makalah portofolio

19
A. PENGERTIAN PENILAIAN PORTOFOLIO Arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose papers, pictures, or phamplets. Jadi, portofolio berupa suatu koleksi hasil kerja seseorang yang berupa kumpulan dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu, seseorang dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apa pun yang telah dicapainya (Soewandi, 2005). Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah koleksi yang sangat berguna tentang upaya, kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka waktu tertentu (Cherian & Mau, 2003). Sebuah portofolio adalah koleksi multidimensi dari infomasi yang dikumpulkan, yang memungkinkan guru dan siswa mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang pembelajaran siswa (Farr, dalam Duffy et al., 1999). Sebagai sebuah bentuk asesmen, portofolio merupakan sebuah kumpulan seleksi dan sistematisasi karya siswa yang memperlihatkan ketuntasan atau pertumbuhan dalam area tertentu dalam jangka waktu tertentu (Jones, 2001). Senada dengan pernyataan tersebut, di dalam Buku KTSP SMP (Depdiknas, 2006) dinyatakan bahwa asesmen portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya (hasil kerja) siswa yang sistematis, yakni: pengumpulan data melalui karya siswa, pengumpulan dan penilaian yang terus menerus, refleksi perkembangan berbagai kompetensi, memperlihatkan tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa, bagian integral dari proses pembelajaran, untuk satu periode, dan tujuan diagnostik. Dengan

Upload: maratus-sholihah

Post on 05-Dec-2014

700 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PORTOFOLIO

A. PENGERTIAN PENILAIAN PORTOFOLIO

Arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose papers,

pictures, or phamplets. Jadi, portofolio berupa suatu koleksi hasil kerja seseorang yang berupa

kumpulan dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu, seseorang dapat menelusuri

riwayat perkembangan prestasi atau apa pun yang telah dicapainya (Soewandi, 2005).

Dalam ranah persekolahan, portofolio adalah koleksi yang sangat berguna tentang upaya,

kemajuan, dan kemampuan siswa dalam jangka waktu tertentu (Cherian & Mau, 2003). Sebuah

portofolio adalah koleksi multidimensi dari infomasi yang dikumpulkan, yang memungkinkan

guru dan siswa mengkonstruksi gambaran terorganisasi, proses, dan deskriptif tentang

pembelajaran siswa (Farr, dalam Duffy et al., 1999). Sebagai sebuah bentuk asesmen, portofolio

merupakan sebuah kumpulan seleksi dan sistematisasi karya siswa yang memperlihatkan

ketuntasan atau pertumbuhan dalam area tertentu dalam jangka waktu tertentu (Jones, 2001).

Senada dengan pernyataan tersebut, di dalam Buku KTSP SMP (Depdiknas, 2006)

dinyatakan bahwa asesmen portofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya (hasil kerja)

siswa yang sistematis, yakni: pengumpulan data melalui karya siswa, pengumpulan dan

penilaian yang terus menerus, refleksi perkembangan berbagai kompetensi, memperlihatkan

tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa, bagian integral dari proses pembelajaran, untuk

satu periode, dan tujuan diagnostik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebuah asesmen

portofolio adalah koleksi kerja siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, atau kemampuan

siswa pada area yang ditentukan. Koleksi ini meliputi:

1. Partisipasi siswa di dalam seleksi isi portofolio

2. Petunjuk bagaimana menyeleksinya

3. Kriteria untuk penilaian

4. Bukti refleksi-diri siswa (sesuai dengan pendapat Meyer et al., dalam Reckase, 1995).

Akan tetapi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio. Portofolio

“hanya kumpulan karya seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan

oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar,

atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum” (Depdiknas, 2004: 3). Ini pun

“difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang

dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan, atau tidak dapat dijawab,

atau tidak dapat dipecahkan oleh siswa” (Depdiknas, 2004: 3).

Page 2: MAKALAH PORTOFOLIO

B. ALASAN DIBERLAKUKANNYA PENILAIAN PORTOFOLIO

Dalam studinya tentang praktik penilaian di lapangan, Pusat Kurikulum (2000)

menemukan kenyataan bahwa praktik penilaian di kelas kurang menggunakan cara dan alat

yang lebih bervariasi. Termasuk aspek yang dinilai pun, masih lebih menekankan aspek (ranah)

kognitif, dengan sedikit psikomotor, dan hampir tidak disentuh penilaian aspek afektif, itu pun

masih belum sampai pada taraf kognitif yang tinggi. Dari pihak penentu kebijakan, kenyataan

seperti itu, tentu saja, dipandang merugikan peserta didik. Itulah sebabnya mengapa diterbitkan

kebijakan yang dinamakan Penilaian Berbasis Kelas (PBK), dengan tujuan supaya terjadi

keseimbangan penilaian pada ketiga ranah psikologis itu, dengan menggunakan berbagai

bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi, dan secara berkesinambungan

(Puskur, 2000).

Kebijakan yang tertuang dalam PBK mengamanatkan juga bahwa (1) yang dinilai

adalah kompetensi (bukan materi), dan (2) dilakukan dengan (a) tes tertulis, (b) tes perbuatan, (c)

pemberian tugas, (d) penilaian proyek, (e) penilaian produk, (f) penilaian sikap, dan (g) penilaian

portofolio (Surapranata dan Hatta, 2006: 18–21); dan (3) apa pun jenis penilaiannya harus

memungkinkan adanya kesempatan terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka

ketahui dan pahami, serta mendemonstrasikan kemampuan mereka. Dari kebijakan inilah

mulai dikenalkan penilaian dengan portofolio.

Dalam dokumen Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio untuk Penilaian, Kurikulum

2004 SMA (Depdiknas, 2004: 2) dicatat adanya enam masalah yang berkaitan dengan

penilaian hasil belajar—yang memunculkan penilaian dengan portofolio—seperti dikatakan

berikut.

1. Tes baku biasanya tidak menilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara

luas.

2. Tes tertutup (tes dengan jawaban tunggal) tidak memberikan gambaran yang memadai

tentang kemampuan siswa.

3. Penilaian tidak disesuaikan dengan cara belajar siswa yang biasanya bervariasi.

4. Penilaian tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya,

bukan ketidakmampuannya.

5. Penilaian kurang mempertimbangkan kemajuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.

6. Penilaian tidak dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pembelajaran.

Page 3: MAKALAH PORTOFOLIO

Di dalam PBK juga diterapkan penilaian otentik, yaitu (1) penilaian yang “melibatkan

peserta didik secara realistis dalam menilai prestasi mereka sendiri” (2004: 71), (2) “penilaian

yang berbasis unjuk kerja, realistis, dan sesuai dengan pengajaran” (3) “… berisi informasi atau

data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, melalui berbagai metode, dan melalui berbagai

titik waktu” (2004: 71). Salah satu penilaian otentik yang efektif adalah penilaian dengan

portofolio (2004: 71).

C. TUJUAN PENILAIAN PORTOFOLIO

Penilaian portofolio bertujuan sebagai alat formatif dan sumatif. Portofolio sebagai alat

formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk

memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam

merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Portofolio seperti ini difokuskan pada proses

perkembangan peserta didik dan digunakan untuk tujuan formatik dan diagnostik. Penilaian

portofolio sumatif diselenggarakan pada akahir semester atau akhir tahun pelajaran. Hasil

penilaian portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi rapor peserta didik,

yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Di samping itu tujuan

penilaian portofolio adalah untuk memberikan informasi kepada orang tuatentang perkembangan

peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat.

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004:76) mengemukakan bahwa penilaian

portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberap tujuan, yaitu :

1. Menghargai perkembangan yang dialami peserta didik.

2. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.

3. Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.

4. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimen.

5. Meningkatkan efektifitas proses pengajaran

6. Bertukar informasi dengan orang tua atau wali peserta didik dan guru lain.

7. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pda peserta didik.

8. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.

9. Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan

D. FUNGSI PENILAIAN PORTOFOLIO

Page 4: MAKALAH PORTOFOLIO

Adapun fungsi penilaian portofolio adalah sebagai berikut :

1. Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab dalam

belajar, dan pembaharuan proses pembelajaran.

2. Portofolio sebagai alat pengajaran merupakan komponen kurikulum, karena portofolio

mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan menujukkan hasil kerja mereka.

3. Portofolio sebagai alat penilaian otentik (authentic assessment)

4. Portofolio sebgai sumber informasi bagi siswa untuk melakukan self-assessment.

E. KARYA YANG DIKUMPULKAN DALAM PORTOFOLIO

Menurut Barton & Collins (dalam Surapranata dan Hatta, 2004), objek-objek portofolio

dibedakan menjadi empat macam yaitu: hasil karya peserta didik atau artifak, reproduksi,

pengesahan (attestation), dan produksi (production). Karya apa saja yang dapat dikumpulkan

dalam sebuah portofolio? Diberikan beberapa contoh berikut:

1. Hasil proyek penyelidikan, atau praktik siswa yang disajikan secara tertulis

2. Hasil kerja siswa dengan menggunakan alat rekam, atau komputer, atau disket

3. Gambar atau laporan hasil pengamatan

4. Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah

5. Laporan kerja kelompok

6. Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran (Depdiknas, 2004: 4),

7. Penghargaan tertulis

8. Hasil karya berupa tulisan, ringkasan (Surapranata dan Hatta, 2004: 39).

F. JENIS PORTOFOLIO

Menurut Duffy (1999), terdapat empat jenis atau tingkatan portofolio berdasarkan tanggung

jawab siswa terhadap kerjanya dan bagaimana guru membantu siswanya:

1. Portofolio Semua Hal (The Everything Portfolio)

Portofolio semua hal (atau portofolio perkembangan) merupakan suatu kumpulan karya

siswa melintasi berbagai variasi siswa, kelas, semester, atau tahun. Portofolio ini berisi karya

siswa, baik selama proses maupun draft final. Seleksi karya dalam portofolio jenis ini bukan

merupakan tujuan utama. Guru menggunakan portofolio jenis ini untuk mengevaluasi

Page 5: MAKALAH PORTOFOLIO

kemajuan siswa. Guru dapat menggunakan informasi dalam portofolio jenis ini untuk

sebagai bahan pertemuan antara guru, siswa, dan orang tua atau antara guru dengan siswa.

Secara umum, portofolio ini dievaluasi sebagai contoh karya siswa dalam berbagai tingkat

pencapaian kompetensi, jadi cenderung sumatif.

2. Portofolio Produk (The Product Portfolio)

Di dalam portofolio produk, guru menyediakan daftar isi suatu topik atau produk. Siswa

memasukkan contoh-contoh karyanya dalam area daftar isi tersebut. Portofolio ini menjadi

semacam ceklis kompetensi. Guru merumuskan topik penting untuk dipelajari, dan siswa

menyelesaikan tugas-tugasnya untuk menuntaskan topik tersebut, dan dibuktikan oleh

terpenuhinya daftar isi seputar topik itu dengan karya siswa. Evaluasi portofolio ini berupa

pertemuan antara guru dan siswa, dan selama pertemuan guru dapat memberikan umpan

balik sumatif, namun umpan balik ini sebagai informasi formatif bagi siswa. Guru memilih

karya terbaik siswa, dan menjelaskan mengapa itu merupakan karya terbaiknya. Informasi

dari penjelasan guru ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan portofolio

selanjutnya.

3. Portofolio “Pameran” (The Showcase Portfolio)

Di dalam portofolio “pameran” atau protofolio contoh, guru menyediakan daftar isi suatu

topik, dan siswa mengevaluasi elemen-elemen untuk portofolionya dan memberikan alasan

rasional untuk tiap seleksinya. Siswa diingatkan untuk tidak sekedar memasukkan karya

yang dinilai baik oleh guru, akan tetapi harus pula mempertimbangkan audien dan tujuan

portofolio itu. Di dalam evaluasi portofolio, guru melakukan pertemuan dengan siswa, dan

guru memberikan umpan balik sumatif terhadap produk siswa serta umpan balik formatif

tentang alasan siswa selama proses seleksi karyanya.

4. Portofolio Tujuan (The Objective Portfolio)

Tingkat terakhir adalah portofolio tujuan. Di dalam portofolio jenis ini, guru merumuskan

daftar tujuan atau pernyataan tentang kualitas kinerja. Siswa menyeleksi dari kumpulan

karyanya untuk mempertemukan karya terbaiknya dengan tujuan tersebut. Portofolio jenis

ini sebaiknya tidak dibatasi pada karya tertulis saja, akan tetapi segala artifak dan kinerja

siswa (misalnya dalam berbagai berbagai format media) yang berkaitan dengan tujuan atau

kualitas kinerja yang diminta. Portofolio jenis ini membutuhkan kemampuan siswa dalam

menganalisis tujuan, mereviu kemungkinan karya, menyeleksi contoh terbaik dari

Page 6: MAKALAH PORTOFOLIO

keterampilan yang diminta dalam tujuan, serta memberikan alasan seleksi karyanya. Untuk

setiap tujuan yang telah dituntaskan, guru memberikan umpan balik kualitatif individual.

Untuk tujuan yang belum dituntaskan, guru memberikan umpan balik formatif yang

memungkinkan siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang tujuan tersebut.

G. PRINSIP PENILAIAN PORTOFOLIO

Direktorat PLP Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003) mengemukakan pelaksanaan

penilaian potofolio hendaknya memperhatikan prinsip

1. Mutual Trust (saling mempercayai),

Jangan ada saling mencurigai antara guru dengan peserta didik maupun antar

peserta didik. Mereka harus saling percaya, saling membutuhkan, saling membantu,

terbuka, jujur, dan adil, sehingga dapat membangun suasana penilaian yang lebih

kondusif.

2. Confidentiality (kerahasiaan bersama),

Guru harus menjaga kerahasiaan semua hasil pekerjaan peserta didik dan

dokumen yang ada, baik perorangan maupun kelompok, tidak boleh diberikan atau

diperlihatkan kepada siapapun sebelum diadakan pameran. Agar, peserta didik yang

mempunyai kelamahan tidak merasa dipermalukan. Menjaga kerahasiaan bersama ini

juga mempunyai arti lain, yaitu memotivasi peserta didik untuk memperbaiki hasil

pekerjaannya dan meningkatkan kepercayaan peserta didik kepada guru.

3. Joint Ownership (miliki bersama),

Semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada harus menjadi milik

bersama antara guru dan peserta didik, karena itu harus dijaga bersamabaik

penyimpanannya maupun penempatannya. Berikan kemudahan peserta didik untuk

melihat, menyimpan dan mengambil kembali portofolio mereka. Hal ini dimaksudkan

juga untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab peserta didik.

4. Satisfaction (kepuasaan),

Semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar

dan indiktor harus dapat memuaskan semua pihak, baik guru, orang tua, maupun peserta

didik, karena dokumen tersebut merupakan bukti karya terbaik peserta didik sebagai hasil

pembinaan guru.

Page 7: MAKALAH PORTOFOLIO

5. Relevance (kesesuaian),

Dokumen yang ada harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator yang diharapkan. Kesesuaian ini pada gilirannya berkaiatan dengan prinsip

kepuasan.

H. LANGKAH PENYUSUNAN PORTOFOLIO

Depdiknas (2004: 8-10) dalam dokumen Pedoman Khusus Pengembangan Portofolio

untuk Penilaian menyebutkan enam langkah penyusunan portofolio sebagai berikut

a) Langkah Pertama: Menentukan Maksud atau Fokus Portofolio, di dalam langkah ini guru

melakukan kegiatan

1. Menentukan tujuan penilaian dengan protofolio: apakah untuk memantau proses

pembelajaran (process oriented), atau mengevaluasi hasil belajar (product oriented), atau

keduanya

2. Menentukan untuk apa penilaian dengan portofolio digunakan: apakah untuk

menunjukkan proses pembelajaran kepada orang tua, atau penilaian pada akhir

pembelajaran, atau pada akhir jenjang pendidikan

3. Menentukan relevansi (kaitan) antara evidence dan tujuan (kompetensi) yang akan

dinilai: perlu ditentukan apakah ada penilaian diri, audio, esai; apakah boleh dikerjakan

bersama (kelompok)

4. Menentukan seberapa banyak evidence yang ada di portofolio akan digunakan sebagai

bahan penilaian

5. Menentukan kompetensi (standar, dasar, dan indikator) apa yang ketercapaiannya hendak

dinilai dengan portofolio

6. Menentukan evidence yang dikumpulkan: apakah hanya karya terbaik, atau

pertumbuhan atau perkembangannya, atau keduanya

7. Menentukan apakah portofolio akan dipakai untuk penilaian formatif, atau sumatif, atau

keduanya

8. Menetapkan siapa yang menentukan isi portofolio: apakah guru saja, guru dan siswa, atau

pihak lain (misalnya orang tua).

Page 8: MAKALAH PORTOFOLIO

b) Langkah Kedua: Menentukan Aspek Isi yang Dinilai, di dalam lanagkah ini guru

melakukan kegiatan :

1. Menentukan hanya karya terbaik siswa, atau karya yang berisi perkembangan belajarnya

2. Menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa yang menjadi aspek utama

untuk dinilai. Catatan: Jadi, tidak setiap kompetensi dasar merupakan isi portofolio.

3. Menentukan banyaknya evidence yang akan digunakan sebagai bahan penilaian.

c) Langkah Ketiga: Menentukan Bentuk, Susunan, atau Organisasi Portofolio, di dalam

langkah ini guru melakukan kegiatan :

1. Menentukan bentuk portofolio

Catatan: Pada umumnya bentuk portofolio terdiri atas (a) daftar isi dokumen, (b) isi

dokumen, (c) batasan (pembatasan) untuk setiap dokumen (misalnya dengan kertas

berwarna sebagai pembatas), dan (d) catatan guru dan orang tua.

2. Menentukan jenis isi dokumen, maksudnya, menentukan kompetensi dasar dan indikator

apa yang harus dicapai dalam wujud evidence (yang

3. mungkin berupa karya cipta atau catatan laporan, atau yang lain)

4. Memberikan catatan/komentar/nilai terhadap setiap evidence oleh guru/ orang tua

5. Menentukan apa yang harus ada dalam daftar isi portofolio

6. Menentukan definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi dokumen.

d) Langkah Keempat: Menentukan Penggunaan Portofolio, dalam langkah ini guru

melakukan kegiatan

1. Menentukan penggunaannya: apakah untuk siswa saja, atau orang tua saja, atau kepala

sekolah, guru lain, dan siswa lain

2. Menentukan pembobotan nilai portofolio terhadap komponen penilaian lain dalam

rangka penentuan nilai akhir/rapor.

e) Langkah Kelima: Menentukan Cara Menilai Portofolio, dalam langkah ini guru

melakukan kegiatan

1. Menentukan pedoman (rubrik) penskoran untuk setiap isi portofolio

2. Menentukan penilaiannya oleh guru sendiri atau guru dan siswa

3. Menentukan pembuatan rubrik (pedoman penilaian secara rinci) lebih dahulu untuk

menentukan penilaian atas portofolio; (penilaian sebaiknya tidak hanya didasarkan pada

keberhasilan, tetapi juga atas prosesnya, kriteria yang sebaiknya dipakai:

Page 9: MAKALAH PORTOFOLIO

Bukti terjadinya proses.

Mutu kegiatan: apakah menunjukkan peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap,

dan melibatkan beberapa materi pokok, atau tidak.

Keragaman pendekatan yang dipakai.

f) Langkah Keenam: Menentukan Bentuk atau Penggunaan Rubrik

Dalam langkah ini ditentukan apakah nilai portofolio akan dinyatakan sebagai satu skor

saja dalam keseluruhan penilaian, atau tidak. Untuk menugasi siswa membuat portofolio, guru

membuat persiapan sebagai berikut :

1. Menentukan maksud portofolio: guru menetapkan apakah untuk menilai karya terbaik,

atau menilai kemajuan siswa.

2. Menyesuaikan tugas dengan kurikulum, atau menyesuaikan tugas dengan tujuan mata

pelajaran (kompetensi dan indikatornya).

3. Menentukan indikasi: guru menentukan butir-butir apa yang harus terdapat dalam

portofolio

4. Menentukan format portofolio

5. Menentukan pembatasan kuantitas, maksudnya panjang portofolio perlu dibatasi supaya

tidak menjadi beban guru

6. Menentukan rubrik (pedoman penskoran)

Khusus penentuan rubrik penilaian dapat dipilih kriteria verbal, misalnya, kurang baik –

baik – baik sekali; atau jelek sekali – jelek – sedang – baik – baik sekali; atau dengan angka.

Level nilai yang ditetapkan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya, atau lengkap-tidaknya

persyaratan yang dipenuhi: makin lengkap, makin tinggi level nilainya.

I. KEUNTUNGAN PENILAIAN PORTOFOLIO

Freidman et al. (2001) memperinci manfaat portofolio, sebagai berikut:

1. Sumbangan portofolio terhadap asesmen

Sumbangan ini meliputi asesmen terhadap hasil pembelajaran, penyediaan bukti-bukti

kinerja, penggambaran bukti-bukti yang dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu,

kemajuan siswa sebagai hasil belajar, serta asesmen formatif dan sumatif.

2. Berfokus pada atribut-atribut kepribadian siswa

Page 10: MAKALAH PORTOFOLIO

Manfaat dalam area ini misalnya menyediakan bukti-bukti personal dan profesional

dalam pembelajaran siswa, menyediakan umpan balik terhadap nilai-nilai, perasaan, dan

cara untuk penanganan sejumlah pengalaman yang signifikan terhadap kepribadiannya.

3. Menguatkan hubungan antara guru dan siswa

Memungkinkan adanya dialog antar siswa dan dengan guru, mengingatkan siswa bahwa

pembelajaran adalah proses dua arah, cerminan kerja siswa dan guru, meningkatkan

harapan guru terhadap kemampuan berpikir dan pemecahan masalah siswanya.

4. Merangsang penggunaan strategi-strategi reflektif

Memfasilitasi penggunaan pengalaman masa lalu untuk pembelajaran dan mengenali

kemajuan, merangsang penggunaan keterampilan reflektif, menggunakan strategi-strategi

analisis dalam proses metakognitif, dan memungkinkan guru untuk memisahkan kualitas

bukti dari kemampuan siswa dalam merefleksikan bukti tersebut.

5. Meluaskan pemahaman terhadap kompetensi profesional

Persepsi siwa dan interpretasinya terhadap pengalamannya akan menumbuhkan

pemahaman siswa terhadap pertumbuhan profesional. Oleh karena itu, portofolio sangat

bernilai untuk siswa.

Hal lain yang bernilai adalah bahwa portofolio itu “nyata” (tangible), sehingga merupakan

sarana efektif untuk berkomunikasi dengan siswa, orang tua, guru lain, dan kepala sekolah

tentang kemajuan siswa (Jones, 2001).

J. KELEMAHAN PENILAIAN PORTOFOLIO

Depdiknas (2004: 6) mengingatkan adanya dua kelemahan penggunaan portofolio

sebagai penilaian.

1. Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan siswa dalam menyampaikan uraiannya

secara tertulis. Selama siswa belum lancar berbahasa tulis, penggunaan portofolio

merupakan beban tambahan yang memberatkan.

2. Bagi guru penggunaan portofolio sebagai alat penilaian memerlukan banyak waktu untuk

melakukan penskoran, apalagi kalau kelasnya besar.

Itulah sebabnya, Depdiknas (2004: 6) memberikan saran: “… portofolio yang ditugaskan

untuk dibuat perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa berbahasa tulis Indonesia dan waktu

yang tersedia bagi guru untuk membacanya”.

Page 11: MAKALAH PORTOFOLIO

Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta (2004: 73–74, 90–96), bahkan, menyebutkan

beberapa kelemahan, antara lain:

1. Di beberapa negara banyak guru mengalami kesulitan karena adanya kebiasaan guru yang

memberikan tes dalam penilaian, dan kebiasaan ini mendarah daging. (Nampaknya keadaan

ini juga berlaku bagi sebagian besar guru-guru di Indonesia. Tambahan lagi, kiranya masih

juga diragukan apakah benar-benar mereka memahami hakikat tes, cara menyusun tes yang

benar, dan cara menilai hasil tes).

2. Guru memerlukan waktu ekstra untuk merencanakan dan melaksanakan penilaian dengan

portofolio.

3. Penilaian dengan portofolio kurang reliabel dibandingkan dengan penilaian-penilaian yang

menggunakan ulangan harian, ulangan umum maupun ujian nasional yang menggunakan

tes; apalagi penilaian sendiri oleh siswa (self-assessment) seperti yang dianjurkan dalam

portofolio.

4. Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini

terjadi, berarti penilaian proses tidak mendapatkan perhatian sewajarnya.

5. Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasana hubungan top-down: guru tahu

segalanya dan peserta didik perlu diberi tahu. Jika demikian, inisiatif dan kreativitas peserta

didik tidak berkembang, padahal penilaian dengan portofolio menghendaki adanya kedua

hal itu.

6. Ada unsur skeptis, khususnya orang tua, karena selama ini keberhasilan anaknya hanya

didasarkan pada angka hasil tes akhir, peringkat, dan hal-hal yang bersifat kuantitatif.

Padahal penilaian dengan portofolio menghendaki sebaliknya, yaitu penilaian bukan berupa

angka. Bagi guru, penilaian bukan berupa angka bukanlah pekerjaan mudah.

7. Penilaian dengan portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence (dokumen) yang

memadai, apalagi jika jumlah peserta didik cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA

Cherian, M. & Mau, R.Y. (2003). Teaching Large Classes – Usable Practice from Around

the World. Singapore: McGrawHill.

Page 12: MAKALAH PORTOFOLIO

Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004: Pedoman Khusus Pengembangan

Portofolio untuk Penilaian.

Duffy, J., Jones, J., & Thomas, S. W. (1999). Using Portfolio to Foster Independent

Thinking.

Freidman B. M., Davis, M. H., Howie, P. W., Kerr, J. & Pippard, M. (2001). Portfolio as a

method of student assessment. AMEE Medical Education Guide, Medical Center 23.Intervention

ini School and Clinic 35 (1); 34-37. Tersedia: http://www.sagepub.com.

Jones, Bonnie. (2001). Using Student Portfolio Effectively. Intervention in School and

Clinic 36 (4); 225-229. Tersedia http://www.sagepub.com.

Soewandi. 2005. “Penilaian Pembelajaran dengan Portofolio”. Makalah disampaikan

kepada guru-guru SMA Katolik Taruna Jaya, Sampit, Kalimantan Tengah, 28–30 November.

Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006. Penilaian Portofolio: Implementasi

Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.