makalah sanitasi kel 3
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
MAKALAH SANITASI INDUSTRIUJI SANITASI AIR
Oleh:
Elya Hidayati (135080301111003)Vandarina Dianti P (135080301111040)Alija Izet Prara D (135080301111069)Indaka Juliani S (135080301111085)Marsha Evaratri A (135080301111104)
TEKNOLOGI HASIL PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG
2015
Sanitasi Air
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Sanitasi Industri ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.
Kami selaku penyusun makalah Sanitasi Industri menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya
agar dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Malang, 29 Oktober 2015
Penyusun
Sanitasi Air
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .................................................................................................iKATA PENGANTAR ............................................................................................iiDAFTAR ISI .........................................................................................................iiiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................1
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN2.1 Karakterstik Air ............................................................................................3
2.2.1 Karakteristik Fisik Air..........................................................................3
2.2.2 Karakteristik Kimia Air............................................................................4
2.2 Proses Pengolahan Air ...............................................................................5
2.2.1.Screening............................................................................................5
2.2.2.Prasedimentasi...................................................................................6
2.2.3.Koagulasi dan Flokulasi......................................................................6
2.2.4.Sedimentasi........................................................................................7
2.2.5.Filtrasi.................................................................................................8
2.2.6.Netralisasi...........................................................................................9
2.2.7.Desinfektan.........................................................................................9
2.3 Reverse Osmosis Filter ..............................................................................11
BAB III PENUTUP3.1. Kesimpulan ...............................................................................................13
3.2. Saran ..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
Sanitasi Air
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi
mempunyai tujuan yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya yaitu
melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (individu
maupun masyarakat). Tetapi dalam penerapannya, istilah higiene dan sanitasi
memiliki perbedaan yaitu higiene lebih mengarahkan aktivitasnya kepada manusia
(individu maupun masyarakat), sedangkan sanitasi lebih menitikberatkan pada
faktor-faktor lingkungan hidup manusia (Hammer, 1998).
Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi kehidupan manusia, oleh
karena itu jika kebutuhan air belum terpenuhi baik secara kuantitas maupun
kualitas, maka akan menimbulkan dampak yang besar terhadap kehidupan sosial
dan ekonomi masyarakat. Dari segi pemanfaat-an, penggunaan air dapat
dikatagorikan dalam 2 katagori, yaitu air rumah tangga dan air industri yang
masing-masing mempunyai persyaratan tertentu. Persya-ratan tersebut meliputi
persyaratan fisik, kimia dan bakteriologis, ketiga persyaratan tersebut merupakan
suatu kesatuan, sehingga apabila ada satu parameter yang tidak memenuhi syarat,
maka air tersebut tidak layak untuk digunakan (Marsidi, 2001).
Masalah keamanan pangan merupakan isu strategis saat ini di Indonesia. Isu
mengenai keamanan pangan (food safety) banyak menjadi perhatian dalam upaya
meningkatkan kualitas kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Laporan dari
berbagai negara menunjukkan bahwa kasus keracunan dan penyakit melalui
makanan masih selalu terjadi di berbagai negara (Ginting,2007).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat fisik dan kimiawi pada air?
2. Apa saja metode pengolahan air bersih?
3. Apa yang dmaksud dengan Repost Osmosis Filter
4. Bagaimana metode dan karakterstik dari Repost Osmosis Filter?
Sanitasi Air
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia pada air
2. Untuk mengetahui macam macam metode pengolahan air
3. Untuk mengetahui cara kerja Repost Osmosis Filter
Sanitasi Air
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Karakteristik Air
Penentuan kualitas air menggunakan metode analisis kimia untuk
mengetahui kandungan unsur-unsur yang berada dalam air sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk kriteria air Kelas I yaitu air
yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan/atau
peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut
2.2.1. Karakteristik Fisik Air
A. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan
anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan
bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
B. Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen
terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau
yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.
C. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-
bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa
organik serta tumbuh-tumbuhan.
D. Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat
meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi
penetrasi sinar matahari kedalam air.
Sanitasi Air
E. Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air
seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam
kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.
2.2. Karakteristik Kimia Air
A. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa
lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa
tersebut dipengaruhi oleh pH.
B. DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO
maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam
persentase saturasi.
C. BOD (biological oxygent demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna)
yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD
digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air
penerima.
Reaksi:
Zat Organik + m.o + O2 → CO2 + m.o + sisa material organik
(CHONSP)
D. COD (chemical oxygent demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.
Reaksi: Zat Organik + O2 → CO2 + H2O
E. Kesadahan
Sanitasi Air
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas
pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar.
Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas)
adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi
bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
F. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah
merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak
ketat (± 0,05 mg/l).
Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya
rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat
oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.
2.2 Proses Pengolahan Air
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Nomor 82 Tahun 2001, tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Pengelolaan kualitas
air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjadi agar kualitas air tetap dalam kondisi
alamiahnya. Sedangkan proses pengolahan air bersih dilakukan bila air baku tidak
memenuhi persyaratan fisik untuk air minum seperti air permukaan, misalnya air
sungai, air telaga, air waduk. Proses pengolahan lengkap umumnya melalui
beberapa tahapan proses sebagai berikut:
A Screening
Screening berfungsi untuk memisahkan atau pengambilan benda-
benda yang mengapung seperti ranting-ranting pohon, dedaunan, kertas-
kertas serta sampah-sampah yang terdapat pada air baku. Umumya dipakai
jenis saringan yang kasar (coarse screen) dan bukan saringan yang halus
(fine screen). Proses ini penting untuk mengolah air permukaan karena
biasanya air permukaan digunakan untuk pembuangan sampah dan jenis
buangan lainnya, banyaknya tumbuhan air seperti eceng gondok. Dengan
adanya proses screening maka bisa dicegah timbulnya kerusakan-
kerusakan serta penyumbatan-penyumbatan pada peralatan instalasi
Sanitasi Air
pengolahan seperti pompa, valve (katup pengatur aliran) dan peralatan
lainnya.
B. Prasedimentasi (Pengendapan Pendahuluan)
Proses pengendapan berfungsi untuk memisahkan benda-benda
tersuspensi (suspended matter) yang terdiri dari pasir kasar, pasir halus
dan lumpur yang sangat halus dari air baku. Umumnya diperlukan waktu
pengendapan 2-3 jam untuk jenis partikel ini (Razif, 1985).
C. Koagulasi dan Flokulasi
Proses koagulasi adalah proses pemberian koagulan dengan
maksud mengurangi gaya tolak menolak antara partikel colloid. Proses
flokulasi adalah proses pemberian flokulan dengan maksud
menggabungkan flok-flok kecil sehingga menjadi besar dan semakin besar
sehingga cukup besar untuk diendapkan.
Tujuan utama dari proses koagulasi dan flokulasi ialah untuk
memisahkan colloid yang ada di dalam air baku. Colloid adalah partikel
halus, oleh karena itu sangat sukar untuk diendapkan atau perlu waktu
yang sangat lama. Colloid umumnya bermuatan istrik, baik positif maupun
negatif yang tergantung dari asalnya. Bila berasal dari anorganik maka
muatan listriknya adalah positif, sedangkan bila berasal dari organik maka
muatan listriknya adalah negatif. Agar colloid-colloid tersebut mudah
diendapkan, maka ukurannya harus diperbesar dengan cara saling
menggabungkan antara colloid-colloid tersebut melalui proses koagulasi
dan flokulasi dengan cara penambahan koagulan dan flokulat. Colloid
digolongkan menjadi hydrophobic colloid yang sulit bereaksi dengan air
dan hydrophilic colloid yang mudah bereaksi dengan air, karena sifat
tersebut maka hydrophilic colloid membutuhkan lebih banyak zat
koagulan daripada hydrophobic colloid.
Partikel-partikel colloid yang bermuatan listrik sejenis (sama
negatifnya) dalam air akan saling tolak menolak sehingga tidak bisa saling
mendekat dan kondisi dimana partikel tetap berada pada tempatnya sering
disebut kondisi stabil. Kondisi partikel yang stabil tidak memungkinkan
terbentuknya flok, maka air tersebut biasanya diberi muatan positif untuk
Sanitasi Air
mengurangi gaya tolak menolak sesama koloid (gaya repulsion), sehingga
akan terjadi kondisi destabilisasi dari partikel. Kondisi partikel colloid
yang tidak stabil memungkinkan terbentuknya flok, dengan adanya
muatan positif yang cukup dan merata akan terbentuk flok¬flok kecil
kumpulan dari colloid-colloid.
Untuk bisa mengendap maka flok-flok kecil tersebut harus terus
bergabung sampai menjadi flok yang besar sehingga bisa mengendap.
Namun ada kalanya muatan positif yang diberikan tidak mampu untuk
menggabungkan flok-flok kecil karena flok-flok kecil tersebut mengalami
kondisi restabilisasi (kembali menjadi stabil), sehingga sulit menjadi flok
yang cukup besar. Masalah ini bisa diatasi dengan memberikan flokulan.
Uraian diatas mengambarkan bahwa mekanisme koagulasi dan flokulasi
bisa terjadi berurutan atau secara bersamaan sehingga sulit memisahkan
antara kedua proses tersebut.
D. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pengendapan partikel-partikel padat
tersuspensi dalam cairan/zat cair dengan menggunakan pengaruh gravitasi
(gaya berat secara alami). Proses ini bertujuan untuk mereduksi bahan-
bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air dan dapat juga berfungsi
mereduksi kandungan mikrorganisme patogen tertentu dalam air.
Proses sedimentasi adalah proses untuk memisahkan partikel-
partikel yang terdapat di dalam air dengan airnya sendiri dengan cara
diendapkan. Jenis partikel yang terbentuk dari pengolahasn air minum,
maka tujuan khusus dari pengendapan mungkin berbeda-beda, seperti
untuk pengendapan flok alum, flok kesadahan, flok besi.
Secara umum partikel dibedakan atas: (1) partikel diskrit yaitu
partikel yang selama proses pengolahannya tidak berubah ukuran, bentuk
dan beratnya, dan (2) partikel flokulan yaitu partikel yang selama proses
pengendapannya berubah ukuran, bentuk dan beratnya. Proses
pengendapan partikel diskrit disebut proses prasedimentasi sedangkan
proses pengendapan partikel flokulan disebut proses sedimentasi yang
terpisah dari bangunan pengolahannya.
Sanitasi Air
E. Filtrasi
Proses filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media berbutir
yang porous. Dalam praktek pengolahan air bersih dikenal beberapa
macam filtrasi yaitu:
Rapid filtration (penyaringan cepat), ialah proses pengolahan air
minum yang umumnya dilakukan sesudah proses-proses koagulasi,
flokulasi dan sedimentasi, media yang dipakai bisa berbentu: (1) single
media (1 media) misalnya, pasir; (2) dua media (2 media) misalnya,
anthracite dan pasir yang terpisah; (3) fifed media (2 atau lebih media)
misalnya anthracite dan pasir yang dicampur.
Slow sand filtration (penyaringan pasir lambat), ialah proses
pengolahan air minum yang umumnya dilakukan untuk air permukaan
tanpa melalui unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Jadi bahan baku
sesudah melalui prasedimentasi langsung dialirkan ke saringan pasir
lambat. Disini proses koagulasi, flokulasi sedimentasi, dan filtrasi terjadi
di saringan pasir ini dengan bantuan mikroorganisme yang terbentuk di
lapisan permukaan pasir.
Pressure filtration (penyaringan dengan tekanan), ialah proses
pengolahan air minum yang umumnya dilakukan untuk air tanah sebelum
didistribusikan. Pompa distribusi yang memompa air dari filter akan
menyebabkan berkurangnya tekanan pada filter sehingga air tanah bisa
mengalir ke filter. Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat
pemompaan ganda.
Direct filtration (penyaringan langsung), ialah proses pengolahan
air minum yang umumnya dilakukan jika air baku kekeruhannya rendah,
misalnya air baku yang berasal dari instalasi pengolahan air buangan. Jika
diperlukan, koagulant yang menuju flokulant bisa diinjeksikan pada
saluran yang menuju filter dan flok-flok yang ada langsung disaring tanpa
melalui unit sedimentasi. Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat
unit bangunan pengolahan.
Sanitasi Air
F. Netralisasi
Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi normal.
Proses pengolahan air akan lebih efektif apabila nilai pH telah mendekati
normal. Pengaturan pH dalam instalasi air minum bertujuan untuk
mengendalikan korosif pada pipa sistem distribusi pada nilai < 6,5 atau >
9,5 (Anonim, 1991-4). Tujuan proses netralisasi ialah untuk menetralkan
kembali pH air yang turun karena penambahan alum pada proses
koagulasi, dimana akan terjadi hidrolisis.
G. Desinfeksi
Tujuan utama dari proses desinfeksi adalah untuk memenuhi
persyaratan bakteriologis bagi air minum, karena proses-proses
pengolahan prasedimentasi, flokulasi-koagulasi, sedimentasi dan filtrasi
masih masih meloloskan bakteri/mikroorganisme yang tidak diharapkan
ada dalam air minum. Desinfektan yang dipakai misalnya klor dapat
bermanfaat untuk mengoksidir zat organik sebagai reduktor, mengurangi
bau, mencegah berkembangbiaknya bakteri pada sistem distribusi air.
Menurut Razif (1985) desinfeksi dapat dilakukan antara lain
dengan cara:
Pemanasan, air dididihkan sehingga bakteri mati. Cara ini tidak
praktis untuk jumlah air yang sangat banyak, misalnya di instalasi
pengolahan air minum. Sangat dianjurkan untuk rumah tangga
khususnya yang akan dipakai untuk minum dan makan.
Sinar ultra violet, yaitu dengan melewatkan air yang telah diolah
pada sinar ultra violet. Cara ini tidak memberi bekas dalam air,
akan tetapi tidak menjamin jika ada pertumbuhan bakteri, karena
tidak adanya sinar ultra violet yang tersisa dalam air.
Memberi getaran Ultrasonic. Cara ini juga tidak bisa memberikan
pengamanan jika bakteri berkembang biak pada istem distribusi air
minum seperti halnya cara sinar ultra violet.
Sanitasi Air
Menambahkan Ozon (O3), didalam air ozon akan terurai menjadi
O2 + On dan On berfungsi sebagai desinfektant. Cara ini hanya
dilakukan untuk pilot plant dan penelitian saja mengingat
biayannya yang cukup tinggi.
Chlorinasi, yaitu menggunakan klor sebagai desinfektant yang
diberikan kepada air yang telah diolah. Cara ini yang umumnya
dipakai karena lebih banyak keuntungannya daripada kerugiannya.
Salah satu keuntungannya adalah bisa mengamankan air sampai ke
konsumen. Salah satu kerugiannya adalah menimbulkan rasa tidak
enak pada air jika harus dosis klor yang tinggi. Maksud desinfeksi
adalah membunuh bakteri pathogen (penyebab penyakit) yang
penyebarannya melalui air, seperti diare, thypus, kholera, desentri.
Bahan-bahan yang digunakan untuk klorinasi antara lain: Gas
klor (Cl2), Kalsium Hipoklorit Ca(OCl)2, Nitrogen Hipoklorit NaOCl
atau klordioksida. Kaporit merupakan desinfektant yang sering
digunakan di perusahaan-perusahaan air minum. Secara garis besar
prinsip klorinasi adalah:
1. Pemakaian klorin yang merata dan tidak terputus-putus di
seluruh bagian dari yang diolah
2. Penentuan dosis klor yang sesuai dengan kebutuhan dari jenis
air yang diolah, dan mengontrol hasil klorinasi untuk
menjamin serta menghasilkan air yang aman diminum.
Menurut Depkes. RI (1991) efektifitas bahan kimia yang
digunakan untuk desinfeksi tergantung pada:
a. Waktu kontak, semakin lama semakin banyak bakteri
yang terbunuh;
b. Konsentrasi dan zat kimia;
c. Temperatur, semakin tinggi semakin cepat bakteri
terbunuh;
d. Tipe organisme (bakteri berbeda dengan virus),
umumnya yang membentuk spora lebih sulit;
Sanitasi Air
e. Jumlah organisme, organisme makin banyak, maka
waktu kontak yang diperlukan lebih lama; dan
f. Keadaan medium air.
2.3 Reverse Osmosis
Prinsip kerja proses reverse osmosis ini merupakan kebalikan dari proses
osmosis biasa. Pada proses osmosis biasa terjadi perpindahan dengan sendirinya dari
cairan yang murni atau cairan yang encer ke cairan yang pekat melalui membran
semi-permeable. Adanya perpindahan cairan murni atau encer ke cairan yang pekat
pada membran semi-permeable menandakan adanya perbedaan tekanan yang disebut
tekanan osmosis. Fenomena tersebut membuat para ahli berpipir terbalik, bagaimana
caranya agar dapat memisahkan cairan murni dari komponen lainnya yang membuat
cairan tersebut bersifat pekat. Dengan penambahan tekanan pada larutan yang pekat,
ternyata cairan murni dapat melalui membran semi-permeable yang nerupakan
kebalikan dari proses osmosis. Atas dasar tersebut teknologi ini disebut reverse
osmosis (osmosis terbalik).
Kriteria unjuk kerja membran bisa dilihat dari derajat impermeabilitas, yaitu
seberapa baik membran menolak aliran dari larutan pekat; dan dari derajat
permeabilitasnya, yaitu berapa mudahnya material murni melalui aliran menembus
membran. Membran selulosa asetat merupakan bahan membran yang baik dari segi
impermeabilitas dan permeabilitasnya. Bahan membrane lainnya yaitu etyl-cellulose,
polyvinyl alcohol, methyl polymetharcylate dan sebagainya.
Aplikasi Teknologi Reverse Osmosis
Hingga kini pengolahan air dengan mengunakan teknologi membran
Reverse Osmosis (RO) atau Osmosis Terbalik ini telah banyak digunakan /
diaplikasikan, diantaranya adalah:
Pengolahan air asin (air payau) atau air laut menjadi air tawar yang
dinamakan desalinasi, yang dapat menghasilkan air bersih bahkan air
minum, dimana air bebas dari bakteri.
Pemurnian Air Minum: Reverse Osmosis (RO) sudah banyak digunakan di
seluruh dunia untuk pemurnian (filter) air kotor menjadi air bersih (air
minum) untuk keperluan sehari-hari (rumah tangga).
Sanitasi Air
Pemurnian Air dan Air Limbah: Di Los Angeles dan kota-kota lain di
negara maju juga digunakan teknologi Reverse Osmosis (RO) dalam
pemurnian air hujan yang dikumpulkan dari badai yang mengalir untuk
irigasi lanskap dan industri pendingin sebagai solusi untuk masalah
kekurangan air.
Industri Makanan: Reverse Osmosis (RO) juga telah digunakan pada
industri makanan seperti penelitian pada konsentrasi jus jeruk dan jus tomat,
serta dalam industri susu untuk produksi protein whey bubuk dan untuk
konsentrasi susu. Dengan menggunakan RO ternyata dapat member
keuntungan dalam hal biaya operasi yang rendah.
Cuci Mobil: Reverse Osmosis (RO) air telah sering digunakan juga dalam
mencuci mobil pada bilasan akhir untuk mencegah bercak air pada
kendaraan, karena dengan pengolahan air menggunakan teknologi RO ini
dapat menghasilkan air murni yang kandungannya mineral rendah.
Sanitasi Air
BAB III PENUTUP3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari pembahasan makalah sanitasi air ini adalah
sebagai berikut :
- Parameter penentuan kualitas air antara lain pH, suhu, salinitas, kecerahan,
bau, rasa, dan warna,.
- Sedangkan karakteristik kimia adalah BOD,COD,Kesadahan, PH dan
senyawa senyawa kimia beracun
- Proses pengolahan air bersih meliputi screening, prasedimentasi, koalgulas
dan flukolasi,sedimentasi, filtrasi, netralisasi, dan desinfeksi
- Pengolahan air dengan reverse osmosis adalah suatu sistem pengolahan air
dari air yang mempunyai konsentrasi tinggi melalui membran
semipermiabel menjadi air yang mempunyai konsentrasi rendah (encer)
dikarenakan adanya tekanan osmosis
3.2. Saran Penentuan kualitas air merupakan hal penting yang harus diperhatikan
dalam industri makanan. Untuk itu kami selaku penulis mengharapkan saran
yang membangun guna memberikan makalah yang terbaik kedepannya.
Sanitasi Air
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 06-2484-2002: Metode Pengujian Akdar
Nitrit Dalam Air Dengan Kolorimetri.
Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama
Widya, Jakarta
Hammer, Mark J. 1998. Water and Wastewater Technology. New Dehli. Prentice
Hall of India Private Limited
Marsidi, R. 2001. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol.2, No. 1, Januari 2001 : 1-10
Permenkes 492 Tahun 2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
Razif, M, 1985, Pengolahan Air Minum, Teknik Penyehatan, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, ITS-Surabaya.
Winarno, F. G. 1986. Air Untuk Industri Pangan. Jakarta : Gramedia