makalah pa haeruddin, s.pd

58
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Muhibbin Syah, 2010: 59). Selain itu, belajar juga merupakan langkah awal seorang karena dengan belajar seseorang bisa memilih mana yang baik untuk dikerjakan dan mana yang buruk untuk ditinggalkan. Oleh karena itu, belajar memerlukan perhatian yang serius dari pada pendidik, sebab di tangan pendidik belajar akan terlaksana dan dapat berhasil, akan tetapi proses belajar tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan apabila tidak didukung oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa. Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah mahluk lemah, yang dalam 1

Upload: haeruddin

Post on 14-Nov-2015

245 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

contoh makalah bahasa arab

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Muhibbin Syah, 2010: 59).

Selain itu, belajar juga merupakan langkah awal seorang karena dengan belajar seseorang bisa memilih mana yang baik untuk dikerjakan dan mana yang buruk untuk ditinggalkan. Oleh karena itu, belajar memerlukan perhatian yang serius dari pada pendidik, sebab di tangan pendidik belajar akan terlaksana dan dapat berhasil, akan tetapi proses belajar tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan apabila tidak didukung oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa.Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah mahluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal (E. Mulyasa, 2007: 35). Namun dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tidak selamanya dapat berjalan dengan baik, hal ini disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi di dalamnya, baik faktor dalam diri siswa maupun yang dating dari luar diri siswa yang menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa (Slameto, 2010: 54). Kesulitan belajar siswa tidak hanya dialami pada pelajaran-pelajaran yang bersifat umum saja, namun juga pelajaran yang bersifat religius, khususnya bahasa Arab. Bahasa adalah sistem tanda bunyi-bunyi dalam bahasa itu tak lain dari pada bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Umar Asasudin Sokah, 1982: 7). Dilihat dari fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan penghubung dalam pergaulan manusia sehari-hari, baik antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat dan masyrakat dengan bangsa tertentu. Yakni dengan mengkomunikasikan dan menyampaikan maksud tertentu dan mencurahkan suatu peranan tertentu dengan rasa senang atau duka dan dengan rasa sedih dan gembira kepada orang lain. Agar dapat dipahami, dan dimengerti dan merasakan segera sesuatu yang dialami (Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, 1994 : 187). Bahasa Arab adalah termasuk rumpun bahasa semit yang paling maju, sedang bahasa semit adalah bahasa yang paling maju di dunia. Teori yang termasyhur, teori Max Muler, membagi-bagi bahasa manusia itu menjadi tiga rumpun bahasa, yaitu : (1) Rumpun bahasa Indo-Eropa, (2) Rumpun bahasa Semit-Hemit dan (3) Rumpun bahasa Turania (Chatibul Umam, 1980 : 9). Bahasa Arab sebagai bahasa yang hidup baik berbentuk klasik atau kuno maupun yang berbentuk modern (klasik; susah dipahami, modern; mudah dipahami) punya kegunaan yang amat penting dalam bidang agama, ilmu pengetahuan dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional, bahkan hubungan internasional (Juwairiyah Dahlan, 1992: 19).

Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Quran dan Al-Hadits. Al- Quran kitab suci kita dan Hadits Nabi yang menjelaskan isi Al-Quran itu kedua-duanya dengan bahasa Arab. Bahkan setiap terjemahan atau alih bahasa dari Al-Quran tidak bisa disebut Al-Quran, tetapi dinamakan terjemahan atau tafsir. Peranan bahasa Arab dalam agama nampak pula dalam upacara-upacara keagamaan dan ibadat, mulai dari azan dan iqomat sampai kepada sembahyang yang bermacam-macam dan doa yang matsurah. Peranannya dalam ilmu pengetahuan juga diakui oleh para Sarjana, baik di negara-negara Barat maupun Timur, yang mendalami tentang pertumbuhan dunia Islam. Kalau dunia Eropa pada abad pertengahan mengalami Abad Kegelapan, maka sebaliknya pada saat itu ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dapat dipelihara dan dikembangkan oleh umat Islam di dunia Islam Timur (Chatibul Umam, 1980: 13 -14).

Pembelajaran bahasa Arab yang ideal di Madrasah Tsanawiyah atau Madrasah Aliyah adalah pembelajaran yang memungkinkan para siswa menguasi empat keterampilan berbahasa (Maharat al-Istima, al-Kalam, al- Qiraah, dan al-Kitabah) secara proporsional. Hal ini dikarenakan bahasa Arab bukan hanya sekedar berfungsi pasif, yaitu sebagai media untuk memahami (alfahm) apa yang dapat didengar, berita, teks, bacaan dan wacana, melainkan berfungsi aktif, yaitu memahamkan (al-ifham) orang lain melalui komunikasi lisan dan tulisan ( M. Abdul Wahab, 2004: 1).

Tujuan mempelajari bahasa Arab di MTs adalah sebagai berikut: Agar siswa dapat menguasai secara aktif dan pasif perbendaharaan kata fusha berjumlah 700 kata dan ungkapan dan berbagai bentuk kata dan pola kalimat dasar yang diprogramkan sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan sebagai dasar memahami buku agama Islam yang sederhana disamping Al-Quran dan Al-Hadits (Depag RI, 2003: 1). Berdasarkan tujuan kemampuan berbahasa Arab yang harus dikuasai adalah empat kemampuan yaitu membaca, mendengar, berbicara dan menulis.

Oleh karena itu kemampuan berbahasa Arab secara pasif saja yang perlu dikuasai serta dibina secara intensif dengan tidak mengabaikan bakat untuk kemampuan aktif. Dengan hal ini kemampuan membaca dan menulis yang termasuk kemampuan berbahasa secara pasif. Karena kegiatan membaca dan menulis itu bersifat reseptif yaitu bentuk lisan dan tulisan. Dan juga mempunyai hubungan yang sangat erat. Bila kita menuliskan sesuatu, maka pada prinsipnya kita ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain. Paling sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain.

Di lembaga-lembaga pendidikan umum sekarang ini terutama pada tingkat SMP dan SMA bahasa Arab itu menjadi komponen pilihan pokok pengajaran bahasa asing. Di samping bahasa Inggris. Masalahnya sekarang adalah bagaimana meningkatkan kualitas berbahasa Arab yang masih dianggap oleh siswa atau mahasiswa sebagai bahasa sulit (sukar) bahkan memandangnya menjadi hal yang menakutkan. Hal ini merupakan tantangan yang harus segera diupayakan pemecahannya di sini peran guru atau pendidik dan para pakar bahasa Arab sangat dinantikan. Upaya yang didapat dilakukan berupa pengadaan pusat latihan, laboratorium bahasa, kursus-kursus, mas media-mas media yang menjadikan bahasa Arab yang sangat praktis, buku-buku karya ilmiah yang menyajikan bahasa Arab yang sangat mudah atau gambling dan metodologis. Dan ini terasa masih langka (Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, 1994: 188). Pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing bagi siswa Indonesia banyak menghadapi problematika, baik problematika linguistik maupun non linguistik, indikasi adanya tersebut adalah terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh siswa (Juwairiyah Dahlan, 1992 : 36).Penyimpangan dalam penggunaan bahasa asing, disebabkan oleh kesalahan atau kekeliruan. Kesalahan berbahasa terbagi atas dua kategori yaitu : Kesalahan yang tidak jelas dilihat, samar atau tersembunyi, dan kesalahan yang tidak jelas terlihat, kedua jenis kesalahan ini semata-mata melukiskan atau menandakan siswa benar atau salah, tetapi juga mengatakan penggunaan sistem bahasa yang salah atau benar.

Madrasah Tsanawiyah Negeri Maros Baru Kab. Maros adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang di bawah naungan Departemen Agama dan mata pelajaran bahasa Arab termasuk mata pelajaran inti sesuai dengan kurikulum yang dikeluarkan Departemen Agama.

Berdasarkan pantauan penulis bahwa siswa-siswi MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda dan dengan kemampuan dalam membaca dan menulis yang berbeda pula. Dari sinilah timbul berbagai macam masalah yang berkaitan dengan hal membaca dan menulis teks bahasa Arab, antara lain mengenai :

a. Sistem tata bunyi (Phonologi)

b. Tata bahasa (Nahwu Shorof)

c. Perbendaharaan kata (Mufrodat / vocabulary)

d. Uslub (Susunan Kata)

e. Tulisan (Imla)

Dari hasil informasi dari guru bidang studi bahasa Arab MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros khususnya pada bahwa siswa-siswi MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros sebagian belum menguasai dalam hal membaca dan menulis Arab / huruf hijaiyyah disebabkan karena sebagian besar siswa-siswi MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros berlatar belakang pendidikan SD yang belum mengenal bahasa Arab.Berangkat dari permasalahan tersebut di atas, penulis bermaksud mengemukakan aspek-aspek kesalahan membaca dan menulis teks bahasa Arab bagi siswa MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros, khususnya dalam mengungkapkan persoalan-persoalan atau permasalahan dalam membaca dan menulis teks bahasa Arab, serta bagaimana upaya guru bahasa Arab dalam mengatasi problematika membaca dan menulis pada pelajaran bahasa Arab di MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, untuk membatasi pembahasan dan mudahnya analisis Karya Ilmiah, penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut :

a. Problematika apa saja yang dialami siswa MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros dalam membaca dan menulis teks Bahasa Arab.

b. Bagaimana upaya Guru bahasa Arab dalam menyelesaikan problematika tersebut.

C. Tujuan Dan Manfaat Karya IlmiahSesuai dengan pokok permasalahan di atas maka Karya Ilmiah ini mempunyai:

1. Tujuan Karya IlmiahSetiap kegiatan Karya Ilmiah ilmiah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai, adapun yang diinginkan penulis dalam hal ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui problematika yang dialami siswa dalam membaca dan menulis teks bahasa Arab.

b. Untuk mengetahui jenjang kesalahan yang dilakukan siswa serta letak rawan kesalahan yang mungkin dihadapi siswa.

c. Untuk mengetahui usaha-usaha Guru bahasa Arab dalam mengatasi problematika tersebut.

2. Manfaat Karya IlmiahManfaat Karya Ilmiah antara lain :

a. Dengan adanya Karya Ilmiah ini dapat mengetahui problematika membaca dan menulis teks bahasa Arab yang dialami oleh siswa MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros.

b. Dapat memberikan informasi mengenai upaya-upaya yang dilakukan Guru bahasa Arab dalam mengatasi kesulitan belajar membaca dan menulis teks bahasa Arab siswa MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros.

c. Ikut serta memberikan sumbangan pemikiran bagi Lembaga Pendidikan tersebut untuk langkah perencanaan dan pengajaran selanjutnya.

d. Menambah wawasan keilmuan penulis dalam kaitannya dengan membaca dan menulis teks Bahasa Arab.

BAB II

PROBLEMATIKA BELAJAR DAN MENULIS TEKS BAHASA ARAB

A. Proses Belajar Membaca dan Menulis

1. Pengertia Membaca dan Menulis

Membaca dan menulis merupakan satu kemahiran berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Keduanya sangat berkaitan erat karena kemahiran membaca dan menulis pada prinsipnya diberikan setelah kemahiran menyimak dan berbicara.

Menurut Henry Guntur Tarigan membaca adalah suatu proses yang dilakukan secara dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media katakata/bahasa tulisan. sedangkan dari segi linguistic, membaca adalah suatu proses penyandian kembali pembaca berbicara sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (recording).Pengertian membaca menurut Radliyah Zaenuddin adalah kegiatan yang meliputi pola berfikir, menilai, menganalisis dan memecahkan masalah. Menulis menurut Henry Guntur Tarigan adalah menurunkan atau melukiskan lambing grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut (Henry Guntur Tarigan, 1982: 21).2. Tujuan Membaca dan Menulis

Thuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mancakup isi, memahami makna bacaan (Henry Guntur Tarigan, 1979: 9).Menurut Hugi Hartig sebagai yang oleh Henry Guntur Tarigan, merangkumkan tujuan menulis:

a. Assigment Purpose (Tujuan Penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu yang ditugaskan, atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat)b. Altruistic Purpose (Tujuan Altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan

kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa membaca atau penikmat karyanya itu adalah lawan atau musuh. Tujuan altruistic adalah kunci keterbatasan suatu tulisan.

c. Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif)

tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Informational Purpose (Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan

kepada para pembaca.

e. Self-Expressive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f. Creative Purpose (Tujuan Kreatif)

Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri, tetapi keinginan di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic, atau seni ideal, seni idaman. tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g. Problem-Solving Purpose (Tujuan Pemecahan Masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi, sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dimengerti dan diterima oleh pembaca (Henry Guntur Tarigan, 1982: 24-25).

3. Jenis Membaca dan Menulis

Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skills) tersebut maka aktifitas yangh paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara (reding a loud, oral reading). dan untuk ketrampilan pemahaman (comprehension skill) maka yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati (silent reading), yang dapat pula dibagi atas:

a. Membaca ekstensif (extensive reading)

b. Membaca intensif (intensive reading)

Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup pula:

a. Membaca survei (survey reading)

b. Membaca sekilas (skimming) dan

c. Membaca dangkal (superficial reading)

Sedangkan membaca intensif dapat pula dibagi atas:

a. Membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup pula:

1) Membaca teliti (close reading)

2) Membaca pemahaman (comprehensive reading)

3) Membaca kritis (critical reading)

4) Membaca ide (reading for ideals)

b. Membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup pula:

1) Membaca bahasa asing (foreign language reading)

2) Membaca sastra (literaty reading) (Henry Guntur Tarigan, 1979: 12).

Dilihat dari segi penyampaiannya, membaca terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Membaca nyaring.,yaitu membaca dengan menekankan kepada

aktivitas bibir, lisan, dan tenggorokan untuk megeluarkan bunyi (suara).

b. Membaca dalam hati .yaitu membaca dengan melihat huruf dan

memahami makna bacaan tanpa aktivitas organ bicara.

Sedangkan menurut bentuknya, membaca dibagi menjadi:

a. Membaca intensif (qiroah mukatstsafah). Jenis ini mempunyai

karakteristik sebagai berikut:

1) Dilakukan di kelas bersama pengajar.

2) Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan utama dalam membaca dan memperkaya perbendaharaan kata serta menguasai qowaid yang dibutuhkan dalam membaca.

3) Pengajar mengawasi dan membimbing kegiatan itu serta memantau kemajuan peserta didik.

b. Membaca ekstensif (qiroah muwassaah). Jenis ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Kegiatan membaca dilakukan di luar kelas.

2) Tujuanya untuk meningkatkan pemahaman isi bacaan.

3) Sebelum kegiatan dilakukan, pengajar mengarahkan, menentukan materi bacaan dan mendiskusikannya (radliyah zaenuddin, 2005: 71-72). Sedangkan menurut Ahmad Fuad Effendy yang dikutip dalam bukunya metodologi pengajaran bahasa arab, untuk melatih kedua aspek kemairan tersebut ada beberapa jenis kegiatan membaca, antara lain:

a. Membaca keras

b. Membaca dalam hati

c. Membaca cepat

d. Membaca rekreatif

e. Mambaca analisis

Jenis-jenis membaca yang tercantum di atas tidak semua dibahas, namun penulis hanya mengambil satu jenis membaca yang sesuai denganmarah dan maksud skripsi ini, yaitu membaca keras. dalam kegiatan membaca keras ini, yang terutama ditekankan adalah kemampuan membaca dengan:

1) Menjaga ketepatan bunyi bahasa arab, baik dari segi makhroj maupun sifat-sifat bunyi yang lain.

2) Irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulis.

3) Lancer tidak tersendat-sendat dan terulang-ulang.

4) Memperhatikan tanda baca atau tanda grafis (pungtuasi) (Fuad Effendy, 2005: 129).

Di dalam bahasa Arab menulis dibagi menjadi dua macam, yaitu insya (mengarang), dan imla (dikte). Insya ataupun tabir dibagi menjadi 2 macam yaitu mengarang terstruktur (al-insya al-muwajjah) dan mengarang bebas (al-insya alharur). al-Insya al-muwajjah termasuk dalam kategori mengarang terendah, hal tersebut karena ia mencakup kegiatan mengarang yang dimulai dari merangkai huruf, kemudian kata dan kalimat, serta jenis-jenis lainya yang lebih kompleks. sedangkan al-insya al-harur menempati posisi tertinggi karena tidak terdapatnya sekat gramatikal dalam menulis (Radliyah Zaenuddin, 2005: 81).Macam-macam imla menurut Mahmud Yunus yang dikutip dalam bukunya Metodik Khusus Bahasa Arab dibagi menjadi empat, yaitu:

1) Imla yang disalin

2) Imla yang dilihat

3) Imla yang didengar

4) Imla ujian atau testing

Namun demikian yang dimaksud menulis yang sesuai dengan arah dan maksud skripsi ini adalah imla. Imla disini adalah Imla ujian atau testing. Tujuannya adalah untuk menguji murid-murid dan mengukur sampai dimana kemajuannya dalam pelajaran yang telah diberikan kepadanya terutama adalah pelajaran menulis teks bahasa Arab.

Dalam mempelajari bahasa Arab terutama dalam hal mambaca dan menulis tidak jarang kita jumpai siswa-siswa yang mengalami hambatan. Dalam hal membaca sering kali para murid melakukan kesalahan-kesalahan, di antaranya:

1) Tidak tepat makhroj hurunya, seperti membaca

2) Tidak bertinggi rendah bunyi suaranya

3) Membaca kata demi kata, bukan kalimat demi kalimat

4) Mengubah huruf dengan yang lain, seperti:

5) Meninggalkan setengah huruf dari kata (Muhammad Yunus, 1983: 45).

Begitu juga dalam menulis, pelajar yang telah terbiasa menulis dari arah kiri ke kanan, sekarang menjumpai hal yang baru dikenal bahkan harus menulis dan berlatih dari arah kanan ke kiri. sedikit banyak tentu menghadapi hambatan bagi orang yang baru dalam tahap mempelajari bahasa Arab. Permasalahan abjad Arab atau yang disebut huruf hijaiyah yang semuanya adalah 28 atau 30 yang dimulai dari huruf alif dan diakhiri dengan ya, sebelum mempelajari bahasa Arab terlebih dahulu hendaknya menguasai huruf hijaiyah tersebut dengan perincian, pertama, cara mengucapkan tiap-tiap huruf secara fashih. Kedua, huruf hafal bentuk yang berada di permulaan kata, bentuk yang berada di tengah kata maupun bentuk yang berada diakhir kata, masing-masing mempunyai bentuk yang berbeda dalam tata cara menulisnya ini juga merupakan penghambat para siswa dalam belajar menulis imla.

B. Belajar Bahasa Arab

1. Pengertian Belajar

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang daerah pokok pembahasan, dalam bab ini penulis akan membahas pengertian belajar. Definisi telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Namun demikian, masing-masing definisi tersebut banyak persamaan atau persesuaian inti dari pengertian belajar tersebut. Oleh karena itu, pada uraian ini sengaja penulis kemukakan pendapat beberapa ahli mengenai definisi belajar. Beberapa ahli mengemukakan sebagai berikut: Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuaan melalui pengelaman (leraning is defined as the modification or steighthening of behavior through experiencing) (Oemar Hamalik, 2007: 36).

Di dalam definisi tersebut, mengandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan saja hanya mengingat, akan tetapi harus mengalami dan mempunyai tujuan perubahan tingkah laku. Perubahan yang terjadi dalam diri individu merupakan akibat dari belajar yang dilakukan secara sadar, bukan dari paksaan pihak lain ataupun perubahan yang bersifat insidental. Namun perubahan itu bersifat kontineu dan professional sehingga dengan belajar tersebut, seseorang akan berupaya mempergunakan seluruh daya pikirannya menuju tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, tidak semua perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Sejalan dengan perumusan belajar di atas, ada pula definisi lain tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi antara individu dan lingkungan (Oemar Hamalik, 2007: 37).

Dalam pengertian ini, terdapat kata perubahan yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami perubahan proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuannya, keterampilan maupun aspek sikap, misalnya tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu jadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, kriteria keberhasilan dalam belajar diantarnya dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada individu yang belajar.

Dari belajar menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan, menerangkan bahwa: Belajar merupakan suatu peruabahan dalam tingkah laku yang lebih baik, juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Sedangkan menurut Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology: A Ralistic Approach yang dikutip Ngalim Purwanto dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan, mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yaitu: learning is the development of new associations as a result of experience. Beranjak dari definisi yang dikemukakannya itu, selanjutnya ia menjelaskan bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal (a purety internal event). Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat secara nyata. Prose situ terjadi pada diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetatpi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru.

Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-perangsang,

antara reaksi-reaksi atau antara perangsang dengan reaksi. Sebetulnya banyak lagi definisi-definisi yang penulis tidak dapat cantumkan disini semua. Namun demikian, dari beberapa definisi belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru berkat adanya pengalaman, usaha dan latihan.

2. Prinsip-prinsip Belajar

Agar dapat efektif dan efisien dalam belajar, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar, sebagaimana diungkapkan oleh Oemar Hamalik (2006: 17) dalam bukunya Pendekatakan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA, bahwa prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk melakukan kegiatan belajar. Banyak ahli yang mengemukakan mengenai prinsip-prinsip belajar, diantaranya adalah:

a. Slameto (2010: 27-28) dalam bukunya Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, bahwa prinsip-prinsip belajar adalah:

1) Dalam belajar setiap siswa diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional.

2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

3) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional.

4) Belajar itu proses yang continue, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

5) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi ekplorasi dan discovery dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

7) Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

8) Belajar perlu lingkungan yang menentang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

9) Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.

10) Belajar adalah peroses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan yang satu dengan pengertian yang lain sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan).

11) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian atau keterampilan atau sikap itu mendalam pada siswa.

Prinsip-prinsip belajar yang tercantum di atas tidak semua dibahas, namun penulis mengambil 2 (dua) prinsip belajar yang sesuai dengan arah dan maksud skripsi, yaitu:

1) Dalam belajar siswa harus berpartisipasi aktif meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional. Belajar aktif berarti mengembangkan pola fakir berfungsi sebagaimana mestinya yang dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal. Guru di tuntut memberi reaksi yang baik bagi siswanya agar mengembangkan minat dan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan tujuan instruksional. Sebagai contoh, adalah siswa diharapkan dalam tujuan intruksional untuk mampu menulis huruf hijaiyah atau Arab dengan baik dan benar (merangkai huruf yang terpisah menjadi kalimat), maka siswa yang bersangkutan aktif menulis dengan mengetahui juga ketetapan kalimat bahasa Arab yang benar sedangkan tugas guru membimbing keaktifan siswa dalam belajar.

2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional. Dalam pengajaran terdapat belajar dan mengajar dimana adanya kegiatan guru sebagai pengajar siswa sebagai pihak yang diajar. Dalam kegiatan tersebut, seorang guru mampu memberikan dan mengembangkan reinforcement dan memotivasi kepada siswa agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal. Hasil motivasi dan reinforcement akan berguna bagi siswa untuk aktif dalam belajar dan mampu mencapai tujuan-tujuan intruksional. Sebagaimana contoh, motivasi/dorongan dari guru kepada siswa agar memiliki kemampuan mengenai makharijul huruf yang benar, akan menimbulkan motivasi dalam diri siswa untuk selalu mengucapkan huruf Arab/hijaiyah sesuai dengan makharijul huruf yang benar. b. Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya berjudul Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, menyebutkan prinsip-prinsip belajar, sebagai berikut:

1) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa dengan lingkungannya.

2) Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa. Tujuan yang menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapanharapannya.

3) Belajar yang paling efektif apabila di dasari dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.

4) Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu harus sanggup mengatasinya secara tepat.

5) Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik dari guru/dosen atau tuntutan dari buku pelajaran sendiri.

6) Jenis belajar yang paling utama adalah belajar untuk berfikir kritis, lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.

7) Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut telah di dasari bersama.

8) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.

9) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai.

10) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan/hasil.

11) Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar sanggup mentransfer atau menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari.Namun penulis hanya mengambil 2 (dua) prinsip belajar yang sesuai dengan arah dan maksud skripsi ini, yaitu:

a. Belajar senantiasa ada rintangan dan hambatan, karena itu siswa harus sanggup mengatasinya secara tepat. Sudah dierangkan sebelumnya, bahwa belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku siswa, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya sehingga menimbulkan kesulitan atau rintangan /hambatan. Oleh karena itu, siswa memiliki cara yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan faktor-faktor yang menyebabkannya, baik itu faktor intern maupun ekstern siswa. Agar optimal, maka siswa diharapkan memiliki pemahaman pelajaran dan penguasaan terhadap bahan yang disajikan oleh guru.

b. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari guru atau dari buku pelajaran Tujuan belajar secara esensial, disamping untuk mendapatkan pengetahuan keterampilan juga pembentukan sikap. Siswa tidak mungkin mendapatkan pengetahuan tanpa di bimbing terlebih dahulu oleh guru atau dari buku sebagai pedoman belajar. Oleh karena itu, apabila siswa memiliki minat membaca dan menulis huruf-huruf atau kalimat Arab dengan benar, harus disertai bimbingan yang intensif sebagai proses menuju tujuan belajar.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat penulis sederhanakan bahwa prinsip-prinsip belajar itu sebagai berikut:

a) Belajar adalah suatu proses aktif yang memerlukan persiapan mental dan spiritual serta sarana lainnya yang cukup memadai untuk meningkatkan minat belajar siswa serta bimbingan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.b) Belajar akan lebih efektif apabila di dasari oleh motivasi yang tinggi untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi siswa.

c) Belajar dianggap berhasil bila siswa telah mempunyai kesanggupan untuk mempraktekkannya dalam hidup sehari-hari.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar sebagai suatu aktifitas dan berlangsung melalui proses panjang, sudah barang tentu tidak dapat lepas dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi di dalamnya, baik itu pengaruh datang dari luar dan dari siswa yang belajar. Supaya berhasil sesuai dengan yang diharapkan maka sangatlah perlu mengetahui dan memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi di dalamnya. Menurut Sumadi Suryabrata, dalam bukunya Psikologi Pendidikan disebutkan bahwa dalam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar ada dua macam yaitu:

a. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

1) Faktor non sosial

2) Faktor sosial

b. Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dibagi:

1) Faktor fisiologis

2) Faktor psikologis Adapun menurut Slameto bahwa faktor yang mempengaruhi belajar ini ada dua, yaitu faktor intern dan ekstern:

a. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, dalam hal ini dibagi menjadi tiga bagian:

1) Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan cacat tubuh

2) Faktor psikologi meliputi: intelegensi, minat, perhatian, bakat, motivasi, kesiapan, dan kematangan

3) Faktor kelelahan

b. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu yang meliputi tiga bagian yaitu:

1) Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

3) Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman gaul, mass media, bentuk kehidupan masyarakat Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan pada hakekatnya kegiatan belajar siswa itu dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri siswa yang meliputi faktor fisiologi dan psikologis, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada pada luar diri siswa yang meliputi faktor keluarga, factor sekolah, dan faktor masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan mempengaruhi di sini adalah karena kedua faktor tersebut dapat mendorong dan dapat pula menghambat siswa dalam kegiatan belajarnya.

4. Faktor-faktor yang dapat Menimbulkan Kesulitan Belajar

Belajar di sekolah tidak senantiasa berhasil tetapi seringkali ada hal-hal yang dapat mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadi gangguan yang dapat menghambat kemajuan dan keberhasilan belajar. Kegagalan dan keterlambatan kemajuan belajar tersebut ada hal-hal yang menyebabkannya. Oleh karena itu, dalam hal ini sangatlah perlu bagi siswa untuk mengetahui faktor-faktor atau hal-hal yang dapat menimbulkan kesulitan belajar pada umummnya. faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan agar para siswa senantiasa menyadari dan mencoba menghindarkan diri dari faktor-faktor tersebut.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa disini dapat digolongkan menjadi empat golongan: Faktor yang bersumber dari diri sendiri, faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, faktor yang bersumber dari keluarga faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat (Oemar Hamalik, 1990: 117).

a. Kesulitan belajar sumber dari diri sendiri hal tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar siswa. Namun demikian hal tersebut seringkali tidak di dasari, siswa menganggap remeh dan sama sekali tidak mau berusaha memperbaiki atau berusaha menghilangkan. Sebab-sebab yang mencakup dalam golongan ini diantaranya sebagai berikut:

1) Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas; kadang-kadang siswa masuk sekolah hanya untuk menambah pergaulan, bersenang-senang dan sebagainya. Siswa yang demikian sudah jelas tidak mempunyai tujuan belajar untuk mendorong kemajuan studinya, bahkan kegagalan dan kekecewaan yang diperolehnya.

2) Kurangnya minat terhadap pelajaran, hal ini menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha belajar, sehingga dapat menghambat studinya.

3) Kesehatan yang sering terganggu, jika kesehatan jasmani dan rohani sering terganggu, maka akan dapat menghambat studinya.

4) Kecakapan mengikuti pelajaran: sebenarnya berbeda dengan mengikuti pelajaran terus menerus, siswa yang mengikuti pelajaran belum tentu tandai, karena boleh jadi siswa tersebut tidak dapat mengikuti pelajaran dengan jelas.

5) Kebiasaan belajar yang kurang teratur maka akan turut menghambat studinya.6) Kurangnya penguasaan bahasa, hal ini merupakan sumber kesukaran yang sangat berat, karena dapat mengganggu seluruh proses belajar mengajar (Oemar Hamalik, 1990: 117-119).

b. Kesulitan belajar yang bersumber dari lingkungan sekolah Hambatan terhadap kemajuan belajar tidak hanya bersumber dari diri siswa sendiri, tetapi adakalanya bersumber dari lingkungan sekolah.Sebab dalam permasalahan ini sudah tentu menjadi tanggungjawab pendidikan yang bersangkutan, diantaranya adalah:

1. Cara memberikan pelajaran guru merupakan faktor yang menentukan dalam kemajuan belajar di sekolah. Akan tetapi adakalanya di antara para guru dalam memberikan pelayanannya dengan cara idaktif tanpa memperhatikan apakah siswa mengerti apa yang disampaikan tanpa memberikan kesempatana untuk bertanya bagi siswa untuk mengemukakan pendapat, bicaranya kkurang jelas dan sebagainya, sehingga kurang memperhatikan usaha-usaha peningkatan belajar dan hasil siswa belajar.2. Kurangnya bahan bacaan; persediaan buku-buku yang menunjang dalam belajar di perpustakaan sekolah akan dapat menyebabkan siswa bergantung pada pelajaran yang diberikan oleh guru saja, sehingga hal-hal tersebut menjadi kurang efisien dalam kegiatan belajar mengajar.3. Kurangnya alat-alat pelajaran; dalam bidang studi tertentu yang disebut media pembelajaran guna menunjang berhasilnya hasil belajar secara efektif dan efisien. 4. Penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat, hal ini dapat menyebabakna kesulitan belajar bagi siswa. Seperti halnya folume bahan pelajaran yang terlalu banyak dan berat bila dibandingkan dengan lokasi waktunya (Oemar Hamalik, 1990: 120-121). c. Kesulitan belajar yang bersumber dari lingkungan keluarga lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan keberhasilan belajar bagi siswa. Namun demikian ada kemungkinan besar bahwa tidak selamanya lingkungan akan terus dan selalu mendorong kemajuan belajar bagi siswa, bahkan dari lingkkungan tersebut juga dapat timbul berbagai masalah atau hal-hal yang dapat menghambat kemajuanbelajar bagi siswa, diantaranya adalah:

1) Masalah ekonomi keluarga; biaya sekolah menjadi kekuatan dalam belajar. Sedangkan biaya ini pada umumnya diperoleh dari orang tua, sehingga apabila terjadi kekurangan biaya maka akan sangat mengganggu studi siswa tersebut.

2) Kurangnya control orang tau; control atau pengawasan orang tua sering sekali membawa keberhasilan belajar siswa. Namun demikian pengawasan yang berlebihan dapat pula menghambat kemajuan belajar, karena siswa merasa kehilangan kebebasan dan keyakinan pada diri sendiri. Demikian pula sebaliknya, jika tidak ada pengawasan sama sekali, maka lebih besar kemungkinannya bagi siswa akan meghambat kemajuan belajarnya (Oemar Hamalik, 1990: 121-124).C. Pengajaran Bahasa Arab

1. Pengertian Pengajaran Bahasa ArabSebelum penulis membahas metode membaca dan menulis Arab dalam pengajaran behasa Arab, maka penulis akan membahas lebih dahulu tentang bahasa Arab itu sendiri. karena metode membaca menulis Arab itu termasuk bagian aau rangkaian di dalam proses pengajaran bahasa Arab. Sedangkan pengertian pengajaran, banyak para ahli pendidikan yang membahas dan mengartikannya, walaupun ada perbedaan satu sama lain diantaranya adalah:

a. Abdul Ghafur dalam buikunya Desain Intruksional Suatu Lankah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar, mengartikan pengajara sebagai berikut: sesuatu kegiatan di mana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud dapat bertingkah laku atau bereaksi terhadap kondisi yang diinginkannya. (Abdul Ghafur, 1989: 22).

b. S. Nasution mengartikan proses pengajran sebagai proses interaksi yang berlangsung anatar guru dengan siswa atrau juga antara sekelompok siswa dse tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap serta memantapkan apa yang dipelajarai itu (S. Nasution, 1989: 102). Sedangkan pengertian bahasa Arab menurut Musthofa Al- Ggulayani adalah: Bahasa Arab adalah ungkapan yang dipakai oleh orang-orang Arab dalam mengeksprisikan pikiran-pikirannya (Musthofa Al- Ghulayani, 1989: 9). dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengajaran bahasa Arab adalah suatu proses interaksi yang berlangsung anatara siswa dan guru dalam menyampaikan materi bahasa Arab dengan sengaja dan secara terkontrol dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap memantapkan apa yang dipelajari. Dalam proses pengajaran terdiri dari beberapa unsur di dalamnya yang harus ada dalam suatu proses pengajran, yaitu: kurikulum, materi, metode, evaluasi dan tujuan dari pengajaran itu sendiri.

2. Tujuan Pengajaran Bahasa Arab

Tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut: Agar peserta didik menguasai secara aktif dan pasif dengan target penguasaan 700 kosa kata dan idiomatic yang tersusun dalam berbagai 700 tarkib (susunan kata) dan pola kalimat yang diprogramkan, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi dan memahami buku. (DEPAG RI, 2003:2). Secara rinci, tujuan pembelajaran bahasa Arab di MTs, dapat dilihat dalam tujuan kurikullum yang tertera dalam standar kompetensi MTs yaitu:

a. Kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis secara baik.

b. Berbicara sederhana tapi efektif dalam berbagai konteks untuk menyampaikna informasi, pikiran dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial dalam bentuk kegiatan beragam, interaktif dan menyenangkan.c. Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tertulis pendek sederhana dan merespon dalam bentuk kegiatan yang beragama interaktif dan menyenangkan.d. Menulis kreatif meskipun pendek sederhana berbagqai bentuks tek untuk menyampaikan informasi, mengungkap pikiran dan perasaan.e. menghayati dan menghargai karya sastra.

f. Kemampuan untuk berdiskusi dan menganilis teks secara kritis (DEPAG RI, 2004:124).

D. Problematika Pengajaran Bahasa Arab

1. Pengertian Problematika Pengajaran

Problematika berasal dari bahasa Inggris Problematic artinya masalah, sedangkan problematika artinya hal yang menimbulkan masalah, persoalan yang yang bisa dipecahkan, mesti tahu jawabannya, mesti tidak dapat diatasi. Kemudian secara kurikulum tujuan pengajaran bahasa Arab di MTs adalah agar peserta didik menguasai aktif dan pasif dengan target penguasaan 700 tarkib (susunan kata) dengan pola kalimat yang diprogramkan sebagai alat komunikasi dan memahami buku-buku Islam yang sederhana, disamping al-Qur'an dan Hadits (DEPAG RI, 2003: 2).

Jika ditelaah tujuan kurikulum pengajaran bahasa Arab di atas, maka akan terbayangkan lulusan MT situ mempunyai kemampuan berkomuniaksi dengan menggunakan bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan, reseptif mapun ekspresif serta mampu memahami buku Arab. Namun tampaknya pencapaian tujuan tersebut belum seperti yang diharapkan. Untuk menjawab problem tersebut penulis mencoba menekankan aspek linguistic dan non linguistic sebagai titik kelemahan menelusuri yang menimbukan adanya problematikanya. diantara jenis-jenis problematika adalah:

a. Standar Kompetensi

Tujuan pengajaran bahasa Arab di MTs berdasarkan standar kompetensi 2007:

1. Kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis secara baik.

2. Berbicara secara sederhana tapi efektif dalam berbagai konteks untuk menyampaikan imnformasi, pikiran dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan.

3. Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tertulis pendek, sederhana dan merespon dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan.4. Menulis kreatif meskipun pendek sederhana berbagai bentuik teks untuk menyampaikan informasi, mengungkjapkan pikiran dan perasaan.

5. menghayati dan menghargai karya satra dengan kemampuan untuk berdiskkusi dan menganalisis teks secara kritis.

b. Buku Paket

Dalam proses belajart mengajar bahasa Arab buku paket merupakan fasilitas pengajaran yang sanga penting dibtuhkan baik oleh guru meupun siswa agar menuinjang proses belajar mengajar. idealnya buku paket dimiliki oleh setiap siswa agar siswa dan guru dapat berkomunikasi secara baik.

c. Siswa

Siswa MTs tidaklah lain dengan SMP yang bercirikan khas Agama Islam. Oleh karena itu dalam penerimaan siswa barui MTs ttidak ada bedanya dengan SMP artinya MTs bisa menerima pendaftaran baik itu yang berasal dari SD maupun yang berasal dari MI. Dalam hal jumlah meupun jenis pelajaran, antara MI dan SD tidaklah sama. Di MI sebagaimana di MTs bahasa Arab merupakan salah satu pelajaran inti wajib diajarkan sedangkan di SD tidaklah demikian, kecuali di SD-SD tertentu yang menjadikan pelajaran bahasa Arab sebagai salah satu bidang studi yang harus dipelajarai oleh siswa.

d. Guru

Rekruitmen guru MTs selama ini tampaknya difokuskan pada penambahan guru umum dan agama, sementara untuk guru mata pelajaran bahasa Arab tampaknya bukan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga penguasaan guru yang bukan fak bahasa Arab kurang menguasai baik perbendaharaan kata, maupun tata bahasanya. sepantasnya rekruitmen guru di MTs khususnya guru dalam bidang sturi bahasa Arab adalah dari lulusan Tarbiyah jurusan bahasaArab sehingga sesuai dengan kapasitras kemampuannya, dan dapat mengajar mata pelajaran bahasa Arab dengan baik dan dapat dipahami oleh anak didik.2. Pengajaran Bahasa Arab sebagai Bahasa Asing

Mempelajari bahasa asing (bahasa Arab) berarti ahrus sadar denganseluruh daya upaya untuk membentuk kebiasaan baru, sedangkan saat mempelajari bahasa ibu (bahasa Nasional) proses berjalan tanpa sadar. Pada saat itu pula siswa akan berusaha mengkaitkan dan membuat persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa asing yang dipelajari (Juwairiyah Dahlan, 1992: 36).Problematika yang berkaitan dengan bahasa Arab sebagai bahasa asing meliputi:

a. Problematika linguistic meliputi

1) Problem Tata Bunyi

Banyak fonem bahasa Arab yang tidak ada persamaannya dengan fonem bahasa Indonesia seperti: Menurut Juwairiyah Dahlan (1992: 44) dalam buku Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab memberi pengertian bahwa kata bunyi bahasa Arab disebut juga sebagai ilmu tajwid Al-Qur'an yaitu dengan mempelajari Makhroj al huruf, sebab itu tingkatan ini guru bahasa Arab harus bersabar untuk melatih siswanya dalam megucapkan huru Arab. Pada sistem tata bunyi ini umumnya letak kesulitan yang sering dirasakan oleh siswa yang baru pertama kali belajar bahasa Arab. terlabih lagi jika ada bebrapa huruf yang jarang dijumpai dalam bahasa ibu atau bahasa nasional.

2) Kosakata

Dalam mempelajari kosakat bahasa Arab para pelajar Indonesia sering merasakan kesulitan khusunya yang berkaitan dengan morfologi (ilmu shorof) yang tidak dikenal dalam bahasa ilmiyah. Misalnya tsa misalnya dalam kalimat:..

3) Tata Bahasa atau Gramer

Bahasa Arab tidak sama dengan bahasa-bahsa alinnya yaitu dalam bahasa Arab akan memahami tulisannya terlebih dahulu sebelum memahaminya. Dalam bahasa Arab bias any tidak diberi harakat, sedangkan harakat sangat menentukan akan maksud dan arti dari tulisan tersebut, oleh Karena itu tata bahasa yang dalam bahasa Arab biasanya disebut dengan nahwu shorof sangat penting jika ingin memahami tulisan bahasa Arab (Juwairiyah Dahlan, 1992: 45).

4) Tulisan

Tulisan Arab yang berbeda jauhg dengan tulisan latin yang biasa digunakan oleh para pelajar merupakan masalah klasik yang tidak pernah usai. sehingga sering kita melihat seorang siswa yang baru mengenal bahasa Arab apabila menulis bahasa Arab layaknya orang yang sedang melukis. Sedangkan diketahui bahwa semua hurufn latin bisa menyambung dan disambung, sedangkan huruf Arab sebaliknya. kesulitan lain dari segi tulisan adalah jika dalam tulisan Indonesia biasa ditulis dari kiri kekanan maka huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri (Juwairiyah Dahlan, 1992: 46).

b. Problematika Non Linguistik

Faktor penghambat dari non linguistic adalah yang menyangkut sosio cultural bahasa Arab yang jauh berbeda dengan sosi cultural bahasa Indonesia, hal ini akan menimbulkan perbedaan dalam bentuk ungkapan, istilah dan nama-nama benda yang digunakan orang Arab dengan orang Indonesia. Problema yang kmungkin timbul dan menghambat dalam pengajaran bahasa Arab di Indonesia yaitu karena pengungkapan istialah dan nama-nama benda yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia tidak bisa atau tidak dapat dipahami pengertiannya, khususnya bagi mereka yang belum mengenal sedikitpun sosio cultural bahasa Arab (Ahmad Chotib, 1975:83-84).

E. Langkah-Langkah Mengatasi Problematika Membaca Dan Menulis

Untuk mengatasi problematika membaca dan menulis teks bahasa Arab seorang guru harus mempunyai cara atau langkah-langkah yang tepat dalam proses belajar mengajar. Diantara lengkah-langkah yang haruis dilakukan adalah:

1. Langkah-Langkah Mengatasi Problematika Membaca

a. Guru menyuruh siswa untuk membaca dengan suara yang cukup keras, sedangkan guru membetulkan kesalahannya dan menyuruh siswa untuk megulangi bacaannya padsa susunan yang salah.

b. Guru mengajukan pertanyaan kepada murid setelah pelajaran selesai kurang lebih lima soal yang harus bisa dijawab, sebaliknya murid juga harus bertanya kepada gur, juga liam soal, bahkan lebih banyak lebih baik, tentang pelajaran yang baru diberikan oleh guru.

c. Pada tahap-tahap awal guru memilih susunan vokabulari, yang mungkin diperagakan, baik dengan gambar maupun gerakan-gerakan bacaan, actibng tertentu bahkan dengan penjelasan arti. hal tersebut juga digunakan untuk menjelaskan kontek vokabulari yang tidak perlu dilihat, misalnyua kemulyaan (syaraf), kebenaran (shidiq), dan sebaginya (Juwairiyah Dahlan, 1992: 106).

2. Langkah-Langkah Mengatsi Problematiaka Menulis

a. Mencontoh

Guru menyuruh para siswa untuk mencontoh tulisan yang ada di dalam buku pelajaran yang digunakan. b. Reproduksi

Guru menyuruh para siswa untuk menulis berdasarkan apa yang telah diajarkan secara lisan.

c. Imla

Dalam memberikan imla guru harus memilih materi imla secara cermat. Imla disamping melatih ejaan juga melatih penggunaan gerbang telinga bahkan pemahaman juga dilatih sekaligus. Imla ada dua macam: 1) Imla yang dipersiapkan sebelumnya, siswa diberitahukan sebelumnya materi yang akan di imlakan. 2) Imla yang tidak dipersiapkan sebelumnya. siswa tidak dibertahu

sebelumnya.

d. Rekombindsi dan Transpormasi

Rekombinasi adalah guru menyuruh siswa untuk menggabungkan kalimat-kalimat yang mulanya berdiri sendiri menjadi satu kalimat panjang. Sedangkan transpromasi adalah latihan mengubah bentuk kalimat (Ahmad Fuad Effendi, 2005: 138-140).

BAB IV

UPAYA MENGATASI PROBLEMATIKA MEMBACA DAN MENULIS TEKS BAHASA ARAB Dl MTs NEGERI MAROS BARU KAB. MAROSA. Bentuk-bentuk Kesulitan Siswa Dalam Membaca dan Menulis Teks Bahasa Arab

Setelah di adakan test terhadap siswa MTs Negeri Maros dan soal-soal tersebut berupa cuplikan-cuplikan dari teks bahasa Arab yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa Arab untuk MTs sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Sedangkan soal yang untuk membaca tersebut tanpa syakal, siswa diperintahkan untuk memberi narakat/syakal pada setiap soal dan soal untuk menulis {imla) siswa diperintahkan untuk menulis apa yang penulis ucapkan. Dengan demikian, tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca tanpa syakal dan dalam menulis (imia) di antaranya yang hampir semua sampel menglami kesulitan. B. Faktor-faktor dan Penyebab Terjadinya Kesulitan dalam Membaca dan Menulis Teks Bahasa Arab

1. Perbedaan Struktur Bahasa Ibu dan Bahasa Arab

Sebelum mempelajari bahasa Arab, biasanya kita telah menguasai bahasa daerah atau bahasa ibu di samping bahasa nasional bahkan bahasa asing lainnya. Selain ada segi-segi persamaan ada segi-segi perbedaan. Dari segi membaca dan

menulis misalnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Perbedaan ini mempakan problem tersendiri dalam mempelajari bahasa Arab bagi siswa yang hanya mengenal huruf latin, seperti siswa-siswi Indonesia pada umumnya. Di tinjau dari segi tata bahasa, bahasa Arab tata bahasanya dalam pembagian kata kerja maupim kata benda relatif lebih banyak dan lebih rangkap. Hal itu menyebabkan waktu yang dipakai untuk mempelajari lebih lama. Karena bahasa Arab biasanya tidak diberi harakat, sedangkan harakat sangat menentukan akan maksud dan arti dari tulisan tersebut, oleh sebab itu, tata bahasa yang dalam bahasa Arab biasanya disebut nahwu dan sharaf sangat pentingjika ingin memahami tulisan Arab. Negara-negara Arab sendiri melalui perwakilan di Indonesia tampaknya juga belum sempat mengambil langkah guna menyebarluaskan bahasa Arab, dengan mencari metode pengajarannya, di tengah-tengah masyarakat Islam di dunia. Berbeda misalnya bahasa asing lainnya khususnya bahasa Inggris, sejumlah Negara telah jauh dalam usahanya untuk menyebarkan bahasa tersebut melalui sarana dan prasarana serta media mudah dijangkau dan diperoleh masyarakat luas. Oleh karena itu, periu adanya pembaharuan guna masyarakat Islam agar bahasa Arab mudah dipelajari dan sebagai bahasa Islam yang harus dipelajari.

2. Penggunaan bahasa yang kental dalam lingkungan keluarga dan masyarakat mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, tetapi di dalam lingkungan keluarganya (kaum muslimin) tidak menggunakan bahasa Arab. Dengan demikian penggunaan bahasa Arab belum dipakai atau digunakan setiap hari di dalam keluarga kaum muslimin di Indonesia. Hal ini menjadi kendala dalam dan kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari bahasa Arab. Masyarakat sangat erat kaitannya dengan pengajaran dan pengembangan bahasa Arab, dengan adanya masyarakat ini seorang anak atau siswa akan makin tambah pengalaman berbahasa. Sedang bahasa Arab sendiri kurang berkaitan erat dengan masyarakat Indonesia, sebab dalam masyarakat kita pada umumnya menggunakan bahasa nasional.C. Usaha-Usaha yang Ditempuh Untuk Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Membaca dan Menulis Teks Bahasa Arab

Dari beberapa kesulitan atau hambatan yang dialami oleh siswa MTs Negeri Maros, dan upaya yang dilakukan dengan mengatasi kesulitan siswa dalam membaca dan menulis teks bahasa Arab, pada dasamya sudah berusaha seoptimal mungkin, di antaranya adalah melatih keterampilan membaca serta menulis dan juga keterampilan muhadatsah. Sebagaimana diketahui bahwa keterampilan membaca dan menulis teks bahasa Arab siswa mampu membaca dan menulis bahas Arab dengan baik. Adapun usaha-usahanya adalah:

1. Dalam proses belajar mengajar diperbanyak menggunakan metode drill. Metode drill atau mim-mem atau menghafal, ciri-cirinya yaitu:

a. Kegiatan belajar mengajar di demonslrasikan, drill gramatika dan struktur kalimat atau structure drill, latihan ucapan atau pronunciation drill, latihan menggunakan kosakata dengan cara menirukan guru pada native informative

b. Pada saat drill, native informant bertindak sebagai drill master, dengan cara mengucapkan beberapa kalimat, para murid terus menirukannya sampai beberapa kali sampai akhimya hafal.

c. Gramatika diajarkan secara tidak langsung melalui kalimat-kalimat yang dipilih sebagai model atau pola.

d. Pada tingkat yang lebih maju atau advenced pelajaran berbentuk diskusi atau dramatisasi.

e. Metode bervariasi karena digunakan rekaman-rekaman dialog dan drill yang disebut audio-lingual methode atau disebut juga aural-oral approach. Metode drill atau latihan yang digunakan ada 3 macam yaitu:

1. Latihan Mekanis

Pada dasamya latihan ini bertujuan menanamkan kebiasaan dengan memberikan stimulus untuk mendapatkan respon yang benar. Latihan-latihan ini bisa diberikan secara lisan atau tertulis dan diintegrasikan dengan latihan keterampilan berbicara dan menulis. 2. Latihan Bermakna

Kalau latihan mekanis sepenuhnya bersifat manipulatif, karena kalimat yang diucapkan oleh siswa sama sekali tidak dihubungkan dengan konteks atau situasi, maka latihan bermakna ini sudah dihubungkan dengan konteks atau situasi yang sebenamya. Oleh karena itu dapat dikatakan sebagai latihan semi-komunikatif.

Pemberian konteks berupa:

a. Alat peraga, baik berupa benda-benda alamiah maupun gambar-gambar yang dipakai untuk memberikan makna pada kalimat-kalimat yang dilatihkan. Misalnya, guru mempersiapkan seperangkat gambar yang menunjukan macam-macam kata ganti (diamir) kemudian guru menampilkan satu model kalimat.Selanjutnya guru menunjuk kepada setiap figur dalam ambar dan siswa diminta merespon dengan mengucapkan kalimat dengan mengindahkan perubahan bentuk isim sesudahnya sesuai dengan jenis kata ganti (diamir) yang di tunjuk oleh guru, kalau guru menunjuk kata ganti ya misalnya, maka respon murid adalah: Demikian selanjutnya

b. Situasi Kelas, benda-benda yang ada didalam kelas dapat dimanfaatkan untuk memberi makna. Dibawah ini latihan dengan memakai fungsi didalam kelas sebagai konteksnya. Kalau latihan diatas tentang mafulbih dan pemakaian diumir, maka dibawah ini latihan penggunaan kata penunjuk tempat:

3. Latihan Komunikatif

Latihan ini menumbuhkan daya kreasi dan merupakan latihan berbahasa yang sebenamya. Oleh karena itu, latihan ini sebaiknya diberikan apabila guru merasa bahwa siswa telah mendapatkan bahan yang cukup (berupa kosa kata, struktur, dan ungkapan komunikatif) yang sesuai dengan situasi dan konteks yang ditentukan. Latihan-latihan komunikatif ini bisa dalam bentuk individual, dimana guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Latihan diatas selanjutnya diterapkan berpasangan dan dalam kelompokkelompok kecil. Pada tahap berikutnya guru dapat menetapkan topik atau materi yang dipercakapkan. Kemudian setiap kelompok bersiap untuk melaporkan hasil percakapannya kepada seluruh siswa dalam satu kelas. Guru-guru harus bagus tulisannya, terutama dipapan tulis. Tulisan guru yang bagus akan menarik hati murid-murid untuk menirunya. Tetapi kalau tulisan guru buruk, maka tidak menarik hati murid-murid, bahkan mereka benci melihatnya. Sebab itulah banyak murid-murid kita sekarang yang tidak pandai menulis Arab (Khat Arabi) dan mereka suka menulis huruflatin.

Tujuan pelajaran khat diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Supaya murid-murid pandai menulis dengan terang danjelas, sehingga dapat dibaca dengan mudah.

2) Supaya tulisan itu bagus dan indah, menurut sistem tulisan dan teknik tiap-tiap huruf.

3) Supaya murid-murid bisa menulis dengan cepat dan bagus. Hal ini tidak dapat, kecuali dengan membiasakan dan latihan.

Metode mengajarkan khot yang dipergunakan oleh guru adalah sebagai berikut:

1) Pendahuluan, yaitu menyuruh murid-murid mengeluarkan buku tulis dan pena. Ketika itu guru menuliskan tanggal, hari, bulan Hijri dan Miladi dipapan tulis dan membagi papan tulL dua bagian: sebagian untuk contoh tulisan, yaitu sebelah kanan dan sebelah lagi untuk memberi keterangan dan petunjuk, yaitu sebelah kiri. Besar bagian sebelah kanan dua kali bagian sebelah kiri.

2) Guru menuliskan contoh tulisan atau memperlihatkannya, jika sudah dituliskan sebelumjam pelajaran.

3) Guru menyuruh salah seorang murid membaca contoh tulisan yang tertulis dipapan tulis, kemudian bertanya jawab dengan mereka untuk memahami artinya.

4) Guru menerangkan cara menulis huruf-huruf yang sukar atau kata-kata baru dipapan tulis pada bagian kiri, dengan memakai kapur yang berwama untuk menerangkan bagian-bagian huruf atau bagian-bagian kata. Guru menyuruh murid-murid memperhatikan cara menuliskan itu, supaya ditirunya.

5) Guru menunjuki murid-murid cara memegang pena (kolam) dan duduk yang baik, serta menjaga disiplin dan kebersihan

6) Kemudian guru menyuruh murid-murid menulis dibuku tulis, sambil mencontoh tulisan yang tertulis dipapan tulis. Ketika itu guru berjalan keliling, memeriksa dan memperbaiki kesalahan murid-murid. Kalau kesalahan itu terdapat pada dua, tiga orang murid, maka guru memperbaiki buku tulis mereka masing-masing. Tetapi kalau kesalahan itu umum pada kebanyakan murid, maka guru menyuruh mereka meletakan pena dan melihat kepapan tulis.

7) Guru menerangkan kesalahan umum dipapan, serta menerangkan yang betulnya serta dijelaskan perbedaan antara keduanya. Murid-murid mengulang menuliskan khot dibuku tulis sambil mencontoh tulisan dipapan tulis.

8) Guru meneruskan pekerjaannya seperti tersebut diatas, yaitu memperbaiki perorangan dan mempcrbaiki umum, kemudian gLini memberi nilai-nilai tulisan murid-inurid (membcri poten) dengan menggunakan tinta merah.

4. Siswa diberi Pekerjaan Rumah (PR) Secukupnya dan menghafal ufrodat-mufrodat dengan artinya yang sudah dipelajari dengan baik dan benar Pekerjaan Rumah (PR) merupakan hal yang sering diberikan oleh para guru kepada murid-muridnya. Tujuannyajelas, yaitu untuk mengukur sejauh mana para siswa dalam menguasai materi yang telah diterima. Tidak terkecuali bahasa Arab, Pekerjaan rumah selain untuk mengukur sejauh mana para siswa dalam menguasai materi, juga bisa untuk melatih para siswa dalam membaca dan menulis.

Menghafal mufrodat atau kosa kata dengan artinya sangat penting dalam

mempelajari bahasa Arab, maka hal pertama yang hams dikuasai adalah hafal kosa kata dengan artinya. karena dengan hafal kosa kate dengan artinya, maka secara otomatis akan tau arti dari materi yang dipelajarinya, apabila sudah tau artinya diharapkan bisa mengetahui isi dari materi tersebut, sehingga siswa tersebut paham betui serta menguasai akan setiap materi yang diberikan oleh gurunya. Maka dari itu guru bahasa Arab pada khususnya dan kelas VIII dan IX pada umumnya, mewajibkan kepada setiap siswa-siswanya unutuk hafal setiap mufrodat bersama artinya dari materi yang dipelajarinya. Menghafal mufrodat deng;.m artinya, selain mempunyai tujuan seperti yang telah tercantum diatas, juga mempunyai manfaat lain yaitu: dengan seringnya siswa mengulang-ulang kosa kata yang diajarkannya, maka akan semakin baik dalam mengucapkan kosa kata tersebut, yang artinya semakin baik pula dalam membacanya. Minimnyajam pelajaran yang diberikan untuk belajar bahasa Arab, maka kemungkinan kecil bagi guru menyuruh murid-muridnya untuk menghafalkan kosa kata didalam kelas,maka sebagai gantinya guru menyuruh murid-muridnya untuk menghafalkan mufrodat dirumah, dengan harapan apabila sampai sekolah para siswa sudah menguasai dan hafal mengenai mufrodat beserta artinya yang telah dipelajari.

5. Siswa diberi tugas agar melengkapi tulisan yang belum bersyakal.

Pemberian tugas ini biasanya ketika guru akan memberikan materi khiwar ataupun Qiro'ah, Setelah guru menerangkan seluruh mufrodat dalam suatu pembahasan tertentu, dan para siswa sudah memahami, kemudian menginjak materi berikutnya, baik Khiwar maupun Qiro'ah, maka guru menyuruh para siswa untuk mencoba mengharokati materi Khiwar atau Qiro'ah yang belum berharokat. Setelah para siswa selesai mengharokati materi yang akan dibahas tersebut, kemudian guru meminta kepada para siswa untuk membaca satu persatu dari materi yang baru saja mereka harokati. Apabila terdapat kesalahan atau kesulitan didalam membaca, maka guru langsung membetulkan bacaan yang salah tersebut serta menerangkan.Pemberian tugas seperti ini akan membantu sekali bagi para siswa dalam mengatasi masalah kesulitan membaca teks bahasa Arab. Terutama apabila para siswa menjumpai teks bahasa Arab yang belum ada harokatnya, ataupun sudah ada harokatnya tetapi belum lengkap. 6. Siswa diberi tugas untuk menulis Arab melalui Imla':

Imla' penting sekali diantara cabang-cabang ilmu bahasa. Bahkan imiu' itulah asas yang utama untuk mengibaratkan isi hati kita dengan tulisan. Nahwu hanya wasilah (jalan) untuk membetulkan baris akhir kata-kata. Tetapi Imla' wasilah untuk membentuk rupa tulisan, kata-kata imlu' yang salah tak dapat dibaca dan tak dapat dimengerti sama sekali. Bahkan kesalahan Imla' menunjukkan, bahwa penulisnya orang dungu, bukan orang terpelajar. Imla' menjadi ukuran untuk mengetahui sampai dimana pelajaran murid-murid, supaya dapat diberikan pelajaran baru.Metode imlu' disebut juga metode dikte, atau metode menulis. Dimana guru membacakan acara pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk mendikte/menulis dibuku tulis. Dan imlu' dapat pula berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran imlu' dipapan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa, maka materi imia tersebut kemudian dihapus, dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali dibuku tulisnya. Adapun tujuan pengajaran imia' ini adalah sebagai berikut

1) Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab dengan mahir dan benar

2) Agar anak didik bukan hanya trampil dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, akan tetapi trampil pula dalam memikirkannya. Dengan demikian pengetahuan anak menjadi integral (terpadu).

3) Melatih semua panca indra anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran, penglihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasa Arab.

4) Menumbuhkan agar menulis Arab dengan tulisan indah dan rapi.

5) Menguji pengetahuan murid-murid tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari.

6) Memudahkan murid mengarang dalam bahasa Arab dengan memakai gaya bahasanya sendiriPada dasarnya ada dua macam imia' yang dapat dilakukan dalam pengajaran

imia' dikelas. Yakni dengan cara mengimla'kan materi pelajaran itu "dipapan tulis dan murid mencatat/menuliskannya dibuku tulis. Kemudian imia' dengan cara, gum hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menulisnya dibuku tulis mereka masing-masing.

Namun metode yang digunakan oleh guru disisni hanya satu yaitu metode

yang pertama. Adapun metode imla' tersebut adalah sebagai berikut:

1. Guru memberikan apersepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla'. Gunanya adalah agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang akan dimulai

2. Guru menuliskan materi pelajaran imla' itu dipapan tulis dengan tulisan yang terang dan menarik

3. Setelah guru membacakan acara imla' maka guru menyuruh diantara mereka untuk membacakan acara imla' hingga benar dan fashih

4. Setelah selesai membaca imla' dari semua siswa, guru menyuruh mereka mencatatnya dibuku tulis.

5. Menerangkan ikhtisar dari materi imla' tersebut

6. Mengadakan tanya jawab, hal-hal yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan

7. Guru menyuruh semua siswa untuk mencatat/menulis imla' dipapan tulis itu kedalam buku tulis mereka masing-masing dengan benar dan rapi.

8. Setelah selesai imla', guru mengumpulkan catatan imla' semua anak didik untuk diperiksa atau dinilai. Contoh materi imla' yang diajarkanBAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Karya Ilmiah dan analisa yang penulis lakukan, maka penulis simpulkan bahwa ada beberapa problematika membaca dan menulis bahasa Arab bagi siswa MTs Negeri Maros Baru Kab. Maros. Problematika antara lain:1. Keterbatasan siswa mengenai pengetahuan tata bahasa atau nahwu sharaf

2. Siswa mengalami kesulitan dalam hal membaca tanpa syakal

3. Siswa juga mengalami kesulitan dalam hal menulis (imla)Untuk mengatasi problematika tersebut guru telah berusaha semaksimal

mungkin, diantara usaha-usaha yang ditempuh yaitu:

1. Dalam proses belajar mengajar diperbanyak menggunakan metode drill

2. Pembinaan BTQ yang diadakan di setiap pagi hari sebelum dimulai jam pelajaran

3. Pembinaan menulis khot, terutama khot nasai yang biasanya diadakan setiap bulan Ramadhan sebagai bagian dari kegiatan pesantren kilat.

4. Siswa diberi pekerjaan rumah (PR) secukupnya dan menghafal mufradat-mufradat bersama artinya, yang sudah dipelajari dengan baik dan benar.

5. Siswa diberi tugas melenghkapi tulisan yang belum bersyakal.

6. Siswa diberi tugas menulis Arab melalui imla.

B. Saran-saran

Agar proses belajar mengajar dalam membaca dan menulis teks bahasa Arab menjadi lebih baik dan optimal serta prestasi siswa mengalami hasil maksimal, maka penulis menyampaikan pemikirqan-pemikiran sebagai berikut:

1. Ketika mengajar, hendaknya guru menyuruh siswa untuk membaca dengan suara yang cukup keras, sedangkan guru membetulakan kasalahannya dan menyuruh siswa untuk mengulangi bacaannya pada susunan yang salah.

2. Setelah pelajaran selesai hendaknya guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa yang menjawab, sebaliknya siswa juga harus bertanya beberapa soal kepada gurunya tentag pelajaran yang baru diberikan oleh guru.

3. Pada tahap-tahap awal hendaknya guru memilih susunan vokabulari yang mungkin diperagakan, baik dengan gambar maupun gerakan-gerakan bacaan, acting tertentu bahkan dengan penjelasan arti.

DAFTAR PUSTAKA

Asasuddin Sokah, Umar, 1982. Problematika Pengajaran Bahasa Arab dan Inggris. Yogyakarta: Nur Cahaya. Dahlan, Juwairiyah 1992, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. Surabaya: Al-Ikhlas.

Dahlan, Juwairiyah. 1992. Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. Depag RI, 2003. Metodelogi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktoral Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993, Tim Penyusun Kamus, Jakarta: Balai Pustaka.

Fuad Effendi, Ahmad, 2005. Metodologi Pengajran Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Hamalik, Oemar, 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara---------------------. 1991. Pendekatakn Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Jakarta: Bumi AksaraPurwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Syah, Muhibbin 2010. Psikologi Belajar. Jakarata: Raja Grafindo Persada.

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Angkasa.

Wahab, M. Abdul . 2004. Active learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press.

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, 1997. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Zaenuddin, Radliyah. 2005. Metodelogi dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Cirebon: Fakultas Rihlah Grup.1