makalah parkir tehnik sipil
DESCRIPTION
Tugas Mit tes MakalahTRANSCRIPT
DISUSUN
OLEH
NAMA : SYAHRIL HARAHAP
NIM : 1003010058
PRODI : TEKNIK SIPIL
DOSPEN : ROMAINUR, S.T
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ALMUSLIMMATANGGLUMPANGDUA
2013
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah s.w.t karena dengan
rahmat-Nya penulis telah menyelesaikan makalah ini, selatjutnya selawat dan salam
lepada junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w, yang telah membawa umat manusia
dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dengan taufiq dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan makalah
”PARKIR” yang merupakan salah satu tugas dalam rangka melengkapi tugas mata
kuliah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan baik penyusunan ataupun isinya. Dengan demikian penulis
sangat menghatap lritik dan saran dari semua pihak demi untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya, terutama penulis sendiri dan khususnya untuk kawan-kawan
yang membacanya.
Penulis
i
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
BAB II.Pembahasan......................................................................................... 2
2.1 Pengertian Parkir.................................................................................. 2
2.2 Pajak Parkir........................................................................................... 3
2.3 Dasar Hukum Pemungutan Pemungutan Pajak Parkir......................... 4
2.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir................................................... 4
2.5 Pembayaran dan Penagihan Pajak Parkir............................................. 5
2.6 Pembetulan, Pembabatan, Pengurangan, Ketetapan, dan
Penghapusan, atau Pengurusan Sanksi Administrasi
..............................................................................................................
..............................................................................................................
6
2.7 Keberatan dan Banding
..............................................................................................................
..............................................................................................................
6
2.8 Pembukuan dan Pemeriksaan Pajak Parkir
..............................................................................................................
..............................................................................................................
7
2.9 Keringanan dan Pembebasan Pajak Parkir
..............................................................................................................
ii
..............................................................................................................
7
2.10Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Parkir
..............................................................................................................
..............................................................................................................
8
2.11Kedaluarsa Penagihan Pajak dan Penghapusan Piutang Pajak Parkir
..............................................................................................................
..............................................................................................................
8
2.12Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan Pajak Parkir
..............................................................................................................
..............................................................................................................
8
BAB III.Penutup .............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................... 10
Daftar Pustaka................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem transportasi merupakan salah satu komponen atau aspek tak
terpisahkan dalam kebutuhan sistem transportasi, karena setiap perjalanan dengan
kendaraan pribadi umumnya selalu dimulai dan diakhiri di tempat parkir. Demikian
pula yang terjadi di indonesia, kebutuhan ruang parkir cenderung meningkat dari
tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya jumlah yang membawa kendaraan
pribadi terutama mobil, sehingga perlu diupayakan untuk mengatur layout ruang
parkir sedemikian rupa agar luasan lahan parkir yang tersedia pada saat ini dapat
dimanfaatkan secara optimal namun tanpa mengabaikan kemudahan untuk
melakukan manuver parkir dan keleluasaan dalam membuka pintu kendaraan.
Penggunaan lahan parkir namun tetap memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi pengguna untuk memarkir kendaraan. Penelitian ini dibatasi pada
manuver parkir mobil penumpang (roda empat) berdimensi tidak lebih dari (2,00m x
5,00m) dengan kondisi simulasi dilakukan pada pelataran parkir (parking lot).
Penyediaan fasilitas parkir kendaraan pada prinsipnya dapat dilakukan di badan jalan
(on-street parking) dan di luar badan jalan (off-street parking). Pada kondisi parkir di
badan jalan manuver kendaraan yang hendak memasuki atau meninggalkan ruang
parkir berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu-lintas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat
sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk
parkir di tengah jalan raya; namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan.
Fasilitas parkir dibangun bersama-sama dengan kebanyakan gedung, untuk
memfasilitasi kendaraan pemakai gedung. Termasuk dalam pengertian parkir adalah
setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan
dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan
menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.
Ada tiga jenis utama parkir, yang berdasarkan mengaturan posisi kendaraan,
yaitu parkir paralel, parkir tegak lurus, dan parkir serong.
Contoh sirkulasi arus di pelataran parkir, parkir kendaraan dilakukan serong pada sistem sirkulasi satu arah
2
2.2 Pajak Parkir
Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan penyelenggaraan tempat parkir
diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan baik yang disediakan berkaitan
dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk
penyediaan penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang
menurut bayaran. Pembayaran pajak parkir tidak mutlak ada pada seluruh daerah
kabupaten atau kota yang ada di indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan
yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak
mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota untuk dapat dipungut pada suatu
daerah kabupaten/kota pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan
peraturan daerah tentang pajak parkir yang akan menjadi landasan hukum
operasional dan teknis dalam teknis pelaksanaan dan pengenaan dan pemungutan
pajak parkir didaerah kabupaten atau kota yang bersangkutan dalam kemampuan
pajak parkir terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui.
1. Tempat parkir adalah tempat parkir diluar bidan jalan, yang disediakan oleh
orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan generasi
kendaraan bermotor yang menurut bayaran.
2. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai
imbalan atas penyerahan barang atau jasa pembayaran kepada
penyelenggaraan tempa parkir.
3. Pengusaha parkir adalah orang pribadi atau badan hukum yang
menyelenggarakan usaha parkir atau jenis lainnya pada gedung peralatan
milik pemerintah / swasta orang pribadi atau badan yang dijadikan tempat
parkir untuk dan atas namanya sendiri atau atas nama pihak lain yang
menjadi tanggungannya.
4. Gedung parkir adalah tempat parkir kendaraan, tempat penyimpan kendaraan
dan tempat mengeluarkan kendaraan kendaraan yang berupa gedung milik
pemerintah, swasta, orang pribadi atau badan yang dikelola sebagai tempat
parkir kendaraan.
5. Peralatan parkir adalah peralatan milik pemerintah, swasta, orang pribadi atau
badan diluar badan jalan atau dikelola sebagai tempat parkir.
3
6. Garasi adalah bangunan atau ruang yang dipakai untuk menyimpan
kendaraan bermotor yang dipungut bayaran.
2.3 Dasar Hukum Pemungutan Pemungutan Pajak Parkir
Dasar hukum pemungutan pajak parkir pada suatu kabupaten atau kota
sebagaimana dibawah ini :
1. UU No. 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan atas UU No. 18 tahun
1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
2. Peraturan pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang pajak daerah.
3. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak parkir.
4. Keputusan Bupati / Walikota yang mengatur tentang pajak parkir sebagai
aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak parkir pada
kabupaten/kota yang dimaksud.
2.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melaksanakan pembayaran
atas tempat parkir. Pajak parkir dibayar oleh pengusaha yang menyediakan tempat
parkir dengan pungut bayaran. Pengusaha tersebut secara otomatis ditetapkan
sebagai wajib pajak yang harus membayar pajak parkir yang terutang. Konsumen
yang menggunakan tempat parkir merupakan subjek pajak yang membayar
(menanggung) pajak sedangkan pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan
dipungut bayaran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk
memungut pajak dari konsumen.
2.5 Cara Pemungutan, Penetapan dan Ketetapan Pajak
1. Cara pemungutan pajak parkir
Pemungutan pajak parkir tidak dapat di borongkan artinya seluruh proses
kegiatan pemungutan pajak parkir tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga,
walaupun demikian dimungkinkan antara lain pencetakan formulir perpajakan,
pengiriman suratnya kepada wajib pajak atau penghimpunan data objek dan subjek
pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah
kegiatan perhitungan besarnya pajak yang terutan, pengawasan penyetoran pajak dan
penagihan pajak.
4
2. Penetapan pajak parkir
Berdasarkan SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak dan pendapatan
yang dilakukan oleh petugas Dispenda, bupati atau walikota atau pejabat yang
ditunjuk oleh bupati datau walikota menetapkan pajak parkir yang tertutup dengan
menerbitkan surat ketetapan pajak daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib
pajak paling lama 30 hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jang waktu
lain yang ditetapkan oleh bupati/walikota.
3. Ketetapan pajak
Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak,
bupati/walikota dapat menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN. Surat ketetapan
pajak diterbitkan berdasarkan pemeriksaan atas SPTPD yang disampaikan oleh wajib
pajak. Penerbitan surat ketetapan pajak ini untuk memberikan kepastian hukum
apakah perhitungan dan pembayaran pajak yang dilaporkan wajib pajak dalam
SPTPD telah memenuhi peraturan perundang-undangan pajak daerah atau tidak.
4. Surat tagihan pajak daerah (STPD)
Bupati / Walikota dapat menerbitkan STPD jika pajak parkir dalam tahun
perjalan tidak atau kurang dibayar, hasil penelitian SPTPD terhadap kekurangan
pembayaran sebagai akibat salah tulis dan salah hitung dan wajib pajak dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga atau denda. Sanksi administrasi berupa bunga
dikenakan kepada wajib pajak yang tidak atau kurang bayar pajak yang terutang,
sedangkan sanksi administrasi berupa denda dikenakan karena tidak dipenuhinya
ketentuan formal, misalnya tidak atau terlambat menyampaikan SPTPD.
2.5 Pembayaran dan Penagihan Pajak Parkir
1. Pembayaran pajak parkir
Pembayaran pajak parkir yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau
tempat lain yang ditunjuk oleh bupati/walikota sesuai waktu yang ditentukan dalam
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, yang ditunjuk hasil penerimaan pajak harus disetor ke
kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang dilakukan oleh
bupati/walikota.
2. Penagihan pajak parkir
Apabila pajak parkir yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo
pembayaran, bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan
5
penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT, STPD dan surat keputusan pembentukan, surat keputusan
keberatan, dan keputusan banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah. Penagihan pajak yang dilakukan dengan terlebih dahulu
memberikan surat teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal
tindakan penagihan pajak surat teguran atau surat peringatan pajak, dikeluarkan oleh
pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota. Dalam jangka waktu tujuh hari surat
teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterimanya wajib pajak
harus melunasi pajak yang terutang.
2.6 Pembetulan, Pembabatan, Pengurangan, Ketetapan, dan Penghapusan,
atau Pengurusan Sanksi Administrasi
Bupati / walikota, karena jabatan atas permohonan wajib pajak dapat ;
1. Membetulkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan kekeliruan
dalam penerapan peraturan per UU perpajakan.
2. Mengungkapkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.
3. Mengungkapkan atau menghapus sanksi administrasi berupa biaya dendan,
dan kenaikan pajak yang terutang jika sanksi tersebut dikenakan karena
kekhilafan dan bukan karena kesalahan.
2.7 Keberatan dan Banding
1. Keberatan
Wajib pajak parkir yang tidak puas atas ketetapan pajak yang dilakukan oleh
bupati/walikota dapat mengajukan keberatan hanya kepada bupati/walikota atau
pejabat yang ditunjuk.
Apabila wajib pajak berpendapat bahwa jumlah pajak dalam surat ketetapan
pajak atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga tidak sebagaimana mestinya wajib
pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada bupati/walikota yang menerbitkan
surat ketetapan pajak.
Keberatan yang diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan
dengan membuat perhitungan jumlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan
wajib pajak.
6
2. Banding
Keputusan keberatan yang diterbitkan oleh bupati/walikota disampaikan
kepada wajib pajak untuk dilaksanakan. Walaupun demikian, tidak menutup
kemungkinan keputusan keberatan tersebut tidak memindahkan wajib pajak. Wajib
pajak parkir berhak untuk melakukan perlawanan secara hukum, untuk memperoleh
penetapan pajak yang sesuai dengan harapan. Permohonan bandingan diajukan
secara tertulis dalam bahasa indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu
tiga bulan sejak keputusan diterima dan dilampiri salinan dari surat keputusan
keberatan.
2.8 Pembukuan dan Pemeriksaan Pajak Parkir
1. Pembukaan
Wajib pajak yang tidak diwajibkan membuat pembukaan yaitu wajib pajak
yang peredaran usahanya kurang dari jumlah yang ditentukan, tetap diwajibkan
menyelenggarakan pencatatan nilai peredaran usaha secara teratur, yang menjadi
dasar pengenaan pajak. Pencatatan dilakukan dengan sebaik-baiknya yang
mencerminkan atau perusahaan serta dokumen lainnya yang berhubungan dengan
usaha atau perusahaan wajib pajak harus disimpan selama lima tahun.
2. Pemeriksaan pajak parkir
Bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan
tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan daerah terutang pajak parkir.
Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh
bupati/walikota atau pejabat yang berwenang.
2.9 Keringanan dan Pembebasan Pajak Parkir
Berdasarkan permohonan wajib pajak, bupati/walikota dapat memberikan
pengurangan, dan pembebasan pajak parkir. Tata cara pemberian pemungutan,
keringatan dan pembebasan pajak ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
2.10 Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Parkir
Proses dan pemungutan pajak memungkinkan terjadi kelebihan pembayaran
pajak parkir, apabila ternyata wajib pajak membayar pajak tetapi sebenarnya tidak
ada pajak yang terutang, dikabulkannya permohonan keberatan dan banding wajib
7
pajak sementara wajib pajak telah melunasi utang pajak tersebut ataupun sebab
lainya.
2.10 Bagi Hasil Pajak dan Biaya Pemungutan pajak Parkir
1. Bagi hasil pajak parkir
Hasil penerimaan parkir merupakan pendapatan daerah yang harus disetorkan
seluruhnya ke kas daerah kabupaten/kota. Khusus pajak yang dipungut oleh
pemerintah kabupaten sebagian diperuntukan bagi desa diwilayah kabupaten tempat
pemungutan pajak parkir.
2. Biaya pemungutan pajak parkir
Biaya pemungutan pajak parkir yang diberikan kepada aparat pelaksana
pemungutan dan aparat penunjang dalam jangka pemungutan. Alokasi biaya
pemungutan pajak parkir ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
2.11 Kedaluarsa Penagihan Pajak dan Penghapusan Piutang Pajak Parkir
1. Kedaluarsa penagihan pajak parkir
Hak bupati/walikota untuk melakukan penagihan pajak parkir kedaluarsa
setelah melampaui jangka waktu lima tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak,
kecuali wajib pajak melakukan tindak pidana dibidang perpajakan daerah. Walaupun
demikian, dalam keadaan tertentu kedaluarsa penagihan pajak parkir dapat
ditangguhkan yaitu apabila kepada wajib pajak diterbitkan surat teguran atau surat
paksa atau ada penagihan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak
langsung.
2. Penghapusan piutang pajak
Piutang pajak parkir yang penagihannya sudah kedaluarsa dapat dihapuskan.
Penghapusan piutang pajak dilakukan oleh bupati/walikota berdasarkan permohonan
penghapusan piutang pajak dan kepala Dinas pendapatan daerah.
2.12 Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan Pajak Parkir
1. Kewajiban pejabat
Setiap pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota untuk mengolah pajak
parkir dilarang memberitahu pihak lain tentang segala sesuatu yang diketahui oleh
wajib kepada pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk melakukan
ketentuan peraturan UU perpajakan daerah. Hal ini dimaksud untuk memberi
8
kepastian akan hak wajib pajak bahwa setiap ketetapan atau dokumen yang
disampaikan kepada kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk hanya untuk
kepentingan pengenaan dan pemungutan pajak parkir.
2. Ketentuan pidana
Wajib pajak karena setuju atau kesiapannya tidak menyampaikan SPTPD
atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampiri keterangan tidak
benar yang merugikan keuangan negara akan di pidana dengan pidana sesuai
ketentuan berlaku.
3. Penyidikan pajak parkir
Pejabat pegawai negeri sipil dilingkungan tertentu diberi kewenangan khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana pajak parkir. Penyidik
tindak pidana parkir diatur dalam UU.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat
sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk
parkir di tengah jalan raya; namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan.
Fasilitas parkir dibangun bersama-sama dengan kebanyakan gedung, untuk
memfasilitasi kendaraan pemakai gedung. Termasuk dalam pengertian parkir adalah
setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan
dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan
menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga apa yang disajikan akan
memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini
penulis memehon saran dan kritik guna memper baiki kesalahan dikemudian hari.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelataran_parkir
http://www.galeripustaka.com/2013/05/pengertian-cara-dan-jenis-parkir.html
Tamin, O. Z., Perencanaan & Pemodelan Transportasi, edisi ke-2, Penerbit ITB, Bandung, 2000.
TRRL, Towards Safer Roads in Developing Countries, Transport and Road Research Laboratory, England, 1991.
Underwood, R.T., Geometric Design of Roads, Macmillan, Australia, 1991.
11