makalah osteomielitis liza irma (bab i. ii, iii daftar pustaka)

32
BAB I PENDAHULUAN Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik. Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat patogen. Infeksi dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau menyebar dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu sendiri jika terjadi cedera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk melalui luka tersebut. Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering 1

Upload: lizasartika

Post on 19-Jan-2016

80 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

dsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshndsfgbarjkgblragbrwialghrviawlgbfvsfewihnkjdshn

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

BAB I

PENDAHULUAN

Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan struktur

disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik.

Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat

menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan

mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%),

Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus

influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat patogen.

Infeksi dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau

menyebar dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu

sendiri jika terjadi cedera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk

melalui luka tersebut.

Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada

bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang

tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.

(Yuliani 2010). Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi

neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit

adalah sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000

penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis

adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari.

1

Page 2: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

BAB II

2.1. Proses pembentukan tulang

Osifikasi  adalah sebuah proses pembentukan tulang. Pembentukan tulang dimulai dari

perkembangan jaringan penyambung seperti tulang rawan (kartilago) yang berkembang menjadi

tulang keras.

Pertumbuhan tulang bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai

dewasa. Pertumbuhan tulang ini akan lengkap pada bulan ketiga kehamilan. Pertumbuhan tulang

bayi di dalam rahim dipengaruhi oleh hormon plasenta dan kalsium. Setelah anak lahir, proses

pertumbuhan tulangnya diatur oleh hormon pertumbuhan, kalsium, dan aktivitas sehari-hari.

Osteoblas dan osteoklas berperan dalam proses pembentukan tulang, dimana keduanya bekerja

secara bertolak belakang (osteoblas memicu pertumbuhan tulang, sedangkan osteoklas

menghambat pertumbuhan tulang) agar tercapai proses pembentukan tulang yang seimbang. 

Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut

banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung

pembuluh darah akan membentuk kondroblas. Pada awalnya pembuluh darah menembus

perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah

menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium

berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di

daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar

kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan,

dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian

pada sel-sel tulang rawan ini. Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi)

dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya

pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.

2

Page 3: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epifise sehingga terjadi

pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang

rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang

rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.

Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah

kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian

tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan

diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga

rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk

lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan. 

Jadi pembentukan tulang keras berasal dari tulang rawan (kartilago yang berasal dari mesenkim).

Kartilago memiliki rongga yang akan terisi olehosteoblas (sel-sel pembentuk tulang). Osteoblas

membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel tulang akan melingkari pembuluh

darah dan serabut saraf membentuk sistem havers. Matriks akan mengeluarkan kapur dan fosfor

yang menyebabkan tulang menjadi keras. 

Jenis osifikasi: 

a. Osifikasi endokondral          : pembentukan tulang dari tulang rawan, terjadi pada tulang

panjang

b. Osifikasi intramembranosus : pembentukan tulang dari mesenkim, seperti tulang pipih pada

tengkorak

c. Osifikasi heterotopik            : pembentukan tulang di luar jaringan lunak

3

Page 4: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

2.2. Definisi Osteomielitis

Osteomielitis = ( osteo + mielitis ) adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme

piogenik, walaupun berbagai organ infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap

terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa,

dan periosteum.

2.3. Klasifikasi Osteomielitis

Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinis, yaitu

osteomielitis akut, sub akut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari intensitas proses infeksi dan

gejala yang terkait.

2.3.1. Osteomielitis Hematogen Akut

Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang

disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikro – organisme berasal dari fokus ditempat lain dan

beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak – anak dan sangat

jarang pada orang dewasa. Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung

dari pengobatan yang tepat dan segera.

4

Page 5: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

2.3.1.1. Etiologi

Sebanyak 90 % disebabkan oleh stafilokokus aureus hemolitikus ( koagulasi positif ) dan

jarang oleh streptokokus hemolitikus. Pada anak umur dibawah 4 tahun sebanyak 50 %

disebabkan oleh Hemofilus influenza. Adapun organisme lain seperti B. Colli, B. Aerogenus

kapsulata, Pneumokokus, Salmonella tifosa, Pseudomonas aerogenus, Proteus mirabilis,

Brucella, dan bakteri anaerobik yaitu Bakteroides fragilis juga dapat menyebabkan osteomielitis

hematogen akut.

2.3.1.2. Faktor predisposisi osteomielitis akut

- Umur, terutama mengenai bayi dan anak – anak

- Jenis kelamin, lebih sering pada laki – laki daripada wanita dengan perbandingan 4:1

- Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut

- Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis karena daerah

ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang

- Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya

( seperti bisul, tonsilitis ) merupakan faktor predisposisi osteomielitis hematogen akut

2.3.1.3. Patologi dan Patogenesis

Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu :

1. Penyebaran umum

• Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septikemia

• Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah - daerah lain

2. Penyebaran lokal

• Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost

• Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai dibawah kulit

• Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik

5

Page 6: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

•Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam tulang

terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal dengan terbentuknya tulang mati

yang disebut sekuestrum.

Gambar skematis perjalanan penyakit osteomielitis

A. Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini menimbulkan edema

periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.

B. Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat inflamasi yang

selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis dibawah jaringan lunak

C. Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi menembus periosteum

dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana abses dapat mengalir keluar melalui

sinus pada permukaan kulit. Nekrosis tulang akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum

dan infeksi akan berlanjut kedalam kavum medula.

Patoogi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada umur, daya tahan

penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui aliran darah dari fokus

tempat lain dalam tubuh pada fase bakterimia dan dapat menimbulkan septikemia. Embolus

6

Page 7: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

infeksi kemudian masuk kedalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses

selanjutnya terjadi hiperemi dan edema didaerah metafisis disertai pembentukan pus.

Terbentuknya pus menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam

tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulang

yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping itu pembentukan tulang baru yang

ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis ( terutama anak – anak )

sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti mayat yang disebut involucrum dengan

jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus

menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus ( discharge ) dari involucrum keluar melalui

lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.

Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah

tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk

abses tulang kronik yang disebut abses Brodie.

2.3.1.4 Gambaran Klinis

Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini

mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada kulit dan saluran napas atas. Gejala lain

dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi, nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi

anggota gerak yang bersangkutan.

Gejala – gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa panas tinggi,

malaise serta nafsu makan yang berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya:

- Nyeri tekan

- Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan

bertambah berat bila terjadi spasme lokal.

2.3.1.5 Pemeriksaan Radiologis

• Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan kelainan

radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak.

7

Page 8: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

Gambar 1. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di diametafisis tibia

Gambar 2. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran sklerotik di lateral diametafisis

tibia.

Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari ( 2 minggu ) berupa refraksi

tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru dibawah

periosteum yang terangkat.

8

Page 9: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

Gambar 3. Tampak destruksi tulang pada tibia dengan pembentukan tulang subperiosteal

• Pemeriksaan Ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.

Gambar 4.Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion

2.3.1.6. Pengobatan

o Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu

Stafilokokus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik diberikan

9

Page 10: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju endap darah

penderita. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu setelah laju endap darah

normal.

o Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

o Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik gagal ( tidak ada

perbaikan keadaan umum ), maka dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada

drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-

oseus kemudian dilakukan pemerikasaan biakan kuman. Drainase dilakukan

selama beberapa hari dengan menggunakan cairan Nacl 0,9% dan dengan

antibiotik.

Gambar 5. skematis drainase bedah. Sebuah kateter dimasukkan kedalam tabung

pengisap ( suction ) yang lebih besar. Antibiotik dimasukkan melalui kateter dan diisap

melalui suction.

2.3.2. Osteomielitis Hematogen Subakut

Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisme

penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.

10

Page 11: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

2.3.2.1. Etiologi

Osteomielitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh Stafilokokus aureus

dan umumnya berlokasi dibagian distal femur dan proksimal tibia.

2.3.2.2. Patologi

Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan

mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri

atas sel – sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat penebalan trabekula.

2.3.2.3. Gambaran Klinis

Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak – anak dan

remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal, sedikit

pembengkakan dan dapat pula penderita menjadi pincang. Terdapat rasa nyeri pada

daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan – bulan. Suhu tubuh

biasanya normal.

2.3.2.4. Pemeriksaan Radiologis

Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama

pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang – kadang pada daerah diafisis

tulang panjang.

11

Page 12: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada osteomielitis sub

akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah sclerosis.

2.3.2.5. Pengobatan

Begitu diagnostik ditegakan, antibiotik berspektrum luas dengan dosis yang

adekuat harus segera diberikan selama 6 minggu.

2.3.3. Osteomielitis Kronis

Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang

tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi

setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang.

2.3.3.1Etiologi

Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh stafilokokus aureus ( 75 %),

atau E.colli, Proteus atau Pseudomonas.

2.3.3.2 Patologi dan patogenesis

12

Page 13: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat

terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum ini

merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka ( pada

tulang ) dan sinus ( pada kulit ). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat

keluar/dibersihkan dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses

selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.

2.3.3.3 Gambaran Klinis

Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus setelah

operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang – kadang disertai demam dan nyeri

lokal yang hilang timbul didaerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksan fisik

ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkn

dapat ditemukan sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat

riwayat fraktur terbuka atau osteomielitis pada penderita.

2.3.3.4 Pemeriksaan Radiologis

1. Foto polos

Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda porosis dan sklerosis tulang,

penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.

13

Page 14: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan sclerosis extensive

dibagian distal metafisis pada radius

Gambar 8. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan. Ditandai dengan

adanya gambaran sekuestrum (panah).

2. CT dan MRI

Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta untuk melihat

sejauh mana kerusakan tulang terjadi

Gambar 9. CT image pada osteomielitis kronik.

A. In this tibia, chronic osteomyelitis is associated with a radiodense sharply

marginatedfocus within a lucent cavity (arrow).

B. Coronal reformatted image.

14

Page 15: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

C & D. ) Transaxialimages. CT scanning can be used to identify sequestered bone as

in these tibiae

2.3.3.5 Pengobatan

Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas :

1. Pemberian antibiotik

Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata – mata.

Pemberian antibiotik ditujukan untuk:

• Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya.

• Mengontrol eksaserbasi akut

2. Tindakan operatif

Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian

dan pemayungan antibiotik yang adekuat.

Operasi yang dilakukan bertujuan untuk :

• Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan

tulang ( sekuestrum ) sampai ke jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya dilakukan

drainase dan dilanjutkan secara kontinu selama beberapa hari. Adakalnya diperlukan

penanaman rantai antibiotik didalam bagian tulang yang infeksi

• Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai sasaran dan

mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.

2.4. Osteomielitis pada Tulang Lain

2.4.1 Tengkorak

Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat perluasan

infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses destruksi bisa setempat atau

difus. Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau sedikit sekali. Dibawah ini adalah

gambaran CT-SCAN kepala pada pasien dengan Osteomielitis Tuberkulosis.

15

Page 16: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

2.4.2 Mandibula

Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi gigi. Namun,

infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada mulut. Infeksi terjadi

melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering dan diikuti hygiene oral yang

buruk dan kerusakan gigi.

2.4.3 Pelvis

Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian sayap tulang

ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi sakroiliaka jarang terjadi. Pada

foto terlihat gambaran destruksi tulang yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan

sekuester yang multipel. Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering

disertai abses dan fistula.

16

Page 17: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat, dan pada

tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis diferensial perlu

dipikirkan kemungkinan keganasan.

Osteitis pubis merupakan infeksi bagian bawah yang sekitar simfisis pubis yang

merupakan komplikasi dari operasi dari prostat dan kandung kemih atau , jarang

akibat operasi pelvis lainnya.

2.4.4 Osteomielitis Pada Tulang Belakang

Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa terjadi

osteomielitis secara hematogen. Organisme mencapai badan vertebra yang memiliki

17

Page 18: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang dan menyebar dengan cepat dari

ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian ke badan vertebra. Sumber bakteremia

termasuk dari saluran kemih (terutama di kalangan pria di atas usia 50), abses gigi,

infeksi jaringan lunak, dan suntikan IV yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia

tersebut tidak tampak pada lebih dari setengah pasien. Banyak pasien memiliki

riwayat penyakit sendi degeneratif yang melibatkan tulang belakang, dan beberapa

melaporkan terjadinya trauma yang mendahului onset dari infeksi. Luka tembus dan

prosedur bedah yang melibatkan tulang belakang dapat menyebabkan osteomielitis

vertebral nonhematogeno atau infeksi lokal pada diskus vertebra.

Osteomielitis pada vertebrae jarang terjadi, hanya 10% dari seluruh infeksi tulang

(Epstein, 1976), dan dapat muncul pada seluruh usia. Kuman penyebab terbanyak

ialah Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Pasien yang menderita penyakit ini

sering memiliki riwayat infeksi kulit atau pelvis. Penyebaran infeksi biasanya menuju

badan vertebra daripada bagian yang lainnya, dan pada bagian yang mengandung

banyak darah. Badan vertebrae memiliki banyak pembuluh darah, khususnya di

bawah end plate dimana terdapat sinusoid yang besar dengan aliran pelan sehingga

berpotensi untuk terjadi infeksi.

2.5. Diagnosa Banding

Biasanya, gambaran radiografi osteomyelitis sangat karakteristik dan diagnosis

mudah dibuat sesuai dengan riwayat klinis, dan pemeriksaan radiologis tambahan.

Namun demikian, osteomyelitis dapat juga meniru kondisi lainnya seperti tumor tulang.

1. Osteo Sarkoma

Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis yang

buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun. Paling sering ditemukan

sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang – tulang yang sering terkena adalah femur 18

Page 19: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

distal, tibia proksimal, humerus proksimal, dan pelvis. Pada tulang panjang, tumor

biasanya mengenai bagian metafisis. Garis epifisier merupakan barrier dan tumor jarang

menembusnya.

Gambaran radiologik : tampak destruksi tulang yang berawal pada medula dan

terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada stadium dini

terlihat reaksi periosteal seperti garis – garis tegak ( Sunray appearance ). Dengan

membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor

yang meluas ke luar tulang, berbentuk segitiga ( segitiga codman ). Pada stadium dini

Gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan osteomielitis.

19

Page 20: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

2. Sarkoma Ewing

Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang. Kebanyakan

diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan tulang iga. 75% dari penderita

dibawah umur 20 tahun, paling sering antara 5-15 tahun.

Gambaran radiologik : tampak lesi destruksi yang bersifat infiltrat yang berawal

dimedula, pada foto terlihat sebagai daerah – daerah radiolusen. Tumor cepat merusak

korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis – garis yang berlapis – lapis

menyerupai kulit bawang ( onion peel appearance ). Tumor membesar dengan cepat,

biasanya dalam beberapa minggu tampak destruksi tulang yang luas dan pembengkakan

jaringan lunak yang besar karena infiltrasi tumor ke jaringan sekitar tulang.

20

Page 21: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

21

Page 22: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

BAB III

KESIMPULAN

Osteomielitis adalah infeksi tulang atau sumsum tulang. Osteomielitis dapat menyerang

orang pada semua usia. Pemeriksaan penunjang atau pencitraan yang dapat dilakukan adalah foto

polos, CT scan, MRI, dan Radioisotop bone scan, yang memiliki keunggulan masing-masing.

Pada pemeriksaan foto polos radiologi akan kita dapatkan hilangnya gambaran fasia, gambaran

litik pada tulang (radiolusen), sequester dan involucrum. Pada CT scan pun akan didapatkan

gambaran serupa, namun gambaran tampak lebih jelas, gambaran didapat dari segala arah .

Jaringan yang keras secara umum lebih baik ditunjukan oleh CT scan. Gambaran MRI lebih jelas

menunjukkan perluasan patologis tulang dan jaringan lunak sekitarnya. Sedangkan pemeriksaan

scan radioisotop sensitif untuk osteomielitis disebabkan sifat radioisotop pada bone scan akan

memperlihatkan daerah kerusakan sel tulang atau gambaran kehitaman yang memusat pada

daerah sel-sel yang rusak, namun tidak spesifik, karena kerusakan sel tidak hanya ditunjukan

oleh osteomielitis saja.

Gambaran radiografi foto polos osteomyelitis sangat khas dan diagnosis dapat mudah

dibuat disesuaikan dengan riwayat klinis, sehingga pemeriksaan radiologis tambahan lainnya

seperti CT, dan MRI jarang diperlukan.

22

Page 23: Makalah Osteomielitis Liza Irma (BAB I. II, III Daftar Pustaka)

Daftar Pustaka

1. Rasad S. infeksi tulang dan sendi In Radiologi Diagnostik, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, edisi kedua. Jakarta, 2001. Hal 62-72

2. Rasjad C. struktur dan fungsi tulang In Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Penerbit

Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal 132-41

3. Jong W, Sjamsuhidayat R. infeksi musculoskeletal In Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua.

2005. ECG. Jakarta. Hal 903-910

4. Siregar P. Osteomielitis. Dalam kumpulan kuliah ilmu bedah. Bagian bedah staff pengajar FK

UI. Binarupa aksara. Jakarta. 1995. Hal 472-74

5. Sabiston, DC. Buku ajar bedah bagian 2.Edisi kesatu. Jakarta. ECG. 1994

6. Skinner H. Current Diagnosis and treatment in orthopedics. New Hampshire : Appleton &

lange. 2003

7. Emedicine.medscape.com [accesed : july 3rd 2014]

8. www.medscape.com [accesed : july 3rd 2014]

9. http://www.netterimages.com/image/10375.htm [accesed : july 3rd 2014]

23