makalah moral (ppd).docx

18
MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PERKEMBANGAN MORAL DAN AGAMA DARI LAHIR SAMPAI SEKOLAH DASAR DISUSUN OLEH: ANISY KURLIA SEVIYANI (130210101079) KONITA DYAH SUDIATI (130210101008) ENDAH DWI SETIYATAWATI (13021010101 DIAH AYU NURVITA SARI (13021010103) SISKA RAHMAWATI (130210101088) PENDIDIKAN MATEMATIKA !AKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENGETAHUAN TAHUN A"ARAN 2013 # 201$ UNIVERSITAS "EMBER

Upload: sitirukaiyatulhasana

Post on 07-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN MORAL DAN AGAMA DARI LAHIR SAMPAI SEKOLAH DASAR

DISUSUN OLEH:ANISY KURLIA SEVIYANI (130210101079)KONITA DYAH SUDIATI (130210101008)ENDAH DWI SETIYATAWATI (130210101061DIAH AYU NURVITA SARI (130210101063)SISKA RAHMAWATI (130210101088)

PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENGETAHUAN

TAHUN AJARAN 2013 2014UNIVERSITAS JEMBER

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayat, dan anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dan benar.Selain untuk memenuhi nilai tugas dari dosen, tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang perkembangan moral dan agama dari lahir sampai sekolah dasar.Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orangtua penulis masing-masing atas bantuan dan dukungannya dalam mengerjakan makalah ini. Terima kasih juga kepada rekan-rekan lainnya yang tak mungkin penulis ucapkan satu per satu karena telah menghibur dan membangkitkan semangat penulis dalam menyelesaikan makalah ini.Akhir kata, penulis berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan dan menjelaskan pembaca tentang perkembangan moral dan agama dari lahir sampai sekolah dasar.

Jember,1 Maret 2014 Tim Penulis

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangManusia lahir kedunia mempunyai tujuan yang jelas, tidak hanya hidup seenaknya dan kemudian mati sia-sia. Dari lahir, manusia harus segera diarahkan menuju jalan yang benar. Orang tua yang bertugas sebagai guru pertama bagi anak-anaknya tentu menjadi faktor penentu juga dalam kesuksesan anaknya kelak.Manusia mulai dari umur 1 hari sampai sebelum menempuh sekolah dasar adalah fase awal untuk menerapkan tentang moral dan agama. Pentingnya moral dan agama adalah sebagai pedoman hidupnya kelak agar bisa mengendalikan hidupnya. Walaupun sedikit demi sedikit, orang tua harus sabar mengajari anaknya dengan moral yang baik serta agama yang benar. Perkembangan moral dan agama anak juga peting untuk mengetahui langkah-langkah yang akan diambil. Misalnya, seorang ibu mengajari anaknya mengaji kemudian keesokan hari ibunya menanyakan apa yang diajarkan pada anaknya kemarin, tetapi sang anak lupa. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak tersebut kurang baik, maka sang ibu harus sabar untuk mengulang apa yang diajarkan pada anaknya.Menurut teori perkembangan moral dan agama, ada beberapa tahapan yang dilalui oleh seorang anak. Tahapan ini bisa dijadikan sebagai pengetahuan bagi orang tua mengenai perkembangan anaknya, sehingga sang anak bisa berkembang menjadi anak yang sesuai moral dan agamanya.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian perkembangan,moral, agama dan perkembangan moral dan agama ?2. Apa saja teori perkembangan moral dan agama anak ?3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan moral dan agama anak?4. Apa saja strategi dan teknik perkembangan moral dan agama anak?

1.3 Tujuan1. Mengetahui pengertian perkembangan, moral, agama dan perkembangan moral dan agama.2. Mengetahui teori perkembangan moral dan agama anak 3. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan moral dan agama anak4. Mengetahui strategi dan teknik perkembangan moral dan agama anak

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PerkembanganPerkembangan adalah perubahan yang progesif dan kontinyu (berkesimnambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati. Pengertian lainnya yaitu : Perubahan perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.1) Sistematis adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian bagian organisme (fisik & psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.2) Progesif : perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis)3) Berkesinambungan : perubahan pada bagian atau fungsi organisme berlangsung secara beraturan (Koko Darkusno,2013).

2.2 Perkembangan Moral Pengertian moral ini adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, Akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam tingkah laku.Dalam kaitannya dengan pengalaman nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Misalnya dalam pengamalan nilai hidup, tenggang rasa, dalam perilakunya seseorang akan selalu memperhatikan perasaan orang lain. Dia dapat membedakan tindakan yang benar dan salah.Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkutpersoalan baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral. Dalam hal ini aliran Psikoanalisis tidak membeda-bedakan antara moral norma dan nilai. Semua konsep itu menurut freud menyatu dalam konsepnya tentang superego. Superego sendiri dalam teori freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat.Sedangkan menurut Gerung, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal. Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa kecenderungan (predisposisi) tingkah laku. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian di hayati dan di dorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud (Sunarto dan B. Agung Hartono, 2002 : 169-170). 1) Tahapan Moral kohlberg Tingkat 1 Pra-Konvensional (4-9 tahun) Stadium 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman Stadium 2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?) Tingkat 2 Konvensional (10-15 tahun) Stadium 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas ( Sikap anak baik) Stadium 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial ( Moralitas hukum dan aturan) Tingkat 3 Pasca-Konvensional (> 16 tahun) Stadium 5. Orientasi kontrak social Stadium 6. Prinsip etika universal ( Principled conscience) Stadium 1Individu memfokuskan diri pada orientasi kepatuhan dan hukuman konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri (akibat fisik). Anak berorientasi pada hukuman, anak patuh karena takut dihukum. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya (egosentris).

Stadium 2Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?)Perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri. Anak menyesuaikan diri terhadap harapan sosial untuk memperoleh penghargaan.Contoh : Anak sesuai anjuran guru aktif agar dipuji

Stadium 3Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik) Seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menyesuaikan dengan orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut.

Stadium 4.Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan social ( Moralitas hukum dan aturan)Penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi social karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat (ketertiban). Penalaran moral dalam stadium empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga, kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik.

Stadium 5Orientasi kontrak social individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku.Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan orang banyak . Anak patuh karena menghormati kepentingan bersama. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima.

Stadium 6.Prinsip etika universal ( Principled conscience) penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Individu menyesuaikan diri dengan standar sosial karena keinginan dari hati nuraninya sendiri, sebagai perwujudan tanggung jawab pribadi, bukan karena kecaman sosialnya. Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama.

2.4 Perkembangan agamaMenurut Zakiah Darajat (dalam Lilis Suryani dkk., 2008: 1.9), agama suatu keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perkataan, dan sikap. Perkembangan nilai-nilai agama artinya perkembangan dalam kemampuan memahami, mempercayai, dan menjunjung tinggi kebenaran-kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta, dan berusaha menjadikan apa yang dipercayai sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku dalam berbgaia situasi.Pemahaman anak akan nilai-nilai agama menurut Ernest Harms (dalam Lilis Suryani dkk., 2008; 1.10 1.11) berlangsung melalui 3 tahap, yaitu sebagai berikut :1. Tingkat Dongeng (The Fairy Tale Stage)Tingkat ini dialami oleh anak yang berusia 3 6 tahun. Ciri-ciri perilaku anak pada masa ini masih banyak dipengaruhi oleh daya fantasinya sehingga dalam menyerap materi ajar agama anak juga masih banyak menggunakan daya fantasinya.

2. Tingkat Kenyataan (The Realistic Stage)Tingkat ini dialami anak usia 7 15 tahun. Pada masa ini anak sudah dapat menyerap materi ajar agama berdasarkan kenyataan-kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak sudah tertarik pada apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan. Segala bentuk tindak amal keagamaan mereka ikuti dan tertarik untuk mempelajari lebih jauh.

3. Tingkat Individu (The Individual Stage)Tingkat individu dialami oleh anak yang berusia 15 ke atas. Konsep keagaamaan yang individualistic ini terbagi atas tiga bagian, yaitu: a. konsep keagamaan yang konvensional dan konservatif yang dipengaruhi oleh sebagian kecil fantasi, b. konsep keagamaan yang murni dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal, dan c. konsep keagamaan yang humanistic. Agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.Pengembangan nilai-nilai agama pada anak harus didasarkan pada karakteristik perkembangan anak. Jika memperhatikan pendapat Ernest Harms sebagaimana dikemukakan di atas, maka usaha pengembangan nilai-nilai agama menjadi efektif jika dilakukan melalui cerita-cerita yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran agama. Dengan demikian daya fantasi anak berperan dalam menyerap nilai-nilai agama yang terdapat dalam cerita yang diterimanya (Lilis Suryani dkk., 2008: 1-11).

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 PengertianDi dalam tinjauan pustaka telah disebutkan arti perkata perkembangan moral dan agama. Jadi, perkembangan moral adalah perubahan perubhan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya tentang kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.Sedangkan perkembangan agama adalah perubahan perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya tentang keyakinannya yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.

3.2 Teori perkembangan Moral dan Agama1) Teori perkembangan moralTahapan perkembangn moral Kohlberg adalah ukurun dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg tahapan tersebut dibuat saat dia belajar di University Of Chicago berdasarkan teori yang dia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Paget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi Doktor nya pada tahun 1998 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Yang mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula di teliti Paget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas perkembangan melalui tahapan-tahapan konstruktif.Keenam tahapan tersebut di bagi kedalam tiga tingkatana.Pra-Konvensionalb.Konvensionalc.Pasca-KonvensionalNamun, yang dibahas hanya pada tingkat Pra-Konvensional yaitu tingkatan tahapan anak dari lahir sampai sekolah dasar. Sesorang yang berada dalam tingkat Pra-Konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensi nya langsung. Tingkat Pra-Konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.Dalamtahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Contoh: suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman yang diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.Tahap duamenempati posisi apa untungnya buat saya perilaku yang benar di definisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti kamu garuk punggungku, dan akan aku garuk juga punggungmu. Dalam tahap dua perhatian kepada orang lain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang bersikap intrinsik. kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontak sosial, sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua perspektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.

2) Teori perkembangan agamaDi dalam teori perkembangan agama dibagi menjadi tingkatan sesuai umurnya:1. Tingkat Dongeng (The Fairy Tale Stage)Tingkat ini dialami oleh anak yang berusia 3 6 tahun. Ciri-ciri perilaku anak pada masa ini masih banyak dipengaruhi oleh daya fantasinya sehingga dalam menyerap materi ajar agama anak juga masih banyak menggunakan daya fantasinya.

2. Tingkat Kenyataan (The Realistic Stage)Tingkat ini dialami anak usia 7 15 tahun. Pada masa ini anak sudah dapat menyerap materi ajar agama berdasarkan kenyataan-kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak sudah tertarik pada apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan. Segala bentuk tindak amal keagamaan mereka ikuti dan tertarik untuk mempelajari lebih jauh.

3. Tingkat Individu (The Individual Stage)Tingkat individu dialami oleh anak yang berusia 15 ke atas. Konsep keagaamaan yang individualistic ini terbagi atas tiga bagian, yaitu: a. konsep keagamaan yang konvensional dan konservatif yang dipengaruhi oleh sebagian kecil fantasi, b. konsep keagamaan yang murni dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal, dan c. konsep keagamaan yang humanistic. Agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.Seperti yang telah dijelaskan di atas, untuk perkembangan agama dari lahir sampai sekolah dasar masuk ke tingkatan yang pertama yaitu tingkat dongeng. Untuk yang dari lahir sampai usia 3 tahun tidak disebutkan, karena pada masa itu anak masih sulit berkomunikasi sehingga mereka hanya bisa meniru apa yang dilihatnya.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral dan Agama AnakFaktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral dan agama anak terbagi menjadi 2, yaitu: Faktor EksternalLingkungan diaman individu itu hidup, yaitu:keluarga, sekolah, masyarakat. Faktor InternalKemampuan masing-masing anak dalam menerima arahan dari orang lain.

2.5 Strategi dan Teknik Pengembangan Moral Anak Pengembangan moral anak usia dini dilakukan agar terbentuk perilaku moral. Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pada anak usia dini memerlukan perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai kondisi yang mempengaruhi dan menenytukan perilaku moral. Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu: strategi latihan dan pembiasaan, 2. Strategi aktivitas dan bermain, dan 3. Strategi pembelajaran (Wantah, 2005: 109).

1) Strategi Latihan dan PembiasaanLatihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk membentuk perilaku tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki kebiasaan yang baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya.

2) Strategi Aktivitas BermainBermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil penelitian Piaget (dalam Wantah, 2005: 116), menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral anak usia dini terjadi melalui kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama temannya namun belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain bersama dengan teman-temannya berdasarkan aturan yang berlaku.

3) Strategi Pembelajarana. Usaha pengembangan moral anak dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai-nilai dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan (Wantah, 2005: 123).b. Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini ditujukan pada anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi tahapan perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara tahapan yang satu dengan lainnya. Pada anak usia 0 2 tahun pembelajaran lebih banyak berorientasi pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara proporsional. Pada anak usia antara 2 4 tahun pembelajaran moral lebih diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan menghadapi lingkungan. Untuk anak usia 4 6 tahun strategi pembelajaran moral diarahkan pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perilaku baik dan buruk.Secara umum ada berbagai teknik yang dapat diterapkan untuk mengembangkan moral anak usia dini. Menurut Wantah (2005: 129) teknik-teknik dimaksud adalah: 1. membiarkan, 2. tidak menghiraukan,3. memberikan contoh (modelling), 4. mengalihkan arah (redirecting), 5. memuji,6. mengajak, dan 7. menantang (challanging) (Masitoh,2005).

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanPerkembangan moral adalah perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya tentang kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang, sedangkan perkembangan agama merupakan perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya tentang keyakinannya. Teori yang membahas masalah perkembangan moral dan agama pada anak, antara lain : pra konvensional, konvensional, pasca-konvensional, tingkat dongeng, tingkat kenyataan dan tingkat individu.Adapun factor yang mempengaruhi perkembangan moral dan agama meliputi faktor eksternal (lingkungan diaman individu itu hidup, yaitu: keluarga, sekolah, masyarakat) dan faktor internal (kemampuan masing-masing anak dalam menerima arahan dari orang lain).Strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini meliputi : strategi latihan dan pembiasaan, strategi aktivitas dan bermain ; dan strategi pembelajaran. Sedangkan tekniknya meliputi : membiarkan, tidak menghiraukan, memberikan contoh (modelling), mengalihkan arah (redirecting), memuji, mengajak, dan menantang (challanging).

4.2 Sarana. Bagi mahasiswa : sebagai mahasiswa FKIP perlu untuk mengetahui perkembangan moral dan agama pada anak-anak, agar mereka mengetahui metode pembelajaran apakah yang dapat diterapkan bagi anak-anak. b. Bagi orang tua : sebaiknya orang tua lebih memahami karakter perkembangan moral dan agama anak, sehingga dapat menerapkan pendidikan yang tepat bagi anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Masitoh dkk.2005.Strategi Pembelajaran TK.Jakarta.Sunarto dan B. Agung Hartono.2002.Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta.Lilis Suryani dkk.2008.Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.Wantah, Maria J.2005.Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini.Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi.(http://.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_sekolah/194412051967101koko_darkusno_a/pengertian_dan_ciri_perkembangan.pdf), diakses Koko Darkusno pada tahun 2013.