makalah pa abe.docx
TRANSCRIPT
CARA TERBENTUKNYA BATUBARA
Komposisi kimia batubara hampir sama dengan ko,posisi kimia jaringan
tumbuhan, keduanya mengandung unsure utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P.
Batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami proses
pembatubaraan (coalification). Apabila jaringan tumbuhan dibakar dalam suasana
reduksi, yaitu dengan cara sesudah jaringan tumbuhan disulut dengan api, kemudian di
atas tumpukkan ditutup tanah agar tidak berhubungan dengan udara luar (atau dengan
kata lain agar jaringan tumbuhan tidak terbakar), maka jaringan tumbuhan (umum disebut
sebagai kayu), akan menjadi arang kayu. Makin keras kayu yang dipergunakan sebagai
bahan baku,arang kayu yang dihasikan mutunya semakin baik. Komposisi kimia utama
arang kayu serupa dengan komposisi kimia utama batubara. Perbedaannya, arang kayu
dapat dibuat sebagai hasil rekayasa dan inovasi manusia, selama jangka waktu yang
pendek, sedang batubara terbentuk oleh proses alam , selama jangka waktu ratusan
hingga ribuan tahun.
Di dalam mempelajari cara terbentuknya batubara dikenal 2 teori yaitu teori
insitu dan teori drift (Krevelen, 1993). Teori insitu menjelaskan, tempat dimana batubara
terbentuk sama dengan tempat terjadinya proses coalification dan sama pula dengan
tempat dimana tumbuhan tersebut berkembang. Oleh sebab itu beberapa penciri yang
dapat dipergunakan untuk mengetahui berlakunya teori insitu pada suatu daerah tambang
batubara antara lain didapatkannya getah tumbuhan yang telah mengeras (membatu),
dalam istilah geologi disebut Harz (istilah setempat dikenal sebagai dammar
selo/gandarukem). Warna Harz, kuning-tua sampai kuning kehitaman, relative lunak
dibandingkan dengan kekerasan kuku manusia, dan mudah digerus menjadi butir-butir
halus , apabila dibakar berbau sepeti kemenyan.
Teori drift menjelaskan, bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan
sedimen berasal dari tempat lain, dengan kata lain tempat terbentuknya batubara berbea
dengan tempat tumbuhan semua berkembang kemudian mati. Penyebaran batubara
dengan konsep teori drift, mungkin luas ataupun sempit, tergantung pada luas cekungan
sedimentasi.
1
A. FAKTOR YANG BERPENGARUH
Cara terbentuknya batubara melalui proses yang sangat panjang dan lama,
disamping dipengaruhi faktor alamiah yang tidak mengenal batas waktu, terutama
ditinjau dari segi fisika, kimia ataupun biologis.
Secara rinci, hal-hal tersebut diatas diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Posisi Geoteknik
posisi geoteknik adalah letak suatu tempat yang merupakan cekungan
sedimentasi yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng.
Kejadian ini juga akan berpengaruh pada penyebaran batubara yang terbentuk.
2. Keadaan topografi daerah
Daerah tempat tumbuhan berkembang baik, merupakan daerah yang
relative tersedia air. Oleh karenanya tempat tersebut mempunyai topografi yang
relative lebih rendah dibandingkan daerah-daerah yang mengelilinginya. Makin
luas daerah dengan topografi relative rendah,makin banyak tanaman yang tumbuh
sehingga makin banyak bahan pembentuk batubara. Hal ini merupakan salah satu
faktor yang mengakibatkanpenyebaran batubara berbentuk seperti lensa.
3. Iklim daerah
Iklim berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Di daerah beriklim
tropis dengan curah hujan silih berganti sepanjang tahun, disamping tersedianya
sinar matahari sepanjang waktu, merupakan tempat yang cukup baik untuk
pertumbuhan tanaman. Kebanyakan luas tanaman yang keberadaannya sangat
ditentukan oleh iklim akan menentukan penyebaran dan ketebalan batubara yang
nantinya akan terbentuk.
4. Proses penurunan cekungan sedimentasi
Cekungan sedimentasi yang ada di alam bersifat dinamis, artinya dasar
cekungannya akan mengalami proses penurunan atau pengangkatan. Makin
sering dasar cekungan sedimentasi mengalami proses penurunan, batubara yang
terbentuk akan makin tebal.
2
5. Umur geologi
Zaman karbon (± 350 tahun yang lalu) diyakini merupakan awal
munculnya tumbuh-tumbuhan didunia untuk pertama kali. Sejalan dengan proses
tektonik yang terjadi didunia selama sejarah geologi berlangsung, luas daratan
tempat tanaman hidup dan berkembang biak, telah mengalami proses
coalification cukup lama, sehingga mutu batubara yang dihasilkan sangat baik.
Jenis batubara ini umumnya terdapat di daerah benua seperti Australia, Asia,
Afrika, Eropa dan Amerika.
Makin tua lapisan batuan sedimen yang mengandung batubara, makin
tinggi rank batubara yang akan diperoleh.
6. Jenis tumbuh-tumbuhan
Batubara yang terbuat dari tanaman keras dan berumur tua akan lebih baik
dibandingkan dengan batubara yang terbentuk dari tanaman berbentuk semak dan
hanya berumur bermusimPeat, dikenal pulau sebagai gambut yang didapatkan
dikedua pulau tersebut terbentuk dari tanaman semak dan rumput yang dikenal
merupakan jenis batubara rank rendah. Jadi dapat disimpulkan makin tinggi
tingkat tumbuhan (dalam sistematika taksonomi) dan makin tua umur tumbuhan
tersebut apabila mengalami proses coalification akan menghasilkan batubara
dengan kualitas baik.
7. Proses dekomposisi
Proses dekomposisi pada tumbuhan merupakan bagian dari transpormasi
biokimia pada bahan organik. Tahap awal dalam pembentuk batubara adalah
proses pembentukan gambut dimana tumbuhan mengalami perubahan fisik dan
kimia. Anaerombic adalah jenis bakteri yang bekerja dalam suasana tanpa
oksigen , menghancurkan bagian lunak dari tumbuhan seperti cellulosa,
protoplasma dan karbohidrat. Proses tersebut membuat kayu berubah menjadi
lignit, bitumina.Kecepatan pembentukan gambut tergantung pada kecepatan
perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan.
3
8. Sejarah setelah pengendapan
Bahwa semakin dekat posisi cekungan sedimentasi terhadap posisi
geoteknik yang selalu dinamis akan mempengaruhi perkembangan batubara dan
cekungan letak batubara berada . apabila roses dinamika geoteknik
memungkinkan terbentuknya pelipatan pada lapisan batuan yang mengandung
batubara dan pensesaran maka akan mempercepat terbentuknya batubara dengan
rang yang lebih tinggi proses ini akan dipercepat apabila dalam cekungan atau
berdekatan dengan cekungan tempat batubara tersebut berada terjadi proses
intrusi magmatis. Panas yang ditimbulkan selama terjadi proses perlipatan,
pensesaran ataupun proses intrusi magmatis akan memeprcepat terjadinya proses
coalification atau pemuliaan batubara
9. Struktur geologi cekungan
Batuan sedimen merupakan bagian kulit bumi akan mengalami deformasi
akibat gaya tektonik cekungan akan mengalami deformasi lebih hebat apabila
cekungan tersebut berada dalam satu sistem geatiklin atau geosiklin. Akibat gaya
tektonik yang terjadi pada waktu – waktu tertentu, batubara bersama dengan
batuan sedimen merupakan pelapisan diantaranya akan akan terlipat dan
tersesarkan . Prosesperlipatan dan pensesaran tersebut akan menghasilkan panas.
Panas yang dihasilkan akan berpengaruh pada prosesmetamorfosis batubara, dan
batubara akan menjadi lebih keras dan lapisannya terpatah – patah. Makin banyak
perlipatan dan persesaran terjadi di dalam cekungan sedimentasi yang
mengandung batubara secara teoritis akan meningkatkan mutu batubara. Oleh
sebat itu,pencarian batubara bernutu baik, di arahkan pada daerah geosiklin atau
geatiklin, karena dikedua daerah tersebut diyakini kegiatan tektonik berjalan
cukup insentif.
10. Metamorfosa organik
Tingkat kedua dalam proses pembentukan batubara adalah penimbunan
atau penguburan oleh sedimen baru. Apabila telah terjadi proses penimbunan,
proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi mulai digantikan dan
didominasi oleh proses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya
perubahan gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini
4
terjadi pengurangan air lembab, oksigen dan senyawa kimia lainnya CO,CO2 dan
CH serta gas lainnya. Di lain pihak terjadi pertambahan prosentase karbon (C),
belerang (S) dan kandungan abu. Peningkatan mutu batubara sangat ditentukan
oleh faktor tekanan dan waktu. Tekanan dapat diakibatkan oleh lapisan sedimen
penutup yang tebal tau karena tektonik. Waktu ditunjukkan bila bahan utama
pembentuk batubara mulai bergradasi. Makin lama selang waktu semenjak saat
mulai bergradasi hingga berubah menjadi batubara , makin baik mutu batubara
yang diperoleh. Faktor – faktor tersebut mengakibatkan bertambahnya tekanan
dan percepatan proses metamorfosa organik. Proses ini akan mengubah gambut
menjadi betubara sesuai dengan perubahan kimia fisika dan tampak pula pada
saat optiknya.
Dari uraian tersebut di atas nyata bahwa paling tidak terdapat sepuluh
perameter yang berpengaruh dalam pembentukan batubara. Untuk menentukan
faktor mana yang paling berpengaruh hanya mungkin dapat diinterpresentasikan
berdasarkan atas data / gejala / kenampakan yang dijumpai dilapangan tempat
batubara tersebut ditambang. Jadi diantara masing – masing parameter tersebut
saling berinteraksi satu sama lain.
B. BERBAGAI BENTUK LAPISAN BATUBARA
Bahwa hasil data dari kegiatan ekspolasi tidak menjamin kemberadaan batubara
dilapangan baik setelah dilakukan pengeboran inti (couring) diperoleh core batubara yang
menerus hingga ratusan meter. Sesudah dilakukan rekonstruksi struktur geologi dari hasil
pemetaan geologi berdasarkan atas singkapan batubara di lapangan diketahui bahwa
lapisan batubara tempat pemboran dilakukan telah mengalami perubahan kedudukan
lapisan yang semula miring menjadi tegak akibat dari tektonik yang berpengaruh di
daerah tersebut dan mungkin saja batubara yang ada menjadi menipis dan lama – lama
hilang.
Dari hasil pengamatan pada singkapan batubara yang diperoleh dilapangan
dikombinasikan dengan hasil pemboran eksplorasi akan dapat diketahui berbagai macam
bentuk lapisan batubara yang ada diantara lapisan batuan sedimen. Dari fenomena yang
terjadi dianjurkan memadukan semua data geologi yang diperoleh dari hasil pemboran ini
5
interpretasi geologi akan mendekati keadaan sebenarnya walau pun tidak mungkin
menjamin seratus persen.
Mencermati berbagai bentuk lapisan batubara dikenal beberapa tipe antara lain
sebagai berikut :
1. Bentuk Horse Back
Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan sedimen yang
menutupinya melengkung keatas yang berakibat adnya gaya kompresi, tingkat
pelengkungan sangat ditentukan oleh besaran gaya kompresi. Tingkat pelengkungan
sangat ditentukan oleh besarnya gaya kompresi makin kuat gaya kompresi yang
berpengaruh makin besar tingkat pelengkungannya kearah lateral lapisan batubara
mungkin akan sama tebalnya atau menjadi lebih tipis. Kenampakan ini akan dapat dilihat
langsung pada singkapan lapisan batubara yang tampak dijumpai dilapangan ( dalam
skala kecil) atau dapat diketahui dari hasil rekonstruksi beberapa lubang pemboran
eksplorasi pada saat dilakukan coring secara sistematis. Akibat dari pelengkungan ini
lapisan batubara terlihat pecah – pecah akibat batubara menjadi kurang kompak.
Pengaruh air hujan yang selanjutnya menjadi air tanah akan mengakibatkan sebagian
butiran batuan sedimen yang terletak diatasnya bersama air tanah akan masuk diantara
rekahan lapisan batubara . kejaian ini akan mengakibatkan apabila batubara tersebut
ditambang batubara mengalami pengotoran (kontaminasi) dalam bentuk butiran – butiran
batuan sedimen sebagai kontaminan anorganik sehingga batubara menjadi tidak bersih.
Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan apabila batubara tersebut akan dipergunakan
sebagai bahan bakar. Pada gambar dibawah ini tampak lapisan batubara berbentuk Horse
Back.
6
Gambar 2.1. Pelapisan Batubara Bentuk Horse Back
2. Bentuk Pinch
Bentuk ini diceritakan oleh lapisan batubara yang menipis dibagian tengah. Pada
umumnya bagian bawah lapisan batubara bentuk ini merupakan batuan yang plastis
misalnya batu lempung sedang bagian atas dari lapisan batubara secara setempat -
setempat ditutupi oleh batupasir yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur.
Sangat dimungkinkan bentuk pinch ini bukan merupakan penampakan tunggal melainkan
merupakan penampakan yang berulang – ulang ukuran bentuk pinch bervariasi dari
beberapa meter sampai puluhan meter (lihat gambar 2.2). dalam proses penambangan
batubara batupasir yang mengisi pada alur – alur tersebut tidak terhindarkan ikut tergali
sehingga keberadaan fragmen – fragmen batupasir tersebut juga dianggap sebagi
pengotor organik. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan apabila batubara tersebut
akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Gambar 2.2 Pelapisan Batubara Bentuk Pinch
3. Bentuk Clay Vein
Bentuk ini teradi apabila diantara 2 bagian (secara lateral) endapan batubara
terdapat urat lempung ataupun pasir. Bentukan ini terjadi apabila pada satu seri endapan
batubara mengalami petahan dan diantara 2 bidang patahan tersebut yang merupakan
rekahan terbuka terisi oleh lempung ataupun pasir. Apabila batubaranya ditambang
bentuk Clay Vein dipastikan ikut tergali dan merupakan pengotor anorganik yang tidak
diinginkan (lihat gambar 2.3.). pengotor ini harus dihilangkan apabila batubaranya
tersebut akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
7
Gambar 2.3. Pelapisan Bantubara Berbentuk Clay Vein
4. Bentuk Burried Hill
Bentuk ini terjadi apabila di daerah batubara terbentuk terdapat suatu kulminasi
seolah – oleh lapisan batubaranya seperti “ terintrusi “. Sangat dimungkinkan lapisan
batubara pada bagian yang “ teritrusi “ menjadi menipis atau hampir hilang sama sekali.
Bentukan “intrusi” mempunyai ukuran dari bebrapa meter sampai puluhan meter ( lihat
gambar 2.4. ). Data hasil pemboran inti pada saat eksplorasi akan banyak membantu
dalam menentukan dimensi bentukan tersebut. Apabila bentukan “ intrusi” tersebut
merupakan batuan beku pada saat proses penambangan dapat dihindarkan tetapi apabila
bentukan tersebut merupakan tubuh batupasir dalam proses penambangan sangat
dimungkinkan akan ikut tergali. Oleh sebab itu ketelitian dalam perencanaan
penambangan sangat diperlukan agar fragmen – fragmen batuan “ intrusi” tersebut dalam
batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan dapat dikurangi sehingga
keberadaan pengotor anorganik tersebut jumlahnya dapat diperkecil.
8
Gambar 2.4. Pelapisan Batubara Berbentuk Burried Hill
5. Bentuk Fault (Patahan)
Bentuk ini terjadi apabila didaerah endapan batubara mengalami beberapa seri
patahan. Apabila hal ini terjadi akan mempersulit dalam melakukan perhitungan
cadangan batubara. Hal ini disebabkan telah terjadi pergeseran perlapisan batubara
kearah vertikal. Dalam melaksanakan eksplorasi batubara di daerah yang
memperlihatkan banyak gejala patahan, diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi, tidak
dibenarkan hanya berpedoman pada hasil pemetaan geologi permukaan saja. Oleh sebab
itu disamping kegiatan pemboran inti akan lebih baik apabila ditunjang oleh data hasil
penelitian geofisika. Dengan demikian rekonstruksi perjalanan lapisan batubara dapat
diikuti dengan batubara hasil interpretasi dari data geofisika. Apabila patahan – patahan
secara seri didapatkan keadaan batubara pada daerah patahan akan ikut hancur. Akibatnya
keberadaan kontaminan anorganik pada batubara tidak terhindarkan. Makin banyak
patahan yang terjadi pada satu seri sedimentasi endapan batubara makin banyak
kontaminan anorganik terikut pada batubara pada saat ditambang .
Gambar 2.5. Pelapisan Batubara Berbentuk Fault
6. Bentuk Fold (Perlipatan)
Bentuk ini terjadi apabila di daerah endapan batubara didapatkan mengalami
prooses tektonik hingga terbentuk perlipatan . perlipatan tersebut dimungkinkan masih
dalam bentuk sederhana, misalnya bentuk antiklin atau bentuk siklin, atau sudah
merupakan kombinasi dari kedua bentuk tersebut pada lapangan batubara yang sangat
luas , bentu – bentuk tersebut dapat berupa sinklinorium ataupun antiklinnorium (lihat
9
gambar 2.6). lapisan batubara berbentuk Fold memeberi petunjuk awal pada kita bahwa
batubara yang terdapat didaerah tersebut telah mengalami proses Coalification relatif
lebih sempurna akibatnya batubara yang diperoleh kualitasnya relatif lebih baik. Sering
kali terjadi lapisan batubara bentuk Fold berasosiasi denga lapisan batubara bentuk Fould.
Dalam melakukan eksporasi batubara didaerah yang banyak perlipatan dan patahan
kegiatan pemboran inti perlu mendapat priioritas utama agar ahli geologi mampu
membuat rekonstruksi struktur dalam usaha menghitung jumlah cadangan batubara.
Gambar 2.6. Pelapisan Batubara Berbentuk Fold
C. TERBENTUKNYA LAPISAN BATUBARA TEBAL
Lapisan batubara tebal merupakan endapan batubara yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Salah satu syarat agar terbentuk lapisan batubara tebal adalah apabila
cekungan sedimentasi pada awalnya batubara terbentuk dasar cengungan mengalami
proses tektonik dan mengalami penurunan dasar cekungan sedimentasi . peristiwa ini
selalu terjadi pada cekungan sedimentasi yang dinamis artinya dasar cekungan
sedimentasi selalu mengalami proses penurunan lebih dominan dibandingkan dengan
proses pengangkatan. Terjadinya proses penurunan dasar cekungan sedimentasi selalu
diikuti oleh semakin bertambah luasnya pinggiran cekungan sedimentasi selalu diikuti
oleh semakin bertambah luasnya pinggiran cekungan sedimentasi selalu diikuti oleh
semakin bertambah luasnya pinggiran cekunga sedimentasi. Keadaan ini akan berakibat
semakin luasnya lahan yang merupakan sumber bahan baku pembentuk batubara yaitu
tumbuh – tumbuhan. Oleh sebab itu penambahan kedalaman cekungan sedimentasi
selalu diikuti dengan penambahan luas lahan tumbuh – tumbuhan.
Salah satu ciri lapangan yang dapat dipergunakan untuk mengetahui
kemungkinan suatu daerah terdapat batubara tebal antara lain adalah apabila diantara
lapisan batubara yang relatif tebal kurang lebih 5 meter terdapat lapisan antara dalam
10
bentuk batu lempung tipis dikenal sebagai Clay band atau clay pating. Keberadaan
lapisan batubara yang selalu berselang – seling dengan clay band, merupakan faktor
pengenal dilapangan untuk mengatakan didaerah tersebut kemungkinan besar didapatkan
lapisan batubara tebal. Kadang – kadang diantara lapisan batubara terdapat lapisan batu
gamping . keberadaan lapisan batu gamping ini menunjukkan bahwa cekungan batubara
tersebut pernah berhubungan dengan laut. Sifat cekungan batubara yang demikian
banyak didapatkan dilapangan batubara Kalimantan antara lain Tenggarong , Samarinda
dan Balikpapan. Batubara yang terdapat di Taman Nasional Bukit Suharto, merupakan
contoh lapangan batubara dengan alpisan tebal.
D. REAKSI PEMEBENTUKAN BATUBARA
Batubara terbentuk dari sisa – sisa tumbuhan yang sudah mati, dengan komposisi
utama terdiri dari cellulosa. Proses pemebntukan batubara dikenal sebagai proses
pembatubaraan atau coalification. Faktor fisika dan kimia yang ada di alama akan
mengubah cellulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi
pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut :
5 ( C6 H10 O5 ) C20 H22 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Cellulosa lignit gas metan
Keterangan :
Cellulosa (senyawa organik), merupakan senyawa pembentuk batubara
Unsur C lignit jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah unsur C pada
bitumina, semakin banyak unsur C pada lignit semakin baik kualitasnya
Unsur H pada lignit jumlahnya relatif banyak dibandingkan jumlah unsur H pada
bitumina . semakin banyak unsur H pada lignit semakin rendah kualitasnya
Senyawa gas metas (CH4) pada lignit jumlahnya relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan pada bitumina. Semakin banyak CH4 lignit semakin baik
kualitasnya.
Gas metana yang terbentuk selam proses coalification akan masuk ke dalam celah
– celah vein batu lempung , dan ini sangat berbahaya. Apabila lapisan lignitnya
tersingkat dipermukaan tanah , gas akan keluar dan apabila temperatur udara luar
meningkat akan terjadi kebakaran. Apabila lignit masih berada didalam tanah diantara
11
lapisan batubara , dan padanya terjadi peningkatan temperatur, gas akan keluar secara
mendadak dan terjadilah ledakan. Oleh karena itu mengatahui bentuk endapan batubara
dapat membantu menentukan cara penanganan yang tepat . selain itu juga dapat
mencegah terjadinya ledakan yang berarti mampu meningkatkan keselamatan kerja.
12