makalah pbl hk 111 b
DESCRIPTION
dfTRANSCRIPT
MAKALAH PBL HK 111
Kasus 2 (Dokter Kurang Ramah)
Disusun oleh : KELOMPOK 3
1. Aryo Agung Waranto
2. Bagus Novandy
3. Bambang Satria
4. Gesha Dwi Febriaputri
5. Kus Indah Setia Dewi
6. Muhamad Imron
7. Nadia Indri Wulandari
8. Putri Laura
9. Rahardi Febryanto
10. Trio Raharjo
Tutor :
dr. Triyanti A.P.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2010
SKENARIO
Seorang ibu, istri seorang buruh tani dengan pakaian lusuh, membawa seorang anak perempuannya yang berumur 3 tahun ke dokter karena anak tersebut menderita panas dan diare. Ibu tersebut mengatakan sangat kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter tersebut. Menurut si ibu, dokter tersebut tidak ramah, tidak menjelaskan tentang penyakit anaknya secara jelas, juga tidak menjelaskan mengenai obat yang diberikan. Ia semakin kecewa karena ditarik biaya yang cukup tinggi.
STEP 1
Diare : BAB yang lebih sering dengan frekwensi minimal 3X sehari.
STEP 2
1. Apa yang menyebabkan sikap dokter tersebut?2. Bagaimana sikap dokter yang baik melayani pasien?3. Apakah dokter tersebut melanggar etika komunikasi?4. Bagaimana etika kedokteran dalam melayani masalah pelayanan kesehatan?5. Bagamana Hukum Kedokteran menangani kasus ini?6. Apakah seorang dokter harus memiliki standar tarif?
STEP 3
1. a. karena dokter tidak memiliki sikapb. karakter dokterc. masalah pribadid. kurang memahami masalah tersebute. masalah lingkungan
2. a. harus bersikap professional b. adil c. ramah d. menghargai pasien e. mendengarkan keluhan, menggli informasi, dan menasehati pasien f. jujur
3. Ya. Karena tidak ramah tidak memberikan informasi secara jelas
4. Masalah scenario ini adalah dokter kurang ramah, dalam hal komunikasi, maka komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dilakukan secara verbal atau nonverbal meghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan peluang kendalanya sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternative untuk maengatasi masalah.
5. Secara Yuridis diatur dalam pasal 45 Undang-Undang no. 29 tahun 2004. Bagian dari hukum kesehatan yang menyangkut pelayanan medis praktek yang dilakukan oleh dokter dengan pedoman untuk boleh berbuat atau tidak berbuat aatau pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan aagar pelayanan medis berjalan dengan baik.
6. Ya, tapi dokter jangan hanya memikirkan honor tapi juga melihat keadaan pasien.
STEP 4
Dokter
Kurang Ramah
Komunikasi
Hukum Pelanggaran Pelayanan Etika Hak & Kewajiban Pasien
Dokter Hak & Kewajiban Dokter
Standar Tarif Agama Motivasi
Akhlak
Niat
Kasih Sayang
STEP 5
1. Mengetahui definisi Diare dan jenis diare2. Mengetahui Hukum Kedokteran3. Mengetahui komunikasi efektif4. Mengetahui hak dan kewajiban dokter serta Mengetahui hak dan kewajiban pasien5. Mengetahui kedokteran dalam aspek agama6. Mengetahui standar tariff dokter
MENGETAHUI DIARE DAN JENIS DIARE
Diare atau Gastroenteritis (GE) adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan feses encer dan/atau berair, dengan frekwensi lebih dari 3 kali perhari, dan kadang disertai muntah.
Empat jenis klinis diare antara lain:
Diare akut bercampur air (termasuk kolera) Diare kronik Diare akut bercampur darah (disentri) Diare persisten
MENETAHUI HUKUM KEDOKTERAN
Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan. Dimana perbedannya hanya
terletak di runag lingkupnya saja. Hukum kedokteran lebih menjurus kepada profesi dokternya
itu sendiri. Secara yuridis diatur dalam pasal 45 undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang
praktik kedokteran sebagai berikut :
1. Setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien harus
mendapatkan persetujuan
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayai 1 diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap
3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 sekurang-kurangnya mencakup :
a. Diagnosis dan tatacara medis
b. Tujuan tindakan medis
c. Alternative tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
4. Persetujuan sibagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat diberikan baik secara tertulis
maupun lisan
5. Setiap tindakan keodkteran yang mengandung resiko tinggi harus diberikan dengan
persetujuan tertulis yang mana oleh pihak yang berhak memberikan persetujuan.
Dalam penjelasannya mengenai pasal 45 undang-undang nomor 29 tahun 2004 ini disebutkan
antara lain :
1. Penjelasan hendaknya diberikan dalam bahasa yang mudah dimengerti karena penjelasan
merupakan landasan untuk memberikan persetujuan. Aspek lain yang juga sebaiknya
diberikan penjelasan yaitu yang berkaitan dengan pembiyaan
2. Pada prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan terhadap indakan
medis pasien yang bersangkutan.
Dokter pun dalam melaksanakan hukum kedokteran wajib mengikuti sumpah dokter yang berisi :
Demi Allah, saya bersumpah bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan
2. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga, martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran
3. Saya akan menjalankan tugas saya engan cara yang terhormat dan bersusila sesuai
dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan masyarakat
5. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dank
arena keilmuan saya sebagai dokter
6. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan perikemanusiaan sekalipun diancam
7. Saya akan menghormati setiap hidup insane mulai dari saat pembuahan
8. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita
9. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, perbedaan kelamin, politik kepartaian
atau kedudukan social dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita
10. Saya akan memberikan kepada guru-guru saya, penghormatan dan pernyataan
terimakasih yang selayaknya
11. Saya akan perlakukan teman sejawat saya, sebagaimana saya sendiri ingin diperlakukan
12. Saya akan menaati dan mengamalkan kode etik kedokteran Indonesia
13. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya
MENGETAHUI KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi efektif dokter – pasien adalah pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif
yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian
penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien.
Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman pasien
terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter
mencari alternative untuk mengatasi permasalahannya.Dokter dapat mengetahui dengan baik
kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini
amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutanya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektik justru tidak memerlukan waktu lama.
Komunikasi efektif terbukti memerlukan waktu lebih sedikit waktu karena dokter terampil
mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis,
adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yangdiharapkan
sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien,
berdasarkan kebutuhan pasien.
Tujuan daripada komunikasi efektif antara dokter dan pasien adalah untuk mengarahkan proses
penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien,
dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998)
Manfaat daripada komunikasi efektif dokter dan pasien adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau
institusi pelayanan medis
2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter merupakan dasar hubungan dokter-
pasien yang baik
3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam
menghadapi penyakitnya
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien :
Menyilahkan masuk dan mengucapkan salam
Memanggil atau menyapa pasien dengan namanya
Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu, menganggap
penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah)
Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas atau peranannya (apakah dokter umum,
spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultasi gizi, konsultan tumbuh kembang dan
lain-lain)
Menilai suasana hati lawan bicara
Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimic, gerak/bahasa tubuh) pasien
Menatap mata pasien secara professional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan
perhatian dan kesungguhan mendengarkan
Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu
Apabila pasien marah, menangis, takut dan sebagainya maka dokter tetatp menunjukkan
raut wajah dan sikap tenang
Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan
keputusan
Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak
Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah pihak
Membukakan pintu atau berdiri ketika pasien hendak pulang.
Contoh hasil komunikasi efektif :
Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat, berdasarkan
pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran dokter,
misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur, melakukan
pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal,
memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup dan sebagainya)
Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang dideritanya
(membatas diri, biaya oengobatan) sesuai penjelasan dokter
Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan
kemampuannya lalu bersama mencari alternative sesuai kondisi dan situasinya, dengan
segala konsekuensinya
Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan
atau perawatan kesehatannya
MENGETAHUI HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
a. Hak Dokter
Hak – hak dokter adalah sebagai berikut :
1. Melakukan praktik dokter setelah memperoleh Surat Izin Dokter (SID) dan
Surat Izin Praktik (SIP)
Dalam PP No. 58 tahun 1958 telah ditetapkan tentang wajib daftar ijazah dokter dan
dokter gigi baru yang disusul dengan peraturan menteri kesehatan RI No.
560/Menkes/Per/X/1981 tentang pemberian izin menjalankan pekerjaan dan izin
praktik. Bagi doketer umum dan dokter spesialis.
2. Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien atau keluarga
tentang penyakitnya
Informasi tentang penyakit terdahulu dan keluhan pasien yang sekarang dideritanya,
serta riwayat pengobatan sebelumnya sangat membantu dokter untuk menegakkan
diagnosis yang pasti. Setelah diperoleh anamnesis, dokter berhak melanjutkan
pemeriksaan dan mengobatan walaupun untuk prosedur tertentu memerlukan PTM.
3. Bekerja sesuai standar profesi
Dalam upaya memelihara kesehatan pasien, seorang dokter berhak untuk bekerja
sesuai standar (ukuran) profesinya sehingga ia dipercaya dan diyakini oleh
masyarakat bahwa dokter bekerja secara professional.
4. Menolak melakukan tindakan medic yang bertentangan dengan etika, hukum,
agama dan hati nurani
Hak ini dimiliki dokter untuk menjaga martabat profesinya. Dalam hal ini berlaku
“Sa science et sa conscience” ya ilmu dan ya hati nurani
5. Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien jika menurut penilaiannya kerja
sama pasien dengannya tidak berguna lagi, kecuali dalam keadaan gawat
darurat.
dalam hubungan pasien dengan dokter haruslaj saling menghargai dan saling
mempercayai. Jika instruksi yang diberikan dokter, misalnya untuk meminum obat
berkali-kali tidak dipatuhi olej pasien dengan alasan lupa atau tidak enak dan
sebagainya sehingga jelas bagi dokter bahwa pasien tersebut tidak kooperatif. Dengan
demikian, dokter mempunyai hak memutuskan kontrak terapeutik.
6. Menolak pasien yang bukan bidang spesialisasinya, lecuali dalam keadaan
darurat atau tidak ada dokter lain yang mampu menanganinya
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.
Dengan demikian, seorang dokter yang telah menguasai sesuatu bidang
spesialisasinya, tentunya tidak mampu memberikan pelayanan kedokteran dengan
standar tinggi kepada pasien yang bukan bidang spesialisasinya. Karena itu dokter
berhak menolak pasien tersebut. Namun, untuk pertolongan pertama pada kecelakaan
ataupun untuk pasien-pasien gawat darurat setiap dokter berkewajiban menolongnya
apabila tidak ada dokter lain yang menanganinya.
7. Hak atas kebebasan pribadi (privacy) dokter
Pasien yang mengetahui kehidupan pribadi dokter, perlu menahan diri untuk tidak
menyebarluaskan hal-hal yang sangat bersifat pribadi dari dokternya
8. Ketentraman bekerja
Seorang dokter memerlukan suasana tentram agar dapat bekerja dengan baik.
Permintaan yang tidak wajar dan sering diajukan pleh pasien atau keluarganya
bahkan disertai tekanan psikis atau fisik, tidak akan membantu dokter salam
memelihara keluhuran profesinya.
9. Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter
Hamper setiap hari kepada dokter diminta surat keterangan tentang kelahiran,
kematian, kesehatan, sakit dan sebagainya. Dokter berhak menerbitkan surat-surat
keterangan tersebut yang tentunya berlandasakan kebenaran.
10. Menerima imbalan jasa
Dokter berhak menerima imbalan jasa dan pasien atau keluarganya berkewajiban
memberikan imbalan jasa tersebut sesuai kesepakatan. Hak dokter menerima imbalan
jasa bias tidak digunakan pada kasus-kasus tertentu, misalnya pasien tidak mampu,
pertolongan pertama pada kecelakaan, dari teman sejawat dan keluarganya
11. Menjadi anggota perhimpunan profesi
Dokter melakukan pekerjaan profesi perlu menggabungkan dirinya dalam
perkumpulan profesi atau perhimpunan seminat dengan tujuan untuk meningkatkan
iptek dan karya dalam bidang yang ditekuninya serta menjalin kakraban antar sesama
anggota
12. Hal membela diri
Dalam hal menghadapi keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadapnya atau
dokter bermasalah, dokter mempunyai hak untuk membela diri dalam lembaga tempat
ia bekerja (misalnya rumah sakit), dalam perkumpulan tempat ia menjadi anggota
(misalnya IDI), atau pengadilan jika telah diajukan gugatan terhadapnya.
b. Kewajiban Dokter
Dalam undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 51 dinyatakan
bahwa kewajiban dokter adalah :
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien
2. Merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih
baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia
4. Melakukan pertolongan daurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin pada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu keodkteran.
Selain itu pula kewajiban dokter dapat dibagi pula menurut pasalnya yaitu :
Kewajiban umum
Pasal 1 setiap dokter harus menjungjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dokter
Pasal 2 seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai
dengan standar profesi yang tertinggi
Pasal 3 dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Pasal 4 setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri
Pasal 5 tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah
memperoleh persetujuan pasien
Pasal 6 setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7 seorang dokter hanya member surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya
Pasal 7a seorang dokter harus dalam setiap praktik medisnya memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya disertai
rasa kasih saying (compassion) dan penghormatan atas martabar manusia.
Pasal 7b seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan brupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi atau yang melakukan
penupuan atau penggelapan dalam menangani pasien
Pasal 7c seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya dan hak
tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan pasien
Pasal 7d setiap dokter harus senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk
insane
Pasal 8 dalam melakukan pekerjaanya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative) baik fisik maupun
psikososial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenar-benarnya.
Pasal 9 setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Kewajiban Dokter Terhadap Pasien
Pasal 10 setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien,
ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut.
Pasal 11 setiap dokter harus memberikan kesempatan pada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasihatnya dalam beribadat dan atau
dalam masalah lainnya.
Pasal 12 setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia
Pasal 13 setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat
Pasal 14 setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan
Pasal 15 setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawatnya, kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis
Kewajiban DOkter Terhadap Diri Sendiri
Pasal 16 setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik
Pasal 17 setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran atau kesehatan
MENGETAHUI HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
a. Hak Pasien
Pada dasarnya hak-hak pasien adalah sebagai berikut :
1. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar.
2. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi
kedokteran.
3. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya
4. Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan dapat menarik diri
dari kontrak terapeutik.
5. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya.
6. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset keodkteran.
7. Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan dan dikembalikan kepada dokter
yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh
perawatan atau tindak lanjut.
8. Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi
9. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit
10. Berhubungan dengan keluarga, penasihat atau rohaniwan dan lain lain yang
diperlukan selama perawatan di rumah sakit.
11. Memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG), CT-scan, Magnetic
Resonance Imaging (MRI), dan sebagainya (kalau dilakukan) biaya kamar bedah,
kamar bersalin, imbalan jasa dokter dan lain-lain.
b. Kewajiban Pasien
Kewajiban – kewajiban pasien pada garis besarnya adalah sebagai berikut :
1. Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter
Masyarakat perlu diberi penyuluhan bahwa pwngobatan penyakit pada stadium dini
akan lebih berhasil dan mengurangi komplikasi yang merugikan. Penyakit kanker
stadium dini jelas pada umumnya dapat sembuh jika diberikan terapi yang tepat,
sedangkan pada stadium lanjut prognosisnya lebih buruk.
2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya
Informasi yang benar dan lengkap dari pasien atau keluarga merupakan hal yang
penting bagi dokter dalam membantu menegakkan diagnosis penyakit. Bila dokter
dituntut malpraktik, tuntutan dapat gugur jika terbukti pasien telah memberikan
keterangan yang menyesatkan atau menyembunyikan obat-obat yang pernah
diminumnya sehingga terjadi interaksi obat misalnya.
3. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
Pasien berkewajiban mematuhi petunjuk dokter tentang makan berpantang, minum,
pemakaian obat-obat, istirahat, kerja, saat berobat berulang dan lain-lain. Pasien yang
tidak mamtuhi petunjuk dokternya, keberhasilan pengobatannya akan menjadi
kurang.
4. Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat di rumah sakit dan
lain-lainnya
Dalam kontrak terapeutik, ada tindakan medic, baik untuk tujuan diagnosis maupun
untuk terapi yang harus disetujui pleh pasien atau keluarganya, setelah diberi
penjelasan oleh dokter. Surat PTM yang sifatnya tulisan, harus ditandatangani oleh
pasien dan atau keluarganya.
5. Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh
Pasien yang telah mempercayai dokternya dalam upaya penyembuhan, berkewajiban
menyerahkan dirinya untuk diperiksa dan diobati sesuai kemampuan dokter. Pasien
yang tidak yakin lagi pada kemampuan dokternya, dapat memutuskan kontrak
terapeutik atau dokternya sendiri yang menolak meneruskan perawatan.
6. Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan pengobatan
serta honorarium dokter.
Perlu ditekankan disini bahwa imbalan untuk dokter merupakan penghargaan yang
sepantasnya diberikan oleh pasien atau keluarga pasien atas jeri payah seorang dokter.
Kewajiban pasien ini haruslah disesuaikan dengan kemampuannya dan besar kecilnya
honorarium dokter tidak boleh memengaruhi dokter dalam memberikan pelayanan.
MENGETAHUI KEDOKTERAN DALAM ASPEK AGAMA
Moral atau akhlak adalah nilai luhur dalam tingkah laku. Selama ini dan mungkin sampai kapanpun. Profesi dokter akan dianggap luhur dan mulia karena berkaitan dengan penyelamat manusia.
Sejak dahulu diatur bagaimana perilaku dokter dalam berhadapan serta bertindak terhadap pasien, dan aturan-aturan itu dikenal dengan istilah Kode Etik Kedokteran, yaitu Code of Conduct- kode perilaku para dokter. Dengan moral dan akhlak sebagai manusia yang berketuhanan, sebetulnya bukan suatu hal yang rumituntuk mengikuti Code of Conduct, apalagi bila dikaitkan dengan hati nurani doktersebagai manusia ciptaan Tuhan. Apapun yang kita lakukan, hati nuarani kita pada umummnya slalu ikut bicara. Pantas atau tidak pantas, salah atau benar. Hanya dalm hal tertentu saja, hati nurani kitatidak bisa menentukan sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
MENGETAHUI STANDAR TARIF DOKTER
Dalam Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia, tercantum Pedoman Dasar Imbalan Jasa Dokter, sebagai berikut:
1. Imbalan jasa dokter disesuaikan dengan kemampuan pasien2. Dari segi medic, imbalan jasa dokter ditetapkan dengan mengingat karya dan tanggung
jawab dokter3. Besarnya imbalan jasa dan dokter dikomunikasikan dengan kepada pasien4. Imbalan jasa dokter sifatnya tidak mutlak dan pada dasarnya tidak dapat diseragamkan5. Bagi ppasien yang mengalami musibah akibat kecelakaan, pertolongan pertama lebih
diutamakan dari pada imbalan jasa 6. Seorang pasien dapat mengajukan permohonan untuk keringanan imbalan jasa, langsung
keaada dokteryang merawat 7. Dalam hal ada ketidakserasian mengenai imbalan jasa dokter yang diajukan kepada IDI,
maka IDI akan mendengarkan kedua belah pihak sebelum menetapkan keputusannya8. Imbalan jasa dokter spesialis yang lebih besar, bukan saja didasarkan atas kelebihan
pengetahuan dan keterampilan spesialis, melainkan juga atas kewajiban dan keharusan spesialis menyediakan alat kedokteran khusus untuk menjalankan tugas spesialisnya.
9. Imbalan jasa dokter dapat ditambah dengan biaya perjalanan jika dipanggil ke rumah pasien
10. Selanjutnya jasa yang diberikan pada malam hari atau waktu tidur dinilai lebih tinggi dari biaya konsultasi biasa. Imbalan jasa dokter disesuaikan dengan keadaan, maka ketentuan imbalan jasa ini dapat berubah
11. Tidak dibenarkan memberi sebagian dari imbalan jasa kepada teman sejawatnya yang mengirimkan pasien untuk konsultasi atau komisi untuk orang yang langsung ataupun tidak terjadi perantara dalam hubungannya dengan pasien
12. Imbalan jasa dokter yang bertugas memelihara kesehatan para karyawan atau pekerja suatu perusahaan, dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu banyaknya karyawan dan keluarganya, frekwensi kunjungan kepada perusahaan tersebut
13. Ancer-ancer imbalan jasa dokter ditentukan bersama oleh KaKanwil DepKes/KaDinkes dan IDI setempat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guwandi, J.SH. 1991. ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN. FK-UI : Jakarta
2. Budianto, heru. 2009. PANDUAN PRAKTISI ETIKA PROFESI KEDOKTERAN.
Sagung sero : Jakarta
3. Hanafiah, Yusuf ; Amir A. 2009. ETIKA KEDOKTERAN DAN HUKUM
KESEHATAN. EGC : Jakarta
4. Konsil kedokteran Indonesia.pdf
5. Martaadisoebrata.D. 2004. PENGANTAR DUNIA PROFESI KEDOKTERAN EDISI 1. Yayasan Bina
Pustaka SP : Jakarta
6. www.usu.ac.id