makalah pemodelan
TRANSCRIPT
Menentukan rute pengangkutan sampah untuk memperkecil total jarak
tempuh dengan menggunakan Metode Savings Heuristic
I. MASALAH NYATA
Sampah adalah limbah yang bersifat padat, yang terdiri dari zat atau bahan
organik dan non organik. Setiap hari sampah dihasilkan oleh setiap rumah tangga
dalam masyarakat sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, namun hal tersebut
secara umum seringkali tidak menjadi bahan pemikiran yang mendalam bagi semua
warga masyarakat. Seringkali pembuangan sampah di rumah hanya cukup sekedar
menyimpannya dalam bak sampah / tong sampah untuk kemudian selanjutnya adalah
menjadi urusan pengumpul/pengangkut sampah tingkat RT/RW hingga ke Kelurahan
untuk kemudian tugas terakhir yang merupakan beban terberat ada di pihak petugas
kebersihan kota yang membuangnya ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir.
Dinas Kebersihan sebagai pihak yang bertanggung jawab tentunya
menginginkan agar sampah di tiap-tiap TPS dapat terangkut dan biaya pengangkutan
sampah ke TPS-TPS dapat diminimumkan dengan mengharapkan hasil yang
maksimum. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah menemukan jalur yang tepat
(minimum) dari depot ke seluruh TPS tepat sekali dan kembali lagi ke depot dengan
jarak terpendek. Dengan menemukan rute terpendek, secara tidak langsung dapat
meminimumkan biaya transportasi sehingga mengakibatkan bahan bakar yang
digunakan juga dapat diminimumkan.
Dengan menggunakan Savings Heuristic, maka akan ditentukan rute yang
optimal untuk memperoleh jarak total minimum.
II. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana menentukan rute pengangkutan sampah untuk memperkecil total
jarak tempuh dengan menggunakan Metode Savings Heuristic?
III. ASUMSI
Sebuah kota mempunyai truk pemungut sampah yang harus mengangkut
sampah di Sembilan jalur yang memiliki beberapa titik tempat pembuangan sampah.
Setiap harinya, setiap truk harus mulai dan berakhir pada depot dan pada akhirnya
akan dikumpulkan pada satu tempat pembuangan akhir sampah. Misalkan setiap node
pada rute awal dipenuhi secara individual oleh suatu kendaraan secara terpisah.
Dimana setiap node membentuk rute tersendiri yang dilayani oleh kendaraan yang
berbeda. Seperti pada Gambar 3.1 yaitu rute o-i-o dilayani oleh satu kendaraan, dan
rute o-j-o dilayani oleh kendaraan lain yang berbeda.
i j
coi coj
coi coj
o
Gambar 3.1 Bentuk Awal Rute
0 ( Depot )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
IV. DATA
Total jarak yang ditempuh sebelum menggunakan Saving Heuristic adalah
408 km (ditunjukkan pada gambar 4.1)
Gambar 4.1 Depot dan 9 node yang harus dikunjungi
V. MODEL MATEMATIKA
Menghitung nilai penghematan (Si,j) berupa jarak tempuh dari satu kendaraan
yang menggantikan dua kendaraan untuk melayani node i dan j dengan menggunakan
persamaan :
Si,j = coi + coj - cij......................................................................................................(1)
dimana,
Sij = nilai penghematan jarak dari node i ke node j
coi = jarak dari depot ke node i
coj = jarak dari depot ke node j
cij = jarak dari node i ke node j
Nilai penghematan (Si,j) adalah jarak yang dapat dihemat jika rute o-i-o
digabungkan dengan rute o-j-o menjadi rute tunggal o-i-j-o yang dilayani oleh satu
kendaraan yang sama (ditunjukkan dalam Gambar 3.2)
i cij j
coi coj
o
Gambar 3.2 Bentuk Penghematan Rute
Adapun langkah-langkah penyelesaian pemecahan persoalan dengan
menggunakan Metode Savings Heuristik adalah sbb :
1. Membuat matriks jarak yaitu matriks jarak antara depot dengan node dan jarak
antar node. Pengukuran jarak dari node i ke j sama dengan jarak dari node j ke i
sehingga matriks jarak ini termasuk matriks simetris.
2. Menghitung nilai penghematan (savings) dengan menggunakan persamaan (1).
3. Membuat matriks hasil penghematan (savings) yaitu matriks penghematan antara
depot dengan node dan jarak antar node yaitu berupa pengukuran jarak dari node i
ke j.
4. Buat ranking dari perhitungan savings dan buat list dari hasil savings yang terbesar
hingga terendah.
5. Untuk hasil savings s( i,j ) yang sedang dipertimbangkan sudah termasuk hubungan
node ( i,j ) pada satu rute. Bila tidak ada rute pembatas maka akan mengganggu
pencantuman dari rute ( i,j ) dan bila :
a. Baik i atau j sudah ditentukan pada satu rute dimana pada beberapa kasus, rute
baru diajukan termasuk ke dalam i dan j.
b. Atau, hanya satu dari dua titik (i atau j) sudah termasuk dalam rute yang ada
dan node tersebut tidak termasuk pada rute itu (satu node termasuk pada rute
0 ( Depot )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
bila tidak berbatasan dengan depot D sehingga tidak melebihi node), dimana
hubungan ( i,j ) ditambahkan pada rute yang sama.
c. Atau, baik i dan j sudah termasuk ke dalam dua rute yang berbeda dan node
yang lain termasuk ke dalam rute, dimana dua rute dapat digabungkan.
VI. SOLUSI
Gambar 6.1 Depot dan 9 node yang harus dikunjungi
Tabel 1 Kapasitas dari setiap node
Node 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Unit 4 6 5 4 7 3 5 4 4
Dengan total kapasitas = 23 unit sekali angkut. Setelah diketahui masing – masing
jarak dari setiap titik, maka dapat dilakukan perhitungan savings.
kedari
0 0 25 43 57 43 61 29 41 48 711 25 0 29 34 43 68 49 66 72 912 43 29 0 52 72 96 72 81 89 1143 57 34 52 0 45 71 71 95 99 1084 43 43 72 45 0 27 36 65 65 655 61 68 96 71 27 0 40 66 62 466 29 49 72 71 36 40 0 31 31 437 41 66 81 95 65 66 31 0 11 468 48 72 89 99 65 62 31 11 0 369 71 91 114 108 65 46 43 46 36 0
430 1 2 5 9876
Tabel 2 Matriks Jarak
Langkah – langkah penghitungan Saving sebagai berikut :
Menghitung Si,j yaitu nilai penghematan jarak dari node i ke node j dengan
menggunakan persamaan (1) maka diperoleh :
s(0,1) = d( 0,0 ) + d ( 0,1 ) – d ( 0,1 )
= 0 + 25 - 25
= 0
s(0,2) = d ( 0,0) + d ( 0,2) – d ( 0,2 )
= 0 + 43 -43
= 0
s(0,3) = d ( 0,0 ) + d ( 0,3) – d ( 0,3 )
= 0 + 57 – 57
= 0
s(0,4) = d (0,0) + d (0,4) – d (0,4)
= 0 + 43 – 43
= 0
s(0,5) = d (0,0) + d ( 0,5 ) – d ( 0,5 )
= 0 + 61 – 61
= 0
s(0,6) = d (0,0) + d (0,6) – d(0,6)
= 0 + 29 – 29
= 0
s(0,7) = d (0,0) + d (0,7) – d (0,7)
= 0 + 41 – 41
= 0
s(0,8) = d (0,0) + d(0,8) – d(0,8)
= 0 + 48 – 48
= 0
s(0,9) = d (0,0) + d (0,9) – d (0,9)
= 0 + 71 – 71
= 0
s(1,2) = d (0,1) + d (0,2) – d (1,2)
= 25 + 43 – 29
= 39
s(1,3) = d(0,1) + d (0,3) – d(1,3)
= 25 + 57 – 34
= 48
s(1,4) = d (0,1) + d (0,4) – d(1,4)
= 25 + 43 – 43
= 25
S(1,5) = d (0,1) + d(0,5) – d(1,5)
= 25 + 61 – 68
= 18
S(1,6) = d(0,1) + d(0,6) – d(1,6)
= 25 + 29 – 49
= 5
S(1,7) = d (0,1) + d (0,7) – d (1,7)
= 25 + 41 – 66
= 0
S(1,8) = d (0,1 ) + d (0,8) – d (1,8)
= 25 + 48 – 72
= 1
S(1,9) = d (0,1) + d(0,9) – d (1,9)
= 25 + 71 – 91
= 5
S(2,3) = d (0,2) + d(0,3) – d(2,3)
= 43 + 57 – 52
= 48
S(2,4) = d (0,2) + d (0,4) – d (2,4)
= 43 + 43 – 72
= 14
S (2,5) = d (0,2) + d (0,5) – d (2,5)
= 43 + 61 – 96
= 8
S(2,6) = d (0,2) + d (0,6) – d (2,6)
= 43 + 29 – 72
= 0
S(2,7) = d (0,2) + d (0,7) – d (2,7)
= 43 + 41 – 81
= 3
S(2,8) = d (0,2) + d (0,8) – d (2,8)
= 43 + 48 – 89
= 2
S(2,9) = d (0,2) + d (0,9) – d (2,9)
= 43 + 71 – 114
= 0
S(3,4) = d (0,3) + d (0,4) – d (3,4)
= 57 + 43 – 45
= 55
S(3,5) = d (0,3) + d (0,5) – d (3,5)
= 57 + 61 – 71
= 47
S(3,6) = d (0,3) + d (0,6) – d (3,6)
= 57 + 29 – 71
= 15
S(3,7) = d (0,3) + d (0,7) – d (3,7)
= 57 + 41 – 95
= 3
S(3,8) = d (0,3) + d (0,8) – d (3,8)
= 57 + 48 – 99
= 6
S (3,9) = d (0,3) + d (0,9) – d (3,9)
= 57 + 71 – 108
= 20
S (4,5) = d (0,4) + d (0,5) – d (4,5)
= 43 + 61 – 27
= 77
S (4,6) = d (0,4) + d(0,6) – d(4,6)
= 43 + 29 – 36
= 36
S (4,7) = d (0,4) + d (0,7) – d (4,7)
= 43 + 41 – 65
= 19
S (4,8) = d (0,4) + d (0,8) – d (4,8)
= 43 + 48 – 65
= 26
S (4,9) = d (0,4) + d (0,9) – d(4,9)
= 43 + 71 – 65
= 49
S (5,6) = d (0,5) + d (0,6) – d (5,6)
= 61 + 29 – 40
= 50
S (5,7) = d (0,5) + d (0,7) – d (5,7)
= 61 + 41 – 66
= 36
S (5,8) = d (0,5) + d (0,8) – d (5,8)
= 61 + 48 – 62
= 47
S (5,9) = d (0,5) + d (0,9) – d (5,9)
= 61 + 71 – 46
= 86
S (6,7) = d (0,6) + d (0,7) – d (6,7)
= 29 + 41 – 31
= 39
S (6,8) = d (0,6) + d (0,8) – d (6,8)
= 29 + 48 – 31
= 46
S (6,9) = d (0,6) + d (0.9) – d (6,9)
= 29 + 71 – 43
= 57
S (7,8) = d (0,7) + d (0,8) – d (7,8)
= 41 + 48 – 11
= 78
S (7,9) = d (0,7) + d (0,9) – d (7,9)
= 41 + 71 – 46
= 66
S (8,9) = d (0,8) + d (0,9) – d (8,9)
= 48 + 71 – 36
= 83
Tabel 3 Savings ( diatas diagonal ) dan jarak ( dibawah diagonal )
j0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
i0 - - - - - - - - - -1 25 - 39 48 25 18 5 0 1 52 43 29 - 48 14 8 0 3 2 03 57 34 52 - 55 47 15 3 6 204 43 43 72 45 - 77 36 19 26 495 61 68 96 71 27 - 50 36 47 866 29 49 72 71 36 40 - 39 46 577 41 66 81 95 65 66 31 - 78 668 48 72 89 99 65 62 31 11 - 839 71 91 114 108 65 46 43 46 36 -
Setelah dilakukan perhitungan keseluruhan, didapatkan daftar ranking dari hasil
savings yang terbesar yaitu 86 dengan koordinat node ( 5, 9 ) sampai savings yang
terkecil yaitu 0 dengan koordinat node ( 2, 6 ).
Tabel 2.4 Daftar ranking dari savings
No. Koordinat Node Savings
1 5,9 86
2 8,9 83
3 7,8 78
4 4,5 77
5 7,9 66
6 6,9 57
7 3,4 55
8 5,6 50
9 4,9 49
10 2,3 48
11 1,3 48
12 3,5 47
13 5,8 47
14 6,7 46
15 1,2 39
16 6,7 39
17 4,6 36
18 5,7 36
19 4,8 26
20 1,4 25
21 3,9 20
22 4,7 19
23 1,5 18
24 3,6 15
25 2,4 14
26 2,5 8
27 3,8 5
28 1,6 5
29 1,9 5
30 2,7 3
31 3,7 3
32 2,8 2
33 1,8 1
34 1,7 0
35 2,6 0
36 2,9 0
Setelah diperoleh daftar ranking, langkah selanjutnya adalah menentukan rute
mana yang harus dipilih sesuai dengan urutan dan jumlah masing – masing kapasitas
angkut tidak boleh melebihi 23 unit.
Langkah penentuan rute adalah sebagai berikut :
1. Savings terbesar menjadi awal rute, berarti rute yang dilalui dari 0 menuju 5
kemudian 9 dan kembali ke 0 ( 0,5,9,0 ), dengan kapasitas di node 5 adalah 7 dan
kapasitas node 9 adalah 4, sehingga kapasitas angkut pada rute 1 adalah 7 + 4 =
11. Mengingat kapasitas per sekali angkut adalah 23 unit. maka rute selanjutnya
dapat dibuat berdasarkan daftar ranking savings.
2. Selanjutnya adalah ( 0,5,9,8,0 ) dengan kapasitas angkut adalah 15, berikutnya
dapat dibuat untuk satu kali perjalanan yaitu ( 0,5,9,8,7,0 ) dengan kapasitas 20
unit. Kapasitas per sekali angkut adalah 23 unit, berarti tersisa 3 unit yang dapat
diangkut. Dari daftar savings yang ada kita dapat melakukan trial and error untuk
menentukan rute mana yang harus dibuat.
3. Daftar savings ke – 4 dicoba untuk penentuan rute, bila dibuat rute ( 0,4,5,9,8,7,0 )
akan diperoleh kapasitas 24. Kapasitas sekali angkut yang diperbolehkan adalah
23, maka rute ini tidak dapat digunakan sehingga untuk savings ( 4,5 ) menjadi
awal rute kedua yang terbesar.
4. Kemudian dibuat rute dari data savings ke–5 sehingga diperoleh rute (0,6,5,9,8,7,0)
dengan kapasitas adalah 23 unit. Rute ini memungkinkan karena kapasitas per
sekali angkut sebanyak 23 unit.
5. Penentuan rute kedua sama halnya dengan tahap awal dan dimulai dari daftar
savings terbesar kedua yaitu ( 4,5 ) berarti rute yang dilalui dari 0 menuju 4 dan
kembali ke 0 ( 0,4,0 ), dengan kapasitas di node 4 adalah 4.Namun di node 5 tidak
lagi di kunjungi karena sudah ada pada rute sebelumnya.
6. Selanjutnya adalah ( 0,3,4,0 ) dengan kapasitas angkut adalah 9, berikutnya dapat
dibuat untuk satu kali perjalanan yaitu ( 0,2,3,4,0 ) dengan kapasitas 15 unit.
7. Kemudian dibuat rute dari daftar savings ke –11 sehingga diperoleh rute
( 0,1,2,3,4,0 ) dengan kapasitas adalah 19 unit.
8. Sehingga dari perhitungan diperoleh rute pertama yaitu ( 0,6,5,9,8,7,0 ) dengan
kapasitas adalah 23 unit. Kemudian rute kedua ( 0,1,2,3,4,0 ) dengan kapasitas 19
unit. Dua rute inilah yang menjadi solusi yang optimal dengan jarak total adalah
397 km.
V. INTERPRETASI
Rute 1 :
Savings terbesar menjadi awal rute , berarti rute yang dilalui dari 0 menuju 5
kemudian 9, kemudian 8, kemudian 7, kemudian 6, dan kembali ke 0
(0,6,5,9,8,7,0 ), dengan kapasitas di node 6 adalah 3, kapasitas di node 5 adalah 7,
kapasitas node 9 adalah 4 , kapasitas node 8 adalah 4, kapasitas node 7 adalah 5.
Sehingga kapasitas angkut pada rute ini adalah 3 + 7 + 4 + 4 + 5 = 23
Pada rute ini kita gunakan daftar rangking dari rangking 1 sampai rangking 6,
Kecuali pada daftar rangking 4, 5 dan 6 kita menggunakan trial and eror karena
daftar rangking ini melebihi kapasitas angkut dan sudah masuk pada daftar
rangking sebelumnya. Mengingat kapasitas per sekali angkut adalah 23.
Rute 2 :
Selanjutnya, untuk rute kedua kita mulai pada daftar rangking ke 4 sampai daftar
rangking ke 11. Pada rute ini di ambil dari node (0,1,2,3,4,0) dengan kapasitas di
node 1 adalah 4, kapasitas di node 2 adalah 6, kapasitas di node 3 adalah 5,
0 ( Depot )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
kapasitas di node 4 adalah 4. Sehingga kapsitas angkut pada rute ini adalah 4 + 6 +
5 + 4 = 19.
Gambar 5.1 Depot dan 9 node yang harus dikunjungi
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode savings
heuristic diperoleh total jarak tempuh sebesar 397 km. Hasil ini bila dibandingkan dengan
total jarak awal sebesar 408 km menghasilkan selisih jarak sebesar 11 km. Dengan demikian
Dinas Kebersihan dapat meminimumkan biaya transportasi yang mengakibatkan bahan
bakar juga dapat diminimumkan.
Rute 1Rute 2
Tugas Pemodelan
Menentukan rute pengangkutan sampah untuk memperkecil total
jarak tempuh dengan menggunakan Metode Savings Heuristic
Di Susun Oleh :
Erlinda Lapago G 201 08 020
Lenny V. Wengkang G 201 08 028
Yerobeam Santule G 201 08 067
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
DESEMBER, 2010