makalah sampah

51
MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH MANDIRI Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester I Mata Kuliah Bahasa Indonesia Disusun Oleh : 1. Airin Nurhidayah NIM : PO7133110041 2. Argareza Sandy Fagusta NIM : PO7133110043 3. Endah Sumiyaningsih NIM : PO7133110057 4. Hajar Khoirinnisak NIM : PO7133110061 5. Selvi Sulistyaningrum NIM : PO7133110088

Upload: airin-putri-soffia-amir

Post on 06-Aug-2015

592 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah sampah

MAKALAH

PENGOLAHAN SAMPAH MANDIRI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester IMata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

1. Airin Nurhidayah NIM : PO7133110041

2. Argareza Sandy Fagusta NIM : PO7133110043

3. Endah Sumiyaningsih NIM : PO7133110057

4. Hajar Khoirinnisak NIM : PO7133110061

5. Selvi Sulistyaningrum NIM : PO7133110088

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN2011

Page 2: Makalah sampah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................... 1

B. Dasar Hukum.......................................................... 1

C. Tujuan..................................................................... 2

D. Manfaat................................................................... 2

E. Ruang Lingkup....................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengenal Sampah................................................. 3

B. Sumber Masalah Sampah...................................... 7

C. Memproses sampah............................................... 9

D. Hasil Olahan Sampah............................................. 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................. 38

B. Saran...................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Makalah sampah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar sampah dihasilkan dari aktivitas manusia. Adanya

perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan mengakibatkan

terjadinya peningkatan jumlah dan jenis sampah. Pengolahan sampah

menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya menjadi tanggung

jawab petugas kebersihan.

Pola pikir dan pandangan bahwa sampah adalah barang yang tidak

berguna dan harus dibuang, perlu diubah dan diluruskan. Setiap

individu harus diberikan landasan pemahaman dan penyadaran tentang

pengelolaan sampah, sehingga akan terbentuk karakter pola hidup

bersih dan sehat. Apabila dikelola dengan baik dan benar, sampah

memiliki potensi yang dapat didayagunakan. Perubahan jenis sampah (

kemasan atau bungkus dari daun menjadi plastik, Styrofoam dll.). Saat

ini, belum diikuti dengan cara penanganan sampah yang ramah

lingkungan.

Penanganan sampah di perkotaan umumnya menganut pola :

kumpul, angkut-buang, sementara di pedesaan semua jenis sampah,

dibakar atau ditimbun. Untuk menangani permasalahan sampah, perlu

dikelola secara mandiri dengan menerapkan prinsip 3R “Reduce,

Reuse, Recycle “.

B. Dasar Hukum

1. Undang – undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Ligkungan Hidup.

2. Undang – undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah.

Page 4: Makalah sampah

C. Tujuan

1. Untuk mengenal sampah.

2. Untuk mengetahui permasalahan sampah.

3. Untuk mengetahui cara memproses sampah.

4. Untuk mengetahui aneka hasil olahan sampah.

5. Agar pembaca mampu ikut berperan aktif mengelola lingkungan.

6. Terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman.

D. Manfaat

1. Dapat menambah wawasan baru mengenai pengolahan sampah

yang tepat sehingga dapat ikut berperan aktif dalam mengelola

sampah untuk terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, dan

nyaman.

2. Dapat membedakan berbagai jenis sampah.

3. Dapat mengetahui permasalahan sampah sehingga bisa mengurangi

masalah yang diakibatkan sampah.

E. Ruang Lingkup

Kajian Ilmu Kesehatan Lingkungan khususnya Mata Kuliah

Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat.

Page 5: Makalah sampah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengenal Sampah

1. Pengertian Sampah

Sampah memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu

pengetahuan. Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatau

bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas

manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi yaitu padat,

cair, dan gas.

Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan

sifatnya. Sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik.

Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang berasal

dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur.

Sampah jenis ini sangat mudah terurai secara alami ( degradable

). Sementara itu, sampah anorganik atau sampah kering adalah

sampah yang tidak dapat terurai ( undegradable ). Sampah

dapat dibagi sebagai berikut :

a. Human erecta

Human erecta merupakan istilah bagi bahan buangan yang

dikeluarkan oleh tubuh manusia sebagai hasil

pencernaan.Tinja ( faeces ) dan air seni ( urine ) adalah

hasilnya. Sampah manusia ini dapat berbahaya bagi

kesehatan karena bias menjadi vektor penyakit yang

disebabkan oleh bakteri dan virus.

b. Sewage

Air limbah buangan rumah tangga maupun pabrik termasuk

dalam sewage. Limbah cair rumah tangga umumnya dialirkan

ke got tanpa proses penyaringan, seperti sisa air mandi, bekas

cucian, dan limbah dapur. Sementara itu, limbah pabrik perlu

Page 6: Makalah sampah

diolah secara khusus sebelum dilepas kea lam bebas agar lebih

aman. Namun, tidak jarang limbah berbahaya ini disalurkan ke

sungai atau laut tanpa penyaringan.

c. Refuse

Refuse diartikan sebagai bahan sisa proses industri atau

hasil sampingan kegiatan rumah tangga. Refuse inilah yang

popular disebut sampah dalam pengertian masyarakat sehari –

hari. Sampah ini dibagi menjadi garbage ( sampah lapuk ) dan

rubbish ( sampah tidak lapuk dan tidak mudah lapuk ).

Sampah lapuk ialah sampah sisa- sisa pengolahan rumah

tangga atau hasil sampingan kegiatan pasar bahan makanan,

seperti sayuran. Sementara itu, sampah tidak lapuk merupakan

jenis sampah yang tidak bias lapuk sama sekali, seperti mika,

kaca, dan plastik. Sampah tidak mudah lapuk merupakan

sampah yang sangat sulit terurai, tetapi bisa hancur secara

alami dalam jangka waktu lama. Sampah jenis ini ada yang

dapat terbakar ( kertas dan kayu ) dan tidak terbakar ( kaleng

dan kawat ).

d. Industrial waste

Industrial waste ini umumnya dihasilkan dalam skala besar

dan merupakan bahan – bahan buangan dari sisa – sisa proses

industri.

2. Jenis - Jenis Sampah

Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya

keterpaduan dari berbagai aspek mulai dari hulu sampai hilir.

Aspek hulu meliputi kegiatan pengolahan sampah pada tingkat

penghasil sampah tahap pertama, diantaranya rumah tangga,

hotel maupun rumah makan. Langkah yang bisa diambil pada

aspek hulu adalah pemilahan sampah berdasarkan jenisnya

sampah dipilah menjadi tiga, yaitu sampah organik, non-organik,

dan B3. Masing – masing golongan sampah ini mempunyai tempat

Page 7: Makalah sampah

sendiri – sendiri. Jika proses klasifikasi ini diterapkan, diharapkan

akan memudahkan proses pengolahan sampah pada tahap

selanjutnya.

a. Sampah organik

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,

hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi

menjadi sampah basah dan sampah kering.

b. Sampah anorganik

Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup.

Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa diperbarui dan

bahan yang berbahaya serta beracun.

c. Sampah B3 ( Bahan Beracun dan Berbahaya )

Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan

beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah jenis

ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau

minyak wangi. Namun, tidak menutup kemungkinan sampah

yang mengandung jenis racun lain yang berbahaya.

3. Komposisi Sampah

Dalam kehidupan manusia, sebagian besar jumlah sampah

berasal dari aktivitas industri, seperti konsumsi, pertambangan,

dan manufaktur. Seiring waktu berjalan, hampir semua produk

industri akan menjadi sampah. Jenis sampah yang banyak

dijumpai dalam jumlah besar pun beragam. Sampah berupa

kemasan makanan atau minuman yang terbuat dari kertas,

alimunium, ataupun plastik berlapis semakin mendominasi.

Demikian pula sampah elektronik, termasuk sampah jenis baru,

semakin marak di tempat pembuangan sampah.

Volume tumpukan sampah memiliki nilai sebanding dengan

tingkat konsumsi masyarakat terhadap material yang digunakan

dalam kehidupan sehari – hari. Output jenis sampah sendiri

sangat tergantung pada jenis material yang dikonsumsi. Secara

Page 8: Makalah sampah

umum dapat ditarik benang merah bahwa peningkatan jumlah

penduduk dan gaya hidup masyarakat akan sangat berpengaruh

terhadap volume sampah serta komposisinya.

Di Indonesia, sekitar 60-70 % dari total volume sampah yang

dihasilkan merupakan sampah basah dengan kadar air antara 65

– 75 %. Sumber sampah terbanyak berasal dari pasar tradisional

dan pemukiman. Sampah pasar tradisional, seperti pasar lauk –

pauk dan sayur- mayur membuang hampir 95 % sampah organik.

Jika ditinjau dari pengolahannya, sampah di daerah pemukiman

jah lebih beragam. Namun, minimal 75 % dari total sampah

tersebut temasuk sampah organik dan sisanya termasuk sampah

anorganik.

Sampah organik mampu terurai secara alami dialam dengan

bantuan mikroba. Selain itu, sampah jenis ini telah lama diolah

secara sederhana oleh masyarakat sebagai pakan ternak atau

bahan pupuk. Selain sampah organik, beberapa bahan anorganik

dapat pula terurai secara alami walaupun dalam kurun waktu

cukup lama. Proses ini disebabkan oleh tingkat penguraian

(degradibilitas) tiap bahan berbeda. berikut urutan tingkat

kemudahan sampah dalam penguraiannya.

Page 9: Makalah sampah

Tabel 1.Tingkat Degrabilitas Komponen Bahan Sampah

No. Komponen Sampah Degradibilitas (%)

1. Selulosa dari kertas karton 90

2. Hemiselulosa 70

1. Karbohidrat 70

4. Selulosa dari kertas bungkus 50

5. Bambu 50

6. Lemak 50

7. Protein 50

8. Ranting 5

9. Lignin 0

10. Plasik 0

Sumber : Sudrajad dkk., 1987 dalam Sudrajat, R., 2006

B. Sumber Masalah Sampah

Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat

yang kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisipinan

mengenai kebersihan dapat menciptakan suasana semrawut akibat

timbunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak menyenangkan akan

muncul. Bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan gangguan berbagai

penyakit siap menghadang di depan mata. Tidak cuma itu, peluang

pencemaran lingkungan disertai penurunaan kualitas estetika pun

akan menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat.

Pada musim hujan, sampah terlantar ini menjadi momok paling

menakutkan. Tumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik

bisa menyumbat saluran drainase. Pembuangan sampah di

sembarang tempat, terutama sungai, akan menghambat laju air hujan

dipermukaan sehingga aliran hanya terfokus pada satu titik saja.

Ketika curah hujan tinggi, kondisi semacam ini bisa mengakibatkan

banjir. Bahkan, Jakarta sebagai ibukota negara pun tidak pernah

Page 10: Makalah sampah

lepas dari kondisi tersebut. Hampir setiap tahun kota impian para

pendatang ini dikunjungi banjir.

Ketakutan hadir tidak hanya kala banjir melanda, tetapi juga ketika

iringan situasi pasca banjir tiba. Kelaparan, penyakit, pengangguran,

dan masalah sosial lainnya menjadi pekerjaan rumah yang harus

diselesaikan. Walaupun telah ’ berpengalaman’ menghadapi situasi

sama setiap tahun, tampaknya inti masalah akibat sampah ini belum

pula memperoleh penyelesaian terbaik.

Sampah memang bukan perkara mudah. Tidak hanya di perkotaan

padat penduduk, pedesaan, atau lokasi lain pun tidak terlepas dari

persoalan ini. Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik di

tempat pembuangan sementara(TPS), tempat pembuangan air(TPA),

maupun saat pendistribusiaannya.Berikut beberapa faktor penyebab

penumpukan sampah:

1. Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya

tamping TPA sehingga melebihi kapasitasnya.

2. Lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur oleh pengunaan

lain.

3. Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk

menganggut sampah kurang efektif.

4. Fasilitas pengakutan sampah terbatas dan tidak mampu

menganggut seluruh sampah.

5. Teknologi pengolaan sampah tidak optimal sehingga lambat

membusuk.

6. Sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak

segera dikelurkan dari tempat penampugan sehingga semakin

mengulung.

7. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah.

Masyarakat sering membuang sampah disembarang tempat

sebagai jalan pintas.

Page 11: Makalah sampah

8. Kurangnya sosialisai dan dukungan pemeritah mengenai

pengelolaan dan pengolalahan sampah serta produknya.

9. Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai

pengolahan sampah secara tepat.

10. Manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan

kesalahpahaman terutama bagi masyarakat sekitar.

C. Memproses Sampah

1. Penampungan Sampah

Penampungan sampah di tingkat rumah tangga memegang

posisi terdepan. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS)

tahun 2004, di daerah perkotaan, baru sekitar 41,28 % sampah

yang terangkut petugas; 35,59 % dibakar; 7,97% ditimbun; 1,15%

diolah menjadi kompos; dan sisanya dibuang sembarangan. Akan

jauh lebih baik jika sejak awal pengelolaan, sampah telah dipilah

berdasarkan jenisnya, sampah organik atau anorganik. Selain itu,

sampah yang hendak dibuang dikemas rapi dalam kantong khusus

(bioplastic) atau kanting plastik biasa.

Dibeberapa taman lingkungan dan lokasi publis strategis,

pemisahan sampah dapat dilakukan dengan menyediakan dua

tempat sampah kering dan basah sekaligus. Namun sayang, di

Indonesia hal ini belum bisa diterapkan secara merata di setiap

wilayah. Kurangnya partisipasi pihak terkait, rendahnya tingkat

ekonomi, dan ketidakpedulian masyarakat menjadi faktor

penghambat utama. Berbeda dengan negara maju, seperti Jepang,

yang telah mengelola sampah dengan baik, bahkan memilahnya

hingga beberapa jenis.

Sebelum diangkut oleh petugas kebersihan, sampah ditampung

sementara dalam wadah. Tahap ini disebut tahap penampungan

sampah. Di masyarakat, model tempat sampah sebagai tempat

Page 12: Makalah sampah

penampungan sementara atau yang dibuat secara permanen atau

fleksibel. Tempat sampah permanen, berbaha batu bata atau

semen membutuhkan biaya dan tempat cukup besar. Untuk

membuat satu tempat sampah permanen, minimal dibutuhkan area

seluas 1 m2. Agar lebih efisien dan efektif, tempat sampah dapat

pula dibuat dengan pemanfaatan barang bekas, seperti karung

plastik, drum, kotak kayu, ember, dan wadah tidak terpakai lainnya.

Wadah yang digunakan untuk menampung sampah haruslah

memiliki empat kriteria utama, yaitu :

a. Mudah dibersihkan. Dengan demikian petugas pengumpul

sampah tidak akan kesulitan mengeruk kumpulan sampah dari

dalam tempat sampah.

b. Tidak mudah rusak. Tempat sampah yang rapuh akan

menyebabkan sampah mudah sekali berhamburan kemana-

mana, terutama jika ada binatang yang berkerumun dan

mengais – ngaisnya.

c. Bisa ditutup rapat. Persyaratan ini harus diperhatikan agar lalat

dan kecoa tidah mudah hilir - mudik menghinggapi kumpulan

sampah.

d. Ditempatkan diluar rumah. Tujuannya, selain agar petugas

pengumpul sampah mudah mengangkutnya, juga demi menjaga

kebersihan di dalam rumah. Kalau tempat sampah diletakkan di

luar rumah maka hawa tidak sedap tidak akan memenuhi

ruangan.

Keempat hal tersebut harus terpenuhi secara baik. Ketepatan

posisi tempat penampungan sampah dalam skala rumah tangga

akan turut menjaga kebersihan lingkungan dan higienitas

penghuninya.

Page 13: Makalah sampah

2. Pengumpulan dan Pembuangan Sampah

Sampah yang telah dibuang pada tingakat rumah tangga sudah

mulai diserbu oleh pemulung. Pada tahap pengumpulan oleh para

pemulung atau pengepul, sampah biasanya dipilah secara

sederhana menjadi tiga jenis, yaitu : sampah layak kompos (

compostable ) dengan jumlah terbesar 50 %, sampah layak jual

sebanyak 16 %, dan sampah layak buang sebesar 34 %.

Sampah layak kompos terdiri atas berbagai sampah organik

yang mudah mengurai oleh mikroba ( biodegradable ) dan

membusuk ( putrescuble ) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi

kompos. Sampah layak jual termasuk jenis sampah yang dapat

diolah kembali menjadi produk lain sehingga bertambah nilai

ekonominya, seperti plastik, botol kaca, logam, kertas, dan kaleng.

Sementara itu, sampah layak buang ialah sampah yang tidak dapat

dimanfaatkan atau diolah kembali sehingga layak buang. Sampah

jenis terakhir ini didominasi oleh sampah organik yang tidak dapat

djadikan kompos atau sampah kering yang tidak mngkin didaur

ulang atau ditangkap energi. Terkadang sampahpun dipilah

berdasarkan bisa atau tidaknya dibakar. Pemilahan ini umumnya

dilakukan pada tingkat rumah tangga.

Page 14: Makalah sampah

Tabel 2.Kandungan Energi Berbagai Jenis Sampah

Jenis Sampah

Kandungan Energi(kkl/kg)

Kadar Air(% berat basah)

Kadar Abu(%berat kering)

Plastik 7.780 2 10

Karet 5.560 2 10

Kayu 4.450 20 2

Kain 4.170 10 2

Kertas 4000 6 6

Sisa

Tanaman

1.560 60 4

Sisa

Makanan

1.100 70 5

Kaleng 170 2 98

Kaca 30 2 98

Sumber : Anonim,2007

Sampah yang ada akan dikumpulkan oleh petugas

kebersihan tingkat RW/RT ataupun kotamadya tiap selang waktu

tertentu. Umumnya tahap pengumpulan sampah di daerah padat

penduduk dilakukan instansi terkait sekitar 2-3 hari sekali.

Sementara itu, jadwal pengambilan sampah di lokasi rumah yang

terpencar – pencar dilaksanakan sekitar satu kali seminggu sampai

sampah terkumpul agak banyak. Sampah diangkut menggunakan

truk sampah atau gerobak tarik menuju lokasi yang telah

disepakati. Cakupan layanan pengumpulan sampah rata-rata di

Indonesia masih berada pada kisaran 41%, masih jauh dari target

Millenium Development Goals (MDGs), yaitu 70% ditahun 2015

(BPS,2004). Pengambilan sampah oleh petugas dilokasi terpencil

sering kali mendapat hambatan. Jarak tempuh terlalu jauh

mengakibatkan biaya transportasi tidak berimbang dengan biaya

retribusi yang dibebankan. Permasalahan ini bisa diatasi dengan

Page 15: Makalah sampah

swadaya masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri.

Selain itu, andil pemda setempat dalam memberikan dana subsidi

pengelolaan sampahpun sangat diperlukan.

3. Pengolahan Sampah

Dalam pola pengelolaan sampah terpadu, ada lima tahap

proses yang diterapkan. Pola ini mengupayakan agar sampah tidak

sampai terbentuk dengan menerapkan upaya 3R, yaitu cegah

(reduce) dan upaya pakai ulang (reuse). Jika terlanjur, hierarki

pengelolaan daur ulang (recycle) menjadi solusi.

Proses daur ulang sampah sangat sederhana.setelah dicacah

dan dilelehkan, materi tersebut dicetak menjadi bibit-bibit materi

siap pakai. Bibit untuk materi kertas disebut bubur pulp, sedangkan

untuk materi plastik disebut pelet. Kemurnian materi yang

digunakan menjadi pertimbangan utama pada upaya ini. Ada tiga

faktor sukses dalam upaya recycle, yaitu sebagai berikut :

a. Kemudahan dalam memperoleh sampah daur ulang dengan

kuantitas dan kualitas memadai.

b. Ketersediaan teknologi dari mulai pemilahan, pemisahan

materi/sasaran, dan pembuatan produk.

c. Kesadaran bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Bagi sebagian yang sulit di- reduce, reuse, recycle (3R),

sampah harus dibuang (dispostal) sesuai tempat dan tahapannya.

Banyak faktor yang menjadi pertimbangan berhasilnya produk daur

ulang, diantaranya tingginya permintaan pasar akan produk,

kemudahan memperoleh sampah daur ulang dengan jumlah dan

kualitas yang memadai, adanya teknologi yang terjangkau, seperti

teknologi pemilahan ataupun pembuatan produk, serta adanya

kesadaran dan keinginan untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Upaya pengolahan yang saat ini sedang tenar dan menjadi isu

hangat ialah upaya tangkap energi (energy recovery). Upaya

Page 16: Makalah sampah

tangkap energi bisa dilakukan sebelum dan setelah sampah

dibuang dengan mengolahnya menjadi sumber energi alternatif.

Hal paling rumit dalam proses pengelolaan sampah ialah saat

pemusnahannya. Sampah yang terkelola dengan baik akan selalu

berputar dan tidak dibiarkan menggunung pada satu lokasi saja.

Cara pemusnahan sampah sangat beragam, tergantung pihak yang

menanganinya. Pemerintah, lembaga swasta, atau masyarakat

memiliki teknik penanganan berbeda-beda. Adanya perbedaan ini

biasanya di pengaruhi oleh manajemen dan ketersediaan dana.

Pada tahap ini , pengolahaan sampah terpadu mempunyai peranan

sangat penting. Pengeloloan sampah secara bijak akan mampu

meminimalisir kerusakan lingkungan dan meningkatkan taraf

ekonomi hal layak beragam pengolahan sampah diujicobakan guna

diperoleh hasil terbaik dan aman. Berikut beberapa usaha

pemusnahan sampah konvensional yang banyak diterapkan di

Indonesia.

Pengelolaan Sampah Terpadu

Tahapan Pengelolaan Sampah Terpadu

Keterangan

1. Cegah Diterapkan dengan meminimalisir jumlah barang yang digunakan. Pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah saja, tetapi juga mencegah penggunaan barang-barang yang mengandung kimia berbahaya dan tidak mudah dekomposisi.

2. Pakai ulang (reuse) Memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung. Sampah diusahakan dipakai berulang-ulang.

Page 17: Makalah sampah

3. Daur ulang (recycle) Mengolah barang yang tidak terpakai menjadi barang baru. Upaya ini memerlukan campur tangan produsen dan praktiknya. Namun, beberapa sampah dapat didaur ualang secara langsung oleh masyarakat. Pengomposan, pembuatan batako, dan briket merupakan contoh produk hasilnya.

4. Tangkap energy (energy recorvery)

Banyak diterapkan pada sampah yang memiliki nilai kalor bakar tinggi. Sampah organic pun dapat diaplikasikan pada upaya ini melalui gas metana yang dihasilkan saat proses pembususkan. Upaya tangkap energi bisa diterapkan sebelum atau sesudah upaya buang sampah berlangsung.

5. Buang (dispostal) Merupakan alternatif terakhir jika semua cara diatas telah dioptimalkan. Pembuangan sampah pun harus dilakukan secara aman pada lokasi yang telah disepakati.

a. Urugan dan tumpuk

Pengolahan sampah secara konvensional dilakukan dengan

model urugan dan tumpuk. Kedua metode ini sangat popular

karena mudah diaplikasikan. Pada model urugan, sampah

dibuang dilembah atau cekungan tanpa diberi perlakuan apa

pun. Biasanya cara ini di terapkan pada lokasi dengan kontribusi

volume sampah tidak terlalu tinggi. Ada beberapa catatan

penting dalam perlakuan model urugan, yaitu sampah tidak

dibuang pada daerah padat penduduk, tidak menimbulkan

Page 18: Makalah sampah

beragam polusi (tahan, udara, dan air), serta tidak mengganggu

estetika lingkungan.

Pada model tumpukan, sampah yang dibuang perlu

dilengkapi beberapa sarana pendukung sebagai prasyarat

kesehatan. Sarana yang dimaksud ialah saluran air buangan,

pengolahan air buangan (leachate), dan pembakaran gas

metana (flare). Penerapan pengolahan sampah secara

tumpukan di Indonesia sendiri terkadang tidak sesuai standar

yang berlaku sehingga sering timbul masalah. Namun,

bagaimana pun prosesnya, dalam jangka panjang kedua model

tersebut harus dibatasi dan dicarikan alternaif lainnya karena

keterbatasan lahan.

b. Penghancuran (pulverisation)

Biasanya penhancuran dilakukan ketika pengangkutan

dengan menggunakan truk sampah khusus plus alat pencacah

atau penghancur. Sampah yang berasal dari bak-bak

penampung langsung dihancurkan hingga menjadi potongan

berukuran kecil. Jenis sampah yang dihancurkan dapat dipilah

menjadi rubbish, garbage, atau keduanya. Selanjutnya,

potongan sampah dimanfaatkan sebagai timbunan pada tanah

datar atau dibuang kelaut. Sampah yang dibuang ini pun harus

diperhatikan dan diseleksi agar tidak mencemari lingkungan.

c. Pembakaran sampah (incineration)

Cara lain dalam pengolahan sampah adalah pembakaran

sampah. Pada skala rumah tangga, pembakaran sampah

secara manual memang praktis. Untuk sampah bervolume

besar, sebaiknya mengunakan incinerator. Akan tetapi,

pembakaran dengan menggunakan incinerator kurang efektif

diterapkan di bumi pertiwi. Hal ini disebabkan kadar air sampah

sangat tinggi sehingga biaya operasional untuk pembakaran

sangat besar. Polusi debu, asap, serta partikulat yang

Page 19: Makalah sampah

dikeluarkan menggangu kesehatan dan aktifitas masyarakat

sekitar sehingga diperlukan solusi lain dalam penangananya.

D. Hasil Olahan Sampah

Kompos, pupuk cair, media tanam, pakan ternak, batako, briket,

dan biogas merupakan beberapa produk daur ulang hasil pengolahan

sampah yang dapat dibanggakan dan mudah diaplikasikan. Produk

tersebut cukup mendapat tempat di masyarakat dan telah diperjualkan

secara komersil. Dari sisi finansial, keuntungan yang diperoleh cukup

menggiurkan dan mampu menningkatkan kesejahteraan pengolahnya.

Peluang usaha produk berbahan baku sampah sangat terbuka lebar

dengaan berbagai harapan menjanjikan di masa depan.

Dampak negatif sampah mungkin tidak bisa dihilangkan secara

tuntas sampai ke akarnya. Namun, usaha pengelolaan dan

pengolahan sampah yang telah dilakukan berbagai pihak turut

memberikan kontribusi guna menanggulangi problematika sampah.

Kerja keras pemerintah tentu tidak akan berbjalan mulus tanpa

partisipasi dan respon langsung masyarakat, salah satu peran nyata

masyarakat bisa tersalurkan melalui penggunaan produk berbahan

baku sampah maupun hasil daur ulangnya di kehidupan sehari – hari.

Berikut rangkuman sederhana mengenai pengolahan beberapa

produk sampah, terutama sampah organik, dari barang tidak

bermanfaat menjadi barang bernilai ekonomi cukup tinggi.

1. Kompos

Di masa mendatang, penggunaaan kompos sebagai sumber

nutrisi tanaman akan sangat berarti dan memiliki prospek bisnis

yang cerah. Kompos tidak hanya mengandung unsur hara makro

( N, P, dan K ), unsur hara mikro ( Fe, B, S, dan Ca ) pun

terkandung lengkap di dalamnya walaupun diakui kandungan

haranya lebih sedikit dibanding pupuk kimia. Namun, bahan baku

Page 20: Makalah sampah

penyusun kompos melimpah ruah dan cara pembuatannya cukup

sederhana. Sayangnya, penggunaan kompos sebagai pupuk alami

tidak selalu berjalan mulus. Banyak kendala yang harus dihadapi

terutama dari segi pemasaran. Selain kualitas kompos tidak

merata, persaingan dagang dengan pupuk kimia menjadi halangan

utama. Selain lebih praktis, respon pupuk kimia dalam

menunjukkan hasil nyata lebih cepat dibanding kompos. Murahnya

harga jual pupuk kimia dan diperlukan sertifikat sah dari Lembaga

Sertifikasi Nasional/Internasional dalam menjual produk pertanian

organik turut menambah lemahnya penjualan kompos.

a. Prinsip dasar membuat kompos

Secara gamblang, kompos bisa diartikan sebagai

pupuk alami yang terbuat dari bahan - bahan hijau dan bahan

organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat

proses pembusukan. Pengolahan sampah menjadi kompos

merupakan proses mikrobiologi dan berjalan secara aerobik dan

anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan

tertentu sesuai hasil rekayasa. Saat pengomposan terjadi

perombakan bahan organik menjadi komponen lebih sederhana

dan stabil dalam larutan berbentuk ionik dan mudah diserap

oleh tumbuhan. Proses pengomposan ini secara garis besar

disebut dekomposisi dan terbentuk dalam kurun waktu 30 – 90

hari.

Tidak semua jenis sampah bisa dijadikan bahan dalam

pembuatan kompos. Jenis yang dipakai ialah sampah organik

yang mudah sekali busuk atau garbage. Pemilahan dan

penyeleksian sampah pun menjadi tahap penting dalam

pengolahan sampah menjadi kompos. Penyeleksian bahan

kompos dilakukan dua tahap, yaitu pemilahan sampah organik

dan anorganik. Selanjutnya, pemilahan sampah organik yang

Page 21: Makalah sampah

dapat didaur ulang melalui pengomposan aerobik atau

anaerobik.

Dengan bahan organik pilihan, proses serta produk

hasil pengomposan akan optimal. Penyeleksian pun dilakukan

untuk meminimalisir terjadinya risiko dalam pengomposan, yaitu

sebagai berikut:

1) Jangka waktu proses pengomposan lama.

2) Kemungkinan kompos terkontaminasi oleh zat beracun atau

zat kimia dan penyakit tanaman sehingga mikroorganisme

kompos dan tanaman mati.

3) Timbulnya bau busuk, kerumunan serangga, daan masalah

lingkungan lain di tempat pengomposan.

Sebelum dimasukkan dalam wadah atau bak

pengomposan, sebaiknya bahan – bahan terpilah dirajang

terlebih secara manual atau menggunakan mesin perajang

hingga mencapai ukuran 1 – 7, 5 cm. perajang ini bertujuan

untuk mempercepat proses pengomposan dan menghasilkan

produk kompos yang halus.

b. Membuat kompos

Proses membuat kompos sangat mudah dan dapat

dilakukan beragam cara. Setiap proses pengomposan cukup

mudah diaplikasikan dan dapat diterapkan oleh siapapun.

Berikut beberapa alternatif pengolahan sampah menjadi

kompos melalui proses aerobik.

Salah satu jenis kompos adalah kompos siap pakai.

Pembuatan kompos ini dinilai paling mudah, murah, sederhana,

dan tidak memerlukan proses panjang pengomposan lagi.

Sampah yang dibutuhkan pun telah mengalami proses

pembusukan, penghancuran, dan pengomposan alami di alam

terbuka dalam jangka waktu lama.

Page 22: Makalah sampah

Bahan dan alat :

50 – 100 g belerang per 1 kg tanah

Ayakan pasir

Sekop atau cangkul

Cara membuat :

1) Pilihlah tumpukan sampah yang didominasi sampah

organik dan telah mengalami penimbunan lebih dari

setahun. Timbunan sampah yang telah ‘jadi’ ini akan

membentuk tanah di bagian bawah permukaannya.

Tanah tersebut berwarna agak kehitaman ( membentuk

humus alami ).

2) Gali dan pisahkan tanah tersebut dari sampah – sampah

lain yang tidak lapuk, seperti gelas, plastik, mika, atau

kaca.

3) Jemur tanah hingga kering selama beberapa hari, lalu

ayak hingga membentuk tanah remah.

4) Tambahkan 50 – 100 gr belerang setiap satu kilogram

tanah.

5) Aduk merata bahan kompos dan belerang.

6) Pupuk kompos siap dipakai ataau dikemas sesuai

kebutuhan.

Kompos yang telah jadi dapat digunakan sebagai pupuk

berbagai tanaman hias atau tanaman komoditas pertanian,

seperti jagung, cengkih, dan padi. Bahkan, proses pembuatan

kompos seperti ini telah diaplikasikan secara komersial oleh

sebuah pabrik pupuk kompos di Medan, Sumatera Utara.

2. Pupuk Cair

Selain kompos, sampah terutam limbah got bisa dibuat

pupuk cair. Pupuk jenis ini memiliki banyak kelebihan dibanding

kompos padat. Selain mengandung konsentrasi unsur hara lebih

Page 23: Makalah sampah

tinggi, pupuk cair mudah diaplikasikan, cukup disemprot atau

disiram pada media tanam.

Pupuk cair dibuat dengan mencampurkan air dengan cairan

ekstrak bahan organik yang dibusukkan dalam kondisi anaerobik.

Dibandingkan dengan kompos, pembuatan pupuk cair

membutuhkan waktu yang lebih singkat dan harga jualnya lebih

tinggi. Dalam pemprosesannya, pupuk cair dibuat dari air got yang

telah diendapkan materinya.

Bahan dan alat :

1.000 liter air got yang telah diendapkan materinya

5 liter mollase atau tetes tebu atau larutan gula merah

10 liter bioaktivator semai cair

2 buah tangki berkapasitas 500 liter

Ember

Pengaduk

Cara membuat :

a. Masukkan bahan – bahn ke dalam tangki, lalu aduk hinggga

merata.

b. Tutup rapat tangki selama 3 hari.

c. Aduk rata semua bahan dalam tangki setiap hari sekali mulai

hari ke- 4 hingga hari ke- 7.

d. Tutup rapat tangki pada hari ke- 8 lalu diamkan hingga hari ke-

14.

e. Campuran telah menjadi pupuk cair yang siap dikemas dan

dipasarkan.

Dalam pengaplikasiannya, 1 liter konsentrat pupuk dicairkan

dengan 1.000 liter air, lalu disemprotkan pada permukaan media

tanam. Interval pemberiannya ialah 1 – 2 minggu sekali terhadap

semua jenis tanaman. Hasil olahan pupuk cair yang berasal dari

cairan limbah got akan berwarnaa cokelat kehitaman, aromanya

Page 24: Makalah sampah

cenderung keasaman, berbentuk cair, dan sedikit kental pekat.

Namun, pupuk ini ramah lingkungan.

3. Briket

Kini, harga bahan bakar minyak bumi yang telah menjadi

tombak hidup masyarakat semakin tidak terjangkau. Kenaikan

harga ini sebagian besar merupakan dampak naiknya harga

minyak dunia. Kebijaksanaan pemerintah dengan mensubsidi

bahan bakar minyak (BBM) tampaknya sudah menjadi senjata

terakhir. Salah satu upaya mengatasi ketergantungan terhadap

pemakaian bahan bakar minyak ialah melalui bahan bakar

alternatif, seperti briket. Briket adalah padatan yang umumnya

berasal dari limbah pertanian. Sifat fisik briket tidak kompak, tidak

padat, seperti serbuk gergaji dan sekam tanpa melewati proses

pembakaran (pengarangan).

Dalam aplikasi produk beragam jenis briket, yaitu briket

arang selasah, briket, briket serbuk gergaji dan serkam, dan briket

kotoran sapi. Setiap jenis briket memiliki keunggulan dan

kelemahan masing-masing. Berikut beberapa cara pengolahan

limbah menjadi briket.

a. Briket Arang Selasah

bahan dan alat :

Sarasah daunan kering (termasuk jerami dan daun bambu),

ranting, atau pecahan kecil dahan.

Air dan lem kanji secukupnya.

Alat cetak dari potongan bambu atau pipa PVC berdiameter

sekitar 5 cm dan tinggi 5-8 cm

Bilah kayu bulat berukuran sama dengan garis tengah

bambu atau pipa PVC dengan panjang 15-18 cm

Tong kecil atau wadah lain

Page 25: Makalah sampah

Cara kerja :

1) Kelompokan bahan berdasarkan jenisnya

2) Bakar masing-masing bahan hingga menjadi arang ( jangan

sampai menjadi abu)

3) Setelah semua bahan habis, siram dengan air.

4) Campurkan semua bahan, lalu hancurkan arang dengan

cara dipukul-pukul.

5) Tambahkan lem kanji agar masing-masing bahan dapat

digumpalkan.

6) Masukan bahan gumpalan ke dalam batang kayu, lalu tekan

keras-keras hingga padat.

7) Dorong bahan keluar dari cetakan.

8) Jemur bahan dibawah sinar matahari sampai kering.

9) Briket siap digunakan seperti arang biasa atau dikemas dan

siap dipasarkan.

Pada pembuatan briket arang, lem kanji bisa juga digantikan

dengan perekat daun (daun tanaman yang masih basah) yang telah

dilumatkan atau tanpa menggunakan perekat sama sekali.

b. Briket Serbuk gergaji

Bahan dan alat :

Serkam atau sebuk gergaji kering

Lem kanji cair secukupnya

Serasah dedaunan kering (termasuk jerami, daun bambu,

serta daun dedaunan lainnya) sebagai bahan tambahan

Alat cetak dari potongan bambu atau pipa PVC berdimeter

sekitar 5 cm dan tinggi 5-8 cm

Bilah kayu bulat berukuran sama dengan garis tengah

bambu atau pipa PVC dengan panjang sekitar 15-18 cm

Page 26: Makalah sampah

Cara membuat :

1) Hancurkan bahhan tambahan (serasah dengan) dengan

cara dipukul-pukul.

2) Campurkan serasah hancur dan sekam atau sebuk gergaji

dengan perbandingan 4:6.

3) Tambahkan lem kanji pada campuran mudah digumpalkan.

4) Masukan gumpalan ke dalam cetakan sampai penuh,

kemudian tekan keras-keras sepadat mungkin dengan

batang kayu.

5) Dorong adonan yang telah jadi keluar dari cetakan.

6) Jemur adoanan dibawah sanar matahari sampai kering.

7) Briket siap digunakan sampai arang biasa.

c. Briket Kotoran Sapi

Bahan dan alat :

Kotoran sapi yang sehat

Air secukupnya

Kayu pengaduk

Alas plastik tebal atau lantai jemuran

Cara membuat :

1) Masukan kotoran kedalam wadah, lalu tambahkan air.

2) Aduk-aduk sampai konsistensinya halus dan lembut.

3) Ambil sedikit demi sedikit sebesar telapak tangan dan

letakan pada alas penjemur.

4) Jemur adonan dibawah sinar matahari sampai karing.

5) Briket siap dipasarkan atau langsung dimanfaatkan.

Jenis briket kelebihan kekurangan

Page 27: Makalah sampah

Briket

arang

salasah

Mudah dibuat, murah,

praktis, dan mudah

digunakan, ringan,

mudah diangkut, serta

relatif aman.

Berasap sehingga

lebih baik

digunakan

diruangan terbuka,

tidak dapat

dimatikan dengan

cepat, pijar api

tidak mudah

terlihat.

Briket

sebuk

gergaji atau

sekam

Mudah dibuat, murah,

mudah

penggunaannya,

praktis, dan relatif

aman digunakan.

Berasap sehingga

lebih baik

digunakan

diruangan terbuka,

tidak dimatikan

dengan cepat,

pijar api tidak

mudah terlihat.

Briket

kotoran

sapi

Nyala apinya

bagus,mudah dibuat,

praktis, mudah

digunakan, aman, dan

ringan sehingga

memudahkan dalam

transportasi

Adanya kendala

budaya dan

pandangan negatif

pada kotoran sapi

di beberapa

daerah.

4. Biogas

Sampah yang membusuk akan mengeluarkan biogas.

Biogas merupakan hasil samping pembuatan kompos secara

anaerob atau kotoran ternak. Sebagian besar biogas terdiri dari

campuran gas metana sebnyak 50-60% dengan gas-gas lain,CO 2

Page 28: Makalah sampah

dan H2S. Ditilik dari jumlah sampah yang ada, potensi produksi

biogas sangatlah besar.

Karena sumber energi, biogas dapat dimanfaatakan

sebagai bahan bakar untuk menggerakkan pembangkit listrik (skala

besar). Bahan bakar terbaik membuat biogas ialah kotoran ternak

(sapi dan kerbau). Kotoran ternak banyak berbentuk selulosa

sehingga akan mudah dicerna bakteri. Bakteri anerob bekerja

optimal pada kisaran pH 6,8 - 8 sehingga derajat kesamaan

difermentasikan harus netral.

Sebelum dilakukan pemrosesan biogas, dibutuhkan

perangkat alat pemroses biogas, perangkat ini terdiri atas pipa

pemasukan bahan, pipa pengeluaran bahan, tangki pencerna,

tangki penyekat, tangki pengumpul, dan pipa saluran gas.

Bahan dan alat :

2 buah drum berkapasitas 200 liter dan 1 buah berkapasitas

120 liter

2 batang pipa baja 2 inci sepanjang 50 cm

1 batang pipa baja 0,5 inci sepanjang 50 cm

Pelat seng ukuran 50 cm x 30 cm

Kertas pola ukuran 50 cm x 30 cm

1 buah kran

1 buah selang sepanjang kebutuhan

Kawat elektroda

Gergaji besi

Gunting seng

Martil

Pahat

Tang pembuat uliran

Peralatan las

Alat pengaduk

Ember

Page 29: Makalah sampah

Cara membuat :

a. Pipa pemasukan bahan

1) Lipat kertas pola menjadi dua bagian

2) Tempelkan pola pada pelat sang, lalu gunting mengikuti

pola.

3) Kedua sisinya hingga menyerupai corong, kemudian las.

4) Potong kedua ujung pipa berdiameter 2 inci dengan

kemiringan 45 derajat

5) Tempelkan ujung corong pada salah satu ujung pipa.

b. Pipa pengeluaran bahan

Potong kedua ujung pada pipa berdiameter 2 inci dengan

kemiringan 45 derajat

c. Pembuatan pipa gas

1) Potong pipa berdiameter 0,5 inci menjadi 3 bagian (25 cm).

2) Bentuk uliran pada salah satu ujung pipa pada 2 buah pipa.

3) Rangkaian bagian pipa berulir dengan mata keran.

4) Eratkan sambungan dengan isolasi untuk menghindari

kebocoran gas.

5) Ulangi tahapan perangkaian keran untuk tangki pengumpul.

d. Pembuatan tangki pencerna

1) Siapkan drum berkapasitas 200 liter

2) Buat lubang yang diberi jarak 5 cm dari pinggir drum di

bagian alas dan tutupnya.

3) Lubangi bagian tengah drum untuk tempat pipa gas 0,5 inci.

4) Pasang pipa masuk dan keluar pada alas dan tutup drum,

lalu las.

5) Sambungkan pipa gas berkeran pada bagian tengah drum,

kemudian las.

6) Pasangkan besi penyangga sebagai penyambung untuk

kekuatan pipa.

e. Pembuatan tangki penyekat

Page 30: Makalah sampah

Proses pembuatannya sangat mudah, yaitu dengan membuang

tutup drum.

f. Pembuatan tangki pengumpul

1) Buat 2 lubang pada alas drum berkapasitas 120 liter. Jarak

lubang 10 cm dari pinggir drum.

2) Masukan pipa gas (berkeran) dan pipa 0,5 sepanjang 50 cm

pada tiap lubang, lalu las.

g. Pembuatan Biogas

Bahan dan alat :

50 kg kotoran sapi atau kerbau

50 liter air bersih

Perangkat alat pemroses biogas

Ember

Alat pengaduk

Cara kerja :

1) Campurkan kotoran ternak dengan air secara bertahap, lalu

aduk merata.

2) Bersihkan adoanan dari campuran padatan yang terkandung

di dalamnya.

3) Masukam adonan ‘jadi’ kedalam tangki pencerna.

4) Isi tangki penyekat dengan air hingga setinggi 85 cm. Air

berfungsi sebagai parameter udara dalam tangki.

5) Tempatkan tangki pengumpul dalam tangki penyekat.

6) Rangkai komponen alat dengan menggunakan selang

sebagai penghubung. Rekatkan ujung selang maupun ujung

pipa dengan kawat untuk mencegah kebocoran.

7) Pipa keluaran gas dapat dihubungkan dengan kompor

biogas dengan selang dan langsung digunakan.

5. Batako

Di antara materi yang dihasilkan pada limbah got adalah

pasir. Kualitas batako berbahan limbah got memiliki kualitas tidak

Page 31: Makalah sampah

kalah baik dengan batako yang beredar di pasaran. Karakteristik

batako yang dibuat dari limbah got adalah bentuknya padat dan

keras, tidak berbau, dan bentuk fisiknya tidak berbeda dengan

produk yang ada. Selain itu, pori-pori batako tampak lebih padat,

tidak mudah rapuh atau pecah, tidak berbahaya bagi lingkungan,

serta dapat digunakan untuk bangunan rumah, kantor, dan jenis

bangunan lainnya.

Bahan dan alat :

2.500 kg pasir dari limbah got

6 sak semen

3 botol @ 1.000 ml cairan pengeras

3 botol @ 1.000 ml bioaktivator semai cair

Cangkul, sekop, sendok semen, alat tumbuk/pres, alat cetak

batako/paving blok, saringan limbah got, dan selang plastik

Lahan untuk area pembuatan batako minimal 40m2

Cara membuat :

a. Ampurkan semua bahan secara manual hingga membentuk

adonan.

b. Cetak adonan dengan menggunakan alat cetak, penekanan

adonan di lakukan tidak terlalu keras.

c. Keringkan batako yang telah dicetak di bawah sinar matahari.

d. Siram batako yang sudah jadi dengan air keseluruh

permukaannya agar tidak retak.

e. Batako siap dipasarkan dan digunakan sesuai kebutuhan.

6. Daur Ulang Kertas

Bahan :

Kertas bekas

Page 32: Makalah sampah

Lem kayu/kertas

Pewarna kertas (dari bahan alami,jika perlu)

Air

Alat :

Sceen sablon (ukuran sesuai keinginan )

Gunting

Blender

Papan kayu/tripleks

Proses pembuatan bubur kertas

a. Kertas bekas dipotong-potong kecil.

b. Potongan direndam kurang lebih 3 jam dalam air, agar mudah

dilembutkan.

c. Adonan kertas diblender hingga menjadi bubur kertas, lalu

tambahkan lem.

d. Siapkan bak rendam dan isi dengan air.

e. Masukan campuran bubur kertas didalamnya dan aduk adonan

bubur tersebut hingga merata, dan siap diacak.

f. Siapkan sceen sablon, masukan kedalam bak rendam yang

berisi bubur kertas.

g. Angkat secara perlahan-lahan hingga bubur kertas menempel.

h. Tiriskan sebentar.

i. Setelah tiris, letakan dengan hati-hati di atas tripleks, kemudian

angkat sceen.

j. Kemudian dijemur hingga kering.

7. Peralatan Bungkus Kemasan Minuman, Makanan Kecil, Minyak

Goreng, dan Deterjen

Peralatan :

Gunting

Page 33: Makalah sampah

Kain lap

Jarum pentul

Mesin jahit

Bahan :

Bungkus kemasan minuman, makanan kecil, minyak goreng,

detergen, dll.

Kain pelapis (kantong gandum/blaco)

Handle

Benang

Bisban

Proses pembuatan :

a. Kumpulkan bungkus kemasan makanan, minuman, minyak

goreng, deterjen yang menarik, kuat, tebal dan berwarna-warni.

b. Pilih, rapikan dan bersihkan. Rangkai bungkus kemasan satu

per satu dengan bantuan jarum pentul hingga menjadi lembaran

siap jahit.

c. Jahit lembaran-lembaran dengan mesin jahit pakaian sesuai

desain. Lapisi bagian dalam dengan kain blaco dan bisban

bagian tepinya.

d. Bungkus kemasan dapat dibuat aneka kerajinan seperti :

dompet, tas, topi, tempat hp, tas sekolah, tas punggung,dll.

8. Pemanfaatan dan Daur Ulang Gabus Styrofoam

Cara membuat :

a. Siapkan styrofoam bekas dan potong kecil-kecil.

b. Haluskan gabus styrofoam dengan mesin/parut menjadi butiran

kecil.

c. Butiran styrofoam ditambung didalam air hingga basah.

d. Campur 1 semen : 3 pasir : 3 styrofoam dan air secukupnya

serta aduk hingga merata.

Page 34: Makalah sampah

e. Campuran semen, pasir dan butiran styrofoam dapat dicetak

menjadi batako/bata.

f. Campuran semen, pasir dan styrofoam dapat dicetak menjadi

pot bunga, genteng,dll.

BAB III

PENUTUP

Page 35: Makalah sampah

A. Kesimpulan

1. Sampah adalah barang sisa dari kegiatan sehari – hari dalam

bentuk padat yang terbuang atau dibuang dan belum memiliki

nilai ekonomis. Bentuk sampah dapat berada dalam fase materi,

yaitu padat, cair, dan gas. Secara sederhana sampah dibagi

menjadi sifatnya, yaitu sampah organik dan anorganik.

2. Permasalah sampah dikarenakan tidak dikelolanya sampah

secara baik, padahal potensi total sampah terbuang sangat tinggi

per harinya. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai masalah

sosial, lingkungan, dan estetika. Permasalahan sampah perlu

partisipasi semua pihak. Tujuannya agar masalah sampah tidak

berlangsung secara berkepanjangan.

3. Pemilahan sampah adalah kegiatan pemisahan sampah untuk

dikelola lebih lanjut sesuai dengan jenis dan kebutuhannya.

4. Pengumpulan sampah adalah kegiatan pengambilan sampah ke

tempat penyimpanan sementara.

5. Pengolahan sampah adalah kegiatan memperlakukan sampah

sejak dihasilkan hingga penyelesaiannya dengan penerapan

prinsip 3R.

6. Pengolahan sampah secara konvensional dapat dilakukan

dengan model urugan dan tumpukan, penghancuran

(pulverisation), dan pembakaran (incineration).

B. Saran

Dewasa ini, pengetahuan tantang pengolahan sampah masih

kurang. Bisa dilihat dari sedikitnya jumlah masyarakat yang melakukan

kegiatan pengolahan sampah secara tepat dengan menjadikan sampah

menjadi barang kaya manfaat. Alangkah baiknya jika pengetahuan

mengenai pengolahan sampah ini dapat diberikan kepada masyarakat

luas, sehingga selain dapat ikut menjaga kelestarian lingkungan juga

Page 36: Makalah sampah

dapat menjadi peluang usaha karena hasil olahan sampah dapat bernilai

jual tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 37: Makalah sampah

Apriadji, Wied Harry.2005. Memproses Sampah.Jakarta : Penebar Swadaya

Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Pengolahan Sampah. Bandung : Departemen Pekerjaan Umum

Dewi, Trias Qurnia.2008.Penanganan dan Pengolahan Sampah.Jakarta : Penebar Swadaya

Sarudji, Didik.1985.Pengelolaan Sampah. Surabaya : APK Surabaya

Sudarso.1985.Pembuangan Sampah.Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,Departemen Kesehatan Republik Indonesia