makalah mpg 1
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma dalam agroekosistem menimbulkan berbagai masalah yaitu
berkompetisi dengan tanaman budidaya terhadap sumberdaya, mempersulit
pemeliharaan tanaman, sebagai inang pengganti (alternate host) hama dan patogen
penyebab penyakit tumbuhan, menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman
sehingga mengakibatkan kerugian finansial. Gulma agak lebih berbahaya
dibandingkan insekta dan patogen, bersifat statis, menyusun komunitas bersama
tanaman budidaya dan sering menjadi resisten terhadap herbisida (Kohli et al., 2001).
Menurut Moenandir (2010) gulma yang tumbuh berdekatan dengan tanaman
budidaya dapat menyebabkan adanya persaingan atau kompetisi sebagai interaksi
dari keduanya. Sembodo (2010) menjelaskan bahwa persaingan atau kompetisi terjadi
dikaitkan dengan ketersediaan sarana tumbuh seperti air, hara, cahaya matahari, CO2
dan ruang tumbuh yang terbatas. Beberapa kerugian yang disebabkan oleh kehadiran
gulma pada pertanaman budidaya antara lain: menurunkan kuantitas dan kualitas
hasil panen, gulma menjadi inang hama dan penyakit tumbuhan serta gulma dapat
meracuni tanaman (alelopati).
Hasil penelitian Laude et al. (1996) menunjukkan bahwa kehadiran gulma
selama pertumbuhan tanaman tomat dapat meningkatkan kehilangan hasil tomat
hingga 54.22%. Hal ini disebabkan adanya kompetisi gulma dengan tanaman yang
semakin lama, sehingga kehilangan hasil semakin besar.
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian
rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama,
penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi,
tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek
pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman
budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan
nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian
1
karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia.
Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih
muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar
usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup
pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan
masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain
(misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang
lebih besar.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :
Mengetahui berbagai faktor yang menyebabkan kerugian bagi tanaman akibat
gulma.
Mengetahui persentase kehilangan hasil akibat gulma.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerugian Akibat Gulma
Gulma merupakan OPT yang sangat merugikan bila tidak segera dikendalikan,
karena gulma mampu bersaing dengan tanaman budidaya untuk memperebutkan
cahaya, air, dan hara. Terdapat berbagai macam kerusakan yang ditimbulkan akibat
gulma menurut Toekidjan Soejono (2006), diantaranya yaitu:
Sebagai tumbuhan inang hama dan penyakit tanaman, sehingga bisa dipastikan
perkembangan hama dan penyakit akan semakin cepat.
Dapat menyumbat saluran irigasi, sehingga pengelolaan air tidak efisien.
Mengurangi kualitas hasil panen, sehingga akan menurunkan harga jual panen.
Mempersulit pemeliharaan tanaman.
Menurut Guntoro (2008), gulma adalah tumbuhan yang bernilai negatif
(merugikan), tumbuhan yang bersaing dengan manusia dalam memanfaatkan lahan,
dan gulma adalah tumbuhan yang tumbuh secara spontan. Tjitrosoedirdjo, dkk.
(1984) dan Rao (2000) menyatakan, gulma pada umumnya dapat merugikan tanaman
disebabkan berbagai faktor :
Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi,
terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya
dan ruang lingkup.
Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji
gulma.
Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi
tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya.
Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-
duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang
dibudidayakan.
3
Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia
hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada
padi.
Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya
menyebabkan alergi.
Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan
waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang
menyumbat air irigasi.
Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan
tersebar luas ialah eceng gondok (Eichhornia crssipes). Terjadi pemborosan air
karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh
penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa
Pening gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu penetrasi
sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen dalam air dan
menurunkan produktivitas air.
2.2 Kehilangan Hasil Akibat Gulma
Kehilangan hasil tanaman yang disebabkan oleh gulma hampir mencapai 12%
dari total kehilangan hasil oleh organisme pengganggu tanaman (Anaya, 1999).
Kehilangan hasil panen beberapa jenis tanaman pangan oleh gulma sangat bervariasi.
Sebagai contoh penurunan hasil padi sawah oleh gulma antara 15-40%, padi gogo 47-
87%, jagung 16-82%, kedelai 18- 68%, dan ubikayu 6-62% (Sastroutomo, 1990).
Di perkebunan penurunan produksi beberapa jenis tanaman oleh gulma juga
bervariasi yaitu pada karet sebesar 5%, kakao 10%, kopi 15%, teh 9%, dan tebu 20%.
Gangguan gulma secara langsung terhadap tanaman budidaya selain melalui
kompetisi juga melalui alelopati. Beberapa jenis gulma yang menurunkan hasil
tanaman melalui kompetisi dan alelopati di antaranya ialah Ageratum conyzoides L.
(Kohli, 1997), Cyperus rotundus L.(Willianm and Warren, 1975), Datura
stramonium L. (Levitt et al., 1984), Echinochloa crus-galli (L.) Beauv. (Bhowmik
and Doll, 1979), dan Lantana camara L. (Singh et al., 1989; Arora and Kohli, 1993).
4
Gulma juga dapat mengganggu tanaman budidaya secara tidak langsung yaitu
menghambat irigasi, mengurangi persediaan air di waduk baik melalui transpirasi
maupun sedimentasi, dan sebagai inang pengganti hama dan patogen penyebab
penyakit tumbuhan.
5
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Kerugian Akibat Gulma
Salah satu kerugian tanaman sebagai akibat adanya gulma adalah adanya
persaingan (kompetisi). Keberadaan gulma di sekitar tanaman budidaya akan
mengakibatkan terjadi kompetisi terutama apabila faktor-faktor tumbuh berada dalam
keadaan yang terbatas. Hal ini umum terjadi apabila tanaman berinteraksi dengan
gulma (Radosevich dan Holt, 1984).
Kompetisi diartikan sebagai kecenderungan tanaman tetangga (tanaman
yang berdampingan) untuk menggunakan cahaya, ion hara, molekul dan volume
ruang yang sama atau penggunaan yang bersama sumber tersedia dalam jumlah
terbatas oleh dua atau lebih species tanaman. Kemampuan berkompetisi
merupakan kemampuan tumbuhan dalam merebut dan memanfaatkan sumber
faktor tumbuh yang berupa cahaya, air, hara dan ruang secara cepat dan merupakan
batas minimum keperluan tanaman terhadap sumber tersebut. Jika habitat dalam
kondisi subur, maka kemampuan berkompetisi suatu tanaman ditentukan oleh
kemampuannya dalam merebut cahaya matahari, hara, air, dan CO2. Sedangkan,
jika habitat dan kondisi miskin unsur hara, maka kemampuan berkompetisi suatu
tanaman ditentukan oleh toleransinya terhadap sumber yang tersedia dalam jumlah
terbatas (Grime, 1979 ; Grace, 1990 ; Tilman, 1990).
Kemampuan tanaman berkompetisi dengan gulma dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu jenis gulma, kerapatan gulma, dan lamanya kompetisi.
Semakin banyak produksi biji gulma akan semakin rapat populasi gulma, hasil
tanaman akan semakin menurun karena kerapatan gulma akan menyebabkan
semakin kuat terjadinya kompetisi pengambilan unsur hara, air, dan cahaya
matahari bagi tanaman (Zimdahl, 1980 ; Soeriatmadja, 1981).
Gulma berkompetisi tidak hanya dengan tanaman pokok tetapi juga
berkompetisi dengan gulma lain disekitarnya. Keefektifan dalam berkompetisi dan
menguasai ruang tumbuh tergantung habitat tumbuh, status hara, air tanah, efisiensi
6
alokasi, dan pemanfaatan sumber daya oleh tumbuhan, vigor kecambah, jenis
tumbuhan, dan daya saing tumbuhan (Radosevich dan Holt, 1984).
Kompetisi yang terjadi antara gulma dengan tanaman tidak pula
berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan vegetatif tanaman dapat juga
disebabkan beberapa faktor lain misalnya kandungan nitrogen yang cukup didalam
tanah serta habitus tanaman dan perakaran yang berbeda. Menurut pendapat
Holland dan Namara (1982), tanaman yang cepat menguasai ruang tumbuh akan
menjadikan gulma terhambat dan tanaman akan mampu bersaing memperoleh
faktor tumbuh yang dibutuhkan, sebaliknya tanaman yang lambat menguasai ruang
tumbuh menyebabkan gulma tumbuh lebih pesat sehingga kemampuan tanaman
bersaing akan menurun.
Menurut Tjitrosedirjo, Hidayat, & Joedojono (1984), pada tanaman
perkebunan, kerugian yang bisa diakibatkan oleh gulma dapat seperti
memperlambat dan memperpanjang masa sebelum panen, contohnya adalah gulma
Imperata cylindrica. Pada tanaman teh, gulma dapat menurunkan:
Jumlah daun yang dipetik
Menghambat pertumbuhan tanaman teh muda
Sebagai tumbuhan inang untuk jasad pengganggu lain
Sementara pada tanaman karet, gulma dapat menurunkan:
Menurunkan hasil
Menghambat pertumbuhan dan menunda masa produktif tanaman karet
Masa sadap karet akan tertunda 3 tahun dan merugi sebesar 3250 kg karet
kering/ha
2.2 Kehilangan Hasil Akibat Gulma (Studi Kasus)
Studi Kasus I
Penelitian yang dilaksanakan di Bukit Lama Palembang pada bulan Juni
2007 - Desember 200 ini menunjukkan adanya kehilangan hasil yang disebabkan
oleh kompetisi gulma dengan tanaman padi lebak pada areal pertanaman.
7
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, komponen hasil
tanaman padi lebak dan species teki berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dengan
semakin besar kepadatan species teki yang berkompetisi, semakin besar penurunan
hasil dan komponen hasil, baik pada tanaman padi lebak maupun terhadap species-
species teki sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Moody (1976), bila dalam
suatu ruang yang sama terdapat perakaran dua jenis tumbuhan yang bersaing,
persaingan dalam memperebutkan air dan unsur hara akan lebih besar, dan
kepadatan gulma akan berpengaruh terhadap hasil tanaman budidaya.
8
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Gulma merupakan OPT yang sangat merugikan bila tidak segera dikendalikan,
karena gulma mampu bersaing dengan tanaman budidaya untuk memperebutkan
cahaya, air, dan hara. Kerugian gulma pada tanaman budidaya dapat berupa:
Sebagai tumbuhan inang hama dan penyakit tanaman, sehingga bisa dipastikan
perkembangan hama dan penyakit akan semakin cepat.
Dapat menyumbat saluran irigasi, sehingga pengelolaan air tidak efisien.
Mengurangi kualitas hasil panen, sehingga akan menurunkan harga jual panen.
Mempersulit pemeliharaan tanaman.
Sementara kehilangan hasil tanaman yang disebabkan oleh gulma hampir
mencapai 12% dari total kehilangan hasil oleh organisme pengganggu tanaman.
Kehilangan hasil panen beberapa jenis tanaman pangan oleh gulma sangat
bervariasi.
4.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Teori Utama Pembangunan . http://sosialcorner.com/teori-
utama-pembangunan.[diakses tanggal 17 September 2011].
Moody, K. 1967. Crop-Weed Competion. Biotrop Weed Sci. Training Course.
Biotrop. Bogor.p. 38-52
Soejono, Toekidjan. (2006). Gulma Dalam Agroekosistem: Peranan, Masalah, dan
Pengelolaannya.http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CGcQFjAH&
url=http%3A%2F%2Fmgb.ugm.ac.id%2Fmedia%2Fdownload%2Fpidato-
pengukuhan.html%3Fdownload%3D118%26start%3D35&ei=iDwoUfi-
HYKErQeCgYHgCQ&usg=AFQjCNHU6qGxdyaqcowSUYY-
7J8iHZToYA&sig2=FcXVK5yMT1Bcl8lRSNuYxg&bvm=bv.42768644,d.
bm. Diakses tanggal 26 Februari 2013
Syawal, Yernelis. (2009). Efek Kepadatan Spesies Gulma Teki Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Padi Lebak. http://eprints.unsri.ac.id/1334/.
Diakses tanggal 24 Februari 2013
Tjitrosoedirjo, S., Is Hidayat Utomo, & Joedojono Wiroatmodjo. (1984). Pengelolaan
Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia: Jakarta
10