makalah pt. bio farma
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
PT Bio Farma (Persero) adalah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang
kepemilikan sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah. PT Bio Farma (Persero)
sebagai satu-satunya produsen vaksin untuk manusia di Indonesia yang selama ini telah
mendedikasikan seluruh sumber daya yang dimilikinya untuk memproduksi vaksin dan
antisera yang berkualitas internasional untuk mendukung program imunisasi nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki kualitas derajat
kesehatan yang lebih baik.
PT Bio Farma (Persero) berdiri sejak 120 tahun yang lalu, dimana pada tahun 1890
– 1894 merupakan tanggal dikeluarkannya Surat Keputusan Hindia Belanda, tepatnya
pada tanggal 6 Agustus 1890 tentang pendirian Parc Vaccinogene atau Landskoepok
Inrichting di rumah sakit tentara Weltevreden Batavia, yang merupakan tonggak sejarah
awal berdirinya perusahaan vaksin dan sera di Indonesia.
Lembaga ini kemudian berubah menjadi Parc Vaccinogene Instituut Pasteur
seiring berjalannya waktu dan semakin meningkatnya kegiatan produksi, pada tahun 1895
– 1901.
BAB II
ISI
2.I Sejarah dan Perkembangan
Setelah tahun 1923 menempati gedung di Jalan Pasteur, nomor 28 Bandung, Bio
Farma ini kembali mengubah namanya menjadi Landskoepok Inrichting en Instituut
Pasteur, dan tahun 1924-1942 dipimpin oleh L. Otten.
Pada saat Jepang berkuasa, nama lembaga diubah menjadi Bandung Boeki
Kenkyushoo dan kegiatannya dipusatkan di Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur Bandung
yang dipimpin oleh Kikuo Kurauchi.
Kegiatan lembaga ini kemudian berpindah ke Klaten, selama Bandung diduduki
Belanda, sehingga Bandung Boeki Kenkyushoo kembali berganti nama menjadi
Landskoepok Inrichting en Instituut Pasteur. Pada periode ini lembaga dipimpin oleh R.
M. Sardjito (1945-1946), dan beliau merupakan orang Indonesia pertama yang memimpin
lembaga ini.
Pada tahun 1950 – 1954, Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur di Bandung kembali
menjadi tempat berlokasinya kegiatan produksi vaksin dan sera. Seiring dengan terjadinya
nasionalisasi berbagai perusahaan Belanda, pemerintah Indonesia pada saat itu mengubah
Landskoepok Inrichting en Instituut Pasteur menjadi Perusahaan Negara Pasteur. Melalui
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1961 (Lembaran Negara Tahun 1961 No.101),
Perusahaan Negara Pasteur berubah menjadi Perusahaan Negara Bio Farma.
Setelah melalui penelitian dan penilaian bentuk badan usaha Bio Farma resmi
menjadi Perusahaan Umum Bio Farma dengan Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun
1978. Periode itu Prof. Dr. Konosuke Fukai telah mengawali upaya transfer teknologi
produksi Vaksin Polio dan Campak. Setelah hampir dua puluh tahun berstatus sebagai
Perum (Perusahaan Umum), berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1997,
perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang selanjutnya dikenal dengan PT
Bio Farma (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia.
Bidang usaha utama PT Bio Farma (Persero) adalah memproduksi vaksin dan
antisera yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat yang didukung oleh penelitian dan
pengembangan, pemasaran dan distribusi serta usaha pelayanan jasa pemeriksaan
laboratorium kesehatan dan imunisasi, sehingga mendapatkan keuntungan guna
meningkatkan nilai Perseroan.
PT Bio Farma (Persero) menjalankan roda organisasinya di atas lahan seluas
91.058 m2 bertempat di Jalan Pasteur No. 28 Bandung untuk fasilitas produksi, penelitian
pengembangan, pemasaran dan administrasi. Kemudian, seluas 282.441 m2 yang berlokasi
di Cisarua, Lembang, Kabupaten Bandung Barat untuk pengembangbiakkan dan
pemeliharaan laboratorium. Sedangkan untuk mendukung kelancaran operasional,
perusahaan juga memiliki Kantor Perwakilan yang bertempat di Gedung Arthaloka Lt. 3
di Jalan Jend. Sudirman No. 2, Jakarta. Relations PT Bio Farma (Persero).
Alamat : Jl. Pasteur No. 28 Bandung – 40161, Indonesia.
Telepon : +62 – 22 – 2033755
Faximile : +62 – 22 – 2041306
Email : [email protected]
Website : www.biofarma.co.id
2.2 Visi dan Misi
2.2.1Visi
Menjadi produsen vaksin dan antisera yang berdaya saing global.
2.2.2 Misi
1. Memproduksi, memasarkan dan mendistibusikan vaksin dan antisera yang
berkualitas internasional untuk kebutuhan Pemerintah, swasta nasional, dan
internasional.
2. Mengembangkan inovasi vaksin dan antisera sesuai dengan kebutuhan
pasar.
3. Mengelola perusahaan agar tumbuh dan berkembang dengan menerapkan
prinsip-prinsip good corporate governance.
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pemegang saham, dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya.
Logo dan Arti Logo Perusahaan
Logo
PT Bio Farma (Persero) adalah sebuah perusahaan yang adaptif dalam mengantisipasi
trend bisnis dan teknologi di bidang vaksin dan antisera. Salah satu bentuk antisipasi tersebut
adalah dengan memiliki logo yang merupakan lambing sebagai identitas jati diri
perusahaannya
Logo dari PT Bio Farma adalah sebagai berikut :
Logo PT Bio Farma (Persero)
Sumber : Arsip Dokumen PT Bio Farma (Persero) Tahun 2008
Arti Logo
Seperti halnya sebuah nama, logo perusahaan pun memiliki arti atau makna
tersendiri. Adapun arti dari logo pada perusahaan PT Bio Farma (Persero) tersebut adalah :
1. Logo tersebut merupakan adaptasi bentuk pencitraan dari “Crystal Protein” dan
“Glicoprotein”.
Hal tersebut merefleksikan bahwa Bio Farma adalah sebuah perusahaan di bidang
vaksin dan serum.
2. Mencitrakan ilusi pendar bintang (sparkling).
Dalam hal ini pendar bintang yang dimaknai sebagai semangat dan dinamika Bio
Farma yang memiliki masa depan yang cemerlang.
3. Warna dominan hijau.
Warna dominan hijau ini secara psikologis menyiratkan suatu nilai higienitas
dan kesehatan.
4. Warna jingga dan kuning
Warna jingga dan kuning secara terpadu menyiratkan semangat progresif dan
keberanian untuk berinovasi agar selalu menjadi yang terdepan.
Sejarah Bagian Public Relations
Pada tahun 2003, PR (Public Relations) PT Bio Farma (Persero) masih bergabung dengan
bagian umum yang dikepalai oleh Dr. Elvyn Fazrul. Sejak tahun 2005, Bagian PR (Public
Relations) PT Bio Farma (Persero) terpisah dari bagian umum. Hal ini dikarenakan bahwa
sebuah perusahaan memerlukan satu gerbang, dimana perusahaan tidak hanya berinteraksi
dengan pihak dalam perusahaan, tetapi juga dengan pihak luar perusahaan. Oleh karena itu,
PR (Public Relations) menjadi sebuah gerbang dalam mengatasi hal ini. Begitu pula dengan
PT Bio Farma (Persero) yang memerlukan Bagian Public Relations untuk hal ini.
Pada tahun 2006, Bapak Tedi Herawan menjabat sebagai Kepala Bagian PR hingga
sekarang. Disini, Bagian PR (Public Relations) PT Bio Farma (Persero) berada di bawah
Divisi Corporate Secretary hingga saat ini.
Pada tahun 2009, Bagian PR (Public Relations) PT Bio Farma (Persero) terbagi menjadi 3
bagian, yaitu : seksi internal, seksi eksternal, dan seksi perpustakaan. Bagian PR (Public
Relations) PT Bio Farma (Persero) sangat
diperlukan dalam membantu menginformasikan pada publik internal (dalam organisasi) dan
publik eksternal (luar organisasi) dengan menyediakan informasi akurat dalam format yang
mudah dimengerti sehingga ketidak-pedulian akan suatu organisasi, produk, atau tempat dapat
diatasi melalui pengetahuan dan pengertian.
Struktur Perusahaan
Bagan Struktur PT Bio Farma (Persero)
Sumber : Arsip Dokumen PT Bio Farma (Persero) Tahun 2009
Struktur Bagian Public Relations
Bagan Struktur Bagian PR (Public Relations)
Sumber : Arsip Dokumen PT Bio Farma (Persero) Tahun 2009
Job Description
Kepala Bagian Public Relations
Tugas Utama
1. Menciptakan dan memelihara suatu citra yang tepat atas perusahaan.
2. Memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan citra,
kesan, reputasi dan lain-lain.
3. Memberi masukan kepada manajemen mengenai masalah-masalah komunikasi.
4. Menyediakan berbagai informasi kepada publik internal dan eksternal perusahaan.
Staf Public Relations
Tugas Utama
1. Membantu Kepala Bagian dalam menciptakan dan memelihara suatu citra yang
tepat atas perusahaan.
2. Membantu dalam memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan citra, kesan, reputasi dan lain-lain.
3. Memberi masukan kepada Kepala Bagian mengenai masalah-masalah
komunikasi.
4. Membantu menyediakan berbagai informasi kepada khalayak.
Staf Public Relations Internal
1 Membantu Kepala Bagian dalam menciptakan dan memelihara suatu
citra perusahaan Internal.
2 Membantu dalam memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu
yang berkaitan dengan citra, kesan dan lain-lain untuk publik internal.
3 Memberi masukan kepada Kepala Bagian mengenai masalah-masalah
komunikasi.
4 Membantu Menyediakan berbagai informasi Internal.
Membuat Laporan kegiatan Public Relation, Triwulan, Tugas Utama
5 Semester dan Tahunan.
Staf Public Relations Eksternal
Tugas Utama
1. Membantu Kepala Bagian dalam menciptakan dan memelihara suatu citra
perusahaan yang akan dibangun ke luar (eksternal).
2. Membantu dalam memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan citra, kesan dan lain-lain untuk publik eksternal.
3. Memberi masukan kepada Kepala Bagian mengenai masalah-masalah
komunikasi.
4. Membantu Menyediakan berbagai informasi Eksternal.
5. Membuat Laporan kegiatan Public Relation, Triwulan, Semester dan
Tahunan.
CPOB
Mengingat pentingnya peranan obat sebagai salah satu komoditi yang menyangkut
hajat hidup orang banyak maka ketersediaan obat harus selalu terpelihara dan terjamin baik
mutu, keamanan dan khasiatnya serta terjangkau secara ekonomi, untuk menjamin
ketersediaan obat harus selalu terpelihara dan terjamin baik mutu, keamanan dankhasiatnya
serta terjangkau secara ekonomi, untuk menjamin ketersediaan obat yang bermutu aman dan
berkhasiat.
Pemerintah menggunakan penerapan CPOB bagi industri farmasi. Secara garis besar
kegiatan yang dilakukan di PT.Bio Farma sudah menerapkanapa yang di persyaratkan oleh
GMP atau CPOB. PT. Bio Farma berhasil mendapatkankelas A untuk kategori mapping
CPOB dari badan POM.
CPOB merupakan industri pedoman bagi pemerintah untuk mengendalikan dan
mengawasi industri farmasi dalam menjalankan tanggung jawabnya, baik secara professional
maupun sosial dalam pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia agar sifat dan mutu
yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunannya.
Mutu obat tidak hanya ditentukan dari pemeriksaan produk akhir saja, tetapi mutu
harus dibentuk ke dalam produk dan pengemasan.PT. Bio Farma memenuhi semuastandar
kualitas, bahkan dalam beberapa aspek menerapkan standar yang lebih tinggidaripada CPOB.
Bio Farma senantiasa melakukan inovasi di berbagai bidang dengan mengacu pada
standar internasional dan sistem manajemen mutu terkini.Sejak tahun 1997, produk Bio
Farma merupakan salah satu dari sekitar 23 produsen vaksin di dunia yang telah mendapatkan
Prakualifikasi WHO. Bio Farma juga telah mendapatkan sertifikasi CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik) dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001 : 2008, ISO 14001 : 2004, dan OHSAS 18001 : 2007. Atas hasil kerja keras,
dedikasi dan loyalitas yang tinggi dari 900-an karyawan perusahaan dalam
mewujudkan produsen vaksin yang berstandar internasional.
Untuk mengetahui agar terpenuhnya aspek CPOB sehingga diperoleh kelas A oleh PT. Bio
Farma dapat dilihat dibawah ini, dibawah ini adalah Bidang bangunan dan fasilitas sehingga
memenuhi persyaratan CPOB yang telah dipersyaratkan :
Bangunan dan Fasilitas
Aspek yang diatur di dalam CPOB terdiri dari 10 bidang, salah satu bidang tersebut
adalah bangunan dan fasilitas industri (Premises). Bangunan industri adalah sesuatu yang
didirikan oleh manusia (seperti: gedung, rumah, dan lain-lain) yang digunakan untuk
mengolah barang dengan menggunakan sarana dan prasarana tertentu. Hal lain yang
berhubungan dengan bangunan, yang juga diatur di dalam CPOB adalah fasilitas industri.
Berbeda dengan bangunan industri, fasilitas industri dapat didefinisikan sebagai sarana yang
digunakan untuk melancarkan fungsi dari suatu industri, misalnya: transportasi, media
komunikasi, sumber tenaga listik, dan lain-lain.
Pengaturan mengenai persyaratan bangunan dan fasilitas (Premises) industri dalam
CPOB merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab pemerintah Indonesia yang
dibebankan kepada seluruh industri farmasi yang ada di Indonesia agar dapat menghasilkan
produk (obat) yang berkualitas (bermutu baik).Pencapaian produk bermutu tentunya tidak
hanya dipengaruhi oleh bangunan dan fasilitas industri (Premises) saja, melainkan juga harus
melibatkan aspek-aspek lain dalam CPOB secara berkesinambungan.
Bangunan dan fasilitas harus dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan tepat agar
memperoleh perlindungan dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan
bersarangnya serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Sebaiknya tersedia
prosedur untuk pengendalian binatang pengerat hama. Tenaga listrik, lampu penerangan,
suhu, kelembaban dan ventilasi tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan
penyimpanan, atau terhadap ketepatan dan ketelitian fungsi dari peralatan.
Desain dan tata letak ruang hendaknya memastikan kompatibilitas dengan kegiatan
produksi lain yang mungkin dilakukan didalam sarana yang sama atau sarana yang
berdampingan. Selain itu, pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas
umum bagi personil dan bahan atau produk atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau
produk selain yang sedang diproses.Area produksi area penyimpanan dan area pengawasan
mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area
tersebut. Untuk mencegah hal tersebut, hendaknya disediakan koridor dimana tiap ruang
produksi dapat dicapai tanpa harus melalui ruang produksi lain.
Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan carapenimbangan
dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesainkhusus .Area ini dapat menjadi bagian
dari area penyimpanan atau area produksi.
Area Produksi
Usaha untuk memperkecil resiko bahaya medis yang serius akibat terjadinya
pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-container disediakan untuk produksi obat
tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan sensitif tinggi, produk lainya seperti anti
biotik tertentu (missal penisilin). Produk hormone seks, produk sitotoksik, produk tertentu
dengan bahna aktif berpotensi tinggi, produk biologi (misal: yang berasal dari
mikroorganisme hidup ) dan produk non-obat diproduksi di bangunan terpisah. Tata-letak
ruangan produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk :
Memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antarasatu
ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan
yang di persyaratkan.
1. Mencegah kesesakan dan ketidakteraturan dan
2. Memungkinkan terlaksananya komunikasi dan pengawasan yang efektif.
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses
memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai
dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil resiko terjadi kekeliruan antara produk obat
atau komponen obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil resiko
terlewatnya atau salah melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan dimana terdapat bahan
baku dan bahan pengemas primer, produk antara atau ruahan yamg terpapar ke lingkungan
halus, bebas retak dan sambungan terbuka. Konstruksi lantai di area pengolahan dibuat dari
bahan kedap air permukaannya rata dan memungkinkan pelaksanaan pembersihan yang cepat
dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area
pengolahan berbentuk lengkungan.
Pipa, fiting lampu, titik fentilasi dan instalasi sarana penunjang lain dirancang
sedemikian rupa untuk menghindari terbentuknya ceruk yang sulit dibersihkan. Pipa yang
terpasang didalam ruangan tidak menempel diding tetapi digantung dengan menggunakan
siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.
Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam dihindari. Lubang udara
masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya dipasang sedemikian rupa untuk mencegah
pencemaran terhadap produk. Untuk mencegah terjadinya pencemaran yang berasal dari
lingkungan dan sarana maka perlu:
1. Disiapkan ruang antara yang dirancang khusus untuk menghindari kontaminasi.
2. Kelas A atau kelas 100, berada dibawah aliran udara laminar dan memiliki efisiensi
saringan udara akhir sebesar 99,995%.
Saluran pembuangan air cukup besar, dirancang dan dilengkapi dengan bak control serta
ventilasi yang baik maupun mencegah aliran balik sedapat mungkin saluran terbuka dicegah
tetapi bila perlu cukup dangkal untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi.
Area produksi diventilasi secara efektif dengan mengunakan sistem pengendalian udara
termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan
pencemaran silang, pengendalian kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses
dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar
pabrik.
Area dimana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat pengambilan
sempel, penimbangan bahan /produk, pencampuran dan pengolahan bahan atau produk
pengemasan produk serbuk, memerlukan sarana penunjang khusus untuk mencegah
pencemaran silang dan memudahkan pembersihan.
Tata letak ruang area pengemasan dirancang khusus untuk mencegah campur baur atau
pencemaran silang. Area produksi mendapat penerangan yang memadai, terutama
penerangan di mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
Pengawasan selama proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang kegiatan
tersebut tidak menimbulkan resiko terhadap produksi obat. Pintu area produksi yang
berhubungan langsung ke lingkungan luar, separti pintu bahaya kebakaran, ditutup
rapat.pintu tersebut diamankan sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam
keadaan darurat sebagai pintu keluar. Pintu dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier
terhadap pencemaran silang selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.
Area Penyimpanan
Area penyimpanan memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan
teratur berbagai macam bahan dan produk (seperti:bahan awal dan bahan pengemas), produk
antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah
diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik
dari peredaran. Area penyimpanan didesain atau disesuaikan untuk menjaminkondisi
penyimpanan yang baik terutama area tersebut bersih, kering dan mendapat penerangan yang
cukup serta dipelihara dalam batas suhu yangditetapkan. Apabila kondisi penyimpanan
khusus (misalnya: suhu dan kelembaban udara) dibutuhkan, kondisi tersebut disiapkan,
dikendalikan, dipantau dan dicatat.
Area penerimaan dan pengiriman barang dapat memberikan perlindungan bahan dan produk
terhadap cuaca.Area penerimaan didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk
kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu.
Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka area
tersebut harus diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi personil
yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina barang secara fisik
memberi pengaman yang setara. disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali
untuk pengambilan sampel bahan awal.
Area terpisah dan terkunci disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang ditolak,
atau yang ditarik kembali atau dikembalikan.Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan
radioaktif, narkotik, obatberbahaya lain, dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi
terhadappenyalahgunaan, kebakaran atau ledakan disimpan di area yang terjamin
keamanannya.
Area Pengawasan Mutu
Laboratorium pengawasan mutu terpisah dari area produksi.Area pengujian biologi,
mikrobiologi dan radioisotop dipisahkan satu dengan lain. Laboratorium pengawasan mutu
didesain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.Luas ruang memadai untuk mencegah
campur baur dan pencemaran silang.
Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi perlindungan
instrument terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yangberlebihan dan gangguan lain,
atau bila perlu untuk mengisolasi instrument. Desain laboratorium memperhatikan kesesuain
bahan bangunanyang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara
kelaboratorium dipisahkan dari pasokan ke area produksi. Unit pengendali udara dipasang
terpisah untuk masing-masing laboratorium biologi, mikrobiologi dan radioisotop.
Sarana Pendukung
Ruangan istirahat dan kantin dipisah dari area produksi dan laboratorium Pengawasan
Mutu. Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet disediakan dalam
jumlah yang cukup dan mudah diakses . Toilet tidak berhubungan langsung dengan area
produksi atau area penyimpanan. Ruangan ganti pakaian berhubungan langsung dengan area
produksi namun letaknya terpisah.
Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah dari area
produksi. Apabila suku cadang, aksesoris mesin dan perkakas bengkel disimpan di area
produksi, disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan tersebut.Sarana
pemeliharaan hewan diisolasi dengan baik terhadap area lainya dan dilengkapi dengan akses
hewan serta unit pengendali udara yang terpisah.
CONTOH PRODUK PT. BIOFARMA
1. Flubio Vaksin Influenza HA
DESKRIPSI
Vaksin influenza HA merupakan suspensi jernih atau sedikit berwarna keputihan (slightly
turbid), mengandung haemaggluti- nin dari antigen virus influenza. Vaksin in- fluenza HA
berupa suspensi yang diberikan untuk injeksi.
Catatan :
Vaksin ini bersifat musiman, strain yang diproduksi disesuaikan dengan rekomen- dasi WHO
untuk Northern Hemisphere.
KOMPOSISI
Tiap dosis vaksin (0,5 mL) mengandung strain :
• A / H1N1 15 μg HA
• A / H3N2 15 μg HA
• B 15 μg HA
• Thimerosal 4 μg
INDIKASI
Vaksin direkomendasikan untuk pencegahan terhadap penyakit yang ditimbul- kan oleh virus
influenza pada orang yang beresiko tinggi.
CARA KERJA OBAT
Merangsang tubuh membentuk antibodi untuk memberi perlindungan terhadap in- feksi
penyakit influenza.
POSOLOGI
o Vaksin influenza dapat diberikan kepada orang sehat usia 12 tahun keatas.
o Diberikan 0,5 mL per dosis secara intramuskular pada otot deltoid.
o Karena secara alami, influenza bersifat musiman, pemberian vaksin direko-
mendasikan sekali dalam setahun.
EFEK SAMPING
Pada individu tertentu dapat menyebabkan: Keluhan ringan, yang pada umumnya akan hilang
setelah 1-2 hari setelah pengobatan, seperti :
o Reaksi lokal : nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan
o Reaksi sistemik : demam, nyeri otot, kelelahan.
Keluhan berat dan jarang terjadi, seperti :
o Reaksi syok anafilaktik
o Meskipun sangat jarang, resiko terjadinya sindroma Guillain-Barré da- pat sedikit
meningkat pada penerima imunisasi influenza dibandingkan de- ngan orang yang tidak
diimunisasi, meskipun mekanismenya belum dike- tahui.
KONTRAINDIKASI
Vaksin tidak boleh digunakan pada keadaan berikut :
o Alergi telur, protein ayam atau komponen vaksin
o Pada kasus demam tinggi, kejang-ke- jang atau infeksi akut , vaksinasi harus ditunda.
INTERAKSI OBAT
o Respon imunologi bisa tidak tim- bul pada pasien dalam pengo – batan imunosupresif.
o Untuk menghindari kemungk inan interaksi dengan beberapa produk obat,
penggunaan obat lain hen- dak nya dikonsultasik an kepada dokter.
PERINGATAN & PERHATIAN
Lihat petunjuk pemakaian vaksin (lihat halaman 17).
Penyimpanan
o FLUBIO (Vaksin Influenza HA) harus disimpan pada suhu antara +2°C s/d+8°C.
o Hindarkan dari sinar matahari lang- sung.
o JANGAN DIBEKUKAN.
o Masa daluarsa 12 bulan.
Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka
Vaksin Influenza HA dalam kemasan vial do- sis ganda yang telah diambil satu dosis atau
lebih untuk imunisasi dapat disimpan dan digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya sampai
dengan 4 minggu, jika semua kondi- si yang dipersyaratkan dipenuhi. (Lihat ket- erangan
petunjuk penyimpanan, hal. 11).
KEMASAN
Dus : 2 Vial@ 0,5 mL (1 dosis) Dus : 2 Vial @ 2,5 mL (5 dosis)
Vaksin Hepatitis B Rekombinan
DESKRIPSI
Vaksin Hepatitis B rekombinan mengandung antigen virus Hepatitis B, HBsAg, yang
tidak menginfeksi yang dihasilkan dari biakan sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA.
Vaksin Hepatitis B rekombinan berbentuk suspensi steril berwarna keputihan dalam prefill
injection device, yang dikemas dalam aluminum foil pouch, and vial.
KOMPOSISI
o Tiap 1,0 mL mengandung 20 mcg HBsAg yang teradsorpsi pada 0,5 mg Al3+.
o Tiap 0,5 mL mengandung 10 mcg HBsAg yang teradsorbsi pada 0,25 mg Al3+.
o Seluruh formulasi mengandung 0,01 w/v% thimerosal yang ditambahkan sebagai
pengawet.
INDIKASI
Vaksin Hepatitis B rekombinan diindikasi- kan untuk imunisasi aktif pada semua usia,
untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, tetapi tidak dapat
mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, Hepatitis C atau virus lain yang
dapat menginfeksi hati. Vaksinasi direkomendasikan pada orang yang beresiko tinggi
terkena infeksi virus Hepatitis B di- antaranya :
o Petugas kesehatan
Ahli bedah mulut, dokter gigi, dokter ahli bedah, perawat gigi, ahli kebersihan gigi,
petugas paramedis yang kontak dengan pasien, staf unit hemodialisis, hematologi dan
onkologi, petugas laboratorium yang menangani darah dan sampel klinis lain, petugas
pemakaman dan kamar mayat, petu- gas bank darah dan fraksinasi plasma, ahli siropodis,
petugas kebersihan yang menangani pembuangan, petu- gas keadaan darurat dan
pertolongan pertama, petugas ambulan.
o Pasien
Pasien yang sering menerima transfusi darah seperti pada unit hemodialisis dan onkologi,
penderita talasemia, sickle cell anemia, sirosis dan hemofilia.
o Petugas Lembaga
Orang yang sering kontak dekat dengan kelompok beresiko tinggi: nara- pidana dan petugas
penjara, petugas di lembaga untuk penderita gangguan mental
o Orang yang beresiko tinggi karena aktivitas seksualnyaOrang yang berhubungan
seks secara berganti-ganti pasangan, orang yang terkena penyakit kelamin, homoseks,
pekerja seks komersial
o Ketergantungan obat yang menggunakan alat suntik
o Orang yang bepergian ke daerah endemisitas tinggi
o Keluarga yang kontak dekat dengan penderita Hepatitis B akut atau kronik
o Bayi yang lahir dari ibu pengidap (carrier)
POSOLOGI
Vaksin Hepatitis B rekombinan disuntikkan secara intramuskular, pada orang dewasa dan
anak di bagian otot deltoid, sedangkan pada bayi di bagian anterolateral paha.
Kecuali pada orang dengan kecenderungan pendarahan berat (seperti hemofilia), vaksin
diberikan secara subkutan.
JADWAL PEMBERIAN
Lihat Tabel 1
Ket: *untuk jadwal alternatif 2 dan 3 direkomendasikan untuk melakukan booster (vaksinasi
ulangan) satu tahun kemudian.
Volume vaksin pada tiap dosis diberikan pada Tabel 2 .
BOOSTER (VAKSINASI ULANGAN)
o Dosis ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi primer.
o Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan bersamaaan dengan imunoglobulin
Hepatitis B pada tempat penyuntikan yang terpisah (pada bayi yang lahir dari ibu dengan
HBsAg positif )
EFEK SAMPING
Reaksi lokal yang umumnya sering dilaporkan adalah rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya berkurang dalam 2 hari setelah vaksinasi.
Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah belum dapat
dibuktikan karena pemberian vaksin.
KONTRAINDIKASI
o Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
o Vaksin Hepatitis B Rekombinan sebaiknya tidak diberikan pada orang yang
terinfeksi demam berat.
o Adanya infeksi trivial bukan sebagai kontra indikasi
PERINGATAN & PERHATIAN
o Tidak direkomendasikan pada wanita hamil, meskipun efek antigen terhadap
janin belum diketahui, kecuali dapat dipertimbangkan pada yang beresiko tinggi.
o Vaksin Hepatitis B rekombinan jangan diberikan pada daerah gluteal, atau intra-
dermal, karena tidak akan memberikan respon yang optimal dan dapat merusak saraf gluteal
atau intradermal.
o Vaksin Hepatitis B rekombinan jangan diberikan secara intravena.
o Vaksinasi ulangan diperlukan pada pasien dialisis dan defisiensi sistem
kekebalan.
o Perhatikan petunjuk pemakaian vaksin (halaman 17)
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat
PENYIMPANAN
o Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat disimpan sampai 26 bulan setelah tanggal
produksi pada suhu antara +2°C s/d +8°C
o JANGAN DIBEKUKAN.
KEMASAN
o Dus : 10 pouch @ 1 Prefilled injection device (Uniject) @ 1 mL
o Dus : 10 pouch @ 1 Prefilled injection device (Uniject) @ 0,5 mL
o Dus : 100 pouch @ 1 Prefilled injection de- vice (Uniject) @ 0,5 mL
o Dus : 1 vial @ 1 dosis @ 1 mL Dus : 10 vial@1 dosis @ 1 mL Dus : 1 vial @
2,5 mL
HBV®:
Dus : 1 pouch @ 1 Prefilled Injection Device (Uniject) @ 1,0 mL
Vaksin Campak (Beku Kering)
Project 3 of 18‹›
DESKRIPSI
Vaksin campak adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan, merupakan vaksin beku kering
berwarna kekuningan pada vial gelas, yang harus dilarutkan hanya dengan pelarut vaksin
campak kering produksi PT Bio Farma yang telah disediakan secara terpisah. Vaksin campak
ini berupa serbuk injeksi.
KOMPOSISI
Tiap dosis (0,5 mL) vaksin yang sudah dilarutkan mengandung:
Zat aktif:
• Virus Campak strain CAM 70 tidak kurang dari 1.000 CCID50*
* CCID50 = Cell Culture Infective Dose 50
Zat tambahan:
• Kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg
• Eritromisin tidak lebih dari 30 mcg
Pelarut mengandung :
• Air untuk injeksi
INDIKASI
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit campak.
CARA KERJA OBAT
Merangsang tubuh membentuk antibodi untuk memberi perlindungan terhadap infeksi
penyakit campak.
POSOLOGI
o Vaksin dilarutkan dengan pelarut vak- sin campak kering produksi PT Bio Farma
sebanyak 5 mL pada setiap vial
o 10 dosis dan 10 mL pada setiap vial 20 dosis.
o Imunisasi campak terdiri dari satu dosis tunggal 0,5 mL disuntikan secara subkutan
pada lengan bagian atas setelah dilarutkan dengan pelarutnya, diberikan pada anak umur 9
bulan.
o Dalam keadaan wabah imunisasi dapat diberikan mulai umur 6 bulan disusul dengan
suntikan ulangan 6 bulan kemudian dengan 1 dosis 0,5 mL secara subkutan.
EFEK SAMPING
Vaksin campak dapat mengakibatkan sakit ringan dan bengkak pada lokasi suntikan, yang
terjadi 24 jam setelah vaksinasi.
Pada 5-15 % kasus terjadi demam (selama 1-2 hari), biasanya 8-10 hari setelah vaksinasi.
Pada 2 % terjadi kasus kemerahan (selama 2 hari), biasanya 7-10 hari setelah vaksinasi.
Kasus ensefalitis pernah dilaporkan terjadi (perbandingan 1/1.000.000 dosis), kejang demam
(perbandingan 1/3000 dosis ).
KONTRAINDIKASI
o Terdapat beberapa kontraindikasi pada pemberian vaksin campak. Hal ini sangat
penting, khususnya untuk imunisasi pada anak penderita malnutrisi.
o Vaksin ini sebaiknya tidak diberikan bagi; orang yang alergi terhadap dosis vaksin
campak sebelumnya, wanita hamil karena efek vaksin campak terhadap janin belum
diketahui; orang yang alergi berat terhadap kanamisin dan eritromisin, anak dengan infeksi
akut disertai demam, anak dengan defisiensi sistem kekebalan, anak dengan pengobatan
intensif yang bersifat imunosupresif, anak yang mempunyai ke- rentanan tinggi terhadap
protein telur.
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat
PERINGATAN & PERHATIAN
o Hindarkan vaksin dari sinar matahari langsung karena vaksin campak sensi- tif
terhadap sinar ultraviolet.
o Vaksin hanya boleh disuntikkan secara subkutan, tidak boleh secara intravena.
o Bila anak telah diberikan imunoglobu- lin atau transfusi darah maka imunisasi harus
ditangguhkan paling sedikit 3 bulan.
o Setelah imunisasi, tes tuberkulin pada anak harus ditangguhkan sampai 2 bulan karena
mungkin terjadi reaksi negatif palsu.
o Perhatikan petunjuk pemakaian vaksin (halaman 17).
PENYIMPANAN
o Vaksin campak beku kering disimpan pada suhu antara +2°C s/d +8°C.
o Vial vaksin dan pelarut harus dikirim bersamaan, tetapi pelarut tidak boleh dibekukan
dan disimpan pada suhu kamar.
o Vaksin harus terlindung dari cahaya.
o Waktu daluarsa 2 tahun.
o Vaksin campak yang sudah dilarutkan, sebaiknya digunakan segera, paling lambat 6
jam setelah dilarutkan, apabila masih bersisa maka harus dimusnahkan.
KEMASAN
o Dus : 10 vial @ 10 dosis + Pelarut Campak Dus @ 10 ampul @ 5 mL
o Dus : 10 vial @ 20 dosis + Pelarut Campak Dus @ 10 ampul @ 10 mL
Vaksin Poliomyelitis Oral Bivalen Tipe 1 & 3
DESKRIPSI
Vaksin mOPV1 adalah cairan berwarna ku- ning muda sampai merah muda dalam vial gelas
yang mengandung suspensi dari tipe 1 virus Polio hidup yang dilemahkan (strain Sabin).
KOMPOSISI
Setiap dosis (2 tetes = 0,1 mL) mengandung:
Zat berkhasiat:
• Virus Polio hidup yang dilemahkan (strain Sabin) tipe 1 ≥ 106.0 CCID50* Zat tambahan :
• Eritromisin tidak lebih dari 2 mcg
• Kanamisin tidak lebih dari 10 mcg
• Sukrosa 35 % v/v (sebagai zat pensta- bil)
* CCID50 = Cell Culture Infective Dose 50
INDIKASI
Digunakan untuk merespon kejadian luar biasa (outbreak) yang disebabkan oleh virus
Poliomyelitis tipe 1.
CARA KERJA OBAT
Memberi perlindungan terhadap infeksi virus Polio tipe 1 dengan membentuk antibodi.
POSOLOGI
o mOPV 1 hanya digunakan secara oral.
o Diteteskan langsung ke dalam mulut dari vial dosis ganda melalui droper sebanyak
2 tetes.
o Hati-hati jangan sampai droper terkontaminasi dengan air liur anak yang divaksinasi.
EFEK SAMPING
Umumnya tidak terdapat efek samping. Sangat jarang terjadi, kelumpuhan yang di- akibatkan
karena vaksin (perbandingan 1: 3.000.000).
Individu yang berhubungan erat dengan anak yang telah divaksinasi jarang sekali beresiko
mengalami lumpuh polio (Paralytic poliomyelitis) akibat vaksinasi.
KONTRAINDIKASI
Apabila sedang mengalami diare, dosis mOPV1 yang diberikan tidak akan dihitung sebagai
bagian dari jadwal imunisasi, dan harus diulang setelah sembuh.
o Penderita leukemia dan disgamma- globulinemia.
o Anak dengan infeksi akut yang disertai demam.
o Anak dengan defisiensi sistem keke- balan.
o Anak dalam pengobatan imunosu- presif.
INTERAKSI OBAT
Obat yang bersifat imunosupresif.
PERINGATAN & PERHATIAN
o Harus diberikan secara oral
o Pemberian secara bersama-sama de- ngan vaksin hidup lainnya harus di- berikan
secara terpisah
o Perhatikan petunjuk pemakaian vaksin (halaman 17).
PENYIMPANAN
o Potensi vaksin akan terjaga sampai dengan waktu daluarsa yang terdapat pada label/
etiket yang tertera pada vial jika disimpan pada suhu tidak lebih dari -20°C.
o Dan hanya dapat disimpan selama 6 bulan pada suhu antara -2°C s/d -8°C.
o Masa daluarsa 2 tahun.
Penggunaan vaksin dalam vial dosis gan- da yang sudah dibuka
Vaksin mOPV1 dalam kemasan vial do- sis ganda yang telah diambil satu dosis atau lebih
untuk imunisasi dapat disim- pan dan digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya sampai
dengan 4 minggu, jika semua kondisi yang dipersyaratkan dipe- nuhi. (Lihat keterangan
petunjuk penyim- panan, hal. 11).
KEMASAN
o Dus: 50 vial @ 2 mL (20 dosis) +
o Dus: 50 penetes
Vaksin Poliomyelitis Oral Monovalen Tipe 1
Project 5 of 18‹›
DESKRIPSI
Vaksin mOPV1 adalah cairan berwarna ku-ning muda sampai merah muda dalam vial gelas
yang mengandung suspensi dari tipe 1 virus Polio hidup yang dilemahkan (strain Sabin).
KOMPOSISI
Setiap dosis (2 tetes = 0,1 mL) mengandung:
Zat berkhasiat:
o Virus Polio hidup yang dilemahkan (strain Sabin) tipe 1 ≥ 106.0 CCID50*
Zat tambahan :
o Eritromisin tidak lebih dari 2 mcg
o Kanamisin tidak lebih dari 10 mcg
o Sukrosa 35 % v/v (sebagai zat penstabil)
* CCID50= Cell Culture Infective Dose
INDIKASI
Digunakan untuk merespon kejadian luar biasa (outbreak) yang disebabkan oleh virus
Poliomyelitis tipe 1.
CARA KERJA OBAT
Memberi perlindungan terhadap infeksi virus Polio tipe 1 dengan membentuk antibodi.
POSOLOGI
o mOPV 1 hanya digunakan secara oral.
o Diteteskan langsung ke dalam mulut dari vial dosis ganda melalui droper sebanyak
2 tetes.
o Hati-hati jangan sampai droper terkontaminasi dengan air liur anak yang divaksinasi.
EFEK SAMPING
Umumnya tidak terdapat efek samping. Sangat jarang terjadi, kelumpuhan yang diakibatkan
karena vaksin (perbandingan 1: 3.000.000).
Individu yang berhubungan erat dengan anak yang telah divaksinasi jarang sekali beresiko
mengalami lumpuh polio (Paralytic poliomyelitis) akibat vaksinasi.
KONTRAINDIKASI
Apabila sedang mengalami diare, dosis mOPV1 yang diberikan tidak akan dihitung sebagai
bagian dari jadwal imunisasi, dan harus diulang setelah sembuh.
o Penderita leukemia dan disgammaglobulinemia.
o Anak dengan infeksi akut yang disertai demam.
o Anak dengan defisiensi sistem kekebalan.
o Anak dalam pengobatan imunosupresif.
INTERAKSI OBAT
Obat yang bersifat imunosupresif.
PERINGATAN & PERHATIAN
o Harus diberikan secara oral
o Pemberian secara bersama-sama dengan vaksin hidup lainnya harus diberikan secara
terpisah.
o Perhatikan petunjuk pemakaian vaksin Potensi vaksin akan terjaga sampai dengan
waktu daluarsa yang terdapat pada label/ etiket yang tertera pada vial jika disimpan pada suhu
tidak lebih dari -20°C.
o Dan hanya dapat disimpan selama 6 bulan pada suhu antara -2°C s/d -8°C.
o Masa daluarsa 2 tahun.
Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka
Vaksin mOPV1 dalam kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau lebih
untuk imunisasi dapat disimpan dan digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya sampai
dengan 4 minggu, jika semua kondisi yang dipersyaratkan dipenuhi.
KEMASAN
Dus: 50 vial @ 2 mL (20 dosis) + Dus: 50 penetes
Vaksin Poliomyelitis Oral
DESKRIPSI
Vaksin Polio Oral (OPV) adalah vaksin tri- valen merupakan cairan berwarna kuning
kemerahan dikemas dalam vial gelas yang mengandung suspensi dari tipe 1,2, dan 3 virus
Polio hidup (strain Sabin) yang telah dilemahkan. Vaksin Polio Oral ini merupakan suspensi
“drops” untuk diteteskan melalui droper (secara oral).
KOMPOSISI
Tiap dosis (2 tetes = 0,1 mL) mengandung :
Zat berkhasiat :
• Virus Polio hidup dilemahkan (strain Sa- bin) tipe 1 ≥ 106.0 CCID50* tipe 2 ≥ 105.0
CCID50 tipe 3 ≥ 105.8 CCID50
Zat tambahan :
• Eritromisin tidak lebih dari 2 mcg
• Kanamisin tidak lebih dari 10 mcg
• Sukrosa 35 % (v/v) (sebagai zat penstabil)
* CCID50 = Cell Culture Infective Dose 50
INDIKASI
Vaksin digunakan untuk pencegahan terha- dap Poliomyelitis.
CARA KERJA OBAT
Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap Poliomyelitis.
POSOLOGI
o OPV hanya diberikan secara oral. Diteteskan langsung ke dalam mulut dari vial
dosis ganda melalui droper se- banyak 2 tetes.
o Hati-hati jangan sampai droper terkon- taminasi dengan air liur anak yang di
vaksinasi.
o Bayi-bayi sedikitnya harus mendapat- kan 3 dosis OPV dengan interval wak- tu 4
minggu pada usia 2 bulan.
o Imunisasi ulangan diberikan 1 dan 3 tahun kemudian ; 1 dosis.
EFEK SAMPING
Umumnya tidak terdapat efek sam- ping. Sangat jarang terjadi kelum- puhan (paralytic
poliomyelitis), yang diakibatkan karena vaksin (perban- dingan 1 / 1.000.000 dosis).
Individu yang kontak dengan anak yang telah divaksinasi, jarang sekali beresiko mengalami
lumpuh polio (paralytic poliomyelitis) akibat vaksi- nasi (perbandingan 1 / 1.400.000 dosis
sampai 1 / 3.400.000 dosis). Dan hal ini terjadi bila kontak belum mempunyai kekebalan
terhadap virus polio atau belum pernah diimunisasi.
Sindroma Guillain Barré.
KONTRAINDIKASI
o Apabila sedang mengalami diare, dosis OPV yang diberikan tidak akan dihitung
sebagai bagian dari jadwal imunisasi, dan harus diulang setelah sembuh.
o Penderita leukemia dan disgamma- globulinemia.
o Anak dengan infeksi akut yang disertai demam.
o Anak dengan defisiensi sistem keke- balan.
o Anak dalam pengobatan imunosu- presif.
INTERAKSI OBAT
Obat yang bersifat imunosupresif.
PERINGATAN & PERHATIAN
o Harus diberikan secara oral
o Pemberian secara bersama-sama de- ngan vaksin hidup lainnya harus di- lakukan
secara terpisah
o Perhatikan petunjuk pemakaian vak- sin (halaman 17).
PENYIMPANAN
o Potensi vaksin akan terjaga sampai dengan waktu daluarsa yang terda- pat pada vial
jika disimpan pada suhu tidak lebih dari -20°C. Dan hanya dapat disimpan selama 6 bulan
pada suhu antara +2°C dan +8°C.
o Masa daluarsa 2 tahun.
Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka
Vaksin OPV dalam kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau lebih untuk
imunisasi dapat disimpan dan dapat digunakan untuk sesi imunisasi beri- kutnya sampai
dengan 4 minggu, jika semua kondisi yang dipersyaratkan dipenuhi. (Lihat keterangan
petunjuk penyimpanan, hal. 11).
KEMASAN
• Dus : 10 vial @ 1 mL (10 dosis)
• Dus : 10 vial @ 2 mL (20 dosis)
• Dus : 50 vial @ 2 mL (20 dosis)
Serum Anti Bisa Ular (Kuda)
DESKRIPSI
Serum Anti Bisa Ular Polivalen adalah an- tisera murni yang dibuat dari plasma kuda yang
memberikan kekebalan terhadap bisa ular yang bersifat neurotoksik (seperti ular dari jenis
Naja sputatrix – Ular Kobra, Bungarus fasciatus – Ular Belang) dan yang bersifat hemotoksik
(ular Agkistrodon rho- dostoma – Ular Tanah) yang banyak ditemu- kan di Indonesia, serta
mengandung fenol sebagai pengawet.
Serum Anti Bisa Ular Polivalen berupa cairan bening kekuningan.
KOMPOSISI
Zat aktif :
Setiap mL mengandung anti bisa ular :
• Agkistrodon rhodostoma ≥ 10 LD50
• Bungarus fasciatus ≥ 25 LD50
• Naja sputatrix ≥ 25 LD50
Zat tambahan:
• Fenol 2,5 mg
INDIKASI
Untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa dari jenis Naja sputatrix, Bungarus fasciatus,
Agkistrodon rhodostoma.
CARA KERJA OBAT
Imunisasi pasif, pada penyuntikan dimasuk- kan zat-zat Anti yang mampu menetralisir bisa
ular yang beredar dalam darah pen- derita.
POSOLOGI
o JumLah dosis yang tepat tergantung tingkat keparahan penderita pada saat akan
menerima antisera.
o Dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 mL yang bila ditambahkan ke dalam larutan
fisiologis menjadi larutan 2 % v/v dan diberikan sebagai cairan infus dengan kecepatan 40-80
tetes/ menit, diulang 6 jam kemudian.
o Apabila diperlukan (misalnya dalam keadaan gejala-gejala tidak berkurang atau
bertambah) Serum Anti Bisa Ular Polivalen dapat terus diberikan setiap 24 jam sampai mak-
simum 80 – 100 mL.
o Serum Anti Bisa Ular Polivalen yang tidak diencerkan dapat diberikan langsung
sebagai suntikan intravena dengan sangat perlahan-lahan.
o Dosis Serum Anti Bisa Ular Polivalen untuk anak-anak sama dengan dosis untuk
orang dewasa.
o Lakukan uji kepekaan terlebih dahulu, bila peka lakukan desensitisasi.
Pemberian secara Intravena :
1. Hasil uji kepekaan harus negatif
2. Penyuntikan harus dilakukan secara perlahan
3. Penderita harus diamati paling sedikit selama 1 (satu) jam
EFEK SAMPING
Perhatikan Petunjuk Pemakaian Antisera (Halaman 57).
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang terbukti alergi terhadap an- tisera kuda.
PERINGATAN & PERHATIAN
1. Karena tidak ada reaksi netralisasi silang (cross-neutralization) Serum Anti Bisa Ular
Polivalen ini tidak berkhasiat terhadap gigitan ular yang terdapat di Indonesia bagian Timur
(misalnya ular-ular dari jenis Acanthopis antarticus, Xyuranus scuttelatus, Pseudechis
papuanus dan lain-lain) dan terhadap gigitan ular laut (Enhydrina cystsa).
2. Dapat diberikan pada pasien dengan riwayat penyakit asma berat jika sudah
menunjukkan tanda-tanda keracunan sistemik.
3. Bukan untuk pemberian lokal pada tempat yang digigit.
4. Perhatikan Petunjuk Pemakaian Anti- sera (Halaman 57).
PENYIMPANAN
o Serum anti bisa ular harus disimpan pada suhu antara +2°C s/d +8°C.
o JANGAN DIBEKUKAN.
o Masa daluarsa 2 tahun.
KEMASAN
Dus : 10 Vial @ 5 mL
BIOSAVE
Dus : 1 vial @ 5 mL
Serum Anti Tetanus (Kuda)
Project 8 of 18‹›
DESKRIPSI
Serum Anti Tetanus adalah antisera yang dibuat dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap
tetanus, serta mengandung fenol sebagai pengawet, berupa cairan bening kekuningan.
KOMPOSISI
o Serum Anti Tetanus 1.500 IU
Tiap mL mengandung:
Zat aktif :
• Antitoksin tetanus 1.500 IU
Zat tambahan:
• Fenol 2,5 mg
o Serum Anti Tetanus 20.000 IU
Tiap mL mengandung:
Zat aktif:
• Antitoksin tetanus 5.000 IU
Zat tambahan:
• Fenol 2,5 mg
INDIKASI
o Serum Anti Tetanus
Untuk pencegahan tetanus pada luka yang terkontaminasi dengan tanah, debu jalan atau bahan
lain yang dapat menyebabkan infeksi Clostridium tetani, pada seseorang yang tidak yakin
sudah diimunisasi atau yang belum diimunisasi lengkap dengan vaksin tetanus.
o Serum Anti Tetanus 20.000 IU :
Untuk pengobatan terhadap tetanus
CARA KERJA OBAT
Imunisasi pasif, pada penyuntikan dimasukkan serum anti tetanus yang mampu untuk
menetralisir toksin tetanus yang beredar dalam darah penderita.
POSOLOGI
o Pencegahan tetanus :
1 dosis profilaktik (1.500 IU) atau lebih, diberikan secara intramuskular.
o Pengobatan tetanus :
Berikan 10.000 IU atau lebih, secara intramuskular atau intravena tergan- tung keadaan
penderita
o Lakukan uji kepekaan terlebih dahulu, bila peka lakukan desensitisasi.
PEMBERIAN
A. Secara intramuskular :
o Hasil uji kepekaan harus negatif
o Penyuntikan harus dilakukan se- cara perlahan
o Penderita harus diamati paling sedikit selama 30 menit
B. Secara Intravena
o Lakukan penyuntikan secara intra- muskular terlebih dahulu
o Bila tidak ada gejala alergi, lakukan penyuntikan intravena
o Penyuntikan harus dilakukan se- cara perlahan
o Penderita harus diamati paling sedikit selama 1 (satu) jam
EFEK SAMPING
Lihat Petunjuk Pemakaian Antisera (Halaman 57).
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang terbukti alergi terhadap antisera kuda
PERINGATAN & PERHATIAN
Lihat Petunjuk Pemakaian Antisera (Halaman 57).
PENYIMPANAN
o Serum anti tetanus harus disimpan pada suhu antara +2°C s/d +8°C.
o JANGAN DIBEKUKAN.
o Masa daluarsa 2 tahun.
KEMASAN
o Dus : 10 Ampul @ 1 mL (1.500 IU) Dus : 10 Vial @ 4 mL (20.000 IU)
BIOSAT 1.5
o Dus : 10 ampul @ 1 mL (1.500 IU)
BIOSAT 20
o Dus : 1 vial @ 4 mL
Sera
Vaksin Jerap Td
DESKRIPSI
Vaksin Td merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni, dengan komponen difteri berdosis
rendah dan teradsorbsi pada aluminium fosfat.
KOMPOSISI
Tiap dosis (0,5 mL) mengandung : Zat berkhasiat :
• Toksoid tetanus murni 7,5 Lf
• Toksoid difteri murni 2 Lf
Zat tambahan :
• Aluminum fosfat 1,5 mg
• Thimerosal 0,05 mg
INDIKASI
Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia 7 tahun.
CARA KERJA OBAT
Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap tetanus dan difteri.
POSOLOGI
o Direkomendasikan pemberian 1 dosis (0,5 mL) vaksin, sebagai booster (imunisasi
ulangan).
o Pemberian vaksin Td untuk mengganti vaksin-vaksin yang mengandung Difteri dan
Tetanus harus sesuai dengan rekomendasi resmi, mengingat rendahnya dosis difteri toksoid
dalam vaksin ini.
o Penggunaan vaksin Td untuk imunisasi primer serta ibu hamil belum dievaluasi.
o Dapat diberikan bersamaan dengan vaksin Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis
B, Yellow Fever, pada lokasi penyuntikan yang berbeda, dan suplemen vitamin A.
Catatan :
ACIP (Advisory Committee on Immunization Practices) telah merekomendasikan pemakaian
Jerap Tetanus dan Toksoid Difteri untuk wanita hamil.
Vaksin Td dapat digunakan sebagai imunisasi primer untuk individu mulai usia 7 tahun, yang
mengalami kontraindikasi terhadap vaksin DTP.
Menurup ACIP (Advisory Committee on Immunization Practices), diperlukan 2 dosis vaksin
Jerap Td @ 0,5 mL, dengan pengurangan dosis difteri pada dewasa, dengan minimum interval
empat sampai delapan minggu.
Pemberian dosis ke-3 (tiga) direkomendasikan paling sedikit 6 bulan setelah dosis ke-2 (dua).
Efek Samping
Pada uji klinis dilaporkan terdapat kasus nyeri pada lokasi penyuntikan (20-30 %) serta
demam (4,7 %).
KONTRAINDIKASI
Dosis kedua dan selanjutnya jangan diberikan pada individu yang menderita reaksi berat
terhadap dosis sebelumnya.
DEFISIENSI SISTEM KEKEBALAN
Individu yang terinfeksi HIV baik asimtomatis maupun simtomatis harus divaksinasi dengan
vaksin Td menurut jadwal yang telah ditetapkan.
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat.
PENYIMPANAN
o Vaksin Jerap Td harus disiimpan pada suhu antara +2° s/d +8°C.
o TIDAK BOLEH DIBEKUKAN.
o Masa daluarsa 3 tahun.
Penggunaan vaksin dalam vial dosis yang sudah dibuka
Vaksin Td dalam kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau lebih untuk
imunisasi dapat disimpan dan digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya sampai dengan 4
minggu, jika semua kondisi yang dipersyaratkan dipenuhi. (Lihat keterangan Petunjuk
Penyimpanan, hal. 11).
KEMASAN
Dus: 10 vial @ 5 mL (10 dosis)
Serum Anti Difteri (Kuda)
Project 9 of 18‹›
DESKRIPSI
Serum Anti Difteri (kuda) 20.000 IU adalah antisera murni yang dibuat dari plasma kuda yang
dikebalkan terhadap difteri ser- ta mengandung fenol sebagai pengawet, berupa cairan bening
kekuningan.
KOMPOSISI
Tiap mL mengandung
Zat aktif:
• Antitoksin difteri 2.000 IU
Zat tambahan:
• Fenol 2,5 mg
INDIKASI
Untuk pengobatan difteri.
Cara Kerja Obat
Imunisasi pasif, pada penyuntikan dima- sukan zat-zat anti difteri yang mampu un- tuk
menetralisir toksin difteri yang beredar dalam darah penderita.
POSOLOGI
Untuk pengobatan
o 10.000 IU atau lebih, diberikan secara intramuskular atau intravena, tergan- tung dari
manifestasi penyakit.
o Lakukan Uji Kepekaan/ Sensitivity Test terlebih dahulu. Bila peka (sensitif ) lakukan
desensitisasi.
PEMBERIAN :
A. Secara intramuskular :
o Hasil uji kepekaan harus negatif.
o Penyuntikan harus dilakukan se- cara perlahan.
o Penderita harus diamati paling sedikit selama 30 menit.
B. Secara Intravena
o Lakukan penyuntikan secara intramuskular terlebih dahulu.
o Bila tidak ada gejala alergi, lakukan penyuntikan intravena.
o Penyuntikan harus dilakukan secara perlahan.
o Penderita harus diamati paling sedikit selama 1 (satu) jam.
EFEK SAMPING
Perhatikan Petunjuk Pemakaian Antisera (Halaman 57).
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang terbukti alergi terhadap an- tisera kuda.
PERINGATAN & PERHATIAN
Perhatikan Petunjuk Pemakaian Antisera (Halaman 57).
PENYIMPANAN
o Serum antidifteri harus disimpan pada suhu antara +2°C s/d +8°C.
o JANGAN DIBEKUKAN.
o Masa daluarsa 2 tahun.
KEMASAN
Dus : 10 vial @ 10 mL (20.000 IU).
BIOADS
Dus : 1 vial @ 10 mL (20.000 IU)
Vaksin DTP-HB 10
Project 12 of 18‹›
Vaksin DTP-HB 10
DESKRIPSI Vaksin DTP-HB merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu
dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri murni dan B.
pertussis yang diinaktivasi, serta antigen permukaan virus Hepatitis B (sub unit HBsAg)
murni yang bersifat non-infectious. Sub unit HBsAg diproduksi melalui teknologi DNA
rekombinan pada sel ragi.
KOMPOSISI Setiap dosis vaksin (0,5 mL) mengandung: Zat berkhasiat :
o Toksoid difteri murni 20 Lf
o Toksoid tetanus murni 7,5 Lf
o B. pertussis yang diinaktivasi 12 OU
o HBsAg 10 mcg
Zat tambahan :
o Aluminium fosfat 1,5 mg
o Thimerosal 0,05 mg
INDIKASI Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis, dan
Hepatitis B secara simultan.
CARA KERJA OBAT Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap difteri, tetanus,
pertusis (batuk rejan), dan Hepatitis B.
POSOLOGI Vaksin TIDAK BOLEH digunakan untuk dosis lahir Hepatitis B. Di negara-
negara dimana pertusis menjadi bahaya khusus terhadap bayi muda, vaksin kombinasi
diberikan sesegera mungkin dengan dosis pertama pada usia 6 minggu, dan dua dosis lanjutan
dengan interval 4 minggu.
Vaksin bisa diberikan secara aman dan efektif bersamaan dengan vaksin BCG, Campak dan
Polio (OPV dan IPV), vaksin Hib dan Yellow Fever, serta suplemen vitamin A. Jika DTP-HB
diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus diberikan pada tempat terpisah. Vaksin DTP-
HB tidak dapat dicampur kecuali jika diizinkan penggunaan sebagai produk kombinasi.
EFEK SAMPING Reaksi lokal atau sistemik yang bersifat ringan. Kasus yang sering terjadi
adalah bengkak, nyeri, penebalan kemerahan pada bekas suntikan. Menangis lebih dari 3
jam, demam > 38,5°C , muntah, diare. KONTRAINDIKASI
o Hipersensivitas terhadap komponen vaksin, reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi
sebelumnya, atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya merupakan kontraindikasi
terhadap dosis lanjutan vaksin kombinasi atau vaksin tertentu yang diketahui
dapat memicu reaksi samping.
o Terdapat beberapa kontraindikasi terhadap DTP : kejang atau gejala
abnormalitas serebral pada periode baru lahir atau abnormalitas neurologis serius lainnya
karena komponen pertusis. Pada kasus ini, vaksin jangan diberikan dalam bentuk
kombinasi, tetapi sebaiknya diberikan secara terpisah, yaitu dengan memberikan vaksin
DT (bukan DTP) serta Hepatitis B, atau memberikan DTaP dengan Hepatitis B.
o Penderita penyakit kejang demam akut.
DEFISIENSI SISTEM KEKEBALAN Individu yang terinfeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) baik asimtomatis dan simtomatis harus diimunisasi menurut jadwal yang telah
ditetapkan. PERINGATAN & PERHATIAN
o Hati-hati penggunaan pada anak dengan riwayat kejang demam.
o Perhatikan petunjuk pemakaian vaksin (Lihat halaman 17).
INTERAKSI OBAT Pada orang yang sedang menjalani pengobatan dengan obat-obatan
yang menurunkan daya tahan tubuh seperti kortikosteroid, respon tidak akan
tercapai. PENYIMPANAN
o Vaksin DTP-HB 10 harus disimpan pada suhu antara +2° s/d +8°C.
o TIDAK BOLEH DIBEKUKAN
o Masa daluarsa 2 tahun.
Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka: Vaksin DTP-HB dalam
kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau lebih untuk imunisasi dapat
disimpan dan digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya sampai dengan 4 minggu, jika
semua kondisi yang dipersyaratkan dipenuhi. (Lihat keterangan petunjuk
penyimpanan, halaman 11). KEMASAN
o Dus: 10 vial @ 2,5 mL (5 dosis)
o Dus: 10 vial @ 5 mL (10 dosis)
Vaksin BIO-TT
Project 14 of 18‹›
Deskripsi BIO-TT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam ampul,
mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.
Komposisi Tiap dosis (0,5 mL) mengandung : Zat berkhasiat : • Toksoid tetanus murni 10 Lf
Zat tambahan : • Aluminium fosfat 1,5 mg • Thimerosal 0,05 mg
Indikasi Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap tetanus dan perlindungan terhadap
tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
Cara Kerja Obat Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap tetanus.
Posologi
o Imunisasi BIO-TT untuk pencegahan terhadap tetanus/ tetanus neonatorum terdiri dari
2 dosis primer @ 0,5 mL yang diberikan secara intramuskular dengan interval 4-6 minggu,
diikuti dengan dosis ke tiga 6 bulan berikutnya.
o Vaksin BIO-TT dapat diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, Campak, Rubella,
Mumps, Polio (OPV atau IPV), Hepatitis B, Haemophilus influenzae tipe b, dan Yellow
Fever, pada lokasi penyuntikan yang berbeda, serta suplemen vitamin A.
Efek Samping Bersifat ringan dan jarang, seperti sakit dan kemerahan pada lokasi suntikan
yang bersifat sementara, serta kadang-kadang demam. Aman diberikan selama masa
kehamilan. Kontraindikasi
o Reaksi berat terhadap dosis vaksin TT sebelumnya
o Hipersensitif terhadap komponen vaksin
o Imunisasi sebaiknya tidak diberikan pada keadaan demam atau infeksi akut. Pada
demam ringan (minor afebrile illness) seperti infeksi ringan pada pernafasan bagian atas,
imunisasi dapat diberikan.
DEFISIENSI SISTEM KEKEBALAN Individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun
simtomatis, harus divaksinasi BIO-TT menurut jadwal yang telah ditetapkan. INTERAKSI
OBAT Tidak ada interaksi obat Penyimpanan
o Vaksin BIO-TT harus disimpan pada suhu antara +2° s/d +8°C.
o TIDAK BOLEH DIBEKUKAN.
o Masa daluarsa 3 tahun.
KEMASAN Dus : 10 ampul @ 0,5 mL (1 dosi
Vaksin TT
Project 15 of 18‹›
DESKRIPSI
Vaksin TT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.
KOMPOSISI
Tiap dosis (0,5 mL) mengandung :
Zat berkhasiat:
• Toksoid tetanus murni 10 Lf
Zat tambahan:
• Aluminium fosfat 1,5 mg
• Thimerosal 0,05 mg
INDIKASI
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap tetanus dan perlindungan terhadap tetanus
neonatorum pada wanita usia subur.
CARA KERJA OBAT
Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap tetanus.
POSOLOGI
o Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/ tetanus neonatorum terdiri dari 2
dosis primer @ 0,5 mL yang diberikan secara intramuskular dengan interval 4-6 minggu,
diikuti dengan dosis ke tiga 6 bulan berikutnya.
o Vaksin TT dapat diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, Campak, Rubella,
Mumps, Polio (OPV atau IPV), Hepatitis B, Haemophilus Influenzae tipe b, dan Yellow
Fever pada lokasi penyuntikan yang berbeda, serta suplemen vitamin A
.EFEK SAMPING
Bersifat ringan dan jarang, seperti sakit dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat
sementara, serta
kadang-kadang demam. Aman diberikan selama masa kehamilan.
KONTRAINDIKASI
o Reaksi berat terhadap dosis vaksin TT sebelumnya
o Hipersensitif terhadap komponen vaksin
o Imunisasi sebaiknya tidak diberikan pada keadaan demam atau infeksi akut. Pada
demam ringan (minor afebrile illness) seperti infeksi ringan pada pernafasan bagian atas,
imunisasi dapat diberikan.
DEFISIENSI SISTEM KEKEBALAN
Individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun simtomatis, harus divaksinasi TT menurut
jadwal yang telah ditetapkan.
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat
PENYIMPANAN
o Vaksin TT harus disimpan pada suhu antara +2° s/d +8°C.
o TIDAK BOLEH DIBEKUKAN.
o Masa daluarsa 3 tahun
Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka
Vaksin TT dalam kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau lebih untuk
imunisasi dapat disimpan dan digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya sampai dengan 4
minggu, jika semua kondisi yang dipersyaratkan dipenuhi. (Lihat keterangan petunjuk
penyimpanan, hal. 11).
KEMASAN
Dus : 10 Vial @ 5 mL (10 dosis
Vaksin DTP
Project 16 of 18‹›
DESKRIPSI
Vaksin DTP merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, toksoid difteri murni, dan bakteri pertusis yang
diinaktivasi, yang teradsorbsi kedalam aluminium fosfat.
KOMPOSISI
Tiap dosis (0,5 mL) mengandung :
Zat berkhasiat :
• Toksoid difteri murni 20 Lf
• Toksoid tetanus murni 7,5 Lf
• B. pertussis yang diinaktivasi 12 OU
Zat tambahan:
• Aluminium fosfat 1,5 mg
• Thimerosal 0,05 mg
INDIKASI
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus dan pertusis (batuk rejan) secara
simultan pada bayi dan anak-anak.
CARA KERJA OBAT
Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap difteri, tetanus, dan pertusis.
POSOLOGI
o Untuk imunisasi dasar diberikan pada umur 2 bulan, dengan pemberian sebanyak 3
kali @ 0,5 mL secara intramuskular, dengan masa antara 4-6 minggu. Booster 12 bulan
kemudian dengan dosis 0,5 mL secara intramuskular.
o Di daerah endemis dimana pertusis dianggap sebagai ancaman tersendiri bagi bayi,
imunisasi DTP harus diberikan sejak usia 6 minggu, dan 2 dosis selanjutnya diberikan dengan
interval waktu 4 minggu.
o WHO merekomendasikan, jika memungkinkan, satu dosis tambahan DTP dapat
diberikan satu tahun setelah dosis primer lengkap.
EFEK SAMPING
Biasanya reaksi lokal atau sistemik ringan. Sakit, bengkak dan kemerahan pada lokasi
suntikan disertai demam yang bersifat sementara, merupakan kasus terbanyak. Kadang-
kadang reaksi berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan histeria dapat terjadi 24 jam setelah
imunisasi. Dilaporkan adanya episode hypotonichyporesponsive. Kejang karena demam (step)
dilaporkan terjadi dengan perbandingan 1 kasus per 12.500 dosis pemberian. Pemberian
asetaminofen pada 4-8 jam setelah imunisasi mengurangi terjadinya demam.
Studi nasional mengenai ensefalopati (penyakit degeneratif otak) pada anak di Inggris
menunjukkan adanya sedikit peningkatan resiko terjadinya ensefalopati akut setelah imunisasi
DTP.
Namun demikian, penelitian lebih lanjut oleh States Institute of Medicine, The Advisory
Committee on Immunization Practices, dan the Paediatric Association of Australia, Canada,
The United Kingdom and The United States, menyimpulkan bahwa data yang didapat tidak
menunjukkan adanya hubungan antara DTP dan disfungsi sistem saraf kronis pada anak. Jadi
tidak ada bukti ilmiah bahwa episode hypotonic-hyperesponsive dan kejang karena demam
(step) mempunyai dampak yang permanen pada anak.
Apabila sesudah pemberian DTP terjadi reaksi yang berlebihan, dosis imunisasi berikutnya
diganti dengan DT atau DTaP.
KONTRAINDIKASI
o Dosis kedua DTP jangan diberikan pada individu yang mengalami reaksi anafilaktik
terhadap dosis sebelumnya atau terhadap komponen vaksin
o Hipersensitif terhadap komponen vaksin
o Pada anak-anak yang sedang mengalami batuk, pilek, demam, dan yang menderita
kelainan saraf, mudah mendapat kejang, asma dan eksim
DEFISIENSI SISTEM KEKEBALAN
Individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun simtomatis, harus divaksinasi DTP
menurut jadwal yang telah ditetapkan.
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat
PERINGATAN & PERHATIAN
o Jangan diberikan pada anak-anak usia diatas 5 tahun.
o Perhatikan petunjuk pemakaian vaksin (halaman 17).
PENYIMPANAN
o Vaksin DTP harus disimpan pada suhu antara +2° s/d +8°C.
o TIDAK BOLEH DIBEKUKAN.
o Masa daluarsa 2 tahun. Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka
Vaksin DTP dalam kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau lebih untuk
imunisasi dapat disimpan dan digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya, sampai dengan 4
minggu jika semua kondisi yang dipersyaratkan dipenuhi. (Lihat keterangan petunjuk
penyimpanan, hal. 11)
KEMASAN
Dus : 10 vial @ 5 mL (10 dosis)
Vaksin Jerap DT
Project 17 of 18‹›
DESKRIPSI
Vaksin DT merupakan suspensi koloidal homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang teradsorbsi kedalam aluminium
fosfat.
KOMPOSISI
Tiap dosis (0,5 mL) mengandung :
Zat berkhasiat:
• Toksoid difteri murni 20 Lf
• Toksoid tetanus murni 7,5 Lf
Zat tambahan:
• Aluminium fosfat 1,5 mg
• Thimerosal 0,05 mg
INDIKASI
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri dan tetanus secara simultan pada anak-
anak.
CARA KERJA OBAT
Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap difteri dan tetanus.
POSOLOGI
o Vaksin DT direkomendasikan untuk digunakan pada imunisasi anak-anak usia di
bawah 7 tahun, terutama jika terjadi kontraindikasi terhadap komponen pertusis pada
vaksinasi DTP.
o Imunisasi primer untuk anak terdiri dari tiga dosis 0,5 mL disuntikkan secara
intramuskular.
o Suntikan pertama dan kedua dengan masa antara 4 – 6 minggu, suntikan ketiga 6
bulan kemudian. DT dapat diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, Campak, Rubella,
Mumps, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib, dan Yellow Fever, pada lokasi penyuntikan
yang berbeda.
o Dapat digunakan sebagai booster pada usia pra sekolah dan sekolah.
EFEK SAMPING
Sakit dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, sindroma Guillain Barré
dan kadang-kadang demam.
KONTRAINDIKASI
• Dosis kedua DT jangan diberikan apabila anak menderita reaksi berat terhadap dosis
sebelumnya.
• Hipersensitif terhadap komponen dari vaksin.
DEFISIENSI SISTEM KEKEBALAN
Individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun simtomatis, harus divaksinasi TT menurut
jadwal
yang telah ditetapkan.
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat
PERINGATAN DAN PERHATIAN
o Untuk individu berusia 7 tahun atau lebih, direkomendasikan vaksin jerap khusus
untuk dewasa yaitu vaksin Td.
o Perhatikan petunjuk pemakaian vaksin (halaman 17).
PENYIMPANAN
o Vaksin Jerap DT harus disimpan pada suhu antara +2° s/d +8°C.
o TIDAK BOLEH DIBEKUKAN.
o Masa daluarsa 2 tahun.
Penggunaan vaksin dalam vial dosis ganda yang sudah dibuka:
Vaksin DT dalam kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau lebih untuk
imunisasi, dapat disimpan dan digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya sampai dengan 4
minggu, jika semua kondisi yang dipersyaratkan dipenuhi. (Lihat keterangan petunjuk
penyimpanan, hal. 11)
KEMASAN
Dus : 10 vial @ 5 mL (10 dosis)
Vaksin BCG (Beku Kering)
Project 18 of 18‹›
DESKRIPSI
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup
yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain Paris.
KOMPOSISI
Tiap ampul vaksin mengandung :
o Bacillus Calmette Guerin hidup 1,5 mg
Pelarut mengandung :
o Natrium klorida 0,9 % INDIKASI
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit tuberkulosa.
CARA KERJA OBAT
Merangsang tubuh membentuk antibodi terhadap tuberkulosa.
POSOLOGI
o Vaksin yang telah dilarutkan diberikan secara intradermal, sebanyak 0,05 mL untuk
bayi dibawah usia 1 tahun. Kulit tidak boleh dibersihkan dengan antiseptik. Vaksin dilarutkan
dengan menambahkan seluruh isi ampul pelarut vial vaksin. Seluruh pelet harus terlarut.
Sebelum pemberian suntikan, vaksin yang telah dilarutkan harus diamati secara visual. Jika
tampak benda asing maka vaksin harus dibuang.
o Gunakan syringe dan jarum steril untuk setiap penyuntikan. Vaksin BCG sensitif
terhadap sinar ultraviolet, maka harus dilindungi dari sinar matahari.
o Jika setelah dilarutkan tidak segera digunakan maka disimpan pada suhu antara +2°C
s/d +8°C, selama maksimal 3 jam.
o Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang telah disediakan oleh PT. Bio
Farma. Jangan gunakan pelarut dari jenis vaksin lain maupun produsen lain. Air untuk injeksi
juga tidak bisa digunakan. Menggunakan pelarut yang tidak tepat dapat menyebabkan
kerusakan pada vaksin dan reaksi serius pada pasien.
o Untuk proteksi maksimum vaksin BCG diberikan rutin kepada semua bayi segera
setelah lahir. Tidak ada bukti perihal manfaat vaksinasi BCG yang diulang. Vaksin ini dapat
diberikan bersama vaksin DTP, Campak, Polio (OPV & IPV), Hepatitis B, Haemophilus
influenzae tipe b, yellow fever, pada lokasi penyuntikan yang berbeda, dan suplemen vitamin
A.
EFEK SAMPING
Reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG adalah wajar. Suatu pembengkakan kecil,
merah, lembut biasanya timbul pada daerah bekas suntikan, yang kemudian berubah menjadi
vesikel kecil, dan kemudian menjadi sebuah ulkus dalam waktu 2 - 4 minggu. Reaksi ini
biasanya hilang dalam 2 – 5 bulan, dan umumnya pada anak-anak akan meninggalkan bekas
berupa jaringan parut dengan diameter 2 – 10 mm.
Jarang sekali nodus dan ulkus tetap bertahan. Kadang-kadang pembesaran kelenjar getah
bening pada daerah ketiak dapat timbul 2 – 4 bulan setelah imunisasi. Sangat jarang sekali
pembesaran kelenjar getah bening tersebut menjadi supuratif. Suntikan yang kurang hati-hati
dapat menimbulkan abses dan jaringan parut.
KONTRAINDIKASI
o Defisiensi sistem kekebalan
o Individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun simtomatis tidak boleh menerima
vaksinasi BCG.
INTERAKSI OBAT
Tidak ada interaksi obat.
PENYIMPANAN
o Vaksin BCG beku kering harus disimpan pada suhu antara +2°C s/d +8°C. Vaksin dan
pelarut harus ditransportasikan bersamaan. Pelarut tidak boleh dibekukan, tetapi disimpan
pada suhu kamar. Vaksin harus dilindungi dari cahaya.
o Masa daluarsa 1 tahun.
o Vaksin BCG yang sudah dilarutkan, sebaiknya digunakan segera, paling lambat 3 jam
setelah dilarutkan, apabila masih bersisa maka harus dimusnahkan
KEMASAN
o Dus @10 ampul vaksin BCG + Dus @10 ampul pelarut (4 mL)
o Dus @5 ampul vaksin BCG + 5 ampul pelarut (4 mL)
Tuberkulin PPD RT23 SSI
Project 10 of 18‹›
DESKRIPSI
Tuberkulin Purified Protein Derivative (PPD) RT 23 adalah cairan bening yang me- ngandung
PPD dari galur terpilih bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulin PPD RT 23
diproduksi dengan kekuatan 2 tuberculin unit (T.U, dimana 1 T.U = 0,02 mcg (microgram)
Tuberkulin PPD RT 23).
1 mL larutan Tuberkulin mengandung 50 mcg penstabil, polysorbate 80 (Tween 80) dan 100
mcg pengawet, potassium hy- droxyquinoline sulphate (Khinosol) dalam buffer fosfat.
KOMPOSISI
1 mL Tuberkulin PPD 2 TU mengandung:
Tuberkulin PPD RT 23 dari
o Mycobacterium tuberculosis 0,4 mcg
o Disodium phosphate dihydrate 7,6 mg
o Potassium dihydrogen phosphate 1,45 mg
o Sodium chloride 4,8 mg
o Potassium hydroxyquinoline sulphate 100 mcg
o Polysorbate 80 50 mcg\
o Water for injection 1 mL
INDIKASI
Untuk tujuan diagnostik. Uji Mantoux de- ngan Tuberculin PPD RT 23 merupakan alat
pengujian dalam menentukan apakah sese- orang pernah terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis.
KONTRAINDIKASI
Jika diketahui menyebabkan reaksi yang hipersensitif setelah dilakukan pengujian terhadap
kulit dengan produk Sensitin PPD atau Tuberculin PPD, hindari penggunaan lebih lanjut.
PERINGATAN & PERHATIAN
o Pasien yang memiliki latar belakang pernah mengalami vesikulasi dan nekrosis
dengan berbagai metode uji tuberkulin, tes tuberkulin harus dihindarkan.
o Reaktifitas terhadap tes dapat menu- run pada pasien yang mengkonsumsi
kortikosteroid atau obat-obatan yang bersifat imunosupresif atau orang yang baru diimunisasi
dengan vaksin virus hidup seperti MMR, Polio.
KEHAMILAN & MENYUSUI
Tuberkulin PPD RT 23 dapat diberikan kepada wanita hamil jika benar-benar diperlukan.
INTERAKSI
o Vaksinasi dengan vaksin virus hidup (sebagai contoh vaksin MMR terhadap campak,
mumps, dan rubella) atau in- feksi virus, seperti campak, HIV atau influenza dapat
menurunkan reaksi tuberkulin untuk sementara waktu. Penyakit lainnya, termasuk kanker dan
sarcoidosis, dapat menurunkan sensi- tivitas terhadap tuberkulin. Seseorang yang kekurangan
gizi dan sedang melakukan perawatan imunosupresif dapat menunjukkan reaksi yang ren- dah
terhadap Tuberculin PPD RT 23 dibanding dengan yang diperkirakan.
o Seseorang dengan tuberkulosis aktif dapat menunjukkan reaksi kurang dari 6 mm jika
sistem kekebalan menga-lami penurunan yang drastis akibat infeksi tuberkulosis.
o Seseorang dapat menunjukkan hasil uji Mantoux positif walaupun tidak / tidak pernah
terinfeksi Tuberculosis. Hal ini dapat disebabkan oleh vaksi- nasi BCG sebelumnya ataupun
infeksi awal mycobacterium non-tubercu- lous dari lingkungan yang tidak me- nyebabkan
suatu penyakit tertentu.
DOSIS & METODE PENYUNTIKAN
o Pengujian pada kulit harus dilakukan menggunakan metode Mantoux. Saat digunakan
untuk tujuan diagnostik medis, sangat disarankan untuk meng- gunakan 0,1 mL Tuberkulin
PPD RT 23 2 TU. Tuberkulin PPD RT 23 1 TU dapat digunakan bila diinginkan reaksi yang
kuat.
o Dosis yang digunakan adalah 0,1 mL cairan PPD RT 23. Penyuntikan harus dilakukan
secara intrakutan di tengah sepertiga lengan, karena reaksi yang lemah di dekat pergelangan
atau siku.
o Untuk penyuntikan sebaiknya meng- gunakan jarum suntik 1 mL dengan kemiringan
pendek 25 – 26 gauge (0,5 x 10 mm). Ambil 0,1 mL cairan tuberkulin dengan dilebihkan
sedikit. Keluarkan kelebihan dan gelembung udara dari alat suntik, hingga ter- sisa tepat 0,1
mL cairan tuberkulin. Regangkan kulit sedikit, dan bagian jarum yang miring menghadap ke
atas dimasukkan ke dalam lapisan dangkal dari kulit, kemudian suntikan perlahan seluruh
dosis 0,1 mL.
o Sangat penting untuk menyuntikan di bagian paling atas dari lapisan kulit, karena
reaksi lanjutan akan sulit untuk ditafsirkan jika cairan Tuberkulin PPD disuntikan terlalu
dalam. Penyuntikan yang tepat akan menghasilkan pem- bentukan gelembung kecil atau papul
berdiameter 8 – 10 mm, yang akan terlihat sampai kira-kira 10 menit. Jika tidak ada
gelembung yang terbentuk, kemungkinan cairan disuntikan terlalu dalam, dan tes harus
diulangi pada sisi yang lain, atau pada sisi yang sama de- ngan jarak 4 cm atau lebih.
EVALUASI & INTERPRETASI UJI MANTOUX
o Dalam 48 – 72 jam setelah penyuntikan, terjadi indurasi, dan kemerahan,yang dapat
diamati sebagai reaksi positif. Ukur hanya indurasi yang terbentuk kurang lebih 3 hari setelah
penggu- naan Tuberkulin PPD RT 23. Reaksi kulit dapat dirasakan berupa indurasi yang
datar, sedikit pengerasan yang menonjol, yang harus diukur menggu- nakan penggaris plastik
bening yang fleksibel.
o Reaksi positif dari Tuberkulin PPD RT 23 berupa penebalan atau pengerasan dengan
diameter lebih dari 6 mm.
o Di negara – negara yang melakukan vaksinasi BCG, dapat memilih nilai batas yang
lebih tinggi sebagai indikasi reaksi positif.
o Dalam situasi tertentu, orang yang mengalami imunosupresif dapat dipertimbangkan
mengalami reaksi positif terhadap tuberkulin, meskipun diameter indurasi yang terjadi kurang
dari 6 mm.
EFEK SAMPING
Segera setelah penyuntikan, rasa sakit, irita- si atau rasa tidak nyaman walaupun jarang timbul
di daerah suntikan, akan mereda dalam waktu singkat.Pada orang yang sa- ngat sensitif
terhadap tuberkulin, vesikula atau kebekuan dapat muncul pada lokasi suntikan. Pernah
dilaporkan adanya de- mam ringan atau pembengkakan kelenjar getah bening.
PENYIMPANAN
o Cairan Tuberkulin PPD RT 23 harus disimpan pada suhu
antara +2°C s/d +8°C, serta terlindungi dari cahaya.
o Tanggal kadaluarsa yang tercantum pada label tidak boleh terlampaui. Setelah dibuka
untuk dosis pertama, vial harus disimpan pada suhu antara +2°C s/d +8°C.
o Isi yang masih tersisa harus digunakan dalam jangka waktu 24 jam.
KEMASAN
Dus : 5 Vial @ 1,5 mL (15 dosis)
Catatan :
Pada daerah penyuntikan tidak boleh :
o Digaruk ataupun digosok.
o Diberikan antiseptik, sabun, atau zat-zat tertentu.
o Ditutup dengan plester.
Diproduksi oleh Statens Serum Insitut
Diimpor dan dikemas oleh PT Bio Farma (Persero).