kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

50
KEGIATAN PELAYUAN TEH HITAM CTC PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS CISARUA BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan Disusun oleh: Hilmi Sahasto P1A050073 JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2009

Upload: arief-akhmad

Post on 18-Jun-2015

1.828 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

laporan praktek kerja lapangan

TRANSCRIPT

Page 1: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

KEGIATAN PELAYUAN TEH HITAM CTC

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII GUNUNG MAS CISARUA

BOGOR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan

Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

Disusun oleh:

Hilmi Sahasto

P1A050073

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2009

Page 2: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena atas berkah dan rahmat-Nya yang selalu dicurahkan kepada penulis,

sehingga penulisan laporan praktek kerja lapangan dengan judul Kajian

Pembeberan dan Pelayuan pada Teh Hitam di PTPN VIII Gunung Mas dapat

diselesaikan.

Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu mata kuliah di program

studi Teknik Pertanian Universitas Padjajaran. Laporan ini merupakan hasil

kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan di PTPN VIII Gunung

Mas dan dilaksanakan 27 Januari – 28 Februari 2009.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut berperan serta dalam

menyelesaikan praktek kerja lapang dan penulisan laporan praktek kerja lapang

ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak H. Gunawan Nawawi, Ir., MS sebagai dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktunya membimbing dalam penyelesaian laporan.

2. Bapak Dede Kusdiman sebagai Administratur PTPN VIII Gunung Mas

yang telah mengijinkan kami untuk melakukan Praktek Kerja Lapang di

Perkebunan Gunung Mas.

3. Bapak Dudhie Irawadhi Ahmad,S.P sebagai pembimbing lapangan yang

telah memberikan pengarahan kepada penulis selama praktek kerja lapang

4. Seluruh staf dan karyawan PTPN VIII Gunung Mas yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama melakukan

Praktek Kerja Lapang.

5. Bapak Ujang dan keluarga yang telah memberikan fasilitas pemondokan

selama kegiatan Praktek Kerja Lapang.

6. Rekan-rekan satu perjuangan praktek kerja lapang di PTPN VII Gunung

Mas, Radityo (om Dito kampak ), Husein (ucok kobra), Anissa (Cha-cha

codet ) dan Rudi (bantal) yang berjuang bersama selama satu bulan di

Gunung mas.

Page 3: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

7. Kedua orang tua dan ketiga kakak penulis yang telah memberikan

dukungan dan doa selama kegiatan Praktek Kerja Lapang dan penyusunan

laporan.

8. Teman-teman angkatan 2005 khususnya TMIP serta seluruh pihak yang

penulis tidak dapat sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas segala bantuan dan kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan

memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, Maret 2009

Penulis

Page 4: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu yang harus dipenuhi bagi mahasiswa Strata 1 (S1) pada Jurusan

Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian,

Universitas Padjadjaran adalah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL).

Dengan adanya pelaksanaan Praktek Kerja Lapang adalah dimaksudkan untuk

memberikan pengalaman dan pengetahuan secara kognitif, efektif dan

psikomotorik tentang suatu kegiatan pada lembaga baik pemerintahan dan non

pemerintahan atau perusahaan yang berkaitan dengan teknologi industri pertanian

sehingga diharapkan akan meningkatkan pengetahuan mengenai bidang kajian

dan keprofesian.

Bidang kajian pada Praktek Kerja Lapang mencakup tentang mesin

penanganan pascapanen dan proses pengolahannya. Pada perkuliahan diperoleh

tentang teknik penanganan hasil pertanian pascapanen sehingga dengan

penanganan tersebut dapat menjaga bahan hasil pertanian selalu dalam keadaan

baik. Bahan-bahan hasil pertanian seringkali mengalami kerusakan baik saat

masih dilahan maupun selama dalam proses penanganan pasca panen. Kerusakan-

kerusaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor fisik,

mekanik termis, biologis, fisiologis, dan kimia. Untuk mengendalikan kerusakan

bahan hasil pertanian tersebut, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik

(watak atau sifat) teknik dari bahan hasil pertanian meliputi karakteristik fisik,

mekanik dan termal.

Bahan hasil pertanian dapat mudah mengalami kerusakan karena beberapa

faktor salah satun ya adalah kadar air yang terkandung didalam bahan pertanian

tersebut. Kadar air bahan hasil pertanian memegang peranan sangat penting dalam

menjaga kualitas dari bahan hasil pertanian. Terjadinya kerusakan pada bahan

hasil pertanian selepas panen secara biologis, fisiologis, dan kimia disebabkan

karena masih tingginya kadar air didalam bahan. Informasi kadar air suatu bahan

hasil pertanian sangat diperlukan untuk mngetahui kondisi apakah telah

memenuhi syarat dalam proses penanganan pascapanen. (Zain, S. 2005)

Page 5: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

2

Dalam pengolahan teh hitam semua proses pengolahan berpengaruh

terhadap kadar air namun yang menjadi penanganan awal pada proses pengolahan

teh hitam yaitu pada proses pembeberan dan pelayuan dimana proses ini

merupakan pondasi dari proses pengolahan teh penurunan kadar air harus sesuai

dengan standar yang telah ditentukan, jika pada proses ini dapat berangsung

dengan baik yaitu kadar air dapat mencapai 68-74% maka akan mempermudah

untuk proses selanjutnya dan merupakan salah satu penentunya dalam

menghasilkan produk akhir yang diinginkan

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari Praktek Kerja Lapangan (PKL)

ini bagi mahasiswa adalah:

a. Mengembangkan dan memperaktekan teori yang telah dipelajari, khususnya

yang berkaitan dengan dunia industri baik dalam bidang pertanian maupun

perkebunan.

b. Membekali mahasiswa agar memiliki pengalaman bekerja pada suatu instansi,

dalam hal ini pabrik pengolahan teh hitam Gunung Mas.

c. Melengkapi materi kuliah melalui kegiatan langsung di lapangan

d. Mengetahui proses pengolahan produk serta tahapan-tahapannya

e. Mengetahui pengaruh dari hasil pelayuan terhadap pengolahan berikutnya dan

hasil akhir dari pengolahan

f. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tahap Strata 1 di Fakultas

Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran

1.3. Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dalam melakukan praktek kerja lapang

antara lain :

1. Dapat memperoleh pengalaman kerja tentang cara penanganan dan proses

pengolahan teh menjadi teh hitam CTC yang bermutu tinggi dan diminati

konsumen

2. Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kerja

3. Dengan praktek kerja mahasiswa dapat mengetahui penerapan teori yang

telah diperoleh di bangku kuliah.

Page 6: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

3

1.4. Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan yang dibahas dalam laporan ini adalah sebagai

berikut :

1. Dasar teori dan ide-ide yang melatar belakangi pemilihan tema dalam laporan

ini.

2. Proses pembeberan dan pelayuan yang merupakan pondasi dari proses

pengolahan teh hingga menjadi produk yang berkualitas dan diminati

konsumen.

3. Kapasitas mesin pengolahan dan kapasitas produksi pada proses pembeberan

dan pelayuan.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan mulai tanggal 27 Januari sampai

dengan 26 Februari 2009 dan bertempat di PT. Perkebunan Nusantara VIII

Gunung Mas Jl. Raya Puncak – Kotak Pos 6 Cisarua, Bogor 16750

1.6 Metode Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Praktek kerja lapang dilaksanakan dengan cara mengikuti di setiap bagian

pengolahan teh hitam meliputi, penerimaan bahan baku, pembeberan dan

pelayuan, penggilingan, pengringan, sortasi dan pengepakan pada pabrik dan juga

kegiatan lapangan (kebun teh) serta studi pustaka untuk membantu dalam

pembuatan laporan.

Selain metode di atas, dalam Praktik Kerja ini juga dilakukan pencatatan

data dan informasi pendukung yang tersedia di PTPN VIII Gunung Mas.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder.

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari orang-orang yang

bersangkutan langsung dengan kegiatan pembeberan dan pelayuan teh hitam,

baik ikut kerja langsung pada setiap kegiatan atau bertanya langsung pada

pihak yang berwewenang untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu

kegatan yang kurang difahami.

Page 7: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

4

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari luar perusahaan, seperti dari

studi kepustakaan yang berupa catatan, literatur, dokumen, internet, dan bahan

lain yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembeberan dan pelayuan teh

hitam di PTPN VIII Gunung Mas.

Page 8: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

5

BAB II

TINJAUAN PERUSAHAAN

2.1 Deskripsi Wilayah

2.1.1 Lokasi Dan Tata Letak Perusahaan

Secara geografis perkebunan Gunung Mas terletak pada 060420LS dan

1060580BT, dengan ketinggian mencapai 800-1200 dpl dan topografi berbukit.

Perkebunan Gunung Mas berjarak 30 km arah selatan kota Bogor, pabrik teh

Gunung Mas ini memiliki arel produksi seluas 246,48 Ha yang mencakup 3

afdeling yaitu afdeling Gunung Mas 1 (219,03 Ha), Gunung Mas II (193,48 Ha)

yang berlokasi di Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua serta afdeling Cikopo

(233,97 Ha) yang tersebar di desa Suka galih dan desa kuta di Kecamatan Mega

Mendung Serta desa Citeko di Kecamatan Cisarua. Setiap kebun terdiri dari

beberapa blok, blok merupakan bagian-bagian dari kebun yang lebih kecil

tujuannya yaitu untuk memudahkan dalam penjadwalan kegiatan penyemprotan

hama dan penyakit, pemetikan dan lain-lain. Wilayah Perkebunan Gunung Mas

juga dibatasi oleh:

Sebelah Utara dan Timur : Perkebunan Ciliwung

Sebelah Barat : Taman Safari

Sebelah Selatan : Gunung Pangrango

Setiap afdeling dibagi kedalam beberapa blok, seperti terlihat di Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah blok pada setiap Afdeling Gunung Mas

Ketinggian (m dpl) Jumlah blok (buah) Total

GM I GM II CIKOPO

700 - - - -

800-1200 25 15 26 66

1300 - 3 - 3

Jumlah 25 18 26 69

Page 9: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

6

2.2 Sejarah Perkembangan Perusahaan

Perkebunan Gunung Mas merupakan salah satu Unit Usaha PT

Perkebunan Nusantara VIII yang berlokasi di Kecamatan Cisarua Kabupaten

Bogor. Pada awalnya perkebunan ini adalah hasil penggabungan dua perusahaan

perkebunan yaitu “Goenoeng Mas Prancoise Nederlandise de Culture etde

Comerce” dan “NV Cultur My Tjikopo Zuid”.

Perusahaan “Goenoeng Mas Prancoise Nederlandise de Culture etde

Comerce” didirikan tahun 1910 oleh sebuah Maskapai Perancis, dan pada tahun

1954 pengelolaannya dialihkan kepada perusahaan Belanda yaitu “NV Tiedeman

K. Van Kerchem (TVK) yang berkantor pusat di Bandung.

Perusahaan “NV Cultur My Tjikopo Zuid” didirikan tahun 1912 oleh

perusahaan Jerman. Pada tahun 1949 Negara Jerman kalah dalam Perang Dunia II

sehingga Perusahaan diambil alih oleh Pemerintah Belanda.

Pada tahun 1958 kedua perusahaan tersebut diambi alih oleh Pemerintah

Indonesia yang dikenal dengan Nasionalisasi, menjadi PPN Baru Kesatuan Jawa

Barat II. Pada tahun 1963 diadakan Reorganisasi Perusahaan sehingga berubah

nama menjadi PPN Antan VII, status tersebut hanya berlangsung tujuh tahun

untuk selanjutnya dengan kebijakan pemerintah berubah menjadi PNP XII yang

kemudian pada tanggal 1 Agustus 1971 menjadi PTP XII (Persero).

Pada tahun 1972 Perkebunan Gunung Mas dan Perkebunan Cikopo

digabungkan menjadi satu perkebunan dengan nama Perkebunan Gunung Mas.

Terhitung mulai 11 Maret 1996 diadakan penggabungan (merger) tiga PTP (PTP

XI, PTP XII dan PTP XIII) menjadi PT Perkebunan Nusantara VIII yang meliputi

wilayah Propinsi Jawa Barat dan Banten, sehingga dengan terjadinya

penggabungan tersebut Perkebunan Gunung Mas berada di bawah Manajemen PT

Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jalan Sindang Sirna No. 4

Bandung.

2.3 Organisasi Perusahaan

Perkebunan Gunung Mas merupakan suatu Perseroan Terbatas (PT)

dimana pengelolaan modal dan saham perusahaan dikuasai oleh dewan komisaris

Page 10: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

7

yang terdiri dari unsur Dephankam, Depkeu, dan Deptan. Adapun uraian tugas,

wewenang, dan tanggung jawab pengurus sebagai berikut :

1. Administratur

Administratur bertugas menyelenggarakan pengolahan perkebunan,

produksi, teknis dan administrasi dengan berpedoman kepada kebijakan direksi

dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah disahkan oleh

direksi. Di dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari Administratur dibantu oleh

Sinder Kepala, Sinder TUK, Sinder Pabrik, Sinder Teknik, Sinder Wisata Agro

dan Sinder Afdeling.

2. Sinder kepala

Sinder Kepala membantu Administratur dalam pelaksanaan tugasnya

sebagai unit produksi dengan berpedoman pada RKAP yang telah disahkan

terutama dalam bidang tanaman baik perencanaan, pelaksanaan maupun

pengawasannya. Sinder Kepala bertanggungjawab atas kelancaran tugas

pekerjaannya kepada Administratur.

3. Sinder Pabrik

Sinder Pabrik membantu terlaksananya tugas dan kebijakan Administratur

dalam bidang pengolahan. Sinder Pabrik bertanggunagjawab atas kelancaran

pelaksanaan tugas pekerjaan pengolahan kepada Administratur.

4. Sinder Afdeling

Sinder Afdeling membantu terlaksananya tugas dan kebijakan

Administratur dalam bidang perkebunan. Mengelola bagian kebun yang menjadi

kewajibannya baik dari segi perencanaan maupun pelaksanaannya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Sinder Afdeling bertanggungjawab atas kelancaran

pelaksanaan tugas pekerjaannya kepada Sinder Kepala.

5. Sinder Teknik

Sinder Teknik membantu terlaksananya tugas dan kebijakan Administratur

dalam bidang teknik. Sinder Teknik bertanggungjawab atas kelancaran

pelaksanaan tugas pekerjaannya kepada Administratur.

Page 11: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

8

6. Sinder Tata Usaha Keuangan (TUK)

Sinder TUK membantu terlaksananya tugas dan kebijakan Administratur

dalam bidang administrasi. Sinder TUK bertanggungjawab atas kelancaran tugas

dan pekerjaannya kepada Administratur.

7. Sinder Wisata Agro

Sinder Wisata Agro melaksanakan tugas dan kebijakan Administratur

dalam bidang pariwisata perkebunan serta mengelola secara fisik operasional

bagian Wisata Agro baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun

pengawasannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sinder Wisata Agro

bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaannya kepada

administratur.

2.4 Visi dan Misi Perusahaan

Perusahaan sebagai suatu organisasi memiliki Visi dan Misi yang harus

dicapai agar perusahaan tersebut dapat berjalan, yaitu :

1. Visi

Menjadi perusahaan perkebunan yang tangguh dalam bidang Agrobisnis,

Agroindustri dan Agrowisata untuk memuaskan stakeholder (antara lain

pelanggan, pemilik saham dan karyawan) serta peduli terhadap konservasi

lingkungan.

2. Misi

Turut melaksanakan dan menunjang kebijakan program pemerintah di

bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional pada umumnya, khususnya di Sub

Sektor Perkebunan dalam arti seluas-luasnya.

Visi tersebut kemudian diimplementasikan sebagai berikut :

a. Sebagaimana tercantum dalam Tri Dharma Perkebunan yaitu :

1) Menghasilkan devisa maupun Rupiah bagi negara dengan cara efisien.

2) Memenuhi fungsi sosial, diantaranya berupa penyediaan atau

penambahan lapangan kerja bagi WNI.

3) Memelihara kekayaan alam berupa memelihara dan meningkatkan

kesuburan tanah, sumber air dan tanamannya.

b. Sebagai Agent of Development

Page 12: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

9

c. Pengabdian kepada masyarakat (Pembinaan Ekonomi Lemah dan

Koperasi)

2.5 Kegiatan Yang Dilakukan Pada Saat Praktek Kerja Lapang

Kegiatan yang dilakukan antara lain kegiatan kebun dan kegiatan pabrik.

1. Kegiatan Kebun

Secara umum kegiatan kebun terdiri dari pengolahan tanah dan

pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pemangkasan,

penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan.

Tanaman teh yang dibudidayakan oleh PTPN VIII dikembangbiakkan

secara vegetatif (stek). Kelebihan menggunakan cara stek ini dapat menghasilkan

tanaman yang sama dengan induknya (seragam), produktivitas meningkat, serta

proses pembibitan lebih cepat. Terdapat pula kekurangan diantaranya tanaman

kurang tahan terhadap hama dan penyakit serta kurang mampu beradaptasi.

2. Kegiatan Pabrik

Kegiatan pabrik meliputi proses pengolahan pucuk teh menjadi teh yang

siap dikonsumsi. Porses dimulai dari penerimaan bahan baku, pembeberan,

pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis/fermentasi, pengeringan, sortasi,

penyimpanan, dan pengepakkan.

Page 13: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

10

BAB III

KEGIATAN YANG DIIKUTI

3.1 Penerimaan dan Penimbangan Bahan Baku

Penerimaan bahan baku merupakan suatu kegiatan menerima bahan baku

pucuk teh segar dari kebun dengan tujuan melakukan pengecekan terhadap

kondisi bahan baku yang berasal dari kebun yang akan disesuaikan dengan standar

bahan baku yang diperbolehkan masuk kedalam pabrik untuk dilakukan

pengolahan lebih lanjut. Pengecekan terhadap bahan baku yang diperbolehkan di

lakukan pemetikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penimbangan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai tahapan

pengecekan kuanitas dan kualitas bahan baku yang dibawa dan telah dilakukan

penimbangan dari kebun oleh karyawan bagian penimbangan agar tidak terjadi

kesalahan terhadap data yang di bawa oleh pengantar bahan baku menuju pabrik,

oleh karena itu dilakukan pengecekan ulang.

Pucuk yang diterima oleh PTPN VII Gunung Mas berasal dari 3 Afdeling

(kebun) yang di olah oleh perusahaan ini antara lain afdeling Gunung Mas 1,

afdeling Gunung Mas 2 dan afdleling Cikopo selatan, dari ketiga afdeling tersebut

dalam satu hari dapat melakukan penimbangan sebanyak 1 sampai 3 kali

tergantung dari kondisi atau jumlah pucuk yang dapat dipetik oleh setiap afdeling,

Pada musim hujan jumlah penimbangan yang dapat dilakukan lebih sedikit karena

jumlah pucuk yang dapat dipetik tidak begitu banyak akibat banyak pucuk yang

terserang penyakit.

Pucuk-pucuk teh dimasukan kedalam waring yang berkapasitas 25 kg per

waring, setelah dimasukan kedalam waring pucuk teh tersebut dilakukan

penimbangan terlebih dahulu di kebun untuk mengetahui berat dari teh yang telah

dipetik, kemudian pucuk teh dibawa menggunakan truk menuju pabrik. Sebelum

teh masuk kedalam pabrik untuk diproses maka teh tersebut harus dilakukan

penimbangan kembali untuk menyesuaikan jumlah berat dari pucuk teh dari

penimbangan di kebun. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan mesin

Avery Hidroulic, penimbangan ini harus disertai dengan surat pengantar pucuk

dari mandor kebun karena didalam surat pengantar pucuk terdapat data mengenai

Page 14: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

11

berat pucuk dari penimbangan dikebun dan waktu penyemprotan hama.

Pengecekan surat pengantar pucuk merupakan salah satu penanganan produk

sebelum pucuk teh dapat diproses didalam pabrik. Apabila dalam surat tersebut

ada ketidaksesuaian data maka dapat dilakukan koordinasi langsung dengan

mandor kebun.

3.1.1 Alat dan Bahan yang Digunakan pada Penerimanan dan Penimbangan

Bahan Baku

Timbangan Avery Hidroulic

Surat pengantar pucuk

Truk atau kendaraan pengangkut teh

Bahan baku ( pucuk teh )

3.1.2 Waktu Kegiatan

Kegiatan pada proses penerimaan dan penimbangan bahan baku yang

diikuti selama 2 hari kerja, yaitu pada tanggal 5 dan 16 januari 2009. Setiap kali

kegiatan biasanya dilakukan 1 sampai 2 kali penimbangan per kebun per hari yang

dilakukan pada pukul 11.00 dan 14.00, dimana setiap kali penimbangan dapat

berlangsung ± 10 menit.

3.1.3 Urutan kerja pada proses penerimaan dan penimbangan bahan baku

Menerima bahan baku dari kebun dipabrik pengolahan (unit penerimaan

dan penimbangan bahan baku) dengan menggunakan truk.

Menerima surat pengantar pucuk yang berisi waktu penyemprotan

pestisida dan pemetikan pucuk yang akan dilakukan.

Melakukan penimbangan bahan baku.

o Prosedur penimbangan

Menghitung berat brutto ( berat pucuk + truk)

Menghitung tara ( berat truk kosong)

Menghitung berat pucuk ( netto ), selisih brutto dan tara

Page 15: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

12

Cara memperoleh berat netto dan brutto

1. Netto atau berat pucuk diperoleh dari selisih antara brutto dan tara

2. Penimbangan pucuk biasanya dilakukan dengan truknya tujuannya

untuk memperoleh berat brutto. Karena brutto merupakan jumlah

antara berat truk dengan berat pucuk

Cara memperoleh berat truk ( Tara ) dapat dilakukan dengan dua cara sebagai

berikut:

1. Berat truk ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan avery

hidroulik ketika akan berangkat untuk mengambil pucuk teh. Proses

penimbangan ini kurang begitu akurat karena selisih waktu dari

penimbangan brutto dan tara sangat jauh sehingga mengakibatkan

adanya proses penurunan atau penambahan berat seperti terjadinya

pengurangan BBM atau juga penambahan berat truk disebabkan

adanya penambahan air hujan pada saat musim hujan ketika truk

dalam perjalanan.

2. Berat truk ditimbang setelah proses penimbangan bahan baku selesai

dilakukan. Dengan cara ini pengukuran berat truk kosong lebih dapat

dikatakan akurat karena penurunan dan penambanhan truk tidak

terlalu besar disebabkan dari selisih waktu dari penimbangan brutto

dan tara tidak terlalu jauh.

Didalam proses penimbangan terdapat toleransi atau pemotongan berat

pucuk teh antara penimbangan dikebun dengan penimbangan dipabrik, seperti

pada musim kemarau toleransi yang diberikan sebesar 4% dan pada musim hujan

sebesar 10%, pemberian toleransi pada musim hujan lebih besar karena pucuk

yang dibawa sangat basah sehingga menambah berat dari pucuk mengakibatkan

berpengaruh terhadap penimbangan. Pemotongan berat pucuk ini disesuaikan

dengan kesepakatan bersama antara pihak kebun dan pabrik agar tidak terjadi

kesalah pahaman. Mesin pada jembatan selalu dilakukan pengkalibrasian untuk

menjaga keakuratannya, proses kalibrasi dilakukan satu tahun sekali pada bulan

oktober oleh badan metrologi bogor.

Page 16: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

13

Pengecekan laporan aplikasi pestisida dan pemetikan afdeling

Kegiatan ini dilakukan pada saat proses penerimaan bahan baku sebagai

suatu cara untuk penanganan produk sebelum diperbolehkan masuk kedalam

pabrik untuk diproduksi. Laporan aplikasi ini diisi pada saat pertama kali lahan

akan dilakukan penyemprotan pestisida, tujuan dari pengisian laporan ini adalah

sebagai saranan untuk mengontrol proses penyemprotan lahan agar tidak terjadi

kesalahan yang dapat terjadi pada saat pemetikan dilakukan, dimana batas

minimal waktu penyemprotan hingga waktu pemetikan pucuk teh minimal 7 hari

dari waktu penyemprotan terakhir. Pada laporan aplikasi pestisida dan pemetikan

afdeling ini berisi waktu aplikasi penyemprotan, jenis pestisida yang digunakan,

dosis pemberian pestisida dan rencana waktu pemetikan yang akan dilakukan.

Untuk mengetahui isi dari laporan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Contoh Laporan Aplikasi Pestisida dan Pemetikan Afdeling

Page 17: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

14

3.1.4 Hasil Kegiatan

Hasil yang diperoleh dari kegiatan penerimaan dan penimbangan bahan

baku antara lain:

1. Pada bulan Januari dan Februari 2009 produksi pucuk teh minus. Setiap

penerimaan dan penimbangan pucuk pada umumnya hanya dilakukan 1-2

kali per kebun per harinya, sedangkan pada bulan-bulan plus dapat

dilakukan 3-4 kali per kebun per harinya. Seperti yang terlihat pada Tabel

3 tanggal 5 februari 2009 setiap kebun hanya melakukan 1 kali

penimbangan pada pukul 11.00 siang dengan jumlah total bahan baku

sebanyak 6700 kg, sedangkan untuk tanggal 16 februari kebun GM 1 dan

GM 2 melakukan penimbangan sebanyak 1 kali pada pukul 11.00 siang

dan kebun cikopo melakukan 2 kali penimbangan per kebun perharinya

pada pukul 11.00 dan 13.00 dengan jumlah total bahan baku 6760 kg.

Tabel 3. Banyaknya Penimbangan yang Dilakukan Unit Penimbangan pada

Tanggal 5 dan 16 Februari 2009 per Kebun perharinya.

Tanggal 5 16

Afdeling Banyaknya penimbangan Banyaknya penimbangan

Penimbangan I ( 11.00)

GM 1 1 1

GM 2 1 1

Cikopo 1 1

Penimbangan II (13.00) - -

GM 1 - -

GM 2 - -

Cikopo - 1

Total penimbangan per kebun per hari

GM 1 1 1

GM 2 1 1

Cikopo 1 2

Page 18: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

15

2. Berat pucuk segar yang ditimbang per hari tanggal 5-16 februari

2009, seperti terlihat pada Tabel 4

Tabel 4 Berat Pucuk Segar yang Ditimbang per Hari pada Tanggal 5 – 16

Februari 2009

Tanggal 5 6 7 9 10 11 12 13 14 16

Total bahan

baku (Kg) 6700 6310 4390 5630 4290 4050 5570 4150 4670 6760

3. Beberapa permasalahan dalam unit penerimaan dan penimbangan bahan baku

antara lain:

Adanya pucuk hasil petikan yang masuk kedalam proses

pengolahan namun tidak sesuai dengan ketentuan jadwal dari

waktu minimal ( 7 hari ) setelah penyemprotan. Pucuk ini harus

segera dibuang agar tidak tercampur dengan pucuk-pucuk lainya

dalam proses pengolahan

Mesin timbangan Avery hidroulic mengalami kerusakan antara

lain rusaknya jarum penunjuk sehingga hasil timbangan tidak

akurat.

Sulitnya menyatukan pendapat antara pihak kebun dan pabrik

mengenai besarnya persentase potongan berat pucuk teh.

Potongan ini berarti pemotongan persentase toleransi perbedaan

berat pucuk yang dibawa dari kebun dengan timbangan pada unit

penimbangan karena faktor cuaca dimana pada musim kemarau

diberikan toleransi 4% sedangkan pada musim hujan 10% pada

musim hujan lebih besar dikarenakan pada musim hujan jumlah

air yang ikut terbawa baik yang menempel pada pucuk atau juga

pada kendaraan akibat hujan sangat besar sehingga menambah

berat yang berpengaruh pada penimbangan di unit penimbangan

pabrik.

Page 19: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

16

3.1.5 Pengalaman yang Diperoleh

1. Mengetahui bagaimana cara penanganan produk pucuk segar sebelum masuk

kedalam proses pengolahan menjadi teh agar tidak mengandung bahan-bahan

berbahanya seperti kandungan pestisida atau zat kimia lainnya dengan cara

mengerjakan pengecekan surat pengantar pucuk dan surat laporan aplikasi

pestisida dan pemetikan afdeling.

2. Mengetahui bagaimana cara menimbang pucuk segar yang dibawa dari kebun

dengan menggunakan mesin avery hidroulic

3. Mengetahui bagaimana pengecekan terhadap Laporan Aplikasi Pestisida dan

Pemetikan Afdeling agar tidak ada kesalahan dalam interval 7 hari proses

pemetikan setelah penyemprotan dilakukannya. Laporan Aplikasi Pestisida

dan Pemetikan Afdeling dapat dilihat pada Tabel 2.

3.2 Proses Pelayuan

Proses pelayuan merupakan suatu proses pada pengolahan teh yang

bertujuan untuk menurunkan kadar air sesuai standar yang telah ditentukan agar

memudahkan proses pengolahan selanjutnya.

Proses pembeberan teh ini dilakukan dengan tujuan untuk memecah

gumpalan pucuk teh akibat proses pemetikan dan pemasukan kedalam watering

sehingga menjadi padat dan bergumpal oleh karena itu diperlukan pembeberan

agar mempermudah sirkulasi udara pada saat proses pelayuan dan juga membuat

kadar air pada pucuk mengalami penurunan yang merata sehingga tingkat

kelayuan yang akan dihasilkan pun akan merata pada semua pucuk teh dalam

withering trough. Pembeberan juga di lakukan untuk menurunkan kadar air dari

pucuk teh yang baru datang dari kebun hingga kisaran kadar air pucuk teh 80-82%

sehingga dapat dilakukan proses pembalikan dan dilanjutkan proses pelayuan.

Pada awal pelayuan harus menggunakan udara segar. Setelah suhu panas

udara pelayuan maksimum 270C. Pada kondisi udara sekitar yang berkabut

dengan kelembaban tinggi, maka dilakuka pencampuran udara luar dengan udara

panas dari Heat Exchanger. Pemberian panas dihentikan apabila air pada

permukaan pucuk sudah menguap dan keadaan udara sekitar tidak terlalu lembab.

Page 20: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

17

Lama proses pelayuan skitar 10-24 jam untuk CTC tergantung keadaan bahan

baku dan keadaan cuaca sekitar, sedangkan untuk sistem orthodox lama pelayuan

12-28 jam sesuai dengan kebutuhan mulai dari saat pembeberan hingga turun

layu. Pada proses pelayuan dilakukan juaga pembalikan seperti pada pembeberan

yang bertujuan untuk menyamaratakan kadar air pucuk. Pembalikan dilakukan

jika ketinggian pucuk pada withering trough sudah berkurang 50-60%. Cara

pembalikan pucuk teh dengan buruan, buruan itu berisi lapisan atas tumpukan

sehingga lapisan bawah berpindah tempat kelapisan atas. Pucuk yang telah

dinyatakan layu apabila kadar air yang terkandung dalam pucuk teh memiliki

kadar air 68-74%. Pengukuran kadar air secara manual yaitu jika pucuk diremas

tidak manimbulkan bunyi patah dan aromanya tercium sedap berbeda dengan

daun segar atau pucuk kurang layu. Pengukuran kadar air dengan menggunakan

alat sortarius (Moisture Content Analyzer) selama 30 menit dengan suhu 1500C,

secara otomatis alat akan menunjukan hasil.

3.2.1 Alat dan Bahan yang Digunakan pada Proses Pelayuan

Mesin Withering Trough berkapasitas 800-2000kg

Monorail Conveyor

Ruangan analisa petik dan pucuk ( timbangan analitik, kotak sampel

pucuk)

Alat pengukur suhu (Termometer dry-wet)

Moisture content analitic (sortorius)

Waring

Bahan baku (pucuk teh)

3.2.2 Waktu Kegiatan

Kegiatan pada proses pelayuan yang diikuti selama 7 hari kerja, yaitu pada

tanggal 5, 6, 16, 20, 21, 23, dan 24 Januari 2009. Setiap kali kegiatan dilakukan

selama ± 10-12 jam per hari dimulai dari bahan baku dimasukan kedalam

withering trough hingga turun giling, untuk satu kali proses pelayuan.

Page 21: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

18

3.2.3 Urutan kerja pada proses pelayuan

Menyalakan mesin Withering trough yang akan digunakan, jumlah WT

yang tersedia sebanyak 25 buah, sedangkan yang digunakan untuk bahan

baku 4150 kg hanya 6 buah WT karena jumlah bahan baku tidak terlalu

banyak.

Menyalakan monorail conveyor yang terdiri dari 66 buah kursi

Menurunkan waring-waring pada conveyor ke withering trough

Meletakan waring-waring pada badan WT dalam 2 buah jalur dengan

jumlah waring sebanyak ± 22 waring untuk setiap WT.

Mengeluarkan pucuk didalam waring (± 25 kg per waring) diatas

withering trough dimulai dari arah yang berlawanan dengan angin yang

dikeluarkan dari blower, kemudian dilakukan pembeberan dengan cara

dikibrik. Lama proses ini memerlukan waktu selama 15-20 menit untuk

setiap WT.

Selesai pembeberan dilakukan pengukuran dan mengatur ketebalan

hamparan sekitar 20 cm dengan menggunakan mistar yang selalu diletakan

pada Wt untuk mengetahui penurunan hamparan karena pucuk telah

mengalami pelayuan.

Setelah pembeberan dilakukan pengecekan terhadap thermometer dry-wet

yang digunakan untuk mengukur selisih suhu kering dan basah pada

tumpukan pucuk dalam withering trough. Pengecekan kembali dilakukan

setelah proses pembalikan.

Setelah proses pembeberannya dilakukan pengambilan sampel pucuk teh

dari withering trough untuk pengujian bahan baku (analisis petik dan

pucuk) dan pengukuran kadar air pucuk segar. Pengukuran kadar air pucuk

segar dengan menggunakan alat sortorius atau moisture content analyzer,

sebagai berikut:

Mengambil sampel secara acak sebanyak 500 gram dari withering

trough

Ambil 5 gram dari sample tersebut.

Pucuk teh kemudian diiris kasar

Page 22: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

19

Ukur kadar air pucuk segar dengan menggunakan alat Sortorius

dengan suhu 1500C selama 30 menit

Hasil kadar air dapat langsung diperoleh dari alat sortorius

tersebut.

o Cara pengujian analisis petik dan pucuk, sebagai berikut:

Analisis petik

Analisa petik adalah pemisahan pucuk berdasarkan rumus

petik, P+1, P+2, P+3, P+4, B+1m, B+2m, B+3, B+4 dan burung

tua. Tujuan dari analisis petik ini yaitu untuk menentukan kualitas

pemetikan dan mengevaluasi gilir petik. Proses analisis petik

sebagai berikut:

Mengambil sampel pucuk teh didalam withering trough sebanyak

500 gram dengan acak dari bagian depan, tengan dan belakang.

Diambil 100 gram dari 500 gram tersebut untuk dianalisa dan

dipisahkan berdasarkan jenis pucuk

Hasil pemisahan seluruh kriteria pucuk ditimbang

Nilai persentase analisa petik minimal 55% sehingga dapat

dinyatakan memenuhui standar analisa petik, jika kurang dari nilai

tersebut maka pucuk teh tersebut tidak bagus

Analisa pucuk

Analisis pucuk bertujuan sebagai pendugaan potensi

kualitas bahan jadi yang akan dihasilkan dari hasil proses

pengolahan berdasarkan bahan baku yang datang. Proses analisis

pucuk sebagai berikut:

Mengambil sampel pucuk teh didalam withering trough sebanyak

500 gram dengan acak dari bagian depan, tengan dan belakang

perkemandoran petik.

Diambil 100 gram dari 500 gram sampel untuk dianalisa

Warna daun diamati untuk mengetahui apakah ada bercak warna

asing ( merah : nordox, hijau:cupravit)

Sampel dicium untuk mengetahui bau asing

Page 23: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

20

Lembaran daun diraba untuk merasakan adanya menyak atau

lapisan lengket

Dipisahkan ( P+1, P+2, P+3, B+1m, B+2m, B+3m) dari daun tua,

tangkai tua dan pucuk rusak dalam kotak

Jika ada P+5 dan P+4 maka dipisahkan dengan memotong bagian

muda (P+3) kekelompok muda, daun 4 dan 5 ke kelompok tua

Pucuk rusak : penyakit memar dan tingkat keutuhan 75%

Selanjutnya ditimbang kembali dan hasilnya dinyatakan dalam

persen. Nilai yang diperoleh dari analisis pucuk minimal 66%.

Apabila pucuk medium pada analisis petik lebih besar 55% dan analisis

pucuk lebih besar 66 % maka kondisi dari pucuk tersebut bagus atau sudah

memenuhi standar yang ditetapkan.

Mengisi buku laporan harian analisis petik dan pucuk yang berisi antara

lain data total bahan baku, hasil analisis petik dan pucuk dan keterangan

keadaannya bagus apa tidak berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Memberikan angin terus menerus ke pucuk agar proses pelayuan semakin

cepat, dengan cara membiarkan blower tetap menyala selama proses dan

menutup pintu keluarnya angin pada wt.

Melakukan pembalikan 1-3 kali setelah berselang 4-6jam jam secara

berkala sesuai dengan keadaan pucuk atau ketika ketinggian pucuk pada

WT sudah berkurang 50-60%. Dan pengecekan termometer dry-wet.

Melakukan pengecekan penurunan kadar air awal pada proses pelayuan

dengan menggunakan moisture content analitic (setelah proses pembalikan

dilakukan pukul 16.00 dan 20.00 ) .

Melakukan pengecekan kadar air juga dilakukan secara manual dengan

meremas pucuk teh hingga tidak menimbulkan bunyi patah dan aroma

tercium sedap berbeda dengan daun segar. Pengukuran kerataan layu

dilakukan setelah lama pelayuan ± 10-12 jam. Pengukuran kerataan layu

pucuk teh hingga 90 %, artinya 90 % dari pucuk teh yang berada dalam

satu WT sudah layu dan siap dilakukan proses selanjutnya, dengan cara

sebagai berikut:

Page 24: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

21

Ambil pucuk layu secara acak dari withering trough sebanyak 500

gram

Ambil 100 gram dari 500 gram untuk dilakukan pengujian

Pisahkan antara pucuk layu dan pucuk kurang layu

Pucuk hasil pemisahan ditimbang dan kemudian di hitung masing-

masing persentase berat pucuk.

Sasaran persentase kerataan layu minimal 90 %

Mencatat dan memasukan data-data pada proses pelayuan ke dalam buku

laporan harian pembeberan dan pelayuan.

Melakukan penghitungan jumlah hasil pucuk layu dari bahan baku dengan

menggunakan perhitungan karena jumlah pucuk yang dilayukan tidak

dilakukan penimbangan melainkan dengan perhitungan.

Melakukan proses turun giling atau turun layu adalah proses menurunkan

hasil proses pelayuan kedalam alat proses penggilingan dengan ketentuan

sebagai berikut:

Lama pelayuan sudah mencapai minimal 10 jam hingga 24 jam

Kerataan layu mencapai 90%

Kadar air pucuk layu 68-74%

3.2.4 Hasil Kegiatan

Hasil yang diperoleh dari kegiatan pelayuan antara lain :

Mengetahui proses pelayuan pada pabrik teh hitam CTC

Mendapatkan hasil kadar air pucuk teh mulai dari pucuk teh segar hingga

teh sudah dalam keadaan layu, kerataan layu, jumlah pucuk layu dan lama

proses pelayuan. Hasil dari kadar air, kerataan layu, jumlah pucuk layu

dan lama pelayuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 25: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

22

Tabel 5 Kadar Air Pucuk Teh Segar, Pucuk Layu, Kerataan Layu, Jumlah Pucuk

Layu dan lama pelayuan.

No

Total bahan baku ( kg)

Moisture Content / Kadar Air Kerataan

Layu %

Pucuk Layu (Kg)

Rata-rata lama

pelayuan (jam)

Pucuk segar (rata-rata)

Pucuk layu

1 9520 82,56 70,62 92 5650 12,42 2 8120 82,62 72,52 90 5135 12,28 3 6890 82,61 73,93 90 4595 12,18 4 6700 82,71 72,49 90 4209 11,35 5 6310 82,71 71,99 91 3895 12,25 6 4390 80,46 73,12 90 3188 12,47 7 5630 82,73 73,79 90 3697 10,27 8 4290 78,24 71,51 90 3275 10,06 9 4050 73,24 71,17 90 3056 10,38 10 5570 78,57 71,93 90 4254 11,14 11 4150 79,42 70,85 90 2930 11,39 12 4670 78,15 69,97 90 3397 12,42 13 6760 82,14 70,92 90 4155 12,26 14 6320 79,14 70,02 92 4393 12,14 15 5810 77,76 69,62 92 4253 11,18 16 5480 80,04 69,52 92 3588 11,24

Mendapatkan tinggi beberan pada saat awal dan setelah dilakukan

pemballikan yang terjadi pada proses pelayuan, tinggi beberan tersebut

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penurunan Hamparan dari Tinggi Beberan Awal dan pada Saat Dibalik

Withering (WT) Mulai Jam

Tinggi Beberan (cm)

No WT Isian (Kg) Awal Saat Dibalik

25 800 12.00 20 10 24 580 12.20 20 10 23 800 14.20 20 10 22 580 14.40 15 7 21 590 15.00 15 7 20 800 15.20 20 10 4150

Page 26: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

23

Mendapatkan pendugaan sebagai pendugaan potensi kualitas bahan jadi

yang akan dihasilkan dari hasil proses pengolahan berdasarkan bahan baku

yang datang berdasarkan hasil pengujian analisis petik dan pucuk tersebut

sebagai acuan untuk hasil akhir proses pengolahan apakah sesuai dengan

pendugaan sementara apa tidak. Untuk hasil dari analisis petik dan pucuk

yang telah dilakukan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Petik dan Pucuk yang Dilakukan di Pabrik Gunung Mas

ANALISIS PETIK DAN PUCUK

Total bahan baku ( kg)

Hasil (hasil Analisis) Keadaan pucuk

9520 67,25 - 68,42 Bagus 8120 67,72 - 68,20 Bagus 6890 67.73 - 68,41 Bagus 6700 67,65 - 68,17 Bagus 5630 67,32 - 68,36 Bagus 4290 67,69 – 68,28 Bagus 5570 67,98 – 68,21 Bagus 4150 67,65 – 68,05 Bagus 4670 67,52 – 68,25 Bagus

Mengetahui alat dan mesin yang digunakan pada proses pembeberan dan

pelayuan pengolahan teh hitam CTC

Mendapatkan hasil nilai derajat layu dan jumlah pucuk layu teh dengan

menggunakan perhitungan dan juga rumus mengukur derajat layu tersebut,

untuk mendapatkan nilai tersebut maka dibutuhkan data-data seperti yang

tertera pada Tabel 8.

Page 27: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

24

Tabel 8. Data-Data yang Digunakan Untuk Menghitung Jumlah Pucuk Layu dan

Derajat Layu.

Withering (WT) Mulai

Jam

MS

MC Kerataan Layuan (%)

Lama Pelayuan

(jam) No Isian (Kg)

Pucuk segar

%

Saat dibalik

%

Pucuk layu %

25 800 12.00 68,02

-67,67

78,46 74,26 69,72 91,5 14

24 580 12.20 74,42 69,96 92 14,1 23 800 14.20 67,65 80,2 74,63 70,49 90,5 12,4 22 580 14.40 74,72 71,31 90 13,1 21 590 15.00 75,36 71,87 90 12,2

20 800 15.20 67,70

-68,05

79,61 75,6 71,69 90 13,4

4150 79,42 70,85 Mc kering :2,954

Cara perhitungan :

Dengan rumus pelayuan yang digunakan dipabrik Gunung Mas maka pucuk layu:

Pucuk layu = Berat pucuk segar .

MCLayuMCSegar

100100

= 4150 .

82,7010042,79100

= 4150. 0,7052

= 2926,58 kg

Maka persentase layu:

PL = WpsWpl x 100%

= 4150

58,2926 x 100%

= 70,52%

Dari hasil perhitungan diatas maka prosentase pelayuan pada pabrik

Gunung Mas telah menenuhi syarat yang ditetapkan, yaitu 68-74%

Page 28: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

25

Dengan memakai rumus yang sama pada pelayuan, maka dapat juga

dihitung untuk mandapatkan berat kering teh :

Berat kering = Berat pucuk segar .

MCKeringMCSegar

100100

= 4150 .

954,210042,79100

= 4150 x 0,21206

= 880,067 kg

Derajat layu dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

DL = WplWtk x 100%

= 58,2926

067,880 x 100%

= 30,07%

Dari perhitungan maka diperoleh besarnya derajat layu sebesar 30,07%

yang berarti menenuhi persyaratan derajat layu sebesar 30-33%.( Agatha, 2007)

3.2.5 Pengalaman yang diperoleh

Mengetahui bagaimana kerja dari proses pembeberan dan pelayuan mulai

dari bahan baku datang hingga turun giling

Mengetahui lamanya proses pelayuan yaitu ± 12 jam

Mengetahui cara analisis petik dan pucuk, dimana hasil yang diharapkan

antara 55-66%

Mengetahui cara mengukur kadar air baik awal maupun saat akan turun

giling

Mengetahui cara mengukur tingkat kelayuan pucuk

Mengetahui bagaimana pengisian buku harian pembeberan dan pelayuan

Dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperhatikan selama proses

pelayuan, antara lain:

Page 29: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

26

Menetapkan dan mengatur standar selisih suhu pada termometer (dy-

wet) yaitu 10C

Daun teh yang rusak selama pelayuan akan cepat menjadi merah dan

kuning, sehingga daun-daun ini tidak dapat melakukan proses pelayuan

kimia yang sempurna

Menetapkan dan mengatur kadar air pada saat pembalikan 72-76%

dan pada pelayuan (turun giling) 68-74%. Udara untuk pelayuan harus

memiliki kelembaban yang rendah

Penggunaan udara panas untuk pelayuan tidak boleh lebih dari 280C

karena dimungkinkan terjadinya kontak antara senyawa polifenol dan

enzim

Tebal hamparan pada bagian depan atau dekat udara panas lebih tebal

dari pada bagian belakang. Hal ini dimaksudkan diperoleh kerataan

layuan yang seragam

Waktu dan suhu pelayuan harus optimal yaitu 10-24 jam. Pada proses

pelayuan ini akan berpengaruh terhadap proses selanjutnya. Apabila

pelayuan terlalu lama ( diatas standar) maka mengakibatkan brownish

pada hasil akhir. Sedangkan apabila pelayuannya kurang (dibawah

standar) maka mengakibatkan green leaf pada hasil akhir yaitu keadaan

dimana bagian luar berwarna hitam tetapi dalamnya masih berwarna

hijau/mentah.

Menetapkan dan mengatur keratan layu minimal 90 %. Apabila tidak

rata atau tidak sesuai dengan standar akan mengakibatkan rasa yang

kurang tajam pada hasil akhir.

3.3 Penggilingan dan Oksidasi Enzimatis

Penggilingan merupakan salah satu proses pada pengolahan teh yang

bertujuan untuk menghancurkan pucuk teh menjadi bagian-bagian lebih kecil atau

halus sehingga mempermudah proses fermentasi, proses penggilingan pada pabrik

ini mengunakan system CTC yang membedakan dengan system pengolahan teh

dengan system orthodox. Mesin penggiling CTC yang lazim digunakan di

Page 30: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

27

indonesia adalah Triplex CTC yang terdiri dari 2 buah rol gigi yang berputar

berlawanan arah.

Oksidasi enzimatis merupakan proses fermentasi pucuk teh yang telah

digiling agar menghasilkan aroma, warna dan rasa yang diinginkan. Fermentasi

bubuk basah memerlukan suhu udara rendah dan kelembaban tinggi karena untuk

menjaga hasil fermentasi agar optimal dan dimulai sejak pucuk digiling di BLC.

3.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan pada Proses Penggilingan dan

Oksidasi Enzimatis

Mesin-mesin

GLS ( Green Leaf Shifter)

BLC ( Borbora Leaf Conditioner)

Triplex CTC

Fermenting unit

Air humidifier

3.3.2 Waktu Kegiatan

Kegiatan pada proses penggilingan dan oksidasi enzimatis yang diikuti

selama 4 hari kerja, yaitu tanggal 7, 8, 10, dan 21 Februari 2009. Proses ini

dimulai setelah proses turun giling. Setiap kali kegiatan dilakukan selama 1-2 jam

untuk setiap serinya, jumlah seri pada proses penggilingan tergantung dari jumlah

pucuk layu yang tersedia pada hari tersebut.

.

3.3.3 Urutan kerja pada proses penggilingan

Menyalakan semua mesin pada proses penggilingan ( GLS, BLC, CTC

dan FU), ± 30 menit sebelum bahan masuk kedalam proses untuk

menstabilkan mesin

Sebelum proses pengilingan dimulai maka ruangan penggilingan harus

terlebih dahulu dikondisikan yaitu dengan cara mengatur suhu antara 18-

26 0C dan kelembaban ruangan penggilingan 90-98% agar sesuai dengan

kebutuhan proses penggilingan dengan mengaktifkan humidifier.

Page 31: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

28

Memasukan pucuk teh yang sudah layu melalui hopper GLS sebanyak

jumlah pucuk layu teh per seri pengolahan. Contohnya jumlah pucuk

layu teh pada tanggal 7 sebanyak 3188 kg dengan kadar air puck layu

73,12% dan kerataan layu 90 %.

Memisahkan pucuk teh yang telah layu dengan benda-benda asing

seperti ulat, batu, ranting kering, logam dan benda-benda lainnya yang

tidak diinginkan masuk kedalam proses selanjutnya dengan

menggunakan mesin Green Leaf Shifter.

Mememarkan pucuk teh dengan menggunakan mesin Borbora Leaf

conditioner agar mudah untuk digiling. Pada saat memasukan bahan

baku ke hopper BLC dilakukan pemantauan agar tidak terjadi

penyumbatan pada hopper akibat terlalu banyak bahan yang dimasukan

dan apabila terjadi penyumbatan akan menyebabkan rendahnya tingkat

pememaran.

Menggiling pucuk teh dengan mesin triplex CTC untuk memperkecil

ukuran pucuk teh sehinga memudahkan proses fermentasi dan proses-

proses selanjutnya. Mengukur suhu pada mesin triplex CTC dimana suhu

pada CTC I 320C, CTC II 340C, CTCIII 360C dengan menggunakan

termometer infrared. Hasil penggilingan pada triplex CTC bongkahan

teh akan semakin kecil dari mulai CTC1 (8 gigi),CTC 2 (8 gigi),dan

CTC 3 (10 gigi) karena jumlah gigi semakin banyak berarti hasil ukuran

bongkahan pengilingan akan semakin kecil.

Melakukan proses fermentasi dengan menggunakan mesin Fermenting

unit lama fermentasi 60-100 menit untuk satu seri pengolahan.

Mengukur ketebalan hamparan 6-10 cm sesuai dengan banyaknya bahan

baku dengan menggunaan mistar.

Melakukan penghitungan lamanya proses oksidasi enzimatis dengan cara

mengukur lamanya pergerakan tray yang kemudian disesuaikan dengan

kebutuhan lama fermentasi untuk menghasilkan bubuk teh yang

diinginkan.

Mengukur panas pada bubuk teh yang berada di ats FU dengan

mengunakan termometer infrared, hasilnya pada bagian awal, tengah

Page 32: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

29

dan akhir yaitu Suhu bubuk teh pada FU diusahakan berkisar antara 270

– 320 C pada awal proses, 260 – 280 C pada pertengahan proses, 250 –

270 C pada akhir proses. Jika suhu bubuk teh > 320 C maka digunakan

fan untuk menurunkan suhu, pembalikan bubuk dan menambah

kecepatan FU.

Melakukan pengujian terhadap hasil fermentasi dengan melakukan green

dhool test. Green Dhool Test adalah pengujian bubuk teh yang meliputi

warna air, rasa dan kenampakan ampas. Adapaun tata cara Green Dhool

Test ini adalah sebagai berikut :

Timbang bubuk teh basah sebanyak 11.2 gram dan masukan

kedalam cangkir seduhan berukuran 220 cc.

Tuangkan air yang sudah mendidih ke dalam cangkir seduhan.

Setelah didiamkan selama 6 menit, air dituangkan ke dalam

mangkok seduhan

Green Dhool Test meliputi penilaian: warna air, rasa, dan

kenampakan ampas.

Amati air seduhan dalam mangkok untuk penilaian warna air,

dengan kriteria : light, coloury, dan dull.

Cicipi air seduhan dalam mangkok untuk penilaian rasa, yang

mencakup : kesegaran (briskness), kekuatan (strenghtness), rasa

sepet (pungency) dan tidak ada rasa asing.

Penilaian ampas seduhan dilakukan dengan cara memindahkan

ampas seduhan pada tutup cangkir, kemudian amati, kriteria

penilaian mencakup : greenish, bright, dull.

Hasil pengujian yang digunakan sebagai dasar penentuan lamanya

Oksidasi Enzimatis adalah pengujian bubuk pada akhir proses (10

menit sebelum masuk ke pengeringan).

Membersihkan ruangan dan juga mesin dengan cara menyemprotkan

angin agar tidak ada bahan atau bubuk teh yang masih tertinggal setelah

proses pengolahan selesai untuk menjaga kebersihan ruangan.

Page 33: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

30

3.3.4 Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan yang diperoleh dari proses penggilingan dan oksidasi

enzimatis antara lain :

Temperatur serta kelembaban ruang giling, dimana suhu ruangan sekitar

18 – 26˚C sedangkan kelembaban sekitar 90-98 %.

Temperatur bongkaran tidak boleh lebih dari 32˚C, atau berkisar sekitar

28-32˚C.

Pengaturan lamanya proses fermentasi dilakukan dengan cara

Melakukan pengecekan lama pergerakan tray dengan memberi

batas sepanjang 10 cm kemudian dari hasil waktu yang diperoleh

akan dikonversi dengan data standar yang sudah ada maka akan

diperoleh lama fermentasi yang harus dilakukan. Dan lama proses

fermentasi berkisar antara 60-100 menit tergantung dari keadaan

bahan baku.

Faktor-faktor tersebut yang dapat dikendalikan secara teknis adalah

kelembabab dan suhu. Suhu ruangan yang digunakan berkisar antara 18-

260C dengan kelembaban 90-98%, sedangkan suhu bubuk teh selama

fermentasi terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu suhu bubuk awal 27-320C,

suhu tengah 26-280C dan suhu bubuk akhir 25-270C. selain itu ketebalan

bubuk diatur 6-10 cm dengan kecepatan 60-100 menit.

3.3.5 Pengalaman yang Diperoleh

Mengetahui alur proses penggilingan dan oksidasi enzimatis

Memperoleh Faktor-faktor yang perlu diamati dalam fermentasi/ oksidasi

enzimatis antara lain :

Kadar air dalam pucuk

Tebal/tipisnya sebaran bubuk

Page 34: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

31

Kelembaban udara ruangan, oksidasi enzimatis selalu dilakukan pada

udara lembab. Jika oksidasi dilakukan pada udara kering maka akan

menghasilakan teh dengan kenampakan gelap (dull) baik pada air

seduhan maupun ampas seduhan ang diikuti penurunan cipta rasa dan

kuaitasnya jika dibandingkan dengan teh yang dioksidasikan pada udara

lembab.

Waktu oksidasi atau lama waktu fermentasi, ini dapat dilihat dengan

menggambarkan dalam kertas grafik kenaikan suhu setiap 10 menit

sekali. Juga harus terjadi sinkronisasi antara penggilingan, fermentasi

dan pengeringan. Rentang waktu oksidasi sangat mempengarui reaksi

oksiasi enzimatis polifenol teh. Waktu oksidasi lebih menitik beratkan

kepada lamanya proses oksidasi enzimatis yang dihiung sejak terjadinya

kontak antara senyawa poifenol, enzim, dan oksigen atau dihitung sejak

dimulainya proses penggilingan

Memperoleh pengalaman dalam mengatur pengkondisian suhu dan

kelembaban ruangan pada ruang pengilngan dengan menggunakan alat

humidifier untuk menjaga suhu dan kelembaban ruangan.

3.4 Pengeringan

Pengeringan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghentikan

oksidasi enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisis zat-zat

pendukung kualitas mencapai kondisi optimum. Dengan adanya pengeringan

maka kadar air dalam teh akan menurun, dengan demikian teh akan bertahan lama

dalam penyimpanan.

3.4.1 Alat dan Bahan Yang Digunakan pada Proses Pengeringan

Mesin FBD ( fluid Bed dryer)

Heat exchanger

Wadah sampel bubuk kering

Page 35: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

32

3.4.2 Waktu Kegiatan

Kegiatan pengeringan dilakukan ketika bubuk teh sudah melewati proses

fermentasi. Lamanya proses pengeringan 13-18 menit dangan kapasitas 250-300

kg per jam dengan menurunkan kadar air hingga 2,5-3,5% tanpa mengalami over

fired atau gosong (bakey). Kegiatan pada proses pengeringan yang diikuti selama

3 hari kerja , yaitu tanggal 14, 15 dan 22 februari 2009 dengan lama proses 1-2

jam setiap serinya.

3.4.3 Urutan kerja pada proses pengeringan

Menyalakan mesin Heat exchanger untuk menghasilkan panas sehingga

akan memanaskan plat-plat baja yang ada didalam mesin HE.

Menyalakan mesin fluid bed dyer 30 menit sebelum bahan mulai masuk

untuk menstabilkan atau meratakan panas pada mesin FBD sebagai tempat

pengeringan diamana panas yang dihasilkan berasal dari udara panas plat

baja yang disalurkan menuju mesin FBD

Mengatur suhu pada FBD, suhu inlet ( 110-120 0C) dan outlet (80-1000C)

Masuknya pucuk teh yang telah selesai melewati proses oksidasi enzimatis

kedaam FBD dengan menggunakan conveyor dengan kadar air ± 68-70%.

Melakukan pengecekan lama waktu pengeringan dengan menggunakan

stopwatch dari awal bahan masuk kedalam FBD sampai masuk ke segmen

cooler (±13-18 menit)

Mengambil contoh bubuk teh yang sudah melewai mesin FBD dan

melakukan kegiatan sebagai berikut :

Mengukur kadar air bubuk kering dari hasil pengeringan dengan

menggunakan alat sortorius di ruang pengujian kadar air standar

kadar air pengeringan 2,5-3,5%. Dapat dilihat pada Tabel 9.

Melakukan pengujian rasa warna, dan ampas dari bubuk kering di

ruangan quality control di ruang uji dengan menggunaan bahan

bubuk teh yang sudah keluar dari proses pengeringan.

Melakukan perawatan terhadap mesin FBD yang dilakukan satu minggu

sekali.

Page 36: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

33

3.4.3 Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan dari proses pengeringan antara lain:

Mendapatkan lamanya waktu pengeringan ata-rata yaitu 13-18 menit

Cara mendapatkan lamanya waktu pengeringan yaitu

Dengan mengunakan stopwatch untuk menghitung waktu

Memulai stopwatch ketika pertama kali bubuk basah masuk

kedalam FBD hingga bubuk tersebut masuk kedalam segmen

cooler.

Mendapatkan kadar air bubuk kering dari hasil pengeringan 2,5-3,5%

Nilai kadar air bubuk kering hasil dari proses pengeringan dapat dilihat di

Tabel 9.

Tabel 9 Kadar Air Bubuk Kering Hasil Pengeringan

Pengujian kadar air bubuk kering

Tanggal 11 12 13 14 15 17 18 19

Rata-rata Kadar air bubuk kering (%) 3,44 2,84 3,33 2,98 3,49 3,02 3,44 3.,33

Melakukan pengujian Inner dan Outer Quality

Pengujian inner quality, mencakup :

kenampakan teh jadi, antara lain : warna, kerataan, kebersihan, dari

tulang dan serat, bentuk, tipe.

Air seduhan, antara lain : warna air, kekuatan (strength), kesegaran

(brisk), aroma, pungency.

Kenampakan ampas, antara lain : warna, kerataan.

Pengujian inner quality dengan cara :

timbang 2,8 gram atau 5,6 gram bubuk teh hasil pengeringan tiap

seri, masukkan ke dalam cangkir seduhan yang berukuran 110 cc

atau 220 cc.

Didihkan air murni, setelah mendidih tuangkan ke dalam cangkir

seduhan yang telah berisi bubuk teh, tutp selama kurang lebih 6

menit, kemudian tuangkan air hasil seduhan kedalam mangkok

seduhan.

Page 37: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

34

Biarkan mangkok seduhan selama kurang lebih 5 menit, agar

seduhan bubuk teh langsung dapat dicicipi dan dilihat warna

dari hasil seduhan teh itu sendiri.

Penilaian aroma dilakukan dengan menghirup udara seduhan

teh dengan membuka sedikit tutup cangkir.

Penilaian rasa dilakukan dengan mencicipi air seduhan yag

ada dalam mangkok dengan menggunakan sendok teh.

Penilaian warna dilakuan dengan mengamati air seduhan

dalam mangkok.

Penilaian ampas seduhan dilakukan dengan mengamati

ampas yang telah dipindahkan pada tutup cangkir.

Pengujian Outer Quality dengan cara :

Penilaian kenampakan teh jadi dilaksanakan dengan cara disebar

di atas baki melamin atau baki kertas untuk melihat bentuk, warna,

kerataan ukuran dan kebersihan dari serat dan tulang.

3.4.4 Pengalamam yang Diperoleh

Mengetahui alur proses pengeringan dari awal teh basah hasil

penggilingan dan oksidasi enzimatis masuk kedalam mesin pengering

hingga pengujian mutu bubuk keringnya ( kadar air dan hasil seduhan)

Mengetahui cara perawatan yang dapat dilakukan pada proses pengeringan

terutama mesin prosesnya,seperti:

Memperoleh cara maintainance yang dilakukan pada mesin proses

pengeringan antara lain::

Pembersihan ruangan mesin FBD dilakukan 1 minggu satu kali

dengan penyemprotan angin di dalam ruangan agar tidak ada sisa-

sisa dari proses pengeringan teh yang telah dilakukan.

Pembersihan lubang-lubang untuk keluarnya udara panas pada

proses pengeringan dengan menggunakan gergaji besi untuk

menghindari penyumbatan pada lubang-lubang tersebut.

Page 38: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

35

Penggantian pipa baja pada heat exchanger jika terjadi kebocoran

dengan cara melakukan penambalan oleh teknisi sehingga dapat

digunakan kembali.

Pembersihan lubang angin udara kotor pada pipa baja apabila

terjadi penyumbatan dengan menggunakan besi panjang agar udara

kotor dapat tetap keluar melalui exhaust fan dan tidak masuk

kedalam FBD bersama udara panas.

Mengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses

pengeringan

Suhu udara pengering, suhu inlet FBD harus diperhatikan dan

diusahakan konstan pada suhu 1200C, apabila suhu inlet kurang

akan mengakibatkan bubuk teh tidak kering, sedangkan apabila

suhu inlet melebihi 1200C maka akan mengakibatkan teh menjadi

barkey, burn atau over fired sehingga mempengaruhi rasa air

seduhan. Jika suhu outlet lebih tinggi 1050 akan mengakibatkan

sebagian aroma menghilang daan case hardening (teh kering pada

bagian luar saja sedangkan bagian dalam masih basah).

Volume udara pengering yang dihembuskan, harus disesuaikan

dengan banyaknya bahan baku yang masuk kedalam FBD

Banyaknya bubuk basah yang masuk akan mempengaruhi lamanya

proses pengeringan dan panas yang diberikan kepada FBD

Ketebalan hamparan bubuk yang akan dikeringkan mempengaruhi

lamanya proses pengeringan.

3.5 Sortasi

Sortasi kering pada pengolahan teh CTC lebih sederhana dari pada teh

hitam orthodox. Keringan teh CTC ukurannya hampir seragam, dan serat-serat

yang tercampur keringan tinggal sedikit karena telah banyak yang dikeluarkan

selama pengeringan. Tujuan dari sortasi adalah untuk memisahkan butiran teh

yang telah dikeringkan berdasarkan ukuran dan bentuknya.

Page 39: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

36

3.5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

Bolotong

Timbangan

Karung

Mesin (Midleton, Vibro blank, Vibro mesh, Crusher, Chotta shifter dan

Suction winower )

Teh kering hasil proses pengeringan

3.5.2 Waktu Kegiatan

Kegiatan sortasi dilakukan setelah bubuk teh pada proses pengeringan

keluar dengan kadar air berkisar 2,5-3,5 %. Proses sortasi berlagsung selama 6-8

jam per hari dengan kapasitas 250-400kg per jam. Kegiatan yang dilakukan pada

proses sortasi yang diikuti selama 3 hari kerja, yaitu tanggal 13, 17 dan 18

februari 2009.

3.5.3 Urutan kerja pada proses sortasi

Menyalakan terlebih dahulu mesin sortasi (midleton, vibro blank A dan B,

vibro mesh A dan B.

Memisahkan bubuk teh dengan menggunakan mesin midleton yang

berfungsi untuk memisahkan butiran kasar menuju jalur B dan halus ke

jalur A

Jalur A

o Bubuk teh yang lolos dari mesh 10 pada midleton maka akan

melalui jalur A yang terdiri dari vibro blak dan vibro mesh.

o Pada vibro blank dan vibro mesh jalur ini elektromagnetic untuk

memisahkan serat dan juga terdapat saringan yang bervariasi di

samping mesin, oleh karena itu bubuk teh akan dikelompokan

berdasarkan kesamaan ukuran bubuknya untuk lebih jelas dapat

dilihat pada lampiran alur proses kering produksi teh hitam CTC.

Page 40: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

37

Jalur B

o Bubuk teh yang lolos mesh 5 tetapi tidak lolos mesh 10 ukuran

bubuknya relativ masih kasar sehingga perlu di kecilkan ukurannya

lagi dengan menggunakan crusher mini kemudian bubuk teh akan

diteruskan ke mesin vibro blank dan vibro mesh jalur B.

Sedangkan untuk bubuk teh yang tidak lolos mesh 5 akan di

masukan ke crusher besar untuk di haluskan terebih dahulu yang

kemudian akan masuk kembali kedalam jalur B. pada jalur B sama

halnya dengan jalur A tedapat mesin vibro blank dan juga vibro

mesh yang memiliki elektromagnetik dan disampingnya terdapat

saringan dengan ukuran berbeda.

Menampung atau mengumpulkan bubuk teh yang seukuran dari tiap-tiap

saringan pada vibro blank dan vibro mesh baik dari jalur A maupun B

kedalam bolotong

Menyalakan mesin chotta shifter untuk mengumpulkan bubuk teh yang

seragam baik dari jalur A maupun B. Memasukan bubuk teh yang sama

ukurannya kedalam mesin chotta shifter untuk di seragamkan kembali

dengan menggunkan mesh yang terdapat pada mesin tersebut.

Menggabungkan kembali hasil dari penyaringan dengan menggunakan

mesin chotta tersebut kedalam bolotong dan siap untuk dipisahkan kembali

berdasarkan kesamaan berat jenis dengan mesin suction winower.

Menyalakan mesin suction winower. Memisahkan jenis teh berdasarkan

berat jenis butiran dengan menggunakan mesin suction winower. Setelah

selesai maka hasil dari sortasi ditimbang terlebih dahulu kemudian

disimpan pada tempat penyimpanan sementara yaitu peti miring

3.5.4 Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan yang diperoleh dari proses sortasi antara lain:

Menjaga dan mempertahankan kelembaban ruangan (RH) ruangan sortasi

dengan standar kelembaban maksimum 80%. Hal ini dimaksudkan agar

tidak terjadi penurunan mutu teh dengan naiknya kadar air bubuk teh.

Page 41: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

38

Menetapkan dan mengatur kadar air bubuk teh berkisar 3,5-4,5 %. Apabila

kadar air tidak sesuai dengan standar maka akan di down grade dan

disimpan secara terpisah atau diidentifikasi.

Mesin ini hanya memisahkan bubuk teh berdasarkan bahan baku yang

diberikan dari proses sebelumnya sehingga tidak dapat menambah jumlah

mutu terbaik yang dapat dihasilkan.

Hasil terbaik dari proses sortasi sangat tergantung dari hasil pengolahan

teh sebelumnya seperti pelayuan, penggilingan, pengeringan dan juga

bahan baku yang dihasilkan. Apabila proses tersebut berjalan dengan baik

dan bahan baku yang dihasilkan dikebun sangat baik maka jumlah teh

yang masuk kedalam mutu terbaik pun akan semakin banyak dan

sebaliknya.

Maintanance mesin sortasi dilakukan 1 kali dalam satu minggu dan

biasanga yang sering mengalami kerusakan adalah pada bantalan, rantai

dan juga mesin penggetarnya.

Dapat memisahkan mutu teh berdasarkan ukuran partikel dengan

menggunakan beberapa ukuran mesh sehingga dapat ditentukan grade

yang dihasilkan

Untuk membedakan grade bubuk teh berdsarkan ukuran mesh dapat dilihat

pada Tabel 10

Tabel 10 Grade Bubuk Teh Berdasarkan Ukuran Mesh

Ukuran Mesh Grade yang terbentuk

12 BP 1

16 dan 18 PF

22 dan 24 PD1

30 D1

60 Powder

Sumber : Unit sortasi PTPNVII

Mendapatkan jenis teh yang dipisahkan dengan menggunakan mesin

suction winower yang berkerja berdasarkan densitas

Page 42: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

39

Setiap jenis teh dapat dibedakan berdasarkan densitasnya, beberapa jenis teh

yang dipisahkan bedasarkan densitas dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jenis Teh yang Dipisahkan dengan Suction Winower

Jenis

teh

Ruangan

1 Ruangan 2 Ruangan 3 Ruangan 4

PF PF FANN FANN FNGS

BD BP

Diolah kembali

karena ukuran masih

relative besar dengan

menggunakan

crusher

Diolah kembali

karena ukuran masih

relative besar dengan

menggunakan

crusher

Diolah kembali karena

ukuran masih relative

besar dengan

menggunakan crusher

BD BD BD BD

Digabungkan dengan

FANN karena ukuran

yang relative sama

D1 D1 D1 D1 D2

Sumber : Unit sortasi PTPNVII

Jika belum memenuhi standar maka jenis teh yang tidak sesuai standar

akan dimasukkan kembali ke dalam suction winnower sampai densitasnya sesuai

standar. Perbedaan Jenis teh berdasarkan densitas dapat dilihat pada standar

densitas jenis teh seperti pada Tabel 12.

Tabel 12 Standar Densitas Jenis Teh

Jenis Standar Densitas

Tanpa Ketukan (cc/100 gram)

20 x Ketukan (cc/25 gram)

BP 1 300 – 330 70 – 82 PF 1 250 – 295 70 – 75 PD 250 – 280 65 – 70 D 1 240 – 260 58 – 60

Fann 290 – 310 54 – 57 D 2 235 – 245 64 – 74

FNGS 295 – 320 69 – 80 BM 2 350 – 380 74 – 78 Pluff 485 – 495 95 – 120

Sumber : Unit sortasi PTPNVII

Page 43: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

40

Memisahkan jenis teh yang dihasilkan dari proses sortasi berdasarkan

grade yang sesuai dengan hasil sortasi tersebut

Beberapa grade hasil dari proses sortasi teh hitam sistem CTC pada pabrik

Gunung Mas dapat dilihat pad Tabel 13.

Tabel 13 Grade Bedasarkan Jenis Teh yang Dihasilkan pada Proses Sortasi

Grade I BP 1 ( Broken Pecko ) PF ( Pecko Fanning) PD (Pecko Dust) D1 ( Dust 1) Fanning

Grade II D2 ( Dust 2) BM ( Broken Mike)

Grade III FNGS ( Fanning Second) Pluff

3.5.5 Pengalaman yang Diperoleh

Mengetahui alur proses sortasi dari awal hingga akhir

Mengetahui mutu teh yang dibedakan berdasarkan besar butiran teh yang

tersaring menggunakan mesh pada setiap mesin sortasi, dapat dilihat

pada Tabel 10

Dapat membedakan jenis-jenis teh yang dihasilkan pada proses sortasi

pada Tabel 13

Mengetahui kegiatan–kegiatan yang dilakukan pada proses sortasi

3.6 Pengepakan

Pengepakan merupakan proses yang dilakukan setelah bubuk teh

dipisahkan berdasarkan bentuk dan ukuran dengan proses sortasi. Pengepakan

adalah proses pengolahan teh tahap akhir dari pengolahan teh hitam CTC. Teh

yang telah mengalami tahapan sortasi dan dikelompokan dalam kelasnya yang

sesuai dengan standar yang telah ditentukan

Page 44: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

41

3.6.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Pada Proses Pengepakan

Peti miring ( Tea bins )

Tea bulker,

Tea packer

Tea sack

Packer

Bag shave

Paper sack

Teh hasil sortasi

3.6.2 Waktu Kegiatan

Kegiatan pengepakan dilakukan setelah proses pemisahan bersarkan

ukuran dan mutu dilakukan pada proses sortasi dan dimasukan kedalam peti

miring sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum di kemas lama proses

pengepakan ± 6-8 jam per hari. Mahasiswa melakukan kegiatan pada proses

pengepakan 2 hari kerja.

3.6.3 Urutan kerja pada proses pengepakan

Setelah proses sortasi selesai maka bubuk teh dimasukan ketempat

penyimpanan sementara yaitu peti miring yang tujuannya untuk menjaga

kondisi kadar air bubuk teh dan tidak terkontaminasi dengan benda asing

sehingga mutu tetap terjaga.

Setelah persediaan pada tea bin telah mencapai minimal 1 ton untuk dibuat

1 chop untuk ekspor dan satu KB untuk lokal. Sebutan chop digunakan

untuk teh mutu I sedangkan teh mutu II susunannya disebut KB

Menyalakan terlebih dahulu mesin-mesin pada proses pengepakan

sebelum proses pengepakan dilakukan mesin-mesin tersebut antara lain:

Tea Bins, Tea Bulker, Tea Packer , Tea sack Packer, Bag Shaver, dan

Paper Sacker

Mencampurkan mutu teh yang sama dengan menggunakan mesin tea

bulker yang tujuannya dari pencampuran untuk lebih meratakan kelas

mutu teh yang didapatkan dari seri penggilingan yang berbeda.

Membuka klep tea bulker untuk melakukan pengisian papersack, tiap

papersack memiliki berat 0,7 kg.

Page 45: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

42

Melakukan pemadatan dengan menggunakan tea sack packer selama 2

menit

Meratakan ketinggian dengan menggunakan mesin bag shaver

Menyimpan hasil kemasan ke tempat penyimpanan

3.6.4 Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan yang diperoleh dari proses pengepakan antara lain:

Membedakan isi paper sack berdasarkan jenis mutu yang ada pada pabrik

pengolahan teh hitam gunung mas

Berat isi dari paper sack dapat ditentukan berdasarkan jenis mutu teh

seperti yang terihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Berat Teh Pada Setiap Kemasan Berdasarkan Jenis Mutu

Jenis Mutu Isi Paper Sack (Kg)

BP ( Boken Pecco) I 48

PF ( Pecco Fanning ) I 53

PD ( Pecco Dust) 56

D ( Dust ) I 68

F (Fanning) 52

D (Dust) II 60

Banyaknya teh yang akan dikepak tergantung dari banyaknya

pesanan dari konsumen yang diterima oleh perusahaan dan juga

bahan baku yang tersedia di peti miring.

Sedangkan lamanya dalam satu kali proses atau satu chop ± 1jam

Page 46: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

43

3.6.5 Pengalaman yang Diperoleh

Mengetahui alur proses pengepakan dari awal hingga disimpan pada tempat

penyimpanan

Mengetahui bagaimana fungsi dari setiap mesin yang ada pada unit

pengepakan

Mengetahui isian paper sack berdasarkan mutu teh yang dimasukan

Mengikuti mentainence yang dilakukan pada mesin-mesin pengepakan,

perawatan dilakukan satu kali dalam satu minggu oleh bagian teknisi dan

apabila terjadi kerusakan mendadak maka teknisi akan langsung

memperbaikinya.

Page 47: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

44

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan kegiatan yang telah dilakukan pada proses

pengolahan teh hitam sistem CTC khususnya pada proses pembeberan dan

pelayuan dapat ambil beberapa kesimpulan antara lain:

1. Pada proses pengolahan teh hitam tahap-tahapnnya adalah pembeberan

dan pelayuan, penggilingan, pengeringan,sortasi dan pengepakan.

2. Proses pembeberan dan pelayuan merupakan pondasi dari pengolahan teh

3. Proses pembeberan dan pelayuan merupakan proses penurunan kadar air

dari pucuk teh segar, pengendalian atau pengamanan produk dari

kontaminasi benda asing maupun zat kimia, menganalisis keadaan pucuk

dan petik dari bahan baku.

4. Lama tidaknya proses penurunan kadar air pada pembeberan dan pelayuan

dipengaruhi oleh keadaan pucuk yang dihasilkan oleh kebun, faktor alam

yang mendukung seperti cuaca lingkungan sekitar dan ada tidaknya angin

yang membantu proses pembeberan dan pelayuan

5. Keberhasilan penurunan kadar air pada proses pembeberan dan pelayuan

akan mempengaruhi proses pengolahan teh selanjutnya

6. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada proses pembeberan dan

pelayuan antara lain kadar air yang harus dicapai pada proses pelayuan

berkisar 68-74% , derajat layu 30-33%, kerataan layu minimal 90%,

lama proses 10 jam hingga 24 jam.

7. Pengisian bahan baku ke dalam withering trough di pengaruhi oleh CFM

setiap WT dan jumlah bahan baku yang ada

8. Penggunaan heat exchanger diberikan pada saat kondisi tertentu atau

sesuai dengan kebutuhan seperti jika bahan baku yang dihasilkan kebun

Page 48: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

45

sangat banyak dan juga jika kondisi cuaca lingkungan tidak mendukung

untuk dilakukan pelayuan secara normal.

9. Mendapatkan pengaruh kelayuan teh terhadap proses selanjutnya

Tabel 15 Pengaruh Tingkat Kelayuan Pucuk Teh dari Proses Pelayuan Terhadap

Proses-Proses Selanjutnya

Pucuk kurang layu Pucuk terlalu layu

1. Penggilingan

- Kapasitas giling turun

- Hilangnya potensi seduhan

- Memperpanjang oksidasi

enzimatis

- Diperlukan optimalisasi

kelembaban

-Kapasitas tinggi

-Mempersulit proses

pengilingan

-mempengaruhi rasa dan

warna

- Fermentasi dipercepat

-Diperlukan optimalisasi

kelembaban

2. Pengeringan

-Kapasitas pengeringan turun

-Banyak gumpalan keras (kik)

yang sulit terurai

-Jam kerja panjang

-Proses lambat

-Rasio tinggi

- Kapasitas tinggi

- Teh mudah terhembus

keluar karena butiran

terterlalu kecil

- Proses lebih cepat

- Rasio rendah

3. Sortasi

- Banyak bagian teh yang

harus diperkecil

- Menghasilkan bubuk teh

yang greenleav

- warna menjadi

kecoklatan/merah

-Banyak menghasilkan

bubuk teh yang brownish

-Menghasilkan warna

bubuk teh hitam

Page 49: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

46

4.2 Saran

1. Pembeberan dilakukan sebaik mungkin karena akan membuat aerasi udara

akan semakin baik dan hasil pelayuan akan semakin rata kesemua bagian

pucuk teh sehingga akan mempermudahkan pada proses pengolahan

selanjutnya

2. Penggunaan withering trough untuk pengisian harus sesuai dengan cfmnya

dan bahan baku yang ada sehingga akan menghasilkan kerataan layu yang

sama dan lama pelayuan yang cepat.

3. Kerataan layu harus dicapai semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil

yang optimum

Page 50: kegiatan pelayuan teh (praktek kerja lapangan)

47

Daftar Pustaka

Agatha Astri Dhianita .2007, Proses pengolahan teh hitam CTC Di PTPN

Gunung Mas. Laporan PKL Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Zain, Sudaryanto. 2005. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Universitas

Padjadjaran .Bandung