makalah mkl dinni fitraiani l 0705778

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan pasar modal pada suatu negara mempunyai peranan yang cukup penting, karena pasar modal menjalakan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak yang memerlukan dana . Aktivitas pasar modal di Indonesia telah berlangsung cukup lama yaitu sejak tahun 1912, dan ketika itu masih dilakukan sepenuhnya oleh penjajahan Belanda. Pada saat itu, efek yang di perdagangkan ialah saham dan obligasi milik perusahaan dan pemerintahan Hindia Belanda. Setelah melewati masa kemerdekaan, pemerintahan Indonesia mengambil alih dan meneruskan kembali perdagangan efek yang telah dirintis oleh pemerintahan Hindia Belanda itu. Perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat terutama setelah pemerintahan melakukan berbagai regulasi di didang keuangan dan perbankkan termasuk pasar modal. Para pelaku di pasar modal telah menyadari bahwa perdagangan efek dapat memberikan return yang cukup baik bagi mereka, dan 1

Upload: cutedinni

Post on 23-Jun-2015

561 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan pasar modal pada suatu negara mempunyai peranan yang cukup

penting, karena pasar modal menjalakan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam

melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk

memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak yang

memerlukan dana .

Aktivitas pasar modal di Indonesia telah berlangsung cukup lama yaitu sejak

tahun 1912, dan ketika itu masih dilakukan sepenuhnya oleh penjajahan Belanda.

Pada saat itu, efek yang di perdagangkan ialah saham dan obligasi milik perusahaan

dan pemerintahan Hindia Belanda. Setelah melewati masa kemerdekaan,

pemerintahan Indonesia mengambil alih dan meneruskan kembali perdagangan efek

yang telah dirintis oleh pemerintahan Hindia Belanda itu.

Perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat

pesat terutama setelah pemerintahan melakukan berbagai regulasi di didang keuangan

dan perbankkan termasuk pasar modal. Para pelaku di pasar modal telah menyadari

bahwa perdagangan efek dapat memberikan return yang cukup baik bagi mereka, dan

sekaligus memberikan konsribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian

negara kita

Pasar modal (capital market) adalah lembaga keuangan bukan bank yang

mempunyai kegitan berupa penawaran dan perdagangan efek. Selain itu juga

merupakan lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek dan

perusahan publik yang berkaitan dengan efek. Dengan demikian pasar modal dikenal

sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli modal / dana.

.Surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar uang terdiri dari surat

berharga jangka panjang, menengah, dan pendek, namun transaksi yang dilakukan

tetap jangka waktu pendek. Jenis surat berharga yang umumnya diperdagangkan

1

Page 2: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

dalam pasar uang meliputi antara lain surat promes, surat pembendaharaan Negara,

surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah, surat wesel yang diaskep oleh bank,

sertifikat deposito, dan sertifikat yang dikeluarkan oleh bank sentral atau sertifikat

Bank Indonesia.

Selain itu masih ada juga sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan di pasar

modal yang juga perlu diketahui agar dapat memberi pengetahuan kepada para

investor atau penanam saham

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan Bursa Efek Indonesia dari mulai zaman

penjajahan hingga sekarang

2. Apa saja jenis-jenis sekuritas yang diperdagangkan di Bursa Efek

Indonesia

3. Bagamana kasus Insider Trading PT Matahari Putra Prima Tbk

4. Bagaimana menyelesaikan kasus PT Matahari Putra Prima Tbk

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka penulis dapat

menjelaskan tujuan yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui Perkembangan Bursa Efek Indonesia dari mulai zaman

penjajahan hingga sekarang

2. Mengetahui Jenis-jenis sekuritas yang diperdagangkan di Bursa Efek

Indonesia

3. Mengetahui kasus yang dialami PT Matahari Putra Prima Tbk

4. Mengetahui bagaimana penyelesaian kasus PT Matahari Putra Prima Tbk

2

Page 3: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal Indonesia

2.1.1 Perode Zaman Penjajahan

Periode Zaman Penjajahan. Tahun 1912 adalah tahun pertama pasar modal di

Indonesia. Waktu itu pasar modal didirikan oleh pemerintah India Belanda

(Netherlands Indies), di Jakarta dengan tujuan untuk menghimpun dana guna

menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang Belanda di Indonesia.

Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi

dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging

voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak

1880. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan

cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang

tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.

Munculnya pasar modal di Indonesia secara resmi diawali dengan

didirikannya Vereniging voor de Effectenhandel pada tanggal 14 Desember 1912.

Perkembangan pasar modal pada waktu itu cukup menggembirakan, sehingga

pemerintah kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek di kota lain, yaitu

di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus

1925.

Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun

perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah

dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut

terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh

lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi.Atas dasar itulah maka pemerintahan

kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka

akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia

(Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de

3

Page 4: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan. Pada saat awal

terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa.

Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W.

Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden;

Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa.

Gebroeders.

Sedangkan Efek yang diperjual-belikan adalah saham dan obligasi

perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang

diterbitkan Pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-

perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta

efek perusahaan Belanda lainnya.

Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik

masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari

1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa.

Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman &

Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota

bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa.

Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.

Perkembangan pasar modal waktu itu cukup menggembirakan yang terlihat

dari nilai efek yang tercatat yang mencapai NIF 1,4 milyar (jika di indeks dengan

harga beras yang disubsidi pada tahun 1982, nilainya adalah + Rp. 7 triliun) yang

berasal dari 250 macam efek.

2.1.2 Periode Perang Dunia II

Pada permulaan tahun 1939 keadaan suhu politik di Eropa menghangat

dengan memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler. Melihat keadaan ini, pemerintah

Hindia Belanda mengambil kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan Efek-nya

di Batavia serta menutup bursa efek di Surabaya dan di Semarang.

Namun pada tanggal 17 Mei 1940 secara keseluruhan kegiatan perdagangan

efek ditutup dan dikeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa semua efek-efek

4

Page 5: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

harus disimpan dalam bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Penutupan ketiga bursa efek tersebut sangat mengganggu likuiditas efek, menyulitkan

para pemilik efek, dan berakibat pula pada penutupan kantor-kantor pialang serta

pemutusan hubungan kerja. Selain itu juga mengakibatkan banyak perusahaan dan

perseorangan enggan menanam modal di Indonesia.

Dengan demikian, dapat dikatakan, pecahnya Perang Dunia II menandai

berakhirnya aktivitas pasar modal pada zaman penjajahan Belanda

2.1.3 Periode Orde Lama

2.1.3.1 Aktif Kembali

Setahun setelah pemerintahan Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya

pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa

ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan

diterbitkannya Undang-undang Darurat No. 13 tanggal 1 September 1951, yang

dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan

(Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).yang kelak ditetapkankan sebagai Undang-

undang No. 15 tahun 1952 tentang Bursa, pemerintah RI membuka kembali Bursa

Efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni 1952, setelah terhenti selama 12 tahun. Adapun

penyelenggaraannya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-

efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bank negara dan beberapa makelar Efek lainnya

dengan Bank Indonesia sebagai penasihat. Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi

Pemerintah RI (1950)·

Sejak itu Bursa Efek berkembang dengan pesat, meskipun Efek yang

diperdagangkan adalah Efek yang dikeluarkan sebelum Perang Dunia II. Aktivitas ini

semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi

berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para pembeli obligasi banyak warga

negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum. Semua anggota

diperbolehkan melakukan transaksi abitrase dengan luar negeri terutama dengan

Amsterdam.

5

Page 6: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

2.1.3.2 Periode Masa Konfrontasi

Namun keadaan ini hanya berlangsung sampai pada tahun 1958, karena mulai

saat itu terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di Bursa. Hal ini diakibatkan

politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda sehingga

mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan mengakibatkan banyak warga

negara Belanda meninggalkan Indonesia.

Perkembangan tersebut makin parah sejalan dengan memburuknya hubungan

Republik Indonesia dengan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya dan memuncaknya

aksi pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan

Undang-undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958.

Kemudian disusul dengan instruksi dari Badan Nasionalisasi Perusahaan

Belanda (BANAS) pada tahun 1960, yaitu larangan bagi Bursa Efek Indonesia untuk

memperdagangkan semua Efek dari perusahaan Belanda yang beroperasi di

Indonesia, termasuk semua Efek yang bernominasi mata uang Belanda, makin

memperparah perdagangan Efek di Indonesia.

Tingkat inflasi pada waktu itu yang cukup tinggi ketika itu, makin

menggoncang dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pasar uang dan

pasar modal, juga terhadap mata uang rupiah yang mencapai puncaknya pada tahun

1966. Penurunan ini mengakibatkan nilai nominal saham dan obligasi menjadi

rendah, sehingga tidak menarik lagi bagi investor. Hal ini merupakan pasang surut

Pasar Modal Indonesia pada zaman Orde Lama

2.1.4 Periode Orde Baru.

Langkah demi langkah diambil oleh pemerintah Orde Baru untuk

mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap nilai mata uang rupiah. Disamping

pengerahan dana dari masyarakat melalui tabungan dan deposito, pemerintah terus

mengadakan persiapan khusus untuk membentuk Pasar Modal.

Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di

BI di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian

tim menyatakan bahwa benih dari PM di Indonesia sebenarnya sudah ditanam

6

Page 7: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih

awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun

1958 s/d 1976 mengalami kemunduran.

Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat

keputusan Kep-Menkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim

dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal)

dan PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai

oleh Gubernur Bank Sentral.Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat

kesungguhan dan intensitas untuk membentuk kembali PU dan PM. Selain sebagai

pembantu menteri keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai

pengawas dan pengelola bursa efek.

Pada tanggal 10 Agustus 1977 berdasarkan kepres RI No. 52 tahun 1976 pasar

modal diaktifkan kembali dan go publik-nya beberapa perusahaan. bursa Efek atau

pasar modal diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah

BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai

HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go

public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.·        Pada jaman orde baru inilah

perkembangan PM dapat di bagi menjadi 2, yaitu tahun 1977 s/d 1987 dan tahun

1987 s/d sekarang.

Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan

meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang

memanfaatkan dana dari bursa efek. Fasilitas-fasilitas yang telah diberikan antara lain

fasilitas perpajakan untuk merangsang masyarakat agar mau terjun dan aktif di Pasar

Modal.

Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh

beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang

terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya.

Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang

berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu Paket Kebijaksanaan Desember

7

Page 8: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.

Pakdes 87

Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan

obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti

biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing

untuk membeli efek maksimal 49% dari total emisi.

Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan

memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi

syarat untuk memasuki bursa efek.

Pakto 88

Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai dampak

terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L

(Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak

ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya

kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor

perbankan dan sektor pasar modal.

Pakdes 88

Pakdes 88 atau paket Desember 1988 pada dasarnya memberikan dorongan

yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk

menyelenggarakan bursa. Hal ini memudahkan investor yang berada di luar Jakarta

Di samping ketiga paket kebijakan ini terdapat pula peraturan mengenai dibukanya

izin bagi investor asing untuk membeli saham di bursa Indonesia yang dituangkan

dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 1055/KMK.013/1989. Investor asing

diberikan kesempatan untuk memiliki saham sampai batas maksimum 49% di pasar

perdana, maupun 49 % saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel. Setelah

itu disusul dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No.

1548/KMK.013/1990 yang diubah lagi dengan Keputusan Menteri Keuangan No.

1199/KMK.010/1991. Dalam keputusan ini dijelaskna bahwa tugas Bapepam yang

semula juga bertindak sebagai penyelenggara bursa, maka hanya menjadi badan

8

Page 9: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

regulator. Selain itu pemerintah juga membentuk lembaga baru seperti Kustodian

Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI),

reksadana, serta manajer Investasi.

Keadaan setelah kebijakan deregulasi itu dikeluarkan benar-benar berbeda.

Pasar modal menjadi sesuatu yang menggemparkan, karena investasi di bursa efek

berkembang sangat pesat. Banyak perusahaan antri untuk dapat masuk bursa. Para

investor domestik juga ramai-ramai ikut bermain di bursa saham. Selama tahun 1989

tercatat 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed) di Bursa Efek Jakarta.

Sedemikian banyaknya perusahaan yang mencari dana melalui pasar modal, sehingga

masyarakat luas pun berbondong-bondong untuk menjadi investor. Perkembangan ini

berlanjut dengan swastanisasi bursa, yakni berdirinya PT. Bursa Efek Surabaya, Pada

tanggal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh

Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan

Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.· BES merupakan bursa efek

swasta pertama di Indonesia, yang didirikan berdasarkan SK Menteri Keuangan

Nomor 645/KMK.010/1989, oleh Menteri Keuangan waktu itu JB Sumarlin.

Pendirian BES dimaksudkan untuk mendukung perkembangan ekonomi wilayah

Indonesia bagian timur, dengan mengembangkan industri pasar modal di Surabaya

dan Jawa Timur. Dan ditujukan untuk perusahaan-perusahaan kecil. Produk BES

meliputi saham, obligasi (baik swasta maupun pemerintah), serta reksadana (LQ45

futures, Dow Futures, dan Japan Futures).Dan pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri PT.

Bursa Efek Jakarta yang menggantikan peran Bapepam sebagai pelaksana bursa.

Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

2.1.5 Periode Otomatisasi.

Pada bulan Mei tahun 1995:  Sistem Otomasi perdagangan di BEJ

dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).·

Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin tumbuhnya rasa

kepercayaan investor terhadap keberadaan pasar modal Indonesia. Hal ini

9

Page 10: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa Undang-

Undang No. 8 Tahun 1995 yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996.

Undang-undang ini dilengkapi dengan peraturan organiknya, yakni Peraturan

Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar

Modal, serta Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara

Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Dari regulasi yang dikeluarkan periode ini

mempunyai ciri khas yakni, diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas

kepada Bapepam selaku badan pengawas. Amanat yang diberikan dalam UU Pasar

Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat melakukan penyelidikan,

pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi kejahatan di pasar modal.Pada tanggal 22

Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga

sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ.

2.1.6 Periode Krisis Moneter hingga Sekarang

Periode ini adalah periode ketika Indonesia dilanda krisis moneter. Krisis

yang terjadi dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia, termasuk

Indonesia, terhadap dolar mengakibatkan melemahnya pasar modal.

Pada tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Pada tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan

sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Tujuannya adalah untuk efisiensi dan

kemudahan para investor yang ingin menginvestasikan sahamnya di perusahaan yang

ada di BEJ.

Pada tahun 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) melakukan merger dengan Bursa

Efek Surabaya (BES) dan berubah namanya menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pemerintah berharap bahwa dengan dilakukannya penggabungan kedua bursa

tersebut, seluruh aktifitas perekonomian bangsa Indonesia bisa terkait dengan

kegiatan-kegiatan di pasar modal dan bisa ditampung melalui satu nama, yaitu Bursa

Efek Indonesia (BEI).

Pada saat ulang tahunnya yang ke-31 tahun Bursa Efek Indonesia meresmikan

Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) di Padang, Sumatera Barat, yang dilakukan oleh

10

Page 11: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

Asisten II Gubernur Sumatera Barat, Suryadarma Sabirin didampingi oleh Direktur

Utama PT Bursa Efek Indonesia, Erry Firmansyah. BEI optimis dengan dibukanya

PIPM Padang akan semakin membuka wacana masyarakat setempat mengenai pasar

modal sebagai alternatif investasi dan prioritas utama pendanaan.  PIPM tersebut

sekaligus melengkapi PIPM yang telah ada, yakni PIPM Makassar, PIPM Riau, PIPM

Balikpapan, PIPM Palembang, PIPM Pekalongan, PIPM Manado, PIPM Jember dan

PIPM Pontianak.

Hingga sekarang Bursa Efek Indonesia masih berdiri demi mendukung

perekonomian Indonesia dengan berbagai produknya yang semakin berkembang yaitu

diantaranya saham, produk turunan, reksa dana ,obligasi dan pasar modal syariah.

2.2 Sekuritas yang Diperdagangkan di Pasar Modal

Sekuritas adalah surat berharga seperti saham dan obligasi yang boleh

diperdagangkan di pasar modal atau di luar pasar modal.Sekuritas adalahPasar Modal

(CAPITAL MAREKT SECURITIES) terdiri dari instrument dengan usia lebih dari 1

tahun hingga tak terbatas (tanpa waktu jatuh tempo). Terbagi atas :

a. Sekuritas Tersedia untuk Dijual (Available for Sale Security)

Sekuritas ini bisa berbentuk utang atau berbentuk ekuitas yang tidak

dapat diklasifikasikan sebagai sekuritas yang dipegang sampai jatuh tempo

atau ekuitas yang diperdagangkan di pasar modal. Sekuritas ini termasuk

investasi jangka pendek yang diharapkan dapat dijual dalam waktu satu tahun

atau kurang. Sekuritas ini dilaporkan dengan nilai pasarnya di neraca.

Perbedaan antara harga pasar dengan harga pokoknya disebut dengan

unrealized holding gain or loss.

b. Sekuritas Dipegang Sampai Jatuh Tempo (Held to Maturities

Securities)

Adalah sekuritas utang yang dipegang oleh pembeli sampai jatuh tempo.

Sekuritas yang akan jatuh tempo dalam satu tahun dicatat dengan harga

perolehannya dan dilaporkan sebagai investasi jangka pendek pada neraca.

11

Page 12: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

c. Sekuritas Utang (Debt Security)

Adalah utang jangka pendek yang memperlihatkan keterkaitan antara

kreditor dengan entitas yang mengeluarkan sekuritas dan individu atau entitas

yang memegang sekuritas. Sekuritas utang yang dikeluarkan perusahaan

adalah obligasi dan sekuritas utang yang dikeluarkan pemerintah adalah surat

utang negara. Contohnya seperti Obligasi, Commercial paper (surat berharga

komersial)

d. Sekuritas Modal (Equity Security)

Sekuritas modal adalah wakil kepemilikan dalam suatu bisnis. Contoh

paling umum dari sekuritas ini adalah saham biasa perusahaan.

e. Sekuritas Perdagangan (Trading Security)

Sekuritas ini bisa dalam bentuk utang (debt) atau modal (equity) yang

mana manajemen bermaksud memperdagangkannya untuk mencari

keuntungan contohnya obligasi dengan bunga tetap.

Adapun jenis-jenis sekuritas yang diperdagangkan di BEJ adalah :

1) Saham Biasa adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Dividen yang

diterima tidak tetap

2) Saham Preferen merupakan saham yang akan menerima dividen dalam

jumlah tetap

3) Obligasi merupakan surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh

perusahaan maupun pemerintah

4) Obligasi Konversi adalah obligasi yang dapat dikonversi (ditukar) menjadi

saham biasa pada waktu tertentu atau sesudahnya

5) Sertifikasi Right merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada

pemiliknya untuk membeli saham baru dengan harga tertentu

2.2.1 Saham

Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling

popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika

memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan

12

Page 13: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu

memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau

pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan

menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan

perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS).

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli

atau memiliki saham

1. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan

berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah

mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal

ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham

tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham

tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang

berhak mendapatkan dividen.Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa

dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa

uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula

berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan

dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal

akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital

gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000

kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal

tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang

dijualnya.

13

Page 14: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:

1. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor

menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di

beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus

mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga

saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut

sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.

2. Risiko Likuidas

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan,

atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang

saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat

dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari

hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara

proporsional kepada seluruh pemegang saham.

Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang

saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan

risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham

dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.

Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-

harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan.

Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas

saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas

saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor,

baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri

dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti

tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi

sosial dan politik, dan faktor lainnya.

Berikut ini merupakan jenis-jenis saham :yang dilihat dari berbagai fungsi :

14

Page 15: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

1. Ditinjau dari hak tagih

a. Saham biasa (common stocks). Merupakan saham yang menempatkan

pemiliknya paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak pembagian

kekayaan pada waktu likuidasi

b. Saham preferen (preferred stocks). Merupakan saham yang memiliki

karakteristik gabungan antara saham biasa dengan obligasi, karena bisa

menghasilkan dividen secara tetap seperti halnya pendapatan bunga

obligasi.

2. Ditinjau dari cara peralihannya

a. Saham atas unjuk (bearer stocks). Merupakan saham tidak tertulis

nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke

investor lainnya.

b. Saham atas nama (registered stocks). Merupakan saham yang ditulis

dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya, harus

melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan

a. Saham dengan reputasi tinggi (blue-chips stock).

b. Saham pendapatan (income stock).

c. Saham pertumbuhan (growth stock).

d. Saham spekulatif (speculative stock).

e. Saham musiman (cyclical stock).

2.2.1.1 Saham Biasa

Saham biasa adalah saham dimana hak kepemilikan sekuritas terhadap entitas

dimana orang yang memiliki akan mempunyai hak sebagai berikut:

1. Hak kontrol, pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa

yang akan memimpin perusahaannya.

2. Hak Menerima Pembagian Keuntungan, pemegang saham berhak mendapat

bagian dari keuntungan perusahaan.Pembagian dividen untuk saham biasa

dilakukan setelah perusahaan membayarkan dividen untuk saham preferen.

15

Page 16: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

3. Hak Preemptive, Hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang

sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan

melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga

saham lama dari kemerosotan nilai

2.2.1.2 Saham Preferen

Saham Preferen, merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan (hybrid)

antara obligasi dan saham biasa. Saham ini tidak ada waktu jatuh tempo (namun ada

beberapa saham preferen yang dapat dicall) dan memberikan dividen. Bunga obligasi

dan dividen saham preferen relative lebih stabil, namun dividen saham biasa relative

berfluktuasi

Karakteristik saham preferen :

1. Pemegang saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu dibandingkan

pemegang saham biasa

2. Pemegang saham preferen memiliki hak dividen kumulatif, hak menerima

dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang

saham biasa menerima dividennya.

3. Mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan

dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa saat terjadi likuidasi.

Macam-macam Saham Preferen :

1. Convertible Preferred Stock

2. Callable Preferred Stock

3. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP)

2.2.2 Obligasi

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat

dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar

imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu

yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. 

Karakteristik Obligasi :

16

Page 17: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

1. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang

akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.

2. Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang

obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3

atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.

3. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan

mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang

dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai

dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan

lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil

dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5

tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi

Kupon / bunga nya.

Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi

merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel.

Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan

pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat

dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat

seperti (PEFINDO) PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Kasnic Indonesia. Pembeli

Obligasi menanggung setidaknya 3 macam resiko, yaitu :

1. risiko bunga dan nominal yg tidak terbayar (default risk)

2. risiko obligasi sulit dijual kembali (liquidity risk)

3. risiko harga pasar obligasi turun karena kenaikan suku bunga pasar (interest

rate risk)

Jenis-jenis Obligasi ada 2, yaitu :

1. Jenis obligasi berdasarkan bunga dan jangka waktunya :

a. Obligasi dengan bunga tidak tetap (mengambang)

b. Obligasi tanpa pembayaran bunga (zero-coupon bond)

17

Page 18: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

c. Obligasi yang dapat ditarik oleh penerbitnya sebelum waktu

jatuh tempo (callable bond)

d. Obligasi yang dapat dikonversi menjadi saham biasa

(convertible bond)

e. Obligasi yang ditarik sebelum jatuh tempo serta dapat

dikonversi menjadi saham biasa (callable convertible bond)

2. Jenis Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia :berdasarkan

perusahaan yang mengeluarkan obligasi

a. Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang

berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.

b. Government Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.

c. Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal

yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.

Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga

obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. Ada 3

(tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:

1. Par (nilai Pari) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal

Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka

nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta.

2. At premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari

nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan

harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta.

3. At discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari

nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan

harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta.

2.2.2.1 Obligasi Konversi

Obligasi konversi atau yang dikenal juga dengan nama convertible bond,

adalah suatu jenis obligasi yang dapat dikonversikan menjadi saham dari perusahaan

penerbit obligasi dan biasanya pada rasio pertukaran yang sudah ditentukan terlebih

18

Page 19: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

dahulu pada penerbitan obligasi tersebut. Ini merupakan sekuriti hibrida yaitu suatu

sekuriti yang terdiri dari dua unsur yaitu utang dan ekuitas. Walaupun demikian

biasanya obligasi konversi ini memiliki tingkat suku bunga kupon yang rendah

dimana pemegang obligasi diangap telah menerima kompensasi berupa suatu

kesempatan untuk menukarkan atau mengkonversikan obligasinya dengan saham

biasa dengan harga yang lebih rendah dari harga saham tersebut dipasaran.

Dari sisi penerbit obligasi konversi maka keuntungan yang diperolehnya yaitu

pembayaran bunga yang lebih rendah, namun sebagai kompensasi keuntungan

tersebut maka penerbit juga akan mengalami dilusi saham sewaktu pemegang

obligasi melakukan konversi obligasinya ke saham baru.

Jenis-jenis obligasi konversi

1. Obligasi tukar atau biasa dikenal dengan nama Exchangeable convertibles

adalah suatu obligasi dimana saham yang menjadi aset dasar obligasi tersebut

adalah merupakan saham dari perusahaan yang berbeda dari perusahaan

penerbit obligasi.

2. Obligasi wajib konversi atau biasa disebut Mandatory convertibles adalah

obligasi jangka pendek dan biasanya memiliki imbal hasil tinggi yang wajib

dikonversikan menjadi saham biasa berdasarkan harga pasaran yang berlaku

pada saat konversi.

3. Obligasi konversi bersyarat atau lebih dikenal dengan istilah Contingent

convertibles (co-co) yang merupakan obligasi konversi dengan persyaratan

bahwa investor hanya diperkenankan untuk melakukan konversi obligasinya

menjadi saham perusahaan apabila harga saham yang berlaku dipasar modal

mencapai persentase tertentu diatas harga konversi. Contohnya : suatu

obligasi konversi bersyarat dengan nilai saham perushaan yang menjadi ast

dasarnya senilai Rp. 1.000 pada saat penerbitan obligasi. premi konversi 30%

dan syarat pemicu konversi 120%, maka obligasi tersebut dapat dikonversikan

ke saham dengan nilai konversi per sahamnya adalah Rp 1.300 hanya apabila

harga saham dipasaran berada diatas harga Rp. 1.560 (120% dari 1.300)

19

Page 20: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

dalam suatu masa yang ditentukan yang biasanya dalam masa 20 hari sebelum

akhir kwartal. Fitur konversi bersyarat atau "co-co" ini sering digunakan oleh

penerbit obligasi sebab saham yang menjadi aset acuan atau aset dasar

obligasi tidak perlu dimasukkan menjadi perhitungan dilusi Rasio laba

terhadap saham beredar (earning per share) selama saham tersebut

diperdagangkan dibawah harga konversi bersyarat. Sebaliknya pada obligasi

konversi tanpa syarat mengakibatkan terjadinya dilusi saham beredar yang

dengan demikian mengurangi rasio laba terhadap saham beredar . Akibat dari

dilusi saham beredar ini dihitung dengan menggunakan metode "as-if-

converted", yang menggunakan nilai EPS konservatif. Perubahan yang terjadi

pada Prinsip akuntansi umum atau Generally Accepted Accounting telah

menghilangkan perlakuan khusus pada obligasi konversi bersyarat ini

sehingga jenis obligasi ini tidak populer lagi dikalangan penerbit obligasi.

4. Obligasi konversi saham preferen atau dikenal juga dengan istilah

Convertible preferred stock adalah seperti obligasi biasa namun memiliki

peringkat senioritas lebih rendah dalam struktur permodalan.

2.2.3 Sertifikat Right

Sertifikat right adalah sekuritas yang memberikan hak kepada pemiliknya

untuk membeli saham baru dengan harga tertentu. Penerbitan right oleh perusahaan

meiliki tujuan untuk menghemat biaya emisi dan juga untuk menambah jumlah

lembar saham yang diperdagangkan di bursa, harganya naik cukup besar apabila

terjadi oversubcribed yang cukup banyak (berarti banyak permintaan yang tidak

terpenuhi di pasar sekunder). Setelah itu harga saham mungkin naik turun, tergantung

pada pasar. Kenaikan atau penurunan saham tidak lagi berpengaruh kepada

perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, tetapi akan mempengaruhi

kemakmuran para pemodal.

20

Page 21: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

BAB III

PERMASALAHAN

3.1 Contoh Kasus : Insider Trading PT Gas Negara Tbk. (PGN)

Minggu, 23 Desember 2007

Bapepam Denda Mantan Direksi dan Karyawan PGN

JAKARTA,-Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menjatuhkan denda

kepada tiga mantan anggota direksi dan enam karyawan PT Perusahaan Gas Negara

Tbk. (PGN) dalam kasus dugaan transaksi menggunakan informasi orang dalam

(insider trading). Mereka dianggap bertanggung jawab atas terjadinya transaksi

curang oleh sejumlah investor yang memanfaatkan informasi rahasia perusahaan

tersebut (informasi yang belum menjadi konsumsi publik).

Menurut Ketua Bapepam Fuad Rahmany, penyidikan kasus dugaan insider

trading saham PGN sudah rampung. Hasil kesimpulan dan pemberian sanksi sudah

diputuskan pada Rabu lalu. "Ada beberapa orang dalam PGN kena denda," katanya

lewat pesan pendek (SMS) kepada Tempo di Jakarta kemarin. Namun, Fuad belum

bersedia menjelaskan lebih detail. "Nanti akan kami publikasikan hasilnya setelah

liburan Natal. Tunggu saja," ujarnya.

Kasus dugaan insider trading saham PGN bermula dari penundaan proyek

komersialisasi pemipaan gas PGN dari Sumatera Selatan ke Jawa Barat dari semula

Desember 2006 menjadi Maret 2007. Manajemen perusahaan pemasok gas milik

pemerintah ini baru menjelaskan penundaan komersialisasi gas pada 11 Januari 2007.

Tak semua pelaku pasar menerima informasi penting tersebut. Ada dugaan

kuat beberapa pelaku pasar mengetahui penundaan komersialisasi gas tersebut

sebelum manajemen PGN mengumumkannya secara resmi. Mereka mengambil

untung dengan menjual saham PGN lebih dulu dibanding investor lain. Puncaknya,

pada 12 Januari 2007, pelaku pasar lainnya ikut-ikutan menjual saham PGN secara

21

Page 22: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

besar-besaran, yang mengakibatkan harganya anjlok 23,32 persen dari Rp 9.650

menjadi Rp 7.400.

Bapepam pun memutuskan memeriksa transaksi saham PGN itu. Bapepam

membagi pemeriksaan dalam dua kasus, yakni kasus keterbukaan informasi dan

dugaan insider trading. Bapepam telah memutuskan kasus keterbukaan informasi

pada 1 Februari 2007. Hasilnya, direksi PGN dianggap melanggar peraturan Nomor

X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi. Bapepam memberikan sanksi denda masing-

masing Rp 1 miliar kepada anggota direksi PGN periode Juli 2006, yakni Sutikno,

Adil Abas, Djoko Pramono, W.M.P. Simanjuntak, dan Nursubagjo Prijono. Namun,

pengawas pasar saham ini melanjutkan pemeriksaan atas kasus dugaan insider trading

saham PGN dan baru memutuskan hasilnya Rabu lalu.

Kemarin di Jakarta, Direktur Utama PGN Sutikno enggan mengomentari hasil

keputusan Bapepam tersebut. "Saya belum tahu siapa yang kena denda," katanya

kepada Tempo. Tapi Sekretaris Perusahaan PGN Heri Yusup menjelaskan

manajemen

PGN telah menerima salinan keputusan Bapepam lewat faksimile Rabu

malam lalu. Ada sembilan orang yang terkena saksi, yakni tiga orang mantan anggota

direksi PGN dan enam orang karyawan. "Sanksi denda tertinggi sebesar Rp 2 miliar

diberikan kepada direksi lama dan paling rendah Rp 9 juta kepada karyawan,"

ujarnya di Jakarta kemarin.

Namun, Heri menyatakan PGN belum bisa menanggapi hasil keputusan

Bapepam apakah akan menerima sanksi atau justru banding. "Baru akan dilaporkan

(secara resmi) ke manajemen Rabu depan (26 Desember) atau Kamis (27

Desember)," ujarnya. WAHYUDIN FAHMI

22

Page 23: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

BAB IV

PEMBAHASAN

Sebelum membahas kasus di atas kita harus tahu terlebih dahulu tentang apa

yang dimaksud dengan insider trading. Yang dimaksud dengan Insider trading adalah

perdagangan sekuritas (saham atau obligasi) yang dilakukan mereka yang tergolong

“orang dalam” perusahaan (dalam artian luas), perdagangan mana yang didasarkan

karena adanya suatu “informasi Orang dalam” (inside Information) yang penting dan

belum terbuka untuk umum, dengan perdagangan mana, pihak perdagangan insider

tersebut mengharapkan akan mendapatkan keuntungan ekonomi secara pribadi,

langsug atau tidak atau yang merupakan keuntungan jalan pintas (short swing profit) .

Dalam bahasa hukum, ini merupakan tindakan memperkaya diri sendiri secara tidak

sah, atau memiliki apa yang sebenarnya bukan merupakan haknya .

Capital gain yang besar dari penjualan saham selalu menjadi idaman setiap

pelaku pasar atau investor di pasar modal. Untuk meraih keuntungan yang besar tidak

jarang ada investor yang tergoda melakukannya dengan berbagai cara. Salah satu

yang sering dilakukan adalah mencari informasi penting dan material dari orang

dalam (inside information) yang mampu mempengaruhi harga saham di pasar. Andai

saja tidak ada pihak yang memergoki transaksi seperti ini, hampir bisa dipastikan

investor yang melakukannya akan menangguk keuntungan besar. Namun, harus

diingat bahwa transaksi semacam ini termasuk wilayah yang dilarang di pasar modal

karena masuk kategori insider trading, sebuah transaksi yang memanfaatkan

informasi orang dalam (inside information) demi mencari keuntungan. Karenanya

jika transaksi semacam ini diketahui otoritas pasar atau Bapepam-LK, maka

pelakunya akan dikenai sanksi berat.

Dalam Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal-pasal

yang mengatur soal perdagangan orang dalam setidaknya ada lima pasal mulai pasal

95 hingga pasal 99. Selain itu dalam pasal 104 disebutkan bahwa pelaku insider

23

Page 24: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

trading dikenai sanksi pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak

Rp 15 miliar.

Dalam UUPM, selain dimuat sanksi perdata dan administrasi, juga dilengkapi

dengan sanksi pidana yang diatur dalam Bab XV tentang “Ketentuan Pidana” (Pasal

103 Pasal 110). Perumusan sanksi pidana dalam Undang Undang ini dimaksudkan

untuk mengantisipasi pelanggaran hukum (tindak pidana) pasar modal, baik yang

berkualifikasi sebagai kejahatan, maupun pelanggaran.

Persoalannya, bagaimana menangkal terjadinya insider trading? Ini bukan hal 

yang gampang. Sejauh ini belum pernah ada kasus-kasus dugaan insider trading yang

berakhir di meja hijau. Belum pernah ada kasus yang secara tegas divonis sebagai

kasus pelanggaran insider trading dan pelakunya dijatuhi hukuman berat.

Potensi keuntungan dari aksi insider trading memang cukup menggiurkan. Namun

risiko yang dihadapi pelakunya juga tidak ringan. Jika transaksi insider trading itu

sampai terdeteksi maka pelakunya bukannya mendapat keuntungan besar, tapi

sebaliknya malah akan berurusan dengan proses hukum yang panjang dan

melelahkan. Karena itu, sebaiknya jangan pernah terlintas untuk menjadikan Bursa

Efek Indonesia (BEI) sebagai ajang melakukan transaksi yang dilarang.

24

Page 25: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

Kasus dugaan insider trading seringkali lolos dari jeratan hukum karena

memang sulit dibuktikan. Namun begitu tanda-tanda terjadinya insider trading itu

bisa dideteksi. Kalau transaksinya tidak normal ada kemungkinan insider trading

terjadi. Yang dimaksud tidak normal adalah ketidakwajaran dari pola transaksi yang

terjadi. Misalnya, jika saham XYZ yang biasanya tidak likuid, tiba-tiba menjadi

sangat likuid dan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi itu-itu saja. Deteksi dari

sisi investor bisa disimak dari perilaku investor tersebut. Jika volume transaksi yang

dilakukan di luar kebiasaan, itu patut  diwaspadai.

Sulit untuk membedakan sebuah transaksi mengandung inside information

atau tidak. Pola-pola transaksi yang tidak wajar itulah yang perlu mendapat

pengawasan khusus. Untungnya, BEI sudah melakukan fungsi pengawasan dengan

cukup baik. Jika ada informasi yang tidak jelas sumbernya dan bisa mempengaruhi

harga saham dibursa, BEI akan men-suspend saham tersebut. BEI semestinya

terbebas dari anasir-anasir spekulasi, apalagi dimanfaatkan untuk melakukan insider

trading.

4.1 Inti Kasus Insider Trading pada Perdaganan Sekuritas Saham PT Gas

Negara

Dalam kasus ini, ada 3 hal yang dihadapi oleh PT. PGN mulai dari pelanggaran

prinsip keterbukaan hingga insider trading (UU No. 8 Pasal 1 Angka 25 tentang Pasar

Modal). Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Pelanggaran prinsip disclosure terhadap keterlambatan penyampaian

laporan kepada Bapepam dan masyarakat tentang peristiwa material.

Dalam Pasal 86 ayat (2) UU No. 5 tahun 1995 tentang Pasar Modal

disebutkan bahwa perusahaan publik menyampaikan laporan kepada Bapepam dan

mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat

mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua)

setelah terjadinya peristiwa tersebut.

Pada kenyataannya PT. Gas Negara terlambat melaporkan fakta atas

penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN. Dalam hal ini

25

Page 26: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi sebanyak 35 hari. Mengenai

informasi penurunan volume gas dan informasi tertundanya gas in Dikategorikan

sebagai fakta material dalam Peraturan Nomor X.K.1. Sehingga telah jelas, bahwa

PT. Gas Negara melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995 jo. Peraturan Nomor

X.K.1. dengan pelanggaran ini PT. PGN dikenai sanksi administratif berupa denda

sebesar Rp. 35 juta .

2. Pelanggaran prinsip disclosure terhadap pemberian keterangan yang

secara material tidak benar

Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan informasi,

di antaranya sebagai berikut :

a. Memberikan informasi yang salah sama sekali.

b. Memberikan informasi yang setengah benar.

c. Memberikan informasi yang tidak lengkap.

d. Sama sekali diam terhadap fakta/informasi material

Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat menimbulkan

”misleading” bagi investor dalam memberikan judgement nya untuk membeli atau

tidak suatu efek .

Ketentuan ini juga diadopsi dalam pasal 93 UU No. 8/1995 tentang Pasar

Modal, yang menyebutkan bahwa tiap pihak dilarang, dengan cara apa pun,

memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga

mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek .

Dalam kasus ini PT. PGN yakni memberikan keterangan material tidak benar

tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South

Sumatera-West Java) . Fakta itu sudah diketahui atau sewajarnya diketahui oleh

direksi, yang kemudian seharusnya keterangan itu disampaikan kepada publik, namun

tidak disampaikan. Sehingga jelas terjadi bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap

pasal 93 UU No. 8/1995 dan diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun

dan denda paling banyak Rp. 15 milyar . Oleh karena itu, sudah sepatutnya dan

sewajarnya Bapepam-LK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp.

26

Page 27: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

5 miliar kepada Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan Juli 2006 s.d.

Maret 2007 yaitu Sutikno, Adil Abas, Djoko Pramono, WMP Simanjuntak dan

Nursubagjo Prijono.

3. Keterlibatan fiduciary position dalam kasus insider trading transaksi

efek PGAS

Dalam pasal 95 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal menerangkan bahwa

orang dalam dari perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang

melakukan transaksi atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud

Penjelasan pasal 95 memberi arti kepada orang dalam sebagai pihak-pihak

yang tergolong dalam:

a. Komisaris, Direktur, atau pengawas perusahaan terbuka

b. Pemegang saham utama perusahan terbuka

c. Orang yang karena kedudukannya, profesinya atau karena hubungan

usahanya dengan perusahaan terbuka memungkinkan memperoleh

informasi orang dalam.

Dengan kedudukan disini dimaksudkan sebagai lembaga, institusi atau badan

pemerintahan. Sementara yang merupakan “hubungan usaha” adalah hubungan kerja

atau kemitraan dalam kegiatan usahanya, seperti, nasabah, pemasok, kontraktor,

pelanggan, kreditur, dan lain-lain

4. Pihak yang tidak lagi menjadi pihak sebagaimana tersebut dalam point 1,2,3

tersebut sebelum lewat jangka waktu 6 bulan

Bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, 9

orang dalam PGAS melakukan transaksi saham PGAS, baik direksi maupun mantan

direksi. Sehingga unsur-unsur di atas terpenuhi. Sanksi tersebut ditetapkan antara lain

dengan mempertimbangkan pola transaksi dan akses yang bersangkutan terhadap

informasi orang dalam.

4.2 Kesimpulan Kasus

Dari paparan tulisan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

27

Page 28: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

1. PT. Gas Negara melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995 jo. Peraturan

Nomor X.K.1. karena terlambat melaporkan fakta atas penundaan proyek

pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan

keterbukaan informasi sebanyak 35 hari. Mengenai informasi penurunan volume

gas dan informasi tertundanya gas in dikategorikan sebagai fakta material dalam

Peraturan Nomor X.K.1.

2. Mengenai pemberian keterangan yang secara material tidak benar tentang

rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-

West Java) jelas bahwa PT PGN melakukan pelanggaran terhadap pasal 93 UU

No. 8/1995 . Oleh karena itu, sudah sepatutnya dan sewajarnya Bapepam-LK

menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp. 5 miliar kepada

Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan Juli 2006 s.d. Maret 2007.

3. Terkait dengan keterlibatan orang dalam PT. PGN dalam kasus ini maka telah

jelas bahwa orang dalam PT. PGN ini melanggar pasal 95 UU No. 8/1995 tentang

Pasar Modal yang menerangkan bahwa orang dalam dari perusahaan publik yang

mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan transaksi atas Efek

Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud hal ini diperjelas dalam penjelasan

pasal 95.

4.2 Rekomendasi Kasus

Mengenai rekomendasi yang ingin disampaikan tentang tulisan ini. Yakni sebagai

berikut :

1. Bahwa setiap emitan harus menjalankan prinsip disclosure ini dengan

sungguh-sungguh, sehingga kesalahan akibat ketidakterbukaannya terhadap suatu

fakta atau material dapat menimbulkan kerugian yang amat besar, tidak hanya

kepada investor sendiri, namun dapat berakibat kepada emiten itu sendiri, akibat

kerugian yang diderita akibat kasus itu.

2. Mengenai penerapan sanksi administratif berupa denda, maka terkait dengan

adanya kasus ini belum adanya mekanisme yang jelas mengenai penerapan denda

terhadap pihak sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 dan pasal 95. Dalam pasal

28

Page 29: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

104 hanya dikemukakan mengenai batasan atas yakni pidana penjara 10 tahun dan

denda paling banyak Rp. 15 milyar. Oleh karena itu harus adanya batasan yang

jelas mengenai denda ini. Terutama mengenai batas bawah dalam penerapan

denda.

29

Page 30: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perkembangan pasar modal dbagi menjadi 6 periode yaitu periode pertama

pada saat periode zaman penjajahan Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan

jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang

dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek

telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse

Effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia, bursa

Batavia tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan

Tokyo. Periode kedua periode perang dunia ke II yang ditandai dengan penutupan

bursa efek di Batavia dan di Surabaya serta Semarang. Selanjutnya yaitu periode pada

zaman orde baru yang dibagi menjadi dua periode yaitu pertama bursa efek

diaktifkan kembali dan periode konfrontasi. Periode yang ke empat periode orde baru

dibagi menjadi 3 yaitu periode pakdes 87, periode pakto 88, dan periode pakdes 88.

Peroide selanjutnya yaitu periode otomatisasi dimana periode ini bursa efek

melakukan sistem otomatisasi. Terakhir yaitu periode krisis moneter pada tahun 1997

hingga sekarang, pada masa krisis bursa efek melemah dan sekarang bursa efek yang

telah berubah namanya menjadi BEI masih berjalan dengan baik.

Dari kasus di dalam makalah ini dapat disimpulkan:

Dari paparan tulisan di atas dapat disimpulkan PT. Gas Negara melanggar pasal 86

ayat (2) UU No. 5/1995 jo. Peraturan Nomor X.K.1. karena terlambat melaporkan

fakta atas penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN. Mengenai

pemberian keterangan yang secara material tidak benar tentang rencana volume gas

yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java) jelas bahwa

PT PGN melakukan pelanggaran terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 . Oleh karena itu,

sudah sepatutnya dan sewajarnya Bapepam-LK menjatuhkan sanksi administratif

30

Page 31: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

berupa denda sebesar Rp. 5 miliar kepada Direksi PT PGN yang menjabat pada

periode bulan Juli 2006 s.d. Maret 2007. Terkait dengan keterlibatan orang dalam PT.

PGN dalam kasus ini maka telah jelas bahwa orang dalam PT. PGN ini melanggar

pasal 95 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal yang menerangkan bahwa orang dalam

dari perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan

transaksi atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud hal ini diperjelas dalam

penjelasan pasal 95.

5.1 Kritik dan Saran

5.1.2 Kritik

Sekarang ini adalah zaman dimana Bursa Efek Indonesia sedang membaik, dimana para investor atau pemilik dana dan perusahaan sudah percaya akan perekonomian indonesia. Kini Bursa Efek Indonesia setiap harinya berkembang pesat dan bisa diandalkan sebagai lembaga penyelenggara pasar modal di Indonesia. Namun seiring jalannya waktu banyak para investor yang ingin mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualan sekuritas pasar modal melakukan berbagai cara untuk bisa mencapai tujuan tersebut. Seperti dengan cara-cara yang melanggar hukum salah satunya yaitu dengan Insider Trading

5.1.3 Saran

Menyikapi kondisi diatas seharusnya BAPEPAM sebagai badan pengawas pasar modal lebih mengawasi dan membuat peraturan yang ketat megenai Insider Trading .Selain itu seharusnya sebagai lembaga yang berwenang memberikan sanksi, BAPEPAM bisa menindak dan memberikan sanksi yang tegas agar praktek pelannggaran serta kecurangan seperti ini dalam penjualan sekuritas pasar modal tidak terjadi kembali.

31

Page 32: Makalah Mkl Dinni Fitraiani l 0705778

DAFTAR PUSTAKA

Pudjiastuti E dan Husnan S, 2006, Dasar-dasar Mnanajemen Keuangan, UPP STIM

YKPN, Yogyakarta

Sumber Lain :

__________. (2008). Sejarah Bursa Efek Indoneisa. [online]. Tersedia: http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah_orla.htm [12 Mei 2010]

Wahyudin Fahmi, (2007). Insider Trading PGAS. [online]. Tersedia: http://www.mailarchive.com/[email protected]/msg42756.html [11 Mei 2010]

Yulyanto, (2008). Pasar Modal Setelah 31 Tahun Berlalu. [online]. Tersedia: http://mybusinessblogging.com/stock-market/2008/07/24/pasar-modal-indonesia-setelah-31-tahun-berlalu/ [ 11 Mei 2010]

Bursa Efek Indonesia, (2007) Saham. [online]. Tersedia: http://www.idx.co.id/MainMenu/TentangBEI/OurProduct/Equities/tabid/138/lang/id-ID/language/id-ID/Default.aspx [ 12 Mei 2010]

Bursa Efek Indonesia, (2007). Obligasi. [online]. Tersedia : http://www.idx.co.id/MainMenu/TentangBEI/OurProduct/Obligasi/tabid/254/lang/id-ID/language/id-ID/Default.aspx [12 Mei 2010]

32