makalah saling menerima dan mendukung
DESCRIPTION
komunikasi antar pribadiTRANSCRIPT
Komunikasi Antar Pribadi
Disusun oleh:
Kelompok 5
Anggota : Margareta Reni K (14104241007)
Latifia Nazalati (14104241009)
Afifah Rochmah H (14104244002)
Debi Istiantoro (14104244005)
Arif Adamas (14104244007)
Lia Rofiatun (14104244009)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014/2015
II
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Komunikasi Antar Pribadi yang membahas tentang
Saling Menerima dan Mendukung.
Penyusunan makalah ini disampaikan untuk pembaca agar dapat menambah
wawasan dan pengalaman tentang bagaimana komunikasi yang baik untuk
menerima dan mendukung seseorang atas apa yang menjadi bahasan
pembicaraannya. Makalah ini penulis sajikan berdasarkan pengalaman dari
berbagai sumber informasi, referensi, maupun buku.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, khususnya
dosen pengampu materi Komunikasi Antar Pribadi, serta teman-teman Bimbingan
dan Konseling kelas A 2014, sehingga kendala-kendala dalam penulisan makalah
ini dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya para mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, untuk itu masukan maupun kritikan dari pembaca yang membangun
dapat disampaikan kepada penulis agar penulis dapat mengetahui dan
memperbaiki makalah di masa yang akan datang.
Yogyakarta, 20 November 2014
Penulis
III
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... I
KATA PENGANTAR ................................................................................. II
DAFTAR ISI ............................................................................................. III
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Menanggapi Masalah Orang Lain ...................................................... 3
B. Intensi dalam Menghadapi Orang Lain .............................................. 4
C. Alternatif dalam Mendengarkan dan Menghadapi ............................. 6
D. Menerima Diri dan Orang Lain ......................................................... 8
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban yang semakin maju menimbulkan banyak dampak
dalam kehidupan baik dampak positif maupun dampak negatif. Kemajuan
peradapan menuntut manusia untuk terus beradaptasi dan dapat mengikuti
perkembangan zaman sehingga manusia tidak akan tertidas oleh zaman
yang semakin canggih.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan atas dasar
perkembangan zaman, tidak dapat dipisahkan dari komunikasi, karena
komunikasi merupakan media utama untuk menyalurkan segala informasi.
Dalam berkomunikasi tidaklah pasti komunikasi tersebut berjalan dengan
lancar. Adapun dalam komunikasi terdapat kendala yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang menimbulkan komunikasi menjadi tidak berjalan
dengan baik, sehingga komunikasi tersebut menimbulkan masalah bagi
orang yang bersangkutan. Masalah-masalah yang ditimbulkan dalam
kehidupan tidak hanya bersumber dari komunikasi yang tidak berjalan
dengan baik, namun juga terdapat faktor-faktor yang menyebabkan
terbentuknya suatu masalah dalam diri manusia.
Berbagai permasalah akan terus terjadi dan akan selalu ada dalam
kehidupan manusia. Manusia tidak dapat terlepas dari masalah selagi
manusia tersebut masih hidup. Manusia akan berusaha untuk
menyelesaikan masalahnya dengan berbagai cara yang dipandang cara itu
adalah yang terbaik bagi pemecahan masalah orang tersebut. Tidak semua
manusia dapat mengatasi masalahnya sendiri, namun ada juga yang harus
mendapatkan pertolongan dari orang lain. Pertolongan tersebut tidaklah
lebih dari memberikan dukungan.
Oleh karena itu, dalam menanggapi permasalahan orang lain
dibutuhkan cara ataupun keterampilan untuk bisa membantu orang
tersebut sehingga penyampaian solusi atau dukungan kita dapat berjalan
dengan lancar dan permasalahannya dapat terselesaikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, dapat disimpulkan rumusan
masalah yaitu bagaimana cara menanggapi maupun mendukung orang
dalam merepon atas masalah dari orang tersebut.
2
C. Tujuan
Tujuan dari mempelajari bahasan tentang cara menanggapi dan
mendukung orang lain adalah sebagai berikut :
1. Sebagai petunjuk tentang cara menerima dan mendukung untuk orang
yang dipercayai yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan
seseorang.
2. Dapat mengetahui intensi dalam menanggapi orang lain.
3. Mengetahui cara mendengarkan maupun menghadapi permasalahan
orang lain.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari materi ini adalah :
1. Dapat memberikan pelayanan bimbingan yang terbaik setelah
mengetahui tentang bagaimana menerima dan mendukung orang lain.
2. Dapat mengaplikasikan materi kedalam praktik bimbingan atau dalam
menghadapi orang lain
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Menanggapi Masalah Orang Lain
Menghadapi seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan atas
masalah yang ia miliki adalah hal yang penting dan harus kita ingat bahwa
kita tidak akan pernah dapat memecahkan masalah orang lain, justru orang
yang bersangkutan sendirilah yang harus membuat pilihan atau keputusan
untuk mengatasi masalahnya sendiri dan ia pun dapat memahami dirinya
sendiri. Langkah yang kita lakukan dalam hal tersebut, pada dasarnya
tidak dapat memberikan lebih dari dukungan emosional.
Sebagai contoh berdasarkan pengalaman dan pengamatan oleh seorang
konselor-psikoterapis terkemuka, Carkhuff (1973) mengklasifikasikan
tanggapan seorang konselor terhadap konselinya selama wawancara
konseling dalam lima taraf, yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Taraf pertama
Konselor sama sekali tidak menangkap yang disampaikan konseli
maupun perasaan-perasaan yang dicoba untuk diungkapkannya lewat
pesan tersebut.
2. Taraf kedua
Konselor langsung menyodorkan cara pemecahan masalah tanpa
terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada konseli untuk
mengungkapkan isi hatinya sampai puas dan tuntas, atau konselor
memaksakan gagasannya sendiri untuk memecahkan masalah yang
dikemukakan oleh konseli.
3. Taraf ketiga
Konselor sudah mulai mampu memparafrasekan pesan dan perasaan
yang dialami oleh konseli pada saat itu, ketika wawancara itu
berlangsung.
4. Taraf keempat
4
Konselor hanya secara tepat mampu merefleksikan pesan dan perasaan
konseli, namun juga mulai menyentuh hasrat atau kebutuhan konseli
untuk mengubah situasi yang memprihatinkan.
5. Taraf kelima
Konselor memberikan tanggapannya sesudah memberikan
kesempatan kapada konseli untuk mengungkapkan semua uneg-uneg
secara tuntas. Konselor juga mulai merefleksikan dan menanggapi
dengan tepat pesan dan perasaan konseli, dan ia juga mulai menyusun
langkah-langkah untuk membantu konseli dalam mengatasi
masalahnya.
Menurut Carkhuff, pada umumnya tanggapan-tanggapan taraf satu dan dua
berakibat merugikan terhadap proses konseling, sebab dapat membuat
konseli menutup diri, tanggapan taraf tiga cukup netral dalam arti tidak
berakibat menunjang maupun menghambat proses konseling, tanggapan
taraf 4 dan 5 berkakibat positif, sebab menolong konseli untuk keluar dari
masalah. Tanggapan taraf 3, 4 , 5 termasuk dalam apa yang oleh Carll
Rogers (1951, dalam Thompson dan Poppen, 1979) disebut mendengarkan
secara aktif, yaitu mendengarkan dan memberikan tanggapan yang
bertujuan menunjukkan kepada konseli bahwa konselor sungguh-sungguh
telah menangkap pesan konseli serta perasaan yang terkandung
didalamnya.
B. Intensi Dalam Menghadapi Orang Lain
Dalam kenyataan, mendengarkan, menanggapi, maupun saat melakukan
konseling atas pesan orang lain juga menjadi tidak mudah sebab dengan
atau tanpa kita sadari selalu akan muncul intensi-intensi atau sikap-sikap
tertentu selama kita menjalankan tugas tersebut.
Terdapat lima intensi penting yang sering mempengaruhi tanggapan kita
terhadap orang lain (Johnson, 1981), yaitu :
1. Menasehati dan memberikan penilaian
Nasihat dan penilaian mengkomunikasikan sikap evaluative, korektif,
segestif, atau moralistic. Secara implisit penerima pesan ingin
5
menyatakan apa yang seharusnya atau sebaiknya di lakukan oleh
pengirim pesan untuk memecahkan masalahnya. Nasihat memang
dapat menolong pihak untuk di nasihati, bila diberikan pada saat yang
tepat dan relavan. Namun, nasihat dan penilaian pada umumnya justru
menghalangi kita untuk menolong orang lain dan membangun
persahabatan intim dengannya. Tanggapan yang berisi nasihat
penilaian semacam ini secara ringkas kita sebut tanggapan evaluatif.
2. Menganalisis dan menafsirkan
Dengan menganalisis dan menafsirkan masalah yang di kemukakan
oleh pengirim pesan, penerima pesan bermaksud memberi tahu si
pengirim tentang bentuk kesulitan dan perasaanya terhadap situasi
yang sedang dihadapinya, atau mengajarkan tentang pengetahuan
psikologis tertentu kepadanya. Secara implisit, penerima pesan
memandang persoalannya.
Pada umumnya kita tidak senang pada orang lain yang merasa lebih
tahu tentang keadaan diri kita, melebihi diri kita sendiri. Kita lebih
senang bila orang lain cukup menolong agar kita mampu berpikir
sendiri tentang kesulitan kita dan cara untuk mengatasinya. Tanggapan
yang berisi analisis dan penafsiran ini secara ringkas kita sebut
tanggapan interpreatif.
3. Meneguhkan dan memberikan dukungan
Lewat tanggapan yang bersifat memberikan dukungan, penerima pesan
ingin menunjukan simpati, meneguhkan kembali, atau menolong
meringankan beban pengirim pesan.
Namun, bila diberikan secara tergesa – gesa, dukungan ini justru dapat
menimbulkan kesan bahwa kita meremehakan perasaan pengirim
pesan. Dalam hal ini, peneguhan dapat berubah menjadi cara lain
untuk mengatakan “Mestinya Anda tidak perlu merasa begini atau
begitu. Tanggapan yang berisi peneguhan – bombongan ini secara
ringkas kita sebut tanggapan suportif.
4. Menanyai dan menyelidiki
6
Menyelidiki dengan cara memberondong pertanyaan menimbulkan
kesan bahwa penerima pesan ingin tahu lebih banyak, ingin
menggiring pembicaraan ke arah tertentu, atau ingin mengarahkan
pengirim pesan pada kesimpulan tertentu yang dipikirkan oleh
penerima pesan.
Perlu di pahami perbedaan antara pertanyaan terbuka, pertanyaan
tertutup dan pertanyaan sebab, beserta dampak yang ditimbulkannya.
Pertanyaan terbuka, yaitu menuntut jawaban yang cukup bebas dan
mendorong orang untuk menjawab secara detail.
Pertanyaan tertutup, yaitu menuntut jawaban “ya” atau “tidak”.
Pertanyaan sebab, yaitu menuntut jawaban tentang penyebab
perbuatan atau perasaan.
5. Memparafrasekan dan memahami
Tanggapan penuh pemahaman yang bersifat merefleksikan apa yang
diungkapkan oleh pengirim pesan menunjukan bahwa kita mempunyai
intensi untuk memahami pikiran dan perasaannya. Tanggapan yang
secara ringkas dapat kita sebut memahami ini dapat untuk kita gunakan
paling tidak dalam situasi-situasi sebagai berikut (Johnson, 1981):
a. Kita belum yakin bahwa kita telah memahami pikiran dan perasaan
pengirim pesan.
b. Kita ingin meyakinkan bahwa kita telah mendengar apa yang baru
di ungkapkannya.
c. Kita ingin meyakinkan bahwa kita sungguh-sungguh berusaha
memahami pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya.
C. Alternatif Dalam Mendengarkan dan Menanggapi
Carl Rogers ( dalam Johnson, 1981) pernah meneliti penggunaan kelima
macam tanggapan seperti telah diuraikan diatas dalam komunikasi sehari –
hari. Beberapa hasil penelitiannya itu adalah :
1. Tanggapan evaluative, interpreatif, suportif, menyelidik, dan
memahami mencakup 80% dari seluruh pesan yang saling dikirimkan
orang dalam berkomunikasi sehari – hari. Sisahnya merupakan
7
kombinasi dari beberapa kategori tanggapan tersebut, atau sulit
dimasukkan kedalam salah satu kategori.
2. Di antara kelima tanggapan itu sendiri, untuk frekuensi
penggunaannya, mulai dari yang paling sering sampai ke yang paling
jarang digunakan, adalah sebagai berikut: tanggapan evaluatif,
interpretatif, suportif, menyelidik, dan memahami.
3. Bila seseorang menggunakan salah satu kategori tanggapan secara
terus – menerus selama 40% waktu pembicaraannya dengan orang
lain, maka lawan komunikasinya akan mencapnya sebagai orang yang
selalu memberikan tanggapan demikian.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan bila kita ingin memahami
masalah yang dikemukakan orang lain dan menolongnya memecahkan itu
(Johnson, 1981). Pertama, kita harus benar-benar sadar bahwa semua
keinsafan, pemahaman, keputusan, pemecahan masalah harus terjadi atau
berlangsung dalam diri orang yang bersangkutan. Kedua, kita harus
mampu membedakan antara Kerangka acuan internal dan Kerangka acuan
eksternal. Kerangka acuan internal adalah cara orang yang bersangkutan
memandang dan merasakan situasinya. Kerangka acuan eksternal adalah
cara kita, sebagai orang luar, memandang dan merasakan situasi orang
yang ingin kita tolong.
Selain itu, salah satu aspek penting dalam mendengarkan dan menanggapi
dengan penuh pemahaman persoalan yang dikemukakan orang lain adalah
rumusan yang kita pakai dalam memparafrasekan pesannya. Menurut
Johnson (1981), rumusan tersebut dapat berlainan dalam sejumlah hal.
Yaitu :
1. Dalam hal isi (content), yaitu kata-kata yang kita gunakan. Dibedakan
jadi dua:
a. Rumusan dengan isi identik, yaitu bila tanggapan kita dirumuskan
semata-mata hanya mengulang kata-kata yang dipakai oleh
pengirim pesan.
8
b. Rumusan dengan isi yang memparafrasekan, yaitu bila kita
mencoba merumuskan kembali inti pesan dengan menggunakan
kata-kata sendiri tanpa mengubah arti pesan.
2. Dalam hal kedalaman (depth) perasaan, tingkat kecocokan antara
kedalaman perasaan dalam tanggapan kita dengan kedalam perasaan
pesan pengirim.
3. Dalam makna (meaning), ada bahaya bahwa dalam mencoba
memparafrasekan pernyataan pengirim kita menambah atau sebaliknya
mengurangi makna dan warna perasaannya. Dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a. Rumusan dengan makna dangkal atau makna yang tidak utuh, yaitu
bila kita hanya menanggapi sebagian dari apa yang diungkapkan
pengirim.
b. Rumusan dengan makna yang ditambahkan, yaitu bila tanggapan
kita melampaui atau menambahkan makna yang tidak diungkapkan
oleh pengirim pesan.
4. Dalam hal bahasa, bahasa yang kita gunakan dalam menanggapi orang
lain haruslah mudah dan sederhana untuk menjamin komunikasi yang
tepat dan efektif.
D. Menerima Diri Dan Orang Lain
Untuk membangun dan melestarikan hubungan dengan sesama, kita harus
menerima diri dan orang lain. Semakin besar penerimaan terhadap diri
kita, maka semakin besar penerimaan diri kita terhadap orang lain.
Sehingga semakin mudah pula kita melestarikan dan memperdalam
hubungan kita dengan orang lain.
1. Penerimaan diri
Menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri
sendiri atau orang lain, tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri.
Penerimaan diri terkait dengan tiga hal :
a. Kerelaan kita untuk membuka atau mengungkapkan aneka pikiran,
perasaan, dan reaksi kita kepada orang lain.
9
b. Kesehatan psikologis kita.
c. Penerimaan kita terhadap orang lain.
2. Penerimaan diri dan kesehatan psikologis
Kesehatan psikologis kita berkaitan erat dengan kualitas perasaan kita
terhadap diri kita sendiri. Orang yang sehat secara psikologis
memandang dirinya disenangi, mampu, berharga, dan diterima oleh
orang lain. Orang yang menolak dirinya biasanya tidak bahagia dan
tidak mampu membangun serta melestarikan hubungan baik dengan
orang lain. Agar dapat tumbuh dan berkembang secara psikologis, kita
harus menerima diri.
3. Menerima diri dan menerima orang lain.
Orang yang bisa menerima diri biasanya lebih bisa menerima orang
lain. Bila kita berpikiran positif tentang diri kita, maka kita akan
berpikiran positif dengan orang lain. Sebaliknya, bila kita menolak diri
kita, maka kita pun akan menolak orang lain. Contoh, hal-hal yang kita
sembunyikan tentang diri kita, seringkali adalah juga hal-hal yang
tidak kita sukai pada orang lain. Bila kita memahami dan menerima
perasaan-perasaan kita, maka biasanya kita pun akan lebih mudah
menerima perasaan-perasaan sama yang ditunjukkan oleh orang lain.
4. Menerima orang lain
Mengkomunikasikan penerimaan terhadap orang lain merupakan
sesuatu yang vital untuk membangun dan melestarikan hubungan
pribadi yang erat. Saling mengkomunikasikan penerimaan akan
melahirkan perasaan aman secara psikologis yaitu keyakinan bahwa
apapun yang kita kerjakan ataupun kita ungkapkan tentang diri kita,
dapat menjalin hubungan dengan orang lain dan dapat ditanggapi
dengan cara nonevaluatif dan penuh penerimaan.
Ada dua macam penerimaan terhadap orang lain:
a. Penerimaan Anteseden, yaitu mendorong orang lain agar mau
ambil resiko membuka diri atau membangun hubungan yang lebih
erat. Caranya adalah dengan menunjukkan kehangatan dan rasa
senang atau suka tanpa syarat terhadap orang yang bersangkutan.
10
Serta dengan membangun taraf kepercayaan yang tinggi dalam diri
orang dengan siapa kita menjalin hubungan.
b. Penerimaan Konsekuen, yaitu menunjukkan penerimaan terhadap
orang lain sesudah orang yang bersangkutan mau ambil resiko
mengungkapkan diri atau mencoba membangun hubungan yang
lebih erat. Penerimaan konsekuen adalah suatu bentuk penguatan
(reinforce-ment), yaitu penguatan atas kesediaan orang lain dengan
siapa kita menjalin hubungan untuk membuka diri,
mengungkapkan perasaan-perasaan, dan aneka perbuatan positif
lainnya.
5. Cara kita menentukan pantas tidaknya diri kita diterima oleh orang
lain.
Ada lima cara untuk kita mengetahui tentang harga atau nilai kita
dimata orang lain.
a. Penerimaan diri pantulan atau reflected self-acceptance, yaitu
membuat kesimpulan tentang diri kita berdasarkan penangkapan
kita bagaimana orang lain memandang diri kita. Bila orang
menyukai diri kita, maka kita pun akan menyukai diri kita.
b. Penerimaan diri dasar atau basic self-acceptance, yaitu keyakinan
bahwa diri kita diterima secara intrinsik dan tanpa syarat.
c. Penerimaan diri bersyarat atau conditional self-acceptance, yaitu
penerimaan diri yang didasarkan pada seberapa baik kita
memenuhi aneka tuntutan dan harapan dari pihak di luar diri kita.
d. Evaluasi diri atau self-evaluation, yaitu estimasi atau penilaian kita
tentang seberapa positif berbagai atribut yang kita miliki
dibandingkan dengan atribut-atribut yang dimiliki oleh orang lain
yang sebaya dengan diri kita.
e. Pembandingan antara yang real dan yang ideal atau real-ideal
comparison, yaitu penilaian kita tentang diri kita yang sebenarnya
dibandingkan dengan diri kita yang kita cita-citakan. Artinya,
kesesuaian antara pandangan kita tentang diri kita yang
sesungguhnya dan pandangan tentang diri kita yang seharusnya.
11
6. Kegagalan menunjukkan penerimaan terhadap orang lain
Ada tiga kemungkinan bentuk kegagalan kita dalam menunjukkan
penerimaan yang sungguh-sungguh terhadap orang lain.
a. Menunjukkan penerimaan bersifat klise atau ritualistik belaka,
misalnya dengan mengatakan “saya memahami perasaan anda”,
“apa ada yang bisa saya bantu?”, dan sebagainya. Perbedaan antara
pernyataan yang mengungkapkan penerimaan tulus dan klise
adalah kadar perasaan dan kesungguhan, ketulusan yang
dikandungnya serta menentukan jalan atas yang akan diambil
selanjutnya (akan dilanjutkan atau dihentikan).
b. Mengisyaratkan bahwa kita akan melakukan hal yang sama
terhadap semua orang lain yang memiliki pengalaman serupa,
bahwa sikap atau tindakan kita tersebut tidak dipengaruhi oleh
kualitas hubungan kita.
c. Diam. Diam adalah bentuk kegagalan paling parah dalam
mengkomunikasikan penerimaan. Dalam interaksi dengan orang
lain, diam sering ditafsirkan sebagai tanda acuh tak acuh atau
keengganan untuk melibatkan diri dalam hubungan.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Membantu seseorang yang sedang membutuhkan pertolongan atas
masalah yang ia miliki adalah hal yang penting. Akan tetapi harus kita ingat
bahwa kita tidak akan pernah dapat memecahkan masalah orang lain, justru
mereka sendirilah yang harus membuat pilihan atau keputusan untuk mengatasi
masalahnya sendiri dan ia pun dapat memahami dirinya sendiri. Dengan kata lain,
kita hanya bisa membantu untuk mendengarkan dan memberi tanggapa yang
bertujuan menunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh menangkap pesan konseli
serta perasaan yang terkandung didalamnya.
Dalam kenyataan, mendengarkan, menanggapi pesan orang lain juga
menjadi tidak mudah sebab dengan atau tanpa kita sadari selalu akan muncul
intensi-intensi atau sikap-sikap tertentu selama kita menjalankan tugas tersebut.
Terdapat lima intensi penting yang sering mempengaruhi tanggapan kita terhadap
orang lain (Johson, 1981), yaitu ; Menasehati dan memberikan penilaian,
menganalisis dan menafsirkan, meneguhkan dan memberikan dukungan,
menanyai dan menyelidiki, serta memparafrasekan dan memahami.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aristhar, 2013. Komunikasi Antar Pribadi Part 10.
Diakses pada : https://aristhyar.wordpress.com/2013/10/23/komunikasi-
antar-pribadi-part-10/
Diakses pada 18 November 2014
Supratiknya. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi. Kota: Kanisius,
2008.
BK A 2010. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta, 2008.