makalah pbl blok 1 modul 2 - perilaku pasien

20
Perilaku Pasien Berpengaruh Terhadap Kesehatannya Henricho Hermawan 10.2014.108 / A2 13 Oktober 2014 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Pendahuluan Segala sesuatu yang dilakukan manusia memiliki kontribusi terhadap kehidupannya. Tindakan yang dilakukan manusia merupakan respon atau tanggapan akan segala sesuatu disekitarnya. Respon atau tanggapan ini disebut perilaku. Perilaku sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adat , sikap , emosi , nilai , etika , kekuasaan , persuasi , dan genetika . 1 Maka dari itu tidak heran apabila perilaku manusia selalu berbeda satu dengan yang lainnya dalam menghadapi berbagai situasi. Dalam dunia kedokteran, perilaku pasien berpengaruh terhadap cepat atau tidaknya suatu penyakit dapat ditsembuhkan. Sehebat apapun seorang dokter dalam menangani pasien, bila tidak ada perilaku pasien yang mendukung pengobatan maka usaha seorang dokter akan sia-sia. Usaha seorang pasien untuk mendukung tindakan dokter disebut dengan perilaku sehat. Perilaku sehat adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang

Upload: henrichohermawan

Post on 22-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Makalah ini membahas mengenai perubahan perilaku dalam usaha untuk memperbaiki pola hidup

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

Perilaku Pasien Berpengaruh Terhadap Kesehatannya

Henricho Hermawan

10.2014.108 / A2

13 Oktober 2014

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

Pendahuluan

Segala sesuatu yang dilakukan manusia memiliki kontribusi terhadap kehidupannya.

Tindakan yang dilakukan manusia merupakan respon atau tanggapan akan segala sesuatu

disekitarnya. Respon atau tanggapan ini disebut perilaku. Perilaku sendiri dipengaruhi oleh

beberapa hal seperti adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika.1 Maka dari

itu tidak heran apabila perilaku manusia selalu berbeda satu dengan yang lainnya dalam

menghadapi berbagai situasi.

Dalam dunia kedokteran, perilaku pasien berpengaruh terhadap cepat atau tidaknya suatu

penyakit dapat ditsembuhkan. Sehebat apapun seorang dokter dalam menangani pasien, bila

tidak ada perilaku pasien yang mendukung pengobatan maka usaha seorang dokter akan sia-sia.

Usaha seorang pasien untuk mendukung tindakan dokter disebut dengan perilaku sehat. Perilaku

sehat adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.2

Namun sebelum seseorang memiliki perilaku sehat, umumnya seseorang akan melakukan apa

yang disebut dengan perilaku sakit. Perilaku sakit sendiri merupakan usaha seseorang untuk

menghilangkan sakit yang dideritanya.

Pembahasan

Memiiliki perilaku sehat tidaklah mudah, banyak faktor yang dapat mempengaruhinya.

Menurut Green, perilaku sehat memiliki dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar

perilaku (non-perilaku).3 Faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok faktor, yaitu faktor

Page 2: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

predisposisi, pendukung dan pendorong. Faktor predisposisi mencangkup pengetahuan individu,

sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu

dan masyarakat. Faktor pendukung ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan

untuk mencapainya. Sedangkan factor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Agar dapat dipahami lebih mudah, berikut adalah bagan yang menjelaskan teori Green.

Bagan 1. Faktor yang mempengaruhi perilaku sehat (Teori Green) 3

Semua manusia memiliki keinginan untuk memiliki perilaku sehat namun selain harus

memiliki factor-faktor yang telah dijelaskan melalui teori Green. Seseorang juga harus melalui

beberapa tahapan agar perilaku tersebut dapat bertahan dalam jangka panjang serta dapat

menjadi kebiasaan. Model Transtheoretical adalah yang model mengemukakan enam tahap

terpisah untuk seseorang dapat berubah kearah perilaku sehat jangka panjang yang positif.

Program ini meneliti perubahan sebagai suatu proses dan mengakui bahwa setiap orang memiliki

tingkat kesediaan atau motivasi yang berbeda untuk berubah.4 Keenam tahap tersebut adalah :

1. Prekontemplasi ( belum menyatakan atau belum siap untuk berubah )

2. Kontemplasi ( Mempertimbangkan untuk berubah )

3. Persiapan ( Komitmen yang serius untuk berubah )

4. Tindakan / action ( Perubahan dimulai )

5. Pemeliharaan ( Mempertahankan perubahan )

6. Kekambuhan / relapse

Page 3: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

Bagan 2. 6 tahap Model Transtheoretical 4

Model ini selanjutnya menyatakan bahwa seseorang dalam berbagai tahap perubahan

akan mendapat manfaat yang disusun secara spesifik. Seseorang yang berada dalam tahapan

prekontemplasi memerlukan bantuan orang yang lain untuk menyadarkan diri mereka tentang

perlunya melakukan suatu perubahan dalam hidup mereka. Tidak sampai disitu mereka juga

perlu diberikan informasi yang dapat meyakinkan tentang manfaat dari perubahan yang akan

mereka lakukan.

Seseorang yang berada dalam tahap kontemplasi memerlukan dorongan dari orang lain

agar dapat “menjerumuskan” diri ke dalam lingkaran perubahan. Karena orang yang berada

dalam tahap ini cenderung ingin mempertahankan perilaku lamanya karena sudah terbiasa

dengannya. Maka dari itu, dorongan yang dapat dilakukan lingkungan sekitarnya seperti

pemberian informasi tentang manfaat setelah berubah, nasehat, serta contoh nyata orang-orang

yang mampu merubah perilakunya.

Dalam tahap persiapan, seseorang membutuhkan segalanya untuk mempersiapkan

tindakan-tindakan perubahan yang akan diambilnya suatu saat nanti. Mereka memerlukan

pelatihan keterampilan, teknik pembelajaran, serta tidak lupa perubahan lingkungan untuk

mendukung seseorang dan meyakinkan bahwa dia mampu.

Page 4: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

Pada tahap tindakan, segala pertimbangan, komitmen dan persiapan yang telah dilakukan

seseorang menjadi factor penenetu seberapa jauh tindakan perubahan yang akan dilakukan.

Umumnya tindakan perubahan yang diambil tidak akan terlalu drastic mengingat perubahan

dilakukan secara bertahap. Nantinya semua hal yang telah dilakukan oleh seseorang itu akan

menjadi factor pemelihara perilaku yang telah dilakukannya. Apabila seseorang tidak mampu

mempertahankan factor pemelihara yang dimiliki maka ia akan memasuki tahap kekambuhan,

tahap dimana ia kembali kepada perilaku lama, dan bila itu terjadi maka ia perlu mengulang

kembali dari tahap pertama.

Semua hal yang ada di dunia selalu memiliki pasangan, sama halnya dengan perilaku

sehat yang memiliki pasangan yaitu perilaku sakit. Menurut Suchman, perilaku sakit adalah

tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya

gelaja tertentu.5 Perilaku ini akan muncul ketika seseorang jatuh sakit dan memerlukan

pengobatan agar dapat memperoleh kesehatannya kembali.

Dalam menentukan perilaku sakit seseorang yang ingin mendapatkan kembali

kesehatannya dapat menggunakan model pendekatan Suchman. Hal penting dalam model

pendekatan Suchman adalah menyangkut pola social dari perilaku sakit yang terlihat pada sikap

orang yang sakit untuk mencari dan menemukan perawatan medis. Pendekatan yang digunakan

berkisar pada 4 unsur yang merupakan faktor utama yaitu (1) perilaku itu sendiri, (2)

sekuensinya, (3) tempat atau ruang lingkup, dan (4) variasi perilaku selama tahap-tahap

perawatan medis. 6

Dari keempat unsur tersebut dapat dikembangkan menjadi 5 konsep dasar yang berguna

dalam menganalisi perilaku sakit : 6

1. Mencari pertolongan medis dari berbagai sumber atau pemberi layanan

2. Fragmentasi perawatan medis di saat orang menerima pelayanan dari berbagai unit, tetapi

pada lokasi yang sama

3. Menangguhkan upaya mencari pertolongan meskipun gejala sudah dirasakan (

procrastination )

4. Melakukan pengobatan sendiri ( self-medication )

5. Menghentikan pengobatan ( discontinuity )

Page 5: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

Model pendekatan Suchman berfokus pada tindakan seseorang yang sakit untuk mencari

dan menemukan pertolongan medis, namun seseorang yang sakit juga akan menunjukkan

berbagai perilaku sakit. Berikut ini adalaQh beberapa contoh perilaku sakit:7

1. Tidak memegang tanggung jawab selama sakit. Orang yang sakit biasanya akan

dibebaskan dari tanggung jawab yang harus ia tanggung sewaktu sehat. Sebagai contoh

dalam kasus hukum, jika si terdakwa sakit, pemeriksaan atau persidangan yang dilakukan

atas dirinya akan ditunda sampai ia sehat kembali. Namun, perilaku sehat ini seringkali

dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Contohnya banyak koruptor

yang berhasil melarikan diri keluar negeri dengan alasan ingin berobat.

2. Bebas dari tugas dan peran social. Dalam hubungan social, seseorang yang didiagnosis

menderita penyakit akan dibebaskan dari segala tugas dan perannya di masyarakat.

Sebagai contoh, jika ketua RT sakit, tugas dan perannya sebagai ketua RT akan

dilimpahkan kepada wakilnya.

3. Berupaya mencapai kondisis sehat secepat mungkin. Seseorang yang merasa tubuhnya

tidak sehat, secara naluriah akan berusaha mencari cara untuk memulihkan kondisi

tubuhnya. Beberapa cara yang mungkin ditempuh adalah pergi ke dokter, puskesmas,

rumah sakit, bahkan para normal. Pilihan ini bergantung pada pengetahuan dan keyakinan

yang dimiliki terkait penyembuhan. Tetapi satu hal yang pasti, individu akan berusahaa

sesegara mungkin kembali sehat.

4. Bersama keluarga mencari bantuan dengan segera. Selain individu, keluarga juga

berusaha mencari bantuan guna kesembuhannya. Jika salah satu anggota keluarga ada

yang sakit, hal ini akan berpengaruh terhadap seluruh anggota keluarga.

Pada dasarnya segala sesuatu terjadi selalu memiliki penyebab. Perilaku sakitpun

demikian, menurut Solito Sarwono ada beberapa penyebab perilaku penyakit sebagai berikut:5

1. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan normal

2. Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya

3. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan dengan

keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan masyarakat

4. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat dilihat

5. Kemungkinan individu terserang penyakit

Page 6: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

6. Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit

7. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit

8. Adanya kebutuhan untuk mengatasi tentang gejala penyakit

9. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti : fasilitas, tenaga, obat-obatan,

biaya, dan transportasi

Seorang pasien yang sedang sakit dan melakukan perilaku sakit perlu melakukan

komunikasi dengan dokter untuk keperluan konsultasi. Komunikasi, menurut McCubbin dan

Dahl adalah sebuah suatu proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat.8

Berbeda dengan mereka menurut Johnson, komunikasi dibagi menjadi dua yaitu dalam arti

sempit dan dalam arti luas. Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan

seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah

laku penerima, sedangkan dalam arti luas komunikasi diartikan sebagai setiap bentuk tingkah

laku seseorang secara verbal maupun non-verbal yang ditanggapi orang lain. Komunikasi tidak

hanya sekedar wawancara, namun setiap bentuk tingkah laku mengandung ungkapan tertentu

yang mengisyaratkan makna tertentu dari proses komunikasi.8

Komunikasi dapat dilakukan dalam dua hal yaitu secara verbal ataupun secara non-

verbal. Secara verbal berarti komunikasi dilakukan dengan mengungkapkan kata-kata, bila

secara non-verbal artinya komunikasi dilakukan tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi non-

verbal dapat berbentuk gerak-gerik ataupun ekspresi wajah.

Konsultasi yang dilakukan pasien dengan dokter dilakukan dengan tujuan mewujudkan

suatu komunikasi efektif. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan

perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuannya adalah memberikan

kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima sehingga

bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih penggunaan

bahasa non-verbal secara baik.9

Sesuai dengan bentuk penyampaiannya, komunikasi yang efektif pun dapat berupa verbal

dan juga non-verbal. Komunikasi verbal efektif mempunyai beberapa karakteristik yang

membuatnya berbeda dengan komunikasi non-verbal efektif. Berikut adalah karakteristik

komunikasi verbal efektif:9

a. Jelas dan ringkas

Page 7: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek, dan langsung. Semakin sedikit kata-

kata yang digunakan, semakin kecil kemungkinan terjadi kerancuan. Kejelasan dapat

diperoleh dengan bicara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Pengunaan contoh

bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami.

b. Perbendaharaan kata

Penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi tidak akan berhasil

jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis

yang digunakan dalam kebinanan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh bidan,

klien menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi

penting.

c. Arti denotatf dan konotatif

Dalam berkomunikasi dengan klien dan keluarga, bidan harus mampu memilih kata-kata

yang tidak banyak disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan

terapi, terapi dan kondisi klien. Arti denotative memberikan pengertian yang sama

terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan,

atau ide yang terdapat dalam suatu kata.

d. Intonasi

Suara komunikator mampu mempengaruhi arti pesan. Nada suara pembicaraan

mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan karena emosi

seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.

e. Kecepatan Berbicara

Keberhasilan komunikasi verbal dipengaruhi oleh kecepatan berbicara dan tempo bicara

yang tepat. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain

mungkin akan menimbulkan kesan bahwa bidan sedang menyembunyikan sesuatu

terhadap klien. Bidan sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak

jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu

kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.

f. Humor

Hal ini meningkatkan keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan emosional

terhadap klien. Dugan (1988) menyatakan bahwa tertawa membantu mengurangi

ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh sters sehingga meningkatkan

Page 8: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosinal terhadap klien. Sullivan dan

Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi karekolamin dan hormon

yang menimbulan rasa sakit, mnegurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan,

dan meningkatkan metabolisme.

Setelah mengetahui karakteristik komunkasi verbal maka sekarang akan dijelaskan

mengenai karakteristik dari komunikasi non-verbal. Berikut adalah karakteristik komunkasi non-

verbal:9

a. Penampilan Fisik

Hal ini mempengaruhi persepsi klien terhadapa pelayanan yang akan diterima.

Penampilan merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi

interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai dengan empat menit pertama.

Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya.

Bentuk fisik, cara berpakaian, dan berhias menunjukkan kepribadian, status social,

pekerjaa, agama, budaya dan konsep diri.

b. Sikap tubuh dan cara berjalan

Hal ini mencerminkan konsep diri, alam perasaan dan kesehatan. Seorang tenaga

kesehatan dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap

tubuh dan langkah klien.

c. Ekspresi Wajah

Wajah merupakan bagian tubuh yang paling ekspresif. Ekspresi wajah sering digunakan

sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpersonal. Kontak mata juga

sangat penting dalam berkomunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak

mata selama pembicaran dipersepsikan sebagai orang yang dapat dipercaya dan

memungkinkan menjadi pengamat yang baik.

d. Sentuhan

Kasing sayang, dukungan emosional, dan perhatian diberikan melalui sentuhan. Sentuhan

merupakan bagian penting dalam hubungan tenaga kesehatan-pasien, namun harus

memperhatikan norma social. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat seseorang

tergantung pada tenaga kesehatan untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit

untuk menghindari sentuhan.

Page 9: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

Komunikasi yang terjadi diantara pasien dan tenaga kesehatan tidaklah selau berjalan

efektif. Hal ini dapat mengakibatkan terhambatnya proses pengobatan. Hal ini disebabkan

umumnya karena adanya perbedaan pendapat diantara keduanya yang diakibatkan oleh

berbedanya pengetahuan, usia, latar belakang dan juga faktor lainnya. Namun, factor yang lebih

utama yang dapat mengakibatkan tidak terjalinnya komunikasi efektif adalah emosi.

Analisis Transaksional adalah sebuah metode penyembuhan gangguan emosional yang

terjadi ketika berhubungan dengan orang lain.10 Analisis transaksional banyak digunakan untuk

meningkatkan kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Analisis

transaksional merupakan suatu gagasan yang dikemukakan oleh Eric Berne pada tahun 1950-an.

Tujuan Berne ialah untuk mensintesiskan gagasan-gagasannya, dengan menggunakan istilah-

istilah yang dapat dipahami, sehingga klien dapat berparsipasi secara aktif dalam

mengorganisasikan arah penanganannya sendiri.11 Makna analisis transaksional adalah untuk

memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi dan mengatur situasi yang paling sulit dan

interaksi dalam kehidupan nyata.

Analisis transaksional dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu keadaan ego (ego states),

transaksi (transcations), permainan dan drama segitiga (games and the drama triangle), gerakan

dan lakon cerita (strokes and scripswork), dan posisi kehidupan (life positons).11

Tujuan dari keadaan ego adalah untuk menyelenggarakan terapi secara lebih efektif,

Berne memulai dengan mengkonstruksi suatu skema yang timbul selama kegiatan terapi.

Keadaan ego didefinisikan sebagai “realitas ego yang benar-benar dialmi oleh seseorang secara

mental dan fisik” pada waktu tertentu. Selanjutnya, ini disimpulkan bahwa setiap keadaan ego

memperlihatkan sebuah pengalaman-pengalaman internal yang khas, dan juga sebuah perilaku-

perilaku yang dapat diamati. Keadaan ego dibagi menjadi tiga sebagai berikut:11

a. Orang tua, keadaan ini menggabungkan pesan-pesan dari tokoh-tokoh otoritas dini

yang secara emosional signifikan. Keadaan ego ini berisi elemen-elemen yang

mengorganisasikan, memelihara, dan melindungi. Keadaan ego ini juga terdiri

atas nilai-nilai, moral dan etika kita.

b. Orang dewasa, seperangkat pola-pola perasaan sikap-sikap dan perilaku otonom

yang disesuaikan yang disesuaikan dengan realitas masa kini. Keadaan ego ini

mengumpulkan memproses data, mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan, dan

Page 10: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

membuat perkiraan-perkiraan, semuanya dilakukan dalam rangka mengambil

keputusan.

c. Anak, keadaan ego ini didefinisikan sebagai “seperangkat pola-pola perasaan,

sikap-sikap dan perilaku yang merupakan seorang tokoh masa lalu yang berasal

dari masa kanak-kanak seseorang” Keadaan ego ini berisi intuisi seseorang dan

imajinasi.

Bagan 3. Keadaan ego dan sikapnya11

Suatu transaksi terdiri atas satu stimuls tunggal dan satu respon tunggal, verbal dan non-

verbal merupakan bentuk dari tindakan sosial. Berne membedakan tiga tipe transaksi yaitu

komplementer (complementary), silang (crossed) dan tersembunyi (ulterior).11

Transaksi komplementer adalah jenis transaksi ini akan terjadi apabila suatu ego state

mengeluarkan stimulus berupa sebuah ungkapan atau perilaku dan akhirnya dia menerima respon

yang tepat atau respon yang diharapkan. Sementara itu transaksi silang adalah “Transaksi silang

akan terjadi ketika pemberi stimulus tidak mendapatkan respon yang tidak diharapkannya.” Hal

ini bisa saja terjadi karena kesalahpahaman yang terjadi antara pemberi stimulus dan pemberi

respon. Dan yang terakhir transaksi tersembunyi adalah pada jenis transaksi tesembunyi,

stimulus dan respon yang diungkapkan para pelaku transaksi memiliki arti yang tersembunyi

dalam bentuk stimulus dan respon yang lain. Dengan kata lain, pesan yang diucapkan memiliki

makna lain yang tersembunyi dibalik pesan yang diucapkan tersebut. 

Page 11: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

Permainan didefinisikan sebagai suatu urutan transaksi tersembunyi yang berlangsung

melalui tahap-tahap yang didefinisikan dengan baik hingga suatu dampak yang dapat

diramalkan. Dalam drama segitia yang diperkenalkan oleh Stephen Karpman, ia menunjukkan

bahwa dalam pertukaran-pertukaran di antara manusia dalam suatu permainan sebagaimana

dalam drama kehidupan sehari-hari, para pemain sering kali memainkan satu dari tiga peran-

peran yang tidak asli : penyiksa (persecutor), penyelamat (resquer) ataupun korban (victim).11

Gerakan yang dikemukakan oleh Berne adalah dalam bentuk belaian. Sebuah belaian

merupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang optimal kepada individu.

Belaian ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi sosial dan menyehatkan. Eric Berne

mengemukakan suatu istilah yang disebut stroke, yang dapat diterjemahkan dengan “tanda

perhatian”. Menurut Berne, stroke dapat dibedakan menjadi:

1. Positive Stroke

Positive stoke merupakan segala bentuk perhatian yang secara langsung dapat

memperkuat motivasi dan kegairahan dalam kehidupannya yang diperoleh seseorang

dalam awal kehidupannya. Misalnya: senyuman, tepukan, piagam atas suatu prestasi,

ijazah, dan lain-lain. Strokeini dapat menyebabkan seseorang merasa dihargai dan

diperhatikan.

2. Negative Stroke

Negative stroke dalah suatu bentuk stroke yang menunjukkan pandangan yang

mengecewakan atau menyesali. Misalnya: pukulan, tamparan yang menyakitkan, kritikan

atau kata-kata yang keras, sikap acuh tak acuh, dan lain-lain. Strokeini menyebabkan

seseorang merasa tidak dihargai dan tidak berarti, dan secara langsung memungkinkan

seseorang memiliki sikap yang defensive untuk mempertahankan diri.

3. Conditional Stroke

Conditional strokedapat diartikan sebagai suatu tanda perhatian yang diperoleh seseorang

disebabkan ia telah melakukan sesuatu. Misalnya: “Saya mau membantu kamu, asalkan

kamu membelikan saya makanan.”

4. Unconditional Stroke

Umconditional strokeadalah tanda perhatian yang diperoleh seseorang tanpa dikenakan

persyaratan apapun. Misalnya: “Saya mau menolong kamu dengan sebaik-baiknya.”

Page 12: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

Berne menganjurkan bahwa pada saat kita mencapai usia sekolah, kita sudah berasumsi

memiliki dengan sungguh-sungguh keyakinan-keyakinan tentang harga diri orang lain.

Keyakinan ini sudah diperbaiki selama hidup, kita akan semakin sadar akan pentingnya posisi-

posisi kehidupan. Keempat posisi yang dapat diasumsikan adalah sebagai berikut:11

a. Aku OK – Anda OK

Posisi yang sehat ini biasanya dibentuk pada awal kehidupan atau yang diperjuangkan

oleh seseorang dengan sungguh-sungguh untuk membentuknya. Ini mencerminkan

otonomi, kreativitas, dan spontanitas

b. Aku OK – Anda Tidak OK

Ini adalah posisi yang paranoid. Seseorang membuat orang lain tidak OK agar dapat

membebaskan dirinya dari perasaan-perasaan yang sangat tidak menyenangkan.

c. Aku tidak OK – Anda OK

Ini adalah posisi yang depresif. Pada umumnya, perasaan-perasaan yang sangat tidak

menyenangkan dibelokkan ke dalam, “terhadap diri”.

d. Aku tidak OK – Anda tidak OK

Ini adalah posisi schizoid atau borderline. Posisi ini dipenuhi dengan kekecewaan dan

keputusasaan serta kadang-kadang terlihat sebagai posisi bunuh diri.

Penutup

Perilaku seorang pasien yang sedang sakit akan berpengaruh terhadap kecepatan

penyembuhan dari penyakitnya. Tidak hanya perilaku, namun cara dia berkomunikasi dengan

tenaga kesehatan juga berpengaruh karena dengan komunikasi yang efektif tenaga kesehatan

akan lebih cepat mengetahui informasi yang lengkap mengenai sakit yang diderita. Komunikasi

yang kurang efektif juga dapat dianalisis untuk mengetahui penyebab tidak efektifnya

komunikasi menggunakan analisis transaksional.

Daftar Pustaka

1. Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. 2005. The Handbook of

Attitude. New York : Psychology Press. Hlm. 79

Page 13: Makalah PBL Blok 1 Modul 2 - Perilaku Pasien

2. Maulana, Heri D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. Hlm. 190

3. Noorkasiani, Heryati, & Ismail, Rita. 2007. Sosiologi Keperawatan. Jakarta : EGC. Hlm.

28-29

4. Gibney M, Margetts BM, Kearney J & Arab, Lenore. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat.

Jakarta : EGC. Hlm. 151-152

5. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Hlm. 20

6. Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Hlm. 55-

56

7. Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. Hlm. 35-36

8. Arnawi. 2003. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta : EGC. Hlm. 3-5

9. Uripni C, Sujianto U & Indrawati, T. 2002. Komunikasi Kebidanan. Jakarta : EGC. Hlm.

40-44

10. Mind, Vito. 2008. Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu dan Tunggal. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 32

11. Roberts, A & Greene, Gilbert. 2008. Buku Pintar Pekerja Sosial. Jakarta: BPK Gunung

Mulia. Hlm. 265-275