi Pendengaran termasuk bahan – bahan perkuliahan agar makalah
ini mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut :
Bab I Berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Berisi tentang tinjauan teori meliputi pengertian, etiologi, faktor predisposisi,
faktor presipitasi, tanda dan gejala, mekanisme koping, rentang respon, masalah
keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, fokus intervensi.
Bab III Berisi tentang tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, masalah
keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
Bab IV Berisi tentang pembahas.
Bab V Berisi tentang penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah sensori persepsi yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien
dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien
berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Kesimpulannya, halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
2.2 MACAM-MACAM HALUSINASI
1.Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
2.Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang
rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3.Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4.Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5.Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6.Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau
pembentukan urine
7.Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2.3 ETIOLOGI
A. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis
yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).
Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
B. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1 Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2.Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3.Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
2.4 MANIFESTASI KLINIK
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien mungkin
melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol
kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertaibu Sa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2.Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol,
gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang
dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol
klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi
perintah.
4. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi
yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi
klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya
klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam ibu Saktu singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan
pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba
marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati
sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya ( apa
yangdilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan
halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :
1. Tahap I : halusinasi bersifat menyenangkan
Gejala klinis :
a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2.5 AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan
yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2.Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan
diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami
panic dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan
kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan
bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Tanda dan gejalanya adalah
muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak
klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang
2.6 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan klien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi
kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik
atau emosional. Setiap peraibu Sat masuk ke kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien.
Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan
yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding,
gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang
diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Peraibu Sat harus mengamati
agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, peraibu Sat dapat menggali masalah klien yang
merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga klien atau orang lain yang dekat
dengan klien.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain
atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan klien ke kehidupan nyata
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Klien diajak menyusun jadibu Sal kegiatan dan
memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses keperawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada kesatuan
pendapat dan kesinambungan dalam proses keperaibu Satan, misalnya dari percakapan dengan
klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada
orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Peraibu Sat menyarankan agar klien
jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan
ini hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak membiarkan klien
sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.
Farmako:
NAMA OBAT FUNGSI DOSIS
Chlopromazine (Promactile,
Largactile)
Menstabilkan senyawa alami
otak.
30-800 mg
Haloperidol (Haldol,
Serenace, Lodomer)
Mengobati kondisi gugup,
gangguan emosional, dan
mental(missal, skizofrenia)
1-100 mg
Loxapine Mengatasi agitasi psikotik
akut, untuk menggurangi sikap
permusuhandan hilangnya
kendali otonomi pasien yang
sering kali berkaitan dengan
penggunaan obat yang
diberikan secara intramuscular
20-150 mg
Clozapine (Clorazil) Untuk penenang 300-900 mg
Trihexyphenidyl Melemaskan otot-otot yang
kaku
2 x 2 mg
2.7 MEKANISME KOPING
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang
digunakan untuk melindungi diri.
2.8 RENTANG RESPON
Respon Adaptif Respon Maladapif
- Berpikir logis
- Persepsi akurat
- Emosi konsisten dengan pengalaman
- Hubungan social yang harmonis
- Pikiran menyimpang
- Ilusi
- Reaksi emosional
- Berlebihan/berkurang
- Perilaku ganjil/tidak lazim
- Menarik diri
- Kelainan pikiran/delusi
- Halusinasi
- Ketidakmampuan untuk mengatasi emosi
- Perilaku tidak terorganisir
- Isolasi sosial
2.9 POHON MASALAH
Effect Resiko Perilaku Kekerasan
Core Problem
Cause Isolasi Sosial
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Meliputi nama,jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No. MR, penanggung jawab.
3.1.2 Alasan Masuk
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan
di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
3.1.3 Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan terlambat
• Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
• Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
• Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
• Komunikasi peran ganda
• Tidak ada komunikasi
• Tidak ada kehangatan
• Komunikasi dengan emosi berlebihan
• Komunikasi tertutup
• Orangtua yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan konflik
dalam keluarga
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu
tinggi.
4) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga
diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping
destruktif.
5) Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan
besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6) Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu.
Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah
kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak
kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %,
seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15%
mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
3.1.4 Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan
abnormal).
3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan,
lingkungan dan perilaku.
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan infeksi, obat-
obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasab
hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan
orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan berlebihan,
merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan
penanganan gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak
aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung
pada jenis halusinasinya. Apabila peraibu Sat mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan
perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan
meliputi :
• Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
• Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.
• Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Perawat
bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk
memvalidasi pertanyaan klien.
• Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa yang
dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa
mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.
3.1.5 Pemeriksaan fisik
- Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan
rambut yang kusam, keadaan tekstur.
- Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
- Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
- Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
- Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
- Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
- Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
- Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, ibu Sarna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.
- Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum,
testis pada pria, cairan yang dikeluarkan
3.1.6 Analisa Data
No Data Masalah
1 Data subyektif
– Mendengar suara/kegaduhan
– Menyurh melakukan sesuatu yang
berbahaya
– Mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap. Isinya: (menyuruh klien
Gangguan
Sensori Persepsi:
Halusinasi
Pendengaran
untuk tertawa,memukul)
Data obyektif
– Bicara atau tertawa sendiri
– Marah-marah tanpa sebab
– Menutup telinga
2Data subyektif :
Klien mengatakan Malas berinteraksi, tidak
mampu, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif :
- Klien terlihat Mengurung diri
- Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang
lain
ISOLASI
SOSIAL
3 Data subyektif :
- Klien mengatakan pernah melakukan
tindak kekerasan
- Informasi dari keluarga yang dilakukan
oleh pasien
- Mendengar suara-suara
Resiko Perilaku
Kekerasan
Data obyektif :
- Ada tanda/jejas perilaku kekerasan pada
anggota tubuh
- Tampak tegang saat bercerita
3.1.7 Masalah keperaibu Satan yang mungkin muncul
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
2. Isolasi Sosial
3. Resiko Perilaku Kekerasan
3.1.8 Pohon masalah
Effect Resiko Perilaku Kekerasan
Core Problem
Cause Isolasi Sosial
3.1.9 Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
3.1.10 Rencana Tindakan Keperawatan
(Terlampir)
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
BAB IV
LAPORAN KASUS
RUANGAN RAWAT : Berry TANGGAL DIRAWAT : 28-09-2015
Inisial : Ny.S Tanggal Pengkajian : 29- September- 2015
Umur : 61 Tahun RM No. : 00-14-00-15
Informan : Pasien, Dan Rekam Medic
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 September 2015 di ruangan Berry RSKD Duren
Sawit Jakarta Timur. Adapun data yang didapat bahwa klien masuk rumah sakit diruangan
pada tanggal (28- September-2015) dengan nomor register (00140015) dengan diagnosa
medis. (Skizophrenia ).
I. ALASAN MASUK
Klien Mengatakan masuk ke RS. Duren Sawit karena sakit dan dibawa supir rumah sakit.
II. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien mengatakan, sebelumnya Klien pernah dirawat di RS. Duren Sawit 3 tahun
yang lalu. Setelah itu,klien di bawa kembali ke panti. Dan pada tanggal 28 september
2015 klien dibawa lagi ke RS Duren Sawit dikarenakan klien sakit dan dibawa oleh supir
rumah sakit, klien mengatakan Pengobatannya Kurang berhasil karena klien putus minum
obat, karena merasa bosan dengan minum obat secara terus-menerus, dan klien merasa
sudah sembuh.
1. Pengalaman
Aniaya fisik : klien pernah mengalami anaiaya fisik, dipukuli dan di rampok serta
diancam oleh perampok saat usia 5 tahun. Bersama orang tuanya perampok itu ingin
mengambil harta miliknya, Perasaan klien pada saat itu takut dan klien diam saja.
Aniaya Seksual : klien tidak pernah mengalami aniaya seksual
Penolakan : klien tidak pernah mengalami penolakan dalam keluarga maupun
masyarakat.
Kekerasan dalam keluarga : klien tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga.
Tindakan kriminal : klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal
Jelaskan No 1,2,3 : Klien Mengatakan masuk ke RS. Duren Sawit karena sakit dan
dibawa supir rumah sakit. Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS Duren
Sawit 3 tahun yang lalu. Tetapi Pengobatannya Kurang berhasil karena klien putus
minum obat, karena merasa bosan dengan minum obat secara terus-menerus, dan
klien merasa sudah sembuh. klien pernah mengalami aniaya fisik, dipukuli dan di
rampok serta diancam oleh perampok saat usia 5 tahun. Bersama orang tuanya
perampok itu ingin mengambil harta miliknya, Perasaan klien pada saat itu takut dan
klien diam saja.
Masalah Keperawatan :
- Regiment terapeutik inefektif
- Isolasi Sosial
- Koping Keluarga Inefektif
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan kesal dan benci kepada perampok yang merampok pada usia 5 tahun,
karena suara-suara perampok itu datang lagi dan ingin mengambil hartanya lagi.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah.
III. FISIK
1. TandaVital:TD: 120/80mmHg Nadi : 84x/menit Suhu :37 C P : 20x/menit
2. Ukur : TB : 150cm BB : 45kg
3. Keluhan fisik : Ya
Jelaskan : Klien mengatakan jari tangan dan jari kaki kaku, tapi jalan dan
beraktivitas masih bisa.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: laki laki : tinggal serumah
: perempuan : meninggal
: pasien : orang terdekat
Jelaskan : Klien Mengatakan dikeluarga klien anak ke 2 dari 8 bersaudara, dan
mempunyai 6 anak laki-laki, suami klien sudah meninggal. Dikeluarga klien hanya
tinggal bersama 6 anaknya, didalam keluarga yang mengambil keputusan yaitu klien, jika
ada masalah klien terbiasa menyelesaikannya dengan sendiri Karena anak-anak nya sudah
berkeluarga sehingga klien merasa klien tidak perdulikan lagi. Dan akhirnya klien di bawa
ke panti oleh keluarganya.
Masalah Keperawatan : Koping Keluarga Tidak Efektif
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan yang disukai dari tubuhnya, semuanya tidak
ada yang tidak disukai.
b. Identitas diri : Klien mengenal dirinya perempuan dan usianya masih muda yaitu
40 tahun
c. Peran : Klien mengatakan klien disini sebagai orang sakit dan ibu untuk
anak-anak nya
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin pulang ke Kediri dan ingin bertemu
dengan anak-anak nya.
e. Harga diri : Klien mengatakan dirinya sendiri disini dan masih muda, serta
orang lain mengganggapnya sudah tua
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan paling dekat dengan anaknya karena
merupakan seseorang yang paling berharga dan hanya mereka yang klien punya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat : Klien mengatakan kalau dirumah
klien hanya ibu rumah tangga yang bekerja sebagai petani. Dan di RS klien pernah
mengikuti kegiatan TAK dan sebagai pasien.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak suka
berkomunikasi dengan orang lain dan lebih memilih sendiri.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dari keyakinan : Klien mengatakan bahwa agamanya kristen.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan suka brdoa dan suka berkumpul
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan.
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi
Jelaskan : Klien berpenampilan tidak rapi dengan ditandai rambut klien
tampak kasar, gigi klien kotor, bajunya kurang rapi, wajah klien tampak kusam..
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri: Kebersihan diri/mandi.
2. Pembicaraan
Cepat dan Inkoheren
Jelaskan : Pembicaraan klien cepat dan klien berbicara loncat-loncat dan tidak
sesuai dengan pembicaraan
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir
3. Aktivitas Motorik:
lesu
Jelaskan : Klien terlihat lesu dan banyak tidur
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Alam Perasaan
Sedih dan khawatir
Jelaskan : Klien mengatakan sedih karena ingin bertemu dengan anak,namun
belum pernah ada yang menjenguk, dan klien mengatakan khawatir dengan
suara-suara yang jahat itu terdengar lagi.
Masalah Keperawatan : - HDR
- Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Pendengaran
5. Afek
Datar
Jelaskan : Saat Pengkajian ekspresi datar, tidak senyum dan tidak fokus.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata kurang dan tidak kooperatif
Jelaskan : Kontak mata klien saat pengkajian kurang dan tidak kooperatif.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
7. Persepsi
Pendengaran
Jelaskan : Klien mengatakan sering mendengar bisikan bisikan yang
menyuruhnya mencangkul dan ingin mengambil tanahnya, halusinasi itu datang
tidak tentu ( pagi, sore, malam) pada saat klien sendiri, respon klien pada saat itu
kesal dan benci serta klien melakukan menghardik” pergi-pergi kamu suara
palsu”.
Masalah Keperawatan :
- gangguan sensori Persepsi : halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir
Pengulangan pembicaraan/ persevarasi
Jelaskan : Klien selalu mengatakan yang sama saat bertemu yaitu ada suara-
suara jahat yang ingin merampok klien.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir: Waham
9. Isi Pikir
Fobia
Jelaskan : Klien mengatakan takut akan suara itu karena telah mengancam
klien untuk mencangkul dan mengambil tanahnya.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir: Waham
10. Tingkat Kesadaran
Binggung
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa dirinya sakit dan mengerti bahwa dirinya
berada di rumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat saat ini
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ingat pembicaraan kemaren karena kalau
sudah bicara ya sudah dan tidak ingat lagi.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir: Waham
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : Klien mampu berhitung dalam bentuk sederhana ( menghitung
angka)
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
13. Kemampuan Penilaian
Jelaskan : Klien mengatakan memilih mandi dulu baru makan karena sudah
terbiasa dan aturannya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa sakitnya Cuma itu saja dan tidak
mengalami gangguan jiwa .
Masalah Keperawatan : Regiment teraupeutik Inefektif
VI. KEBUTUHAN PULANG
1. Makan : Klien mampu makan sendiri, namun harus diingatkan.
2. BAB/BAK : Klien mampu BAB/BAK di toilet dengan sendiri
Jelaskan : Klien mengatakan Makan dan BAB/BAK bisa sendiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
3. Mandi: Klien mampu mandi sendiri
4. Berpakaian / berhias: klien mengatakan sudah mampu berpakain/berhias dengan
sendiri
5. Istirahat dan Tidur : Waktu tidur klien tidak menentu, tidur malam klien jam
20.00 - 05.00 Wib
6. Penggunaan obat : Klien mengatakan minum obat harus diingatkan dan harus ada
yang memperhatikan.
7. Pemeliharaan Kesehatan : Klien melakukan pemeliharaan kesehatan secara
mandiri dirumah
8. Kegiatan didalam rumah : Klien mengatakan menyiapkan makan,nyuci, dll.
9. Kegiatan diluar rumah : klien mengatakan tidak ada kegiatan diluar rumah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
VII. MEKANISME KOPING
Adaptif : Bicara dengan orang lain
Maladaptif :
Menghindar
menyendiri
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien Mengatakan suka ikut doa
kelompok.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien mengatakan lebih enak
dirumah dari pada dipanti.
Masalah dengan pendidikan, spesifik : Klien Mengatakan merasa malu karena klien
hanya tamat SD,.
Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Klien mengatakan klien hanya bekerja sebagai
Petani.
Masalah dengan perumahan, spesifik : Klien mengatakan tinggal dipanti dan ingin
pulang ke Kediri
Masalah ekonomi, spesifik : Klien Mengatakan klien kurang mampu karena hartanya
dirampok.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Klien mengatakan di panti obatnya
tidak mempan , tapi obat di RS Duren Sawit ampuh..
Masalah lainya, spesifik : Tidak ada
Masalah keperawatan :Harga Diri Rendah.
IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa
Koping
Penjelasan : Klien Mengatakan tidak mengetahui penyakit jiwa serta obat-obatan
yang diminum.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan
ketidak patuhan minum obat
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : ( skizofrenia)
Terapi Medik :
Trihexiphenidyl 1x1mg (THP)
Olandos 1x5 mg
XI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
Isolasi Sosial
Resiko Perilaku Kekerasan
Regiment Taraupeutik Inefektif
Harga Diri Rendah
Defisit Perawatan Diri
Koping Keluarga tidak efektif
Resiko Perilaku Kekerasan
core problem
Isolasi sosial Defisit Perawatan Diri: Mandi/ kebersihan Diri
Regiment Teraupeutik Inefektif HDR
Koping Keluarga Inefekti
Analisa Data
No Data Masalah
1 Data subyektif Gangguan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
– Klien mengatakan sering mendengar suara-
suara anaeh ditelinganya.
– Klien mengatakan suara yang didengar
adalah suara perampok yang mengancam,
menyuruh mencangkul, meibuar,
membunuh dan serta mau mengambil
hartanya.
– klien Mengatakan sudah bisa mengontrol
halusinasinya dengan menghardik “Pergi-
pergi saya tidak mau dengar, kamu suara
palsu”
Data obyektif
– Klien tampak berbicara sendiri
– Klien tampak dapat melakukan menghardik
Sensori Persepsi:
Halusinasi
Pendengaran
2 Data subyektif :
- Klien mengatakan ingin sendiri
- Klien mengatakan mau mengobrol
dengan yang mau dan yang baik saja
- Klien mengatakan capek mengobrol
terus.
Data obyektif :
- Klien tampak berdiam diri
- Klien tampak kontak mata kurang,
karena ditanya klien mengalihkan
pandangannya.
- Klien tampak tidak focus.
Isolasi Sosial
3 Data subyektif :
- Klien mengatakan merasa diancam atau
dicederai oleh orang lain.
- Klien mengatakan tidak suka diinjak oleh
temanya
- Klien mengatakan mendengar suara-suara
aneh
Data obyektif :
- Klien tampak tegang saat bercerita.
- Klien tampak menginjak kaki pasien
lain karena pasien lain itu tidak sengaja
menginjak kakinya.
- Klien pembicaraannya kasar jika sedang
tidak enak hati.
Resiko Perilaku
Kekerasan
4.
Data Subjektif:
- Klien mengatakan pernah masuk RS.
Duren Sawit 3 tahun yang lalu.
- Klien mengatakan minum obat tapi obat
yang dipanti sudah kadaluwarsa.
Data Objektif :
- Saat ini klien dirawat di RS. Duren
Sawit.
Regiment
Teraupeutik
Inefektif
- Klien tampak berhalusinasi
5 Data Subjektif :
- Klien mengatakan sudah mandi, tapi tidak
sampoan /tidak keramas.
- Klien mengatakan tidak menggosok gigi
karena sikat gigi tidak ada
Data Objektif :
- Rambut klien tampak kasar
- Kulit klien tampak kotor, dan tidak elastis
lagi.
- Gigi klien kotor
Defisit Perawatan
Diri:
Mandi/kebersihan
Diri
6 Data Subjektif :
- Klien mengatakan anak dan saudaranya
tinggal di Kediri
- Klien mengatakan tinggal di panti
Cipayung
Data Objektif :
- Klien tidak tau bagaimana cara merawat
diri dirumah.
Koping Keluarga
Inefektif
7 Data Subjektif :
- Data Subjektif :
Klien mengatakan dirinya masih muda
tapi orang lain mengganggap klien sudah
tua.
- Klien mengatakan ingin sendiri karena
takut dirampok.
Data Objektif :
Harga Diri
Rendah
- Ekspresi wajah datar dan tidak senyum
- Klien tampak malas-malasan.
GRAFIK MASALAH KEPERAWATAN 3 TAHUN TERAKHIR DI RS DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR RUANG BERRY
Berdasarkan grafik di atas di peroleh data:
Tahun 2012 kasus halusinasi berjumlah 26 kasus, isos 15 kasus, RPK 15 kasus, HDR 20 kasus, DPD 16 kasus, waham 15 kasus.
Tahun 2013 kasus halusinasi berjumlah 61 kasus, isos 22 kasus, RPK 19 kasus, HDR 6 kasus, DPD 22 kasus, waham 2 kasus
Tahun 2014 kasus halusinasi berjumlah 37 kasus, isos 34 kasus, RPK 15 kasus,HDR 11 kasus, DPD 34 kasus, waham 1
Tahun 2015 kasus halusinasi berjumlah 45 kasus, isos 38 kasus, RPK 21 kasus, HDR 3 kasus, DPD 40 kasus, waham tidak ada, RBD 1 kasus
Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS Duren Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 – 2015 bulan September berjumlah 169 kasus.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAIBU SATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI
PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN
Hari : Senin, 28 Oktober 2015.
Pertemuan : 1
Sp/Dx : 1/ Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran.
Ruangan : Berry
Nama Klien : Ny. S
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif :
Klien tampak tertawa sendiri.
Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam terapeutik : Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu… perkenalkan nama
saya Fenny. Saya mahasiswa praktek dari Fakultas Keperawatan Profesi Ners
Binawan. Saya akan dinas di ruangan Berry ini selama 2 minggu. Hari ini saya
dinas siang dari jam 13:00 sampai jam 19:00. Saya akan merawat ibu selama di
rumah sakit ini. Nama ibu siapa? Senangnya di panggil apa ?
b. Evaluasi/validasi : Bagaimana keadaan IBU S hari ini ?
c. Kontrak :
Topik : Baiklah IBU S, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
suara yang mengganggu IBU S dan cara mengontrol suara-suara
tersebut, Apakah bersedia?
IBU Saktu : Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15.00 saja?
Tempat : IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Apa ibu bersedia?
d. Tujuan : Supaya ibu bisa tahu cara menggontrol halusinasi dengan menghardik.
2. Fase Kerja .
Apakah IBU S mendengar suara tanpa ada ibu Sujudnya? Saya percaya IBU S
mendengar suara tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah IBU
S mendengarnya terus- menerus atau seibu Saktu-ibu Saktu? Kapan yang paling
sering mendengar suara itu? Berapa kali dalam sehari IBU S mendengarnya? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada ibu saat sendiri? Apa yang IBU S
rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan Ibu S ketika mendengar
suara tersebut? Kemudian apa yang Ibu S lakukan? Apakah dengan cara tersebut
suara-suara itu hilang? Apa yang Ibu S alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara
untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah IBU S bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah saya
akan mempraktekan dahulu baru IBU S mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini IBU S jika suara itu muncul katakan dengan keras “ pergi..pergi saya
tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga IBU S. seperti
ini ya IBU S. coba sekarang IBU S ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus
sekali IBU S, coba sekali lagi IBU S. yaa… bagus sekali ibu S.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan IBU S setelah kita kita bercakap-cakap? Jadi suara-
suara itu menyuruh IBU S untuk mengejek, terus menerus terjadi dan terutama kalau
sendiri dan IBU S merasa kesal. Seperti yang telah kita pelajari bila suara-suara itu
muncul IBU S bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara
palsu”
b. RTL :
IBU S lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3
kali sehari yaitu jam 90:00, 14:00 dan jam 20:00 cara mengisi buku kegiatan harian
adalah sesuai dengan jadwal keegiatan harian yang telah kita buat tadi ya IBU S? .
Jika IBU S melakukanya secara mandiri makan IBU S menuliskan M, jika IBU S
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka IBU S buat
IBU S, Jika IBU S tidak melakukanya maka IBU S tulis T. apakah IBU S mengerti?
Coba IBU S ulangi? Naah bagus IBU S.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah IBU S bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
yang kedua yaitu denganminum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul,
apakah IBU S bersedia?
Waktu :
IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ?mau berapa menit,
bagaimana kalau 5 menit saja?
Tempat :
IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang nya? Bagaimana kalau di
ruang makan? Baiklah IBU S besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa
besok IBU S. saya permisi dulu ya bu..
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT
Hari : Selasa, 29 Oktober 2015.
Pertemuan : 2
Sp/Dx : 2/ Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Ruangan : Berry
Nama Klien : Ny. S
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan suara itu muncul pada malam hari.
Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
Klien tampak tertawa dan berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Sensori Persepsi :Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum
obat.
4. Tindakan Keperawatan
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar ibu waktu, benar dosis dan kontinuitas.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum IBU S, masih ingat dengan saya? bagaimana perasaan IBU S
hari ini?
b. Evaluasi/validasi.
Apakah IBU S Halusinasinya masih ada? Apakah IBU S telah melakukan apa
yang telah kita pelajari kemarin? Bagaimana apakah dengan menghardik suara-
suara yang IBU S dengar berkurang? Bagus sekarag coba praktekkan pada saya
bagaiman IBU S melakukannya. Bagus sekali IBU S. coba lihat jadwal kegiatan
hariannya bagus sekali IBU S.
c. Kontrak.
Topik :
Baiklah IBU S sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang
kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu cara minum
obat yang benar, Apakah bersedia?
Waktu :
Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
mau jam berapa?bagaimana kalau jam 15.00?
Tempat :
IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di ruang makan?
.
2. Fase Kerja.
IBU S sudah dapat obat dari ibu perawat? IBU S perlu minum obat ini secara
teratur agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga
macam, yang ibu Warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks
dan tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya Olandoz gunannya untuk
menghilangkan suara-suara yang IBU S dengar. semuanya ini harus IBU S minum 3
kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti mulut IBU S
terasa kering, untuk membantu mengatasinya IBU S bisa menghisap es batu yang bisa
diminta pada perawatan. Bila IBU S merasa mata berkunang-kunang, IBU S
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum
obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya IBU S.
Sebelum IBU S minum obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat,
apakah benar nama IBU S yang tertulis disitu. Selain itu IBU S perlu memperhatikan
jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa
saja obatnya harus diminum, dan cara meminum obanya. IBU S harus meminum obat
secara teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang
kita memasukan ibu Saat meminum obat kedalam jadwal harian IBU S. cara mengisi
jadwalnya adalah jika IBU S minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh perawat
atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika IBU S meminum obatnya
diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika IBU S
tidak minum obatnya maka di isi T artinya tidak melakukannya. Mengerti IBU S?
coba IBU S ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan? Nah bagus, IBU S sudah
mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan IBU S setelah kita berbincang-bincang tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba IBU S sebutkan.
b. RTL :
Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan 19:00 pada jadwal
kegiatan IBU S. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal minum obat yang
telah kita buat tadi ya IBU S. jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya
IBU S.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah IBU S bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk melihat
manfaat minum obat dan berlatih cara untuk mengontrol halusinasi yang
ketiga yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. apakah IBU S bersedia?
Waktu
IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ?mau berapa menit bu??
bagaimana kalau 5 menit??
Tempat :
IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah B besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok IBU
S. saya permisi.
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP.
Hari : Rabu, 30 Oktober 2015.
Pertemuan : 3
Sp/Dx : 3/ Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan : Berry
Nama Klien : IBU S
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan mendengar suara perampok
Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri
Klien mengatakan mendengar suara pada malam baru
Data objektif :
Klien tampak ketakutan
Klien tampak komat kamit
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan harian
klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Asalamualaikum IBU S.. selamat sore..
b. Evaluasi/validasi.
Bagaimana perasaan IBU S hari ini? Apakah Halusinasinya masih muncul?
Apakah IBU S telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari untuk
menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat jadwal kegiatan
harian IBU S? bagus sekali IBU S, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus IBU S
minum obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00 dan latihan menghardik
suara-suara juga dilakukan dengan teratur.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua cara tadi suara-suara yang
IBU S dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-
suara yang telah kita pelajari. Coba ceritakan perbedaan minum obat secara
teratur dengan yang dulu tidak teratur? Dan jelaskan kembali pada saya cara
minum obat dengan benar. Bagus sekali IBU S.
c. Kontrak.
Topik :
Baiklah IBU S sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar cara ketiga
dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu bercakap-
cakap dengan orang lain, Apakah bersedia?
Waktu :
Berapa lama IBU S mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
bagaimana kalau jam 15.00??
Tempat :
IBU S mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
Baiklah IBU S.
Tujuan:supaya ibu tahu cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
2. Fase Kerja.
Caranya adalah jika IBU S mulai mendengar suara-suara, langsung saja IBU S
cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman IBU S untuk berbicara dengan IBU S.
contohnya begini IBU S : tolong berbicara dengan saya.. saya mulai mendengar
suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya! Atau IBU S minta pada ibu perawat untuk
berbicara dengannya seperti “ buk tolong berbicara dengan saya karena saya mulai
mendengar suara-suara:. Coba ibu S praktekkan, bagus sekali IBU S.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Bagaimana perasaan IBU S setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-
suara dengan bercakap-cakap. Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk
mengontrol suara-suara? Coba sebutkan! Bagus sekali IBU S.mari kita masukan
kedalam jadibu Sal kegiatan harian ya IBU S.
b. RTL :
berapa kali IBU S akan bercakap-cakap. Ya dua kali IBU S. jam berapa saja IBU
S? baiklah IBU S jam 09:00 dan 16:00. Jangan lupa IBU S lakukan cara yang
ketiga agar suara-suara yang IBU S dengarkan tidak mengganggu IBU S lagi.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah IBU S bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara keempat untuk mengontrol suara-
suara atau halusinasi IBU S yaitu dengan cara melakukan kegiatan aktivitas
fisik, apakah IBU S bersedia?
Waktu:
IBU S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00 ? Berapa lama IBU S
mau berbincang-bincang?bagaimana kalau 5 menit.
Tempat :
IBU S maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah IBU S besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok
IBU S. saya permisi,selamat siang
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl
dan
Jam
Diagnosa Tindakan
Keperaibu Satan
Evaluasi Paraf
28-
Sep-
15
Jam
09.00
Gangguan
sensori
persepsi :
Halusinasi
Pendengaran
1. Mengidentifikas
halusinasi: isi,
frekuensi, waktu
terjadi, situasi,
pencetus,
perasaan, respon,
2. Jelaskan cara
mengontrol
halusinasi;
menghardik,
obat, bercakap-
cakap,
melakukan
kegiatan
3. Melatih cara
mengontrol
S :
- klien mengatakan mendengar
suara-suara
- Klien mengatakan suara muncul
pada saat sendiri
- klien mengatakan saat
mendengar suara itu takut
- klien mengatakan suara itu
muncul pada malam hari pada saat
mau tidur
O:
- Klien tampak komat kamit
- Klien tampak mondar mandir
- Klien tampak menutup
telinganya
halusinasi
dengan
menghardik
4. Memasukkan
pada jadwal
kegiatan untuk
latihan
menghardik
A : SP 1 Halusinasi
P : melanjutkan SP 2 : Halusinasi
Perawat: Evaluasi cara
menghardik
Pasien:
- Melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
- masukkan pada jadwal kegiatan
CATATAN PERKEMBANGAN (SP2)
Tgl Diagnosa Tindakan Evaluasi Paraf
dan
Jam
Keperaibu Satan
29-
Sep-
15
Jam
10.00
Gangguan
sensori
persepsi :
Halusinasi
Pendengaran
1. Mengevaluasi
kegiatan
menghardik.beri
pujian
2. Melatih cara
mengontrol
halusinasi dengan
obat (jelaskan 6
benar, jenis, guna,
dosis, frekuensi,
cara, kontinuitas,
minum obat)
3. Memasukkan
pada jadwal
kegiatan untuk
latihan kegiatan
untuk lkatihan
menghardik dan
minum obat
S :
- klien mengatakan sudah bisa
menyebutkan 6 benar obat
- klien mengatakan suara itu
muncul pada malam hari pada saat
mau tidur.
- Klien mengatakan minum 2 jenis
obat yaitu olandos dan THP
O:
- Klien tampak komat kamit
- Klien tampak menyebutkan 2
jenis obat yang dia minum
-Klien dapat menyebutkan 6 benar
obat
A : SP 2 Halusinasi : pendengaran
P : melanjutkan SP 3 : Halusinasi
Perawat: Evaluasi cara mengontrol
halusinasi dengan obat (6 benar
obat, jenis, guna, dosis, frekuensi,
kontinuitas minum obat)
Klien: Menyebutkan cara
mengontrol halusinasi dengan obat
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan
CATATAN PERKEMBANGAN (SP3)
Tgl
dan
Jam
Diagnosa Tindakan
Keperaibu Satan
Evaluasi Paraf
30-
Sep-
15
Jam
09.00
Gangguan
sensori
persepsi :
Halusinasi
Pendengaran
1. Mengevaluasi
kegiatan latihan
menghardik dan
obat. Beri pujian
2. Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
saat terjadi
halusinasi
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum obat, dan
bercakap-cakap
S : klien mengatakan sudah
mengobrol dengan ny.nuranah
- klien mengatakan minum obat
sore saja
- Klien mengatakan jika
mendengar suara langsung tutup
telinga dan menghardik
O : Klien tampak mengobrol sama
ny.nuranah
- Klien tampak minum obat
- Klien tampak menutup telinga
dan menghardik
A : SP 3 Halusinasi : pendengaran
P :lanjutkan SP 3 : Halusinasi
Pasien :Evaluasi kegiatan latihan
menghardik dan minum obat
Klien: lakukan cara menghardik
dan minum obat
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data yang didapat ditemukan kesenjangan antara teori dengan kenyataan di
lahan praktek yaitu diteori ditemukan 3 masalah keperawatan yaitu Resiko Perilaku
Kekerasan, Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi, dan Isolasi sosial. Sedangkan di lahan
praktek ditemukan 7 masalah diagnosa, yaitu Resiko Perilaku Kekerasan, Gangguan Sensori
Persepsi: Halusinasi Pendengaran, dan Isolasi sosial, Defisit Perawatan Diri, Harga diri
Rendah, Regiment Teraupeutik Inefektif, Koping keluarga Inefektif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS
Duren Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 – 2015 bulan September berjumlah 169
kasus.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa.
Bagi semua mahasiswa-mahasiswi kiranya lebih meningkatkan kompetensi dan
wawasan tentang perkembangan teori-teori terbaru dalam dunia kesehatan terutama
dalam penerapan asuhan keperawatan jiwa, dan dapat membandingkan kesenjangan
antara teori dengan kenyataan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi
8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Stuart GIBU S, Sundeen. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.).St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999
Aziz R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Kesehatan. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,
RSJP Bandung, 2000