makalah perang tondano

13
MAKALAH SEJARAH INDONESIA Disusun oleh : 1. Doris Agusnita (07) 2. Sigit Haris Adi Prasetyo (25) 3. Satria Indra Cahya (22) 4. Shofi Majid Abiyi (24) SMA NEGERI 2 PATI Tahun Pelajaran 2016/2017

Upload: doris-agusnita

Post on 12-Apr-2017

358 views

Category:

Education


77 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah perang tondano

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

Disusun oleh :1. Doris Agusnita (07) 2. Sigit Haris Adi Prasetyo (25)3. Satria Indra Cahya (22) 4. Shofi Majid Abiyi (24)

SMA NEGERI 2 PATITahun Pelajaran 2016/2017

Page 2: Makalah perang tondano

KATA PENGANTAR

Segala puji dan sukur sudah sepantasnya kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang hingga saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada kita semua untuk menikmati segala karunia-Nya, dan hanya dengan qudrat dan iradat-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini di susun untuk memenuhi mata pelajaran Sejarah Indonesia. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri penyusun tentang mata pelajaran ini. Demi kesempurnaannya, penyusun selalu mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.

Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing mata pelajaran Sejarah Indonesia dan kepada semua pihak yang telah mendukung hingga terselesaikannya makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.

Pati, 16 Oktober 2016

Penulis,

Page 3: Makalah perang tondano

Daftar Isi

Halaman judul…………………………………………………………………iKata penghantar .……………………………………………………………. iiDaftar isi……………………………………………………………………. iiiBAB PENDAHULUAN A. Latar belakang.……..………………………………………………….1-2B. Rumusan masalah...……………………………………………………...2C. Tujuan. …………………………………………………………………..2BAB II PEMBAHASAN Perang Tondano……………………………………......…………………...3-4Patimurra Angkat Senjata...………………………………………………...4-5BAB III PENUTUPA. Kesimpulan...…………………………………………………………… 8B. Saran…...……………………………………………………………….. 8C. Daftar pustaka ..………………………………………………………… 9

Page 4: Makalah perang tondano

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBahwa hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya perang antara orang Minahasa

dengan kompeni Belanda, antara lain dipengaruhi oleh sikap antipati seluruh Walak di Minahasa khususnya Walak Tondano atas kedatangan kolonial Belanda yang dianggap sama dengan kolonial asing sebelumnya, yakni orang Tasikela (Portugis dan Spanyol) yang telah membunuh beberapa Tona’as antara lain Monomimbar dan Rakian dari Tondano dan Tona’as Umboh dari Tomohon, serta adanya pemerkosaan terhadap perempuan (Wewene) Minahasa. Hal ini membuktikan kesan bahwa semua orang kulit putih (kolonial) memiliki perangai yang sama alias kejam. Demikian juga pada perang ketiga, dipicu oleh tertangkapnya Ukung Pangalila Kepala Walak Tondano dan Ukung Sumondak Kepala Walak Tampomas. Salah satu penyebab terjadinya perang Tondano keempat (terakhir) adalah bahwa Minahasa tidak mau menyiapkan/menyediakan tentara untuk kepentingan militer Hindia Belanda. Selain itu penyebab yang lain dikarenakan masalah “rekrutering” atau ketentuan menjadi serdadu bagi para pemuda Minahasa untuk dikirim ke Jawa guna menghadapi perjuangan tentara dari Inggris. Selain permasalahan tersebut maka dipanggilah dalam jumlah besar, orang-orang yang berasal dari suku-suku pemberani dalam peperangan, seperti suku Minahasa, suku Madura, dan suku Dayak. Bila yang datang melaporkan secara suka rela tidak segenap hati/memadai, pemaksaan dilakukan. Suatu tindakan yang telah mengakibatkan pecahnya pemberontakan rakyat di Manado/Minahasa. Pada tahun 1928 Prediger dengan pembawaannya yang lemah lembut menghindari bentrokan dengan penduduk, ia tidak dapat mencegah tindakan petugas pendaftaran yang tidak bijaksana dan terciptannya cerita yang tidak mengenai tujuan perekrutan. Ditambah dengan hutang lama yang disebabkan penerimaan sandang dengan uang muka, hubungan baik dengan pemerintah Hindia Belanda menjadi rusak sekali.

Jika dilihat secara kritis makna terjadinya perang Tondano sesungguhnya bukan alasan rekruitmen, tagihan hutang lama dan tafsiran yang mengada-ada dari sejarawan kolonial tersebut. Akan tetapi masalahnya terletak pada pelanggaran-pelanggaran kolonial Belanda terhadap ketentuan ikatan persahabatan Minahasa-Belanda Verbond 10 Januari 1679. Hal ini menunjukan bahwa secara antropologis orang Minahasa sudah sejak tempo dulu tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai budaya (orientasi terhadap kebenaran dan keadilan) yang tidak mengenai kompromi dengan pelanggaran adat, siapapun pihak yang melakukan pelanggaran adat yang dimaksud (sei’reen). Bagi orang Minahasa Verbond sudah menjadi bagian dari adat Minahasa yang menjamin kelanjutan hidup orang Minahasa. Hal ini dianggap oleh para pemimpin Minahasa merupakan pengingkaran suatu penghinaan yang fanatisme terhadap kebenaran dan keadilan.

Page 5: Makalah perang tondano

Apalagi mereduksi nilai-nilai kepemimpinan sosial orang Minahasa, dimana posisi kepala walak dikondisikan sedemikian rupa dalam perubahan perjanjian (Verdrag 10 September 1699/amandemen pasal 9), sebagai bawahan yang harus tunduk terhadap semua kebijakan kompeni Belanda. Padahal dalam konteks status peranan, menjadi kepala walak, bukanlah jabatan yang diberikan atas dasar turunan (ascribed) tetapi menjadi kepala walak diperoleh secara demokratis/dipilih secara adat  atas dasar kinerja. 

A. Rumusan Masalah1. Bagaimana Perang Tondano terjadi?2. Bagaimana perlawanan dari Pattimura?

B. Tujuan Tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang perang Tondano dan perlawanan dari Pattimura.

Page 6: Makalah perang tondano

BAB II PEMBAHASAN

A. PERANG TONDANO1. Perang Tondano I

Perang Tondano I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa barat orang-orang Spanyol sudah sampai di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara). Orang Spanyol di samping berdagang juga menyebarkan Agama Kristen dengan tokohnya Franciscus Xaverius. hubungan mengalami perkembangan tatapi pada abad ke-17 hubungan dagang mereka terganggu dengan munculnya VOC. Pada waktu itu VOC berhasil menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan Guberbur Ternate Simon Cos mendapatkan kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari pengaruh Spanyol. Simon Cos kemudian menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk mengawai pantai timur Minahasa. Para pedagang Spanyol dan juga pedagang Makasar bebas berdagang mulai tersingkir oleh VOC. Apalagi Spanyol harus meninggalkan Indonesia menuju Filipina.

VOC berusaha memaksakan orang-orang Minahasa untuk monopoli berusaha di Sulawesi Utara. Orang Minahasa kemudian menentang usaha tersebut maka VOC berupaya untuk memerangi orang minahasa dengan membendung Sungai Temberan. Akibatnya tempat tinggal tergenang dan kemudian tempat tinggal di danau Tondano dengan rumah apung. Pasukan VOC kemudian mengepung orang Minahasa di Danau Tondano. Simon Cos mengeluarkan ultimatum yang berisi 1) orang Tondano harus menyerahkan tokoh pemberontak kepada VOC 2) orang Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 nbudak sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi. Simon Cos kecewa karena ultimatum tidak diindahkan .Pasukan VOC kemudian dipindahkan ke Manado. Setelah itu rakayat Tondano menghadapi masalah dengan hasil panen yang menumpuk tidak laku terjual kepada VOC. Dengan terpaksa kemudian mereka mendekaati VOC, maka terbukalah tanah Tondano bagi VOC. Berakhirlah perang Tondano I. Orang Tondano memindahkan perkampungannya kedataran baru yang bernama Minawanua (Ibu Negeri)

2. Perang Tondano IIPerang Tondano II terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada abad ke-19,

yakni pada masa kolonial Belanda. Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakan  Gubernur Jenderal Daendels. Deandels yang mendapat mandat untuk memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah besar.Untuk menambah pasukan maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi . Mareka yang dipilih adalah suku-suku yang memiliki keberanian adalah orang Madura, Dayak dan Minahasa. Atas perintah Deandels

Page 7: Makalah perang tondano

melalui Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung (pemimpin walak atau daerah setingkat distrik). dari Minahasa ditarget untuk mengumpulkan pasukan sejumlah 2.000 orang yang akan di kirim ke jawa. Ternyata orang-orang Minahasa tidak setuju dengan program Deandels untuk merekrut pemuda-pemuda Minahasa sebagai pasukan kolonial. Kemudian para ukung bertekad untuk mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktivitas perjuangannya di Tondano Minahasa.     

Dalam suasana Gubernur Prediger untuk meyerang pertahanan orang-orang Minahasa di Tondano, Minawanua, dengan cara membendung Sungai Temberan dan membentuk dua pasukan tangguh. Tanggal 23 Oktober 1808 Belanda berhasil menyerang orang-orang Minahasa. Tanggal 24 Oktober 1808 Belanda menguasai Tondano dan mengendorkan serangan tetapi kemudian orang-orang Tondano muncul dengan melakukan serangan.

Perang Tondano II berlasung lama sampai Agusttus 1809.  dalam suasana kepenatan banyak kelompok pejuang kemudian memihak Belanda. Namun dengan kekuatan yang ada para pejuanga Tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya tanggal 4-5 Agustus 1809 benteng pertahanan Moraya hancur bersama para pejuang. Mereka memilih mati daripada menyerah.

3. Pattimura Angkat SenjataPada tahun 1605 Belanda mulai memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut

benteng Portugis di Ambon. Praktik monopoli dengan sistem pelayaran hongi menimbulkan kesengsaran rakyat. Pada tahun 1635 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah pimpinan Kakiali, Kapten Hitu. Perlawanan segera meluas ke berbagai daerah. Oleh karena kedudukan VOC terancam, maka Gubernur Jederal Van Diemen dari Batavia dua kali datang ke Maluku (1637 dan 1638) untuk menegakkan kekuasaan Kompeni. Untuk mematahkan perlawanan rakyat Maluku, Kompeni menjanjikan akan memberikan hadiah besar kepada siapa saja yang dapat membunuh Kakiali. Akhirnya seorang pengkhianat berhasil membunuh Kakiali.

Dengan gugurnya Kakiali, untuk sementara Belanda berhasil mematahkan perlawanan rakyat Maluku, sebab setelah itu muncul lagi perlawanan sengit dari orang-orang Hitu di bawah pimpinan Telukabesi. Perlawanan ini baru dapat dipadamkan pada tahun 1646. Pada tahun 1650 muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi. Perlawanan meluas ke daerah lain, seperti Seram, Maluku, dan Saparua. Pihak Belanda agak terdesak, kemudian minta bantuan ke Batavia. Pada bulan Juli 1655 bala bantuan datang di bawah pimpinan Vlaming van Oasthoom dan terjadilah pertempuran sengit di

Page 8: Makalah perang tondano

Howamohel. Pasukan rakyat terdesak, Saidi tertangkap dan dihukum mati, maka patahlah perlawanan rakyat Maluku.

Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan menentang VOC. Pada akhir abad ke-18, muncul lagi perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Jamaluddin, namun segera dapat ditangkap dan diasingkan ke Sailan (Sri Langka). Menjelang akhir abad ke-18 (1797) muncullah perlawanan besar rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Nuku dari Tidore. Sultan Nuku berhasil merebut kembali Tidore dari tangan VOC. Akan tetapi setelah Sultan Nuku meninggal (1805), VOC dapat menguasai kembali wilayah Tidore.

Perlawanan Pattimura (1817). Perlawanan Pattimura terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Sebab-sebab terjadinya perlawanan terhadap Belanda adalah :

a. Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita dibawah VOC

b. Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali penyerahan wajib dan kerja wajib

c. Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan BelandaAkibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda dibawah pimpinan

Thomas Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku mulai bergerak dengan membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan Porto. Selanjutnya rakyat menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg tewas tertembak dan benteng berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku.

Page 9: Makalah perang tondano

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan1. Puncak petualangan Kompeni Belanda itu dimulai, dilaksanakan dan diakhiri di

wilayah Walak Tondano.2. Hak oktroi hanya boleh dimiliki oleh kompeni tidak boelh ada pemasokan beras ke

negara lain kecuali hanya untuk kompeni saja sehingga kebutuhan logistik dianggap penting karena beras menjadi komoditi pelayaran Armada Dagang pergi pulang Maluku-Eropa Barat.

3. Asal mula Minahasa mereka menemukan nama tersebut pada saat mereka mencari makanan sehingga Malesung/nama tua disebut sebagai Minahasa. Perlawan para walak Minahasa terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1661-1664, 1681-1682, 1707-1711, dan 1807-1809.

B. SaranMakalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan

mengenai Perang Tondano dan Pattimura. Namun, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam makalah ini.

Page 10: Makalah perang tondano

C. Daftar Pustaka