makalah pelayuan beneeerrr
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah di kenal
dalam peradaban manusia. Penanaman tanaman ini memiliki sejarah tersendiri.
Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah,
dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah.
Khasiat yang terkandung dalam daun teh telah diketahui berabbad-abad yang
lalu. Itulah sebabnya sejak dahulu hingga saat ini, teh dikenal sebagai salah satu
jenis minuman non alkhol yang disukai oleh seluruh lapisan masyarakat. Teh
sebagai bahan minuman, dibuat dari pucuk muda yang telah mengalami proses
pengolahan tertentu. Manfaat yang dihasilkan dari minum teh adalah memerikan
rasa segar, dapat memulihkan kesehatan badan, dan tterukti tidak menimbulkan
dampak negatif. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh berasal dari kandungan
bahan kimia yang terdapat dalam daun teh.
Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh
segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan
sifat-sifat yang dikehendaki dari air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma
yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandunga dalam daun teh terdiri dari
empat kelompok yaitu substansi fenol (catechin dan flavanol), substansi bukan
fenol (pectin, resin, vitamin, dan mineral), substansi aromatik, dan enzim-enzim.
Perubahan kimia pada pengolahan teh (terutama teh hitam) terjadi pada proses
pelayuan, penggulungan, fermentasi, dan pengeringan serta penyimpanan. Pada
proses pelayuan terjadi peningkatan enzim, penguraian protein, dan peningkatan
kandungan kafein, sehingga menghasilkan bau yang sedap. Pada proses
penggulungan, terjadi oksidasi yang memungkinkan terbentuknya warna coklat
yang spesifik. Proses fermentasi atau oksidasi enzimatis, merupakan proses
oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oksidase, yang
menghasilkan substansi theaflavin dan thearubigin. Pada proses pengeringan
terjadi penghentian proses okdidasi sehingga terbentuk rasa, warna dan bau yang
spesifik. Pada penyimpanaan bila belum dikemas lebih dari 2-3 minggu akan
terjadi perubahan pada theaflavin dan thearubigin, sehingga akan menyebabkan
perubahan warna. Bila kadar air lebih dari 6% akan menyebabkan go oof, pada
keadaan ini air seduhan teh akan kehilangan sifat briskness dan terasa ampang
(flat). Air seduhan teh yang dikehendaki akan dapat dicapai bila pengolahan daun
teh dilaksanakan sesuai dengan teknologi pengolahan yang dianjurkan.
BAB II
ISI
A. Mekanisme Pelayuan
Pada proses pelayuan, daun disebar di lapisan tipis untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Penguapan uap dari daun adalah memindahkan udara dengan
pengeringan. Pada saat ini udara dapat melakukan dua kali lipat fungsi
penyampaian panas ke daun sebagaimana menyerap dan mengeluarkan uap keluar
dari daun. Selama proses pelayuan, bersentuhan secara dekat diperlukan antara
aliran udara dan untuk hal ini area permukaan terbaik daun yang sebaiknya
terbuka ke udara.
Waktu pelayuan pada umumnya dilakukan sekitar 16 – 20 jam. Selama waktu
pelayuan ini, total air yang hilang dari 100 kg daun segar berkisar antara 25
sampai 50 kg bergantung pada kondisi dan syarat.
Air yang hilang ini tidak seimbang. Ketika bagian luar daun basah, yang
pertama menguap adalah air yang melekat dimana udara kering akan
memprosesnya secara cepat. Kemudian pengeringan sesungguhnya dimulai.
Selama jam pertama atau kedua, daun hijau masih basah, karena ujung basah
temperature mengepung udara. Jika penguapan dari daun berlanjut, persediaan
panas terus menerus seharusnya tersedia. Penguapan dari daun berbeda dengan air
bebas di permukaan. Penguapan bertempat di stomata dikedua sisi yaitu atas dan
bawah dari daun, penguapan lebih dahulu dimulai dari bagian paling jauh yaitu
bagian bawah daun. Tambahan, banyak air yang hilang melewati epidermis
(lapisan terluar). Sebelum penguapan, air telah berpindah dari bagian dalam ke
permukaan. Jumlah uap yang hilang bergantung tidak hanya pada kondisi
eksternal, tapi juga struktur daun. Dari keseluruhan, tunas batang memiliki jumlah
kadar air tertinggi, pada umumya uap melewati dedaunan ketika penguapan. Daun
dan kuncup kehilangan uap lebih cepat dibandingkan dengan batang. Percobaan di
Srilanka menunjukan hasil dari perlakuan pelayuan dengan batang dan tanpa
batang, dimana ditunjukan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1. Persentase Kelembaban Yang Mempengaruhi PelayuanPersentasi kelembaban
Daun dan Kuncup Batang Seluruh batang
Sebelum pelayuan 76 85 79
Sesudah pelayuan 48 62X 50
X (layu sebagian) = 66%kelembaban
Massa batang yang hilang 18% dan waktu pelayuan 20 jam
Diketahui selama 6 jam pertama proses pelayuan, uap yang hilang
terutama dari 2 hal yang hilang, berkisar 25 bagian dari air yang hilang; selama 12
jam berikutnya dengan beberapa air melewati dari kuncup dan batang menuju
daun, hanya sekitar 10 bagian dari air yang teruapkan, setiap 100 kg dari daun
kehilangan 35 bagian air selama 18 jam. Ini menunjukan selama 4 jam pertama
hingga jam ke-8, uap hilang sangat cepat; kemudian melambat selama menuju 10
hingga 12 jam hingga keseimbangan tercapai. Jika waktu pelayuan sangat lambat,
pelayuan tidak sama rata.
Pada tahap yang belum dipastikan, sifat fisik daun menjadi sedikit basah
dan cenderung bersifat higroskopik selama suhu diatas ujung basah, menjelang
waktu ujung kering udara. Karena itu, udara panas sebaiknya hanya digunakan
selama penyebaran dimana tunas masih membesar. Semenjak teh yang lebih baik
dibuat ketika daun tidak terkena suhu tinggi, seharusnya perhatian selalu tertuju
pada penggunaan yang pantas dari udara pengering terutama selama tahap
selanjutnya dari pelayuan.
Berkenaan dengan suhu tertinggi yang dibolehkan, telah ditunjukan diatas.
Jika daun hijau tanpa uap dipermukaan, suhu yang digunakan 49oC (120oF) atau
lebih, akan menjadi merah dan banyak bagian yang memburuk. Kualitas teh akan
menurun, jika suhu sangat melebihi 27oC (80oF) digunakan lebih dari beberapa
jam pada permukaan daun kering.
B. Pelayuan Kimia
Pelayuan kimia dimulai segera setelah pemetikan. Hal ini tergantung pada
tingkat kehilangan kadar air dan merupakan fungsi terhadap waktu dan suhu.
Meskipun kadar air yang diinginkan mungkin dicapai dalam beberapa jam,
perubahan katabolik yang telah dimulai pada saat pemetikan akan memakan
waktu lama. Komposisi kimia dari daun akan cocok untuk proses produksi setelah
daun telah kering selama beberapa jam. Oleh karena itu, perlu terus memasok
cukup udara dan menunggu pemecahan molekul organik besar menjadi struktur
sederhana.
Perubahan kimia yang terjadi selama proses pelayuan adalah sebagai
berikut :
1. Kadar protein larut, asam amino bebas & peningkatan gula sederhana.
2. Kadar asam amino meningkat sebagai hasil dari pemecahan protein oleh enzim
peptidase yang bertanggung jawab untuk pembentukan aroma teh yang dibuat.
3. Kandungan kafein yang bertanggung jawab untuk meningkatkan karakter
secangkir teh hitam.
4. Peningkatan kadar asam organik yang bertanggung jawab untuk rasa &
meningkatkan polifenol aktivitas oksidase.
5. Pelepasan karbon dioksida dan air untuk memecah molekul yang lebih besar.
6. Perubahan aktivitas enzim.
7. Pemecahan sebagian protein menjadi asam amino yang bertindak sebagai
prekursor untuk aroma.
8. Peningkatan kandungan kafein yang memberikan kontribusi terhadap ketajaman.
9. Produksi Komponen Flavour Volatile (VFC): Beberapa senyawa berkontribusi
untuk bau berumput (grassy odour) dan lain-lain yang bertanggung jawab atas
aroma bunga.
10. Pengurangan kandungan klorofil.
Perubahan kimia di atas semua intrinsik dari struktur biokimia daun, tetapi
jangkauan dan luasnya reaksi tergantung pada, cultural practices dan parameter
fisik seperti suhu, kelembaban dll. Proses ini biasanya memakan waktu sekitar 12
-16 jam dan tidak dapat dipercepat.
C. Physical and chemical withering
Selama pelayuan terjadi penguapan air (fisik) dan perubahan-perubahan
kimiawi. Pucuk-pucuk teh segar rata-rata mengandung 75-80% air, setelah
dilayukan kadar air turun menjadi 55-65%, tergantung dari kualitas teh kering
yang dikehendaki. Peningkatan permeabilitas sel membran berlangsung pada daun
yang dilayukan dan tidak terjadi pada daun yang disimpan tanpa mengalami
penurunan kadar air. Peningkatan permeabilitas sel ini meberikan efek yang baik
pada penyatuan polyphenol, enzim, dan oksigen serta dibutuhkan pada proses
ortodoks bahkan berkontribusi pada proses fermentasi.
Perubahan biokimia yang terjadi banyak berhubungan dengan waktu
interval antara pemetikan dan penggilingan dibandingkan dengan penghilangan
fisik kadar air. Sehingga dapat diasumsikan bahwa pelayuan biokimia sangat
memengaruhi pembentukan karakter dalam pembuatan teh. Penyimpanan daun
pada periode tertentu diperlukan untuk membiarkan terjadinya perubahan kimia
pada daun , dengan adanya pelayuan ataupun tidak, jika menginginkan target
produk dengan karakter tradisional yang bagus.
Daun yang tidak mengalami pelayuan akan mengalami fermentasi
polyphenol yang tidak sempurna dan menghasilkan larutan teh berwana kuning
kehijauan dengan tingkat oksidasi polyphenol yang tinggi. Pelayuan secara kimia
terjadi selama penyimpanan dan proses fermentasi yang baik. Faktor lainnya yang
memengaruhi proses pelayuan adalah suhu. Kebanyakan perubahan kimia terjadi
bergantung suhu, nilai perubahan kimia tersebut dipengaruhi suhu selama
penyimpanan.
Pelayuan diakhiri setelah diperoleh daun yang amat lemas dan telah mencapai
persentase kadar air yang diinginkan. Perawatan yang baik harus diperhatikan
dalam kepadatan daun layu untuk memastikan bahwa mereka layu merata.
Kriteria untuk menentukan tingkat kelayuan daun telah mencapai target sifat
kimia dan fisik yang sesuai antara lain:
bentuk daun lemas, agak lekat seperti daun yang dimasukkan dalam air
panas.
warna daun hijau kekuning-kuningan atau hijau muda
air seduhan daun layu jernih dengan sedikit warna hijau atau pucat
kadar air 65-70%
D. Tingkat Pelayuan
Umumnya persentase daun layu berkisar antara 47 – 49 %, kondisi dan mutu
dari daun sangat menentukan lama pelayuannya dan kadar air daun setelah
pelayuan (Hamdani dkk, 2009). Pelayuan teh hitam secara CTC diperoleh tingkat
layu pucuk yang dikehendaki sangat ringan, yaitu dengan derajat layu 32-35%
(kadar air 65-68%). Sedangkan pelayuan teh hijau secara sederhana diperoleh
tingkat layu pucuk pada pengolahan teh hijau berkisar 60-70%.
Secara kuantitatif kelayuan tersebut dinyatakan dalam presentase layu dan
derajat layu. Persentase layu didefinisikan sebagai perbandingan antara bobot
pucuk teh segar dengan bobot pucuk layu. Derajat layu didefinisikan sebagai
perbandingan berat hasil teh kering dengan pucuk layu (Santoso dkk., 2008).
Presentase Layu
Contoh : Berat pucuk segar 100 kg, setelah dilayukan diperoleh 50 kg berat pucuk
layu.
Derajat layu
Contoh : Berat teh kering yang keluar dari mesin pengering sebesar 22 kg, berat
pucuk layu sebanyak 50 kg.
E. Teknik Pelayuan
Teknik pelayuan dapat dilakukan pada kondisi alami atau terkontrol. Proses
pelayuan tradisional dilakukan dengan menyebar daun yang akan dilayukan di
atas tray sehingga permukaan daun tersebut terkena udara terbuka. Teknik
pelayuan modern terdiri dari beberapa metode, misalnya withering trough.
Pelayuan alami dilakukan di rumah-rumah pelayuan terbuka atau di bangunan
tanpa dinding. Pelayuan metode ini sangat bergantung pada kelembapan udara
sekitar dan berlangsung lambat. Pelayuan yang dilakukan pada rumah-rumah
pelayuan tertutup distimulasi dengan mengatur buka-tutup jendela. Kontrol dapat
ditingkatkan dengan menggunakan kipas agar terjadi sirkulasi udara. Metode
pelayuan yang paling efektif adalah sistem dengan udara terkondisi.
Pelayuan alami telah dilakukan sejak dahulu kala di daerah Assam (Timur
Laut India) dan di beberapa daerah di Afrika, dimana kondisi iklimnya cocok
untuk mengurangi kadar air daun dalam waktu singkat. Sedangkan sistem
pelayuan terkendali telah dilakukan selama bertahun-tahun di Sri Langka, India
Selatan, dan Indonesia dengan hasil yang baik. Beberapa tahun terakhir,
pengeringan alami telah digantikan oleh pelayuan terkendali di daerah lainnya.
Pelayuan alami sering dianggap memberi hasil yang lebih baik dari pada
pelayuan terkendali/pelayuan buatan, tetapi sebenarnya hasil pelayuan bergantung
pada perlakuan yang diberikan. Pada kondisi cuaca yang baik, pelayuan alami
dapat menghasilkan hasil panen yang baik pula, tetapi pada kondisi basah (musim
hujan) udara di lingkungan terlalu lembap untuk menghasilkan pelayuan yang
baik. Namun, kerugian juga dapat diperoleh dari pelayuan terkendali yang
disebabkan oleh desain instalasi yang tidak efisien. Kerugian ini berkaitan dengan
kesalahan aplikasi, yaitu penggunaan suhu udara yang terlalu tinggi dan atau
terbatasnya volume udara pengeringan yang digunakan.
F. Suhu dan Kelembaban Udara
Tujuan dari pelayuan adalah untuk memperoleh daun yang layu sempurna
dengan melalukan udara bersuhu rendah dan memiliki daya pengeringan yang
memadai diatas beberan daun selama 16 hingga 20 jam pada kondisi stabil.
Kelembaban relatif adalah perbandingan antara jumlah air yang teruapkan di
udara dan jumlah yang diperlukan untuk mebuatnya jenuh. Perbandingan ini akan
berarti jika perlakuan suhu dan tekanan udara diberikan dengan baik.
Termometer bola kering dan bola basah sebaiknya dipasang pada setiap
ruangan pelayuan dan tempat pembuangan gas. Kapasitas pengeringan dari udara
panas dapat ditentukan dengan melakukan observasi pada pembacaan higrometis.
Suhu bola kering dari udara dapat meningkat hingga 39°C dan perbedaan
higrometis dapat mencapai 5,5°C atau bahkan 6,6°C saat daun dibeberkan.
Setelah pembeberan daun, suhu di “bulking chamber” sebaiknya diturunkan
(dengan cara menurunkan perbandingan antara udara hangat dan dingin) hingga
27°C dengan perbedaan higrometis tidak kurang dari 3°C. Selama udara dilalukan
melalui “loft”, perbedaan higrometris pada tempat pembuangan gas tidak boleh
dibawah 1,6°C. Tetapi, panas yang terbuang ketika udara dilepaskan ke atmosfir
memiliki perbedaan higrometis melebihi 2,2°C.
Menuju akhir pelayuan daun, umumnya suhu akan lebih tinggi daripada suhu
selama proses awal pelayuan. Jika suhu daun tetap dijaga serendah mungkin, suhu
bola kering dan suhu bola basah akan semakin menurun, sementara itu kadar air
daun berkurang. Oleh karena itu, sebaiknya udara panas diberikan pada proses
pelayuan tahap pertama. Perlu diketahui bahwa walau sebagian maupun seluruh
bagian daun dalam keadaan basah, keadaan tersebut akan mengikuti suhu bola
basah udara sekitarnya pada saat air teruapkan. Proses penguapan pada daun sama
pentingnya dengan suhu bola basah. Semakin baik penguapan, semakin dingin
daun tersebut. Kondisi ideal untuk pelayuan tergantung pada suhu bola basah dan
perbedaan higrometis yang tinggi dengan pasokan udara bergerak yang memadai.
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayuan
Fakor-faktor yang mempengruhi pelayuan daun teh adalah
1. Jenis daun teh
Tingkat kelayuan daun secara nyata dipengaruhi oleh jenis daun, ukuran daun,
dan komposisi umum dari bahan yang dpetik (melihat kondisi daun). ketahanan
terhadap penguapan air bervariasi dengan jumlah air daun.
2. Kondisi daun teh
Terlepas dari perbedaan genetik dan lainnya, kandungan air dari daun yang
dipetik bervariasi dengan kondisi yang berkembang, terutama cuaca yang berlaku
sebelum dan saat proses pemetikan dan transportasi, juga usia pemangkasan.
Kandungan kelembaban berkisar 70-83%.
3. Standard pencabutan
Bahan baku pucuk teh yang dihasilkan adalah daun muda yang dipetik sampai
daun yang kedua yaitu terdiri dari peko (calon pucuk yang masih tergulung).
4. Ketebalan penyebaran
Ketebalan hamparan pucuk teh diharapkan dapat seragam yaitu 25-30 cm.
Selain itu dengan ketebalan yang sama rata tersebut bertujuan agar pucuk dapat
layu secara merata.
5. Periode pelayuan
Lama pelayuan berkisar antara 10-20 jam, tergantung kondisi pucuk saat itu
dan waktu untuk pelayuan dimulai pukul 14.00 sampai 04.00 WIB.
6. Kapasitas pengeringan di udara
Temperatur, perbedaan hygrometric, volume dan kecepatan pergerakan udara,
semua menentukan kapasitas pengeringan dengan tingkat pelayuan sendiri.
Pelayuan pada pada suhu rendah (10-15oC) dan periode layu singkat (12 jam)
akan membawa kualitas dan rasa pada teh itu sendiri, sedangkan pelayuan dengan
suhu tinggi (25-30oC) dan periode yang lebih lama (20-30 jam)akan memiliki efek
yang baik pada warna, tapi kualitas dan rasa berkurang.
H. Modifikasi Pada Instalasi Pelayuan
Walaupun prinsip pelayuan sangat sederhana, banyak kesulitan yang
ditemukan pada prakteknya. Jika dibandingkan dengan rumah pelayuan terbuka
yang tidak efesien, rumah pelayuan modern sangat mahal dan membutuhkan biaya
pemeliharaan yang tinggi, terutama saat hasil panen meningkat dan harus diproses
di bawah kondisi iklim yang kurang menguntungkan. Terlebih lagi, pelayuan
membutuhkan pekerja intensif untuk menebar daun yang akan dilayukan di atas
tray dan mengumpulkan daun yang sudah layu. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengendalian pada proses ini sehingga tidak membutuhkan biaya yang terlalu
tinggi. Beberapa modifikasi yang berhasil dikembangkan adalah mobile tat
system, drum withering, trough withering, dan moving tray types of wither.
Withering trough berupa kotak persegi panjang beralaskan kawat kasa. Di
bawah kawat kasa ini terdapat blower penghembus udara kearah kasa. Pucuk daun
teh dibeberkan di atas withering trough dengan ketebalan 30 cm, bagian
permukaannya harus rata agar pelayuan merata. Hembusan udara tadi dapat
menerbangkan air dalam daun teh. Proses pelayuan berlangsung 7-24 jam. Untuk
mencapai kadar air yang diinginkan maka dilakukan proses pembalikan. Langkah
ini juga supaya pucuk teh tidak terbang tertiup blower. Kemudian hamparan
pucuk teh dibongkar untuk dimasukkan ke dalam conveyor (semacam corong
yang dihubungkan dengan alat penggiling).
I. Penanganan Daun Teh Layu
Waktu yang digunakan saat memindahkan daun teh dari proses pelayuan ke
dalam rollers harus singkat dan daun tidak boleh dibiarkan menumpuk, karena
dapat menyebabkan overheated.
Batu, kerikil, dan pasir mungkin tercampur dengan daun teh yang dibawa ke
pabrik, benda-benda asing tersebut harus dipisahkan sebelum daun teh layu
dimasukkan ke dalam rollers. Alat yang paling cocok untuk proses tersebut adalah
shifter. Perlakuan ini juga dapat membantu proses aerasi dan mendinginkan daun.
BAB III
KESIMPULAN
Tujuan utama dari pelayuan adalah untuk menghasilkan kondisi daun yang
mudah digulung, sehingga menghasilkan teh berkualitas dan produk dapat
diterima di pasar yang paling menguntungkan. Lama pelayuan harus tepat agar
reaksi kimia pada daun teh dapat terjadi. Kadar air pada daun dan tangkai daun
harus seimbang. Namun pada dasarnya, pelayuan yang mantap dapat diperoleh
pada suhu rendah sehingga menghasilkan teh yang baik.
MAKALAH
TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOPI TEH DAN KAKAO
Pelayuan Daun Teh
KELOMPOK 3:
Yunita Rahmah 240210100057
Ella Puspita 240210100060
Yuni Fitria 240210100069
Fathya Rahmina 240210100086
Agil Pratama 240210100087
Nisa Nurasifa 240210100090
Nurmalasari 240210100093
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012