makalah sampah
TRANSCRIPT
MAKALAH
PENGOLAHAN SAMPAH MANDIRI
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester IMata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
1. Airin Nurhidayah NIM : PO7133110041
2. Argareza Sandy Fagusta NIM : PO7133110043
3. Endah Sumiyaningsih NIM : PO7133110057
4. Hajar Khoirinnisak NIM : PO7133110061
5. Selvi Sulistyaningrum NIM : PO7133110088
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................... 1
B. Dasar Hukum.......................................................... 1
C. Tujuan..................................................................... 2
D. Manfaat................................................................... 2
E. Ruang Lingkup....................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengenal Sampah................................................. 3
B. Sumber Masalah Sampah...................................... 7
C. Memproses sampah............................................... 9
D. Hasil Olahan Sampah............................................. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................. 38
B. Saran...................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar sampah dihasilkan dari aktivitas manusia. Adanya
perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan mengakibatkan
terjadinya peningkatan jumlah dan jenis sampah. Pengolahan sampah
menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya menjadi tanggung
jawab petugas kebersihan.
Pola pikir dan pandangan bahwa sampah adalah barang yang tidak
berguna dan harus dibuang, perlu diubah dan diluruskan. Setiap
individu harus diberikan landasan pemahaman dan penyadaran tentang
pengelolaan sampah, sehingga akan terbentuk karakter pola hidup
bersih dan sehat. Apabila dikelola dengan baik dan benar, sampah
memiliki potensi yang dapat didayagunakan. Perubahan jenis sampah (
kemasan atau bungkus dari daun menjadi plastik, Styrofoam dll.). Saat
ini, belum diikuti dengan cara penanganan sampah yang ramah
lingkungan.
Penanganan sampah di perkotaan umumnya menganut pola :
kumpul, angkut-buang, sementara di pedesaan semua jenis sampah,
dibakar atau ditimbun. Untuk menangani permasalahan sampah, perlu
dikelola secara mandiri dengan menerapkan prinsip 3R “Reduce,
Reuse, Recycle “.
B. Dasar Hukum
1. Undang – undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Ligkungan Hidup.
2. Undang – undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.
C. Tujuan
1. Untuk mengenal sampah.
2. Untuk mengetahui permasalahan sampah.
3. Untuk mengetahui cara memproses sampah.
4. Untuk mengetahui aneka hasil olahan sampah.
5. Agar pembaca mampu ikut berperan aktif mengelola lingkungan.
6. Terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman.
D. Manfaat
1. Dapat menambah wawasan baru mengenai pengolahan sampah
yang tepat sehingga dapat ikut berperan aktif dalam mengelola
sampah untuk terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, dan
nyaman.
2. Dapat membedakan berbagai jenis sampah.
3. Dapat mengetahui permasalahan sampah sehingga bisa mengurangi
masalah yang diakibatkan sampah.
E. Ruang Lingkup
Kajian Ilmu Kesehatan Lingkungan khususnya Mata Kuliah
Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengenal Sampah
1. Pengertian Sampah
Sampah memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu
pengetahuan. Namun pada prinsipnya, sampah adalah suatau
bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi yaitu padat,
cair, dan gas.
Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan
sifatnya. Sampah dipilah menjadi sampah organik dan anorganik.
Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang berasal
dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur.
Sampah jenis ini sangat mudah terurai secara alami ( degradable
). Sementara itu, sampah anorganik atau sampah kering adalah
sampah yang tidak dapat terurai ( undegradable ). Sampah
dapat dibagi sebagai berikut :
a. Human erecta
Human erecta merupakan istilah bagi bahan buangan yang
dikeluarkan oleh tubuh manusia sebagai hasil
pencernaan.Tinja ( faeces ) dan air seni ( urine ) adalah
hasilnya. Sampah manusia ini dapat berbahaya bagi
kesehatan karena bias menjadi vektor penyakit yang
disebabkan oleh bakteri dan virus.
b. Sewage
Air limbah buangan rumah tangga maupun pabrik termasuk
dalam sewage. Limbah cair rumah tangga umumnya dialirkan
ke got tanpa proses penyaringan, seperti sisa air mandi, bekas
cucian, dan limbah dapur. Sementara itu, limbah pabrik perlu
diolah secara khusus sebelum dilepas kea lam bebas agar lebih
aman. Namun, tidak jarang limbah berbahaya ini disalurkan ke
sungai atau laut tanpa penyaringan.
c. Refuse
Refuse diartikan sebagai bahan sisa proses industri atau
hasil sampingan kegiatan rumah tangga. Refuse inilah yang
popular disebut sampah dalam pengertian masyarakat sehari –
hari. Sampah ini dibagi menjadi garbage ( sampah lapuk ) dan
rubbish ( sampah tidak lapuk dan tidak mudah lapuk ).
Sampah lapuk ialah sampah sisa- sisa pengolahan rumah
tangga atau hasil sampingan kegiatan pasar bahan makanan,
seperti sayuran. Sementara itu, sampah tidak lapuk merupakan
jenis sampah yang tidak bias lapuk sama sekali, seperti mika,
kaca, dan plastik. Sampah tidak mudah lapuk merupakan
sampah yang sangat sulit terurai, tetapi bisa hancur secara
alami dalam jangka waktu lama. Sampah jenis ini ada yang
dapat terbakar ( kertas dan kayu ) dan tidak terbakar ( kaleng
dan kawat ).
d. Industrial waste
Industrial waste ini umumnya dihasilkan dalam skala besar
dan merupakan bahan – bahan buangan dari sisa – sisa proses
industri.
2. Jenis - Jenis Sampah
Pengelolaan sampah yang benar mensyaratkan adanya
keterpaduan dari berbagai aspek mulai dari hulu sampai hilir.
Aspek hulu meliputi kegiatan pengolahan sampah pada tingkat
penghasil sampah tahap pertama, diantaranya rumah tangga,
hotel maupun rumah makan. Langkah yang bisa diambil pada
aspek hulu adalah pemilahan sampah berdasarkan jenisnya
sampah dipilah menjadi tiga, yaitu sampah organik, non-organik,
dan B3. Masing – masing golongan sampah ini mempunyai tempat
sendiri – sendiri. Jika proses klasifikasi ini diterapkan, diharapkan
akan memudahkan proses pengolahan sampah pada tahap
selanjutnya.
a. Sampah organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi
menjadi sampah basah dan sampah kering.
b. Sampah anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup.
Sampah ini bisa berasal dari bahan yang bisa diperbarui dan
bahan yang berbahaya serta beracun.
c. Sampah B3 ( Bahan Beracun dan Berbahaya )
Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan
beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah jenis
ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau
minyak wangi. Namun, tidak menutup kemungkinan sampah
yang mengandung jenis racun lain yang berbahaya.
3. Komposisi Sampah
Dalam kehidupan manusia, sebagian besar jumlah sampah
berasal dari aktivitas industri, seperti konsumsi, pertambangan,
dan manufaktur. Seiring waktu berjalan, hampir semua produk
industri akan menjadi sampah. Jenis sampah yang banyak
dijumpai dalam jumlah besar pun beragam. Sampah berupa
kemasan makanan atau minuman yang terbuat dari kertas,
alimunium, ataupun plastik berlapis semakin mendominasi.
Demikian pula sampah elektronik, termasuk sampah jenis baru,
semakin marak di tempat pembuangan sampah.
Volume tumpukan sampah memiliki nilai sebanding dengan
tingkat konsumsi masyarakat terhadap material yang digunakan
dalam kehidupan sehari – hari. Output jenis sampah sendiri
sangat tergantung pada jenis material yang dikonsumsi. Secara
umum dapat ditarik benang merah bahwa peningkatan jumlah
penduduk dan gaya hidup masyarakat akan sangat berpengaruh
terhadap volume sampah serta komposisinya.
Di Indonesia, sekitar 60-70 % dari total volume sampah yang
dihasilkan merupakan sampah basah dengan kadar air antara 65
– 75 %. Sumber sampah terbanyak berasal dari pasar tradisional
dan pemukiman. Sampah pasar tradisional, seperti pasar lauk –
pauk dan sayur- mayur membuang hampir 95 % sampah organik.
Jika ditinjau dari pengolahannya, sampah di daerah pemukiman
jah lebih beragam. Namun, minimal 75 % dari total sampah
tersebut temasuk sampah organik dan sisanya termasuk sampah
anorganik.
Sampah organik mampu terurai secara alami dialam dengan
bantuan mikroba. Selain itu, sampah jenis ini telah lama diolah
secara sederhana oleh masyarakat sebagai pakan ternak atau
bahan pupuk. Selain sampah organik, beberapa bahan anorganik
dapat pula terurai secara alami walaupun dalam kurun waktu
cukup lama. Proses ini disebabkan oleh tingkat penguraian
(degradibilitas) tiap bahan berbeda. berikut urutan tingkat
kemudahan sampah dalam penguraiannya.
Tabel 1.Tingkat Degrabilitas Komponen Bahan Sampah
No. Komponen Sampah Degradibilitas (%)
1. Selulosa dari kertas karton 90
2. Hemiselulosa 70
1. Karbohidrat 70
4. Selulosa dari kertas bungkus 50
5. Bambu 50
6. Lemak 50
7. Protein 50
8. Ranting 5
9. Lignin 0
10. Plasik 0
Sumber : Sudrajad dkk., 1987 dalam Sudrajat, R., 2006
B. Sumber Masalah Sampah
Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat
yang kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisipinan
mengenai kebersihan dapat menciptakan suasana semrawut akibat
timbunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak menyenangkan akan
muncul. Bau tidak sedap, lalat berterbangan, dan gangguan berbagai
penyakit siap menghadang di depan mata. Tidak cuma itu, peluang
pencemaran lingkungan disertai penurunaan kualitas estetika pun
akan menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat.
Pada musim hujan, sampah terlantar ini menjadi momok paling
menakutkan. Tumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik
bisa menyumbat saluran drainase. Pembuangan sampah di
sembarang tempat, terutama sungai, akan menghambat laju air hujan
dipermukaan sehingga aliran hanya terfokus pada satu titik saja.
Ketika curah hujan tinggi, kondisi semacam ini bisa mengakibatkan
banjir. Bahkan, Jakarta sebagai ibukota negara pun tidak pernah
lepas dari kondisi tersebut. Hampir setiap tahun kota impian para
pendatang ini dikunjungi banjir.
Ketakutan hadir tidak hanya kala banjir melanda, tetapi juga ketika
iringan situasi pasca banjir tiba. Kelaparan, penyakit, pengangguran,
dan masalah sosial lainnya menjadi pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan. Walaupun telah ’ berpengalaman’ menghadapi situasi
sama setiap tahun, tampaknya inti masalah akibat sampah ini belum
pula memperoleh penyelesaian terbaik.
Sampah memang bukan perkara mudah. Tidak hanya di perkotaan
padat penduduk, pedesaan, atau lokasi lain pun tidak terlepas dari
persoalan ini. Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik di
tempat pembuangan sementara(TPS), tempat pembuangan air(TPA),
maupun saat pendistribusiaannya.Berikut beberapa faktor penyebab
penumpukan sampah:
1. Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya
tamping TPA sehingga melebihi kapasitasnya.
2. Lahan TPA semakin menyempit akibat tergusur oleh pengunaan
lain.
3. Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk
menganggut sampah kurang efektif.
4. Fasilitas pengakutan sampah terbatas dan tidak mampu
menganggut seluruh sampah.
5. Teknologi pengolaan sampah tidak optimal sehingga lambat
membusuk.
6. Sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak
segera dikelurkan dari tempat penampugan sehingga semakin
mengulung.
7. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah.
Masyarakat sering membuang sampah disembarang tempat
sebagai jalan pintas.
8. Kurangnya sosialisai dan dukungan pemeritah mengenai
pengelolaan dan pengolalahan sampah serta produknya.
9. Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai
pengolahan sampah secara tepat.
10. Manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan
kesalahpahaman terutama bagi masyarakat sekitar.
C. Memproses Sampah
1. Penampungan Sampah
Penampungan sampah di tingkat rumah tangga memegang
posisi terdepan. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS)
tahun 2004, di daerah perkotaan, baru sekitar 41,28 % sampah
yang terangkut petugas; 35,59 % dibakar; 7,97% ditimbun; 1,15%
diolah menjadi kompos; dan sisanya dibuang sembarangan. Akan
jauh lebih baik jika sejak awal pengelolaan, sampah telah dipilah
berdasarkan jenisnya, sampah organik atau anorganik. Selain itu,
sampah yang hendak dibuang dikemas rapi dalam kantong khusus
(bioplastic) atau kanting plastik biasa.
Dibeberapa taman lingkungan dan lokasi publis strategis,
pemisahan sampah dapat dilakukan dengan menyediakan dua
tempat sampah kering dan basah sekaligus. Namun sayang, di
Indonesia hal ini belum bisa diterapkan secara merata di setiap
wilayah. Kurangnya partisipasi pihak terkait, rendahnya tingkat
ekonomi, dan ketidakpedulian masyarakat menjadi faktor
penghambat utama. Berbeda dengan negara maju, seperti Jepang,
yang telah mengelola sampah dengan baik, bahkan memilahnya
hingga beberapa jenis.
Sebelum diangkut oleh petugas kebersihan, sampah ditampung
sementara dalam wadah. Tahap ini disebut tahap penampungan
sampah. Di masyarakat, model tempat sampah sebagai tempat
penampungan sementara atau yang dibuat secara permanen atau
fleksibel. Tempat sampah permanen, berbaha batu bata atau
semen membutuhkan biaya dan tempat cukup besar. Untuk
membuat satu tempat sampah permanen, minimal dibutuhkan area
seluas 1 m2. Agar lebih efisien dan efektif, tempat sampah dapat
pula dibuat dengan pemanfaatan barang bekas, seperti karung
plastik, drum, kotak kayu, ember, dan wadah tidak terpakai lainnya.
Wadah yang digunakan untuk menampung sampah haruslah
memiliki empat kriteria utama, yaitu :
a. Mudah dibersihkan. Dengan demikian petugas pengumpul
sampah tidak akan kesulitan mengeruk kumpulan sampah dari
dalam tempat sampah.
b. Tidak mudah rusak. Tempat sampah yang rapuh akan
menyebabkan sampah mudah sekali berhamburan kemana-
mana, terutama jika ada binatang yang berkerumun dan
mengais – ngaisnya.
c. Bisa ditutup rapat. Persyaratan ini harus diperhatikan agar lalat
dan kecoa tidah mudah hilir - mudik menghinggapi kumpulan
sampah.
d. Ditempatkan diluar rumah. Tujuannya, selain agar petugas
pengumpul sampah mudah mengangkutnya, juga demi menjaga
kebersihan di dalam rumah. Kalau tempat sampah diletakkan di
luar rumah maka hawa tidak sedap tidak akan memenuhi
ruangan.
Keempat hal tersebut harus terpenuhi secara baik. Ketepatan
posisi tempat penampungan sampah dalam skala rumah tangga
akan turut menjaga kebersihan lingkungan dan higienitas
penghuninya.
2. Pengumpulan dan Pembuangan Sampah
Sampah yang telah dibuang pada tingakat rumah tangga sudah
mulai diserbu oleh pemulung. Pada tahap pengumpulan oleh para
pemulung atau pengepul, sampah biasanya dipilah secara
sederhana menjadi tiga jenis, yaitu : sampah layak kompos (
compostable ) dengan jumlah terbesar 50 %, sampah layak jual
sebanyak 16 %, dan sampah layak buang sebesar 34 %.
Sampah layak kompos terdiri atas berbagai sampah organik
yang mudah mengurai oleh mikroba ( biodegradable ) dan
membusuk ( putrescuble ) sehingga dapat dimanfaatkan menjadi
kompos. Sampah layak jual termasuk jenis sampah yang dapat
diolah kembali menjadi produk lain sehingga bertambah nilai
ekonominya, seperti plastik, botol kaca, logam, kertas, dan kaleng.
Sementara itu, sampah layak buang ialah sampah yang tidak dapat
dimanfaatkan atau diolah kembali sehingga layak buang. Sampah
jenis terakhir ini didominasi oleh sampah organik yang tidak dapat
djadikan kompos atau sampah kering yang tidak mngkin didaur
ulang atau ditangkap energi. Terkadang sampahpun dipilah
berdasarkan bisa atau tidaknya dibakar. Pemilahan ini umumnya
dilakukan pada tingkat rumah tangga.
Tabel 2.Kandungan Energi Berbagai Jenis Sampah
Jenis Sampah
Kandungan Energi(kkl/kg)
Kadar Air(% berat basah)
Kadar Abu(%berat kering)
Plastik 7.780 2 10
Karet 5.560 2 10
Kayu 4.450 20 2
Kain 4.170 10 2
Kertas 4000 6 6
Sisa
Tanaman
1.560 60 4
Sisa
Makanan
1.100 70 5
Kaleng 170 2 98
Kaca 30 2 98
Sumber : Anonim,2007
Sampah yang ada akan dikumpulkan oleh petugas
kebersihan tingkat RW/RT ataupun kotamadya tiap selang waktu
tertentu. Umumnya tahap pengumpulan sampah di daerah padat
penduduk dilakukan instansi terkait sekitar 2-3 hari sekali.
Sementara itu, jadwal pengambilan sampah di lokasi rumah yang
terpencar – pencar dilaksanakan sekitar satu kali seminggu sampai
sampah terkumpul agak banyak. Sampah diangkut menggunakan
truk sampah atau gerobak tarik menuju lokasi yang telah
disepakati. Cakupan layanan pengumpulan sampah rata-rata di
Indonesia masih berada pada kisaran 41%, masih jauh dari target
Millenium Development Goals (MDGs), yaitu 70% ditahun 2015
(BPS,2004). Pengambilan sampah oleh petugas dilokasi terpencil
sering kali mendapat hambatan. Jarak tempuh terlalu jauh
mengakibatkan biaya transportasi tidak berimbang dengan biaya
retribusi yang dibebankan. Permasalahan ini bisa diatasi dengan
swadaya masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri.
Selain itu, andil pemda setempat dalam memberikan dana subsidi
pengelolaan sampahpun sangat diperlukan.
3. Pengolahan Sampah
Dalam pola pengelolaan sampah terpadu, ada lima tahap
proses yang diterapkan. Pola ini mengupayakan agar sampah tidak
sampai terbentuk dengan menerapkan upaya 3R, yaitu cegah
(reduce) dan upaya pakai ulang (reuse). Jika terlanjur, hierarki
pengelolaan daur ulang (recycle) menjadi solusi.
Proses daur ulang sampah sangat sederhana.setelah dicacah
dan dilelehkan, materi tersebut dicetak menjadi bibit-bibit materi
siap pakai. Bibit untuk materi kertas disebut bubur pulp, sedangkan
untuk materi plastik disebut pelet. Kemurnian materi yang
digunakan menjadi pertimbangan utama pada upaya ini. Ada tiga
faktor sukses dalam upaya recycle, yaitu sebagai berikut :
a. Kemudahan dalam memperoleh sampah daur ulang dengan
kuantitas dan kualitas memadai.
b. Ketersediaan teknologi dari mulai pemilahan, pemisahan
materi/sasaran, dan pembuatan produk.
c. Kesadaran bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Bagi sebagian yang sulit di- reduce, reuse, recycle (3R),
sampah harus dibuang (dispostal) sesuai tempat dan tahapannya.
Banyak faktor yang menjadi pertimbangan berhasilnya produk daur
ulang, diantaranya tingginya permintaan pasar akan produk,
kemudahan memperoleh sampah daur ulang dengan jumlah dan
kualitas yang memadai, adanya teknologi yang terjangkau, seperti
teknologi pemilahan ataupun pembuatan produk, serta adanya
kesadaran dan keinginan untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Upaya pengolahan yang saat ini sedang tenar dan menjadi isu
hangat ialah upaya tangkap energi (energy recovery). Upaya
tangkap energi bisa dilakukan sebelum dan setelah sampah
dibuang dengan mengolahnya menjadi sumber energi alternatif.
Hal paling rumit dalam proses pengelolaan sampah ialah saat
pemusnahannya. Sampah yang terkelola dengan baik akan selalu
berputar dan tidak dibiarkan menggunung pada satu lokasi saja.
Cara pemusnahan sampah sangat beragam, tergantung pihak yang
menanganinya. Pemerintah, lembaga swasta, atau masyarakat
memiliki teknik penanganan berbeda-beda. Adanya perbedaan ini
biasanya di pengaruhi oleh manajemen dan ketersediaan dana.
Pada tahap ini , pengolahaan sampah terpadu mempunyai peranan
sangat penting. Pengeloloan sampah secara bijak akan mampu
meminimalisir kerusakan lingkungan dan meningkatkan taraf
ekonomi hal layak beragam pengolahan sampah diujicobakan guna
diperoleh hasil terbaik dan aman. Berikut beberapa usaha
pemusnahan sampah konvensional yang banyak diterapkan di
Indonesia.
Pengelolaan Sampah Terpadu
Tahapan Pengelolaan Sampah Terpadu
Keterangan
1. Cegah Diterapkan dengan meminimalisir jumlah barang yang digunakan. Pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah saja, tetapi juga mencegah penggunaan barang-barang yang mengandung kimia berbahaya dan tidak mudah dekomposisi.
2. Pakai ulang (reuse) Memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung. Sampah diusahakan dipakai berulang-ulang.
3. Daur ulang (recycle) Mengolah barang yang tidak terpakai menjadi barang baru. Upaya ini memerlukan campur tangan produsen dan praktiknya. Namun, beberapa sampah dapat didaur ualang secara langsung oleh masyarakat. Pengomposan, pembuatan batako, dan briket merupakan contoh produk hasilnya.
4. Tangkap energy (energy recorvery)
Banyak diterapkan pada sampah yang memiliki nilai kalor bakar tinggi. Sampah organic pun dapat diaplikasikan pada upaya ini melalui gas metana yang dihasilkan saat proses pembususkan. Upaya tangkap energi bisa diterapkan sebelum atau sesudah upaya buang sampah berlangsung.
5. Buang (dispostal) Merupakan alternatif terakhir jika semua cara diatas telah dioptimalkan. Pembuangan sampah pun harus dilakukan secara aman pada lokasi yang telah disepakati.
a. Urugan dan tumpuk
Pengolahan sampah secara konvensional dilakukan dengan
model urugan dan tumpuk. Kedua metode ini sangat popular
karena mudah diaplikasikan. Pada model urugan, sampah
dibuang dilembah atau cekungan tanpa diberi perlakuan apa
pun. Biasanya cara ini di terapkan pada lokasi dengan kontribusi
volume sampah tidak terlalu tinggi. Ada beberapa catatan
penting dalam perlakuan model urugan, yaitu sampah tidak
dibuang pada daerah padat penduduk, tidak menimbulkan
beragam polusi (tahan, udara, dan air), serta tidak mengganggu
estetika lingkungan.
Pada model tumpukan, sampah yang dibuang perlu
dilengkapi beberapa sarana pendukung sebagai prasyarat
kesehatan. Sarana yang dimaksud ialah saluran air buangan,
pengolahan air buangan (leachate), dan pembakaran gas
metana (flare). Penerapan pengolahan sampah secara
tumpukan di Indonesia sendiri terkadang tidak sesuai standar
yang berlaku sehingga sering timbul masalah. Namun,
bagaimana pun prosesnya, dalam jangka panjang kedua model
tersebut harus dibatasi dan dicarikan alternaif lainnya karena
keterbatasan lahan.
b. Penghancuran (pulverisation)
Biasanya penhancuran dilakukan ketika pengangkutan
dengan menggunakan truk sampah khusus plus alat pencacah
atau penghancur. Sampah yang berasal dari bak-bak
penampung langsung dihancurkan hingga menjadi potongan
berukuran kecil. Jenis sampah yang dihancurkan dapat dipilah
menjadi rubbish, garbage, atau keduanya. Selanjutnya,
potongan sampah dimanfaatkan sebagai timbunan pada tanah
datar atau dibuang kelaut. Sampah yang dibuang ini pun harus
diperhatikan dan diseleksi agar tidak mencemari lingkungan.
c. Pembakaran sampah (incineration)
Cara lain dalam pengolahan sampah adalah pembakaran
sampah. Pada skala rumah tangga, pembakaran sampah
secara manual memang praktis. Untuk sampah bervolume
besar, sebaiknya mengunakan incinerator. Akan tetapi,
pembakaran dengan menggunakan incinerator kurang efektif
diterapkan di bumi pertiwi. Hal ini disebabkan kadar air sampah
sangat tinggi sehingga biaya operasional untuk pembakaran
sangat besar. Polusi debu, asap, serta partikulat yang
dikeluarkan menggangu kesehatan dan aktifitas masyarakat
sekitar sehingga diperlukan solusi lain dalam penangananya.
D. Hasil Olahan Sampah
Kompos, pupuk cair, media tanam, pakan ternak, batako, briket,
dan biogas merupakan beberapa produk daur ulang hasil pengolahan
sampah yang dapat dibanggakan dan mudah diaplikasikan. Produk
tersebut cukup mendapat tempat di masyarakat dan telah diperjualkan
secara komersil. Dari sisi finansial, keuntungan yang diperoleh cukup
menggiurkan dan mampu menningkatkan kesejahteraan pengolahnya.
Peluang usaha produk berbahan baku sampah sangat terbuka lebar
dengaan berbagai harapan menjanjikan di masa depan.
Dampak negatif sampah mungkin tidak bisa dihilangkan secara
tuntas sampai ke akarnya. Namun, usaha pengelolaan dan
pengolahan sampah yang telah dilakukan berbagai pihak turut
memberikan kontribusi guna menanggulangi problematika sampah.
Kerja keras pemerintah tentu tidak akan berbjalan mulus tanpa
partisipasi dan respon langsung masyarakat, salah satu peran nyata
masyarakat bisa tersalurkan melalui penggunaan produk berbahan
baku sampah maupun hasil daur ulangnya di kehidupan sehari – hari.
Berikut rangkuman sederhana mengenai pengolahan beberapa
produk sampah, terutama sampah organik, dari barang tidak
bermanfaat menjadi barang bernilai ekonomi cukup tinggi.
1. Kompos
Di masa mendatang, penggunaaan kompos sebagai sumber
nutrisi tanaman akan sangat berarti dan memiliki prospek bisnis
yang cerah. Kompos tidak hanya mengandung unsur hara makro
( N, P, dan K ), unsur hara mikro ( Fe, B, S, dan Ca ) pun
terkandung lengkap di dalamnya walaupun diakui kandungan
haranya lebih sedikit dibanding pupuk kimia. Namun, bahan baku
penyusun kompos melimpah ruah dan cara pembuatannya cukup
sederhana. Sayangnya, penggunaan kompos sebagai pupuk alami
tidak selalu berjalan mulus. Banyak kendala yang harus dihadapi
terutama dari segi pemasaran. Selain kualitas kompos tidak
merata, persaingan dagang dengan pupuk kimia menjadi halangan
utama. Selain lebih praktis, respon pupuk kimia dalam
menunjukkan hasil nyata lebih cepat dibanding kompos. Murahnya
harga jual pupuk kimia dan diperlukan sertifikat sah dari Lembaga
Sertifikasi Nasional/Internasional dalam menjual produk pertanian
organik turut menambah lemahnya penjualan kompos.
a. Prinsip dasar membuat kompos
Secara gamblang, kompos bisa diartikan sebagai
pupuk alami yang terbuat dari bahan - bahan hijau dan bahan
organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat
proses pembusukan. Pengolahan sampah menjadi kompos
merupakan proses mikrobiologi dan berjalan secara aerobik dan
anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan
tertentu sesuai hasil rekayasa. Saat pengomposan terjadi
perombakan bahan organik menjadi komponen lebih sederhana
dan stabil dalam larutan berbentuk ionik dan mudah diserap
oleh tumbuhan. Proses pengomposan ini secara garis besar
disebut dekomposisi dan terbentuk dalam kurun waktu 30 – 90
hari.
Tidak semua jenis sampah bisa dijadikan bahan dalam
pembuatan kompos. Jenis yang dipakai ialah sampah organik
yang mudah sekali busuk atau garbage. Pemilahan dan
penyeleksian sampah pun menjadi tahap penting dalam
pengolahan sampah menjadi kompos. Penyeleksian bahan
kompos dilakukan dua tahap, yaitu pemilahan sampah organik
dan anorganik. Selanjutnya, pemilahan sampah organik yang
dapat didaur ulang melalui pengomposan aerobik atau
anaerobik.
Dengan bahan organik pilihan, proses serta produk
hasil pengomposan akan optimal. Penyeleksian pun dilakukan
untuk meminimalisir terjadinya risiko dalam pengomposan, yaitu
sebagai berikut:
1) Jangka waktu proses pengomposan lama.
2) Kemungkinan kompos terkontaminasi oleh zat beracun atau
zat kimia dan penyakit tanaman sehingga mikroorganisme
kompos dan tanaman mati.
3) Timbulnya bau busuk, kerumunan serangga, daan masalah
lingkungan lain di tempat pengomposan.
Sebelum dimasukkan dalam wadah atau bak
pengomposan, sebaiknya bahan – bahan terpilah dirajang
terlebih secara manual atau menggunakan mesin perajang
hingga mencapai ukuran 1 – 7, 5 cm. perajang ini bertujuan
untuk mempercepat proses pengomposan dan menghasilkan
produk kompos yang halus.
b. Membuat kompos
Proses membuat kompos sangat mudah dan dapat
dilakukan beragam cara. Setiap proses pengomposan cukup
mudah diaplikasikan dan dapat diterapkan oleh siapapun.
Berikut beberapa alternatif pengolahan sampah menjadi
kompos melalui proses aerobik.
Salah satu jenis kompos adalah kompos siap pakai.
Pembuatan kompos ini dinilai paling mudah, murah, sederhana,
dan tidak memerlukan proses panjang pengomposan lagi.
Sampah yang dibutuhkan pun telah mengalami proses
pembusukan, penghancuran, dan pengomposan alami di alam
terbuka dalam jangka waktu lama.
Bahan dan alat :
50 – 100 g belerang per 1 kg tanah
Ayakan pasir
Sekop atau cangkul
Cara membuat :
1) Pilihlah tumpukan sampah yang didominasi sampah
organik dan telah mengalami penimbunan lebih dari
setahun. Timbunan sampah yang telah ‘jadi’ ini akan
membentuk tanah di bagian bawah permukaannya.
Tanah tersebut berwarna agak kehitaman ( membentuk
humus alami ).
2) Gali dan pisahkan tanah tersebut dari sampah – sampah
lain yang tidak lapuk, seperti gelas, plastik, mika, atau
kaca.
3) Jemur tanah hingga kering selama beberapa hari, lalu
ayak hingga membentuk tanah remah.
4) Tambahkan 50 – 100 gr belerang setiap satu kilogram
tanah.
5) Aduk merata bahan kompos dan belerang.
6) Pupuk kompos siap dipakai ataau dikemas sesuai
kebutuhan.
Kompos yang telah jadi dapat digunakan sebagai pupuk
berbagai tanaman hias atau tanaman komoditas pertanian,
seperti jagung, cengkih, dan padi. Bahkan, proses pembuatan
kompos seperti ini telah diaplikasikan secara komersial oleh
sebuah pabrik pupuk kompos di Medan, Sumatera Utara.
2. Pupuk Cair
Selain kompos, sampah terutam limbah got bisa dibuat
pupuk cair. Pupuk jenis ini memiliki banyak kelebihan dibanding
kompos padat. Selain mengandung konsentrasi unsur hara lebih
tinggi, pupuk cair mudah diaplikasikan, cukup disemprot atau
disiram pada media tanam.
Pupuk cair dibuat dengan mencampurkan air dengan cairan
ekstrak bahan organik yang dibusukkan dalam kondisi anaerobik.
Dibandingkan dengan kompos, pembuatan pupuk cair
membutuhkan waktu yang lebih singkat dan harga jualnya lebih
tinggi. Dalam pemprosesannya, pupuk cair dibuat dari air got yang
telah diendapkan materinya.
Bahan dan alat :
1.000 liter air got yang telah diendapkan materinya
5 liter mollase atau tetes tebu atau larutan gula merah
10 liter bioaktivator semai cair
2 buah tangki berkapasitas 500 liter
Ember
Pengaduk
Cara membuat :
a. Masukkan bahan – bahn ke dalam tangki, lalu aduk hinggga
merata.
b. Tutup rapat tangki selama 3 hari.
c. Aduk rata semua bahan dalam tangki setiap hari sekali mulai
hari ke- 4 hingga hari ke- 7.
d. Tutup rapat tangki pada hari ke- 8 lalu diamkan hingga hari ke-
14.
e. Campuran telah menjadi pupuk cair yang siap dikemas dan
dipasarkan.
Dalam pengaplikasiannya, 1 liter konsentrat pupuk dicairkan
dengan 1.000 liter air, lalu disemprotkan pada permukaan media
tanam. Interval pemberiannya ialah 1 – 2 minggu sekali terhadap
semua jenis tanaman. Hasil olahan pupuk cair yang berasal dari
cairan limbah got akan berwarnaa cokelat kehitaman, aromanya
cenderung keasaman, berbentuk cair, dan sedikit kental pekat.
Namun, pupuk ini ramah lingkungan.
3. Briket
Kini, harga bahan bakar minyak bumi yang telah menjadi
tombak hidup masyarakat semakin tidak terjangkau. Kenaikan
harga ini sebagian besar merupakan dampak naiknya harga
minyak dunia. Kebijaksanaan pemerintah dengan mensubsidi
bahan bakar minyak (BBM) tampaknya sudah menjadi senjata
terakhir. Salah satu upaya mengatasi ketergantungan terhadap
pemakaian bahan bakar minyak ialah melalui bahan bakar
alternatif, seperti briket. Briket adalah padatan yang umumnya
berasal dari limbah pertanian. Sifat fisik briket tidak kompak, tidak
padat, seperti serbuk gergaji dan sekam tanpa melewati proses
pembakaran (pengarangan).
Dalam aplikasi produk beragam jenis briket, yaitu briket
arang selasah, briket, briket serbuk gergaji dan serkam, dan briket
kotoran sapi. Setiap jenis briket memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Berikut beberapa cara pengolahan
limbah menjadi briket.
a. Briket Arang Selasah
bahan dan alat :
Sarasah daunan kering (termasuk jerami dan daun bambu),
ranting, atau pecahan kecil dahan.
Air dan lem kanji secukupnya.
Alat cetak dari potongan bambu atau pipa PVC berdiameter
sekitar 5 cm dan tinggi 5-8 cm
Bilah kayu bulat berukuran sama dengan garis tengah
bambu atau pipa PVC dengan panjang 15-18 cm
Tong kecil atau wadah lain
Cara kerja :
1) Kelompokan bahan berdasarkan jenisnya
2) Bakar masing-masing bahan hingga menjadi arang ( jangan
sampai menjadi abu)
3) Setelah semua bahan habis, siram dengan air.
4) Campurkan semua bahan, lalu hancurkan arang dengan
cara dipukul-pukul.
5) Tambahkan lem kanji agar masing-masing bahan dapat
digumpalkan.
6) Masukan bahan gumpalan ke dalam batang kayu, lalu tekan
keras-keras hingga padat.
7) Dorong bahan keluar dari cetakan.
8) Jemur bahan dibawah sinar matahari sampai kering.
9) Briket siap digunakan seperti arang biasa atau dikemas dan
siap dipasarkan.
Pada pembuatan briket arang, lem kanji bisa juga digantikan
dengan perekat daun (daun tanaman yang masih basah) yang telah
dilumatkan atau tanpa menggunakan perekat sama sekali.
b. Briket Serbuk gergaji
Bahan dan alat :
Serkam atau sebuk gergaji kering
Lem kanji cair secukupnya
Serasah dedaunan kering (termasuk jerami, daun bambu,
serta daun dedaunan lainnya) sebagai bahan tambahan
Alat cetak dari potongan bambu atau pipa PVC berdimeter
sekitar 5 cm dan tinggi 5-8 cm
Bilah kayu bulat berukuran sama dengan garis tengah
bambu atau pipa PVC dengan panjang sekitar 15-18 cm
Cara membuat :
1) Hancurkan bahhan tambahan (serasah dengan) dengan
cara dipukul-pukul.
2) Campurkan serasah hancur dan sekam atau sebuk gergaji
dengan perbandingan 4:6.
3) Tambahkan lem kanji pada campuran mudah digumpalkan.
4) Masukan gumpalan ke dalam cetakan sampai penuh,
kemudian tekan keras-keras sepadat mungkin dengan
batang kayu.
5) Dorong adonan yang telah jadi keluar dari cetakan.
6) Jemur adoanan dibawah sanar matahari sampai kering.
7) Briket siap digunakan sampai arang biasa.
c. Briket Kotoran Sapi
Bahan dan alat :
Kotoran sapi yang sehat
Air secukupnya
Kayu pengaduk
Alas plastik tebal atau lantai jemuran
Cara membuat :
1) Masukan kotoran kedalam wadah, lalu tambahkan air.
2) Aduk-aduk sampai konsistensinya halus dan lembut.
3) Ambil sedikit demi sedikit sebesar telapak tangan dan
letakan pada alas penjemur.
4) Jemur adonan dibawah sinar matahari sampai karing.
5) Briket siap dipasarkan atau langsung dimanfaatkan.
Jenis briket kelebihan kekurangan
Briket
arang
salasah
Mudah dibuat, murah,
praktis, dan mudah
digunakan, ringan,
mudah diangkut, serta
relatif aman.
Berasap sehingga
lebih baik
digunakan
diruangan terbuka,
tidak dapat
dimatikan dengan
cepat, pijar api
tidak mudah
terlihat.
Briket
sebuk
gergaji atau
sekam
Mudah dibuat, murah,
mudah
penggunaannya,
praktis, dan relatif
aman digunakan.
Berasap sehingga
lebih baik
digunakan
diruangan terbuka,
tidak dimatikan
dengan cepat,
pijar api tidak
mudah terlihat.
Briket
kotoran
sapi
Nyala apinya
bagus,mudah dibuat,
praktis, mudah
digunakan, aman, dan
ringan sehingga
memudahkan dalam
transportasi
Adanya kendala
budaya dan
pandangan negatif
pada kotoran sapi
di beberapa
daerah.
4. Biogas
Sampah yang membusuk akan mengeluarkan biogas.
Biogas merupakan hasil samping pembuatan kompos secara
anaerob atau kotoran ternak. Sebagian besar biogas terdiri dari
campuran gas metana sebnyak 50-60% dengan gas-gas lain,CO 2
dan H2S. Ditilik dari jumlah sampah yang ada, potensi produksi
biogas sangatlah besar.
Karena sumber energi, biogas dapat dimanfaatakan
sebagai bahan bakar untuk menggerakkan pembangkit listrik (skala
besar). Bahan bakar terbaik membuat biogas ialah kotoran ternak
(sapi dan kerbau). Kotoran ternak banyak berbentuk selulosa
sehingga akan mudah dicerna bakteri. Bakteri anerob bekerja
optimal pada kisaran pH 6,8 - 8 sehingga derajat kesamaan
difermentasikan harus netral.
Sebelum dilakukan pemrosesan biogas, dibutuhkan
perangkat alat pemroses biogas, perangkat ini terdiri atas pipa
pemasukan bahan, pipa pengeluaran bahan, tangki pencerna,
tangki penyekat, tangki pengumpul, dan pipa saluran gas.
Bahan dan alat :
2 buah drum berkapasitas 200 liter dan 1 buah berkapasitas
120 liter
2 batang pipa baja 2 inci sepanjang 50 cm
1 batang pipa baja 0,5 inci sepanjang 50 cm
Pelat seng ukuran 50 cm x 30 cm
Kertas pola ukuran 50 cm x 30 cm
1 buah kran
1 buah selang sepanjang kebutuhan
Kawat elektroda
Gergaji besi
Gunting seng
Martil
Pahat
Tang pembuat uliran
Peralatan las
Alat pengaduk
Ember
Cara membuat :
a. Pipa pemasukan bahan
1) Lipat kertas pola menjadi dua bagian
2) Tempelkan pola pada pelat sang, lalu gunting mengikuti
pola.
3) Kedua sisinya hingga menyerupai corong, kemudian las.
4) Potong kedua ujung pipa berdiameter 2 inci dengan
kemiringan 45 derajat
5) Tempelkan ujung corong pada salah satu ujung pipa.
b. Pipa pengeluaran bahan
Potong kedua ujung pada pipa berdiameter 2 inci dengan
kemiringan 45 derajat
c. Pembuatan pipa gas
1) Potong pipa berdiameter 0,5 inci menjadi 3 bagian (25 cm).
2) Bentuk uliran pada salah satu ujung pipa pada 2 buah pipa.
3) Rangkaian bagian pipa berulir dengan mata keran.
4) Eratkan sambungan dengan isolasi untuk menghindari
kebocoran gas.
5) Ulangi tahapan perangkaian keran untuk tangki pengumpul.
d. Pembuatan tangki pencerna
1) Siapkan drum berkapasitas 200 liter
2) Buat lubang yang diberi jarak 5 cm dari pinggir drum di
bagian alas dan tutupnya.
3) Lubangi bagian tengah drum untuk tempat pipa gas 0,5 inci.
4) Pasang pipa masuk dan keluar pada alas dan tutup drum,
lalu las.
5) Sambungkan pipa gas berkeran pada bagian tengah drum,
kemudian las.
6) Pasangkan besi penyangga sebagai penyambung untuk
kekuatan pipa.
e. Pembuatan tangki penyekat
Proses pembuatannya sangat mudah, yaitu dengan membuang
tutup drum.
f. Pembuatan tangki pengumpul
1) Buat 2 lubang pada alas drum berkapasitas 120 liter. Jarak
lubang 10 cm dari pinggir drum.
2) Masukan pipa gas (berkeran) dan pipa 0,5 sepanjang 50 cm
pada tiap lubang, lalu las.
g. Pembuatan Biogas
Bahan dan alat :
50 kg kotoran sapi atau kerbau
50 liter air bersih
Perangkat alat pemroses biogas
Ember
Alat pengaduk
Cara kerja :
1) Campurkan kotoran ternak dengan air secara bertahap, lalu
aduk merata.
2) Bersihkan adoanan dari campuran padatan yang terkandung
di dalamnya.
3) Masukam adonan ‘jadi’ kedalam tangki pencerna.
4) Isi tangki penyekat dengan air hingga setinggi 85 cm. Air
berfungsi sebagai parameter udara dalam tangki.
5) Tempatkan tangki pengumpul dalam tangki penyekat.
6) Rangkai komponen alat dengan menggunakan selang
sebagai penghubung. Rekatkan ujung selang maupun ujung
pipa dengan kawat untuk mencegah kebocoran.
7) Pipa keluaran gas dapat dihubungkan dengan kompor
biogas dengan selang dan langsung digunakan.
5. Batako
Di antara materi yang dihasilkan pada limbah got adalah
pasir. Kualitas batako berbahan limbah got memiliki kualitas tidak
kalah baik dengan batako yang beredar di pasaran. Karakteristik
batako yang dibuat dari limbah got adalah bentuknya padat dan
keras, tidak berbau, dan bentuk fisiknya tidak berbeda dengan
produk yang ada. Selain itu, pori-pori batako tampak lebih padat,
tidak mudah rapuh atau pecah, tidak berbahaya bagi lingkungan,
serta dapat digunakan untuk bangunan rumah, kantor, dan jenis
bangunan lainnya.
Bahan dan alat :
2.500 kg pasir dari limbah got
6 sak semen
3 botol @ 1.000 ml cairan pengeras
3 botol @ 1.000 ml bioaktivator semai cair
Cangkul, sekop, sendok semen, alat tumbuk/pres, alat cetak
batako/paving blok, saringan limbah got, dan selang plastik
Lahan untuk area pembuatan batako minimal 40m2
Cara membuat :
a. Ampurkan semua bahan secara manual hingga membentuk
adonan.
b. Cetak adonan dengan menggunakan alat cetak, penekanan
adonan di lakukan tidak terlalu keras.
c. Keringkan batako yang telah dicetak di bawah sinar matahari.
d. Siram batako yang sudah jadi dengan air keseluruh
permukaannya agar tidak retak.
e. Batako siap dipasarkan dan digunakan sesuai kebutuhan.
6. Daur Ulang Kertas
Bahan :
Kertas bekas
Lem kayu/kertas
Pewarna kertas (dari bahan alami,jika perlu)
Air
Alat :
Sceen sablon (ukuran sesuai keinginan )
Gunting
Blender
Papan kayu/tripleks
Proses pembuatan bubur kertas
a. Kertas bekas dipotong-potong kecil.
b. Potongan direndam kurang lebih 3 jam dalam air, agar mudah
dilembutkan.
c. Adonan kertas diblender hingga menjadi bubur kertas, lalu
tambahkan lem.
d. Siapkan bak rendam dan isi dengan air.
e. Masukan campuran bubur kertas didalamnya dan aduk adonan
bubur tersebut hingga merata, dan siap diacak.
f. Siapkan sceen sablon, masukan kedalam bak rendam yang
berisi bubur kertas.
g. Angkat secara perlahan-lahan hingga bubur kertas menempel.
h. Tiriskan sebentar.
i. Setelah tiris, letakan dengan hati-hati di atas tripleks, kemudian
angkat sceen.
j. Kemudian dijemur hingga kering.
7. Peralatan Bungkus Kemasan Minuman, Makanan Kecil, Minyak
Goreng, dan Deterjen
Peralatan :
Gunting
Kain lap
Jarum pentul
Mesin jahit
Bahan :
Bungkus kemasan minuman, makanan kecil, minyak goreng,
detergen, dll.
Kain pelapis (kantong gandum/blaco)
Handle
Benang
Bisban
Proses pembuatan :
a. Kumpulkan bungkus kemasan makanan, minuman, minyak
goreng, deterjen yang menarik, kuat, tebal dan berwarna-warni.
b. Pilih, rapikan dan bersihkan. Rangkai bungkus kemasan satu
per satu dengan bantuan jarum pentul hingga menjadi lembaran
siap jahit.
c. Jahit lembaran-lembaran dengan mesin jahit pakaian sesuai
desain. Lapisi bagian dalam dengan kain blaco dan bisban
bagian tepinya.
d. Bungkus kemasan dapat dibuat aneka kerajinan seperti :
dompet, tas, topi, tempat hp, tas sekolah, tas punggung,dll.
8. Pemanfaatan dan Daur Ulang Gabus Styrofoam
Cara membuat :
a. Siapkan styrofoam bekas dan potong kecil-kecil.
b. Haluskan gabus styrofoam dengan mesin/parut menjadi butiran
kecil.
c. Butiran styrofoam ditambung didalam air hingga basah.
d. Campur 1 semen : 3 pasir : 3 styrofoam dan air secukupnya
serta aduk hingga merata.
e. Campuran semen, pasir dan butiran styrofoam dapat dicetak
menjadi batako/bata.
f. Campuran semen, pasir dan styrofoam dapat dicetak menjadi
pot bunga, genteng,dll.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sampah adalah barang sisa dari kegiatan sehari – hari dalam
bentuk padat yang terbuang atau dibuang dan belum memiliki
nilai ekonomis. Bentuk sampah dapat berada dalam fase materi,
yaitu padat, cair, dan gas. Secara sederhana sampah dibagi
menjadi sifatnya, yaitu sampah organik dan anorganik.
2. Permasalah sampah dikarenakan tidak dikelolanya sampah
secara baik, padahal potensi total sampah terbuang sangat tinggi
per harinya. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai masalah
sosial, lingkungan, dan estetika. Permasalahan sampah perlu
partisipasi semua pihak. Tujuannya agar masalah sampah tidak
berlangsung secara berkepanjangan.
3. Pemilahan sampah adalah kegiatan pemisahan sampah untuk
dikelola lebih lanjut sesuai dengan jenis dan kebutuhannya.
4. Pengumpulan sampah adalah kegiatan pengambilan sampah ke
tempat penyimpanan sementara.
5. Pengolahan sampah adalah kegiatan memperlakukan sampah
sejak dihasilkan hingga penyelesaiannya dengan penerapan
prinsip 3R.
6. Pengolahan sampah secara konvensional dapat dilakukan
dengan model urugan dan tumpukan, penghancuran
(pulverisation), dan pembakaran (incineration).
B. Saran
Dewasa ini, pengetahuan tantang pengolahan sampah masih
kurang. Bisa dilihat dari sedikitnya jumlah masyarakat yang melakukan
kegiatan pengolahan sampah secara tepat dengan menjadikan sampah
menjadi barang kaya manfaat. Alangkah baiknya jika pengetahuan
mengenai pengolahan sampah ini dapat diberikan kepada masyarakat
luas, sehingga selain dapat ikut menjaga kelestarian lingkungan juga
dapat menjadi peluang usaha karena hasil olahan sampah dapat bernilai
jual tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Apriadji, Wied Harry.2005. Memproses Sampah.Jakarta : Penebar Swadaya
Departemen Pekerjaan Umum. 1993. Pengolahan Sampah. Bandung : Departemen Pekerjaan Umum
Dewi, Trias Qurnia.2008.Penanganan dan Pengolahan Sampah.Jakarta : Penebar Swadaya
Sarudji, Didik.1985.Pengelolaan Sampah. Surabaya : APK Surabaya
Sudarso.1985.Pembuangan Sampah.Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,Departemen Kesehatan Republik Indonesia