makalah pemicu 4

12
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak azasi yang dimiliki setiap manusia dan mempertahankan tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah sasaran yang harus dicapai oleh setiap ahli dalam bidang pengobatan, dan dokter gigi bukan merupakan pengecualian. Dokter gigi yang teliti dan bijaksana akan melindungi kesehatan mulut pasiennya dan bukan hanya bertindak sebagai tukang yang memperbaiki gigi yang rusak. Kita harus melayani pasien dengan standard profesi, standard prosedur operasional serta kebutuhan medik pasien. Diagnosis adalah pengenalan suatu penyakit. Kadang-kadang diagnosisi cukup dinyatakan dalam pernyataan singkat saja. Akan tetapi , dalam kebanyakan kasus, diagnosis harus meliputi juga perluasan penyakit, lokasi dan karakteristik lain dari penyakit tersebut. Agar dapat menegakkan diagnosis dengan benar dokter gigi memerlukan informasi yang lengkap meliputi riwayat penyakit dan kebiasaan pasien, melakukan pemeriksaan yang lengkap dan apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi penyakit yang tidak dapat diperiksa secara klinis. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, dokter gigi harus mencegah atau menahan proses penyakit dan merestorasi bagian yang hilang. Dalam menganalisis masalah gigi harus dibedakan antara kedua sasaran tersebut, Barangkali ini berkaitan dengan kontrol

Upload: elsi-margaretha-silalahi

Post on 01-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

sub bab bahan makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah pemicu 4

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hak azasi yang dimiliki setiap manusia dan mempertahankan tubuh tetap

dalam keadaan sehat adalah sasaran yang harus dicapai oleh setiap ahli dalam bidang

pengobatan, dan dokter gigi bukan merupakan pengecualian. Dokter gigi yang teliti dan

bijaksana akan melindungi kesehatan mulut pasiennya dan bukan hanya bertindak sebagai

tukang yang memperbaiki gigi yang rusak. Kita harus melayani pasien dengan standard profesi,

standard prosedur operasional serta kebutuhan medik pasien.

Diagnosis adalah pengenalan suatu penyakit. Kadang-kadang diagnosisi cukup dinyatakan dalam

pernyataan singkat saja. Akan tetapi , dalam kebanyakan kasus, diagnosis harus meliputi juga

perluasan penyakit, lokasi dan karakteristik lain dari penyakit tersebut. Agar dapat menegakkan

diagnosis dengan benar dokter gigi memerlukan informasi yang lengkap meliputi riwayat

penyakit dan kebiasaan pasien, melakukan pemeriksaan yang lengkap dan apabila diperlukan

dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi penyakit yang tidak dapat diperiksa secara

klinis.

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, dokter gigi harus mencegah atau menahan proses

penyakit dan merestorasi bagian yang hilang. Dalam menganalisis masalah gigi harus dibedakan

antara kedua sasaran tersebut, Barangkali ini berkaitan dengan kontrol faktor-faktor yang

menyababkan penyakit sehingga aspek-aspek preventif dari pelayanan gigi memiliki makna yang

terbesar. Tidak baik membuat suatu restorasi yang bagus dan mahal pada suatu situasi yang akan

menghancurkannya dalam waktu yang singkat. Hanya dengan tindakan pencegahan dan restorasi

yang simultan, pelayanan kesehatan yang maksimal dapat diberikan. Dalam pencapaian restorasi

yang maksimal perlu diperhatikan pertimbangan kesesuaian kavitas dan bahan tumpatan pilihan

sesuai dengan indikasi bahan dan keadaan lesi.

DESKRIPSI TOPIK

Seorang pasien perempuan usia 45tahun, mantan peragawati datang ke praktek dokter gigi

dengan keluhan gigi-gigi depan atas sering ngilu terutama minum dingin. Tidak ada riwayat

Page 2: Makalah pemicu 4

kelainan medis. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bayangan hitam pada mesial bagian

palatal gigi 22 dan 23, hasil tes sondasi dan termal (+), perkusi dan palpasi (-). Hasil foto

radiografis terlihat karies dentin pada mesial gigi 22 dan 23,kelainan periapikal (-). Ketika

dijelaskan kepada pasien bahwa ada giginya yang rusak pasien tidak percaya karena satu bulan

yang dia baru dilakukan pemeriksaan rutin oleh dokter gigi perusahaan suaminya dan dikatakan

semua giginya dalam keadaan baik. Pada saat itu, pasien dokter gigi tersebut banyak yang sudah

menunggu dan dokter gigi tersebut tidak melakukan pemeriksaan penunjang lainnya. Saat ini,

dokter gigi perusahaan tersebut sedang keluar kota sehingga pasien datang ke dokter gigi lain.

Pertanyaan:

1. Apakah hasil pemeriksaan dari drg sebelumnya menyalahi kode etik kedokteran gigi ?

Jelaskan jawaban saudara!

2. Mengapa drg sebelumnya tidak dapat mengidentifikasi kelainan pada gigi 22 dan 23 ?

Jelaskan jawaban saudara!

3. Jelaskan tata cara pemeriksaan sehingga dapat ditegakkan diagnosis kasus gigi 22 dan 23!

4. Jelaskan teknik radiografis yang dapat membantu menegakkan diagnosis kasus gigi 22 dan 23!

5. Jelaskan klasifikasi karies pada gigi 22 dan 23 menurut kalsifikasi Black dan klasifikasi

Mount and Hume!

6. Sebutkan bahan restorasi apa yang paling sesuai untuk kasus gigi 22 dan 23, serta jelaskan

alasan memilih bahan restorasi tersebut!

7. Jelaskan sifat-sifat keuntungan dan kerugian dari bahan restorasi yang dipilih untuk kasus gigi

22 dan 23!

8. Jelaskan prosedur kerja,alat dan bahan yang dipakai untuk restorasi gigi 22!

9. Jelaskan prosedur kerja, alat dan bahan yang dipakai untuk restorasi gigi 23!

10. Gambarkan dan jelaskan desain preparasi yang dilakukan untuk kasus gigi 22 dan 23!

BAB II

ISI

RADIOGRAFI DALAM PENEGAKAN DIAGNOSA

Radiografi periapikal berguna untuk menunjukkan gigi geligi secara individual dan jaringan di

sekitar apeks gigi. Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada apikal,

Page 3: Makalah pemicu 4

status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya. Radiografi periapikal dibagi menjadi dua

teknik, yaitu:

a. Paralleling technique

Pada teknik ini film ditempatkan pada pegangan film (film holder) dan diposisikan sejajar

dengan sumbu gigi. Tubehead diarahkan pada sebelah kanan gigi dan film secara sejajar. Prinsip

kejajaran antara tubehead, gigi dan film pada teknik paralleling.

b. Bisecting angle technique

Pada teknik ini tidak mempergunakan pegangan film (film holder) sehingga untuk memposisikan

film pada rongga mulut menggunakan jari pasien. Sudut antara sumbu gigi dan sumbu film kira-

kira membagi mentally. Peletakan salah satu sisi film pada insisal gigi sehinggat terbentuk

vertical angulation.

Kedua radiografi periapikal ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-

masing. Pada tehnik paralleling sedikit terjadi kesalahan seperti distorsi dibandingkan teknik

bisecting angle, namun dengan penggunaan pegangan film ( film holder) sering membuat pasien

merasa tidak nyaman. Berikut perbandingan antara teknik paralleling dan bisecting angle.

Prinsip pada teknik paralleling:

- Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi

- Sentral x-ray tegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi

- Film holder harus dipakai menjaga agar film tetap paralel dengan aksis panjang gigi

Keuntungan:

- Tanpa distorsi

- Gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi yang sesungguhnya

- Mudah dipelajari dan digunakan

- Mempunyai validitas yang tinggi

Kerugian:

- Sulit meletakkan film holder, terutama anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut

yang kecil.

- Pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga mengurangi kenyamanan.

KLASIFIKASI KARIES MENURUT BLACK DAN MENURUT MOUNT AND HUME

Page 4: Makalah pemicu 4

Menurut G.V. Black, karies diklasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang

sering terjadi pada gigi, yaitu:

1. Kelas I

Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior

2. Kelas II

Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi posterior. Kavitas ini biasa terdapat

pada permukaan halus di bawah titik kontak yang sudah dibersihkan. Bentuk lesi pada kelas ini

biasanya berbentuk elips.

3. Kelas III

Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi anterior. Kavitas bisa terjadi pada

permukaan mesial atau distal dari insisivus atau kaninus. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya

berbentuk bulat dan kecil.

4. Kelas IV

Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke insisal sehingga

melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur pada gigi.

5. Kelas V

Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi pada permukaan fasial

atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas pada kelas ini bisa

mengenai sementum.

Menurut G.J. Mount, karies diklasifikasikan berdasarkan lesi yang terdapat pada permukaan gigi

beserta ukuran kavitasnya, yang terdiri atas 3 site, yaitu:

1. Site 1

Karies pada pit dan fissure di permukaan oklusal gigi anterior maupun posterior.

2. Site 2

Karies pada permukaan aproksimal gigi anterior maupun posterior.

3. Site 3

Karies pada 1/3 mahkota dari akar (servikal) sejajar dengan gingiva.

Pembagian 5 ukuran dari kemajuan proses terbentuknya lesi, yaitu:

1. Size 0

Page 5: Makalah pemicu 4

Lesi paling awal yang diidentifikasikan sebagai tahap awal dari demineralisasi berupa white

spot.

2. Size 1

Kavitas permukaan minimal. Masih dapat disembuhkan dengan peningkatan remineralisasi

struktur gigi.

3. Size 2

Kavitas yang sedikit melibatkan dentin. Kavitas yang terbentuk berukuran sedang dan masih

menyisakan struktur email yang didukung dengan baik oleh dentin dan cukup kuat untuk

menyokong restorasi.

4. Size 3

Kavitas yang lebih luas dari size 2. Struktur gigi yang tersisa lemah dan cusp atau incisal

edgenya telah rusak sehingga tidak dapat beroklusi dengan baik dan kurang mampu menyokong

restorasi.

5. Size 4

Karies meluas dan hampir semua struktur gigi hilang seperti kehilangan cusp lengkap atau

incisal edge. Karies hampir atau sudah mengenai pulpa.

Pada kasus, karies pada gigi 22 yaitu karies dentin pada mesial gigi adalah kelas I pada

klasifikasi Black dan site 1 size 2 pada klasifikasi menurut Mount and Hume. Sedangkan gigi 23

yaitu karies dentin telah mencapai bagian proksimal gigi sehingga merupakan kelas III pada

klasifikasi Black dan site 2 size 2 menurut klasifikasi Mount an Hume.

RESIN-MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT

Sejak adanya kemunculan resin komposit aktivasi sinar, banyak praktisi mulai mengeluhkan sifat

dari material semen ionomer kaca yang tidak ideal. Namun karena sifatnya yang mampu

menghasilkan fluor dan sistem adhesifnya yang baik, semen ionomer kaca masih tetap

digunakan. Oleh sebab itu beberapa pabrik meneliti untuk memperbaharui karakteristik yang

dimiliki GIC dengan menggabungkannya dengan resin komposit, dimana proses polimerisasi

yang digunakan mengunakan aktivasi sinar biru yang kemudian disebut sebagai resin modified

GIC (RMGIC). RMGIC juga dikenal dengan hybrid GIC atau Light-curing

Page 6: Makalah pemicu 4

Bahan ini memiliki komposisi khas terdiri dari 1) asam poliakrilik atau modifikasinya yang

mengandung champorquinone, 2) monomer yang dapat mengeras bila disinar, seperti

hydroxyethyl methacrylate (HEMA) , 3) ion-ion leachhable glass dan 4) air

RMGIC memiliki reaksi pengerasan dengan mekanisme ganda yaitu reaksi asam-basa semen

ionomeer kaca konvensional yang lambat diawali pada saat pencampuran dan proses

polimerisasi yang serupa dengan yang terjadi pada resin komposit dengan aplikasi sinar.

Secara umum bahan RMGIC memiliki kekuatan compressive dan tensile strength yang lebih

tinggi daripada semen ionomer kaca konvensional dan mampu menahan beban yang moderate.

Selain itu, layaknya yang memiliki kandungan GIC, bahan ini juga mamou menghasilkan fluor

yang mampu menghambat karies. Pada pengujian histopatologi, pulpa dapat menerima dengan

baik penempatan semen ionomer kaca modifikasi resin. Perbedaan utama GIC dengan RMGIC

adalah adanya penambahan resin dan fotoinisiator kedalam bahan konvensional sehingga bahan

modifikasi tersebut dapat disinar segera setelah penumpatan kavitas. Penyinaran ini akan

memberikan ketahanan bahan terhadap penyerapan air dan mempermudah penanganan secara

klinis karena restorasi akan cukup stabil keseimbangan airnya sehingga restorasi dapat dibentuk

dan dipoles segera setelah mengeras.

Indikasi perawatan dengan bahan RMGIC adalah 1) daerah yang tidak menerima beban oklusi

yang berlebihan seperti daerah servikal, akar gigi, gigi desidui, kavitas klas III , permukaan

oklusal tanpa antagonis, permukaan proksimal molar. 2) Pada kasus dengan prioritas

perlindungan yang tinggi terhadap pulpa seperti permukaan oklusal gigi molar muda, restorasi

pencegahan 3) pada kasus yang membutuhkan pelepasan fluor 4) pada perawatan yang

membutuhkan perlekatan yang kuat tapi dengan prosedur sederhana 5) restorasi sementara yang

memeberikan estetis yang baik misalnya mahkota sementara selama perawatan saluran akar gigi

anterior.

RMGIC memiliki perbaikan keunggulan yang baik dalam hal working time, beberapa

karakteristik lainnya termasuk estetik . Selain itu, bahan ini juga tahan terhadap dehidrasi dan

retak selama proses pengerasan dibandingkan denga GIC. Namun demikian, GIC konvensional

tidak sebaik resin komposit dalam hal estetik dan RMGIC tidak disarankan dalam hal restorasi

yang mengutamakan nilai estetik yang tinggi dikarenakan kandungan resin yang dimiliki dalam

Page 7: Makalah pemicu 4

jumlah yang banyak. Selain itu keterbatasan kekuatan yang dimiliki bahan ini dan keausan yang

dimiliki mengindiksikan bahan ini untuk digunakan pada restorasi yang memiliki beban tekanan

yang rendah (tidak untuk restorasi klas I,klas II posterior ataupun klas IV).

Pada kasus, untuk lesi yang terjadi pada gigi 22 dan 23 menggunakan bahan restorasi semen

ionomer kaca modifikasi resin (RMGIC). Hal ini dikarenakan pada posisi atau lokasi lesi yang

tidak membutuhkan atau menerima tekanan yang kuat dan nilai estetik tidak menjadi hal

prioritas karena tidak terdapat pada bagian fasial.

1. Preparasi kavitas

Preparasi kavitas untuk bahan RMGIC tidak memerlukan persyaratan preparasi konvensional

tetapi cukup mengambil struktur gigi yang terkena karies. Hal yang perlu diperhatikan adalah

pengambilan dentin yang lunak dengan melakukan eskavasi dengan baik, dengan menggunakan

bur diamond bulat atau tappered. Pada kavitas dengan ketebalan dentin yang tersisa kurang dari

0,5mm perlindungan pulpa dilakukan dengan pelapisan Ca(OH)2.

2. Pencocokan Warna

Warna yang spesifik dipilih untuk bagian gigi yang akan direstorasi

3. Pemakaian dentin conditioner

Dentin conditioner yang digunakan adalah asam poliakrilik 10%. Waktu pengaplikasian tidak

boleh lebih dari 20 detik karena dapat menyebabkan demineralisasi pada dentin dan enamel serta

membuka tubulus dentin. Kemudian dicuci selama 30 detik untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan.

4. Pencampuran

Perbandingan powder dan liquid 1:2. Pencampuran dilakukan secara perlahan sampai konsistensi

yang homogen tercapai.

5. Pemempatan bahan dan pembentukan anatomis gigi

Penumpatan kavitas dilakukan dengan menggunakan siringe. Kemudian ditempatkan langsung

ke kavitas dengan cepat karena ionomer bereaksi secara kimia dengan ion kalsium di dalam

struktur gigi.

Page 8: Makalah pemicu 4

6. Pengerasan dengan sinar

Penyinaran dilakukan selama 20-40 detik dengan memperhitungkan bayangan yang diperoleh,

jarak dari restorasi serta untuk menjamin pengerasan restorasi.

7. Pemolesan

Pemolesan dilakukan segera setelah pengerasan dengan sinar. Semprotan dengan udara harus

dilakukan terus menerus. Penghalusan permukaan dapat dilakuakn dengan bur diamond yang

sangat halus dan silikon point yang halus untuk mendapatkan kecemerlangan yang lebih baik.

8. Varnishing

Sebagai ketahanan klinis terhadap sensitivitas air sehingga dapat mempertahankan reaksi kimia.