makalah sejarah perkembangan kurikulum dikdas di indonesia
TRANSCRIPT
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DIKDAS DI INDONESIA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK I
ERMANSYAH (8146182009)
RIDHA HUTAMI (8146182035)
TRI ASTARI (8146182041)
VIVI UVAIRA HASIBUAN (8146182043)
KELAS : B – 1 DIKDAS
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau
menyelesaikan penyusunan makalah Filsafat Ilmu Pendidikan ini yang berjudul
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DIKDAS DI INDONESIA.
Shalawat dan rangkaian salam kehadirat nabi Muhammad SAW yang kita
dari alam kegelapan menuju terang benderang.
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai tugas kelompok mata kuliah
Pengembangan dan Telaah Kurikulum Dikdas dan sebagai bahan perkuliahan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad
Badiran, M. Pd yang telah membimbing penulis dan pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini penulis yakini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak“,
baik isi maupun penyusunnya. Atas semua itu dengan rendah hati penulis
harapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Medan, Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar belakang .............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................2
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................2
D. Rumusan Masalah .......................................................................................3
E. Tujuan Pembahasan ...................................................................................3
F. Manfaat Pembahasan ..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................4
A. Pengertian Kurikulum .................................................................................4
B. Tujuan Kurikulum ......................................................................................6
C. Perkembangan Kurikulum Dikdas di Indonesia ........................................9
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 18
A. Kesimpulan .............................................................................................. 18
B. Saran ......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah
satu komponen kehidupan yang paling urgent. Semenjak manusia berinteraksi
dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah berhasil
merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lingkup
kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam
perkembangan peradaban manusia. Secara paralel proses pendidikan pun
mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana
maupun target yang akan dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan
keistimewaan dari pendidikan, yaitu selalu bersifat maju. Dan apabila sebuah
pendidikan tidak mengalami serta tidak menyebabkan suatu kemajuan atau malah
menimbulkan kemunduran maka tidaklah dinamakan pendidikan. Karena pendidikan
adalah sebuah aktifitas yang integral yang mencakup target, metode dan sarana
dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi dan beradabtasi
dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal demi terwujudnya kemajuan
yang lebih baik.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus
berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan. Dan sebagai
sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sebuah kurikulum. Menurut
Sukmadinata (2008:5), “Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang
memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar”.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum memiliki empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi
kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen evaluasi.
Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain.
Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu
atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum pun akan
terganggu pula.
Dalam sebuah kurikulum memuat suatu tujuan yang ingin dicapai dalam
suatu sistem pendidikan. Untuk itu tujuan dalam suatu kurikulum memegang
peranan yang sangat penting, karena tujuan mengarahkan semua kegiatan
pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya. Barulah setelah
memahami kurikulum dan tujuannya tersebut kita dapat dipahami bagaimana dan
mengapa kurikulum terus saja berkembang, yang akan dibahas selanjutnya dalam
makalah ini.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas penulis melalukan pengidentifikasian masalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan dalam sejarah peradaban anak manusia adalah salah
satu komponen kehidupan yang paling urgent.
2. Pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan peradaban
manusia. Secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang
sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan
dicapai. Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari
pendidikan, yaitu selalu bersifat maju.
3. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, pemerintah terus
berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan.
C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah arah pembahasan masalah ini penulis membuat
batasan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian dan tujuan kurikulum.
2. Perkembangan kurikulum Dikdas di Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang ada maka rumusan
masalah yang digunakan adalah:
1. Apa pengertian dan tujuan kurikulum?
2. Bagaimana perkembangan kurikulum Dikdas di Indonesia?
E. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari makalah ini, antara lain:
1. Memahami pengertian dan tujuan kurikulum.
2. Memahami perkembangan kurikulum Dikdas di Indonesia.
F. Manfaat Pembahasan
Penulis berharap makalah ini memiliki manfaat bagi kita semua. Dimana
dengan adanya makalah ini dapat membantu semua kalangan baik itu pelajar,
mahasiswa dan masyarakat umum dalam memahami pengertian dan tujuan dari
kurikulum khususnya perkembangan kurikulum Dikdas di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa yunani kuno Curriculum, yang berasal dari
kata curir yang artinya pelari; dan Curere yang artinya tempat terpacu. Jadi
Curriculum dapat diartikan jarak yang harus ditempuh oleh pelari, dari kata
tersebut dapat diperluas menjadi kurikulum dalam pendidikan merupakan sebuah
rancangan dasar pendidikan dimana terdapat mata pelajaran-mata pelajaran yang
harus ditempuh dan pada akhirnya peserta didik harus mempunyai ijazah. Dalam
arti yang lebih luas (modern) kurikulum bukanlah sekedar sejumlah mata
pelajaran, tetapi memiliki cakupan yang lebih luas. Beberapa ahli berpendapat
bahwa kurikulum dalam pengertian ini adalah “semua pengalaman yang disajikan
kepada murid di bawah bantuan atau bimbingan sekolah”. Ada juga pengertian
“semua pengalaman murid di bawah tanggungjawab sekolah. Dengan kata lain
kurikulum merupakan seperangkat rencana dalam upaya merancang pendidikan
sesuai dengan jenjang dan tujuan pendidikan tertentu dengan berlandaskan
berbagai pengalaman yang disajikan. Berikut pengertian kurikulum menurut para
ahli berdasarkan tahun ketika mempresepsikan kurikulum:
Pada tahun 1966 tepatnya ketika kuriulum 1964 diberlakukan Inlow
(1966) berpendapat bahwa Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang
oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran
yang sudah ditentukan. Kemudian Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan
Evans (1967): kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan
dikemukakan oleh pihak sekolah.
Dizaman era kurikulum 1968, pengetian kurikulum Menurut Beauchamp
(1968): Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran
yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin
ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Pengertian
Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah kumpulan kursus
ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
Pada sekitar tahun 1977 tepatnya ketika kurikulum diterapkan pada
kurikulum 1975 Franklin Bobbit (1918), dalam McNeil (1977) mengungkapkan
pengertian kurikulum. Kurikulum adalah seluruh atau segenap pengalaman, baik
langsung maupun tidak langsung dalam kaitan dengan pembentukan kemampuan
individu, atau serangkaian pelatihan pengalaman yang terarah yang dilakukan
secara sadar yang digunakan sekolah untuk membentuk dan menyempurnakan
yang tidak tumpang tindih. Berbeda dengan George A. Beaucham (1976 hal 58-
59), yang mendefinisikan kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu teori
yaitu teori kurikulum. Selain sebagai bidang studi kurikulum juga sebagai rencana
pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian
dari sistem persekolahan.
Di era 90-an pengertian kurikulum berkembang dan semakin meluas
menurut Hollis L. Caswell and Doak S. Campbell dalam Oliva,1991:6 Kurikulum
adalah seluruh pengalaman siswa di bawah bimbingan guru. Kurikulum adalah
sebagai sebuah perencanaan untuk memperbaiki seperangkat pembelajaran untuk
seseorang agar menjadi terdidik (J. Galen Saylor, William M. Alexander, and
arthur J. Lewis dalam Oliva 1991:6). Dalam perkembangan pengertian menurut
berbagai ahli dalam Olivia 1991 banyak para ahli yang mengungkapkan
pengertian kurikulum pada saat itu, selain pengertian diatas beberapa ahli ternama
juga mengontribusikan diri untuk memberikan pendapat mengenai kurikulum.
Kurikulum pada umumnya berisi pernyataan tujuan dan tujuan khusus,
menunjukkan seleksi dan organisasi konten, mengimplikasikan dan
meanifestasikan pola belajar mengajar tertentu, karena tujuan menuntut mereka
atau karena organisasi konten mempersyaratkannya. Pada akhirnya, termasuk di
dalamnya program evaluasi outcome (Hilda Taba dalam Oliva, 1991:6)
Kurikulum sekolah adalah konten dan proses formal maupun non formal di mana
pebelajar memperoleh pengetahuan dan pemahaman, perkembangan skil,
perubahan tingkah laku, apresiasi, dan nilai-nilai di bawah bantuan sekolah
(Ronald C. Doll dalam Oliva, 1991:7)
Richards (2001) mengungkapkan bahwa Kurikulum adalah kegiatan yang
esensial karena kegiatan tersebut mencoba menelaah bagaimana meningkatkan
kualitas pengajaran melalui penggunaan perencanaan, pengembangan, penelaahan
dan pelaksanaan dalam semua aspek program secara sistematis. Pengertian
Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Di era abad ke 20, perkembangan
pengertian kurikulum semakin kompleks dan meluas dari segi arti, konsep dan
pemikiran yang berbeda-beda.
Purwadi (2003) memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1)
kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan
sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum
menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau
dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni
kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari
penerapan kurikulum.
Dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan serangkaian alat rencana
pengetahuan yang didalamnya mencakup mulai dari tujuan, isi dan materi serta
mengembangkan kemampuan individu, baik secara kognitif, afektif dan
psikomotorik.
B. Tujuan Kurikulum
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang
diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya
dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan
tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Misalkan, filsafat
atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah Pancasila, maka
tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya
masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum
berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit seperti
tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat
umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang
kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi
empat yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
b. Tujuan Institusional (TI)
c. Tujuan Kurikuler (TK)
d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling
umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap
usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan
harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik
pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal
maupun non formal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam
bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat
suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-
undang. TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan
pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sistem
nilai Pancasila dirumuskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal
3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi
yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan
institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang
dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan,
seperti misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan
dan jenjang pendidikan tinggi.
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu tujuan kurikuler dapat didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk
mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian setiap tujuan
kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan
institusional. Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan Bidang Studi Matematika
di SD, Tujuan Pelajaran IPS di SMP dan lain sebagainya. Dalam
Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan kurikuler
tergambarkan pada standar isi setiap mata pelajaran atau bidang studi yang
harus dikuasai siswa pada setiap satuan pendidikan.
Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan instruksional atau yang
sekarang lebih populer dengan tujuan pembelajaran, merupakan tujuan yang
paling khusus. Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari
tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki
oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi
tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami
kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan
melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan tujuan
pembelajaran ini adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses belajar
mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai
oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran. Menurut Bloom,
dalam bukunya yang sangat terkenal Taxonomy of Educational Objectives yang
terbit pada tahun 1965 (Sukmadinata, 2000), bentuk perilaku sebagai tujuan
yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga
domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kedudukan tujuan dalam perencanaan pembelajaran menurut
Gagne & Briggs (Sukmadinata, 2000):
Identifikasi tujuan
Analisis pembelajaran
Identifikasi entry behaviour & karakteristik pembelajar
Penjabaran tujuan ke dalam tujuan performansi yang spesifik & detail
Pengukuran kriteria tes
Penyusunan strategi pembelajaran
Penetapan materi pembelajaran
Evaluasi formatif
Evaluasi sumatif
Dalam sistem pembelajaran unsur tujuan diletakkan pada tahap
pertama sebelum unsur yang lainnya. Penetapan tujuan pada tahap awal
dimaksudkan untuk memberi gambaran bagi penetapan komponen pembelajaran
yang lain agar menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain
penetapan materi, metode atau proses dan evaluasi selalu harus memperhatikan
dan berhubungan dengan rumusan tujuan.
Tujuan merupakan rumusan atau pernyataan yang memberikan gambaran
keinginan atau harapan yang terukur dan operasional yang harus dicapai setelah
pembelajaran selesai. Dengan demikian untuk memberikan gambaran adanya
keterhubungan antara tujuan dengan komponen yang lainnya, maka rumusan
tujuan akan memberi inspirasi bagi penetapan komponen-komponen
pembelajaran lainnya. Akan tetapi jika tujuan tidak tercapai, belum tentu yang
salah adalah unsur materi, metode atau komponen evaluasi. Boleh jadi yang
kurang tepat adalah rumusan tujuannya itu sendiri. Disinilah letaknya setiap
unsur dalam sistem pembelajaran masing-masing memiliki hubungan,
ketergantungan dan umpan balik.
C. Perkembangan Kurikulum Dikdas di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan yang sekarang 2006. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik,
sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan
yang berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan
tertentu yang ingin dicapai untuk memajukan pendidikan nasional kita.
Perubahan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang ingin
dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:
1. KURIKULUM RENCANA PELAJARAN (1947-1968)
Kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi
oleh tatanan sosial politik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya
ada tiga sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama,
sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan perantren. Kedua, sistem
pendidikan Belanda. Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif.
Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207):
a. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi
menggunakan pengantar bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun.
b. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun
dengan pengantar bahasa Cina, Hollandch Chinese School (HCS) yang
berbahasa Belanda selama 7 tahun.
c. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai
perguruan tinggi, yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan
HBS 3 dan 5 tahun Lyceum 6 tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun,
Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan
kedokteran gigi 5 tahun.
Tiga tahun setelah Indonesia merdeka pemerintah membuat kurikulum
“Rencana Pelajaran”. Tahun 1947. Kurikulum ini bertahan sampai tahun 1968
saat pemerintahan beralih pada masa orde baru.
a. Rencana pelajaran 1947
Kurikulum ini lebih populer disebut dalam bahasa belanda “leer plan”,
artinya rencana pelajaran, ketimbang “curriculum” (bahasa Inggris). Perubahan
kisi-kisi pendidikannya lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional.
Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang
merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini.
b. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu sekolah khusus bagi
lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat
mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.
Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
c. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD. Kurikulum 1964 juga menitik beratkan pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal
dengan istilah Pancawardhana. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan
perkembangan anak. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin.
Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada
hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan,
kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah
alat untuk membentuk manusia pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-
sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tanun 1960.
Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan
mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana).
d. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 memiliki perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 bertujuan agar pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
2. KURIKULUM BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-1994)
Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber
dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan
dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik,
perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan
adalah memeliharadan mewariskan ilmu pngetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai
budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi
pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus
tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah
perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar
yang dilakukan peserta didik.
a. Kurikulum 1975
Latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman
pelaksanaan pengajaran di sekolah menurut Menteri Pendidikan Republik
Indonesia Sjarif Thajeb, adalah:
1) Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan
baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
2) Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang
digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya
pembangunan.
3) Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau
kebijaksanaan pendidikan nasional.
4) Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien
dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
5) Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau
sistem yang kini sedang berlaku.
6) Diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
b. Kurikulum 1984
Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena suda dianggap tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi .
c. Kurikulum 1994
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Kurikulum Sekolah Menengah Umum
perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar
dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Akibatnya, pada saat itu
dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan
kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus
diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran
pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan
penyempurnaan jangka panjang.
3. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN KTSP (2004/ 2006)
Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1994)
berimpilkasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam
penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki
kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga diperlukan
kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik.
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi diantaranya UU No 2
1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dan Tap MPR No
IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan pendidikan nasional.
KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran
dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan
tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge,
understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-
aspek ini diharapkan siswa memahami, mengusai, dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah dipelajarinya.
Adapun kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi: kompetensi lulusan
(dimilik setelah lulus), kompetensi standar (dimiliki setelah mempelajari satu
mata pelajaran), kompetensi dasar (dimiliki setelah menyelesaikan satu
topik/konsep), kompetensi akademik (pengetahuan dan keterampilan dalam
menyelesaikan persoalan), kompetensi okupasional (kesiapan dan kemampuan
beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi terhadap
lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia), dan kompetensi temporal
(memanfaatkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008
dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006
dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh BSNP.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh
mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Komponen KTSP
Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai
berikut.
a. Visi dan misi satuan pendidikan
b. Tujuan pendidikan satuan pendidikan
c. Kalender pendidikan
d. Struktur muatan KTSP
e. Silabus
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4. KURIKULUM 2013
Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten
dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada
Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum
satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis
(dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai
rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten
kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa
kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah;
2. Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
1. Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke
dalam Kompetensi Dasar (KD).
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas, dan mata pelajaran
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.
4. Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata
pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD
pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,
generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan
“disciplinary–based curriculum” atau “content-based curriculum”.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
7. Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada
tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten
kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas
(mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan
penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah
kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan
memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.
8. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat
formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria
Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu (1) komponen
tujuan, (2) isi kurikulum, (3) metode atau strategi pencapaian tujuan dan (4)
komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan
satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem
kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem
kurikulum pun akan terganggu pula.
Dalam setiap perubahan dan perkembangan kurikulum selalu disertai tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Kurikulum pendidikan nasional sudah mengalami
beberapa kali perubahan. Setiap perubahan kurikulum pendidikan nasional
disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam setiap
perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk
memajukan pendidikan nasional kita. Perbedaan tujuan itu terletak pada
pendekatan dalam merealisasikannya
B. Saran
Dalam memahami perkembangan kurikulum Dikdas di Indonesia terlebih
dahulu mengetahui pengertian dan tujuan kurikulum itu sendiri. Pahami baik-baik
penjelasan yang ada dalam makalah ini untuk menambah wawasan. Terlebih lagi
kita sebagai pendidik harus mengikuti perkembangan kurikulum Dikdas di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Soekardi. “Sejarah Kurikulum Di Indonesia”. 21 Agustus 2015.
http://belajarpkn-yuk.blogspot.com/2011/10/sejarah-kurikulum-nasional-
indonesia.html
Hidayati, Wiji. “Pengembangan Kurikulum”. 21 Agustus 2015.
http://202.69.99.229/download/REALPAD/eStudy/PDF/Paedagogis/Buku/
Pengembangan%20Kurukulum.pdf
Kredoanalisis. “Hasil Analisis Tentang Perkembangan Kurikulum Sekolah Dasar
(SD) dari masa colonial hingga masa kurikulum 2013”. 21 Agustus 2015.
https://kredoanalisis.wordpress.com/2015/01/17/hasil-analisis-tentang-
perkembangan-kurikulum-sekolah-dasar-sd-dari-masa-kolonial-hingga-
masa-kurikulum-2013/
Poerwati. “Sejarah Kurikulum”. 21 Agustus 2015.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Poerwanti%20Hadi
%20Pratiwi,%20S.Pd.,%20M.Si./Sejarah_kurikulum.pdf
Sutisna. “Sejarah Perkembangan Kurikulum”. 21 Agustus 2015.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/19
7607312001121-ADE_SUTISNA/
SEJARAH_PERKEMB.__KURIKULUM.pdf