mkl jurnal

29
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kontroversi kebijakan lindung nilai (hedging) sempat memenuhi surat kabar dan layar kaca pada pertengahan tahun 2014 kemarin. Hal tersebut bermula dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013 yang menunjukkan adanya kenaikan utang luar negeri berdenominasi dollar AS dari Rp1,981 triliun pada tahun 2012, menjadi Rp2,375 triliun pada tahun 2013, atau naik sebesar Rp393 triliun. Sekitar 41,43% dari kenaikan utang tersebut, atau setara dengan Rp163,24 triliun, merupakan kerugian selisih kurs yang disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Menurut BPK, kerugian akibat selisih kurs tersebut dapat dihindari apabila instansi pemerintah yang memiliki pinjaman luar negeri dengan mata uang asing melakukan transaksi lindung nilai atau hedging.

Upload: rani-dwi-a

Post on 15-Apr-2016

245 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ghyg

TRANSCRIPT

Page 1: MKL JURNAL

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kontroversi kebijakan lindung nilai (hedging) sempat memenuhi surat kabar dan

layar kaca pada pertengahan tahun 2014 kemarin. Hal tersebut bermula dari hasil

pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Tahun 2013 yang menunjukkan adanya kenaikan utang luar negeri berdenominasi dollar

AS dari Rp1,981 triliun pada tahun 2012, menjadi Rp2,375 triliun pada tahun 2013, atau

naik sebesar Rp393 triliun. Sekitar 41,43% dari kenaikan utang tersebut, atau setara

dengan Rp163,24 triliun, merupakan kerugian selisih kurs yang disebabkan melemahnya

nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Menurut BPK, kerugian akibat selisih kurs tersebut

dapat dihindari apabila instansi pemerintah yang memiliki pinjaman luar negeri dengan

mata uang asing melakukan transaksi lindung nilai atau hedging.

Hedging merupakan salah satu instrumen manajemen risiko yang telah lazim

digunakan di industri keuangan. Mekanisme pelaksanaan transaksi lindung nilai dalam

pengelolaan hutang pemerintah telah diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor

12/PMK.08/2013 dan Peraturan Menteri BUMN Nomor 09/MBU/2013. Sementara itu,

mekanisme transaksi lindung nilai dari segi perbankan telah diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 15/8/PBI/2013.

Sebagai instrumen manajemen risiko, hedging mampu melindungi suatu entitas

dari risiko kerugian akibat fluktuasi nilai tukar mata uang. Namun, tidak tertutup

kemungkinan nilai tukar yang di sepakati pada waktu kesepakatan kontrak hedging

ternyata lebih mahal dibandingkan nilai tukar spot saat pelunasan utang, sehingga entitas

Page 2: MKL JURNAL

mengalami kerugian akibat selisih kurs. Dalam ranah keuangan negara, selisih tersebut

dapat disalahtafsirkan sebagai kerugian negara dan dapat berimplikasi hukum bagi

pejabat terkait. Hal ini menimbulkan keraguan pemerintah dalam pengambilan kebijakan

terkait transaksi lindung nilai.

Keraguan tersebut dapat dipahami mengingat praktik hedging di Indonesia masih

jarang dilakukan. Perbedaan persepsi antar entitas pemerintah mengenai kebijakan

hedging sangat mungkin terjadi. Hal tersebut menjadi alasan BPK mengadakan rapat

koordinasi dengan Menteri Keuangan, Menteri BUMN, Gubernur BI, Kapolri, Kejaksaan

Agung, KPK, dan BPKP untuk membahas mengenai perlindungan nilai atas utang

pemerintah.

Rapat koordinasi yang dimotori oleh BPK tersebut menunjukkan bahwa

pelaksanaan hedging atas utang pemerintah telah menjadi suatu kebutuhan, apalagi nilai

mata uang rupiah beberapa bulan terakhir sangat tidak stabil dan cenderung melemah.

Jika tak segera menerapkan kebijakan lindung nilai, dikhawatirkan utang luar negeri

pemerintah akan membengkak dan menyebabkan jebolnya APBN saat jatuh tempo

pelunasan utang. Akan tetapi, benarkah hedging merupakan langkah yang paling tepat

untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar? Atau justru akan menimbulkan kerugian negara

yang lebih besar?

Kontroversi kebijakan lindung nilai atas utang pemerintah sangat menarik untuk

dibahas. Konsep hedging memang bukanlah hal yang asing di pasar keuangan swasta.

Tapi harus kita akui, pelaksanaan hedging merupakan hal yang baru dalam ranah

keuangan negara. Tak hanya isu kerugian negara, pemilihan teknik hedging yang tepat

juga menjadi permasalahan utama.

Page 3: MKL JURNAL

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menyusun makalah

berjudul “Transaksi Lindung Nilai (Hedging) Sebagai Instrumen Manajemen Risiko

Dalam Kebijakan Utang Pemerintah” ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah

memahami Melalui makalah ini, pembaca diharapkan mendapatkan tambahan

pengetahuan mengenai transaksi hedging sehingga dapat turut serta mengawasi

pelaksanaan kebijakan lindung nilai yang dilakukan pemerintah atas utang luar negeri

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana Konsep Transaksi Lindung Nilai (Hedging) Sebagai Instrumen Manajemen

Risiko Dalam Kebijakan Utang Pemerintah ?

3. Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk memahami konsep konsep transaksi hedging dan

mekanisme pelaksanaannya terkait dengan manajemen utang pemerintah.

Page 4: MKL JURNAL

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

1: Kurs Transaksi USD Tahun 2012-2014

Selama lima tahun terakhir, posisi utang pemerintah dalam mata uang rupiah selalu di atas

50% dari keseluruhan utang. Hal ini selaras dengan kebijakan pemerintah yang mengutamakan

Page 5: MKL JURNAL

pinjaman dalam negeri selama beberapa tahun terakhir. Walaupun begitu, posisi utang

pemerintah dalam mata uang USD masih cukup besar, yaitu berkisar di antara 20-28% selama

enam tahun terakhir, yang artinya Indonesia masih rentan terhadap risiko nilai tukar.

Saat menerima pinjaman luar negeri dalam valuta asing, nilai utang maupun jumlah cicilan

utang yang harus dibayarkan pemerintah sangat tergantung pada kurs saat jatuh tempo. Jika mata

uang rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang asing yang bersangkutan saat jatuh tempo,

jumlah mata uang rupiah yang dibutuhkan untuk melunasi hutang dalam mata uang asing akan

menjadi lebih banyak. Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan kurs mata

uang asing tersebut, pemerintah dapat melakukan lindung nilai atas hutang luar negerinya.

Bank Indonesia mendefinisikan lindung nilai sebagai cara atau teknik untuk mengurangi

risiko yang timbul maupun yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi harga di pasar

keuangan. Sementara itu dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12/PMK.08/2013, transaksi

lindung nilai didefinisikan sebagai transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah dengan

Counterparty dalam rangka mengendalikan risiko fluktuasi beban pembayaran bunga dan

kewajiban pokok utang, dan/atau melindungi posisi nilai utang, dari risiko yang timbul maupun

yang diperkirakan akan timbul akibat adanya volatilitas faktor-faktor pasar keuangan.

Transaksi lindung nilai telah lazim digunakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

ekspor-impor atas hutang valuta asingnya. Mereka melakukan perjanjian dengan bank atau

lembaga keuangan yang menyediakan jasa lindung nilai untuk membeli mata uang asing yang

diinginkan di masa depan pada tingkat kurs yang telah disepakati.

Transaksi lindung nilai bukannya tidak mengandung risiko. Mungkin saja kurs yang telah

disepakati dengan Counterparty lebih tinggi dari kurs spot mata uang saat jatuh tempo. Namun,

Page 6: MKL JURNAL

selisih yang timbul akibat perbedaan kurs beli dengan kurs spot seharusnya tidak dianggap

sebagai ‘kerugian’ atau ‘keuntungan’, melainkan diperlakukan sebagai biaya atau pendapatan

atas proses manajemen risiko.

Walaupun segala biaya yang timbul akibat transaksi lindung nilai, termasuk di antaranya

kerugian selisih kurs, menjadi beban APBN dan tidak dianggap sebagai kerugian negara, bukan

berarti pemerintah boleh mengambil kebijakan lindung nilai secara serampangan. Pemerintah

harus melakukan perhitungan proyeksi nilai tukar di masa mendatang secara hati-hati sehingga

dapat memilih teknik lindung nilai yang paling tepat.

Menurut Jeff Madura dalam bukunya yang berjudul International Financial Management,

terdapat empat metode hedging yang dapat digunakan untuk melindungi nilai hutang, yaitu

futures hedge, forward hedge, money market hedge, dan currency option hedge.

Future Hedge dan Forward Hedge

Forward contract dan future contract memungkinkan suatu entitas untuk membeli mata uang

tertentu pada kurs. Pembeli dan penjual akan melakukan negosiasi untuk menentukan:

Mata uang yang akan entitas bayarkan

Mata uang yang akan entitas terima

Jumlah mata uang yang akan diterima oleh entitas

Tingkat nilai tukar atas mata uang tersebut

Waktu transaksi pertukaran

Konsep forward hedge dan future hedge sangatlah mirip. Perbedaan antara keduanya adalah

dengan siapa entitas melakukan perjanjian. Forward contract merupakan hasil negosiasi antara

Page 7: MKL JURNAL

entitas dan bank komersial, sementara future contract dilakukan di pasar modal secara

terorganisir dan terstandarisasi.

Money Market Hedge

Penggunaan metode money market hedging menggunakan instrumen pasar uang untuk

melindungi nilai hutang atau piutang di masa yang akan datang dengan melakukan pengambilan

posisi di pasar uang. Beberapa waktu sebelum utangnya jatuh tempo, entitas meminjam mata

uang domestik ke pasar uang dan mengkonversikannya ke dalam mata uang tertentu. Setelah itu,

mata uang asing ini akan diinvestasikan hingga pembayaran hutang jatuh tempo. Ketika waktu

jatuh tempo tiba, entitas akan menarik uang yang diinvestasikan beserta keuntungan yang

diperoleh untuk membayar utang luar negerinya.

Currency Option Hedge

Dalam metode ini, entitas membayarkan sejumlah uang sebagai premi atas hak/opsi

pembelian valuta asing pada harga yang ditentukan dalam rentang waktu yang telah disepakati.

Berbeda dengan forward contract dan future contract, entitas tidak diwajibkan membeli mata

uang pada harga yang telah ditentukan. Jika saat jatuh tempo, kurs spot lebih rendah dari kurs

yang telah ditentukan dalam kontrak, entitas dapat membiarkan opsi tersebut berakhir dan

membeli valuta asing dalam kurs spot. Tentu saja apabila hal tersebut terjadi, premi yang telah

dibayarkan dianggap ‘hangus’.

Cross Currency Swap

Page 8: MKL JURNAL

Selain keempat metode hedging di atas, terdapat metode lain yang lazim digunakan untuk

melindungi nilai aset atau kewajiban suatu entitas, yaitu tranksasi swap. Transaksi swap

merupakan gabungan dari transaksi spot dan forward.

Pada metode cross currency swap, terdapat dua pihak yang saling menukar dua mata uang

berbeda, dengan kurs yang disepakati bersama. Praktik ini biasanya berjangka panjang. Saat

jatuh tempo, kedua mata uang dipertukarkan kembali berdasarkan kurs yang telah ditentukan

dalam kontrak swap.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Menurut Nazir (1988: 63), metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang.

Makalah ini berusaha mendeskripsikan fenomena pelaksanaan transaksi lindung nilai sebagai

bagian dari manajemen utang pemerintah dan pengaruhnya terhadap pasar mata uang. Teknik

penelitian yang akan digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu  kegiatan mengamati berbagai

literatur yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diangkat baik itu berupa buku,

makalah ataupun tulisan yang sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman

dalam proses penelitian.

Page 9: MKL JURNAL

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Lima langkah proses manajemen risiko korporat

Perusahaan telah mengerahkan usaha yang besar akhir-akhir ini dalam merancang

strategi untuk menilai dan mengelola risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan

bisnisnya. Berikut ini adalah lima langkah proses manajemen risiko di perusahaan:

Page 10: MKL JURNAL

Proses Manajemen Risiko

1. Identifikasi Risiko

Tujuan identifikasi risiko adalah untuk mengenal secara pasti ancaman

ketidakpastian yang dihadapi organisasi. Untuk dapat melakukannya dengan baik,

diperlukan pengetahuan mendalam tentang organisasi, pasar dimana organisasi

beroperasi, lingkungan hukum dan perundang-undangan sosial, politik, serta budaya, di

mana organisasi berada, juga tingkat kemajuan pemahaman tentang strategi dan tujuan

operasional, meliputi faktor-faktor keberhasilan, ancaman serta peluang untuk mencapai

tujuan. Identifikasi risiko harus dilakukan dengan metode tertentu sehingga dapat

dipastikan bahwa semua kegiatan penting organisasi telah diidentifikasi (tidak ada yang

luput dari perhatian) dan seluruh risiko berasal dari kegiatan yang didefinisikan secara

jelas. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain,

Brainstorming, Survei, Wawancara, Informasi historis, Kelompok kerja, dll.

2. Evaluasi Risiko

Pada tahap ini, risiko murni dapat dikategorikan berdasarkan frekuensi atau

berdasarkan seringnya kerugian terjadi. Selain itu perlu juga dianalisis besarnya atau

tingkat kerugian risiko. Harus dipertimbangkan kerugian maksimum yang mungkin

terjadi. Di dalam mengevaluasi risiko secara menyeluruh perlu dikaji derajat risiko

dengan cara yang akurat.

3. Memilih Teknik Manajemen Risiko

Hasil analisis pada langkah kedua digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan cara-cara yang akan digunakan menangani suatu risiko. Untuk situasi tertentu

mungkin tidak dibutuhkan tindakan yang lebih lanjut. Tetapi pada situasi lain, harus

Page 11: MKL JURNAL

digunakan cara-cara canggih untuk mendanai potensi kerugian yang sangat mungkin

terjadi. 

4. Implementasi dan kaji ulang keputusan manajemen risiko

Langkah berikutnya adalah keputusan tentang metode optimal untuk menangani

risiko yang telah diidentifikasi, organisasi atau seseorang harus mengimplementasikan

metode yang dipilih. Akan tetapi, manajemen risiko harus merupakan proses yang terus

menerus dimana keputusan-keputusan terdahulu yang telah diputuskan harus dikaji

ulang secara teratur.

5. Memonitor dan mengelola risiko yang ditanggung perusahaan

Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian

penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah berhenti

sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan

suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko.

Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko

dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk

mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu risiko

terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif

Secara garis besar, praktik transaksi lindung nilai atas utang pemerintah sudah sesuai dengan

materi langkah proses manajemen risiko di perusahaan, yang dapat diuraikan menjadi lima tahap,

yaitu:

1. Penyusunan Kebijakan Lindung Nilai

Kebijakan Lindung Nilai disusun sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan

Transaksi Lindung Nilai dan paling kurang memuat tentang tujuan kebijakan lindung nilai;

Page 12: MKL JURNAL

target risiko pasar dari portofolio utang; target batas volatilitas pembayaran kewajiban utang;

instrumen Lindung Nilai yang dapat digunakan; dan masa berlaku kebijakan

2. Identifikasi Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai

Pada tahap ini, UPRU menyusun kebutuhan Transaksi Lindung Nilai dengan melakukan

identifikasi eksposur utang, identifikasi risiko, dan melakukan pengukuran besaran risiko.

Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai merupakan rencana kebutuhan Transaksi Lindung Nilai

yang dapat dilaksanakan untuk periode suatu tahun anggaran.

Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai disusun berdasarkan Kebijakan Lindung Nilai yang

meliputi: jenis dan besar eksposur; trend pasar; toleransi risiko; kemungkinan untuk

dilakukan natural hedging; dan jenis instrumen Lindung Nilai. Kebutuhan Transaksi Lindung

Nilai kemudian akan disampaikan kepada Komite untuk ditelaah dan diberikan rekomendasi.

Setelah itu, Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai akan diteruskan kepada Dirjen Pengelolaan

Utang untuk mendapat persetujuan.

3. Pelaksanaan Transaksi Lindung Nilai

Berpedoman pada Kebutuhan Transaksi Lindung Nilai, UPT menyusun proposal

Transaksi Lindung Nilai yang mencakup uji prospektif, pilihan instrumen Lindung Nilai,

Counterparty yang direkomendasikan, dan Hedging Trigger Point. Proposal kemudian

diteruskan kepada Komite untuk ditelaah dan diberi rekomendasi.

Setelah mendapat proposal persetujuan Dirjen Pengelolaan Utang, UPT melakukan

kontak dengan Counterparty yang tercantum untuk mendapatkan kuotasi Transaksi Lindung

Nilai. Selanjutnya UPT menyusun term sheet Transaksi Lindung Nilai dan surat konfirmasi.

Surat konfirmasi kemudian dikirimkan kepada UPSP.

4. Penatausahaan Transaksi Lindung Nilai

Page 13: MKL JURNAL

UPSP melakukan penatausahaan Transaksi Lindung Nilai berdasarkan Surat

Konfirmasi yang diterima dari UPT dan dokumen lainnya yang mencakup verifikasi dan

konfirmasi Transaksi Lindung Nilai, pencatatan Transaksi Lindung Nilai, setelmen atas

Transaksi Lindung Nilai sesuai dengan Perjanjian Induk, akuntansi dan pelaporan, dan

penatausahaan dokumen-dokumen Transaksi Lindung Nilai

5. Monitoring dan Evaluasi

UPRU melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi dan kinerja Counterparty

serta efektivitas Transaksi Lindung Nilai. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut kemudian

disampaikan kepada Komite dan unit terkait.

2. Pengelolaan risiko dengan lindung nilai forward contract

Hedging merupakan salah satu instrumen manajemen risiko yang telah lazim

digunakan di industri keuangan. Mekanisme pelaksanaan transaksi lindung nilai dalam

pengelolaan hutang pemerintah telah diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor

12/PMK.08/2013 dan Peraturan Menteri BUMN Nomor 09/MBU/2013. Sementara itu,

mekanisme transaksi lindung nilai dari segi  perbankan telah diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia Nomor 15/8/PBI/2013. Sebagai instrumen manajemen risiko, hedging mampu

melindungi suatu entitas dari risiko kerugian akibat fluktuasi nilai tukar mata uang.

Namun, tidak tertutup kemungkinan nilai tukar yang di sepakati  pada waktu kesepakatan

kontrak hedging  ternyata lebih mahal dibandingkan nilai tukar spot  saat pelunasan

utang, sehingga entitas mengalami kerugian akibat selisih kurs. Dalam ranah keuangan

negara, selisih tersebut dapat disalah tafsirkan sebagai kerugian negara dan dapat

berimplikasi hukum bagi pejabat terkait. Hal ini menimbulkan keraguan pemerintah

Page 14: MKL JURNAL

dalam  pengambilan kebijakan terkait transaksi lindung nilai. Keraguan tersebut dapat

dipahami mengingat praktik hedging  di Indonesia masih jarang dilakukan. Perbedaan

persepsi antar entitas pemerintah mengenai kebijakan hedging sangat mungkin terjadi.

Hal tersebut menjadi alasan BPK mengadakan rapat koordinasi dengan Menteri

Keuangan, Menteri BUMN, Gubernur BI, Kapolri, Kejaksaan Agung, KPK, dan BPKP

untuk membahas mengenai perlindungan nilai atas utang pemerintah Rapat koordinasi

yang dimotori oleh BPK tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan hedging atas utang

pemerintah telah menjadi suatu kebutuhan, apalagi nilai mata uang rupiah beberapa bulan

terakhir sangat tidak stabil dan cenderung melemah. Jika tak segera menerapkan

kebijakan lindung nilai, dikhawatirkan utang luar negeri pemerintah akan membengkak

dan menyebabkan  jebolnya APBN saat jatuh tempo pelunasan utang.

Konsep hedging memang bukanlah hal yang asing di pasar keuangan swasta. Tapi

harus kita akui, pelaksanaan hedging merupakan hal yang baru dalam ranah keuangan

negara. Tak hanya isu kerugian negara, pemilihan teknik hedging yang tepat  juga

menjadi permasalahan utama. Saat menerima pinjaman luar negeri dalam valuta asing,

nilai utang maupun  jumlah cicilan utang yang harus dibayarkan  pemerintah sangat

tergantung pada kurs saat  jatuh tempo. Jika mata uang rupiah mengalami depresiasi

terhadap mata uang asing yang bersangkutan saat jatuh tempo,  jumlah mata uang rupiah

yang dibutuhkan untuk melunasi hutang dalam mata uang asing akan menjadi lebih

banyak. Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan kurs mata uang

asing tersebut,  pemerintah dapat melakukan lindung nilai atas hutang luar negerinya.

Transaksi lindung nilai bukannya tidak mengandung risiko. Mungkin saja kurs

yang telah disepakati dengan Counterparty lebih tinggi dari kurs spot mata uang saat

Page 15: MKL JURNAL

jatuh tempo. Namun, selisih yang timbul akibat  perbedaan kurs beli dengan kurs  spot

seharusnya tidak dianggap sebagai kerugiaan atau keuntunga, melainkan diperlakukan

sebagai biaya atau pendapatan atas proses manajemen risiko.Walaupun segala biaya yang

timbul akibat transaksi lindung nilai, termasuk di antaranya kerugian selisih kurs,

menjadi  beban APBN dan tidak dianggap sebagai kerugian negara, bukan berarti

pemerintah  boleh mengambil kebijakan lindung nilai secara serampangan. Pemerintah

harus melakukan perhitungan proyeksi nilai tukar di masa mendatang secara hati-hati

sehingga dapat memilih teknik lindung nilai yang  paling tepat.

Forward contract memungkinkan suatu entitas untuk membeli mata uang tertentu

pada kurs. Pembeli dan  penjual akan melakukan negosiasi untuk menentukan:

Mata uang yang akan entitas bayarkan

Mata uang yang akan entitas terima

Jumlah mata uang yang akan diterima oleh entitas

Tingkat nilai tukar atas mata uang tersebut

Waktu transaksi pertukaran

Mekanisme pelaksanaan transaksi lindung nilai dalam pengelolaan hutang pemerintah

sudah sesuai dengan Praktik Transaksi Lindung Nilai Berdasarkan Peraturan

Menteri BUMN Nomor 09/MBU/2013.

3. Penilaian opsi dan swaps

a. Penilaian Opsi

Page 16: MKL JURNAL

Pada tahun 1973, Fisher Black dan Myron Scholes mengajukan suatu model

penilaian option yang dikenal sebagai Black and Scholes Model, model ini paling banyak

digunakan untuk menentukan harga suatu option (Bodie, Kane dan Marcus, 2001). Lebih

lanjut, model ini pada mulanya ditujukan untuk menilai opsi bertipe Eropa, namun pada

perkembangan lebih lanjut diajukan beberapa modifikasi Black and Scholes model,

sehingga dapat digunakan untuk menghitung option bertipe Amerika maupun option yang

sahamnya membagikan dividen pada masa hidup option tersebut. Lebih lanjut, suatu opsi

dibagi menjadi dua yakni Call dan PutOption.

Di mana, Opsi Call menurut Bodie, Kane dan Marcus (2001) merupakan pemberian hak,

bukan kewajiban, kepada pemegangnya untuk membeli suatu aktiva pada harga tertentu pada

atau sebelum waktu tertentu. Sedangkan, Opsi Put menurut Bodie et al. (2001) merupakan

pemberian hak, bukan kewajiban, kepada pemegangnya untuk menjual suatu aktiva pada

harga tertentu pada atau sebelum waktu tertentu

b. Penilaian Swap

Tukar menukar atau yang lebih dikenal sebagai swap dalam dunia keuangan

merupakan suatu instrumen derivatif, di mana terdapat dua pihak saling mempertukarkan

suatu aliran arus kas dengan aliran arus kas lainnya.

Nilai swap ini dihitung berdasarkan suatu nilai absolut atau notional amount yaitu

suatu nilai nominal yang digunakan untuk menghitung pembayaran terhadap suatu swap

dan produk manejemen risiko lainnya dimana nilai ini bukan suatu nilai yang

sesungguhnya (absolute).

Istilah swap ini sebenarnya berasal dari bahasa Inggris namun istilah ini digunakan

sebagai suatu istilah baku yang dikenal di Indonesia baik oleh lembaga yang berwenang

Page 17: MKL JURNAL

seperti Bank Indonesia. Swap ini seringkali digunakan sebagai suatu instrumen lindung

nilai atau risiko tertentu misalnya risiko gejolak nilai tukar mata uang dan disamping itu

juga digunakan sebagai instrumen spekulasi.

Kebanyakan swap diperdagangkan dalam perdagangan derivatif dan diluar bursa

(Over The Counter-OTC), dengan ketentuan dan tata cara yang berbeda-beda sesuai

kesepakatan para pihak. Beberapa jenis swap juga diperdagangkan pada bursa berjangka.

Sementara itu ada lima macam bentuk dasar dari swap jika ditinjau dari sudut banyaknya

kepentingan yaitu swap suku bunga, swap nilai tukar, swap kredit, swap komoditi, dan

swap ekuitas. Nilai dari suatu swap adalah merupakan nilai kini bersih (net present value)

dari seluruh arus kas dimasa depan (of all future cash flows). Pada masa awalnya, suatu

kontrak swap mempunyai nilai kini bersih dari arus kas dimasa depan adalah sama

dengan nol.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Tinjauan Pustaka, ada beberapa metode lindung

nilai yang dapat dipilih oleh pemerintah. Agar dapat memilih metode lindung nilai yang

paling optimal, pemerintah pusat dan BUMN dapat melakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Memilih antara future hedge dan forward hedge

Pada dasarnya metode future hedge dan forward hedge sangatlah mirip, sehingga entitas

hanya perlu memilih metode mana yang lebih disukai.

2. Memilih antara future/forward hedge dan money market hedge

Ketika hendak memutuskan akan memilih metode forward (future) hedge atau money market

hedge, entitas dapat melakukan perhitungan atas biaya masing-masing metode lindung nilai dan

memutuskan metode mana yang lebih cocok.

Page 18: MKL JURNAL

3. Menilai kelayakan Currency Option Hedge

Distribusi estimasi arus kas keluar dari metode Currency Option Hedge dapat diukur dengan

menentukan nilai yang diharapkan dan kemungkinan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk

metode ini lebih murah dari metode lainnya.

4. Mempertimbangkan kemungkinan penerapan metode Swap

Transaksi swap biasanya dilakukan oleh bank yang bisa berperan sebagai perantara atau

sebagai lawan transaksi serta melibatkan jumlah dana yang besar. Apabila terdapat bank yang

menawarkan lindung nilai dengan metode swap, tidak ada salahnya untuk menghitung estimasi

biaya yang dikeluarkan serta membandingkan dengan metode lindung nilai lainnya.

BAB V

KESIMPULAN

Transaksi lindung nilai merupakan salah satu bentuk mitigasi atas risiko fluktuasi nilai tukar

yang telah umum digunakan di pasar keuangan. Transaksi lindung nilai dapat dilaksanakan baik

atas aset maupun kewajiban valuta asing yang dimiliki suatu entitas

Fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah atas USD yang tidak stabil selama dua tahun terakhir

menyebabkan kenaikan utang luar negeri pemerintah. Untuk meminimalkan dampak risiko nilai

tukar, pemerintah dapat melakukan transaksi lindung nilai atas instrumen utang pemerintah, baik

Page 19: MKL JURNAL

dalam bentuk pinjaman maupun SBN. Selain itu, transaksi lindung nilai juga membawa efek

positif bagi stabilitas nilai tukar mata uang asing.

Payung hukum atas pelaksanaan transaksi lindung nilai terkait utang pemerintah telah diatur

dalam Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Menteri BUMN, dan Peraturan Bank Indonesia.

Dalam peraturan-peraturan tersebut telah ditekankan bahwa segala biaya, termasuk di antaranya

kerugian akibat selisih kurs, dianggap sebagai beban APBN dan bukan merupakan kerugian

negara.

Efektivitas transaksi lindung nilai sangat tergantung pada ketepatan perhitungan estimasi

biaya yang dilakukan pemerintah saat proses perencanaan. Dengan hasil proyeksi yang tepat,

pemerintah dapat memilih metode lindung nilai yang paling aman dan optimal. Untuk

mendukung proses perencanaan.