makalah pengembangan model pembelajaran ekspresi …€¦ · makalah pengembangan model...

32
MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang Diknas DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BALITBANG – PUSLITJAKNOV 2 0 0 8 1

Upload: others

Post on 10-Dec-2020

42 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN

EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR

Disusun Oleh:

Tim Peneliti Balitbang Diknas

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BALITBANG – PUSLITJAKNOV

2 0 0 8

1

Page 2: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

MAKALAH

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF

UNTUK PENDIDIKAN DASAR

Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang Diknas

A. Pendahuluan

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan

suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Apabila aspek sikap mental seseorang sudah terbina dan terbentuk dengan baik,

maka aspek-aspek kehidupan lain yang dibutuhkan seseorang akan mengikuti terbina

dengan baik. Termasuk tugas pendidikan untuk ikut mencerdaskan bangsa seperti

terkandung dalam pembukaan UUD 1945 akan dengan mudah dapat dicapai. Namun

sebaliknya apabila sikap mental bangsa tidak terbentuk dengan baik, maka bangsa yang

cerdas sulit terwujud atau apabila kecerdasan dapat diwujudkan tidak dapat dipakai untuk

membentuk sistim kehidupan atau budaya masyarakat dan bangsa yang kokoh dan maju.

Sejak lama sebenarnya kita sering mendengar perlunya pendidikan sikap mental

atau watak. Bahkan dalam kumpulan surat-surat ibu Kartini yang dibukukan dengan judul

”Door Duisternis Tot Licht” menunjukkan bahwa hampir setiap tulisannya penuh dengan

kata-kata perlunya pengembangan watak dan pembentukan watak di atas pendidikan

otak, karena di dalam pembentukan watak ibu Kartini yakin manusia akan lebih mampu

2

Page 3: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

untuk berdiri sendiri tidak tergantung dari kerabat dan dari siapapun. Berkali-kali

ditekankan perlunya kepercayaan pada diri sendiri. (Summahamijaya, tanpa tahun: 66)

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan

kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan

mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya

melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam

menghadapi tantangan global..

Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas saat ini belum mendukung

pencapaian hasil belajar penting seperti yang diuraikan di atas. Pembelajaran Seni

Budaya masih dominan menggunakan metode ceramah dan metode drill yang berpusat

pada guru. Metode tersebut diakui berhasil dalam kompetisi menghafal sejumlah

informasi tapi gagal dalam menyiapkan siswa memiliki kemampuan kritis, apresiatif,

kreatif, dan inovatif untuk mampu bersaing dan hidup kompetitif.

Hasil penelitian yang dilakukan selama 25 tahun terakhir tentang otak manusia,

menunjukkan bahwa metode drill yang dilakukan berpengaruh pada berkembangnya

otak ”reptil” yaitu otak yang bertanggungjawab terhadap survivel dan pertahanan diri

seperti melawan. Tidak berlebihan jika kita khawatir bahwa tidak mustahil metode ini

akan berpengaruh pada pola perkelahian dan anarkhi yang akhir-akhir ini sering

ditunjukkan oleh kelompok-kelompok siswa.

Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional yaitu “Terwujudnya sistem pendidikan

sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga

negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah “maka Depdiknas berhasrat

untuk pada tahun 2025 menghasilkan: Insan Indonesia cerdas dan kompetitif (Insan

Kamil / Insan Paripurna) , yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional dan sosial, cerdas

intelektual dan cerdas kinestetis (Renstra Diknas 2005-2009).

Pendidikan Seni Budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi atau sikap

mental peserta didik yang harmonis, sebab pendidikan seni budaya memfokuskan diri

pada kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai kecerdasan emosional dan

3

Page 4: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

kecerdasan sosial . Kecerdasan emosional dicapai dengan beraktualisasi diri melalui

olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan

keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya. Kecerdasan

sosial dicapai melalui : membina dan memupuk hubungan timbal balik; demokratis;

empatik dan simpatik; menjunjung tinggi hak asasi manusia; ceria dan percaya diri;

menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta berwawasan

kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara

Berdasar pengalaman di lapangan terdapat beberapa problem pendidikan seni

budaya di sekolah, antara lain: 1) pendidikan ekspresi estetika masih belum dianggap

penting oleh sebagian masyarakat maupun sekolah itu sendiri, seni budaya masih

dipandang sebagai mata pelajaran pelengkap; 2) Guru-guru seni budaya terbawa arus

oleh persepsi yang salah terhadap hasil pendidikan , sehingga menganggap bahwa siswa

yang berhasil adalah siswa yang serba tahu tentang seni budaya, pandai melukis, pandai

menyanyi, pandai menari dan seterusnya. Pada hal tujuan utama mata pelajaran ini

sebenarnya adalah pembentukan sikap mental siswa. Dengan sendirinya model

pembelajaran yang diterapkan sekarang ini jelas menjadi tidak sesuai dengan tujuan mata

pelajaran seni buaya yang sebenarnya tersebut. 3) lingkup kompetensi yang harus

dicapai cukup banyak yang meliputi: seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama,

sementara alokasi waktu sangat terbatas yaitu 2 jam per minggu; 4) terbatasnya

kemampuan guru untuk menyampaikan ke empat bidang seni tersebut. Kondisi ini di

perparah dengan banyaknya guru seni budaya yang bukan berlatar belakang pendidikan

seni budaya sehingga terjadi miskonsepsi tentang pendidikan ekspresi estetika; 5) selama

ini pendidikan seni budaya masih belum banyak diperhatikan, baik dalam aspek proses

belajar mengajar, media dan bahan ajar maupun bentuk penilaiannya. Kondisi ini

berdampak guru-guru tidak memiliki rujukan dalam pembelajaran ekspresi estetika; 6)

Terbatasnya kemampuan guru untuk mampu memberdayakan potensi lingkungan budaya

dan potensi sekolah untuk mendukung pembelajaran ekspresi estetika. Padahal setiap

daerah memiliki potensi budaya dan kesenian yang sangat kaya ragam sebagai media

pembelajaran. Berangkat dari berbagai kondisi di atas, mendesak dilakukan

4

Page 5: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

pengembangan model pembelajaran ekspresi estetika yang berbasis budaya sebagai acuan

bagi guru di sekolah.

Tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan saran dan kebijakan dalam

peningkatan mutu pelaksanaan Wajar dikdas 9 Tahun yang berkaitan dengan model

proses belajar mengajar ekspresi estetika agar terjadi iklim yang kondusif bagi

berkembangnya minat dan bakat siswa pada ranah afektif. Secara khusus tujuan tersebut

dijabarkan sebagai berikut: 1) mengembangkan model pembelajaran inovatif yang sesuai

dengan konsep-konsep teoretik dan memberdayakan lingkungan budaya lokal dan potensi

sumberdaya sekolah, 2) mengembangkan perangkat pembelajaran yang meliputi: (1)

silabus; (2) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (3) buku Siswa, (4) LKS (Lembar

Kegiatan Siswa), dan (5) Lembar Penilaian; dan 3) mengembangkan media pembelajaran

pendidikan ekspresi estetika.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian pengembangan, karena salah satu

tujuan utama dari penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran inovatif,

diikuti dengan pengembangan perangkat pembelajarannya sebagai kelengkapan

penerapan di kelas yang terdiri dari tiga tahap utama, yaitu (a) pengembangan model, (b)

pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan dengan model, dan (c)

implementasi/ ujicoba di kelas.

Strategi yang digunakan untuk mengembangkan model pembelajaran dalam

penelitian ini mengadaptasi model siklus pengembangan instruksional yang

dikembangkan oleh Fenrich (1997). Pengembangkan model pembelajaran meliputi fase

analisis, perancangan, pengembangan dan implementasi. Fase evaluasi dan revisi

merupakan kegiatan yang berkelanjutan dilakukan pada tiap fase disepanjang siklus

pengembangan tersebut. Kegiatan evaluasi diikuti dengan revisi sebagai rencana bagi

kegiatan fase berikutnya. Untuk mencapai tujuan dan menghasilkan luaran ditempuh

dengan menggunakan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: 1) Kajian teoretik dan

kajian empiric, 2) Penyusunan perangkat pembelajaran, 3) Validasi internal-eksternal, 4)

Uji coba terbatas, 5) Perbaikan perangkat pembelajaran, 6) Rekaman Video pembelajaran

5

Page 6: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

& editing, 7) Uji coba secara lebih luas, 8) Perbaikan untuk menghasilkan perangkat

final.

Pengumpulan Data dilakukan menggunakan : 1) studi dokumen, 2) observasi:

dilakukan oleh pengamat menggunakan lembar pengamatan: lembar pengamatan

keterlaksanaan pembelajaran, lembar pengamatan kemampuan guru mengelola

pembelajaran, 3) Angket disebarkan kepada siswa setelah selesai pembelajaran untuk

menjaring tanggapan mereka terhadap psoses belajar mengajar yang telah mereka jalani

dan perangkat pembelajaran yang digunakan, 4) wawancara: dilakukan secara langsung

dengan guru setetah proses belajar mengajar.

Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif, dengan memaparkan karakteristik

aspek-aspek model menurut pakar dan praktisi. Data tentang perngkat pembelajaran

dianalisis secara deskriptif, dengan memaparkan karakteristik aspek-aspek perangkat.

Data tentang keterlaksanaan pembelajaran dianalisis secara deskriptif dengan menghitung

persentase keterlaksanaan tahapan pembelajaran, yaitu dengan jalan membagi banyak

tahapan yang direncanakan muncul di dalam pembelajaran di bagi dengan semua langkah

pembelajaran yang direncanakan. Data tentang respon siswa dianalisis dengan

menghitung presentase setiap jenis respon yang diberikan siswa.

C. Kajian Teori

1. Kecenderungan Baru dalam Pembelajaran

Pembelajaran didefinisikan sebagai penciptaan kondisi sehingga proses

belajar mengajar dapat berlangsung secara optimal. Sementara inovatif diartikan

sebagai idea atau gagasan baru. Dengan demikian pembelajaran inovatif adalah

implementasi idea atau gagasan baru dalam tataran mikro di kelas sehingga tercipta

kondisi yang memungkinkan siswa belajar secara optimal. Berdasarkan pada batasan

tersebut pembelajaran bukanlah penyajian informasi semata, di dalam pembelajaran

inovatif, proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan paradigma pembelajaran

konvesional, peran guru dan siswa berubah. Paradigma pembelajaran yang semula

Teacher centered, subject based, disipline based, hopital based, standardized di ubah

ke arah model SPICES, yaitu Student Centered, Problem-based, integrated,

Community oriented, Electives, Systematic, continuing.

6

Page 7: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Pada strategi pembelajaran inovatif guru tradisional dan peran siswa di ubah,

tanggungjawab siswa untuk belajar harus ditingkatkan, memberi mereka motivasi dan

arahan untuk menyelesaikan program belajarnya dan menempatkan mereka pada pola

tertentu agar mereka sukses sebagai pembelajar sepanjang hayat. Pada pembelajaran

yang inovatif itu guru akan berperan sebagai sumber belajar, tutor, evaluator,

pembimbing dan pemberi dukungan dalam belajar siswa.

Prinsip yang mendasari strategi pembelajaran inovatif antara lain: (a)

pemahaman dibangun melalui pengalaman, (b) pengertian diciptakan dari usaha

untuk menjawab pertanyaan sendiri dan memecahkan masalah sendiri, (c)

pembelajaran seharusnya mengembangkan instink alami siswa dalam melakukan

penyelidikan dan berkreasi; (d) strategi berpusat pada siswa akan membangun

ketrampilan berfikir kritis, penalaran, dan selanjutnya kreativitas serta

ketaktergantungan.

a. Berpusat kepada siswa

Student centered mengandung pengertian pembelajaran menerapkan strategi

pedagogi mengorientasikan siswa kepada situasi yang bermakna, kontekstual, dunia

nyata, dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajaran

ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentang materi pelajaran yang

dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah.

Paradigma yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran dan siswa

sebagai objek, seharusnya diubah dengan menempatkan sisswa sebagai subjek yang

bernalar secara aktif membangun pemahamannya dengan jalan merangkai

pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dijumpai.

Pengalaman nyata dari negara lain menunjukkan bahwa minat dan prestasi

siswa dalam bidang matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada

saat: mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan)

baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki atau mereka kuasasi

(Direktorat PLP, 2000)

b. Berdasarkan masalah

7

Page 8: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Pembelajaran hendaknya dimulai dari masalah-masalah aktual, otentik,

relevan, dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang berbasis subyek seringkali

tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik perhatian siswa.

Pembelajaran yang dibangun berdasarkan subyek seringkali terlepas dari kejadian

aktual di masyarakat. Akibatnya siswa tidak dapat menerapkan konsep teori yang

dipelajarinya di dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah maka siswa belajar suatu

konsep atau teori dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian

sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapai, yaitu jawaban terhadap

masalah (produk) dan cara memecahkan masalah (proses).

Kemanapun tentang pemecahan masalah lebih dari sekadar akumulasi

pengetahuan dan hukum/teori, tetapi merupakan perkembangan kemampuan

fleksibilitas, strategi kognitif yang membantu mereka menganalisis situasi tak terduga

dan mampu menghasilkan solusi yang bermakna. Bahkan Gagne mengatakan bahwa

kemampuan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang paling tinggi.

Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi

ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya.

c. Terintegrasi

Seseorang yang belajar seharusnya tidak menggunakan “kaca mata kuda”

yang hanya tahu secara mendalam disiplin ilmunya tapi sama sekali buta tentang

kaitan ilmu yang dipelajari dengan disiplin ilmu lain. Seorang yang belajar seni

wayang, dia tidak hanya harus belajar tentang seni sungging, tetapi juga harus tahu

tentang seni sastra, seni pertunjukan dan aspek budaya. Di dalam inovasi

pembelajaran pendekatan terintegrasi lebih diharapkan dari pada pendekatan disiplin

ilmu. Kelemahan pendekatan disiplin ilmu adalah siswa tidak dapat melihat sistem,

mereka akan terkotak pada satu disiplin.

d. Berorientasi masyarakat

Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi

ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya.

8

Page 9: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Pengalaman dari negara lain menemukan minat dan prestasi siswa dalam bidang

matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat mereka diajarkan

bagimana mereka memeplajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut dapat

dipergunakan di luar kelas. Mengajak siswa untuk mengimplementasikan apa yang

dipelajari di dalam kelas ke konteks masyarakat atau sebaliknya mengambil masalah-

masalah yang terjadi di masayarakat sebagai stater untuk belajar keterampilan dan

pengetahuan yang lebih mendalam merupakan proses pembelajaran yang bermakna.

e. Menawarkan pilihan

Setiap orang bersifat unik, berbeda dengan orang lain. Siswa yang belajar juga

demikian. Mereka memiliki variasi pada gaya belajar, kecepatan belajar, pusat

perhatian, dan sebagainya. Menyamaratakan siswa selama proses mengajar akan

berdampak pada hasil belajar. Pembelajaran yang inovatif memberi perhatian pada

keragaman karakteristik siswa itu. Atas dasar itu maka pembelajaran bukan dilakukan

seperti yang diinginkan oleh guru tetapi lebih kepada apa yang diinginkan oleh siswa.

Untuk itu pembelajaran harus menyediakan alternatif yang dipilih oleh siswa.

Proses belajar adalah proses aktif yang harus dilakukan oleh siswa. Keharusan

menyediakan strategi yang digunakan terhadap retensi siswa. Keterampilan

psikomotor, keterampilan kognitif, keterampilan sosial serta keterampilan

memecahkan masalah serta sikap memiliki strategi pembelajaran yang berebda-beda

utnuk dapat mencapai tujuannya.

Menyamaratakan siswa selama proses belajar mengajar mungkin akan

berdampak pada hasil belajar. Pembelajaran yang inovatif memberi perhatian pada

keragaman karakteristik siswa itu. Atas dasar itu maka pembelajaran bukan dilakukan

seperti yang diinginkan oleh guru tetapi lebih kepada apa yang diinginkan oleh siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan

sangat berpengaruh terhadap tingkat retensi siswa. Siswa yang hanya belajar melalui

membaca saja retensinya hanya 10% siswa yang belajar melalui membaca dan

mendengar saja retensinya 20 % sementara bila dia juga melihat retensinya

bertambah menjadi 30 %. Siswa yang mengucapkan apa yang dilakukan dan

9

Page 10: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

mengajarkan kepada orang lain akan memiliki tingkat retensi paling tinggi yaitu 90-

95%.

f. Sistematik

Seringkali hasil belajar bersifat herarkhi, begitu pula substansi materi

pelajarannya. Materi tertentu membutuhkan pengetahuan lain sebagai prasayarat yang

harus dikuasasi terlebih dahulu sebelum seseorang dapat mempelajari materi tersebut.

Begitu pula keterampilan-keterampilan trettentu terutama psikomotorik bersifat

prosedural, memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan secara sekuensial

sebelkum dapat menuntaskannya dengan baik. Suatu pengetahuan prosedural

mustahil dapoat dilakukan tanpa dilaksanakan secara berurutan. Setiap langkah

pengetahuan prosedural merupakan prasarat bagi langkah berikutnya. Uraian di atas

merupakan argumentasi mengapa pembelajaran harus dilakukan secara sistematik.

g. Berkelanjutan

Berkelanjutan mengandung pengertian never ending proses. Setiap proses

pembelajaran yang dilakukan meletakkan dasar bagi pembelajaran berikutnya. Setiap

konsep yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnya harus dirangkai secara

ontunyu dengan konsep baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan konsep di

dalam benak seseorang.

2. Pertimbangan dalam mengembangkan Model Pembelajaran

Pemilihan strategi pembelajaran dalam rangka membelajarkan siswa harus di

bangun atas dasar asusmsi bahwa tidak ada satupun model/metode/strategi atau

apapun namanya yang dapat digunakan dengan baik untuk semua bahan kajian.

Semua model/strategi memiliki keunggulan dan kekurangan. Model/strategi tertentu

hanya baik untuk mencapai yujuan tertentu sementara model yang lainnya baik

digunakan untuk mencapai tujuan lain.

Beberapa pertimbangan lain yang mungkin perlu diperhatikan di dalam

pemilihan model/metode/ strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.

10

Page 11: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

a. Pembelajaran ilmu sangat tepat dilakukan dengan cara seperti bagaimana sains itu

ditemukan dan dikembangkan, siswa belajar melalaui hands-on activity dan

minds-on activity.

b. Karakteristik siswa sangat beragam, para pakar membagi siswa yang belajar

menjadi 5 kelompok, yaitu giffted, Conceptual, Contextual, slow leaner, dan

Disabilities. Penelitian Asian Development Bank (2000) menemukan 60 %

pembelajaran di Indonesia adalah contextual. Siswa kontektual adalah siswa yang

baru dapat belajar kalau guru membantu mengakitkan apa yang dipelajarinya

dengan kehidupan sehari-hari di sekitar pemebelajaran yang bersangkutan.

Pembelajaran harus dilakukan dengan cara memberi kesempatan untuk

mengalami sendiri dan berlangsung pada kondisi yang alami.

c. Karakteristik topik kajian dan tujuan belajar yang harus dicapai sangat beragam.

Unesco misalnya mencanagkan 4 tujuan belajar universal yaitu learning to be,

learning to know, learning to do, and learning to live together. Keempat tujuan

pemndidikan universal tersebut, sebenarnya sejalan dengan tujuan pendidikan

nasional kita UU No. 20/2003 tentang SPN, PP Nomor 19/2005 tentang Standart

Nasional Pendidikan) yaitu kognitif, psikomotorik, dan sikap, untuk mencapai

tujuan tersebut pasti menggunakan model/metode/strategi yang berbeda-beda

Sementara itu menurut Undang-undang Nomor 20/2003 tentang sistem Pendidikan

Nasional strategi pembelajaran harus dilakukan dengan jalan olah pikir, olah hati,

olah rasa, dan olahraga, sementara uraian yang lebih rinci dan spsifik dinyatakan di

dalam Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Menurut PP tersebut, pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandiirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

3. Pendidikan Seni Kontekstual

Secara kodrati, ekspresi estetis merupakan sifat fitrah dari manusia disamping

sifat kodrat yang lain, yakni untuk mengetahui sesuatu yang benar dan menginginkan

11

Page 12: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

sesuatu yang baik. Dalam sejarah kehidupan manusia ada tiga pokok nilai yang

senantiasa ingin dicapai yakni kebenaran (truth), kebaikan (goodness), dan keindahan

(beauty). Tiga nilai tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan menjadi modal

untuk menjadikan hidupnya lebih bermakna.

Tanpa estetika hidup akan menjadi kering, hampa bahkan tidak bermakna.

Belajar estetika hakekatnya adalah belajar menemukan dan memaknai nilai-nilai

kehidupan. Hal ini seperti yang dikemukakan Jelantik (1999) yang menyatakan

dengan belajar estetika akan memberikan banyak manfaat, antara lain: 1)

memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang kesenian

pada khususnya; 2) memperkokoh rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaaan

bangsa pada umumnya serta mempertajam kemampuan untuk mengapresiasi

(menghargai) kesenian dan kebudayaan bangsa lain dan dengan demikian mempererat

hubungan antar bangsa; 3) memupuk kehalusan rasa dalam diri manusia; 4)

memperkokoh keyakinan dalam masyarakat akan nilai kesusilaan, moralitas,

perikemanusiaan dan ketuhanan; dan 5) melatih diri untuk berdisiplin dalam cara

berfikir dan mengatur pemikiran dengan sistematik, membangkitkan potensi untuk

berfalsafah, yang akan memberikan kemudahan dalam menghadapi segala

permasalahan, memberi wawasan yang luas dan bekal bagi kehidupan spiritual dan

psikologis (AAM Jelantik, Hal. 13-14).

Dijadikannya seni sebagai salah satu mata pelajaran dalam kegiatan

pendidikan karena seni menawarkan “sesuatu” yang tidak dapat dipenuhi oleh mata

pelajaran lain. Sesuatu tersebut adalah “pengalaman estetik”. Pengalaman estetik

dianggap penting karena manusia merupakan makluk estetikus, yakni makluk yang

berkeindahan. Karena pengalaman estetik yang ditawarkannyalah, maka pendidikan

seni hadir. Dengan demikian dapatlah dikatan bahwa esensi pendidikan seni terletak

pada pemberian pengalaman estetik.

Sejalan dengan pemikiran di atas, tujuan pendidikan ekspresi estetika ialah

membimbing pertumbuhan pribadi manusia, disamping membuat harmonis

kepribadiannya dalam kelompok sosial. Dan untuk itu pendidikan estetika menjadi

12

Page 13: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

sangat fundamental. Pendidikan estetis hakaketnya berfungsi : 1)

menjaga/memelihara kemampuan segala macam persepsi dan sensasi; 2)

mengkoordinasikan berbagai cara persepsi dan sensasi, antara yang satu dengan yang

lainnya dalam hubungannya kepada lingkungan; 3) mengekspresikan perasaan dalam

bentuk yang dapat dikomunikasikan; 4) mengespresikan dalam wujud bentuk dari

segala macam pengalaman mental (Katjik, 1973 hal 7).

Ditinjau dari relevansi seni sebagai media pengembangan kreativitas, sifat-

sifat imaginasi dan permainan yang melekat pada seni menegaskan suatu kebebasan

berkhayal serta dalam bentuk pengungkapannya. Disiplin seni adalah disiplin yang

‘membebaskan’, disiplin yang senantiasa lebih baik dari pada tidak disiplin dan/atau

disiplin ketat tanpa hati nurani. Itulah sebabnya mengapa pendidikan seni

ditempatkan sebagai bagian dalam pendidikan secara umum. Pendidikan seni adalah

pendidikan yang akan membawa kebanggaan dan keangunggan jasmaniah dan

rohaniah, dan oleh karena itu seni seharusnya menjadi dasar pendidikan: ‘that art

should be the basic of education’, demikian kata Herbert Read mengutip thesis Plato

(Tjejep R, 2000, hal 33-34).

Pada tingkatan sosial, pendidikan ekspresi estetika seyogyanya mampu

meyadarkan siswa bahwa bentuk-bentuk visual yang mereka cipta membantu

mengungkapkan identitas mereka, juga keanggotaan mereka dalam suatu kelompok/

masyarakat. Bentuk-bentuk visual juga dalam banyak hal menandai peristiwa-

peristiwa penting dalam kehidupannya, sekaligus merefleksikan kebutuhan fisik dan

ekspresif dalam kehidupan sehari-hari. Tugas guru seni budaya adalah membantu

peserta didik menjadi sadar tentang aneka ragam bentuk rupa, sehingga dengan

demikian mereka mampu membentuk dan mengekspresikan perasaannya sesuai

dengan potensi sumberdaya sosial dan budaya yang menjadi lingkungannya.

Dalam perkembangan global saat ini, ada dua sisi dilematis yang sulit

diakomodasi dalam pendidikan seni budaya sekarang ini. Di satu sisi adalah kuatnya

minat masyarakat (lokal dan global) terhadap pentingnya memahami budaya setempat

(lokal), dan diisi lainnya adalah sistem pendidikan seni yang berjalan belum

13

Page 14: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

mengarah pada kepentingan tersebut. Ketidaksesuaian ini terjadi karena bahan ajar

pendidikan seni sejak semula tidak didasarkan pada keberagaman budaya lokal yang

tersebar di seluruh pelosok negeri.

Harus kita akui bahwa sistem pendidikan kita saat ini merupakan warisan

pemerintah kolonial. Karena itu pendekatan yang digunakan berdasarkan persepsi

Eropa Barat, kendatipun materinya berbeda. Dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan

umum dan eksakta, hal ini tidak menjadi soal karena dasar ukuran keilmuannya

berasal dari Barat dan tidak culture spesific. Akan tetapi, dalam bidang kebudayaan,

persoalannya lebih sulit. Jika mata pelajaran seni budaya yang diajarkan di sekolah

berdasarkan kaidah seni Barat Modern (yang salah kaprah sering dianggap ’universal’

atau ’standart’ seperti bidang ilmu), maka kaidah itu akan berhadapan dengan nilai-

nilai spesifik yang terdapat dalam setiap budaya lokal. Hal ini dapat mengakibatkan

kesenian lokal dianggap ’seni yang kurang bermutu’ atau bahkan dianggap bukan

seni.

Akhirnya banyak seni budaya kita yang adi luhung dan dapat dimanfaatkan

dalam segala aspek kehidupan, tercerabut dari akarnya dan tumbang satu persatu.

Untuk itu, pendidikan seni budaya harus didudukkan kembali sesuai tempat dan

fungsi yang sebenarnya, didasarkan pada konteks kesenian dan kebudayaan

masyarakatnya dimana sekolah itu berada agar anak didik tidak tercerabut dari ’akar

budayanya’. Saat ini bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kehilangan jati diri

karena tidak berkembang dari akar budaya yang kuat. Budaya-budaya lama sudah

pudar, budaya baru belum terbentuk kokoh. Yang ada hanya budaya ngambang tanpa

bentuk, kecualai budaya pop yang suka meniru (budaya imitasi dan konsumtif).

Dengan sendirinya apabila hal ini tidak segera diatasi, dalam jangka panjang bangsa

Indonesia akan menjadi bangsa yang rapuh. Gejala tersebut pada saat ini mulai

tampak, terutama bangsa ini sudah mulai tertinggal dengan bangsa-bangsa

berkembang disekitarnya.

Secara substansial pendekatan pendidikan seni budaya dalam Kurikulum

Nasional masih berdasar pada kaidah seni Barat. Titik tolak penggolongan seni,

14

Page 15: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

seperti musik, tari, teather dan rupa adalah contoh mendasar. Ketika ketegori disiplin

seni itu berhadapan dengan fenomena lokal, akan ditemukan ketidaksesuaian. Seni

Wayang di Jawa (seni pertunjukan yang pemainnya mendongeng/ bercerita, kadang

menyanyi, main musik gamelan, bergurau dengan penonton, dan didukung dengan

karya wayang yang kaya dengan cita estetika), adalah salah satu contoh yang tidak

dapat dikelompokkan pada keempat katregori tersebut. Dengan demikian perlu

dilakukan sinkronisasi antar cabang seni dalam pendidikan seni budaya melalui

pendekatan secara terpadu melalui ’tema/ topik’ sehingga pemahanan seni dan

budaya menjadi lebih utuh (holistik) dan bermakna.

Bila kita cermati, sampai sekarang implementasi pendidikan seni dan budaya

kita di sekolah masih jauh dari acuan budaya lokal, yakni budaya yang berdasarkan

pada kenyataan. Karena kesenjangan itulah, perlu dilakukan terobosan pengembangan

model pendidikan seni dan budaya yang berbasis budaya.

Dalam pembelajaran ekspresi estetika, kontekstualisasi sangat mustahil

dilepaskan dari konteks kebudayaan daerah, mengingat seni merupakan salah satu

produk budaya. Sebaliknya dengan pembelajaran ekspresi estetika yang berbasis

budaya akan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna, dan anak tidak

tercerabut dari akar budayanya. Pentingnya pendidikan seni kontekstual tersebut juga

dinyatakan oleh Kerry Freedman dalam artikelnya Artistic Developmen and

Curiiculum: Sociocultural Learning Consideration yang menyatakan bahwa setiap

pembelajaran terkait dengan konteks tertentu. Artinya, kegiatan pemberian

pengalaman esetetik idealnya harus dikaitkan dengan konteks sosiokultural yang

melingkupinya.

Pembelajaran seni budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi atau

sikap mental peserta didik yang harmonis, sebab pembelajaran seni budaya

memfokuskan diri pada kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai

multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual

spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas,

kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.

15

Page 16: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri

meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran seni budaya, aspek budaya

tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata

pelajaran seni budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis

budaya. Dalam kontek inilah konsepsi tentang seni harus dibangun/ dikonstruk

melalui bekal pengalaman anak yang dibentuk oleh konteks budayanya.

Pendidikan seni budaya juga memiliki sifat multilingual, multidimensional,

dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan

mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa

rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna

pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman,

analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis

unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna

pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi

terhadap beragam budaya nusantara dan mancanegara.

Dalam pendidikan seni budaya, aktivitas berkesenian harus menampung

kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan

konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen,

prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.

Ditinjau dari relevansi seni sebagai media pengembangan kreativitas, sifat-

sifat imaginasi dan permainan yang melekat pada seni menegaskan suatu kebebasan

berkhayal serta dalam bentuk pengungkapannya. Disiplin seni adalah disiplin yang

‘membebaskan’, disiplin yang senantiasa lebih baik dari pada tidak disiplin dan/atau

disiplin ketat tanpa hati nurani. Itulah sebabnya mengapa pendidikan seni

ditempatkan sebagai bagian dalam pendidikan secara umum. Pendidikan seni adalah

pendidikan yang akan membawa kebanggaan dan keangunggan jasmaniah dan

rohaniah, dan oleh karena itu seni seharusnya menjadi dasar pendidikan: ‘that art

16

Page 17: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

should be the basic of education’, demikian kata Herbert Read mengutip thesis Plato

(Tjejep R, 2000, hal 33-34).

Pada tingkatan sosial, pendidikan ekspresi estetika seyogyanya mampu

meyadarkan peserta didik bahwa bentuk-bentuk visual yang mereka cipta membantu

mengungkapkan identitas mereka, juga keanggotaan mereka dalam suatu kelompok/

masyarakat. Bentuk-bentuk visual juga dalam banyak hal menandai peristiwa-

peristiwa penting dalam kehidupannya, sekaligus merefleksikan kebutuhan fisik dan

ekspresif dalam kehidupan sehari-hari. Tugas guru seni budaya adalah membantu

peserta didik menjadi sadar tentang aneka ragam bentuk rupa, sehingga dengan

demikian mereka mampu membentuk dan mengekspresikan perasaannya sesuai

dengan konteks sumberdaya sosial dan budaya yang menjadi lingkungannya.

Pendekatan kontruktivis dalam pembelajaran seni budaya sangat mustahil

dilepaskan dari konteks kebudayaan daerah, mengingat seni merupakan salah satu

produk budaya. Sebaliknya dengan pembelajaran ekspresi estetika yang di konstruk

berbasis budaya akan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna, dan anak

tidak tercerabut dari akar budayanya. Pentingnya konstruktivis atau kontekstualisasi

pembelajaran seni tersebut juga dinyatakan oleh Kerry Freedman dalam artikelnya

Artistic Developmen and Curiiculum: Sociocultural Learning Consideration yang

menyatakan bahwa setiap pembelajaran terkait dengan konteks tertentu. Artinya,

kegiatan pemberian pengalaman estetik idealnya harus dikaitkan dengan konteks

sosiokultural yang melingkupinya. Karena pengalaman estetik yang dimiliki peserta

didik akan dapat dijadikan modal awal bagi peserta untuk mengkonstruk pemahaman

tentang seni. Dengan terlibat mengkonstruk sendiri sebuah konsep, anak akan lebih

mudah memahami sesuatu konsep.

C. Hasil Penelitian

Seperti diungkapkan di atas, sejauh ini penelitian ini telah berhasil menghasilkan satu

model pembelajaran ekspresi estetika inovatif dan perangkat pembelajaran

pendukungnya. Adapun urian secara rinci tentang hasil sebagai berikut.

1. Sosok Model

17

Page 18: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Sosok model yang telah dikembangkan diuarikan meliputi: dukungan teori

tentang bagaimana siswa belajar, tujuan pengembangan model, asumsi yang

mendasari model pembelajaran yang dikembangkan, sintaks, faktor pendukung, peran

siswa dan guru dalam mengimplemntasikan model pembelajaran.

a. Dukungan teori

Model pembelajaran yang dikembangkan ini didukung oleh teori Bandura yang

terkenal dengan teori belajar sosial. Menurut teori ini, seseorang belajar melalui

pengamatan secara selektif perilaku orang lain (model) yang menarik. Di dalam

model pembelajaran, model yang akan di tiru oleh siswa berasal dari fenomen

atau proses atau perilaku masyarakat yang ada di sekitar siswa.

Sifat integratif pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan

siswa dalam melihat sistem, bawa semua proses yang terjadi pada dasarnya tidak

sendiri, tapi kait mengkait satu sama lain. Dengan proses scaffolding siswa

mampu berkembang dari kemampuan aktualnya menjadi kemampuan

potensialnya. Dengan menggunakan contoh-contoh yang ada di sekitar siswa

sebagai model, pembelajaran menjadi bermakna, alami dan kontekstual dan sudah

tentu relevan dengan konteks budaya setempat. Pembelajaran bersifat integrative,

mengkait substansi yang akan dipelajari dengan nilai-nilai budaya dan kesenian

yang ada.

b. Tujuan pengembangan model

Tujuan umum: eksplorasi, optimalisasi, dan pemberdayaan seluruh potensi siswa

melalui olah hati, olah pikir, olahrasa, dan olah raga. Tujuan khusus adalah

pengembangan kecakapan hidup dan mengefektifkan capaian akademik siswa

(konsepsi, apresiasi, dan kreasi) penekanan pda kreasi

c. Asumsi

Asumsi yang mendasarsi model pembelajaran inovatif ini adalah: a) Siswa belajar

melalui pengamatan selektif terhadap perilaku yang menyenangkan; b) Siswa

belajar secara aktif merangkai pengalaman untuk membangun pengetahuannya

sendiri; c) Siswa belajar tidak bisa dilepaskan dari konteksnya (budaya,

lingkungan, kehidupan, sosial); d) siswa merupakan makluk sosial sekaligus

makluk individu; e) Belajar merupakan proses sosial sekaligus proses individual;

18

Page 19: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

f) Belajar bukan hanya kerja otak tapi juga merupakan kerja melalui multi indria;

g) Belajar berlangsung dalam konteks menyenangkan;dan h) Belajar merupakan

proses membangun makna dan berlangsung kontinyu

d. Sintaks /langkah-langkah model ini adalah

a) mengorientasikan siswa pada masalah; b) merancang proses pemecahan

masalah atau menjawab pertanyaan; c) membimbing proses kreatif; d)

mengkomunikasikan hasil; e) apresiasi dan konfirmasi; dan f) evaluasi dan

refleksi

e. Faktor pendukung

Sistem pendukung adalah lingkungan belajar sekolah standar, SDM yang kreatif

untuk mendorong siswa melakukan proses kreatif dan mengimplementasikan

model-model serta mampu memberi contoh

f. Peran guru

Dalam mengimplementasikan model ini, peran siswa adalah sebagai subyek

belajar yang aktif merangkai pengalaman, meniru model dan sebagai tutor bagi

temannya yang lain. Sementara guru berperan sebagai model, memberi balikan,

memotivasi, menciptakan kondisi agar belajar berlangsung secara optimal.

2. Kajian Empirik dan Penyusunan Perangkat

a. Kajian empirik

Kajian empirik dilakukan dengan metode Fokus Group Discution. Metode

ini diterapkan untuk mengungkap bagaimana model-model pembelajaran ekspresi

estetika /seni budaya yang dilakukan guru di lapangan, permasalahan-

permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian yang telah dilakukan.

Fenomena empiric di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran

cenderung (1) lebih menekankan isi dari pada kompetensi (2) lebih menekankan

kegiatan praktek berkesenian dari pada penguasaan konsep seni (3) dalam praktek

berkarya lebih mengutamakan seni meniru alam dari pada pengembangan

imajinasi (4) lebih mengutamakan seni tradisional yang konteksnya kurang

dikenal siswa.

19

Page 20: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Kendala dalam pembelajaran (1) kurang didukung prasarana ruangan yang

berkarakter seni (2) kesulitan memperoleh sumber belajar seni local/seni daerah

setempat (3) mata pelajaran seni-budaya sebagai bidang marjinal yang kurang

berwibawa karena non-Unas (4) masih banyak guru bidang seni yang berasal dari

disiplin non-seni (5) sumber dan media pembelajaran seni sangat kurang.

b, Penyusunan perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran Ekspresi-Estetika (Seni-Budaya) yang harus

disusun terdiri: (1) Silabus (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP (3)

Lembar Kegiatan Siswa/LKS (4) Lembar penilaian (5) Buku Siswa (6) Media

Pembelajaran – masing-masing untuk kelas 1 – 9. Mengingat kompleksnya mata

pelajaran seni budaya (meliputi bidang seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater)

dan keterbatasan sumber daya, maka model pembelajaran yang dikembangkan

dibatasi lingkupnya sebagai berikut: a) hanya mencakup satu semester yakni

semester gasal tahun 2007/2008 sejalan dengan tahun ajaran di mana kegitan studi

ini berlangsung; b) Tidak semua bidang, SK, dan KD dikembangkan secara utuh

di seluruh kelas, namun dipilih bidang tertentu dengan mempertimbangkan aspek

representasi dan pemerataan

Hasil review internal merekomendasikan (1) perlunya solusi atas

terjadinya overlapping Standart kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)

pada beberapa kelas/semester. Kesamaan SK/KD tersebut diatasi dengan

menyesuaikan tingkat kesulitan materi, kesulitan bahasa ungkap, dan contoh-

contoh kasus (2) perlu penyederhanaan bahasa disesuaikan dengan kemampuan

siswa (3) perlu ilustrasi gambar yang cukup untuk mendukung pemahaman.

Kegiatan validasi eksternal dilakukan oleh reviewer di luar tim studi

inovasi pembelajaran Ekspresi-Estetika/Seni Budaya yang terdiri atas dua unsur,

yakni unsur akademisi, atau para dosen bidang seni dan unsur praktisi, atau para

guru pendidikan dasar. Materi yang divalidasi ialah (1) relevansi dengan KTSP

(2) konsistensi antara silabus, RPP, buku siswa, LKS, dan lembar penilaian (3)

proyeksi keterlaksanaan di lapangan/sekolah (4) aspek inovasi (5) keterbacaan.

20

Page 21: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Fakta empirik di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran cenderung

(1) lebih menekankan isi dari pada kompetensi (2) lebih menekankan kegiatan

praktek berkesenian dari pada penguasaan konsep seni (3) dalam praktek berkarya

lebih mengutamakan seni meniru alam dari pada pengembangan imajinasi (4)

lebih mengutamakan seni tradisional yang konteksnya kurang dikenal siswa.

Kendala dalam pembelajaran (1) kurang didukung prasarana ruangan yang

berkarakter seni (2) kesulitan memperoleh sumber belajar seni local/seni daerah

setempat (3) mata pelajaran seni-budaya sebagai bidang marjinal yang kurang

berwibawa karena non-Unas (4) masih banyak guru bidang seni yang berasal dari

disiplin non-seni (5) sumber dan media pembelajaran seni sangat kurang.

Rekomendasi yang dihasilkan antara lain: (1) KD memungkinkan untuk diubah

disesuaikan sikon, karena terjadinya tumpang tindih KD, (2) Alternatif untuk

mengatasi kesulitan sumber seni lokal ialah penyesuaian orientasi pada seni

populer yang konteksnya sangat dekat dengan siswa (pluralis), (3) Perlu

pengintegrasian pelajaran praktek dan teori, untuk lebih memahamkan siswa, (4)

Dibutuhkan pemetaan dan identifikasi kesenian tradisional/lokal, dan (6) Kegiatan

praktek perlu diarahkan ke eksplorasi (bentuk, bahan).

c. Hasil Implementasi

Dalam tahapan Uji coba terbatas perangkat pembelajaran ini mencakup (A)

persiapan (B) pelaksanaan dan hasil uji coba yang akan dipaparkan sebagai

berikut:

a. Persiapan

Persiapan ujicoba perangkat pembelajaran meliputi (1 ) menentukan sekolah

sasaran uji coba (2) kordinasi dengan sekolah ujicoba (3) penyamaan

persepsi/pembekalan guru (4) penyusunan instrumen keterbacaan dan

keterlaksanaan perangkat.

1. Penentuan sekolah sasaran ujicoba terbatas dengan mempertimbangkan

kondisi/mutu sekolah di Indonesia yang beragam mendapatkan tiga

sekolah, yakni SD Alam Insan Mulia untuk ujicoba mapel kelas rendah

21

Page 22: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

(kelas 1, 2, 3); SD Laboratorium Unesa untuk uji coba mapel SD kelas

tinggi (kelas 4, 5, 6).

2. Kordinasi dengan sekolah ujicoba dimaksudkan untuk memperoleh ijin

dari kepala sekolah tentang pelaksanaan ujicoba dan memperoleh data

guru terkait serta jadual pelaksanaan ujicoba. Berkenaan dengan ini

diperoleh data nama guru dan jadual sebagai berikut:

3. Penyamaan persepsi antara peneliti/penyusun perangkat dengan guru

berkenaan dengan Silabus, RPP, LKS, Buku Siswa, media pembelajaran,

dan alokasi waktu. Di samping itu juga nuansa inovatif pembelajaran yang

menekankan (a) student centered (b) pendekatan kontekstual yang

ditandai dengan pemanfaatan sumber belajar yang ada di sekitar siswa,

pengembangan keterampilan bertanya yang mendorong siswa untuk

mengeksplorasi penalarannya, pengembangan learning comunity dengan

membentuk kelompok diskusi untuk memecahkan masalah, pemodelan

dengan menghadirkan berbagai media belajar yang sesuai (c)

mengembangkan soft skill dalam bentuk memaparkan hasil pengamatan/

diskusi di depan kelas (d) berbasis budaya yang bersifat plural, mencakup

seni budaya tradisional, modern, kontemporer, populer – yang dekat

dengan siswa (e) belajar dalam suasana yang menyenangkan (f)

menyisipkan pesan moral tentang pentingnya menyadari perbedaan,

terutama perbedaan pendapat sebagai modal untuk saling menghargai,

bukan sebagai modal untuk saling membenci (f) mengembangkan sikap

apresiatif, dengan cara sederhana yakni memberikan komentar dan

penghargaan terhadap karya seni teman.

b. Pelaksanaan dan Hasil Uji Coba

Ujicoba terbatas dan uji coba luas perangkat pembelajaran oleh guru

disertai dengan pantauan peneliti/penyusun perangkat untuk meninjau

kesesuaiannya dengan rancangan. Dalam tahap ini diperoleh masukan dari

guru pelaksana ujicoba untuk penyempurnaan model pembelajaran.

22

Page 23: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Dalam uji coba model pembelajaran, secara umum guru menerapkan

sesuai dengan rancangan, dalam arti mengikuti tahapan proses dan skenario

yang tertuang dalam RPP. Uji coba model juga didukung dengan media

pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran. Namun secara kasuistis, uji

coba di kelas 7, 8, dan 9 menurut pengamatan peneliti dijumpai sejumlah

kendala sebagai berikut: (1) Situasi kelas uji coba yang sering terganggu

pengumuman-pengumuman sekolah, (2) Guru sulit meninggalkan budaya

pembelajaran konvensional (teacher centered dan verbalistis), belum di setting

untuk kelas CTL yang lebih bernuansa student centered, (3) Belum ada kelas

khusus yang memiliki karakteristik bidang seni, (4) KTSP – yang didukung

oleh program ini kurang dipahami baik oleh guru, (5) Guru kurang mampu

mengkaitkan antara silabus, buku siswa, RPP, (7) Peran siswa sudah tampak

diaktifkan, tetapi guru masih saja terlalu mendominasi kegiatan pembelajaran,

(8) Guru masih terpaku pada skenario pembelajaran, meskipun sudah tampak

ada inisiatif pengembangan, (9) Buku siswa belum dimanfaatkan secara

optimal, dan (10) Alokasi waktu (dua jam pelajaran) untuk pelajaran praktek

dan teori kurang mencukupi

Sementara itu, penilaian/komentar/masukan guru berdasar angket

tentang perangkat pembelajaran ( silabus, RPP, Buku Siswa) adalah sebagai

berikut:

1. Secara umum silabus telah memenuhi harapan guru. Artinya, silabus telah

memenuhi kriteria kedalaman cakupan, tingkat kesukaran, urutan materi

dan kesesuaian dengan perkembangan pisik, intelektual, sosial, emosional

siswa. Isi setiap komponen sudah saling terkait untuk menunjang

kompetensi. Isi setiap komponen dapat mengakomodasi keragaman

peserta didik, kondisi lingkungan, perubahan dan tuntutan sekolah dan

masyarakat. Cakupan indikator, materi pokok, KBM, sumber belajar,

sistem penilaian sudah mengikuti perkembangn IPTEKS mutakhir dalam

kehidupan dan peristiwa nyata dan sudah menunjang kompetensi dasar.

Setiap komponen silabus sudah mencakup seluruh ranah kompetensi

(kognitif, afektif, psikomotor). Isi setiap komponen sudah mengakomodasi

23

Page 24: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

cakupan apresiasi dan kreasi yang menekankan pada multi kultural, multi

tafsir , multi media, dan multi kecerdasan. Isi setiap komponen sudah

dapat mengakomodasi pembentukan watak: meningkatkan kepekaan,

apresiasi, kratifitas, kejujuran, keberanian, kepercayaan diri, dan sikap

mental produktif. Setiap isi komponen sudah mengarah pada model

pembelajaran yang lebih mementingkan proses dari pada produk. Silabus

dapat dilaksanakan di lapangan. Aspek yang mendapat komentar

negatif atau kurang ialah kesesuaian alokasi waktu dengan yang

disediakan oleh kurikulum.

2. Secara umum RPP telah memenuhi harapan guru (sangat baik/baik).

Deskripsi lebih lanjut ialah : tujuan/indikator sudah jelas, cakupan

kompetensi sudah lengkap, sesuai dan mendukung kompetensi dasar.

Materi pembelajaran sesuai dengan indikator, sesuai dengan

karakteristik siswa, runtut/sistematis/hirarkis. Sumber/media sudah

mendukung indikator hasil pembelajaran, mendukung materi

pembelajaran, sesuai dengan kondisi/karakterisitik siswa, dapat

dioperasionalkan guru dengan mudah. Skenario pembelajaran sudah

mendukung tercapainya idikator. Model pembelajaran sesuai dan

mendukung penyampaian materidengan baik. Model pembelajaran sesuai

dengan kondisi/karakteristik siswa. Langkah-langkah pembelajaran jelas,

sistematis, hirarkis. Lebih mengutamakan proses dari pada hasil.

Mementingkan pembentukan watak dari pada sekedar penyampaian

materi. Sudah mengadopsi model pembelajaran CTL. Evaluasi sudah

mendukung tujuan/indikator, prosedurnya jelas, instrumen lengkap,

menilai semua aspek, menggambarkan penilaian model assesment,

menyertakan proses refleksi.

3. Secara umum Buku Siswa telah memenuhi harapan (sangat baik/baik).

Deskripsi lebih lanjut ialah : tujuan/indikator sudah sesuai dan

mendukung KD, cakupan kompetnsi sudah lengkap. Materi, sesuai dengan

indikator, sesuai dengan karakterisitik siswa, runtut, sistematis, hirarkis,

memenuhi kriteria kontekstual, sesuai dengan waktu yang disediakan oleh

24

Page 25: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

kurikulum, setiap indikator diuraikan lengkap, mendalam sesuai dengan

karakteristik siswa, mendukung student centered, mengutamakan proses

dari pada hasil, dilengkapi rangkuman, KD, indikator, evaluasi, dan tugas

kelompok/perorangan, dilengkapi gambar/ilustrasi yang sesuai.

Beberapa catatan/komentar tentang buku siswa ialah (1) kurang jelas

menunjukkan materi pembelajaran yang bersifat multi kultural, multi

tafsir, multi media, dan multi kecerdasan (2) perlu penyerderhanaan

bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa (3) penempatan

gambar-gambar/ilustrasi sebaiknya berdekatan dengan teks yang terkait

agar memudahkan pembacaan.

4. Rekaman video pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 3-8 September

2007, dengan terlebih dulu dilakukan latihan sebanyak tiga kali. Kegiatan

ini dilakukan di dalam kelas nyata, dengan ruang kelas, jumlah siswa,

serta guru sesuai yang sebenarnya. Rekaman video pembelajaran dipandu

oleh naskah/skenario yang dissn oleh peneliti dengan durasi antara 30-45

menit. Kendala dalam kegiatan ini terutama dalam da hal. Pertama,

sulitnya mengendalikan siuasi kelas nyata, yang tidak dikondisikan seperti

ruang studio yang terbebas gangguan lingkungan, khususnya suara-suara

yang tidak dinginkan. Kedua, editing yang waktunya sangat pendek dan

tidak dapat melibatkan penulis skenario secara langsung, sehingga

berdampak pada hasil penyuntingan video yang kurang sesuai dengan

harapan penyusun skenario. Upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi

masalah ini ialah memperbaiki hasil suntingan dengan melibatkan

penyusun skenario dan menambahkan teks untuk memperjelas

sintaks/tahap-tahapan kegiatan. 5. Replikasi Uji Coba di Mataram

Secara umum, respon siswa dan guru dalam pembelajaran seni budaya

sesuai dengan hasil pengamatan adalah menunjukkan suasana hidup,

bersemangat dan menyenangkan. Analisis ini didasarkan pada pengamatan

peneliti, isian angket guru (observer), dan angket siswa. Isian angket

difokuskan pada (1) apakah pembelajaran yang diterapkan dapat dikatakan

25

Page 26: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

baru (2) Dalam aspek apa nilai kebaruan tersebut (3) Apakah

pembelajaran yang dimaksud menyenangkan (4) aspek mana yang

menyenangkan (5) komentar terhadap pembelajaran dimaksud, baik yang

positif maupun yang negatif.

Dari angket siswa yang disebarkan secara acak di kelas 4 SD diperoleh

data sebagai berikut :

1. Pembelajaran seni rupa yang dilaksanakan, 100 % siswa menjawab baru

Hal-hal yang dirasakan baru adalah :

a. lKS

b. cara guru mengajar

c. Alat mengajar

d. Suasana pembelajarannya

2. Pembelajaran yang dilaksanakan menyenangkan anak, 100 % merasa senang dan

hal-hal yang menyenangkan berkaitan dengan LKS, cara guru mengajar, alat

mengajar dan suasanan pembelajarannya

3. Seluruh Siswa antusias dan ingin mengikuti pembelajaran seperti ini lagi

4. Komentar tertulis dari Siswa

a. Senang sekali karena memakai alat-alat gambar yang lengkap, cat air,

crayon dan pensil

b. Saya sangat senang karena saya bisa menggambar dan melukis

c. Suasana menyenangkan dan cara mengerjakannya merasa seru

d. Merasa dapat pengalaman yang belum pernah dirasakan

5. lembar Kerja Siswa, bisa terisi dengan lengkap artinya anak tidak mengalami

kesulitan, bahkan siswa mampu mengenal-nama-nama tumbuhan yang ada di

sekitar lingkungan mereka, dari nama, bentuk, warna , permukaa, serta sifatnya.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa inovasi pembelajaran Seni Budaya (seni

rupa) yang dilaksanakan berkategori baru dan menyenangkan anak. Mereka

26

Page 27: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

melihat/merasakan bahwa nilai kebaruan pembelajaran dimaksud terletak pada beberapa

aspek, yaitu LKS dan media atau , cara, dan suasana pembelajaran.

Dalam option, aspek apa yang membuat siswa merasa senang mengikuti pembelajaran

dimaksud, karena didukung oleh alat/media yang komplit dan suasana pembelajaran yang

menyenangkan. Meskipun demikian, ada seorang siswa yang berpendapat bahwa suasana

ribut, penjelasan guru tidak didengarkan.

Dari angket siswa yang disebarkan secara acak di SMP, diperoleh data bahwa

pembelajaran seni budaya yang diterapkan terkategori baru. Sejumlah 15 siswa hanya dua

anak (14%) yang tidak menyebut baru. Tetapi dua siswa ini meskipun tidak menyebut

sebagai pembelajaran baru, merasa senang mengikutinya. Bagaimana gambaran pendapat

siswa tentang aspek kebaruan terpapar pada tabel berikut:

Tabel Pendapat Siswa tentang Model Pembelajaran Yang diterapkan

Aspek kebaruan Frekuensi

LKS 1

LKS dan alat/media pembelajaran 1

Alat/media pembelajaran 3

Suasana pembelajaran 4

Alat/Media dan Cara pembelajaran 2

Alat/Media, Cara, dan suasana pembelajaran 3

Cara dan suasana pembelajaran 1

15

Dari tabel tersebut diketahui bahwa sejumlah siswa memberikan lebih dari satu

option. Artinya mereka melihat/merasakan bahwa nilai kebaruan pembelajaran

dimaksud tidak hanya terletak pada satu aspek, melainkan pada dua atau lebih aspek.

Misalnya aspek LKS dan media ata media, cara, dan suasana pembelajaran.

Sementara jika dilihat secara parsial aspek yang paling tinggi frekuensinya ialah

alat, kemudian disusul secara berurutan oleh suasana pembelajaran, cara pembelajaran,

dan LKS. Dalam hal ini LKS memperoleh angka terendah, karena LKS tersebut tidak

27

Page 28: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

diterapkan, melainkan hanya diberikan secara terlampir dalam buku siswa. Kegiatan

diskusi kelompok kecil, yang semestinya dipad dengan LKS, kurang dimanfaatkan secara

baik oleh guru. Siswa menggunakan lembaran kertas miliknya sendiri.

Jika tabel di atas menunjukkan di mana letak kebaruan yang dapat

dirasakan/dialami dalam pembelajaran seni budaya, gambaran yang serupa juga nampak

dalam option aspek apa yang membuat siswa merasa senang mengikuti pembelajaran

dimaksd. Artinya, siswa senang mengikuti pembelajaran seni budaya karena didukung

oleh alat/media yang menarik dan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Meskipun

demikian, ada seorang siswa yang berpendapat bahwa suasana pembelajaran ini terlalu

santai kurang khusyuk. Di samping itu ada pula satu siswa yang berpendapat kurang

tertarik dengan pembelajaran ini, karena tidak disertai praktek berkarya seni rupa.

Dengan demikian siswa kurang memahami bahwa standar kompetensi yang dicapai ialah

apresiasi, bukan ekspresi/berkarya. Berikut dituliskan komentar para siswa yang

mayoritas:

1. Saya sangat menyukai pelajaran seni budaya, karena seni budaya itu pelajarannya

gampang dan enak.

2. Menurut saya pelajaran seperti ini menarik, karena bisa membuat kita menjadi

semakin aktif,sehingga dapat memahami pelajaran lebih cepat.

3. Dapat menambah wawasan saya sebagai seorang siswa. Memberikan contoh dan

teknik cara pembuatannya.

4. Saya dapat mengetahui apa itu seni bdaya dan macam-macam seni lainnya.

5. Saya dapat mengetahui teknik-teknik pembuatannya dan tujuan pembuatan seni

tersebut dan dapat menambah wawasan saya untuk berkarya, serta dapat

mengasah pikiran saya.

6. Saya bisa cepat mengerti dan lebih jelas

7. Karena suasana mengajarnya menyenangkan dan alat-alatnya juga bagus-bagus.

Dan pelajaran ini sangat menyenangkan apabila dilengkapi dengan alat-alatnya.

8. Saya lebih mengerti dan lebih jelas karena dapat melihat media secara langsung,

juga mempresentasikannya menjadi lebih aktif.

28

Page 29: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

9. Pertama menyenangkan apabila diikuti dengan praktek. Bila tidak diikuti dengan

praktek akan membosankan.

10. Saya berharap agar pembelajaran ini sering dilakukan karena dapat menambah

wawasan kita semua.

11. Saya merasa lebih senang, lebih mengerti yang telah diajarkan sama guru

tersebut. Supaya kita lebih mengenal akan seni budaya, karena guru saya

memperkenalkan budaya di sekitar saya.

D. Simpulan

1. Hasil Pengembangan

Penelitian ini telah berhasil mengembangkan (1) model pembelajaran ekspresi

estetika inovatif untuk menumbuhkan sikap apresiatif dan kreatif anak disamping

belajar kornitif dan psikomotorik; (b) Contoh perangkat pembelajaran; (c) Contoh

implementasi model dalam kelas; (e) Instrumen pengamatan belajar

2. Kesimpulan

Ada kecenderungan bahwa pembelajaran inovatif ekspresi estetika yang

dikembangkan ini telah mampu menimbulkan atmosfer pembelajaran yang lebih

kondusif dan baik dari pada pembelajaran sehari-harinya. Ini terlihat dari antusiasme

dan peran aktif seluruh siswa dalm kelompok-kelompok kerja pada saat proses

pembelajaran seni. Para siswa merasakan belajar ekspresi estetika yang jauh lebih

menyenangkan, bermakna dan merasakan keguanaannya dalam kehidupan. Terlebih

sentuhan afeksi yang ikut menunjang perwujudan penanaman perilaku.

Penilaian kognitif dan portofolio pada siswa peserta uji coba menunjukkan hasil

signifikan terhadap pencapaian indikator pembelajaran. Selain itu kegiatan apresiatif

dan kreatif secara berkelompok telah mampu menumbuhkan sikap kebersamaan,

saling menghargai, saling berbagi tangggungjawab. Kondisi ini terlihat sejak awal

kegiatan dalam kegiatan kerja kelompok maupun saat presentasi hail kerja kelompok.

Secara umum perangkat (silabus, RPP, media) telah memenuhi harapan guru

(sangat baik/baik). Artinya, perangkat telah memenuhi kriteria kedalaman cakupan,

29

Page 30: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

tingkat kesukaran, urutan materi dan kesesuaian dengan perkembangan pisik,

intelektual, sosial, emosional siswa. Isi setiap komponen sudah saling terkait untuk

menunjang kompetensi yang akan dicapai.

Beberapa pengalaman dan temuan saat ujicoba di sekolah dapat dipaparkan

sebagai berikut:

1. Respon siswa secara umum sangat baik terhadap proses, strategi, dan materi

pembelajaran.

2. Sebagian siswa bersedia dan merasa senang bila diberikan proses

pembelajaran sejenis ini pada materi lainnya

3. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada ujicoba disambut baik dan

sangat membantu pemahaman konsep utama dalam pelajaran ekspresi

estetika.

E. Saran-Saran

Pembelajaran eksresi estetika mengukur dampak pembelajaran terhadap perubahan

kemampuan psikomotorik dan sikap kreatif kerena secara teoretis hasil belajar yang

demikian memerlukan waktu yang lama dalam pembentukannya. Hasil belajar

tersebut dicapai melalui perubahan perilaku dan perubahan sikap. Penelitian ini baru

sampai pada pengecekan apakah guru mampu mengeksplorasi kemampuan ekspresi

anak dan belum menjadikan kemampuan tersebut akan menjadi sikap anak.

Atas dasar itu perlu dilakukan penelitian yang sama dalam rentang waktu yang

lebih lama kemudian dapat mengukur dampak pembelajaran terhadap perubahan

sikap positif anak.

Guru disarankan dilatih terlebih dahulu untuk mengoperasionalkan perangkat

yang sudah dikembangkan mengingat ini model yang baru. Untuk melengkapi

contoh-contoh perangkat yang sudah ada perlu di kembangkan contoh lain yang lebih

kaya.

Rekomendasi

30

Page 31: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Dari hasil data dapat dianalisis, kecenderungan bahwa pembelajaran inovatif

ekspresi estetika/seni budaya yang dikembangkan ini telah mampu menimbulkan

atmosfer pembelajaran yang lebih kondusif dan baik dari pada pembelajaran sehari-

harinya. Ini terlihat dari antusiasme dan peran aktif seluruh siswa dalam kelompok-

kelompok kerja pada saat proses pembelajaran seni. Para siswa merasakan belajar

ekspresi estetika/seni budaya yang jauh lebih menyenangkan, bermakna dan merasakan

kegunaannya dalam kehidupan. Terlebih sentuhan afeksi yang ikut menunjang

perwujudan penanaman perilaku.

Pembelajaran ekspresi estetika/seni budaya, melatih anak mengkatualisasikan diri

lewat olah rasa hal ini akan meningkatkan sensitifitas dan apresiasi akan kehalusan, dan

bila hal ini dilatihkan secara terus menerus maka akan mencerdaskan emosional dan

sosial anak. Selain itu model ini juga mengukur dampak pembelajaran terhadap

perubahan kemampuan psikomotorik dan sikap kreatif. Secara teoretis hasil belajar yang

demikian memerlukan waktu yang lama dalam pembentukannya. Hasil belajar tersebut

dicapai melalui perubahan perilaku dan perubahan sikap. Penelitian ini baru sampai pada

pengecekan apakah guru mampu mengeksplorasi kemampuan ekspresi anak dan belum

menjadikan kemampuan tersebut akan menjadi sikap anak.

Atas dasar itu perlu dilakukan penelitian yang sama dalam rentang waktu yang

lebih lama kemudian dapat mengukur dampak pembelajaran terhadap perubahan sikap

positif anak.

Guru disarankan dilatih terlebih dahulu untuk mengoperasionalkan perangkat

yang sudah dikembangkan mengingat ini model yang baru. Sarana-prasarana minimal

perlu disediakan untuk memberi pengalaman seni pada anak, baik berupa ruangan yang

memadai, bahan-bahan yang dibutuhkan atau media audio visual, Untuk melengkapi

contoh-contoh perangkat yang sudah ada perlu di kembangkan contoh lain yang lebih

kaya.

E. Daftar Pustaka

AAM Jelantik, Estetika: Sebuah Pengantar, 1999, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Bandung.

31

Page 32: MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI …€¦ · MAKALAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK PENDIDIKAN DASAR Disusun Oleh: Tim Peneliti Balitbang

Bliss, Joan., Martin Monk and Jon Ogborn. 1983. Quatitative Data Analysis for Educational Research. London: Croom Helm.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Analisa Situasi dan Kondisi Pendidikan Untuk Semua Tahun 2002. Jakarta: Sekretariat Forum Koordinasi Nasional.

Dickie, George. Aesthetics an Introduction. Indianapolis: The Bobbs-Merrill Company, Inc, 1971.

Hartoko, Dick. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1984

Isaac, Stephen & William B Michael. 1983. Handbook in Research and Evaluation. Second Edition. San Diego, California: Edits.

Johnson. E.B. (2000). Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc. Kennick. W.E. 1979. Art and Philosophy Readings in Aesthetics. New York: St.Martin’s

Press, Inc.

Krathwohl, David R. 1998. Methods of Educational & Social Science Research: An Integrated Approach. New York: Longman.

Liang Gie, 1976, Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan), Fakultas Filsafat Universitas gajah Mada, Yogyakarta.

Rohendi R, Tjejep, 2000, Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan, STSI, Bandung.

Summahamijaya, Suparman. tanpa tahun. Pembangunan Masyarakat Pancasila Melalui Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia dengan Sistim Pendidikan Sikap Mental Wiraswasta. Jakarta: Lembaga Bina Wiraswasta.

Sutrisno, Muji, 1993. Estetika: Filsafat Keindahan, Yogyakarta: Kanisius.

Sutjipto, Katjik, 1973, Seni Rupa sebagai Alat Pendidikan, sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran, IKIP Malang.

Undang-Undang Nomor 20, tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standart Nasional Pendidikan.

32