makalah phpt tikus

Upload: firmansyah-capasaputra

Post on 02-Mar-2016

328 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah tentang pengendalian hama tikus sawah

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

Latar belakangPadi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting karena beras masih digunakan sebagai makanan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia terutama Asia sampai sekarang. Beras merupakan komoditas strategis di Indonesia karena beras mempunyai pengaruh yang besar terhadap kestabilan ekonomi dan politik. Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. Di Indonesia padi merupakan sumber pangan utama, lebih dari 70% penduduk Indonesia mengonsumsi olahan padi. Oleh karena itu budidaya tanaman padi dilakukan secara besar-besaran di berbagai daerah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan, ketahanan, dan permintaan pangan.Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk family Graminae penghasil biji-bijian yang berasal dari negeri China. Dalam budidaya tanaman padi banyak terjadi serangan hama tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss), sebab tikus merupakan hama yang relatif sulit dikendalikan karena memiliki kemampuan adaptasi, mobilitas, dan kemampuan berkembangbiak yang pesat serta daya rusak yang tinggi, hal ini menyebabkan hama tikus selalu menjadi ancaman pada pertanaman padi. Kehilangan hasil produksi akibat serangan tikus cukup besar, karena menyerang tanaman sejak di persemaian hingga menjelang panen. Potensi perkembangbiakan tikus sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan yang tersedia. Tikus bersifat omnivora atau pemakan segala jenis makanan, akan tetapi dalam hidupnya tikus membutuhkan makanan yang kaya akan karbohidrat dan protein seperti bulir padi, kacang tanah, jagung, umbi-umbian, dan biji-bijian. Apabila tidak tersedia makanan di sawah, tikus baru menyerang pertanaman lainnya seperti tanaman jagung, palawija dan ubi kayu serta ubi jalar. Keragaman komoditi menyebabkan terciptanya lingkungan yang selalu menguntungkan bagi kehidupan dan perkembangan tikus.Sehubungan dengan itu pula, akibat dari penanaman secara monokultur demi penyediaan kebutuhan nasional siklus hidup hama dan penyakit tanaman padi menjadi semakin meningkat. Hal ini dikarenakan selalu tersedianya makanan, tempat hidup hama dan penyakit serta penggunaan pestisida kimia secara tidak bijak yang mengakibatkan resurjensi hama dan penyakit yang mengakibatkan membludaknya populasi hama diikuti pula oleh kerugian nyata terhadap produksi padi di Indonesia.PHPT adalah suatu konsep pengendalian hama dan penyakit yang didalamnya menggunakan berbagai macam pengendalian, baik fisik, mekanik, kimia dan biologi yang dimana pengendaliannya diatur berdasarkan aras luka ekonomi dan adanya Keseimbangan Umum. PHPT merupakan jawaban dari segala permasalahan yang kompleks dalam masalah hama dan penyakit tanaman yang selama ini pengendalian dengan pestisida kimia yang merusak alam, PHPT adalah suatu sistem pengendalian yang baik dimana tidak dari segi keampuhan mengusir OPT saja melainkan pula memperhatikan aspek ekologis.TujuanMenjelaskan klasifikasi, morfologi, dan biologi hama tikusMenjelaskan gejala serangan hama tikusMenjelaskan cara pengendalian hama tikus secara terpadu

II. PEMBAHASAN

Klasifikasi tikus sawah Filum :ChordataSubFilum :VertebrataKlass : MammaliaSubklas : TheriaOrdo : RodentiaSub ordo : MyomorphaFamili : MuridaeSub Famili : MurinaeGenus : RattusSpesies : ArgentiventerNama latin :Rattus argentiventer Kloss

Ciri-ciri yang menarik adalah gigi serinya mampu beradaptasi untuk mengerat, kebiasaan ini erat kaitannya dengan pertumbuhan dua pasang giginya. Dua pasang gigi tersebut terus tumbuh hingga mencapai 12-15 cm per tahun, untuk menghambat pertumbuhan giginya tikus terus mengerat apa saja yang ditemukannya, menggigit benda-benda yang keras. Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, masing-masing sepasang, gigi seri ini secara cepat akan tumbuh memanjang sehingga merupakan alat potong yang sangat efektif, tidak mempunyai taring dan graham (premolar). Dengan kemampuannya itu kita mustahil menumpasnya sampai tuntas, yang dapat dilakukan ialah mengendalikan jumlahnya sampai tingkat populasi tertentu yang tidak mengganggu. Hama tikus terdiri dari beberapa jenis di antaranya: Rattus argentiventer, Rattus-rattus brevecaudatus, Rattus-rattus diardi, Rattus exultant, Rattus norvegikus, tikus Riol dan tikus Wirok, dua jenis dari tikus ini merusak pertanaman padi dipersawahan dan jenis lainnya merusak hasil pertanian dipergudangan. Selama satu tahun satu ekor tikus betina dapat melahirkan sampai 4 kali. Sudarmaji (2007), juga menyebutkan bahwa seekor tikus betina dapat bunting sebanyak 6 8 kali dan perkehamilan bisa melahirkan sekitar 10 ekor sehingga satu ekor tikus betina berpotensi berkembang biak hingga 80 ekor per satu musim tanam. Pada persemaian sampai tanaman fase vegetatif, populasi tikus umumnya masih rendah dan kepadatan populasi meningkat pada fase generatif. Pada saat tanaman fase generatif, kebutuhan gizi tikus jantan belum terpenuhi, untuk membuahi tikus betina. Perkembangbiakannya mulai terjadi saat primordial dan terus berlangsung sampai fase generatif. Tikus jantan siap kawin pada umur 60 hari, sedangkan tikus betina siap kawin pada umur 28 hari. Masa bunting berlangsung selama 19-21 hari. Penyebab hama tikus terus menyerang sawah para petani, antara lain: monitoring lemah, pengendalian yang dilakukan petani berjalan sendiri-sendiri (tidak berkelompok), terlambatnya melakukan pengendalian dan tidak berkelanjutan. Beberapa spesies tikus mampu menimbun 5-8 kg persediaan makanan di dalam lubangnya. Tikus sawah dapat berenang selama 3 hari, tikus mampu berjalan pada permukaan vertikal, berjalan di kabel dan dapat dengan mudah melompat dengan ketinggian hingga 30 cm dari suatu permukaan yang datar dan melompat horisontal sejauh 122 cm, tikus dapat memanjat batubata, dinding dan berjalan diatas kawat, tikus tidak akan mengalami cedera meskipun jatuh dari ketinggian 10 meter. (Martin et al. 1990).Menurut Rochman (1992), bahwa makanan yang baik untuk pertumbuhan tikus sawah adalah makanan yang mengandung karbohidrat. Adakalanya tikus juga akan memakan jenis-jenis serangga, daging, siput, bangkai ikan dan hewan lainnya. Makanan jenis hewan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan protein dan hampir seluruh waktu yang digunakan untuk makan yaitu pada malam hari. Tingkah laku tikus bergerak aktif sambil menggerogoti makanannya sepanjang malam sampai kenyang, tikus membutuhkan makanan setiap hari kira-kira 10-20 % dari berat tubuh, yang berasal dari jenis biji-bijian seperti padi, jagung, umbi umbian, pisang, kacang tanah, kedelai, kacang ijo dan tepung ikan.Biologi Hama Tikus Sawah (R.argentiventer)Tikus sawah banyak dijumpai diseluruh tempat dan paling banyak merusak tanaman pangan khususnya padi. Tubuh tikus berwarna kelabu gelap, bagian punggung berwarna coklat muda berbercak hitam, perut dan dada berwarna keputihan. Panjang antara kepala hingga badan 130 210 mm, panjang badannya dari hidung sampai ujung ekor 270 370 mm, panjang ekor sama atau lebih pendek dari panjang badan, dengan berat rata-rata sekitar 500 gr. Tikus memiliki indera penciuman dan pendengaran yang tajam, tikus betina mempunyai 6 pasang puting susu yang terletak dikiri dan kanan pada bahagian dada dan perut memanjang sepanjang badan. Tikus sawah dapat berkembang biak pada umur 1,5 5 bulan setelah kawin. Seekor tikus betina dapat melahirkan 8 ekor anak setiap melahirkan (Arifin, 1995).Gejala Serangan Tikus Sawah Rattus rattus argentiventer Seluruh bagian tanaman padi pada berbagai stadia pertumbuhan dapat dirusak oleh tikus. Walaupun demikian, tikus paling senang memakan bagian malai atau bulir tanaman padi pada stadia generatif. Pada stadia persemaian , tikus mencabut benih yang sudah mulai tumbuh (bibit) untuk memakan bagian biji yang masih tersisa (endosperm). Pada stadia vegetatif, tikus memotong bagian pangkal batang untuk memakan bagian batangnya. Adapun pada stadia generatif, tikus memotong pangkal batang untuk memakan bagian malai atau bulirnya (Priyambodo, 1995). Tikus dapat menyerang tanaman padi pada berbagai fase tanaman padi. Pada fase vegetative, tikus akan memutuskan batang padi sehingga tampak berserakan, tikus akan menggigit lebih dari jumlah yang dibutuhkan untuk makan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus bersifat khas, yaitu ditengah- tengah petakan sawah tampak gundul, sedangkan bagian tepi biasanya tidak diserang. Mereka juga menyerang bedengan persemaian dengan memakan benih- benih yang disebar atau mencabut tanaman-tanaman yang baru tumbuh (Harahap & Tjahjono 2003). Padi yang terserang tikus dari jauh terlihat menguning tetapi kuningnya tidak sama dengan kondisi padi yang siap panen. Dari dekat hanya terlihat kulit padi sedangkan isinya sudah habis, selain itu banyak batang padi yang tumbang akibat dikerat (Arifin, 1995). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Populasi Tikus SawahPopulasi tikus akan cepat meningkat jika masa panen mengalami perpanjangan karena tidak serentaknya waktu tanam atau umur varietas yang ditanam tidak sama. Selain itu banyaknya gulma dipematang sawah dapat menjadi tempat berlindung tikus untuk bersembunyi (Harahap & Tjahjono, 2003). Faktor abiotik yang penting dalam mempengaruhi dinamika populasi tikus adalah air untuk minum dan sarang. Adapun cuaca mempengaruhi populasi tikus secara tidak langsung yaitu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuh-tumbuhan serta hewan kecil (invertebrata) yang menjadi sumber pakan bagi tikus (Priyambodo, 1995). Faktor biotik yang penting dalam mengatur populasi tikus antara lain : 1. Tumbuhan atau hewan kecil sebagai sumber pakan. 2. Predator (pemangsa) dari golongan reptilia, aves dan mamalia. 3. Patogen (penyebab penyakit) dari golongan virus, bakteri, cendawan, nematoda dan lain-lain. 4. Tikus lain sebagai kompetitor pada saat populasi tinggi. 5. Manusia yang merupakan musuh utama tikus. (Priyambodo, 1995). Pada saat persemaian populasi tikus masih tidak terla lu tinggi, tetapi pada fase tanaman tua populasi tikus sudah mulai meningkat sampai pada fase pematangan bulir populasi tikus bahkan semakin meningkat kondisi ini dikarenakan nutrisi tanaman sesuai untuk kebutuhan reproduksi tikus yang mengalami musim kawin dan berkembang biak demikian juga pada fase pematangan bulir (Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan 1994). Perkembangan tikus dipengaruhi oleh keadaan lingkungan terutama ketersediannya bahan makanan pada suatu daerah pertanaman padi dengan pola tanam yang tidak teratur sehingga selalu terpenuhinya bahan makanan bagi tikus sehingga populasi tikus meningkat. Dengan mengikuti pola tanam yang serentak memungkinkan populasi tikus akan menurun (Priyambodo, 1995). Pengelolaan hama tikusMelakukan pengendalian dengan cara yang tepat pada saat yang tepat sesuai fase kegiatan dalam usahatani padi yang dikaitkan dengan siklus kehidupan tikus.1. Saat selepas panen sampai persiapan dan pengolahan tanah Mengendalikan tikus pada saat selepas panen, karena tikus masih ada didalam gelengan dan sekitar petakan dengan jumlah rata-rata per lubang 25 30 ekor tikus, sementara makanan masih tersedia dari sisa panen berupa gabah yang tercecer dan pada tumpukan padi. Pada saat ini, pengendalian yang tepat adalah pengemposan dan gropyokan. Apabila tidak dilakukan pengendalian pada saat selepas panen ini , maka semua tikus yang ada dalam lubang akan tumbuh dewasa dan akan berkeliaran2. Pengolahan tanah Menjelang pengolahan tanah sebaiknya seluruh lahan dikeringkan, agar tikus yang masih tinggal di petakan dan galengan merasa kehausan. Pada saat itu gabah yang tertinggal dilapangan sudah tumbuh sehingga makanan untuk tikus mulai berkurang. Pengendalian yang tepat pada kondisi ini adalah pengumpanan dan gropyokan dimalam hari.3. PesemaianPesemaian sebaiknya dipagar plastik yang dilengkapi dengan bubu perangkap tikus. Bubu perangkap tikus yang berukuran panjang 65 cm, lebar 24 cm dan tinggi 24 cm memiliki kapasitas 20 30 ekor/ malam tergantung banyaknya populasi tikus. Untuk 500 m 2 persemaian cukup dipasang 4 bubu perangkap. Apabila sebelum tanam tidak dilakukan pengendalian, maka pada fase tanam sampai fase berikutnya akan terus terjadi serangan.4. Fase VegetatifKondisi tanaman pada fase vegetatif adalah tanaman sudah rimbun/anakan maksimum; galengan kotor; tanaman merupakan makanan bagi tikus; fase awal tikus membuat lubang di galengan. Fase ini merupakan kondisi yang sangat sulit untuk mengadakan pengendalian yang efektif. Upaya pengendalian yang tepat adalah dengan pengumpanan menggunakan klerat dan memakai umpan pembawa yuyu, tempatkan umpan pada jalan tikus lewat dan pasang pagar plastik dengan bubu perangkapnya.5. Fase generatif dan menjelang panenPada fase ini umumnya tikus pada fase beranak dan berada di dalam lubang. Kondisi pada fase generatif adalah makanan sudah tersedia dan galengan semakin kotor. Pengendalian untuk tikus yang sudah menetap dilubang dengan cara pengemposan.6. PanenApabila padi sudah berisi dan menguning, maka pengendalian yang paling tepat adalah dengan cara pengeringan total. Dalam keadaan kering, tikus akan mengurangi makan dan tikus tidak bisa makan kalau tidak disertai minum. Pengemposan dapat dilakukan untuk mengendalikan tikus yang ada dalam lubang.Dalam pengendalian hama tikus perlu memperhatikan beberapa hal yaitu:a) Kedisiplinan para pelaku utama dalam praktek pengendalian sesuai siklus perkembangan tikus.b) Melaksanakan tanam serempak dan melakukan sanitasi atau kebersihan lingkungan dan mempersempit ukuran tanggul.c) Jangan mengembangkan sikap masa bodoh dan acuh tak acuh yang kalau melihat lubang tikus atau ada gejala serangan diluar garapan yang dimiliki, karena tikus memiliki daya jelajah semalam bisa mencapai 500 1000 m.d) Perkembangan hama tikus yang sangat cepat. Dari sepasang tikus dalam setahun bisa mencapai 2800 ekor lebih.e) Jangan membunuh predator seperti ular sawah, burung hantu (Tito alba), burung elang, gagak, musang sawah karena predator ini akan memangsa tikus. Apabila dari awal musim tanam sudah dilakukan pengendalian secara tepat pada saat yang tepat, maka pada fase-fase berikutnya tikus semakin berkurang, sehingga peluang keberhasilan panen semakin besar.Pengendalian Tikus dengan Pendekatan PHTTPengendalian tikus dilakukan dengan pendekatan PHTT (Pengendalian Hama Tikus Terpadu) yaitu pendekatan pengendalian yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian dalam skala luas.Kegiatan pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS dan LTBS. Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan pembuatan TBS (Trap Barrier System/ Sistem Bubu Perangkap) dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam.Kegiatan pengendalian yang sesuai dengan stadia pertumbuhan padi antara lain sebagai berikut:TBS merupakan petak tanaman padi dengan ukuran minimal (20 x 20)m yang ditanam 3 minggu lebih awal dari tanaman di sekitarnya, dipagar dengan plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 m, bubu perangkap dipasang pada setiap sisi dalam pagar plastik dengan lubang menghadap keluar dan jalan masuk tikus. Petak TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu terisi air untuk mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya (hingga radius 200 m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebih dahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikus sepanjang pertanaman.LTBS merupakan bentangan pagar plastik sepanjang minimal 100 m, dilengkapi bubu perangkap pada kedua sisinya secara berselang-seling sehingga mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah). Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung, sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul jalan/pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap.Fumigasi paling efektif dilakukan pada saat tanaman padi stadia generatif. Pada periode tersebut, sebagian besar tikus sawah sedang berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode tersebut terbukti efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubangnya. Rodentisida hanya digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi, dan hanya akan efektif digunkan pada periode bera dan stadium padi awal vegetatif.Pengendalian BiologisPengendalian populasi tikus secara biologis yaitu dengan penggunaan predator dan parasit. Predator tikus antara lain anjing, musang, burung hantu, burung elang dan ular. Penggunaan parasit (virus, bakteri, protozoa), sebagai contoh penggunaanSalmonella enteriditisPenggunaan predator anjing yang dilatih sejak umur 2 bulan dan dipandu oleh satu atau dua orang. Penggunaan predator alami untuk tikus bisa dilakukan dengan pengembangan tyto alba karena burung ini memiliki indera yang tajam, kemampuan tinggi dalam memangsa. Seekor burung hantu bisa memakan 10 ekor tikus dalam sehari. Sedangkan ular rata-rata hanya 1-2 ekor sehari, hewan menyusui pemangsa daging hanya 3-4 ekor sehari. Burung memiliki laju metobolisme yang tinggi sehingga sangat efektif memberantas tikus.Pengendalian KimiawiPenggunaan fumigasi (emposan), yaitu pembakaran belerang dengan jerami akan menghasilkan senyawa SO2 dan Co yang toxic terhadap tikus. Sebaliknya fumigasi dilakukan saat pengolahan tanah dan fase anakan. Tindakan emposan sebaiknya dilaksanakan pada fase berat dan fase generatif. Penggunaan umpan beracun (rodentisida), baik dari jenis akut maupun yang kronis. Penggunaan umpan beracun sebaiknya dilaksanakan pada fase berat dan fase generatif. Penggunaan brodifacum, yakni antikoagulan yang dapat membunuh 100% dengan satu kali pemberian. Penggunaan umpan dengan komposisi beras 15%, ubi kayu 25%, telur 10%, ubu jalar 3%, kepiting 15%, kelapa 12%.PencegahanPencegahan masuknya hama tikus ke areal sawah juga sangat penting dalam melindungi tanaman padi Berikut ini adalah beberapa langkah pencegahan dapat menghambat masuknya tikus ke dalam lahan sawah diantaranya penggunaan pagar listrik, penggunaan plastik dan sanitasi.1. Pagar listrikTikus dapat dicegah masuk ke suatu lokasi tanaman dengan cara membuat pelindung dari kawat yang dialiri listrik. Dalam pemasangannnya harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak membahayakan manusia.Sehingga dalam hal ini penggunaan arus listrik antara 12 24 Volt merupakan alternatif yang baik.Sumber listrik bisa diambil dari accu atau listrik yang diturunkan menggunakan adaptor. Selain aman juga hanya bersifat mengejutkan saja yang pada akhirnya akan membuat tikus jera memasuki areal persawahan.2. Pemagaran PlastikDi areal persawahan Jawa Timur dan areal sawah lainnya, banyak dijumpai sawah-sawah yang dipagari dengan plastik. Hal ini bertujuan agar tikus tidak bisa menembus areal persawahan mereka. Namun demikian, penggunaan plastik ini selain mahal juga belum tentu efektif karena bisa saja tikus membuat jalan lubang yang melewati pagar plastik dari bawah. Sehingga perlu diperhatikan pemasangannya agar tikus tidak bisa membuat jalan pintas yang bisa dilalui dibawah plastik.3. SanitasiTikus adalah binatang yang menyukai tempat kotor dan banyak semak, sehingga wajar bila disekitar sawah yang tidak bersih sering terjadi serangan tikus. Untuk itu, upaya pencegahan masuknya tikus dengan melakukan pembersihan lingkungan adalah cara yang paling efektif. Dengan membersihkan tempat tinggalnya, berarti akan menekan perkembangan populasi tikus, mengusirnya, bahkan meniadakannya sama sekali. Selain beberapa cara diatas, pengaturan pola tanam yang baik juga dapat menjadi salah satu tehnik pengendalian hama tikus.Tanaman Padi Akibat Serangan Hama Tikus Tikus merupakan hama prapanen utama penyebab kerusakan terbesar tanaman padi, terutama pada agroekosistem dataran rendah dengan pola tanam intensif. Tikus sawah merusak tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan dari semai hingga panen (periode prapanen), bahkan di gudang penyimpanan (periode pascapanen).Kerusakan parah terjadi apabila tikus menyerang padi pada stadium generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Ciri khas serangan tikus sawah adalah kerusakan tanaman dimulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir, sehingga pada keadaan serangan berat hanya menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan.

III. SIMPULAN

Kesimpulan Tikus merupakan hama utama pada tanaman padi. Akibat serangan hama tikus ini sangat merugikan bagi petani. Tikus menyerang padi pada semua stadia pertumbuhan padi mulai dari persemaian sampai padi menjelang panen.Pengendalian hama tikus secara terpadu meliputi pembuatan TBS, pengendalian kimia, pengendalian biologis, dan pencegahan.

DAFTAR PUSTAKA

Jumanta, Sudarmaji, & Rohman. 1997. Pengendalian populasi tikus sawah dengan teknik pagar perangkap bubu. Posiding III Lanjutan Seminar Nasional Biologi XV. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Jumar & Helda, O. R. 2003. Efikasi beberapa tingkat dosis larutan akar tegari (Dianella sp.) terhadap mortalitas tikus sawah (Rattus argentiventer). Agrosscientiae. 10 :107- 113.Martin, G, J. M., Sianturi & Y Tarigan. 1990. Vertebrata pest management course. Proyek Pengembangan Tanaman Perkebunan Bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan Perkebunan Medan.Rochman. 1992. Biologi dan ekologi tikus sawah sebagai dasar pengendalian hama tikus terpadu: Cisarua, 17-18 Juni 1992. Program nasional pengendalian hama terpadu. Badan perencanaan pembangunan nasional. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Arifin, K. 1995. Beberapa langkah usaha dalam pencegahan dan pengendalian hama tikus, Balai Informasi Pertanian. Bandung.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2007. Laporan tahun 2006. Pertanian untuk kesejahteraan petani. (diakses 1 Agustus 2007).Harahap, I. S. & B. Tjahjono. 1989. Pengendalian hama dan penyakit padi. Penebar Swadaya. Jakarta.Priyambodo, S. 1995. Pengendalian hama tikus terpadu. Penebar Swadaya. Jakarta.Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2008. Home Blog Photos Video Reviews Links, Multiply, Inc. About-Blog. Terms. Privacy. Corp Info.Contact Us. Help. Departemen Pertanian. Jakarta. (diakses 26 Februari 2008).